filename
stringlengths 16
16
| title
stringlengths 22
107
| text
stringlengths 132
2.1k
| softlabel
stringlengths 15
740
|
---|---|---|---|
2021-027-19.json | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | [CLS] Temuan baru. Denisovan, DNA manusia purba pertama ditemukan Kawasan Wallacea. DNA ini terungkap berkat temuan kerangka tak utuh, di Teras Leang Paningnge, Kawasan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada 2015 di kedalaman 190 cm.Adalah Bèssè, seorang perempuan yang diperkirakan meninggal rentang usia antara 17-18 tahun dengan rangka tertekuk berbaring, orientasi utara-selatan. Pada 2018, kerangka tak utuh itu diangkat dengan penuh kehati-hatian.Setelah melewati proses penelitian, terungkaplah, kalau ini merupakan temuan DNA manusia purba pertama di Kawasan Wallacea, khusus Sulawesi Selatan.“Rasanya penuh semangat. Selama ini, pengangkatan rangka sangat jarang. Apalagi waktu itu kami sudah perkiraan usia 7.000 tahun lalu, karena asosiasi temuan alat batunya,” kata Basran Burhan, arkeolog yang terlibat dalam penelitian ini. Dia kandidat doktor untuk Geoarkeologi di Griffith University Australia.Baginya, temuan rangka di Paningnge seperti mengisi sekrup atau celah masa lalu yang kosong. Ketika ekstrak DNA itu didapat, dan menampilkan beragam genetik, ini membuat Basran makin bergairah. Dalam ekstrak itu ditemukan DNA manusia yang berasosiasi dengan budaya Hoabinian pada penggalian Laos dan Malaysia, yang berkembang pada 40.000-4.000 tahun lalu. Juga terdapat DNA Onge, suku pemburu pengumpul di Kepulauan Andaman, yang ada hingga kini.“Jadi, manusia Paningnge ini berada di tengah. Dia memiliki DNA manusia pra-modern hingga manusia modern,” katanya.Dalam beberapa publikasi Denisovan dianggap sebagai nenek moyang leluhur miterius manusia saat ini. Mereka berkembang di wilayah Siberia–saat ini Rusia –dan menyebar. Kerabat dekatnya dari pohon genetik adalah manusia Neanderthal yang berkembang di wilayah Eropa. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2021-027-19.json | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | “Jika demikian, maka kemungkinan, percampuran atau pertemuan orang-orang ini berada di Kawasan Wallacea. Jika bicara pola migrasi manusia hingga ke Sahul (Papua dan Australia waktu masih satu daratan), pasti akan melewati Kawasan Wallacea dan Sulawesi jadi salah satu pulau terbesar dalam lingkupnya.” Sejak 1950, ketika para arkeolog intens menelisik keberadaan gua-gua prasejarah dengan ratusan lukisan, tak pernah ditemukan rangka manusia pendukungnya. Rentang usia lukisan di Kawasan Maros-Pangkep yaitu 45.500-18.000 tahun lalu.Periode lukisan dinding inilah yang memunculkan hipotesa bagi para arkolog. Karena babakan periode kebudayaan di Sulawesi Selatan, memunculkan masyarakat Toala–antara 8.500-1.500 tahun lalu, yang hingga saat ini belum ditemukan lukisan.Kemudian, lukisan melompati dari periode Toala lalu muncul kembali pada periode Austronesia pada 4.000 tahun lalu. Ia memiliki tinggalan lukisan antara 1.600-1.400 tahun lalu, dengan ciri lukisan berwarna hitam.Untuk temuan rangka Bèssè yang diketahui sebagai masyarakat Toala, terawetkan sejak 7.300–7.200 tahun lalu ini mulai memberi gambaran kecil. Apakah mungkin nenek moyangnya yang membuat lukisan dinding itu?Mari melihat pelan-pelan temuan DNA di Kawasan Asia Tenggara dengan iklim tropis ini. Sebelum Bèssè, informasi genetik mengenai moyang misterius ini hanya dua kerangka dari Pha Faen di Laos, antara 7.939 – 7.751 tahun lalu. Gua Cha di Malaysia pada 4.400–4.200 tahun lalu. DNA ini diekstraksi dari tulang padat di belakang bagian telinga tengkorak, disebut petrous –tulang yang dalam bahasa latin disebut “berbatu.” Tulang keras ini yang memungkinkan dia bertahan. Terlebih, wilayah temuan dari tempat beriklim tropis yang panas dan lembab.Sampel tulang itu dikirim ke Institut Max Planck, Jerman. Meskipun sebagian besar ekstraksi DNA terdegradasi dan dan sebagian besar tak dapat dipulihkan, sekitar 2% dapat diselamatkan. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2021-027-19.json | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Meski rendah, namun informasi itu cukup untuk menyelidiki nenek moyang manusia Sulawesi. Bèssè, juga berbagi susunan genetiknya dengan orang-orang asli Australia dan Papua, saat ini.Saat ini, di Sulawesi, sebagian besar memiliki kerabat langsung genetik dari era Neolitik, dimana mereka datang sekitar 4.000 tahun lalu. Mereka lakukan perjalanan panjang dari Tiongkok menuju Taiwan, lalu masuk di punggung Pulau Sulawesi–saat ini wilayah Kalumpang Sulawesi Barat.Di Sulawesi Selatan, dalam pembabakan periode kebudayaan, para arkeolog menggunakan terminologi untuk masa prasejarah sebagai Toala. Budaya Toalean ini bercirikan dengan mata panah bergerigi (Maros point).Selain itu, mikrolit dari alat batu. Kemudian, masyarakat pendatang adalah penutur Austronesia, yang sudah mengenal pertanian dan domestikasi hewan.Basran mengatakan, menemukan rangka manusia di Kawasan Karst Maros-Pangkep sesuatu yang menakjubkan. Pada 2018, dia yang mengangkat kerangka itu. Rumah purba yang rentanLeang Paningnge atau dalam bahasa Bugis berarti kelelawar (panning) adalah gua dengan dua mulut besar. Secara adminitrasi gua ini berada di Desa Batu Pute, Kecamatan Mallawa, Maros.Paningnge adalah gua raksasa, plafonnya berada di ketinggian dengan udara sejuk. Di depannya, ada tebing karst juga berderet cerukan gua. Di punggungan bukit ada tiga penginapan baru yang menjadi cikal bakal wisata.Di punggung Leang Paningnge, adalah jalan utama penghubung desa antara Batu Pute menuju Wanua Waru. Kalau truk melintas, getaran terasa hingga dalam gua.Gua ini juga tak terawat. Ada ratusan tulisan di dinding gua, baik dari arang, atau spidol oleh para pengunjung. Beberapa waktu lalu, gua ini dalam kampanye politik akan jadi lokasi wisata air. Dinas Pariwisata Maros, bahkan sudah menginisiasi model wisata guanya. | [0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492] |
2021-027-19.json | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Irwan, warga lokal juga menjadi juru pelihara melalui BPCB Sulawesi Selatan, mengatakan, sebelum ada penelitian di gua, tempat itu jadi tempat anak-anak muda sebagai bersantai.Pada awal 2000-an, badan gua yang besar disulap menjadi lapangan bulu tangkis, menggunakan penerangan lampu petromaks.Secara umum, perlakuan situs bagi masyarakat awam adalah gua yang memiliki lukisan dinding. Leang Paningnge adalah gua yang tak memiliki lukisan, namun ada kotak keilmuan dalam lantai guanya.Sedimen yang terendapkan dalam lingkungan Gua Paningnge tidak memiliki banyak perubahaan suhu secara ekstrem dan ini membantu proses preservasi DNA dengan baik.Pada 22 Agustus 2021, ketika saya, Basran dan Fardi–arkeolog yang juga terlibat dalam penelitian–mengunjungi Paningnge, gua itu begitu nyaman. Sekitar 40 meter sebelah selatan, terdapat sungai yang saban waktu mengalir. Aliran sungai itu juga satu sistem hidrologi dari perut Paningnge.Paningnge adalah rumah nyaman. “Betul sekali. Saya sepakat dengan itu. Sekarang saja rasanya kita betah berlama-lama di gua ini. Ada air yang dekat dan guanya tidak pengab,” kata Fardi.Saya juga terperangah di lantai mulut gua, ratusan artefak batu tersebar. Tak susah menemukan mikrolit, alat serpih, mata panah, hingga lancipan tulang. Yang mengagumkan lagi, tersingkapnya tulang rahang manusia di permukaan.Rahang itu, masih menampilkan gigi depan geraham yang masih menempel. Ketika Fardi, mencoba mengorek dengan kayu kecil, dan membuka sedikit selubung tanah tampilan rahang makin jelas.“Ini tulang manusia,” katanya.Irwan, hampir saban waktu menjadi penjaga Gua Paningnge dan selalu menyapu lantai gua itu, juga keheranan. “Saya nda tahu kalau itu tulang. Ini baru saya lihat juga.”Tulang itu, dibiarkan saja, dilindungi dengan batuan di sekelilingnya agar hujan dari mulut gua tak menggerusnya. A post shared by Mongabay Indonesia (@mongabay.id) [SEP] | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2021-032-11.json | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | [CLS] Taman Nasional Komodo jadi satu bagian pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) super prioritas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Terjadi kontroversial kala rencana ini muncul. Termasuk, dari kalangan organisasi masyarakat sipil akhirnya mengirimkan surat resmi ke UNESCO juga badan lingkungan PBB menyampaikan berbagai kekhawatiran atas rencana proyek ini. UNESCO pun mengeluarkan surat yang antara lain berisi, Pemerintah Indonesia diminta menyetop proyek pembangunan wisata elit ini.Pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO di Fuzhou, Tiongkok, Juli ini mengingatkan, Pemerintah Indonesia terkait ancaman yang mugkin menimpa outstanding universal value (OUV) atau aset dengan nilai luar biasa di kawasan itu. Yakni, komodo yang jadi spesies kunci wilayah itu dan jadi warisan dunia.Peringatan ini tercantum dalam dokumen terkait sesi konvensi perlindungan warisan budaya dan alam dunia, WHC/21/44.COM/7B. Mengenai komodo, tercantum dalam poin 93 halaman 253.“Kami mendorong negara anggota untuk menangguhkan seluruh proyek infrastruktur pariwisata di dan sekitar properti yang mempunyai potensi berdampak terhadap OUV sampai EIA (environmental impact assessment atau analisis mengenai dampak lingkungan) yang sudah direvisi, diserahkan dan dikaji kembali oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature),” sebut dokumen Komite Warisan Dunia PBB ini.OUV, merupakan satu kriteria penilaian UNESCO untuk penetapan warisan dunia. Bagi menyandang warisan dunia, suatu pusaka harus memenuhi syarat integritas atau keauntetikan dan sistem pelindungan (konservasi) serta pengelolaan dalam menjamin kelestariannya.Dokumen Komite Warisan Dunia ini juga menyebutkan, amdal yang sudah ke IUCN masih dianggap kurang memadai hingga perlu evaluasi dan kajian. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2021-032-11.json | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | Kemudian, ada enam poin lain yang jadi catatan dari World Heritage Committee (WHC) UNESCO terkait proyek di TN Komodo, antara lain, Pemerintah indonesia perlu memberikan informasi rinci terkait rencana induk pariwisata terbaru dan menunjukkan bagaimana OUV akan dilindungi. Juga, rencana mewujudkan pariwisata masal dengan memastikan pelindungan OUV.Soal kegiatan penelitian dan pemantauan jangka panjang komodo yang menunjukkan tren populasi stabil, mendesak pemerintah melanjutkan sensus populasi secara teratur dan menerapkan langkah-langkah pengelolaan dalam konteks usulan peningkatan pariwisata. Baca juga: Protes Kelola Wisata TN Komodo, Mereka Kirim Surat ke Badan Kebudayaan dan Lingkungan PBB Komite Warisan Dunia juga mendesak perlu informasi paling utama adalah restorasi atau konstruksi baru sebelum membuat keputusan apapun yang akan sulit pemulihan seperti semula.“Juga meminta pemerintah merevisi amdal bagi proyek infrastruktur pariwisata di Pulau Rinca, sejalan dengan catatan saran IUCN untuk penilaian lingkungan. Lalu, mengirimkan kembali ke WHC untuk ditinjau IUCN sebagai hal mendesak.”Pada poin kedelapan, komite prihatin karena kurang ada peralatan operasional dan kapasitas teknis mengelola kekayaan wilayah laut. Komite meminta, Indonesia segera memperkuat manajemen kelautan dan kapasitas penegakan hukum di properti. Dengan penekanan khusus pada penangkapan ikan dan penambatan kapal ilegal, mengalokasikan anggaran cukup untuk penelitian kelautan.Indonesia juga diminta menyampaikan laporan terbaru tentang status konsertvasi properti dan catatan-catatan itu pada 1 Februari 2022 untuk diperiksa pada sidang ke-45 WHC UNESCO.Labuan Bajo akan dibangun Integrated Tourism Master Plan (ITMP), yang katanya akan jadi salah satu dari 10 ‘Bali Baru’ yang digadang-gadang pemerintah. Pembangunan berada di Taman Nasional Komodo, Pulau Flores dan Rinca. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2021-032-11.json | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | Pulau Komodo, menyandang situs warisan dunia pada 1991. Status ini sekaligus untuk menghindari kerusakan lingkungan hidup dan ancaman terhadap komodo. UNESCO merekomendasikan, Komite Warisan Dunia meminta akses pengawasan bersama atas lokasi-lokasi di wilayah itu. Baca juga: Menyoal Kebijakan Kontroversi di Taman Nasional Komodo Kata pemerintah? Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi sebagai koordinator megaproyek ini. Hingga kini, proyek masih dalam proses dan untuk Pulau Rinca, hampir selesai.Jodi Mahardi, juru bicara Menko Marves mengatakan, sudah mengetahui permintaan UNESCO untuk menangguhkan pembangunan itu. Dia tak menjawab jelas soal sikap pemerintah. Jodi hanya bilang, pemerintah, sejauh ini fokus pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Manggarai Barat.“Upaya kita menjaga lingkungan seperti sampah dan lain-lain. Semua pihak kami sambut baik untuk terlibat konkrit dalam upaya ini,” katanya kepada Mongabay.Saat ditanya evaluasi amdal yang jadi perhatian UNESCO, dia tak menjawab. Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem dan Nunu Nugraha, Kepala Biro Humas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tidak merespon pertanyaan Mongabay. Sambut baikVenansius Haryanto, peneliti di lembaga advokasi berbasis penelitian, Sunspirit for Justice and Peace-Labuan Bajo-Flores Barat sudah lama menantikan tindakan serius dari UNESCO.Pada 10 September 2020, kalangan organisasi masyarakat sipil di Labuan Bajo, mengirimkan surat resmi ke UNESCO mengenai kekhawatiran pembangunan proyek pariwisata di Taman Nasional Komodo.“Terus terang, ini memberikan energi baru dalam penantian panjang. Meski kami merasa ini akan terlambat, karena pembangunan di Pulau Rinca ini sudah hampir rampung,” katanya.Pembangunan di Pulau Rinca, katanya, sudah berjalan hampir 80% di tengah penolakan masyarakat. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2021-032-11.json | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | Venan mendesak, sarana prasarana masih dalam rencana alias belum dieksekusi, seperti resort-resort dan mengantongi konsesi itu segera dicabut. Dia sebutkan, seperti PT Segara Komodo Lestari di Pulau RInca, PT Komodo Wildlife Ecotourism, di Pulau Padar dan Komodo, PT Synergindo Niagatama, di Pulau Tatawa.“Kami sangat berharap dengan dokumen ini, keseluruhan izin perusahaan itu dicabut.”Dia bilang, sebaiknya pemerintah perlu mengikuti arahan UNESCO, seperti merevisi amdal.Venan pun meminta, rencana pembangunan ini evaluasi dan kaji ulang dan dibatalkan. Menurut dia, rencana pembangunan ini bahaya bagi konservasi dan ekonomi masyarakat yang hidup dari pariwisata berbasis komunitas di Taman Nasional Komodo. Baca juga: KLHK: Pengembangan Wisata Komodo Berprinsip Konservasi dan Libatkan Masyarakat, Benarkah? *****Foto utama: SUmber: Litbang lembaga advokasi berbasis penelitian, Sunspirit for Justice and Peace-Labuan Bajo-Flores Barat [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2014-027-17.json | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | [CLS] Pemerintah Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mengusulkan pengurangan luas hutan Aceh dari 3,405 juta hektar menjadi 3,352 juta hektar. Gubernur Aceh Zaini Abdullah menyebutkan, usulan pengurangan 53.000 hektar hutan tersebut, mendapat respon positif dari Komisi IV DPR RI.Zaini Abdullah mengatakan, Pemerintah Aceh Bersama beberapa pimpinan Kabupaten/Kota di Aceh, pada Senin (8/9) telah bertemu dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar, Firman Subagyo.“Pemerintah Aceh meminta agar RTRW Aceh segera disahkan mendapat respon positif atau disetujui oleh Komisi IV DPR RI, usulan perubahan kawasan hutan dalam revisi RTRW Aceh yang kami presentasikan pada Komisi IV DPR RI juga membuahkan hasil yang sangat menggembirakan,” kata Zaini.Usulan perubahan kawasan hutan Aceh yang berdampak penting dan cakupan luas serta nilai strategis (DPCLS) seluas 37.640 hektar juga mendapat persetujuan DPR RI. “Luas kawasan hutan Aceh daratan sebelum usulan perubahan adalah 3,405 juta hektar atau 60.01 persen dan setelah usulan perubahan, luasnya menjadi 3,352 juta hektar atau 59,06 persen, atau berkurang 0,95 persen,” jelas gubernur.Zaini Abdullah yang juga Mantan Menteri Luar Negeri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu juga mengatakan, perubahan status beberapa kawasan hutan juga sudah mendapat respon positif dari Menteri Kehutanan. Perubahan tersebut meliputi, perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas 80.256 hektar, perubahan fungsi kawasan hutan 130,542 hektar, dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas 26.461 hektar.“Perubahan peruntukan kawasan hutan yang disetujui Menteri tersebut adalah seluas 80.256 hektar, terdiri dari yang tidak termasuk berdampak penting dan cakupan luas dan bernilai strategis adalah 42.616 hektar,” lanjutnya. | [4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688] |
2014-027-17.json | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Sedangkan kawasan yang berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis seluas 37.640 hektar harus mendapat persetujuan DPR RI.“Wakil Ketua Komisi IV DPR RI dalam pertemuan tersebut juga mengatakan, anggota perlemen dari Komisi IV menyetujui hal tersebut, nanti akan diputuskan dalam rapat kerja dengan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan,” ujar Zaini.Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh menolak rencana pengurangan luas hutan Aceh yang diusulkan oleh Pemerintah Aceh, karena dinilai sangat banyak kepentingan khususnya perusahaan perkebunan dan pertambangan dalam rencana perubahan tersebut.Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur, menyebutkan dalam RTRW Aceh terjadi usulan pengurangan luas hutan Aceh, sekitar 200 ribu hektar.“Perubahaan alih fungsi hutan, tidak hanya merusak hutan, tapi juga mengancam kehidupan berbagai jenis satwa yang dilindungi seperti gajah dan harimau, serta satwa lainnya yang saat ini semakin terancam punah di Aceh,” sebut Nur.Koalisi Peduli Hutan Aceh (KPHA) menyebutkan, RTRW Aceh merupakan blue print pembangunan daerah yang masih membutuhkan persetujuan dari Menteri Dalam Negeri. RTRW Aceh juga akan mengatur tentang penggunaan ruang kehutanan yang dengan kondisi sekarang banyak mengalami deforestasi dan degradasi karena kegiatan pertambangan, illegal logging dan konversi.“Perubahan kawasan hutan Aceh melalui SK Menhut No. 941 tahun 2013 untuk mengatur tata ruang kehutanan Aceh, diantaranya merubah, perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi kawasan bukan hutan seluas 42.161 hektar, perubahan fungsi kawasan hutan seluas 130.542 hektar, dan perubahan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas 24.461 hektar,” sebut Jurubicara KPHA, Efendi Isma. | [0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08] |
2014-027-17.json | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Efendi mengatakan, untuk perubahan kawasan hutan menjadi kawasan bukan hutan seluas 37.640 hektar memerlukan persetujuan dari DPR RI, hal ini sesuai dengan PP No. 10 tahun 2010 tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, jo PP No. 60 tahun 2012 tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan.“Usulan perubahan kawasan yang berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis tersebut tersebar di beberapa kabupaten yang terjadi pada kawasan hutan lindung. Semestinya perubahan ini memerlukan penelitian lebih lanjut karena bisa menimbulkan banyak hal, salah satunya adalah perubahan ini dapat mengaburkan status hukum yang sedang berjalan ataupun proses hukum yang terjadi di atas kawasan yang dirubah peruntukannya. KPHA menemukan beberapa polygon perubahan yang kawasannya sedang terjadi proses hukum karena pelanggaran penggunaan kawasan,” ujar Efendi.Akan menjadi preseden yang sangat buruk bagi DPR RI apabila perubahan peruntukan ini disetujui tanpa melihat kondisi aktual di lapangan, karena pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat memanfaatkan momen penyusunan tata ruang kehutanan untuk keuntungan pribadi dan merusak hutan.“Usulan perubahan kawasan hutan lain yang terjadi di beberapa kabupaten di Aceh juga masih sarat dengan permainan, jumlah luas kawasan seperti terjadi di Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Pidie. KPHA sudah melakukan overlay peta dari SK Menhut 170 tahun 2000 dengan peta SK Menhut 941 tahun 2013,” sambungnya.Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan tim GIS KPHA, sebelum DPR RI memberikan persetujuan atas perubahan peruntukan dan perubahan fungsi hutan Aceh, harus melakukan cek dan ricek di lapangan dan melakukan pertemuan dengan stakeholder di daerah dan di provinsi Aceh, untuk mendapat masukan-masukan atas perubahan kawasan dimaksud. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2014-027-17.json | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | “Apabila DPR RI juga tidak melakukan cross cek di lapangan maka tata ruang Aceh akan semakin amburadul. Ketika eksekutif dan legislatif sudah tidak memperhatikan aspirasi rakyat, maka akan menghasilkan pembangunan yang timpang yang hanya memperhatikan keinginan para elit dan tidak memperhatikan kebutuhan rakyat,” ungkap Efendi. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | [CLS] Upaya menjaga sumber daya laut, salah satunya benih lobster, melalui penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2016 tentang Larangan dan Pengeluaran Lobster, Kepiting dan Rajungan, terus dilakukan. Terutama, di Nusa Tenggara Barat, provinsi yang menjadi sumber produksi benih lobster.Di wilayah yang masuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) itu, ribuan nelayan yang sebelumnya berprofesi penangkap benih lobster, sudah menyatakan berhenti melakukan aktivitas tersebut. Namun, deklarasi ini dinilai sejumlah kalangan yang kontra hanya akal-akalan saja, karena akan mematikan ekonomi rumah tangga (RT).Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di Jakarta, pekan lalu mengatakan, ribuan nelayan yang tersebar di tiga daerah, yakni Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Lombok Timur, membantah semua tuduhan pihak yang kontra. Bahkan, kata dia, nelayan dengan sikap terbuka menerima bantuan kompensasai Pemerintah Indonesia.“Masyarakat eks penangkap benih lobster sudah menyatakan siap menerima bantuan kompensasi bagi usaha budidaya ikan,” ujarnya. Baca: Saat Pocongan Lobster Dimusnahkan, Maka Langkah Baru Dijejak Menurut Slamet, dari hasil penelusuran di lapangan langsung, dia dan tim mendapatkan fakta bahwa semua elemen masyarakat memperlihatkan kekompakan dengan tetap menghentikan aktivitas penangkapan benih lobster. Bagi masyarakat, penghentian adalah upaya yang paling masuk akal, karena bisa menyelamatkan sumber daya laut dan sekaligus menyelamatkan ekosistemnya.“Masyarakat yang telah terverifikasi sebagai calon penerima bantuan, tidak ada satupun yang menolak dan mengembalikan bantuan yang akan diberikan. Mereka tetap komitmen dengan ikrar yang sudah diucapkan,” jelas dia. | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Ucapan Slamet diperkuat oleh pernyataan Kepala Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Haji Bangun. Menurut dia, tidak satupun warga yang menolak bantuan. Ia justru heran karena berkembang isu penolakan bantuan.“Justru, kami menunggu bantuan terealisasi dalam waktu dekat. Harapannya, usaha budidaya akan berjalan sukses, sehingga ekonomi kami kembali bangkit,” ungkapnya.Hal senada dituturkan Amaq Mita, warga yang sebelumnya berprofesi sebagai penangkap benih lobster di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah. Menurut dia, warga dan nelayan sudah berikrar menghentikan aktivitas penangkapan benih lobster.“Kami siap menerima bantuan yang akan digunakan untuk alih usaha ke budidaya ikan,” tandasnya. Dana kompensasi Untuk memuluskan implementasi Permen KP Nomor 56 Tahun 2016, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah mengalokasikan dana sebesar Rp50 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk biaya kompensasi pemberlakuan Permen kepada nelayan dan pembudidaya ikan.Slamet Soebjakto menyebutkan, dana kompensasi di antaranya akan diberikan untuk 2.246 RT eks penangkap benih lobster, masing-masing di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 873 RTP, Lombok Timur 1.074 RTP, dan Lombok Barat sebanyak 229 RTP.“Kami telah menyerap aspirasi masyarakat dengan memberikan kesempatan pilihan usaha budidaya yang akan digeluti pasca-pengalihan. Karena sebenarnya, mereka pada awalnya pembudidaya ikan, jadi kami akan kembalikan pada profesi semula,” jelas dia.Sementara, Direktur Badan Layanan Usaha (BLU) KKP Sharif Syahrial mengungkapkan, pihaknya siap membantu akses pembiayaan pengembangan usaha budidaya melalui sistem pinjaman lunak. Kata dia, masyarakat tinggal mengajukan proposal pinjaman melalui pendamping BLU yang ada di daerah masing-masing dan kemudian ditindaklanjuti. | [0.27853596210479736, 0.3501799404621124, 0.3712840676307678] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Sekretaris Jenderal KKP Rifky Effendi Hardijanto mengapresiasi kesadaran masyarakat eks penangkap benih lobster untuk menghentikan kegiatannya. Menurutnya, ini menandakan masyarakat mulai memahami pentingnya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.Rifky mengungkapkan, setidaknya 4 juta ekor benih lobster yang bernilai ekonomi sangat besar, setiap tahun keluar dari NTB dengan tujuan utama ke Vietnam. Menurutnya, fenomena eksportasi benih lobster tersebut justru menguntungkan negara lain, sementara Indonesia tidak bisa merasakan nilai tambah apa-apa.“Pemerintah sadar bahwa implementasi aturan ini pasti akan memberikan dampak ikutan yang akan mempengaruhi ekonomi masyarakat. Pemerintah tidak akan tinggal diam, telah siapkan antisipasi atas dampak ikutan tersebut dengan memberikan kompensasi berupa dukungan usaha pembudidayaan ikan,” pungkasnya. Pocongan lobsterDikenal sebagai provinsi sentra produksi lobster, ikrar yang diucapkan para nelayan di tiga kabupaten NTB ini bermakna sangat dalam. Alasannya, rencana Pemerintah untuk menjaga potensi lobster yang masih ada bisa terus berlanjut. Selain berikrar, para nelayan juga memusnahkan ribuan alat tangkap benih lobster atau dalam istilah nelayan setempat disebut pocongan.Pemusnahan pocongan dilakukan dengan cara dibakar di Teluk Bumbang yang merupakan salah satu sentral terbesar tangkapan benih lobster di Lombok. Di teluk tersebut, sedikitnya ada 1.000 lubang keramba jaring apung (KJA) yang di dalamnya berisi pocongan. Itu berarti, dalam sehari bisa puluhan ribu benih lobster yang tertangkap dan diperjualbelikan secara ilegal.Padahal, selain Teluk Bumbang, sentra benih lobster di Lombok ada juga di empat lokasi lainnya, yakni Teluk Awang, Teluk Gerupuk, Teluk Ekas, dan Teluk Sepi. Artinya, jumlah tangkapan benih lobster setiap hari diperkirakan berkali lipat banyaknya. | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Baca juga: Penyelundupan Benih Lobster Bernilai Jutaan Dolar AS Berhasil Digagalkan Panjang Jumadi, nelayan yang biasa menangkap benih lobster, mengaku menghentikan aktivitas menguntungkan tersebut karena sadar bahwa kegiatan tersebut tidak benar. Karenanya, dia bersama masyarakat sepakat beralih ke usaha perikanan budidaya.Sebagai gambaran bagaimana tingginya eksploitasi benih lobster, pada 2015 ada upaya penyelundupan 1,9 juta ekor benih lobster senilai Rp98,3 miliar ke berbagai daerah dan luar Indonesia. Sementara, dalam rentang 2014 total benih lobster yang keluar dari NTB tercatat 5,6 juta ekor dengan nilai mencapai Rp130 miliar. Kesadaran masyarakatIkrar dari warga dan nelayan di tiga kabupaten di NTB, menjelaskan bahwa saat ini pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga sumber daya laut, perlahan tapi pasti, meningkat. Masyarakat semakin sadar bahwa menangkap benih lobster ataupun lobster dengan ukuran berat maksimmal 200 gram atau lebih kecil lagi dan sedang bertelur, adalah kesalahan.“Kami juga bersedia memusnahkan alat tangkap benih, dan turut serta menjaga kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan. Serta, sepakat melaporkan penerima bantuan yang masih melakukan aktivitas penangkapan benih kepada Pemerintah dan aparat terkait,” ucap Legur, nelayan dari Lombok Tengah yang berikrar di depan pejabat Pemprov NTB dan masyarakat.Selain Legur, ada juga Saeful Rizal, nelayan dari Lombok Barat, dan Lalu Mahruf, nelayan dari Lombok Timur. Ketiga nelayan itu, menjadi wakil dari tiga kabupaten saat melakukan ikrar. Saat berikrar, selain berjanji tidak akan menangkap benih lobster lagi, ketiganya juga berjanji bersama masyarakat akan mulai beralih ke usaha budidaya ikan.Slamet Soebjakto berpendapat, dengan adanya ikrar dari nelayan dan masyarakat di tiga daerah tersebut, menunjukkan bahwa implementasi Permen KP Nomor 56 Tahun 2016 semakin bagus. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | “Implementasi Permen ini bukan semata-mata didasarkan pada niatan untuk mematikan usaha masyarakat, namun Pemerintah justru ingin menyelamatkan kepentingan yang lebih besar. Yaitu, bagaimana menyelamatkan sumber daya lobster agar nilai ekonominya bisa dinikmati secara jangka panjang,” ungkap dia.Menurut Slamet, meski ada yang menentang dengan pemberlakuan Permen tersebut, semua harus disikapi sebagai bagian dari pembelajaran bangsa Indonesia yang mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengelola sumber daya berkelanjutan. Aspek keberlanjutan harus dimaknai oleh semua pihak sebagai proses untuk memanfaatkan sumber daya tanpa mengorbankan generasi mendatang.“Mereka juga punya hak yang sama atas sumber daya yang ada, kuantitas maupun kualitasnya,” ucap dia.Pentingnya menumbuhkan kesadaran di NTB, menurut Slamet, karena di provinsi ini banyak potensi sumber daya kelautan yang bisa diandalkan, terutama lobster. Untuk itu, penting menjaga kelestarian aset tersebut, sehingga siklus kehidupan lobster berjalan normal.“Jika eksploitasi benih lobster terus berlangsung, dipastikan siklus kehidupan lobster akan terputus, dampaknya adalah ketersediaan stok lobster di alam akan menurun drastis. Sangat mungkin, anak cucu kita tidak akan mengenali lagi komoditas satu ini,” paparnya. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2012-027-14.json | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | [CLS] KONFLIK PTPN VII unit Cinta Manis dan warga petani, memakan korban jiwa. Pasukan Brimob, Jumat(27/7/12) datang menyisir ke kampung-kampung warga di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel). Bentrok warga dan polisi terjadi di Kampung Limbang Jaya menyebabkan, satu anak tewas tertembak, lima warga luka-luka.Warga di sekitar PTPN VII unit Usaha Cinta Manis, masih mencekam. Aparat kepolisian menyisir ke Desa Lubuk Keliat, dan sempat menangkap warga, lalu dilepas. Penyisiran dilanjutkan ke Desa Betung ketika sejumlah warga sedang shalat Jumat.Dari kronologi Walhi Sumsel, menyebutkan, penyelusuran ke kampung-kampung berlanjut. Desa Sri Kembang. Sekitar pukul 16.00, pasukan Brimob menyisir Desa Tanjung Pinang menuju Desa Limbang Jaya. Ratusan Brimob membawa senjata lengkap mengendarai sedikitnya tujuh truk kembali mendatangi Desa Limbang Jaya.Warga yang melihat ratusan brimob memasuki desa, beramai ramai mendatangi. Mereka ingin menanyakan kepentingan brimob memasuki desa. Namun melihat warga banyak datang, brimob mengeluarkan tembakan ke arah warga. Bentrok tak dapat dihindari.Karena tembakan membabi, seorang anak 12 tahun bernama Angga bin Darmawan tewas tertembak di kepala. Dia baru keluar dari tempat permainan (Play station) karena mendengar keramaian.Seorang warga bernama Saidi mengangkat tubuh Angga. Dia ingin memberi pertolongan. Brimob melarang Saidi. “Letakkan! kalau masih kau angkat nanti kutembak.“ Digertak seperti itu, Saidi tetap berdiri tegar dan mengatakan” Silakan tembak saya!” Mendengar jawaban Saidi, brimob inipun lari.Sekitar pukul 18.00, mendapat pesan singkat dari salah seorang petani Limbang Jaya yang mengawal korban ke RS Tanjung Batu. Pesan singkat itu mengabarkan, Angga meninggal di RS Tanjung Batu dengan luka tembak di kepala. Persisnya, peluru itu menembus kepala. | [0.9999862313270569, 6.966825367271667e-06, 6.8668000494653825e-06] |
2012-027-14.json | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Kemudian dikabarkan empat orang dilarikan ke RS Bayangkhara Palembang, antara lain perempuan bernama Jesica(16), satu Du binti Juni dan dua orang perempuan lain yang belum teridentifikasi. Sedangkan Rusman bin Alimin saat itu dalam kondisi kritis, dilarikan ke Palembang. Namun belum jelas dirawat di rumah sakit mana. Jadi, dalam peristiwa ini, korban satu tewas, luka lima orang, empat perempuan dan satu laki-laki.Sebelum itu, sejak (25/7/12) sejumlah aparat berjaga-jaga di beberapa gerbang desa. Aparat kepolisian menggeledah warga yang melintas di sekitar kawasan Cinta Manis. Warga merasa cemas melakukan aktivitas.Kamis(26/7/12) pukul 10.30, aparat brimob bersenjata lengkap, membawa pasukan 15 truk menyisir ke rumah-rumah warga Desa Sri Bandung. Setelah itu, mereka menangkap warga seperti Kaidil, dan Vino. Ketika orang yang dicari tidak berada di tempat, aparat menangkap istri. Kejadian itu dialami Nyonya Mardi. Nyonya Mardi ditangkap karena suami yang menjadi target tidak ada di rumah.Alasan mereka sweeping, mencari warga yang diduga menjarah pupuk milik PTPN VII. Meski pada malam hari sekitar pukul 00.00 warga dibebaskan karena tidak terbukti menjarah pupuk, namun penggeledahan itu menimbulkan trauma mendalam.Warga Dituding ProvokasiKorban tewas dan luka sudah diderita warga Ogan Ilir. Namun, polisi masih juga berdalih dan menduga warga yang memprovokasi. “Jadi itu sekitar pukul 16.00, kita sedang patroli dialogis dengan warga. Lalu tiba-tiba ada provokasi dan akhirnya terjadi bentrok itu,” kata Kapolres Ogan Ilir, AKBP Denny Dharmapala, seperti dikutip dari Detikcom Jumat (27/7/2012).Saat sedang dialog, tiba-tiba pasukan Brimob dilempari batu dan beberapa benda tajam. “Kita tiba-tiba ditimpukin oleh warga, pakai batu dan benda tajam.” | [0.9999862313270569, 6.966825367271667e-06, 6.8668000494653825e-06] |
2012-027-14.json | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Denny menambahkan, akibat kejadian itu Angga tewas. Namun dia mengaku belum diketahui penyebab bocah 12 tahun ini tewas. “Mau dilakukan autopsi terlebih dahulu,” ucap Denny. [SEP] | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | [CLS] Nyaris empat tahun silam, 9 November 2009, spanduk merah ukuran raksasa bertuliskan “Obama You Can Stop This” dibentangkan saat puluhan aktivis Greenpeace melakukan aksi damai menduduki ekskavator dan merantai diri pada sejumlah alat berat menentang perusakan hutan yang dilakukan RAPP di Teluk Meranti dan Teluk Binjai, Semenanjung Kampar, Riau. Dalam hitungan jam, konfrontasi damai ini menyebar luas di media-media nasional dan luar negeri dan bertahan beberapa hari. RAPP berang. Puluhan polisi dikerahkan. Warga terbelah, ada yang menolak dan menerima kehadiran Greenpeace. Dampak lanjutan, perusahaan kertas raksasa global UPM-Kymmene asal Finlandia memutuskan kontrak dengan APRIL, perusahaan induk RAPP. Di dalam negeri, menteri kehutanan sempat menghentikan sementara operasi RAPP.Kini, hampir empat tahun sudah berlalu. Mongabay Indonesia ingin melihat lebih dekat bagaimana kehidupan masyarakat setelah aksi besar-besaran tersebut. Apakah masyarakat semakin sejahtera setelah perusahaan akhirnya masuk dan mengganti hutan alam mereka dengan tanaman monokultur akasia atau sebaliknya mereka menyesal.Suasana Desa Teluk Meranti, Pelalawan, Riau akhir Januari lalu tidak jauh beda dengan tahun 2009. Jalanan masih banyak yang rusak. Jembatan yang melewati parit-parit di desa masih seadanya. Yang mencolok dan masih baru hanyalah jalanan kecil yang disemenisasi dan ternyata dibangun oleh program pemerintah pusat.Mahidin (59), warga Teluk Meranti kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Sesekali ia menjadi nelayan atau buruh di kebun milik orang lain. Sebenarnya Mahidin punya sawah kurang dari dua hektar. Namun sejak PT RAPP menghabisi hutan seberang desanya, sawah itu tak lagi bernilai ekonomi. | [0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Sawah itu kini tak mudah untuk dijangkau. Meski hanya 400 meter dari bibir Sungai Kampar. Hamparan ilalang setinggi 3 meter telah menutup ratusan hektar petak sawah masyarakat Teluk Meranti di Semenanjung Kampar dan menjadi semak belukar. Pondok-pondok kayu tempat mereka menjaga padi dari hama burung pipit dan babi kini sudah hancur tak terpakai.“Terakhir, Oktober lalu dah awak bersihkan semak-semak untuk ditanami padi. Tapi melihat kawan-kawan lain ndak ada yang nanam, tak jadi. Kalau semuanya berladang, kan hama babi dan tikus akan terbagi-bagi. Kalau sendiri aja ndak bisa,” ujar Mahidin kepada Mongabay akhir Januari.Mahidin adalah satu dari ratusan petani Desa Teluk Meranti dan Teluk Binjai yang merasakan dampak pahit operasi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang telah menghancurkan hutan gambut Semenanjung Kampar sejak 2009 dan hanya menyisakan ratusan hektar lahan sawah warga yang kini tak lagi bernilai ekonomis. Pembukaan hutan dan menggantinya dengan pohon akasia untuk pabrik kertas, telah mendorong satwa seperti babi semakin sering ke ladang dan sawah masyarakat karena sumber makanan di dalam hutan telah hilang.Terakhir, bapak empat orang anak ini memanen padi tahun 2011 namun hanya menghasilkan 15 kaleng. Padahal sebelum hutan hancur, sedikitnya padi yang dipanen mencapai 150-200 kaleng. Ukuran satu kaleng sama dengan 15 kg gabah atau tujuh kg beras. Begitu juga kondisi perkebunan jagung. Dulu hasilnya bisa mencapai 3 ton per hektar per tahun.Bukannya tanpa akal. Mahidin bersama petani sempat menyewa alat penyetrum yang biayanya 500 ribu per bulan untuk mengusir serangan babi. Ditambah harus bermalam di pondok. Tapi tetap saja hasilnya nihil. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Asa memanen padi sebagai sumber utama ekonomi keluarga pupus sudah. Petani pun terpaksa membeli beras untuk makan sehari-hari. Hilangnya mata pencaharian sebagai petani adalah lembaran pahit kehidupan Mahidin dan sebagian warga Teluk Meranti sejak itu.Perubahan hidup keluarga Mahidin diawali ketika kementrian kehutanan mengeluarkan SK 327 tahun 2009 tentang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan tanaman industri kepada PT RAPP yang mengkonversi hutan gambut Semenanjung Kampar menjadi kebun akasia untuk bahan baku kertas.Dalam surat keputusan tersebut, PT RAPP mendapat izin perluasan sebesar 115.025 hektar di empat kabupaten di Riau. Luas itu termasuk izin konversi hutan alam di Semenanjung Kampar seluas 76.919 hektar. Sebenarnya, izin menghancurkan hutan Semenanjung Kampar di daerah Teluk Binjai dan Teluk Meranti ini adalah perluasan kedua dari izin yang didapat sebelumnya.“Semenjak masuk PT inilah. Malam diam di sini terus. Berapa bulan kita berladang, segitulah (lamanya) kita jaga (di ladang). Kesal. Karena biasanya kita tak beli beras,” ujarnya lirih.Ancaman hilangnya sumber kehidupan seperti yang dialami oleh Mahidin sebenarnya sudah diperkirakan sejumlah pihak terutama LSM di Riau termasuk Greenpeace. Bukan hanya kehancuran masa depan masyarakat belasan ribu masyarakat teluk meranti dan sekitarnya saja, dalam pernyataan Greenpeace waktu itu, di dalam gambut Semenanjung Kampar seluas 683.839,81 hektar itu memiliki kandungan karbon dua miliar ton karbon yang jika dirusak dan lepas ke udara akan membentuk efek gas rumah kaca yang ini akan mendorong pemanasan global ke arah mengkhawatirkan. | [0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Data tersebut diperkuat Jaringan kerja penyelamat hutan Riau (Jikalahari) yang menyebut rata-rata kedalaman gambut Semenanjung Kampar mencapai 3 meter bahkan dari hasil kajian lapangan, ada kubah gambut yang dalamnya mencapai belasan meter dan merupakan kawasan lindung gambut. Ini belum termasuk dampak hilangnya habitat bagi satwa dilindungi.Berubahnya kemakmuran menjadi malapetaka juga dirasakan Jasri (40), warga Teluk Meranti. Apa yang dulu dikhawatirkannya atas dampak penghancuran hutan kini telah terjadi. Pembuatan kanal-kanal gambut oleh perusahaan telah menyebabkan banjir ketika air pasang semakin tinggi di saat musim hujan. Sementara itu tingkat keasaman gambut yang tinggi, mengalir deras ke sungai dan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan.“Yang dulunya belum pernah air pasang naik ke dalam rumah awak. Kini lah tanggolam. Inilah pertama kali pas Muharam (November) lalu banjir pasang paling tinggi selama awak hidup. Istilahnya bertambah kerja kami,” kata Jasri.Apa yang dialami warga saat ini jauh berbeda dengan teori yang digadang-gadangkan para akademisi waktu itu yang menyatakan bahwa pengelolaan gambut yang baik oleh RAPP akan mengurangi dampak kerusakan hutan. Bahkan model pengelolaan gambut ini diiklankan di halaman satu media-media lokal tahun 2010 lalu.Bukan saja kerusakan lingkungan, masuknya perusahaan juga memecah belah hubungan kekerabatan antara kelompok pro dan kontra perusahaan. Jasri yang bersanak saudara mengalami hubungan tak harmonis di antara mereka. Kini empat tahun sudah berlalu hubungan kekerabatan dengan saudaranya sudah berangsur membaik.“Namun hati tetap beda juga. Kalau dulu ada barang yang akan diperebutkan. Tapi sekarang tak ada lagi yang diperebutkan. Sebagian mereka masih ada yang bekerja di perusahaan sebagai kontraktor misalkan. Sebagian lagi mondar-mandir (menganggur),” ujarnya. | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Begitu juga menurut Muhammad Yusuf (58), tokoh masyarakat setempat. “Kami semuanya di sini rata-rata bersanak famili. Pak lurah itu paman kontan saya. Tapi kami beda pendapat. Beliau pro perusahaan. Saya maunya melindungi hutan seberang. Rata-rata masyarakat di bagian hulu ini mendukung aksi LSM. Karena dari mereka lah saya semakin tau pentingnya menjaga hutan,” katanya.Ditanya apakah selama empat tahun terakhir ada dampak kehadiran perusahaan bagi desanya, Jasri maupun Yusuf mengaku tidak ada perubahan. “Bantuan perusahaan tidak ada pada sektor perekonomian atau kesejahteraan masyarakat. Tapi yang ada cuma pembangunan. Penyelesain (sengketa lahan) tak tuntas, tapi yang penting kami sudah berusaha mempertahankan (hutan). Biar nanti kami tidak dicap menjual hutan sama anak cucu,” katanya.Di hilir desa yang sebagiannya mendukung kehadiran perusahaan kondisinya tampak tak jauh berbeda dengan tahun 2009 lalu. Jalan masih banyak rusak dan berlubang dan jembatan masih kayu. Ada perbedaan setidaknya beberapa bangunan yang baru.Syamsuir (36), ketua RT di bagian hilir desa yang pro perusahaan mengaku bahwa ada untungnya perusahaan mengambil hutannya. Setidaknya keuntungan itu berupa kegiatan pembangunan seperti semenisasi jalan, pembangunan ruang sekolah dan sebagainya. Ditanya soal bantuan yang terpusat di bagian hilir desa, Syamsuir menyanggahnya.“Gorong-gorong juga sampai di hulu ini juga. Kalau dulu mau bikin jembatan biasanya minta ke masyarakat. Sekarang bisalah minta ke perusahaan. Adanya aksi LSM juga membantu masyarakat untuk menekan perusahaan. Tapi sekarang ini ndak ada lagi LSM,” katanya.Meski dikatakannya perusahaan berbaik hati, namun Syamsuir kini masih dipusingkan dengan proposal permintaan bantuan bagi kelompok nelayannya yang belum ditanggapi perusahaan. “Bapak bisa bantu untuk menanyakannya ke perusahaan?,” tanyanya kepada Mongabay. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Keuntungan juga dirasakan Lurah Teluk Meranti, Hasan yang masih memendam marah terhadap LSM, terutama Greenpeace. Menurut dia, kehadiran Greenpeace telah memecah masyarakat menjadi dua kelompok, yang mendukung penyerahan hutan kepada perusahaan dan yang mempertahankan hutan. “Saya mendukung kehadiran perusahaan. Hasan sendiri mengaku mendukung kehadiran perusahaan di desanya. “Alhamdulillah masih dibikinkan karet oleh RAPP,” kata Hasan kepada Mongabay Indonesia di rumahnya. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2016-010-14.json | Komitmen Belanda untuk Ikut Revitalisasi Pesisir Pantai Utara Jawa | Komitmen Belanda untuk Ikut Revitalisasi Pesisir Pantai Utara Jawa | [CLS] Pemerintah Belanda menunjukkan komitmennya untuk ikut membantu revitalisasi kawasan pesisir di Pantai Utara Jawa yang dilakukan Pemerintah Indonesia. Keterlibatan tersebut, karena Belanda melihat posisi Pantai Utara Jawa memegang peranan penting untuk wilayah kelautan dan perikanan Indonesia.Untuk itu, Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Belanda melakukan kerja sama dengan menandatangani perjanjian letter of intent. Perjanjian tersebut, berisi komitmen kedua negara untuk melaksanakan revitalisasi Pantai Utara Jawa di Pulau Jawa.Menteri Infrastruktur dan Lingkungan Hidup Kerajaan Belanda Melanie Schultz van Haegen mengatakan, komitmen yang ditunjukkan negaranya diharapkan bisa terus ditingkatkan di masa mendatang. Dengan tujuan, agar revitalisasi bisa terus berjalan dan berdampak positif pada pembangunan lainnya.“Semoga kerja sama ini dapat terus diperkuat dan semakin mempererat hubungan kedua negara,” ucap dia pada awal pekan ini di Jakarta.Untuk diketahui, sejak 2015 lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjalin kerja sama dengan Konsorsium Ecoshape untuk melaksanakan kegiatan restoriasi pesisir melalui program Building with Nature (BwN). Kegiatan tersebut dilaksanakan di Demak, yang tidak lain adalah salah satu wilayah pesisir di Pantai Utara Jawa Tengah.Kerja sama tersebut resminya dimulai pada 3 Maret 2015 dan direncanakan akan berlangsung hingga 2019 mendatang. Adapun, KKP merilis bahwa kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman tentang Kerjasama di Bidang Air antara kedua Negara.Setelah itu, pada 14 Desember 2015, dilakukan penandatangan kerja sama di Sanur, Bali tentang “Agreement on Cooperation Namely Building with Nature (BWN) Indonesia: Securing Eroding Coastline Delta Project“. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2016-010-14.json | Komitmen Belanda untuk Ikut Revitalisasi Pesisir Pantai Utara Jawa | Komitmen Belanda untuk Ikut Revitalisasi Pesisir Pantai Utara Jawa | Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, lingkup kerja sama tersebut mencakup pembangunan perangkap sedimen (struktur hybrid), struktur pelindung pantai yang terbuat dari kumpulan cabang dan hutan yang memiliki multi-fungsi mengurangi erosi dan menangkap sedimen.“Kemudian, penanaman dan pemeliharaan mangrove, serta revitalisasi 300 ha tambak untuk budidaya berkelanjutan,” jelas dia..Susi juga menjelaskan, kerja sama lanjutan yang penandatanganannya dilakukan awal pekan ini, menjadi penguat bahwa pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pantai berkelanjutan itu penting dan diperhatikan Negara lain.Setelah kerja sama dijalin lagi, Susi menjelaskan, pihaknya akan melanjutkan kerjasama dengan Belanda untuk pembangunan rekayasa struktur hibrida serta meningkatkan produktivitas tambak di beberapa desa pesisir di Kabupaten Demak.“Kegiatan ini dirancang untuk meninjau kegiatan untuk pemulihan ekonomi masyarakat melalui budidaya perairan berbasis masyarakat yang berkelanjutan,” ungkap dia.Susi menuturkan, kerja sama yang dijalin sekarang, merupakan tindak lanjut dari program sebelumnya, yakni mangrove capital yang dilaksanakan pada 20133 dan BwN yang dilaksanakan pada 2015.Kesepakatan yang dilakukan kedua negara ini merupakan tindak lanjut kerjasama sebelumnya yakni program mangrove capital (2013) dan Building with Nature (2015). Kedua program tersebut dalam pelaksanaannya fokus pada revitalisasi kawasan pesisir mangrove di Kabupaten DemakDalam mengatasi degradasi Pantai Utara Jawa, Susi mengatakan, pihaknya sudah melakukan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan pesisir, mitigasi pesisir bencana dan adaptasi perubahan iklim, dan Ketahanan Pesisir Pembangunan Daerah (PKPT).Korban Banjir Garut Dapatkan Bantuan Benih dan Pakan Ikan | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2016-010-14.json | Komitmen Belanda untuk Ikut Revitalisasi Pesisir Pantai Utara Jawa | Komitmen Belanda untuk Ikut Revitalisasi Pesisir Pantai Utara Jawa | Sementara itu, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) KKP memberikan bantuan kepada pembudidaya ikan yang menjadi korban banjir bandang di Garut, Jawa Barat. Bantuan mencakup enam belas ton pakan ikan dan tiga juta ekor benih ikan.Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebijakto, bantuan yang diberikan terdiri dari 1,3 juta benih ikan mas, 1,2 juta ekor benih ikan lele dan 500 ribu benih ikan nila. Seluruh bantuan tersebut diberikan kepada 13 kelompok pembudidaya ikan yang ada di Garut.“13 kelompok tersebut adalah terdampak banjir dari Kecamatan Banyuresmi, Karangpawitan, Bayongbong, Pasir Wwangi, Garut Kota, Tarogong Kaler dan Tarogong Kidul,” ucap dia.Di Garut, Slamet mengatakan, saat ini daerah tersebut menjadi salah satu daerah di Indonesia yang potensial untuk dikembangkan perikanan budi daya. Potensi itu, karena di kota tersebut terdapat kolam air tenang dan tambak sekaligus.Slamet memaparkan dari potensi yang ada tersebut, kolam air tenang di Garut luasnya mencapai 4.000 hektare dan baru dimanfaatkan seluas 3.327,84 ha atau baru 83 persen. Kemudian, potensi tambak besar luasnya mencapai 1.000 ha dan baru dimanaatkan seluas 27,58 ha atau baru 2,75 ha saja.“Potensi itu menjadikan Garut sebagai salah satu sentra perikanan budidaya. Faktanya, Garut merupakan salah satu penyumbang kontribusi produksi ikan di tahun 2015 sejumlah 56,01 ribu ton dari total produksi Jawa Barat tahun 2015 sebesar 1,7 juta ton,” ungkap dia. [SEP] | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2013-003-05.json | Berharap Presiden Baru RI Peduli Perubahan Iklim | Berharap Presiden Baru RI Peduli Perubahan Iklim | [CLS] Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) telah berusia lima tahun, berdiri 2008. Tahun depan, era terakhir kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, alias, bakal ada Presiden baru. DNPI berharap, Presiden terpilih peka terhadap perubahan iklim hingga bisa memperkuat kehadiran lembaga ini.“Penting dan wajib keberlanjutan tata kelola perubahan iklim nasional, DNPI itu penting. Ini untuk hadapi kelembagaan perubahan iklim di tingkat global,” kata Rachmat Witoelar, Ketua DNPI di Jakarta, Selasa (10/12/13).Pergantian kepempimpinan pemerintahan pada 2014, menimbulkan kekhawatiran perubahan komitmen tentang iklim. “Gimana kalo calon tidak tune in, malah tak mau ada DNPI.” “Kalau sampai calon-calon tak concern (pada perubahan iklim) itu merugikan.”Dia berkaca, pada pengalaman negara lain, setelah ada pergantian pemerintahan, keberadaan lembaga perubahan iklim menjadi tak jelas. Australia, misal, malah menghapus kebijakan perubahan iklim mereka setelah pemerintahan baru, seperti climate change authtority, clean energy finance company, dan domestic carbon pricing scheme.“Policy berubah drastis. Saya harap Indonesia tak demikian. Jika lembaga tak berlanjut, maka akan akan kembali ke nol lagi. Dana-dana yang ada 2014, mau diberikan ke mana?”Perubahan komitmen penurunan emisi karbon juga terjadi di Jepang. Pemerintah negeri sakura ini dalam COP19 di Warsawa, Polandia, resmi mengumumkan perubahan komitmen penurunan emisi karbon dari 25 persen emisi tahun 1990 menjadi 3,8 persen dari emisi 2005. “Jepang shock dengan (tragedi pembangkit nuklir) di Fukushima, lalu pake power plant lagi.” | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2013-003-05.json | Berharap Presiden Baru RI Peduli Perubahan Iklim | Berharap Presiden Baru RI Peduli Perubahan Iklim | Untuk urusan perubahan iklim, sebenarnya, ideal ada sistem peraturan UU komprehensif, yang mempunyai kekuatan hukum tertinggi. Terlebih, jika ingin legal secara global, tentu diawali di level nasional terlebih dahulu. “Yang ada di Indonesia, sekarang parsial. Itu harus diusahakan. Kini, diproses antara kementerian agar ada pegangan institusional,” ucap Rachmat.Apakah sudah melakukan pendekatan-pendekatan ke calon-calon Presiden 2014? Menurut dia, pendekatan-pendekatan informal sudah dilakukan ke para kandidat. Namun, lebih intens akan dilakukan setelah April 2014. Dia juga sudah berbicara dengan berbagai pihak dan mentitipkan agar Indonesia tetap memegang komitmen tentang iklim. Kepada masyarakat, Rachmat berpesan, pada pemilu nanti agar memilih figur-figur peduli lingkungan, baik DPR maupun Presiden.Kepedulian negara-negara dalam meningkatkan komitmen penurunan emisi karbon sangat penting. Mengingat tanpa kepedulian dari semua negara, dampak buruk perubahan iklim bakal menimpa bumi dan penduduknya.Ban Ki Moon, Sekjen PBB, mendorong seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan memberikan dan meningkatkan komitmen penanganan perubahan iklim. Bahkan, pada 23 September 2014, akan digelar UN Climate Summit, sehari sebelum sidang umum PBB. “RI tetap mempertahankan komitmen pengurangan emisi karbon sebesar 26 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional sampai 2020,” ucap Rachmat.Hasil COP19Dalam konferensi Perubahan Iklim ke 19 (COP19) pada Sabtu (23/11/13) ini, Indonesia lewat Kementerian Perhubungan, mendapatkan bantuan pendanaan internasional untuk sistem transportasi massal ramah lingkungan.Proposal Kemenhut sebagai bentuk penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia (sustainable urban transport initiative-nationally approriate migitigation action/SUTRI NAMA), mendapat pendanaan lewat NAMA’s facility dari Pemerintah Inggris dan Jerman. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2013-003-05.json | Berharap Presiden Baru RI Peduli Perubahan Iklim | Berharap Presiden Baru RI Peduli Perubahan Iklim | Total dana proyek ini sekitar 70 juta Euro, dan Indonesia bersama Kolumbia, mendapatkan pendanaan sektor transportasi. Kuki Soejachmoen, Sekretaris Pokja Nagoisasi Internasional DNPI, mengatakan, proyek ini untuk pengembangan moda transportasi ‘hijau’ kota-kota sedang.“Kemenhub sudah cukup lama studi dan perencanaan pengembangan sistem transportasi kota bersahabat ini. Sudah ada rencana di beberapa kota didukung technical assistant,” ucap Kuki.Sedang, hasil penting lain dalam konferensi itu, antara lain penajaman rencana kerja menuju kesepakatan 2015, the Warsaw Framework for REDD+. Lalu, the Warsaw International Mechanism for Loss and Damage, mekanisme pendanaan di bawah United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Ada juga hasil kesepakatan tentang arsitektur kerangka kerja global perubahan iklim pasca 2020. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2018-060-13.json | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | [CLS] Popularitas ikan capungan Banggai atau Banggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) di dunia dalam beberapa dekade terus memperlihatkan peningkatan sangat signifikan. Di Amerika Utara, ikan yang sering dijadikan hiasan akuarium itu selalu menjadi perburuan bagi pecinta ikan hias. Perburuan itu, biasanya melibatkan Indonesia sebagai negara asal ikan endemik tersebut.Eksploitasi yang terus menerus dilakukan terhadap ikan yang masuk dalam keluarga cardinalfish tropis kecil Apogonidae dan merupakan satu-satunya anggota dari genusnya itu, bagi Pemerintah Indonesia bisa mengancam keberlangsungan populasinya. Apalagi, hingga saat ini tidak banyak lembaga yang sukses melakukan budidaya ikan tersebut alias pasokannya masih bergantung kepada alam.Untuk menjaga keberadaan ikan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara resmi telah menetapkan status ikan tersebut sebagai dilindungi terbatas. Pengesahan status tersebut dilakukan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 49/KEPMEN-KP/2018. Di dalam Kepmen tersebut, dijelaskan bahwa perlindungan dilakukan secara terbatas berdasarkan tempat dan waktu.baca : Banggai Cardinalfish, Ikan Asli Indonesia Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi di Jakarta, pekan lalu, menjelaskan bahwa tempat dan waktu tertentu yang disebutkan di dalam Kepmen, adalah berlaku hanya di wilayah Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah, dan hanya pada bulan Februari-Maret dan Oktober-November.Menurut Brahmantya, status yang termaktub di dalam Kepmen, dibuat berdasarkan hasil rekomendasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Riset Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP). Sesuai rekomendasi kedua lembaga tersebut, ikan capungan Banggai mencapai puncak musim pemijahan pada waktu-waktu yang disebutkan di atas. | [0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523] |
2018-060-13.json | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | “Keluarnya Kepmen tersebut menjadi bentuk komitmen dari Pemerintah untuk mengelola ikan endemik Indonesia melalui kaidah-kaidah pengelolaan secara berkelanjutan,” ungkapnya.Brahmantya menjelaskan, selain untuk menjaga kepentingan keberlanjutan kegiatan perikanan nasional, itu juga menjadi bukti bahwa Indonesia berkomitmen dalam menjaga sumber daya hayati dan lingkungannya. Dengan demikian, pemanfaatan ikan capungan Banggai bisa dilakukan secara lestari dan terus berlanjut hingga ke generasi berikutnya.baca : Banggai Cardinal ditengah Meningkatnya Kepopuleran dan Ancaman Populasinya Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Andi Rusandi menambahkan, ikan capungan Banggai biasanya hidup berasosiasi dengan bulu babi dan anemon. Untuk itu, dalam melakukan konservasi, perlu dilakukan secara terintegrasi dan secara menyeluruh. Dengan demikian, perlindungan dan pemanfaatan ikan tersebut bisa dilakukan secara bersamaan dan tetap dalam koridor yang aman.“Paling penting, harus ada juga perlindungan mikrohabitat ikan capungan Banggai melalui pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah,” tegasnya.Salah satu dukungan yang penting untuk dilakukan dalam melaksanakan konservasi ikan capungan Banggai, menurut Andi, adalah keterlibatan pemerintah daerah, yakni Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Laut dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Keterlibatan mereka, akan berdampak besar pada proses konservasi yang akan dan sudah dilakukan.“Dukungan pemerintah daerah dalam upaya perlindungan ikan capungan Banggai sangat besar pengaruhnya,” tandas dia.baca : Serunya Melihat Keluarga Banggai, Ikan Endemik Sulawesi yang Terancam Punah Peran Daerah | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2018-060-13.json | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Andi mengatakan, upaya yang dilakukan pemerintah daerah sendiri bukan tidak ada. Belum lama ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah melakukan pencadangan Kawasan Konservasi Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Daerah Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Banggai Laut (BANGGAI DALAKA) dengan luas kawasan mencapai 869.059,94 hektare.Upaya tersebut, bagi Andi, menjadi bukti dari keseriusan pemerintah daerah dalam melindungi hayati laut yang statusnya terancam. Oleh itu, bentuk apapun dalam upaya perlindungan dan konservasi, harus terus dilakukan dan diapresiasi oleh semua kalangan.Selain pencandangan, Andi menyebutkan, KKP bersama Pemprov Sulteng tengah berupaya menyelesaikan penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP3K Daerah BANGGAI DALAKA sebagai acuan bagi pengelola dakam melaksanakan kegiatan perlindungan, peestarian, pemulihan, pemanfaatan (berkelanjutan) sumber daya kelautan dan perikanan.“Ini dalam konteks siklus pengelolaan adaptif, agar target-target pengelolaan kawasan konservasi dapat tercapai,” sambung dia.Diketahui, ikan capungan Banggai adalah jenis ikan hias air laut endemik Indonesia. Ikan tersebut pertama kali ditemukan di perairan laut Pulau Banggai pada 1920. Selanjutnya, diketahui bahwa penyebaran endemik sangat terbatas dan sebagian besar berada di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah.Sebagai ikan endemik, capungan Banggai diketahui memiliki jangkauan yang sangat terbatas dalam suatu wilayah geografis dan diperkirakan hanya mencapai 5.500 kilometer persegi dengan total populasi kecil diperkirakan tak lebih dari 2,4 juta ekor.baca : Sanggupkah Indonesia Mengejar Singapura dalam Industri Ikan Hias Dunia? | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2018-060-13.json | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Selain di kepulauan Banggai, sebaran capungan Banggai juga ada di kepulauan lain. Sebuah populasi kecil ikan tersebut diketahui ditemukan di Luwuk, Sulawesi Tengah dan kemudian ditemukan lagi populasi tambahan di Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Fakta tersebut menegaskan bahwa capungan Banggai adalah terdiri dari populasi terisolasi dan terkonsentrasi.Meskipun endemik, akibat pelepasan pada jalur pedagangan sebagai ikan hias, populasi introduksi ikan tersebut dapat ditemukan di lokasi lainnya, seperti di perairan Luwuk, Bitung, Ambon, Kendari, Teluk Palu, dan Gilimanuk. Walau demikian, dari hasil penelitian, ikan capungan Banggai di kepulauan Banggai memiliki struktur genetika tertinggi dan memiliki corak warna yang khas, dibanding jenis di luar kepulauan Banggai.Ciri-ciri dari capungan Banggai, adalah ikan yang memiliki tubuh dengan panjang maksimal sekitar 8 centimeter. Dengan ukuran yang kecil, ikan tersebut tetap mudah dikenali karena memiliki sirip punggung berumbai di bagian pertama dan memanjang sampai ke ekor. Kemudian, pada sirip punggung kedua, diketahui berdiri sangat tegak dengan pola warna yang tegas yaitu tiga garis hitam di kepala dan tubuh.Ciri-ciri yang hanya ada pada capungan Banggai itu, semakin dipertegas melalui perbedaan antara jantan dan betina. Antara kedua jenis kelamin itu, terdapat rongga mulut yang mencolok besar dan itu hanya bisa terlihat saat mereka sedang diam. BerkelompokCiri-ciri lain yang bisa ditemui dari ikan capungan Banggai, mereka adalah ikan yang aktif pada pagi dan sore hari dan merupakan ikan laut tropis demersal yang biasa berkelompok hingga jumlahnya rerata 9 ekor. Saat berenang, ikan tersebut biasanya ada di perairan dangkal pada kedalaman antara 1,5 hingga 2,5 meter saja. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2018-060-13.json | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Sebagai ikan yang habitat utamanya di perairan dangkal, ikan capungan Banggai biasa mendiami habitat terumbu karang, padang lamun, dan daerah terbuka pasir. Selain itu, habitat dengan perairan yang tenang dan terlindungi oleh pulau-pulau lebih besar, biasanya juga menjadi habitat paling disukai oleh ikan tersebut.Di luar habitat-habitat tersebut, ikan capungan Banggai biasanya juga bisa ditemukan pada bulu babi, anemon laut, dan karang bercabang. Untuk makanan utama, ikan tersebut biasanya memakan planktonik, demersal, dan organisme bentik. Copepoda merupakan bagian terbesar dari sasaran mereka.Keunikan dari ikan capungan Banggai, adalah saat proses pemijahan. Biasanya, pasangan jantan dan betina akan membangun wilayah pemijahan beberapa meter dari kelompok utama. Kemudian, telur-telur yang ukuran diameternya 2,5 milimeter ditempatkan pada rongga mulut indukan jantan untuk jangka waktu tak terbatas hingga menetas.Tak hanya itu, sebagai spesies unik yang hidup di perairan terbatas, capungan Banggai juga membedakan dirinya dari ikan laut lain karena tidak memiliki tahapan plankton. Kemudian, sepanjang hidupnya, ikan tersebut bisa bertahan maksimal hingga 4 tahun di penangkaran dan 2 tahun di laut lepas.Di sisi lain, Andi Rusandi menjelaskan, perdagangan ikan capungan Banggai sebagai ikan hias dan di waktu bersamaan terjadi kerusakan mikrohabitat, mengakibatkan terjadinya penurunan kepadatan populasi ikan tersebut di habitat alaminya. Lembaga konservasi dunia the International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukan ikan capungan Banggai ke dalam daftar merah (red list) dengan kategori spesies yang terancam punah. | [0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431] |
2018-060-13.json | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Banggai Cardinal Jadi Ikan dengan Perlindungan Terbatas di Indonesia | Selanjutnya pada konferensi penandatangan (conference of parties/COP) Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora ke-17, dihasilkan keputusan yang mewajibkan Indonesia untuk mengimplementasikan upaya konservasi dan pengelolaan ikan capungan Banggai. Tujuannya, adalah untuk memastikan perdagangan internasional mempertimbangkan prinsip yang berkelanjutan serta melaporkan kemajuan dari upaya yang telah dilakukan pada pertemuan ke-30 Animal Committee CITES, pada 2018. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2013-040-12.json | Urgen Wajibkan Tambang Tak Rusak Lingkungan dan Bahayakan Manusia | Urgen Wajibkan Tambang Tak Rusak Lingkungan dan Bahayakan Manusia | [CLS] Eksploitasi tambang terjadi merata hampir di berbagai daerah di Indonesia. Tak kurang 149 juta hektar atau 44 persen daratan negeri ini digarap tambang. Kerusakan pun terjadi di mana-mana, tak hanya mengancam lingkungan, juga keselamatan warga. Untuk itu, sudah saatnya ada aturan mewajibkan operasi tambang tak merusak lingkungan dan mengancam jiwa manusia.Pius Ginting, Manajer Kampanye Tambang dan Energi Walhi Nasional, mengatakan, satu contoh tambang massif ada di Bangka. Hasil investigasi yang digelar oleh Friends of the Earth dirilis November 2012, mengungkapkan dua produsen smartphone, Samsung dan Apple, masih menggunakan bahan timah dari Pulau Bangka, Indonesia. Penambangan timah di Bangka, menyebabkan kehancuran hutan, tanah pertanian, merusak terumbu karang, dan merugikan masyarakat. Lingkungan rusak dan kehancuran lebih setengah pulau ini.Pada awal Maret 2013, Walhi bersama Friends of the Earth Netherlands, dan Inggris melayangkan surat kepada para produsen timah. Mereka menyayangkan situasi lingkungan dan keselamatan manusia dampak kegiatan penambangan timah di Bangka Belitung.Tiga lembaga ini meminta, penambangan memperhatikan pendapat masyarakat terdampak (veto rakyat), tidak akan menambang timah di kawasan lindung di hutan dan laut. Penambangan di laut tidak akan membahayakan terumbu karang, mangrove, rumput laut, daerah penangkapan ikan nelayan.Sampai saat ini, belum ada tanggapan dari para produsen timah. Namun, pada, 21 Maret lalu, ITRI, mengunjungi kantor Walhi Nasional di Jakarta. ITRI merupakan organisasi yang dibentuk untuk mendukung industri dan pengembangan timah. Sebagian besar operasi mereka didanai oleh para produsen timah dan smelter. | [0.999989926815033, 5.325947768142214e-06, 4.717151114164153e-06] |
2013-040-12.json | Urgen Wajibkan Tambang Tak Rusak Lingkungan dan Bahayakan Manusia | Urgen Wajibkan Tambang Tak Rusak Lingkungan dan Bahayakan Manusia | Pius mengatakan, laporan kepolisian Bangka, satu orang meninggal setiap minggu karena pertambangan. “Ini tak bisa dibiarkan berlangsung terus,” katanya, usai bertemu dengan utusan ITRI. ITRI, ujar dia, tak boleh menutup mata dengan dampak tambang yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan kehilangan jiwa manusia ini.Di Afrika, katanya, ada DODD Frank Act, yang mengatur tak boleh ada timah dari wilayah konflik di Kongo. Walhi pun meminta, di Bangka, ada kebijakan mandatori serupa, guna memastikan tak ada timah yang merusak lingkungan, termasuk wilayah tangkap nelayan, dan menelan korban jiwa. “Kami harap ITRI ikut mendorong regulasi ini baik di tingkat lokal maupun internasional.”Saat itu, ITRI, datang merespon kampanye Walhi tentang penambangan timah Bangka yang merusak lingkungan dan manusia. Mereka berjanji akan turun ke Bangka dan melihat pertambagan di daerah itu. Utusan ITRI bertanya, apa yang bisa dilakukan untuk perbaikan. Namun, satu sisi, mereka yakin, operasi tambang timah di Bangka, sudah sesuai UU Minerba tahun 2009.Audit LingkunganTak jauh beda dengan Walhi, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) pun menyerukan audit menyeluruh terhadap pertambangan di negeri ini. Jatam aksi di depan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyerukan masalah ini pada Kamis (28/3/13).A Haris Balubun, pengkampanye Jatam, mengatakan, audit lingkungan memang bukan satu-satunya jalan. Namun, setidaknya bisa mengungkapkan rekam jejak penyimpangan, dan kelalaian penyalahgunaan wewenang pengurus negara dalam mengelola sumber daya alam (SDA). “Dari sana dapat terlihat proses pemburukan lingkungan dan akibatnya. Ini tak lepas dari kepentingan kekuasan lokal dan nasional plus kekuatan modal.” | [0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06] |
2013-040-12.json | Urgen Wajibkan Tambang Tak Rusak Lingkungan dan Bahayakan Manusia | Urgen Wajibkan Tambang Tak Rusak Lingkungan dan Bahayakan Manusia | Audit lingkungan ini, kata Haris, bukan hal baru dalam kebijakan di Indonesia. Sebelum, UU NO 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mengamanatkan audit, sudah ada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Pelaksanaan Pedoman Lingkungan. “Namun, sampai saat ini belum ada langkah nyata.”Padahal, saat ini izin tambang merata di seluruh Indonesia. Jika tambang terus berkembang, maka status warga jauh dari selamat. “Kita masih ingat 16 desa di Sidoarjo, ditenggelamkan satu perusahaan saja dan menguras APBN. Bisa dibayangkan, jika 11 ribuan izin tambang dan migas mengkapling-kapling ruang hidup rakyat,” ujar dia.Tak hanya lahan rakyat, kawasan konservasi juga dicaplok. Data Jatam 2011, menyebutkan, sekitar 2,9 juta hektar luas izin tambang tumpang tindih dengan kawasan hutan. “Belum tentu semua sesuai prosedur alias legal,” kata Andri S Wijaya, Koodinator Jatam.Kasus-kasus perusakan lingkungan, nyata di lapangan dan merupakan potret kegagalan perlindungan lingkungan. Fakta ini, ucap Andri, tak lepas dari kebijakan pembangunan berbasis perizinan dengan peluang korupsi begitu luas. “Negarapun tak hanya rugi oleh kerusakan lingkungan juga oleh para koruptor.” Untuk itu, audit lingkungan sektor pertambangan harus segera dan menyeluruh dari perizinan hingga pasca tambang. [SEP] | [1.0, 8.754291735968422e-10, 8.769549530995846e-10] |
2014-018-02.json | Lampung Terancam, Mahasiswa Buka Posko Pengaduan Kerusakan Lingkungan Hidup | Lampung Terancam, Mahasiswa Buka Posko Pengaduan Kerusakan Lingkungan Hidup | [CLS] Guna memetakan berbagai persoalan lingkungan hidup di Lampung, termasuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam mengawasi persoalan lingkungan hidup, sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang difasilitasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung membuka posko pengaduan kerusakan lingkungan hidup. Lampung sendiri merupakan provinsi yang juga mengalami kerusakan akibat aktivitas perkebunan dan pertambangan.“Dibentuknya posko pengaduan ini untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup di Lampung. Kedepannya, diharapkan dapat meminimalisir potensi kerusakan lingkungan, serta menjadi petunjuk atau jawaban terhadap kebutuhan masyarakat yang selama ini tidak mengetahui atau merasa bingung menyikapi kerusakan lingkungan di wilayahnya,” kata Yeyen Komala Sari, Koordinator Posko Pengaduan Kerusakan Lingkungan Hidup melalui siaran persnya, Minggu (26/10/2014).“Tujuan lainnya, menginventarisir berbagai persoalan lingkungan hidup di Lampung, yang sampai saat ini masih belum didapatkan angka pasti,” ujarnya.Bagi masyarakat yang akan melapor, selain mengadukannya ke posko atau ke nomor telepon 0721-707710 dapat pula menghubungi Yeyen Komala Sari dengan nomor 082281419610.Dijelaskan Yeyen, Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kondisi lingkungan hidupnya memprihatinkan. Tandanya, hilangnya sumber daya alam serta banyaknya kerusakan tanah, pencemaran air karena limbah, kerusakan polusi udara akibat asap industri dan sebagainya.Misalnya di Bandar Lampung. Perusakan perbukitan yang beralih fungsi menjadi lahan bisnis, salah satunya penambangan batu di Bukit Sukamenanti. Hal tersebut berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan yang akan merusak ekosistem. | [0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08] |
2014-018-02.json | Lampung Terancam, Mahasiswa Buka Posko Pengaduan Kerusakan Lingkungan Hidup | Lampung Terancam, Mahasiswa Buka Posko Pengaduan Kerusakan Lingkungan Hidup | Di Bandar Lampung dulunya terdapat 33 bukit. Namun, kota yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera yang luasnya 169,21 kilometer persegi dengan jumlah penduduk hampir satu juta jiwa ini, kini tinggal memiliki 11 bukit.Di Lampung Barat, di wilayah ini kerusakan lingkungan di dominasi kegiatan pertambangan atau penebangan pohon. Kemudian di Lampung Tengah, berupa pencemaran Sungai Way Seputih, Way Tulang Bawang, sebagai akibat limbah industri yang berada di sekitar sungai. “Dan masih banyak lagi fakta-fakta kerusakan lingkungan yang ada di Lampung,” katanya.Posko pengaduan ini merupakan inisiatif para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Lampung seperti Universitas Lampung, Politeknik Negeri Lampung, IAIN, AAL, Politeknik Kesehatan, dan Universitas Bandar Lampung. Para mahasiswa ini sebelumnya merupakan aktifis pencinta alam. “Kami coba menyikapi permasalahan kerusakan lingkungan tersebut, dengan membuat wadah perkumpulan dan mendeklarasikan terbentuknya posko pengaduan kerusakan lingkungan hidup.”“Ke depan posko pengaduan ini akan dibentuk pada semua kampus yang ada di Bandar Lampung,” ujarnya.Luas wilayah Lampung sekitar 35 ribu kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 8 juta jiwa. Provinsi ini terdiri 15 kabupaten dan kota. Lampung dikenal sebagai provinsi yang wilayahnya dipenuhi perbukitan dan gunung. Gunung yang terkenal yakni Krakatau, Seminung, dan Rajabasa.Ada enam sungai besar yang mengalir di Lampung, seperti Way Sekampung, Way Semaka, Way Seputih, Way Jepara, Way Tulangbawang, dan Way Mesuji.Terdapat ratusan perkebunan, pertambangan dan pertambakan udang di Lampung. Perusahaan yang terkenal seperti PTPN VII, PT. Dipasena, PT. Wachyuni Mandira, Gunung Madu Plantation dan Sugar Group, serta PT. Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI).Perkebunan yang dominan seperti ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lainnya. [SEP] | [0.5002273321151733, 0.01127683836966753, 0.4884958565235138] |
2012-032-11.json | Jakarta Akan Terapkan Aturan Green Building Tahun Depan | Jakarta Akan Terapkan Aturan Green Building Tahun Depan | [CLS] Tahun 2013 pemerintah DKI Jakarta mulai mewajibkan setiap pemilik gedung-gedung tinggi di ibukota untuk mengikuti peraturan ramah lingkungan yang ditetapkan di seluruh wilayah. Kepala DInas Pengawasan dan Penertiban DKI Jakarta Pandita mengatakan bahwa lembaganya saat ini masih menyosialisasikan peraturan ramah lingkungan ini kepada semua pemilik gedung dan konsultan yang ada di Jakarta.“Peraturan baru ini akan mulai diterapkan bulan April 2013 mendatang. Terkait hal itu kami tidak akan mengeluarkan izin pembangunan gedung baru dan juga tidak memberikan sertifikat ramah lingkungan, bagi gedung yang gagal memenuhi regulasi baru ini,” ungkap Pandita.Kendati demikian, peraturan baru ini yang sudah disetujui oleh dewan kota bulan April tahun ini, hanya akan dikenakan para bangunan-bangunan tertentu.Semua sekolah dan semua lembaga pendidikan dengan luas 10.000 meter persegi atau lebih, semua hotel dan pusat kesehatan dengan luas lebih dari 20.000 meter persegi, pusat perbelanjaan, kompleks apartemen dan perkantoran lebih dari 50.000 meter persegi, akan terkena peraturan ini. Berdasar data dari pemerintah kota, sekitar 200 bangunan mask ke dal am kriteria ini.Dalam peraturan baru ini, ada lima kategori yang harus dipenuhi pemilik gedung untuk memenuhi kriteria ramah lingkungan. Pertama adalah manajemen bangunan. Untuk bangunan baru penerapan peraturan ini dimulai sejak masa pembangunan konstruksi, namun bagi bangunan lama penerapan peraturan ini hanya diberlakukan dalam operasional gedung sehari-hari.Komponen kedua adalah efisiensi energi, yang fokus menekan konsumsi energi dengan memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami. Ketiga adalah kosnervasi air. Semua bangunan harus menerapkan penggunaan air yang efisien, daub ulang air dan memiliki penyimpan air human.Keempat adalah kualitas udara termasuk penggunaan ventlasi dan filter udara yang baik. Terakhir adalah kegunaan lokasi, atau site usage. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2012-032-11.json | Jakarta Akan Terapkan Aturan Green Building Tahun Depan | Jakarta Akan Terapkan Aturan Green Building Tahun Depan | “Sebenarnya tidak semahal itu untuk mengubah gedung menjadi ramah lingkungan. Berdasar perhitungan kami peningkatan biaya perawatan gedung hanya akan meningkat sekitar 7 hingga 8 persen,” ungkap Pandita lebih lanjut. “Selain itu, kita harus siap dengan kenaikan harga air dan listrik.”Pendiri Green Buiding Council Indonesia (GBCI) Naning Adiwoso menyambut baik peraturan ini, ia mengatakan ini saat yang tepat bagi pemerintah untuk menerapkan tindakan nyata dalam isu-isu lingkungan. “Sebuah hal baik jika peraturan baru ini memang wajib sifatnya dan memiliki sanksi bagi yang melanggar,” ungkap Naning, namun akan lebih baik jika memang ada reward atau insentif bagi pemilik gedung yang menjalankan upaya ini dengan baik.GBCI adalah sebuah organisasi non-profit yang fokus dalam pendidikan dan membantu pengelolaan gedung untuk memenuhi standar yang berkelanjutan. Lembaga ini juga memebrikan sertifikasi bagi gedung yang ramah lingkungan. Di Jakarta, hanya satu gedung yang telah mendapat sertifikat GBCI.Menurut standar GBCI, gedung yang ramah lingkungan idealnya berhasil mereduksi penggunaan air dan energi sekitar 20 hingga 30 persen.Sementara sebuah penelitian dari United Nations Environment Programme (UNEP) menunjukkan bahwa perkotaan hanya mengambil lahan di dunia sekitar 2%, namun mengonsumsi 75% energi di seluruh dunia, dan sektor bangunan ini mengonsumsi sekitar 40% energi, 30% energi mineral dan 20% energi air. [SEP] | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2023-008-18.json | Daerah Diminta Waspada Antisipasi Kebakaran Hutan | Daerah Diminta Waspada Antisipasi Kebakaran Hutan | [CLS] Kebakaran hutan dan lahan diprediksi meningkat di sejumlah wilayah di Indonesia awal 2023. Beberapa titik wilayah rawan karhutla terpantau sudah memiliki titik panas, antara lain, Kalimantan Barat, Riau dan Kalimantan Tengah. Pemerintah daerah diminta siap siaga mengantisipasi karhutla.Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, potensi karhutla pada 2023 lebih tinggi dibandingkan tiga tahun lalu yang memiliki musim kemarau basah. Secara umum, katanya, curah hujan pada 2023 diprediksi dalam kategori normal.“Perlu diwaspadai potensi karhutla pada Februari di wilayah utara Riau seperti Riau, sebagian Jambi, dan sebagian Sumatera Utara memasuki kemarau,” katanya dalam rapat koordinasi khusus penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di KLHK, Januari lalu.Dwikorita juga mendorong pemerintah daerah bersiap mengantisipasi potensi karhutla meskipun potensi hujan masih ada di sebagian wilayah pada April-Mei 2023.Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan meminta, seluruh pemerintah daerah perlu waspada mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di wilayah mereka. Terutama, katanya, wilayah rawan kebakaran dan memiliki kawasan hutan guna mampu mencegah dan menanggulangi kebakaran di wilayahnya.“Saya berharap, kepada seluruh pimpinan daerah yang mempunyai hutan rawan terkait kebakaran dari sekarang waspada. Kita pertahankan prestasi nasional kita yang beberapa tahun terakhir sudah sepi dari gugatan dan protes dunia internasional karena sudah bisa mengendalikan,” katanya, dalam konferensi pers Koordinasi Kesiapsiagaan Menghadapi Karhutla 2023, di Jakarta, akhir Januari lalu.Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas kebakaran dalam dua tahun terakhir turun dari 358.000 hektar pada 2021 jadi 204.000 hektar pada 2022. Angka ini cenderung terus menurun setelah karhutla besar terakhir pada 2019 seluas 1,6 juta hektar. | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2023-008-18.json | Daerah Diminta Waspada Antisipasi Kebakaran Hutan | Daerah Diminta Waspada Antisipasi Kebakaran Hutan | Pada 1-19 Januari 2023, terdapat pemantauan terjadi 66 kebakaran hutan dan lahan di 11 povinsi dengan luas total 459 hektar.“Tahun 2023 ini, Indonesia mungkin akan mengalami anomali iklim curah hujan menipis dan bisa jadi lebih panas,” ujar Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Berdasarkan data satelit Modis dengan sensor Terra Aqua dari NASA dalam situs sipongi.menlhk.go.id setidaknya terdapat 33 hotspot (titik api) di seluruh Indonesia dan 73 penanganan kebakaran hutan dan lahan. Titik api itu tersebar di Jawa Timur, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Papua, Maluku dan Sulawesi.Bersama dengan TNI, Polri, KLHK dan Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) melakukan koordinasi dan pemantauan kesiapan setiap daerah dalam menghadapi karhutla. Baik dari kesiapan organisasi di daerah, sumber daya manusia dan teknologi.BNPB memiliki ruang pemantauan khusus seluruh aktivitas kawasan hutan dan hutan serta potensi titik api di setiap daerah.”Koordinasi pemerintah daerah perlu diperkuat dan selalu memantau serta melaporkan kondisi titik api di daerah mereka,” ujar Mahfud.Letnan Jenderal Suharyanto, Kepala BNPB mengatakan, ada enam provinsi prioritas berpotensi tinggi karhutla, yakni Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Meskipun begitu, katanya, tak menutup kemungkinan terjadi di provinsi lain.“Jika terjadi kebakaran kita operasi darat fokus sebelum api membesar maka api sudah dipadamkan. Kemudian operasi udara menggunakan heli patroli dan water bombing,” katanya. Teknologi modifikasi cuacaDwikorita mengatakan, pemerintah juga mengantisipasi dengan teknologi modifikasi cuaca untuk mengatasi banjir di daerah, sebelum ada api, titik panas tinggi, dan lahan gambut kering. | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2023-008-18.json | Daerah Diminta Waspada Antisipasi Kebakaran Hutan | Daerah Diminta Waspada Antisipasi Kebakaran Hutan | Tujuan TMC ini saat kemarau, katanya, untuk membasahi gambut agar kelembapan dan tinggi muka air terus terjaga. “Kita harus lakukan teknologi modifikasi cuaca khusus untuk pembasahan gambut dan mengurangi hotspot pada provinsi rawan karhutla. Tidak kalah penting kita harus patroli pengendalian karhutla dan manajemen gambut.”Siti bilang, akan terus melakukan pengendalian karhutla bersama para pemangku kepentingan terkait. “Kalau kebakaran hutan akibat swasta sepertinya tidak ada ampun. Jika ada hotspot di konsesinya, kita beri warning. Cara law enforcement itu ternyata paling baik. Kalau terdeteksi kebakaran di swasta pasti kena,” katanya.Secara terpisah, Arie Rompas, Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia mengatakan, penanganan karhutla selama ini belum serius dan masih seperti pemadam kebakaran. Padahal, masalah ini bisa terprediksi dan diantisipasi sebelum ada titik api.“Asap itu terjadi atas kelalaian pemerintah dari sisi regulasi untuk hak atas lingkungan baik dan sehat. Kenapa karhutla terjadi, ya karena gambut rusak, izin kepada perkebunan skala besar keluar dengan regulasi lemah. Itu terjadi berulang,” katanya kepada Mongabay.Dia nilai, upaya pemerintah melindungi gambut belum efektif dalam mencegah kebakaran. “Penanganan berulang menjadi sebuah siklus yang dampaknya rakyat jadi korban.”Arie adalah salah satu penggugat kepada pemerintah atas karhutla dan kabut asap di Kalimantan Tengah pada 2015 ini mengatakan, dalam persidangan sempat disebutkan karhutla terkendali dalam beberapa tahun terakhir bukan usaha pemerintah. Namun, katanya, karena La Nina atau musim kemarau basah.“Faktor utama dari kebakaran, ekosistem gambut rusak dan fenomena cuaca yang mempercepat kebakaran.” ******** [SEP] | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2018-067-17.json | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | [CLS] Pemerintah akan segera mengeluarkan rekomendasi impor garam untuk memenuhi kekurangan garam industri sebesar 1,33 juta ton dari total kebutuhan 3,7 juta ton. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sendiri dikabarkan akan menerbitkan rekomendasi untuk impor garam sebesar 600 ribu ton. Adapun, izin yang sudah diterbitkan dari kebutuhan 3,7 juta ton adalah 2,37 juta ton dan diterbitkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).Impor tersebut dengan payung hukum berupa Peraturan Pemerintah (PP) No.9/2018 tentang Tata Cara Pengendalian Impor Komoditas Perikanan dan Komoditas Pergaraman Sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri.Dengan bakal diterbitkannya izin impor tambahan garam oleh Kemenperin, maka hal tersebut mengambil kewenangan penerbitan izin tersebut oleh KKP dalam Undang-Undang No.7/2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam.Sejumlah kalangan menilai penerbitan PP No.9/2018 tersebut sebagai kebijakan yang kurang tepat. Penerbitan PP memang akan memuluskan impor garam, tetapi juga sekaligus akan semakin menyudutkan masyarakat pesisir dan petambak garam.Penilaian tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati di Jakarta, Minggu (18/3/2018). Menurut dia, kebijakan tersebut dinilai sudah tidak berpihak lagi kepada kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan petambak garam di Indonesia. Padahal, selain impor, ada pilihan lain yaitu pembenahan tata kelola garam nasional yang masih amburadul.“(Presiden) Jokowi tidak punya itikad baik (untuk) membenahi tata kelola garam. PP ini dinilai semakin mempermudah impor komoditas perikanan dan pergaraman yang selama ini jelas-jelas hanya menguntungkan pengimpor saja,” ungkapnya. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2018-067-17.json | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Menurut Susan, penerbitan PP oleh Presiden Joko Widodo tersebut, juga semakin menegaskan bahwa pemerintahan sekarang semakin kehilangan komitmen untuk melindungi dan memberdayakan masyarakat pesisir yang selama ini memiliki kontribusi besar terhadap komoditas perikanan dan pergaraman di Indonesia.baca : Kenapa Harus Impor Garam Lagi? Kontra UU No.7/2016Tak hanya memperlihatkan sikap tidak konsisten, Susan menerangkan, substansi dari PP tersebut juga sudah jelas bertentangan dengan Undang-Undang No.7/2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam. Padahal, kedua peraturan itu diterbitkan dalam kurun waktu hampir berdekatan.Susan merinci beberapa hal yang bertentangan dalam PP dengan UU No.7/2016. Pertama, di dalam UU No.7/2016, kewenangan pengendalian Impor komoditas perikanan dan pergaraman berada di bawah kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sementara, dalam PP No.9/2018, kewenangan sudah beralih ke bawah kendali KKP, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan.“Hal ini jelas akan terus melanggengkan ego sektoral kementerian dalam urusan impor,” kata dia.Poin kedua yang menjadi perhatian Susan, adalah tentang klausul yang ada di dalam UU yang menyebut penetapan tempat pemasukan, jenis, waktu pemasukan, dan/atau standar mutu wajib impor garam dengan sangat jelas, yakni mengikuti ketentuan dan aturan yang ditetapkan oleh KKP. Akan tetapi, dalam PP, aturan itu dikaburkan.Tak hanya itu, Susan kemudian menambahkan, di dalam PP sudah tidak dibahas lagi tentang batasan waktu impor komoditas perikanan dan pergaraman. Pembebasan batasan itu, akan menjadi kebijakan yang sangat berbahaya di kemudian hari.baca : Kenapa Kebijakan Impor Garam Harus Ditinjau Kembali? | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2018-067-17.json | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Mempertimbangkan dua hal utama yang disebutkan di atas, Susan meminta Pemerintah untuk segera membatalkan PP No.9/2018 karena itu bertentangan dengan UU No.7/2016 sekaligus berpotensi mematikan industri perikanan dan pergaraman rakyat di Indonesia.Terpisah, Sekretaris Jenderal Persaudaraan Petambak Garam Indonesia (PPGI) Waji Fatah Fadhilah mengungkapkan kekecewaannya atas penerbitan PP No.9/2018. Menurut dia, penerbitan PP akan semakin mempermudah impor garam ke Indonesia tanpa mempertimbangkan waktu yang tepat seperti waktu panen raya garam rakyat.“Kami masyarakat petambak garam kecewa dengan pemerintah,” tegasnya.Waji mengatakan, alasan Pemerintah yang menyebut kandungan natrium klorida (NaCl) dalam garam masyarakat tidak sampai 97 persen, merupakan alasan klasik yang seharusnya tidak perlu dimunculkan. Menurut dia, saat ini petambak garam rakyat sudah terus meningkatkan kualitasnya dan itu terjadi di banyak tempat.Waji kemudian mencontohkan, di kebun garam miliknya di Cirebon, Jawa Barat, sudah sejak lama garam diproduksi dengan memerhatikan kandungan NaCI di atas 97 persen. Tak hanya itu, di saat musim hujan, kebun miliknya masih bisa melakukan produksi garam hingga mencapai 200 ton.“Pemerintah seharusnya memperkuat usaha garam rakyat dengan cara mengimplementasikan seluruh mandat yang terkandung di dalam UU No.7/2016. Sebaliknya, dengan mempermudah impor garam melalui aturan baru, justru akan mematikan usaha garam rakyat secara perlahan-lahan,” pungkas dia.baca : Dulu Indonesia Swasembada Garam, Kini Jadi Importir Garam, Ada Apa Sebenarnya? Sementara, pendapat serupa juga diungkapkan Serikat Nelayan Indonesia (SNI) yang menilai penerbitan PP yang ditandatangani langsung oleh Presiden Joko Widodo, merupakan kebijakan yang salah karena sudah bertabrakan dengan UU No.7/2016. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2018-067-17.json | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Sekretaris Jenderal SNI Budi Laksana di Jakarta, Minggu, menjelaskan, Pemerintah membuat langkah blunder dengan menerbitkan PP impor garam. Seharusnya, Pemerintah jeli tentang adanya ketidakjelasan kewenangan dalam kendali impor yang selama ini berjalan.“Ini adalah masalah keberpihakan dan ketidakberpihakan. Adanya tumpang tindih kewenangan dalam kendali impor di kementerian mengindakasikan tarik menarik kepentingan yang kuat,” ungkap dia.Menurut Budi, persoalan kelangkaan garam selalu menjadi masalah dari tahun ke tahun tetapi tidak ada upaya dari Pemerintah untuk mencari jalan keluar. Tak hanya itu, penerbitan UU No.7/2016, juga sudah menegaskan bahwa Pemerintah harus memberikan perlindungan kepada petambak garam yang menjadi stakeholder dalam dunia perikanan dan kelautan.Akan tetapi, Budi menyebut, bagi Pemerintah, langkah terbaik untuk memecahkan persoalan garam adalah dengan memilih jalan pintas untuk memberikan izin impor garam melalui penerbitan PP. Padahal, di dalam PP yang menjadi prioritas adalah 21 perusahaan yang mendapatkan kuota impor garam.“Sementara, masyarakat petani garam yang tinggal di sepanjang pesisir pantai Indonesia diabaikan,” tegas dia.baca : Bangkit dari Keterpurukan, Indonesia Targetkan Swasembada Garam pada 2019. Bagaimana Strateginya? MendesakMenteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di kesempatan berbeda pada Minggu menjelaskan, Pemerintah memiliki pertimbangan sendiri kenapa saat ini PP diterbitkan dan memberikan kewenangan Kemenperin untuk menerbitkan rekomendasi impor garam. Menurut dia, alasan utamanya adalah karena saat ini kebutuhan garam industri sudah sangat mendesak.“Saat ini kebutuhannya sudah sangat mendesak. Sudah tidak ditemukan jalan keluar lagi, ya itu yang dilakukan,” ujarnya. | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2018-067-17.json | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Darmin mengatakan, sebelum diterbitkan PP oleh Presiden, kementerian melakukan koordinasi untuk memecahkan persoalan pasokan garam industri. Saat itu, KKP sebagai kementerian yang memberikan rekomendasi, tidak kunjung memberikan rekomendasi tambahan untuk impor garam. Padahal, di saat yang sama, kebutuhannya sudah sangat mendesak.Tetapi, Darmin melanjutkan, dorongan KKP yang ingin memberdayakan industri garam rakyat yang tersebar di sejumlah daerah untuk membantu pasokan garam industri, dinilai tidak tepat. Mengingat, kualitas garam lokal hingga saat ini masih belum bisa dipakai untuk kebutuhan garam industri. Akibatnya, pasokan untuk sementara masih belum bisa dipenuhi.“Itu sudah jelas tidak bisa. Garam lokal itu tidak bisa dipakai untuk garam industri,” ucap Darmin.baca : Ada Praktik Kartel dalam Tata Niaga Garam Nasional? Adapun, Darmin menyebutkan, industri yang hingga saat ini masih memerlukan pasokan garam industri, misalnya industri kaca, dan kertas. Kedua industri tersebut, terancam tidak bisa melaksanakan produksi karena pasokan garam industri sudah tidak ada lagi.Jika kondisi itu terjadi, Darmin menjelaskan bahwa Indonesia tidak bisa membantu industri yang sudah mendapatkan kucuran investasi dari dalam dan luar negeri. Dari perusahaan yang sedang mengalami kesulitan itu, bahkan ada yang mengancam akan merelokasi usahanya ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia.Kesimpulannya, Pemerintah akan segera mengeluarkan rekomendasi impor garam untuk menggenapi kebutuhan garam industri sebesar 3,7 juta ton. Adapun, izin yang sudah diterbitkan dari kebutuhan 3,7 juta ton adalah 2,37 juta ton dan diterbitkan KKP. Kebutuhan IndustriMenteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan tetap mengimpor garam untuk kebutuhan sejumlah industri dalam negeri, antara lain di industri kimia, aneka pangan dan minuman, farmasi dan kosmetika, sampai kertas. | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2018-067-17.json | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Kenapa Pemerintah Tak Juga Perbaiki Tata Kelola Garam Nasional? | Airlangga pun menjelaskan, kualitas garam yang digunakan oleh industri tidak hanya terbatas pada kandungan natrium klorida (NaCl) yang tinggi, yakni minimal 97 persen. Namun, masih ada kandungan lainnya yang harus diperhatikan seperti Kalsium dan Magnesium dengan maksimal 600 ppm serta kadar air yang rendah.“Jadi, pemerintah mengimpor garam untuk kebutuhan bahan baku industri-industri tersebut. Sedangkan untuk garam konsumsi, masih akan dipenuhi oleh industri garam nasional,” jelasnya melalui siaran pers di Jakarta, Minggu (18/3/2018).baca : Seperti Apa Dugaan Keterlibatan Kartel dalam Tata Niaga Garam Nasional? Ketua Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Tony Tanduk menyambut baik adanya kebijakan baru yang memastikan mengenai ketersediaan pasokan bahan baku garam industri. Sedangkan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman menyampaikan, seiring dengan peningkatan investasi dan ekspansi, industri makanan dan minuman membutuhkan setidaknya 550 ribu ton garam sebagai bahan baku setiap tahunnya.Sementara itu, Direktur PT Asahimas Chemical Eddy S. menyatakan, garam industri merupakan bahan baku utama di sektor industri kimia dasar yang dibutuhkan lebih dari 400 perusahaan nasional. Diperkirakan, untuk industri-industri kimia sejenis, penggunaan garam industri impor saat ini sekitar 1,8 juta ton per tahun. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2016-094-17.json | Tuntutan KLHK Terhadap PT. BMH di PN Palembang Dinilai Lemah Dukungan. Benarkah? | Tuntutan KLHK Terhadap PT. BMH di PN Palembang Dinilai Lemah Dukungan. Benarkah? | [CLS] Keputusan Pengadilan Negeri Palembang yang menolak tuntutan pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terhadap PT. Bumi Mekar Hijau (BMH) sebesar Rp7,9 triliun terkait kebakaran hutan tahun 2014, membuat kecewa para pegiat lingkungan hidup.Terkait kekalahan tersebut, ada yang berpendapat jika majelis hakim yang memimpin persidangan tidak memahami persoalan lingkungan hidup, dan ada juga berpendapat tuntutan yang diajukan KLHK terlalu lemah. Namun, ada yang berpendapat kekalahan tersebut karena lemahnya dukungan dari publik. Benarkah?“Saya memang merasakan antusiasme masyarakat maupun pegiat lingkungan hidup di Palembang terhadap kasus PT. BMH versus KLHK tidak begitu kuat, meskipun ada sejumlah pegiat lingkungan hidup yang terus memantau persidangan,” kata Sri Lestari Kadariah, praktisi hukum lingkungan hidup di Palembang, Selasa (05/01/2016).Kenapa ini terjadi? “Saya menilai KLHK gagal mengkonsolidasikan tuntutan mereka terhadap PT. BMH dengan kawan-kawan pegiat lingkungan hidup, termasuk dari kalangan akademisi maupun mahasiswa di Palembang. Saya pribadi baru mengetahui persoalan tersebut sekitar September 2015. Dan sampai saat ini pun saya tidak mendapatkan salinan naskah gugatan KLHK terhadap PT. BMH,” kata mantan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan ini.Menurut Sri Lestari Kadariah, salah satu pengacara yang sempat menyusun gugatan hukum terkait kebakaran hutan dan lahan gambut di Sumatera Selatan pada 2014 bersama Walhi Sumsel, tapi gugatan ini tidak berlanjut, ada beberapa kelemahan dari persidangan tersebut. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2016-094-17.json | Tuntutan KLHK Terhadap PT. BMH di PN Palembang Dinilai Lemah Dukungan. Benarkah? | Tuntutan KLHK Terhadap PT. BMH di PN Palembang Dinilai Lemah Dukungan. Benarkah? | Pertama, ketua majelis hakim bukanlah hakim yang memiliki sertifikasi lingkungan hidup. “Seharusnya pada saat memulai persidangan, KLHK meminta Pengadilan Negeri Palembang untuk merekomendasikan ketua majelis hakim adalah hakim bersertifikasi lingkungan, termasuk pula para anggotanya. Kalau hanya hakim anggota yang bersertifikasi, hakim tersebut tidak dapat dituntut untuk selalu hadir dalam proses persidangan,” kata Sri.“Jika sejak awal ada dukungan dari berbagai kalangan, tuntutan tersebut jelas akan didukung publik,” katanya.Kedua, seharusnya tim kuasa hukum yang dibentuk KLHK harus melibatkan para pengacara lokal yang paham persoalan lingkungan hidup dan lebih dekat dengan persoalan. “Jika ada pengacara lokal yang paham lingkungan hidup yang dilibatkan, saya pikir dia akan bekerja sangat serius dan fokus karena dia juga merasa mewakili masyarakat Sumatera Selatan yang menjadi korban kebakaran hutan dan lahan,” ujarnya.Hadi Jatmiko, Direktur Walhi Sumatera Selatan, mengaku pihaknya memantau persidangan tersebut setelah proses persidangan berjalan beberapa kali. “Kami mendapatkan kabar tersebut setelah adanya jumpa pers KLHK di Jakarta. Sebelumnya kami tidak tahu atau diberi tahu,” ujarnya.Memang, melihat majelis hakim yang dipimpin hakim yang tidak bersertifikasi lingkungan, kami melakukan aksi tuntutan di Pengadilan Negeri Palembang terkait dengan persoalan tersebut.Pelajaran bersamaDr. Yenrizal, pakar lingkungan hidup dari UIN Raden Fatah Palembang mengatakan kekalahan KLHK di Pengadilan Negeri Palembang merupakan pelajaran yang sangat berarti dalam penegakan hukum lingkungan hidup di Indonesia.“Ini bukan hanya memukul wajah para pegiat lingkungan hidup, juga Pemerintahan Jokowi yang mencanangkan diri secara international berpihak pada penjagaan lingkungan hidup.” | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2016-094-17.json | Tuntutan KLHK Terhadap PT. BMH di PN Palembang Dinilai Lemah Dukungan. Benarkah? | Tuntutan KLHK Terhadap PT. BMH di PN Palembang Dinilai Lemah Dukungan. Benarkah? | “Saya pikir ini pelajaran berharga bagi KLHK maupun semua pihak yang peduli dengan lingkungan hidup. Sehingga langkah hukum berikutnya, terhadap pihak yang diduga bertanggungjawab atas kebakaran hutan dan lahan gambut di Sumatera Selatan pada 2015 dapat berjalan optimal,” katanya.“Baik itu terkait dengan berkas tuntutan, maupun meluasnya dukungan dan pemantauan dari berbagai pihak terhadap proses hukumnya di pengadilan,” kata Yenrizal.“Saya percaya, jika berkas tuntutan yang diajukan optimal. Saksi yang dihadirkan para pakar, majelis hakim bekerja optimal, adanya pemantauan publik yang luas, maka penegakan hukum terkait lingkungan hidup akan berjalan maksimal.”Sesuai prosedurPenilaian negatif sejumlah pihak terkait majelis hakim yang diketuai Parlas Nababan dengan anggota Kartijono dan Eli Warti dalam persidangan gugatan perdata KLHK terhadap PT BMH, dibantah Ketua Pengadilan Negeri Palembang, Sugeng Hiyanto.“Ketiganya dipilih sesuai urutan. Pak Parlas adalah Wakil Ketua (Pengadilan Negeri Palembang), Pak Kartijono sudah bersertifikasi hakim lingkungan. Jadi semuanya sudah memenuhi syarat,” kata Sugeng kepada wartawan di Palembang, seperti dikutip dari Viva.co.id, Selasa (05/01/2015).Sugeng menyayangkan sikap oknum yang sengaja merusak situs milik Pengadilan Negeri Palembang setelah putusan sidang perkara kebakaran hutan dan lahan gambut tersebut.Dia menilai, seharusnya masyarakat mengerti bahwa merusak perangkat milik negara dapat mengganggu pelayanan publik. Masyarakat terhalangi untuk mengetahui perkara yang sedang berjalan di Pengadilan Negeri Palembang.“Putusan, ya putusan. Kalau tidak suka, ya (mengajukan gugatan) banding (ke Pengadilan Tinggi). Tapi jangan ada yang merusak website,” ujarnya. [SEP] | [0.999991238117218, 4.4677594814857e-06, 4.305404672777513e-06] |
2012-016-09.json | Warga dan Nelayan Berau Usir LSM Konservasi Laut dari Pulau Sangalaki | Warga dan Nelayan Berau Usir LSM Konservasi Laut dari Pulau Sangalaki | [CLS] Warga Pulau Sangalaki di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur melakukan protes terhadap perlindungan penyu di pulau tersebut karena dianggap tidak melibatkan warga setempat. Ratusan warga Pulau Derawan, sejak lima hari lalu sudah menduduki kawasan Pulau Sangalaki dan mengosongkan wilayah tersebut dari aktivitas konservasi penyu. Semua lembaga lingkungan yang ada di wilayah tersebut dipaksa keluar dari pulau tersebut oleh warga.Dilansir dari Tribun Kaltim, Warga yang mayoritas berprofesi nelayan tersebut mengusir petugas dan menghentikan kegiatan konservasi penyu yang dilakukan oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan sejumlah organisasi lingkungan seperti World Wide Fund for Nature (WWF).Agustina Tandi Bunna atau Ebe pengamat lingkungan sekaligus menjabat Outreach Coordinator – The Nature Conservancy menilai, persoalan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan warga Pulau Derawan, yang telah lama menggantungkan hidupnya dari penjualan telur penyu yang kemudian dinyatakan ilegal setelah menjadi kawasan konservasi yang dikelola oleh pemerintah pusat.“Masyarakat merasa tidak puas dengan itu (konservasi lingkungan), masyarakat ingin ikut ambil bagian, karena setelah muncul kebijakan itu, masyarakat kehilangan mata pencaharian,” kata Agustina, Senin 24 September 2012 silam kepada Tribun Kaltim.Hal senada diungkapkan oleh Koordinator Program Marine Kaltim WWF Rusli Asdar di Tanjung Redeb, sehari sebelumnya Minggu 23 September 2012, yang menuturkan kedatangan para nelayan mendatangi Pulau Sangalaki menggunakan kapal nelayan. Mereka langsung menghentikan seluruh kegiatan operasional petugas konservasi di pulau itu. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2012-016-09.json | Warga dan Nelayan Berau Usir LSM Konservasi Laut dari Pulau Sangalaki | Warga dan Nelayan Berau Usir LSM Konservasi Laut dari Pulau Sangalaki | Bahkan sejumlah wisatawan yang tengah berwisata menyelam di pulau itu juga diancam dan langsung disuruh pulang. “Kami didatangi masyarakat nelayan dari Pulau Derawan sekitar pukul 11.00 Wita dan mereka langsung menyuruh kami menghentikan seluruh kegiatan konservasi yang kami lakukan bersama dengan BKSDA. Wisatawan pun juga disuruh langsung meninggalkan pulau itu,” kata Rusli.Sementara, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim, H Riza Indra Riyadi mengimbau masyarakat nelayan di kabupaten Berau untuk memahami keberadaan kawasan Pulau Sangalaki sebagai kawasan konservasi perlindungan penyu. Ini terkait adanya pendudukan pulau tesebut oleh sebagian nelayan di sana.“Saya berharap, masyarakat bisa memahami dan menjaga sebaik-baiknya kawasan itu sebagai kawasan konservasi perlindungan penyu, sesuai ketetapan Menteri Kehutanan RI. Kalau sudah ditetapkan Menhut sebagai kawasan konservasi, konsekuensinya harus dijaga,” ujar Riza Indra ketika dikonfirmasi wartawan di Samarinda, Selasa kepada diskominfo Kaltim.Menurut Riza, usulan penetapan Sangalaki sebagai kawasan konservasi perlindungan penyu juga dari bawah, yakni dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim dan Pemkab Berau, karena habitat penyu semakin berkurang. Sebab, pulau tersebut merupakan salah satu daerah yang tepat menjadi tempat penyu bertelur dan menetas, sehingga harus dilindungi. “Jika dibiarkan, jangan heran kalau lambat laun salah satu fauna yang dilindungi ini punah dari Kaltim. Itu salah satu fungsi BKSDA Kaltim menjaga pulau tersebut sebagai kawasan konservasi,” timpal Riza agak prihatin. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2012-016-09.json | Warga dan Nelayan Berau Usir LSM Konservasi Laut dari Pulau Sangalaki | Warga dan Nelayan Berau Usir LSM Konservasi Laut dari Pulau Sangalaki | Warga sendiri merasa kesal karena terkadang para pelaku konservasi ini memperlakukan mereka dengan kasar. Dilansir dari The Jakarta Globe, mereka juga pernah dituduh mencuri telur penyu yang ditetaskan. “Selama 10 tahun adanya proses konservasi penyu di kepulauan Derawan dan sekitarnya, kami tidak mendapatkan apa pun kecuali menjadi penonton,” ungkap Yakobus, salah satu warga yang melakukan protes. Dia juga menambahkan bahwa para ahli konservasi juga memegang kontrol terhadap manajemen pulau ini. “Kami ingin pulau Sangalaki bebas dari ahli konservasi.”Jika kondisi ini terus berlanjut, hal ini dikhawatirkan akan mengganggu siklus perkawinan penyu, karena bulan September hingga November adalah musim kawin bagi para penyu, seperti disampaikan oleh Ahang Moord, dari Yayasan Konservasi Penyu Berau.Saat ini, pulau ini masih dijaga oleh polisi lokal untuk mencegah agar tidak ada terjadi pencurian telur penyu dan warg tidak menduduki pulau ini. Harus diakui, kebiasaan memakan warga telur penyu masih menjadi tradisi yang umum di sebagian kecil warga Kabupaten Berau. Kendati harganya mahal, yaitu sekitar satu juta rupiah setiap sarang, atau sekitar Rp 8.000 per butir, permintaan telur penyu ini tetap tinggi.Kepulauan Sangalaki adalah salah satu pulau di gugusan kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Tempat ini adalah salah satu lokasi Kawasan Konservasi Laut di Indonesia, yang menjadi bagian dari Segitiga Terumbu Karang dunia. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau utama, yaitu Derawan, Sangalaki, Maratua, dan Kakaban serta berbagai pulau kecil di sekitarnya. [SEP] | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2013-034-14.json | Spesies Ikan Baru Ditemukan di Kepulauan Kei Maluku | Spesies Ikan Baru Ditemukan di Kepulauan Kei Maluku | [CLS] Seorang pengusaha yang juga petualang asal Amerika Serikat bernama William Matthew Brooks bersama beberapa rekannya telah berhasil mengidentifikasi spesies baru ikan yang hidup di perairan sekitar Pulau Kei Besar, Kepulauan Kei, Propinsi Maluku. Spesies ini dinamai Eviota pamae, sebagai penghargaan atas istrinya yang bernama Pamela Scott Rorke. Pamela juga bagian dari tim penyelam yang melakukan ekspedisi yang berhasil menemukan spesies ikan baru ini bulan Februari 2013 silam ini.Eviota pamae masuk ke dalam famili gobiidae, yang merupakan famili terbesarikan-ikan laut yang terdiri dari sekitar 1600 jenis. Badan ikan dari famili ini biasanya memanjang, dan ukurannya sekitar 15 cm. Pada beberapa jenis saluran dan pori-pori berkembang di kepala. Gigi kecil, conical atau villiform yang membentuk seperti pita di rahang. Beberapa jenis dengan dua sirip punggung, akan tetapi lainnya dengan satu sirip punggung; sirip punggung yang pertama dengan jari-jari keras yang fleksibel, sirip punggung yang kedua dengan jari-jari lunak; sirip perut pada beberapa jenis terhubungkan sampai membentuk bentuk lempengan mangkok, tetapi terpisah pada beberapa jenis.Penemuan spesies baru ini baru diumumkan pada bulan April 2013, dua bulan setelah penemuannya di kepulauan Kei tersebut. Dengan melakukan identifikasi terhadap 42 spesimen yang dibawa ke San Francisco, Amerika Serikat, tim William Brooks memastikan bahwa spesies yang ditemukan ini adalah spesies baru yang berbeda dari kerabat terdekatnya, Eviota raja.Spesies Eviota raja sendiri bisa ditemui di perairan Raja Ampat, di dekat wilayah kepala burung propinsi Papua. Kedua spesies ini berbeda dari pola warna di tubuh mereka. Spesies baru Eviota pamae ini saat ini diketahui hanya hidup di perairan di sekitar kepulauan Kei, di Maluku. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2013-034-14.json | Spesies Ikan Baru Ditemukan di Kepulauan Kei Maluku | Spesies Ikan Baru Ditemukan di Kepulauan Kei Maluku | Penemuan besar ini telah dimuat dalam sebuah jurnal ilmiah Aqua, International Journal of Ichthyology, yang secara khusus memuat ikan temuan baru dari kepulauan Maluku ini sebagai laporan utama dan cover mereka. Jurnal Aqua sendiri mendeskripsikan ikan Eviota pamae sebagai: “….spesies yang memiliki warna cerah yang ditemukan oleh penyelam William Matthews Brooks dan Mark Erdmann saat kunjungan singkat mereka ke kepulauan Kei di Maluku, Indonesia….”CITATION: Gerald R. Allen, William M. Brooks and Mark V. Erdmann: Eviota pamae, a new species of coral reef goby (Gobiidae) from Indonesian seas, pp. 79-84 [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2015-085-12.json | Konflik SDA di Riau Tertinggi Di Indonesia. Kenapa? | Konflik SDA di Riau Tertinggi Di Indonesia. Kenapa? | [CLS] Riau menjadi provinsi nomor wahid di Indonesia yang paling banyak kasus sengketa penguasaan sumberdaya alam (SDA) sepanjang 2014. Karut marut perizinan, tapal batas serta kekerasan merupakan faktor dominan yang memicu konflik menjadi terbuka. Bahkan di tahun 2015 diperkirakan meningkat.Dalam laporan akhir tahun LSM Scale Up yang berbasis di Riau, sepanjang 2014 setidaknya terdapat 60 kasus sengketa. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan laporan yang dikeluarkan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) di akhir tahun lalu yang mencatat hanya 52 kasus. Provinsi tertinggi kedua jumlah konfliknya adalah Jawa Timur dengan 44 kasus, diikuti Jawa Barat 39 kasus dan Sumatra Utara dan Sumatra Selatan yang sama-sama 33 kasus.Namun menurut Scale Up, angka konflik di Riau itu menurun dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 62 kasus. Harry Octavian, Direktur Scale Up mengatakan hal itu bisa saja dikarenakan tidak adanya publikasi atas konflik di masyarakat.Scale Up mengkompilasi data konflik dari pengaduan masyarakat, monitoring pemberitaan di media massa, cetak atau pun online. Dengan metode seperti ini juga tidak bisa memastikan apakah konflik tahun ini berbeda dengan konflik di tahun sebelumnya di lokasi yang sama, termasuk apakah ada konflik yang sudah terselesaikan di tahun sebelumnya dan tidak muncul lagi di tahun 2014.“Jadi kita (hanya) lihat apakah ada unsur konflik seperti luasan, objek dan lain-lain lalu bisa kita kategorikan konflik SDA. (Kalau dari) media ada proses verifikasi. Konflik bisa muncul atau tidak. Ini lebih general,” ujar Harry kepada Mongabay Indonesia akhir pekan lalu di kantornya. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2015-085-12.json | Konflik SDA di Riau Tertinggi Di Indonesia. Kenapa? | Konflik SDA di Riau Tertinggi Di Indonesia. Kenapa? | Dalam laporan itu juga disebutkan sektor perkebunan dan kehutanan adalah yang paling dominan konfliknya yakni 25 dan 24 kasus. Konflik lainnya yaitu 8 kasus tapal batas dan 3 kasus tambang. Jika dilihat dari sebaran per kabupaten, maka Kabupaten Pelawan paling banyak sengketa kehutanan yang mencapai 10 kasus lalu diikuti Rokan Hilir, Siak, dan Kampar masing-masing 3 kasus.Di sektor perkebunan, kasus terbanyak terjadi Kabupaten Rokan Hulu yakni 6 konflik dan diikuti Pelalawan dan Kampar masing-masing lima kasus. Dalam laporan tersebut juga menyebutkan luasan lahan yang bermasalah di sektor perkebunan 87.125 hektar dan sektor kehutanan 376.890 hektar.“Kadang di berita itu tidak ditulis jumlah lahan yang bermasalah, jadi kami verifikasi sendiri. Jika tidak ditemukan angkanya, maka (luasan) yang diambil adalah luas izin perusahaan itu,” kata Harry.Terkait dengan penyebab utama dari maraknya konflik tersebut, Harry menjelaskan akarnya adalah karut-marut perizinan baik di sektor kehutanan maupun perkebunan. Banyak perusahaan yang beroperasi terlebih dahulu baru, kemudian mengurus izin. Padahal lokasi yang diajukan sebagai kebun terdapat lahan atau pun kebun milik masyarakat setempat.“Ini misalnya terjadi di Kuala Cinaku ada perusahaan kelapa sawit yang sudah beroperasi bertahun-tahun tapi belum mengurus izinnya. Ini khan kacau,” ujarnya.Selain itu ketidakjelasan tapal batas antara pemilik konsesi dan masyarakat juga memicu timbulnya konflik. Juga ketidakjelasan tapal batas antara kabupaten, kota ataupun provinsi. Kondisi ini diperparah dengan pengerahan aparat keamanan seperti polisi dan tentara yang mempertajam dan memperluas perselisihan.Untuk tahun 2015, Harry memperkirakan tren konflik pemanfaatan SDA masih tinggi, dikarenakan tidak adanya upaya pemerintah lokal dalam menyelesaikan konflik. | [0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08] |
2015-085-12.json | Konflik SDA di Riau Tertinggi Di Indonesia. Kenapa? | Konflik SDA di Riau Tertinggi Di Indonesia. Kenapa? | “Saya melihatnya konflik ini memang bukan prioritas bagi pemerintah kabupaten dan provinsi. Ditambah lagi kebutuhan lahan bagi masyarakat semakin tinggi, sementara pemerintah memberikan lahan dalam skala luas ke beberapa pengusaha saja. Jadi ini trennya akan meningkat di tahun 2015 ini,” kata Harry.Selain bukan prioritas, pemerintah lokal sering mengatakan bahwa kasus tersebut di luar kewenangan mereka sehingga harus dituntaskan oleh pemerintah pusat. “Pemerintah di sini masih sering lempar tanggungjawab dengan mengatakan konflik yang terjadi di luar tanggung jawab mereka dan pemerintah pusat yang harus menyelesaikannya. Padahal siapa yang memberikan rekomendasi izin kalau bukan pemerintah lokal,” katanya.Lalu apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menekan angka konflik di tahun ini, Harry mengatakan pemerintah harus menertibkan perizinan pengelolaan SDA dan mempercepat penyelesaikan konflik yang ada melalui lembaga khusus konflik SDA.“Harus ada pemerintah daerah yang menginisiasi dibentuknya kelembagaan penyelesaian konflik. Apakah itu di bawah kepala daerah langsung yang isinya bisa semua pihak. (Melalui ) penyelesaian ADR (alternatif dispute resolution), pola-pola kemitraan, dan juga di tata batas. Termasuk penerapan FPIC (free, prior and informed consent /persetujuan atas dasar informasi tanpa paksaan) dari perusahaan (kepada masyarakat),” tambahnya. [SEP] | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2012-020-14.json | Kaki Merapi Kering, Penduduk Terpaksa Membeli Air | Kaki Merapi Kering, Penduduk Terpaksa Membeli Air | [CLS] Meski sudah dibangun sumber air di daerah Bebeng, Sleman, akan tetapi warga di Dusun Besalen dan Dusun Banjarsari, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan Sleman tidak mendapatkan aliran air sedikitpun dari sumber air tersebut. Untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka harus membeli menggunakan tangki mobil dengan pihak ketiga. Untuk ukuran tangki 5000 Liter, mereka harus membayar sejumlah 85 rb sedangkan 60 rb untuk ukuran 4000 Liter. Sudah dua bulan ini, semenjak bulan kemarau warga merasakan benar-benar kesusahan kebutuhan air bersih.Menurut Parlan, warga dusun Baselen saat ditemui Mongabay Indonesia, Jumat, 7 September 2012, mengatakan, satu tangki truk habis terpakai untuk kebutuhan sehari-hari dalam waktu 2 minggu bahkan seminggu. Selama ini jarang mendapatkan bantuan air dari Pemerintah Kabuapten Sleman. Kalaupun ada hanya sebatas sumur buatan, akan tetapi sama saja, ikut kering juga ketika kemarau dan jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan warga. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut warga harus membeli air dari pihak ketiga yang datangnya juga sulit ditentukan. “Jarang ada bantuan dari pemerintah, warga sudah merasakan ini sejak setelah erupsi. Kekurangan air seperti ini pun terus berulang, kalau sudah kemarau, akan sangat menyiksa kami,” kata Parlan.Saat ini ada sekitar 150 Kepala Keluarga (KK) yang merasakan kekurangan air bersih di kedua dusun tersebut. “Kami tidak punya kerja tetap, jangan dibebankan lagi untuk membeli air, yang seharusnya ini jadi tanggung jawab pemerintah,” tutur Parlan. | [0.9999898076057434, 5.201672138355207e-06, 5.012647761759581e-06] |
2012-020-14.json | Kaki Merapi Kering, Penduduk Terpaksa Membeli Air | Kaki Merapi Kering, Penduduk Terpaksa Membeli Air | Menurut Surip Waluyo, warga desa Banjarsari mengatakan, sejak erupsi merapi terjadi hampir sebagian besar warga lereng merapi kekurangan air bersih. Pada musim kemarau di tahun 2011, ada 7 Dusun di Glagaharjo yang kekurangan pasokan air bersih. Diantaranya Dusun Singlar, Glagah Malang, Ngancar, Banjarsari, Besalen, Jetis Sumur dan Dusun Gading. Akan tetapi, pembangunan sarana pengaliran air di kelima dusun lainnya sudah ada dan sangat baik bahkan di shelter Glagaharjo sudah ada sumur bor. “Kalau tidak ada uang untuk membeli air, terkadang kami menumpang ke shelter untuk mandi,” kata Surip.Selain warga, hewan ternak juga ikut merasakan dampak kekeringan ini. Sapi dan kambing wargapun tidak dapat memenuhi kebutuhan air normal untuk minum. Warga di kedua dusun tersebut mayoritas berpenghasilan sebagai peternak. Semenjak kemarau ini, kondisi hewan ternak mereka menurun. Selain akibat susahnya mencari pakan rumput begitu juga dengan kebutuhan air. Kebutuhan air minum seekor kambing kurang lebih 1,5 – 2,5 liter/hari sedangkan untuk satu ekor sapi kurang lebih 10 – 14 Liter/hari. Warga bahkan harus rela berbagi kebutuhan air dengan hewan ternaknya. “Hewan ternak juga makhluk hidup, mereka butuh makan dan minum, mau tidak mau kami yang beternak harus berbagi air. Apalagi penghasilan kami dari beternak ini,” kata Surip.M. Afrizal Rais dari Walhi Yogyakarta kepada Mongabay Indonesia mengatakan, pemerintah kabupaten Sleman, harus segera mengambil tindakan cepat untuk memenuhi kebutuhan air bagi warga kedua dusun tersebut. Untuk jangan pendek, pemberian bantuan pasokan air bagi warga harus penuhi, agar warga tidak membeli air. Untuk jangka panjang, pemerintah segera melakukan pengadaan pipa saluran air hingga mengakses kedua dusun tersebut. Atau dengan membuat sumur bor di kedua dusun tersebut juga bisa menjadi alternatif lain untuk memenuhi kebutuan air warga. | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2012-020-14.json | Kaki Merapi Kering, Penduduk Terpaksa Membeli Air | Kaki Merapi Kering, Penduduk Terpaksa Membeli Air | Sedangkan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Sleman Widi Sutikno saat di konfirmasi oleh Mongabay Indonesia mengatakan, baru mendengar adanya informasi akan kejadian ini dari mongabay indonesia. Selama ini koordinasi dinas ESDM dengan pihak desa tidak mendapatkan keluhan sama sekali akan kekurangan pasokan air bagi warga di kedua dusun tersebut. Warga Desa Glagaharjo seharusnya mendapatkan pasokan air dari sumber air Bebeng. Pemantauan kami, debit air di Bebeng berkisar 50 liter/detik apabila dimusim hujan dan 25 liter hingga 35liter/detik dimusim kemarau ini. “Artinya apabila di hitung secara matematika, sangat cukup sekali kebutuhan airnya, untuk memenuhi pasokan air di semua dukuh di Desa Glagaharjo,” kata Widi.Sebelum erupsi Merapi, kedua dusun tersebut sangat cukup akan kebutuhan air. Akan tetapi, erupsi tahun 2010, menyebabkan tertimbunnya sejumlah sumber mata air dan puluhan meter pipa yang menghubungkannya ke rumah warga.Selain itu, sumber air di Bebeng saat ini pengairannya tidak hanya untuk Kabupaten Sleman saja, akan tetapi ada sebagian dialirkan ke desa-desa di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Dinas ESDM yang bertugas menyediakan sumber mata air, selanjutnya akan melakukan verifikasi di lapangan terhadap kejadian ini. “ Kami akan mengidentifikasi kejadian ini dan akan menindaklanjuti apa yang dirasakan warga terhadap kekurangan air bersih ini,” kata Widi mengakhiri pembicaraan. [SEP] | [0.9999892115592957, 5.688989858754212e-06, 5.025468908570474e-06] |
2013-016-12.json | Mongabay.org Berikan Bantuan Dana 20.000 Dollar AS Untuk Liputan Mendalam Sektor Kelautan | Mongabay.org Berikan Bantuan Dana 20.000 Dollar AS Untuk Liputan Mendalam Sektor Kelautan | [CLS] Mongabay.org, salah satu cabang organisasi yang berada di dalam kelompok media online Mongabay.com yang bergerak di sektor nirlaba, kini tengah membuka kesempatan kepada para jurnalis di seluruh Indonesia untuk mendapatkan bantuan dana atau grant sebesar 20.000 dollar AS untuk melakukan serangkaian peliputan mendalam terkait sektor perikanan laut di Indonesia.Program yang bernama SRI atau Special Reporting Initiatives ini memberikan kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan peliputan in-depth dan akan dipublikasikan di bawah lisensi Creative Commons yang meungkinkan untuk dipublikasikan di secara berulang di berbagai jurnal dan media di dunia, terutama untuk isu lingkungan. Masing-masing program SRI yang diluncurkan ini menyediakan bantuan untuk sebuah laporan investigasi mendalam yang berkualitas tinggi, mendetail dan potensial.Program SRI terbaru yang diluncurkan oleh Mongabay.org adalah the state of marine fisheries in Indonesia. Tema ini diangkat karena sektor perikanan di bagian Pasifik Barat seringkali tidak terkelola dengan baik, bahkan cenderung melakukan eksploitasi secara berlebihan dan kerugian secara ekonomi seringkali merugikan nelayan-nelayan kecil.Hal ini juga terutama terjadi di Indonesia, dimana korupsi dan penangkapan elit lokal diyakini sebagai salah satu faktor penting yang menyebabkan penangkapan ikan secara berlebihan, namun tata kelola yang baik dalam sektor perikanan sebenarnya tidak dipahami secara mendalam.Pertanyaan yang harus dijawab dalam tema Special Reporting Initiative kali ini adalah: Bagaimana sebenarnya kondisi sektor perikanan di Indonesia dan apa potensi pengembangan yang bisa dilakukan, baik dalam tata kelola dan kebijakan di dalam jangka pendek? | [0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08] |
2013-016-12.json | Mongabay.org Berikan Bantuan Dana 20.000 Dollar AS Untuk Liputan Mendalam Sektor Kelautan | Mongabay.org Berikan Bantuan Dana 20.000 Dollar AS Untuk Liputan Mendalam Sektor Kelautan | Mongabay.org akan memberikan bantuan dana untuk melakukan proses peliputan mendalam ini hingga maksimal 20.000 dollar AS untuk satu proposal yang terpilih, yang dialokasikan sebagai berikut: 15.000 dollar AS sebagai uang saku dan 5.000 dollar AS untuk peliputan dan ongkos perjalanan. Pemenangnya akan dipilih oleh sebuah tim panel yang terdiri dari enam orang jurnalis dan pakar di bidang perikanan.Pemenang memiliki waktu selama tiga bulan untuk melakukan perjalanan dan riset, serta tiga bulan tambahan untuk melakukan penulisan. Setiap pemenang dipersilakan bekerja dari manapun di dunia ini.Dan jangan lupa, batas akhir pengiriman untuk proposal laporan investigasi ini adalah tanggal 15 November 2013 mendatang. Proposal harus dibuat dalam Bahasa Inggris.Bulan lalu, proyek nirlaba dari Mongabay ini meluncurkan proyek liputan mendalam pertamanya yang bertema: Innovation in tropical biodiversity conservation, yang juga memberikan bantuan dana atau grant sebesar 20.000 dollar AS. Batas akhir untuk pengiriman laporan ini adalah pada tanggal 30 September 2013.Dalam jangka pendek, Mongabay.org akan mengumumkan sejumlah isu peliputan mendalam. Anda bisa melakukan pendaftaran disini untuk menerima email setiap kali kesempatan atau tema baru dibuka.Beberapa tema yang akan diluncurkan di masa mendatang adalah:Untuk informasi lebih lanjut terkait program SRI ini, atau bagaimana melakukan pendaftaran silakan kunjungi situs SRI. [SEP] | [0.9864298701286316, 0.01329817809164524, 0.0002719798940233886] |
2020-042-20.json | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | [CLS] Badan Dunia WHO menyatakan virus corona akan menjadi endemik seperti HIV. Virus ini diprediksi tidak akan pernah hilang meskipun antivirus ditemukan sekalipun. Dunia pun diminta bersiap beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam era “the new normal”.Perilaku kehidupan mulai dari individu, komunitas hingga entitas kenegaraan mestinya akan lebih ramah lingkungan. Substansi new normal adalah penguatan protokol kesehatan melalui perilaku hidup sehat dan bersih.Optimalisasi perilaku ramah lingkungan ini tentu membutuhkan dukungan kebijakan. Di sisi lain diperlukan kebijakan pemerintah dan visi dan misi kepemimpinan yang kuat. Dalam hal ini maka dibutuhkan visi politik ekologis menyongsong era tatanan kenormalan baru. Lingkungan dan SDGsLingkungan merupakan faktor kunci dalam pembangunan berkelanjutan. United Nations Environment Programme (UNEP) telah menyampaikan pesan tentang strategisnya peran alam dan lingkungan.Disebutkan bahwa kondisi lingkungan yang belum membaik secara signifikan telah menyebabkan belum terpenuhinya sembilan dari tujuh belas tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).Pertama adalah menghilangkan kemiskinan. Laporan PBB dalam The Sustainable Development Goals Report 2019 menyatakan bawah target mengurangi angka kemiskinan tidak akan tercapai.PBB memperkirakan masih akan ada 6 persen penduduk dunia yang berada di bawah garis kemiskinan pada 2030. Sebanyak 55 persen penduduk dunia tidak memiliki jaminan sosial.Semakin miskin suatu wilayah, semakin besar pula kerentanan saat terjadi bencana. Data PBB menyatakan, 90 persen kematian akibat bencana terjadi di negara-negara miskin. Alam yang melindungi dan menyejahterakan manusia belum mampu terwujud untuk membantu mencapai tujuan ini. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2020-042-20.json | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Kedua adalah menghilangkan kelaparan. Data PBB menunjukkan jumlah penduduk yang kelaparan terus meningkat dari 784 juta di 2015 menjadi 821 juta di 2017. Ironisnya, dua pertiga atau 66 persen diantaranya bekerja di sektor produksi pangan atau pertanian.Fakta menunjukkan petani masih terus termarjinalkan dan keberpihakan terhadapnya sangat rendah. Pandemi COVID-19 semakin melonjakkan jumlah penduduk yang kelaparan ini.Ketiga adalah menyediakan air bersih dan sanitasi. Data PBB menunjukkan 785 juta penduduk dunia masih tidak memiliki akses ke fasilitas air minum yang layak di 2017. Sebanyak 2 dari 5 penduduk dunia tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang layak menggunakan air dan sabun.Sebanyak 673 juta orang masih BAB di ruang terbuka dan 700 juta penduduk di bumi terancam mengungsi akibat kekurangan air ekstrem. Fakta ini menunjukkan kegagalan dalam upaya menyediakan air bersih dan sanitasi. Keempat adalah menyediakan energi yang bersih dan terjangkau. Sebanyak 90 persen penduduk dunia sudah memiliki akses ke energi listrik, namun tidak semua wilayah bisa terjangkau.Peluang terbesar untuk menyediakan listrik bagi mereka adalah dengan menggunakan energi baru dan terbarukan. Sayangnya EBT baru menyumbang 17,5 persen total konsumsi energi dunia. Kini masih ada 3 milyar penduduk bumi yang tidak memiliki akses ke energi yang bersih untuk memasak.Kelima adalah mewujudkan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Eksploitasi sumber daya alam masih terus berlangsung. Dunia menggunakan 92 milyar ton bahan baku pada 2017 naik dari 54 milyar ton pada tahun 2000 dan diperkirakan akan terus naik ke 190 milyar ton bahan baku pada 2060. | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2020-042-20.json | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Jejak penggunaan bahan baku (material footprint) masyarakat di negara maju 13 kali lipat lebih tinggi dibanding dengan negara miskin. Sebenarnya ada 100 negara yang aktif mempromosikan pola konsumsi dan produksi yang ramah alam, namun tren “pemborosan yang berkelanjutan” masih tercermin dari data di depan.Keenam adalah aksi iklim. Data ilmiah menunjukkan suhu bumi telah meningkat 1°C di atas suhu bumi sebelum revolusi industri. Hingga kini 186 negara sudah meratifikasi Perjanjian Paris/Kesepakatan Paris. Namun aksi mereka memangkas emisi gas rumah kaca masih gagal memenuhi target. Krisis iklim telah mencabut 1,3 milyar nyawa dalam periode 1998-2017.Untuk membatasi kenaikan suhu bumi di bawah 1,5°C, konsentrasi emisi karbon di bumi harus dipangkas 55% dari level tahun 2010 pada 2030 atau 10 tahun lagi. Setelah itu diharapkan dunia berhenti menghasilkan polusi iklim (zero net emissions) pada 2050.Ketujuh adalah menyelamatkan kehidupan di air. Tingkat keasaam air laut telah naik 26 persen sejak masa sebelum revolusi industri di abad ke-19. Kondisi ini diperkirakan akan terus terjadi antara 100-150 persen hingga tahun 2100.Pemicunya karena laut menyerap 90 persen konsentrasi karbon dioksida di atmosfer yang memicu peningkatan keasaman air laut. Kenaikan emisi GRK juga memicu turunnya produksi bahan sulfur. Emisi sulfur dalam atmosfer berperan penting memantulkan energi dan radiasi matahari kembali ke angkasa sehingga bumi terhindar dari efek pemanasan global. Kondisi ini berdampak pada keselamatan dan perekonomian penduduk dunia.Kedelapan adalah menyelamatkan kehidupan di darat. Keanekaragaman hayati terus menurun. Dalam 25 tahun terakhir, laju kepunahan naik 10 persen. Degradasi lahan terus terjadi dengan luas mencapai 20 persen wilayah bumi dan sekitar 1 milyar penduduk dunia merasakan dampaknya. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2020-042-20.json | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Kondisi ini justru terjadi saat luas wilayah yang dilindungi terus naik. Wilayah daratan (terrestrial areas) yang dilindungi naik 39% dalam periode 2000-2018. Sedangkan luas wilayah air tawar dan pegunungan yang dilindungi meningkat 42 persen dan 36 persen pada periode yang sama.Kesembilan adalah kerjasama untuk mencapai semua tujuan tersebut. Bantuan negara-negara maju atau Official Development Assistance (ODA) berfungsi penting dalam mendorong perubahan di negara-negara miskin dan berkembang.Data PBB menunjukkan, jumlah bantuan dari negara-negara maju untuk negara-negara miskin justru turun 3 persen di 2018 dari tahun sebelumnya.Baca juga: COP-25 Kegagalan Menjaga Hutan akan Menempatkan Dampak Perubahan Iklim pada Fase Kritis Politik EkologiRendahnya tingkat pencapaian tujuan SDGs di atas terjadi karena kompleksitas permasalahan. Alam dan lingkungan terbukti dalam kuasa manusia, korporasi dan negara yang eksploitatif.Kepemimpinan yang peduli lingkungan sebagai manifestasi politik ekologi merupakan oase yang dibutuhkan dalam kondisi pandemi saat ini.Politik ekologi secara umum terbagi atas lingkungan internal dan eksternal (Almond, 2012). Lingkungan internal terdiri dari lingkungan fisik, sosial dan ekonomi domestik. Sedangkan lingkungan eksternal antara lain politik internasional, ekologi internasional, dan sosial internasional.Salah satu dinamika dalam lingkungan politik internal adalah pelaksanaan pesta demokrasi. Kini lingkungan politik di daerah yang akan menyelenggarakan Pilkada pada 9 Desember 2020 dapat diteropong melalui dinamika dan konstelasi peta politiknya.Keramahan ekologi mestinya hadir mulai secara substansial maupun faktual. Secara substansial terkait komitmen politik hijau kontestan menuju pembangunan yang lestari dan berkelanjutan.Sedangkan secara faktual mesti dibuktikan sejak kampanye hingga pelaksanaan kepemimpinan pemerintahan yang ramah lingkungan. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2020-042-20.json | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Kepemimpinan Ekologis: Aktualisasi Politik-Ekologi Era Pandemi | Konstelasi politik ekologi misalnya terkait banjir, sampah, dan air bersih. Politik ekologi selama kampanye umumnya terkesan masih terpinggirkan dibandingkan isu lain seperti ekonomi dan pembangunan infrastruktur.Pemimpin mesti melek dan memiliki komitmen politik hijau. Peta politik kaitannya dengan sumberdaya alam dan lingkungan patut dicermati. Pendekatan lokal penting dilakukan secara sistematis.Jika berhadapan dengan pengusaha, maka tidak bisa tidak mesti menunjukkan ketegasan sikap. Iklim investasi memang harus dijaga dan dirawat, tetapi jangan sampai mengorbankan ekologi, rakyat, dam masa depan bangsa.Isu lingkungan selama ini terpinggirkan dalam hingar bingar politik. Apresiasi layak diberikan kepada Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin telah berkomitmen sejak awal guna menghadirkan pembangunan berwawasan lingkungan.Sayangnya, apa yang ditawarkan baru muncul dalam turunan agenda. Hal ini mengindikasikan lingkungan masih dipandang sebagai isu nomor bawah. Kekhawatiran muncul bahwa nasib lingkungan tetap tergantung pada bidang lain, khususnya ekonomi.Ekologi bersifat multi disiplin dan memerlukan penanganan multi pihak. Terobosan dibutuhkan guna mengatasi permasalahan lingkungan yang sudah kompleks dan akut.Peta jalan penting ditawarkan terkait bagaimana mengatasi bencana antropogenik, pencemaran lingkungan, dan degradasi lingkungan.Target perbaikan kondisi ekologi dibutuhkan, misalnya terkait perbaikan rangking indeks kualitas lingkungan hidup. Anggarannya juga penting dinaikkan dengan program konservasi yang mendominasi.Pemimpin mesti menunjukkan diri memiliki jiwa kepemimpinan ekologis (eco-leadership). Penguatan sektor lingkungan hidup penting memiliki skala prioritas utama sejajar dengan sektor lain seperti ekonomi, hukum, dan politik. * Ribut Lupiyanto, penulis adalah Deputi Direktur C-PubliCA (Center for Public Capacity Acceleration). Artikel ini adalah opini dari penulis. [SEP] | [0.999991238117218, 4.4677594814857e-06, 4.305404672777513e-06] |
2017-002-03.json | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | [CLS] Warga berkonflik dengan perusahaan maupun pemerintah karena lahan hidup mereka masuk konsesi atau dalam kawasan hutan terjadi di penjuru negeri. Izin-izin keluar bermasalah karena tumpang tindih dengan ruang hidup warga, sedang alas hak warga lemah meskipun mereka sudah hidup lama bahkan lebih lama dari Indonesia. Penguasaan lahan di negeri ini timpang, pemodal memperoleh ‘roti’ berlimpah, rakyat kecil hanya remah-remah. Kemiskinan pun banyak terjadi di sekitar dan dalam kawasan hutan.Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyebutkan, sebanyak 25.863 desa ada dalam dan sekitar kawasan hutan, 71% masyarakat bergantung hutan, dengan 10,2 juta jiwa masuk kategori miskin.Baca juga: Sembilan Komunitas Peroleh Penetapan Hutan AdatKala Joko Widodo, maju sebagai calon presiden, dia berjanji memperhatikan hak-hak kelola masyarakat ini. Begitu mulai berkuasa, Jokowi mencanangkan reforma agraria (land reform) dengan distribusi lahan sembilan juga hektar, dengan 4,5 juta hektar dalam penanganan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN, sisanya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan alias dalam kawasan hutan.Pemerintah juga canangkan perbesar akses kelola masyarakat dalam kawasan hutan lewat perhutanan sosial dengan target sampai 2019, seluas 12,7 juta hektar. Pemberian akses ini bisa lewat beberapa cara seperti hutan desa, hutan tanaman rakyat, hutan kemasyarakatan, kemitraan sampai hutan adat. Kebijakan teranyar keluar pada 2017, yakni, izin pemanfaatan hutan perhutanan sosial (IPHPS) khusus pemberian akses kelola warga di hutan Jawa.Baca juga: Cerita Para Petani di Jawa yang Peroleh Hak Kelola Hutan | [0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431] |
2017-002-03.json | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Bak berburu capaian, menjelang akhir tahun, KLHK mengeluarkan lumayan banyak surat keputusan hak kelola lahan kepada masyarakat di hutan Jawa. Pada November lalu, Presiden Jokowi, keliling dari Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur, untuk memberikan izin kelola di hutan yang selama ini di bawah kelolaan Perhutani ini. Sebelumnya, di Istana Negara, Presiden serahkan kali kedua surat keputusan penetapan hutan adat di beberapa daerah.Implementasi hak kelola masyarakat, baik masyarakat adat maupun lokal terutama di kawasan hutan, mulai bergerak walau terbilang tak begitu lancar. Kalau dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya, alami perkembangan lebih besar. Per 18 Desember 2017, realisasi baru 1.333.483,48 hektar dengan target hingga akhir tahun 1.529.706,77 hektar.Sebagai pembanding, selama tujuh tahun, kabinet pemerintahan lalu perhutanan sosial 449.104,23 hektar. Saat kabinet Jokowi selama tiga tahun, hingga 18 Desember 2017, 884.379,25 hektar.Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pernah bilang, target realistis perhutanan sosial hingga 2019 seluas 4,38 juta hektar. Harapannya, luasan 12,7 juta, dihitung jika kepemimpinan Presiden Jokowi hingga dua periode.”Tantangan kita pada verifikasi. Ini membutuhkan sumber daya manusia,” katanya, kala itu.Siti mengatakan, pada 2018, implementasi perhutanan sosial dan tanah obyek reforma agraria (TORA) menyentuh pada persoalan konflik lahan, salah satu tumpang tindih dengan perusahaan.”Sebenarnya, tahun ini sudah mulai. Kita harus hati-hati. Kalau ada konflik harus dilihat riwayat karena ada hak masyarakat, ada yang sudah berizin, 2018 harus diberesin.” | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2017-002-03.json | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | KLHK, katanya, telah mengidentifikasi dan mengomunikasikan masalah ini ke beberapa daerah di luar Jawa. Sebenarnya, kementerian ini, ada instrumen kebijakan yang memungkinkan pemberian kelola warga lewat Peraturan Menteri LHK Nomor 12/Menlhk-II/2015 soal pembangunan hutan tanaman industri. Pemilik izin HTI wajib mengalihkan 30% lahan untuk dua peruntukan, 20% buat kebun rakyat dan 10% kawasan perlindungan (areal hutan lindung).”Ini harus ditagih,” katanya.Bambang Supriyono, Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, KLHK, mengatakan, sampai 22 Desember 2017, masih ada 196.223,29 hektar sedang proses dengan target selesai akhir tahun. Ia terdiri dari 163.469,27 hektar hutan desa, 32.664,02 hektar hutan kemasyarakatan, dan 90 hektar skema kemitraan.Meskipun Menteri Siti lapor ke Presiden target ideal 4,3 juta hektar, KLHK berharap bisa mencapai pemberian akses kelola warga seluas 5.873.483 hektar sampai 2019 berada di 1048 desa. Jutaan hektar kawasan konservasi buat kelola rakyatTahun depan, pemerintah melalui KLHK bikin terobosan dengan target sekitar 1,3 juta hektar kawasan konservasi bisa jadi akses kelola warga.”Yang penting ini kemitraan konservasi, sudah ada desa konservasi untuk akses pemanfaatan ikan, lebah. Polanya, kemitraan konservasi,” katanya.Aturan soal ini, kata Bambang, sedang disusun melalui Peraturan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Kemungkinan akhir Desember, aturan terbit. Kemitraan konservasi seluas 1.300.000 hektar itu, target 2018 seluas 500.000 hektar dan 800.000 hektar pada 2019.Besaran target 1,3 juta hektar ini menyumbang porsi cukup besar dalam target 5,8 juta hektar hak kelola warga sampai 2019. | [0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08] |
2017-002-03.json | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Rincian target 5,87 juta hektar antara lain, katanya, berupa penetapan areal kerja (PAK) belum terbit izin atau hak pengelolaan perhutanan sosial 208.337 hektar, usulan permohonan pengakuan perlindungan kemitraan kehutanan 100.078 hektar.Lalu, usulan baru permohonan perhutanan sosial 1.402.151 hektar, IPHPS 222.137 hektar, pemberdayaan KPH 527.419 hektar, kelola lahan di kawasan konservasi 1.300.000 hektar, konflik tenurial jadi perhutanan sosial 289.426 hektar, hutan adat 26.190 hektar.Bambang mengatakan, pada 2018, KLHK tak hanya mengejar luasan, juga memberi manfaat melalui pendampingan kelembagaan, tata kelola dan usaha produktif.Berbicara soal hutan adat, katanya, perlu ada instrumen kebijakan lain. Berdasarkan UU Kehutanan Nomor 41/1999, jika berada di kawasan hutan, perlu ada peraturan daerah mendukung. Kini, pemerintah daerah mulai pengakuan lewat peraturan daerah maupun surat keputusan bupati.KLHK, katanya, sedang membangun sebuah sistem percepatan capaian ini, yakni, sistem navigasi perhutanan sosial, bakal terbit Februari nanti. ”Ini jadi navigator, ada pendampingan kelembagaan, tata kelola dan usaha perekonomian,” katanya.Sistem ini, diikuti panduan pendampingan, hingga izin yang diberikan akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Pendampingan ini, katanya, akan terbagi dalam kluster sesuai kondisi masyarakat yang sudah mendapatkan izin. Penanda kluster dengan warna.Kalau, blue, kondisi masyarakat belum memiliki penguatan kelembagaan hingga fokus pada bagian itu. Silver, pendampingan fokus pada tata kelola, penguatan komoditas, rencana pasar dan akses modal. Gold, masyarakat sudah memiliki lembaga BUMDes atau koperasi, akan dicarikan offtaker. ”Harus bertahap agar mereka tidak kaget. Kalau sudah advance, nanti bisa terintegrasi (lintas hak pengelolaan). Jadi, membentuk industri ekonomi pedesaan, misal, industri nira,” ucap Bambang. | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2017-002-03.json | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Sistem ini, katanya, akan bekerja lintas sektor kementerian dan lembaga disesuaikan kebutuhan lapangan dan di bawah koordinasi Bappenas. Dia contohkan, wilayah membutuhkan pendampingan, bekerjasama dengan Kementerian Pedesaan, kalau perlu bibit unggul pertanian bersama Kementerian Pertanian. , Untuk tanaman hutan bisa bekerjasama dengan Badan Litbang KLHK.Bramantya Satyamurti Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan pun andil. Dia bilang, KKP memastikan, semua pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan harus pro keberlanjutan dan memberi manfaat pada masayrakat luas.”Ini jadi grand design tahun 2018-2019.”Akselerasi lintas kementerian dan lembaga ini, katanya, jadi penting dalam mewujudkan kesejahteraan pasca pemberian izin. Total perhitungan kebutuhan biaya 2017 pada luasan 2 juta hektar diperkirakan masih ada ‘jurang’ anggaran Rp506, 235 miliar, dari total Rp840 miliar dan alokasi daftar isian pelaksanaan anggaran 2018 sebesar Rp334 miliar. BerkelanjutanAbetnego Tarigan, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan mengatakan, penguatan implementansi RAPS ini sejalan dengan isu ekonomi berkeadilan. Selain pengakuan dan perlidungan, katanya, harus juga menggerakkan model usaha kecil menengah ekonomi kreatif dalam perhutanan sosial.”Perlu interaksi insentif dengan aktivitas sosial, ekonomi dan budaya. Perlu ada keseimbangan antara kepentingan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.”Nur Hidayati, Direktur Eksekutif Walhi Nasional mengatakan, saat ini jadi momentum politik, bahwa perjuangan kelompok warga selama berpuluh tahun mulai didengarkan. Konsep memperluas wilayah kelola rakyat dengan memberikan akses penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam, tanah dan hutan laut untuk keadilan ekologis. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2017-002-03.json | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | Catatan Akhir Tahun: Mencermati Capaian Hak Kelola Hutan buat Warga, Apa Terobosan 2018? | ”Pemerintah perlu transparan. Kami mohon, pemerintah tak menutup akses, seringkali kita kesulitan membantu dalam hal pengawasan karena akses informasi tertutup,” katanya.Dia mendesak, pemerintah memahami karakteristik masyarakat hingga pemberian akses kelola, tata kelola sampai peningkatan ekonomi tak bisa disamaratakan. Kebutuhan masyarakat, katanya, berbeda mulai dari soal keamanan lahan, sampai proses hulu ke hilir.”Kita desak pemerintah melihat sesakma dari wilayah-wilayah yang sudah didampingi. Mengawasi proses RAPS (reforma agraria dan perhutanan sosial-red) agar sesuai target. Jangan sampai masyarakat yang selama ini berjuang malah tak dapat.”Yaya, begitu sapaan akrabnya, mengatakan, terpenting saat ini masyarakat mendapatkan legalitas atau akses pengelolaan.Dari pengamatan Walhi, katanya, banyak menemukan kriminalisasi petani di perusahaan negara seperti Perhutani maupun PTPN. ”Jokowi perlu revolusi mental di perkebunan dan kehutanan , mentalitas alat perangkat aparatur negara, BUMN masih menggunakan pola lama,” katanya.Yaya menilai, kebijakan hak kelola rakyat masih bersifat populis dan tak ada kesinambungan lintas rezim kepemimpinan. Sebelum kepemimpinan Jokowi-JK, juga ada sistem pengelolaan hutan dengan berbagai penyebutan. Era Jokowi, tren dengan RAPS.Dia berharap, pemberian akses kelola masyarakat ini tak mengenal periode kepemimpinan, tetapi berkelanjutan. [SEP] | [0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305] |
2018-060-14.json | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | [CLS] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bakal menjatuhkan sanksi administratif kepada PT Pertamina (Persero) Tbk, atas kelalaian hingga terjadi tumpahan minyak mentah di Teluk Balikpapan yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Begitu paparan Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Senin (16/4/18).Dalam rapat kerja itu juga Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Elia Massa Manik, Direktur Utama PT Pertamina; bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan dan penyidik Kepolisian Daerah Kalimantan Timur. Dalam rapat yang dipimpin Gus Irawan Pasaribu, Ketua Komisi VII DPR RI itu membahas mulai temuan di lapangan terkait penyebab tumpahan minyak hingga ganti rugi kepada masyarakat terdampak.Siti mengatakan, temuan pengawasan lingkungan menunjukkan, antara lain dokumen lingkungan tak mencantumkan dampak penting alur pelayaran pipa dan kajian perawatan pipa, inspeksi pipa tak memadai hanya untuk kepentingan sertifikasi. Juga tak memiliki sistem pemantauan pipa otomatis dan tak memiliki sistem peringatan dini.”Jika sistem baik, sebenarnya tak perlu menunggu lima sampai tujuh jam dan tak perlu sampai kebakaran,” katanya di sela-sela rapat.KLHK pun menyiapkan sanksi administratif berupa paksaan pemerintah bakal terbit tujuh hari ke depan. Adapun sanksi itu, katanya, memberikan perintah kepada Pertamina untuk kajian risiko lingkungan dan audit lingkungan pada keamanan pipa penyalur minyak, dan kilang minyak. Juga mengecek semua instalansi pemipaan bawah laut yang menjadi areal kerjanya.Pertamina pun diperintahkan memberikan rencana pemulihan untuk penanggulangan tumpahan minyak. Meski demikian, hingga kini KLHK masih mengkaji kerusakan dan sedang memperhitungkan kerugian terdampak. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2018-060-14.json | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Ekosistem mangrove, katanya, diperkirakan, terdampak paling besar. ”Sekitar 40-60% dari nilai kerusakan keseluruhan,” katanya.Berdasarkan data lapangan, ekosistem mangrove rusak kurang lebih 34 hektar di Kelurahan Kariangau. Berdasarkan perhitungan overlay tutupan mangrove terdampak mencapai 270 hektar di Balikpapan dan Kabupaten Paser Utara.Selain itu, tumpahan minyak itu berdampak pada lingkungan, ada pasir atau tanah terkontaminasi minyak 12.145 meter kubik di Kota Balikpapan dan 30.156 meter kubik di Penajam Paser Utara. Jejak minyak pun ditemukan di pasir pantai pada kedalaman bervariasi, mulai dari vegetasi pantai, muara sungai, biota, batu karang.Area terdampak karena tumpahan minyak diperkirakan mencapai sekitar 7.000 hektar dengan panjang pantai terdampak di Kota Balikpapan dan Panajam Paser Utara sekitar 60 kilometer.Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM tampak berupaya membela Pertamina. Dia mengatakan, pipa penyaluran milik Pertamina di Teluk Balikpapan sudah layak operasi dan sesuai standar Asme/ANSI B.31.4 dan spesifikasi teknis. ”Jadi, dalam keadaan layak operasi,” katanya. Dia bilang, integritas instalansi migas tak hanya dipengaruhi oleh kesesuaian dan pemenuhan terhadap standar, juga faktor eksternal.Agus H. Purnomo, Direktur Jenderal Perhubungan Laut mengatakan, penyebab pipa Pertamina patah masih dalam penyelidikan polda. Ada dugaan jangkar kapal pengangkut batubara berbendera Panama dengan ABK Tiongkok mengenai pipa Pertamina hingga putus.”Dalam pelayaran ini, kapal ini diperkirakan jangkarnya lolos.”Hingga kini, sudah ada 45 saksi dimintai keterangan oleh Polda Kaltim dalam tindak lanjut kasus tumpahan minyak. Penyidik pun sudah menyiapkan tujuh saksi ahli yang akan dimintai pendapat. Meski demikian, mereka masih mau memberikan keterangan setelah hasil uji laboratorium terkait sampel pencemaran minyak sudah keluar. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2018-060-14.json | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Kombes Pol Yustan Alpiani, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kaltim menyebutkan, akan lakukan pemotongan pipa putus dan membawa ke darat untuk diselidiki. ”Pemotongan ini untuk melihat ini benturan atau apa, supaya kasus ini jelas apakah pipa ini terseret jangkar atau ga,” katanya.Arcandra berharap, proses penyelidikan Polda Kaltim dapat cepat selesai hingga pihak yang bertanggung jawab segera diketahui.Soal temuan KLHK, Elia Massa pun berusaha membela diri.”Itu kan semua izin sudah lengkap, tapi ini dalam rangka pemulihan dan membuat sistem baru ke depan. Itu kan objek vital itu, Direktur Teknik dari ESDM akan datang ke kilang kita untuk investigasi. Kita gak bisa langsung nyimpulin.” Sudah turunArcandra mengatakan, tim dari inspektor migas sudah ke lapangan untuk pengecekan dan pengawasan. “Contohnya, apakah dari sisi kedalaman pipa sudah tepat dan diberi pemberat? Iya sudah dilakukan. Pipa dilengkapi sarana bantu navigasi pelayaran, iya sudah. Pada alur pelayaran ada rambunya, iya,” katanya.KESDM, katanya, melihat sudah ada kesesuaian terkait kewajiban pipa penyalur wajib memiliki pelindung atau pagar pengamanan. Begitu juga, terkait desain konstruksi klasifikasi lokasi, dan lain-lain sudah mengacu standar migas. Persyaratan inspeksi berkala, katanya, juga sudah sesuai dan program pengawasan pipa penyalur secara periodik ada sertifikasi.“Prosedur keadaan darurat dan penanganan kecelakaan maupun kegagalan operasi juga sesuai, ada kelengkapannya. Prosedur pencegahan penanggulangan kebakaran dan pencemaran lingkungan juga menurut kelengkapan prosedur,” katanya memaparkan informasi sesuai laporan dokumen kelengkapan prosedur di KESDM. Ganti rugi | [0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213] |
2018-060-14.json | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Pertamina pun berupaya bertanggung jawab atas kasus tumpahan minyak di Balikpapan ini. Selain prioritas penanganan dan memulihkan lingkungan, Pertamina juga memberikan santunan dan berbagai alat kerja baru bagi nelayan yang mengalami dampak.Setiap keluarga korban mendapatkan Rp200 juta, mengacu sejumlah aturan terkait, antara lain soal bantuan premi asuransi nelayan KKP. ”Selain santunan uang, kami juga beri modal usaha dan lapangan kerja bagi keluarga yang ditinggalkan,” kata Elia.Mereka juga mengganti kapal terbakar dan mengakomodasi keluarga bekerja di lingkungan Pertamina.Bagi warga yang kehilangan mata pencaharian karena tumpahan minyak, katanya, Pertamina melakukan penggantian jaring, kapal, keramba serta peralatan nelayan lain. Untuk nelayan yang belum bisa melaut dapat kompensasi Rp200.000 setiap hari dan penggantian bibit kepiting 800 kilogram.Muhammad Nasir, anggota Komisi VII DPR dari Partai Demokrat berkomentar. ”Cukup aneh. Seharusnya 16 hari sudah cukup. Ini seperti pelemparan politik menurut saya, padahal publik menunggu. Hingga 16 hari setelah kejadian terputusnya pipa minyak belum seorang pun ditetapkan sebagai tersangka,” katanya.“Padahal, pemilik pipa sudah diketahui. Begitu juga dengan kapal yang diduga membuang jangkar dan tersangkut pipa hingga pipa terseret dan putus.”Kurtubi, juga anggota Komisi VII menyebutkan, kasus ini menunjukkan mekanisme pengawasan kondisi fisik migas di Indonesia masih lemah. ”Ke depan untuk keamanan dalam badan migas tak cukup bangun pipa lalu selesai, perlu ada mekanisme kontrol dan pengawasan lebih serius, tidak hanya Kalimantan Timur,” katanya. Dia pun meminta pihak berwenang menelusuri pemilik kapal MV Even Judger.Mukhtar Tompo, anggota Komisi VII DPR menyesalkan kinerja penyelidikan kasus ini terkesan lambat. Hingga kini belum diketahui siapa pelaku. ”Obyek pidana tidak jelas, ini perlu menjadi perhatian semua.” | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2018-060-14.json | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Soal Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Pertamina Bakal Kena Sanksi Administratif | Desak langkah konkretSetelah delapan jam berlangsung, Komisi VII DPR pun akhirnya menyimpulkan 10 poin harus ditindaklanjuti lebih cepat dan konkret. Pertamina diminta kongkret memberikan ganti rugi berupa santunan kepada masyarakat terdampak kebocoran minyak.Komisi VII mendesak Menteri ESDM, Menteri LHK, dan Dirut Pertamina secepatnya menuntaskan persoalan tumpahan minyak di Teluk Balikpapan. ”Agar ada kepastian hukum bagi semua pihak, dan menyampaikan laporan tertulis paling lambat minggu ke empat April 2018,” kata Gus Irawan, pimpinan rapat Komisi VII.Mereka juga diminta melaksanakan kegiatan antisipatif dan proaktif agar bencana tak terulang di masa mendatang. Komisi VII mendesak Menteri LHK menyiapkan sanksi administratif dan gugatan perdata kepada pihak yang mencemari atau merusak lingkungan.”Mendesak KLHK mewajibkan penanggung jawab kawasan yang berisiko tinggi untuk membuat analisis risiko lingkungan sesuai ketentuan Pasal 47 UU Nomor 32 Tahun 2009,” katanya.Komisi juga mendesak, KESDM kaji ulang menyeluruh atas obyek vital Pertamina dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Begitu juga terkait penerapan pengawasan pipa bawah laut terutama di daerah terlarang sebagaimana diatur dalam perundangan. ”Serta pengawasan dengan menerapkan teknologi terkini secara periodik untuk memastikan ketentuan standar HSE (health, safety, environment-kesehatan, keselamatan dan lingkungan-red) jalan dengan benar.”Pertamina pun didesak memperbarui sistem pengawasan obyek vital dengan menerapkan teknologi terkini berdasarkan ketentuan standar yang benar. Adapun, semua jawaban tertulis atas pertanyaan anggota Komisi VII harus disampaikan paling lambat 23 April 2018. Foto utama: Air laut yang hitam karena tumpahan minyak. Foto: Facebook Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [SEP] | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2014-029-08.json | Berharap Usulan 18 Hutan Nagari dari KKN Tematik | Berharap Usulan 18 Hutan Nagari dari KKN Tematik | [CLS] Pagi itu, Selasa (26/8/14), sebanyak 54 muda mudi berkumpul di kediaman Gubernur Sumatera Barat. Mereka adalah mahasiswa Kehutanan dari Universitas Muhammadiyah, Sumbar, saat pelepasan KKN tematik pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM). Dari KKN ini, diharapkan bisa menghasilkan 18 usulan hutan nagari.Hari itu, hadir antara lain, Gubernur Sumbar, Irwan Prayetno; Kadis Kehutanan Sumbar, Hendri Octavia; Kepala Badan Pengelola REDD+, Heru Prasetyo dan Yuzardi Ma’ad, Wakil Rektor III, Universitas Muhammdiyah serta para bupati.Khairani Dinl Haq mahasiswa semester V Fakultas Kehutanan mengatakan, sebelum turun ke lapangan mereka diberi perbekalan. “Kita dibekali apa hutan nagari itu. Lalu, gimana kita bersosialisasi dengan masyarakat. Karena yang kita hadapi kan masyarakat langsung,” katanya.Selain itu, mahasiswa juga diajarkan bagaimana mengusulkan hutan nagari. Tentu, katanya, sesampai di wilayah KKN mereka harus mengenal dan tahu kondisi masyarakat di sana. “Pedekate dulu dengan tokoh-tokoh masyarakat di sana sebelum mengenalkan hutan nagari.” Pada KKN ini dia ditempatkan di Nagari Sei Lundang, Kabupaten Selatan.Hendri Octavia, kepada Dinas Kehutanan Sumbar mengatakan, ada 54 orang ditempatkan di 18 nagari, di delapan kabupaten dan kota, antara lain Padang, Padang Pariaman, dan Pasaman. “Kami harapkan outputnya, terusulkan 18 hutan nagari,” katanya di Padang, hari itu.Dia mengatakan, usulan hutan nagari nanti tak sekadar membuat permohonan, tetapi diawali sosialisasi. “Berikan pengertian apa itu hutan nagari, membuat pra kondisi kelembagaan, membuat aturan-aturan hutan nagari apabila hutan nagari berjalan, dan lain-lain. Bahkan, sampai, mau diapakan hutan nagari baik secara ekonomi maupun ekologi.” | [4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688] |
2014-029-08.json | Berharap Usulan 18 Hutan Nagari dari KKN Tematik | Berharap Usulan 18 Hutan Nagari dari KKN Tematik | Dari usulan KKN tematik ini, katanya, Pemerintah Sumbar menargetkan 500.000 hektar hutan baik di kawasan hutan lindung, produksi, hutan produksi konversi (HPK) menjadi hutan nagari. “Artinya, kita berikan pengelolaan kepada masyarakat. Jadi itu unit-unit kecil dalam memberdayakan dan bekerja sama dengan masyarakat,” ujar dia.Dia mengatakan, hutan nagari perlu dibentuk di berbagai wilayah demi menjaga kelestarian hutan. Mengapa? Sebab, kawasan hutan di Sumbar luas akan sulit terjangkau jika hanya dijaga pemerintah.Dinas Kehutanan, katanya, diberi tanggung jawab mengelola hutan di Sumbar agar lestari dan sesuai daya dukung dan fungsi. Untuk itu, perlu memperkecil ruang gerak pengelolaan maupun pengawasan.“Maka, kita bekerja dama dengan unit nagari, dengan kelompok masyarakat untuk kelola satu hamparan hutan tertentu.”Lewat hutan nagari, mereka akan melakukan perencanaan, pemanfaatan, pemeliharaan sampai penataan dalam satu kawasan agar pemanfaatan hutan tetap sesuai kapasitas dan daya dukung. “Salah satu kita bekerja sama dengan nagari, itu disebut hutan nagari. Di tingkat nasional disebut hutan desa.”Menurut dia, Dinas Kehutanan akan memberikan pembinaan atau pendampingan, monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan hutan itu.“Gimana hutan dimanfaatkan, bukan untuk dilihat-lihat saja. Ada manfaat ekonomi, ekologi, sosial dan budaya di sebuah hutan. Maka buat hutan nagari.”Program ini, kata Hendri, merupakan rencana aksi provinsi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.Hendri mengatakan, di Sumbar, hutan nagari yang mendapatkan surat keputusan dari Menteri Kehutanan ada dua unit, yang sudah ditetapkan areal kerja sebanyak tujuh lokasi, antara lain di Padang Pariaman dengan total areal sekitar 18.000 hektar. | [0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305] |
2014-029-08.json | Berharap Usulan 18 Hutan Nagari dari KKN Tematik | Berharap Usulan 18 Hutan Nagari dari KKN Tematik | Irwan Prayetno, Gubernur Sumbar berharap, mahasiswa Kehutanan jadi tulang punggung dalam menjaga hutan. “KKN ini sebenarnya tak hanya demi Indonesia, juga dunia. Karena Indonesia paru-paru dunia,” katanya.Menurut dia, menjaga hutan sangat penting demi menjaga keseimbangan alam. “Ketika sistem ini diputus oleh ulah manusia, maka akan menciptakan masalah berentet.”Kerusakan hutan Sumbar terlihat dari tipe tutupan lahan. Data Kementerian Kehutanan, tutupan lahan di Sumbar didominasi kelompok non hutan, mencapai 55,24% dari luas wilayah. Hanya 13,79% masih bertutupan baik berupa hutan primer.Provinsi ini sebagian besar penduduk bertani atau budidaya aneka tanaman, seperti padi, jagung, kopi, kakao, karet, sampai sawit. Komoditas tanaman pangan paling utama di daerah ini, salah satu jagung, dengan sentra di Kabupaten Pasaman Barat. Luas tanaman jagung di Sumbar, mencapai 43.370 hektar.Dari Buku SLHD Sumbar 2011, disebutkan, di provinsi ini, ada 152 perusahaan pertambangan skala besar dan menengah, 64 pertambangan batubara, 19 tahap eksplorasi, dan 45 perusahaan sudah operasi produksi. Sisanya, mineral logam, batu kapur, silika, clay dan non logam lain. Total luasan lahan yang dibuka pada 2011, 10.527, 6 hektar, dengan total produksi hingga Oktober 2011, sebesar 9.386.581 ton per tahun.Adapun luas bukaan lahan terbesar batu bara 7.510,08 hektar, terutama di Sawahlunto, Pesisir Selatan, Sijunjung dan Dharmasraya. Meskipun begitu, hasil tambang terbesar dari batu kapur 6.444.585 ton per tahun oleh PT Semen Padang.Heru Prasetyo, kepala BP REDD+ mengatakan, pesan terkandung dari KKN tematik yang mengusung PHBM ini, bagaimana mengelola hutan dengan baik hingga mengurangi tekanan atau kerusakan. | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2014-029-08.json | Berharap Usulan 18 Hutan Nagari dari KKN Tematik | Berharap Usulan 18 Hutan Nagari dari KKN Tematik | “Hutan dimanfaatkan tetapi ekologi yang baik tetap bisa dirasakan. Jangan sampai jadi padang pasir macam di Maluku.” Di Maluku, ada pulau-pulau dieksploitasi hingga ‘botak.’ Atau macam pengembangan sawit yang menggerakkan perekonomian tetapi tidak menjaga kelestarian hutan. “KKN ini diharapkan bisa jadi inspirator, sekaligus peserta terinspirasi. Ini proses pembelajaran yang luar biasa.”Nur Masripatin, Deputi Tata Kelola dan Hubungan Kelembagaan BP REDD+ mengungkapkan, KKN tematik seperti di Padang yang fokus hutan nagari ini salah satu program REDD+. Kegiatan di masing-masing daerah bisa berbeda tergantung problem yang dihadapi, seperti di Riau, karena masalah kebakaran hutan dan lahan, maka kegiatan fokus ke sana.Menurut dia, program ini tak hanya melibatkan mahasiwa juga staf pengajar, yang dijabarkan dalam ke program universitas. “Ada terkait pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Ini dijalankan melalui network perguruan tinggi.Melalui berbagai kegiatan ini, katanya, BP REDD+ ingin menyampaikan pesan-pesan lingkungan terutama terkait kehutanan.Untuk membangun itu semua, BP REDD+ sudah bekerja sama dengan jaringan universitas di seluruh Indonesia. Ada di level nasional juga di tujuh region, yakni, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Bali-Nusa Tenggara. [SEP] | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2014-019-13.json | Mengurangi Volume Sampah Sejak Dari Rumah Tangga | Mengurangi Volume Sampah Sejak Dari Rumah Tangga | [CLS] Persoalan sampah masih menjadi masalah serius yang dihadapi masyarakat, terutama di perkotaan seperti Surabaya, Jawa Timur. Selain program kebersihan yang dimiliki Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Pemerintah Kota Surabaya mengajak peran serta aktif masyarakat untuk mewujudkan Surabaya yang bersih dan bebas sampah.Salah satu upaya menekan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, adalah melalui pengelolaan sampah rumah tangga oleh masyarakat secara mandiri. Masyarakat diajak untuk memperhatikan lingkungannya, dengan memilih dan memilah sampah yang masih dapat di daur ulang atau di manfaatkan menjadi barang bernilai.Seperti yang terlihat di salah satu kampung di Surabaya, yakni Jambangan. Warga di kampung Jambangan sejak sepuluh tahun terakhir melakukan pemilahan sampah, mulai dari sampah organik, non-organik, hingga memisahkan sampah yang masih bsia dimanfaatkan seperti sampah botol, gelas, kemasan plastik, kertas dan kardus.“Sejak dari tempat sampah rumah tangga, kami sudah memilah dan menempatkannya di tempat sampah khusus. Bagi yang bisa dimanfaatkan kami sendiri dan jual ke bank sampah di sini. Yang organik kami masukkan ke tempat sampah takakura, jadi nanti bisa jadi pupuk,” ujar Mariati salah seorang warga Jambangan.Selain dapat menghasilkan uang, sampah plastik, kertas dan karton masih dapat didaur ulang oleh industri yang membutuhkan. Bila warga kreatif, beberapa jenis sampah dari kemasan produk dapat dibuat sebagai barang kerajinan.“Disini warga juga ada yang memanfaatkan kemasan plastik produk untuk membuat tas, bungan hiasan, hingga baju dari bahan daur ulang,” lanjut Mariati.Dari upaya 3R (reduce, reuse, recycle) yang dilakukan warga, setiap harinya volume sampah yang dibuang ke truk pengangkut sampah jauh lebih berkurang dari sebelumnya. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2014-019-13.json | Mengurangi Volume Sampah Sejak Dari Rumah Tangga | Mengurangi Volume Sampah Sejak Dari Rumah Tangga | Pemkot Surabaya juga melakukan berbagai upaya untuk menekan keberadaan sampah yang terus meningkat, seiring pertumbuhan jumlah penduduk maupun pendatang. Berbagai lomba kebersihan maupun gerakan kebersihan terus dilakukan, untuk mengajak masyarakat aktif memerangi masalah sampah di lingkungannya. Hasilnya Kota Surabaya mampu meraih predikat kota Adipura Kencana pada 2014 ini.Menurut Wisnu Wibowo dari Dinas Kebersihan Kota Surabaya, cara pandang yang keliru, seringkali menjadikan sampah sebagai persoalan yang sulit untuk dikendalikan. Padahal pengelolaan secara benar akan menjadikan sampah sebagai sesuatu yang bermanfaat.“Sampah selama ini menjadi masalah. Nah kita ajak masyarakat mulai mengelola sampah, sehingga harapannya nanti sampah ini bukan menjadi masalah lagi tapi bisa menjadi sahabat, dan bisa menjadi nilai yang lebih dari masyarakat itu,” kata Wisnu.Gerakan mengurangi sampah menurut Wisnu Wibowo, tidak hanya dilakukan oleh warga yang tinggal di kawasan tengah kota, melainkan juga di seluruh penjuru kota termasuk yang tinggal di kawasan bantaran sungai. Wisnu Wibowo menuturkan, mengubah perilaku masyarakat yang masih banyak membuang sampah ke sungai, merupakan salah satu upaya untuk mengurangi volume sampah.“Tujuannya juga supaya masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai itu perilakunya berubah, tidak lagi membuang sampah ke sungai. Karena sampai sekarang kan masih ada masyarakat yang membuang sampah ke sungai,” kata Wisnu.Sementara itu Walikota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan kesadaran serta komitmen masyarakat untuk ikut menjaga serta melestarikan lingkungan, diyakini dapat membantu masyarakat yang lain untuk ikut memelihara kebersihan lingkungan secara luas. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2014-019-13.json | Mengurangi Volume Sampah Sejak Dari Rumah Tangga | Mengurangi Volume Sampah Sejak Dari Rumah Tangga | “Mereka itu akan terus menjaga, kalau mereka merasa bahwa ini sebuah kebutuhan. Kalau mereka sudah komitmen terhadap ini, maka mereka tidak akan lengah, karena ini adalah kebutuhan mereka. Mereka merasa nyaman kalau lingkungannya bersih, mereka merasa nyaman kalau lingkungannya indah, itu sudah suatu kebutuhan untuk mereka,” katanya.Walikota perempuan pertama di Surabaya ini mengutarakan, melalui pengelolaan sampah oleh masyarakat mulai dari rumah tangga dan lingkungan sekitar, persoalan sampah akan dapat diatasi secara bijak. Risma mengaku dengan metode 3R, volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) berkurang 8 -10 persen setiap tahunnya dalam lima tahun terakhir.“Ya karena sampah itu dikelola oleh masyarakat sendiri, makanya setiap tahun yang masuk ke TPA itu turun. Meski pun sebetulnya itu tidak logis secara teori, karena penduduk Surabaya kan semakin banyak, pendatangnya juga semakin banyak. Sebetulnya secara teori itu akan naik volume sampahnya, tapi kenapa bisa turun karena masyarakat kelola sampah itu,” katanya.Meski mengakui, bahwa status Surabaya sebagai kota metropolitan sekaligus kota perdagangan dan jasa, menjadikan Surabaya tidak dapat terbebas sepenuhnya dari sampah. Selain sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota, para pendatang atau turis yang singgah di Surabaya, juga menjadi potensi penghasil sampah.“Kita kan kota jasa, jadi semakin banyak yang datang, dia juga bawa sampah. Ya gak bisa dibatasi karena kita kota yang hidup. Gak papa mereka datang, asal warga itu sadar, maka sampah tetap bisa ditekan,” imbuh Risma. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2014-019-13.json | Mengurangi Volume Sampah Sejak Dari Rumah Tangga | Mengurangi Volume Sampah Sejak Dari Rumah Tangga | Sampah dari para pendatang dikelola dengan manajemen pengelolaan sampah, serta teknologi pengolahan sampah yang dimiliki. Salah satunya di Depo Sampah Sutorejo, hasil kerjasama dengan pihak pemerintah Jepang, dimana sampah yang masuk ke Depo Sampah akan dipilih dan dipilah sesuai peruntukannya. Selanjutnya sampah yang tersisa dan tidak dapat dimanfaatkan, seminimal mungkin baru dibuang ke TPA.“Alhamdulillah sampah kita relatif bisa tertangani, dibandingkan dengan daerah lain, terutama yang metropolitan, sebut saja Jakarta, Makasar dan Bandung,” ucap Risma.Produksi sampah di Surabaya sendiri diperkirakan mencapai 1.800 ton per hari. Namun sampah tersebut tidak semuanya dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah, melainkan sebagian telah diolah oleh warga sehingga mampu dikurangi hingga 400 ton per hari.Selain adanya rumah kompos, turunnya jumlah sampah disebabkan makin sadarnya warga kota Pahlawan terhadap lingkungan. Target bebas sampah yang dimaksud pemerintah lanjut Risma, merupakan kondisi dimana sampah terkelola dengan baik, dan tidak ada lagi sampah yang tercecer atau berserakan tidak terkelola.Pemberlakuan Perda Pengolahan Sampah pada 2015 mendatang, mengharuskan setiap usaha seperti restoran dan hotel tidak akan dapat secara langsung membuang sampah ke TPA. Sampah yang dihasilkan harus diolah terlebih dahulu, hingga menyisakan sampah yang sudah tidak dapat diolah untuk dibuang ke TPA Benowo.Tidak hanya itu, sampah harus dibuang sendiri ke TPA dengan menggunakan kendaraan pengangkut sampah sendiri, bukan dengan menggunakan truk sampah milik Pemerintah Kota Surabaya. Hal itu dilakukan untuk menekan volume sampah yang terus meningkat.“Semua kembali pada perilaku, dan harapan kami perilaku masyarakat maupun pendatang dapat ikut menjaga kebersihan lingkungan di Surabaya,” harap Wisnu Wibowo. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2018-076-01.json | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | [CLS] Makassar menjadi salah satu kota transit perdagangan satwa yang dilindungi. Ini terbukti dari kasus ditangkapnya dua warga negara asing China atas nama Chen Jianyi alias Aii (25) dan Zhong Qiushan alias Acong (31), yang diduga terlibat dalam perdagangan sisik penyu, pada akhir Januari 2018 silam oleh aparat kepolisian di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Iptu Donna Briadi, Kepala Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter), Bareskrim Polrestabes Makassar, menjelaskan bahwa penangkapan tersebut, dilakukan setelah mendapat informasi dari warga. Mereka ditangkap oleh tim Jatanras Polrestabes Makassar, yang dipimpin oleh Aiptu Syamfhidar di Jalan Sunu, Kompleks Unhas, Kecamatan Tallo, Makassar.“Setelah ada pengaduan dari warga, tim langsung ke lokasi melakukan pengecekan dan ternyata memang ditemukan 200 kg sisik penyu yang sudah dikeringkan. Dua orang kami amankan. Semuanya WNA, satu sebagai tersangka dan satunya sebagai saksi. Kita langsung bawa tersangka karena barang buktinya ada,” ungkapnya kepada Mongabay-Indonesia, Kamis (08/02/2018).baca : Sita 51 Penyu Hijau, Kapolda: Bali Target Penyelundupan Menurut Donny, perkara ini sementara dalam berproses, administrasinya sudah periksa semua. Tinggal memeriksa saksi-saksi yang terkait. Selain itu, juga dilakukan pendalaman adanya keterlibatan warga lokal dalam kasus ini.Tersangka diketahui belum melakukan pengiriman, baru sebatas pengumpulan. Dari pengakuannya kepada penyidik diketahui bahwa sisik penyu tersebut diperoleh dari Kabupaten Sorong, Papua Barat. Makassar hanya sebagai tempat pengumpul dan transit sebelum akhirnya dikirim ke luar.“Kita masih sementara melakukan pendalaman, namun dari pengakuan sementara diketahui Makassar hanya transit saja. Katanya diambil dari Sorong, Papua. Kita juga kordinasi dengan berbagai pihak yang terkait,” tambah Donna. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2018-076-01.json | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | Menurut Donna, kasus penangkapan sisik penyu dalam skala besar ini yaitu 200 kg, diperkirakan berasal dari puluhan penyu, adalah pertama kali selama masa jabatannya setahun terakhir.baca : Balai Karantina Gagalkan Penyelundupan Ratusan Tempurung Penyu Sisik, Eh…Pelaku Kabur Menurut Andry Indryasworo Sukmoputro, Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan laut (BPSPL) Makassar Kementerian Kelautan dan Perikanan, selama ini Makassar memang hanya sebagai daerah transit perdagangan satwa yang dilindungi, yang berasal dari berbagai daerah di kawasan timur Indonesia.“Selama ini yang kami dapatkan info terkait pemanfaatan biota yang dilindungi, khususnya Penyu, Makassar hanya sebagai tempat transit untuk kemudian diteruskan ke Bali, sebagai pasar potensial. Walaupun ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi,” ujarnya.Menurut catatan BPSPL Makassar sendiri, upaya penindakan hukum terkait penyu ini telah terjadi dua kali sepanjang tahun 2016-2017. Baik itu untuk dijual, maupun digunakan sebagai atraksi wisata.“Seperti yang terjadi di Bira Pulau Liukang Loe, Bulukumba yang juga sudah berproses P21 yang ditangani Reskrimshus Polda Sulsel.”Terkait sumber penyu, berbagai daerah di kawasan timur memang telah menjadi sumber target perdagangan ilegal ini. Tidak hanya dari Papua dan Papua Barat, juga ada dari perairan Tual Maluku, perairan Menui Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.“Pada April 2016 dilakukan penyitaan sebanyak 70 ekor penyu oleh Satker PSDKP Luwuk Banggai. Semua penyu yang dalam kondisi hidup tersebut telah dilepasliarkan BPSPL di perairan Kendari, Sulawesi Tenggara,” tambahnya.baca : Penyelundupan Penyu Hijau ke Bali Kembali Marak Menurut Andry, selain penyu, yang juga sering diselundupkan adalah kuda laut, yang termasuk dalam Appendix II, yaitu masih boleh diperdagangkan asal ada kuota. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2018-076-01.json | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | “Umumnya kuda laut yang diperdagangkan dalam bentuk kering, padahal yang diperbolehkan sesuai kuota adalah dalam kondisi hidup.”BPSPL Makassar sendiri telah menginisiasi adanya unit pengelolaan pemanfaatan untuk budidaya kuda laut ini dengan memberikan bantuan berupa penangkaran kuda laut kepada beberapa kelompok di Pulau Sebangko, Kabupaten Pangkep.“Saat ini sudah mendapatkan izin pengambilan induk dan sudah berkembang biak F1 (turunan 1) yang nanti jika sudah bisa berkembang biak kembali F2 (turunan 2), maka baru bisa mendapatkan izin memperdagangkan dengan kuota jika sudah ada approval dari LIPI sebagai Scientific Authority. Kedua perizinan sampai saat ini masih ada di BKSDA KLHK.”Menurut Andry, BPSPL Makassar selama ini selalu diminta sebagai saksi ahli untuk identifikasi apakah biota-biota yang terjaring atau ditahan termasuk kategori spesies yang dilindungi atau tidak, baik berdasarkan UU 5/1990 tentang KSDAH dan PP No.7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa atau berdasarkan UU No.31/2004 jo UU No.45/2009 tentang Perikanan atau berdasarkan Appendix CITES. Perdagangan terumbu karang hidupMuhammad Zamrud, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Balai Besar Karantina Ikan dan Pengendali Mutu (BBKIPM) Makassar mengatakan penyelundupan sisik penyu biasanya lewat laut karena jika dilakukan lewat udara akan segera terdeteksi oleh balai karantina.“Jika pun dilakukan lewat udara maka biasanya ada kerjasama dengan petugas bandara. Sama yang terjadi dalam penyelundupan terumbu karang.” | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2018-076-01.json | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | Selain sisik penyu, yang paling sering diselundupkan adalah terumbu karang. Kasus terakhir paling besar adalah pada bulan Juli 2017 lalu, di mana penyelundupan sekitar 32 koli terumbu karang berhasil digagalkan di Denpasar, Bali. Terumbu karang itu diambil dari Kabupaten Pangkep dan diselundupkan keluar melalui Bali. Jumlahnya diperkirakan sekitar 1100 pieces yang dikemas dalam travel bag.“Modusnya memang seperti itu, dimasukkan dalam travel bag, di-packing dan di-wrapping lalu dimasukkan di bagasi. Di bandara mustahil bisa lolos kalau tidak ada kerjasama dengan orang dalam. Sudah pernah petugas bandara, Arsev, yang ditangkap karena ini.”baca : Penyelundupan 1300-an Koral Digagalkan di LombokTerumbu karang ini biasanya diselundupkan dalam kondisi hidup. Dijual ke luar negeri melalui persinggahan Bali dan Jakarta. Di negara tujuan harganya akan sangat mahal. Biasanya akan dijadikan ornamen akuarium. Terumbu karang dari kawasan timur dianggap memiliki kelebihan tersendiri.“Kelebihan terumbu karang di kawasan timur itu karena memiliki corak yang beragam dan indah, yang sulit ditemukan di kawasan barat.”Menurutnya, Pangkep termasuk daerah yang memiliki tingkat pencurian terumbu karang yang cukup tinggi. Bahkan termasuk dalam zona merah. Praktek ini masih selalu terjadi karena faktor ekonomi bagi nelayan dan adanya pihak yang memfasilitasi. Upaya sosialisasi sering dilakukan namun tetap saja kasus pencurian sering terjadi.baca : Kenapa Penyelundupan Koral di Bali Marak Terjadi? Pengaduan wargaMenurut Andry, terkait masih adanya perdagangan satwa yang dilindungi ini, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan meski memang harus disiapkan media pengaduannya. Untuk itulah kemudian BPSPL Makassar membuat saluran pengaduan masyarakat baik terkait pelayanan maupun informasi pemanfaatan biota laut yang dilindungi, baik melalui medsos WA maupun email. | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2018-076-01.json | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | 200 Kg Sisik Penyu Diamankan, Makassar sebagai Transit Perdagangan Liar Satwa Dilindungi | “Silahkan buka di wesite kami di http://bpsplmakasar.kkp.go.id/pengaduan-pelayanan. Lalu mengisi form yang ada. Terlebih dahulu pilih 1 dari 3 Form media pengaduan yang kami miliki,” ungkap Andry.Dikatakan Andry, formulir tersebut diberikan untuk mempermudah masyarakat menyampaikan pengaduan atau informasi terkait layanan yang diberikan oleh BPSPL Makassar atau isu terkait Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Wilayah Kerja, meliputi Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Selatan.“Tak perlu khawatir terungkapnya identitas diri pelapor karena kami akan merahasiakan identitas mereka. Kami menghargai informasi atau aduan yang dilaporkan. Fokus kami kepada materi informasi yang dilaporkan. Secara Hukum, pelapor mendapat jaminan hak perlindungan terhadap informasi yang disampaikan. Ini tertuang dalam Pasal 14 ayat (2) dan pasal 30 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,” tambahnya. [SEP] | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2022-034-13.json | Maraknya Destructive Fishing di TWP Kepulauan Widi | Maraknya Destructive Fishing di TWP Kepulauan Widi | [CLS] Saat mengunjungi Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Widi Gane, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, akhir Mei lalu, saya sempat menyinggahi Pulau Daga Kecil, satu di antara sekitar 99 pulau di Kepulauan Widi.Puluhan nelayan dari Kecamatan Gane Timur Tengah dan Gane Timur Selatan, Halmahera Selatan beraktivitas di pulau tersebut. Mereka mencari ikan dengan mengail atau juga menggunakan jaring apung.Beberapa nelayan yang ditemui, mengeluhkan adanya aktivitas destructive fishing dilakukan nelayan tidak bertanggung jawab.Sementara, pantauan di beberapa pulau yang banyak didatangi nelayan, belum ada papan informasi atau pemberitahuan bahwa kawasan ini telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Maluku Utara yang perlu dilindungi.Pulau-pulau di TWP Kepulauan Widi ini meski tak ada penduduk tetap, para nelayan dari berbagai tempat di Maluku Utara datang silih berganti menangkap ikan menggunakan jaring apung atau pancing. Para nelayan tinggal memilih pulau mana yang mereka singgahi dan menetap tiga atau empat hari. Jika sudah banyak ikan ditangkap, mereka pulang dan menjualnya.baca : Kepulauan Widi, Surga Tersembunyi di Ujung Selatan Halmahera Di Pulau Daga Kecil ada 15 KK warga dari Desa Gane Luar yang membuat rumah-rumah panggung di tepi pantai di belakang kawasan hutan mangrove. Mereka menangkap ikan di perairan pulau itu. Hasil tangkapan ikan diawetkan dengan es, lalu dibawa pulang untuk dijual. Ada juga yang dibuat ikan garam atau ikan asap. Hasil ikan yang mereka olah dijual ke berbagai tempat, bahkan ke luar Maluku Utara.Untuk hasil tangkapan ikan karang atau orang lokal menyebutnya ikan dasar, biasanya sudah ada pembeli tetap. Bahkan ada yang datang langsung ke Pulau Widi untuk bertransaksi dengan nelayan. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
Subsets and Splits
No saved queries yet
Save your SQL queries to embed, download, and access them later. Queries will appear here once saved.