filename
stringlengths 16
16
| title
stringlengths 22
107
| text
stringlengths 132
2.1k
| softlabel
stringlengths 15
740
|
---|---|---|---|
2020-020-19.json | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | [CLS] Kontroversi yang ditimbulkan oleh Omnibus Law UU Cipta Kerja belum juga kunjung reda. Salah satunya adalah mencuatnya respon publik dikarenakan pengesahannya yang mendadak beberapa hari lalu. Belakangan ini telah muncul isu mengenai pertanahan, ketenagakerjaan, dan juga UMKM. Namun, ada salah satu unpopular issue, yakni terkait perizinan.Perubahan mendasar perizinan yang dicanangkan melalui UU ini adalah perombakan paradigma perizinan di Indonesia, utamanya perizinan berusaha. Perubahan tersebut dari model berbasis izin biasa (license approach) menjadi perizinan berbasis resiko (risk-based licensing). Tujuannya untuk menyederhanakan perizinan berusaha di Indonesia.Singkatnya, pendekatan seperti ini membuat pemerintah memberikan izin berdasarkan tingkatan resiko dan ancaman lingkungan eksternal dari suatu kegiatan usaha. Konsekuensinya, pemerintah memberikan kepercayaan kepada tiap pelaku usaha untuk melakukan kegiatan usaha sesuai standar risiko yang telah ditetapkan pemerintah.Padahal, kita tidak bisa menjamin standar resiko yang ditetapkan pemerintah apakah sudah sesuai atau belum. Yang penting sih investor datang, bukankah begitu agenda pemerintah belakangan ini? Mari Tengok Dulu Negara LainRisk-based licensing bukanlah hal yang baru di dunia ini. Inggris menerapkan model ini dengan menyertakan sebuah risk assessment terhadap suatu usaha. Hal ini dinyatakan oleh Philip Hampton dalam laporannya pada tahun 2005 yang berjudul Reducing Administrative Burdens: effective inspection and enforcement.Untuk menilai dan melakukan asesmen tersebut, terdapat lembaga The Financial Services Authority nantinya melakukan sebuah inspeksi (on-site visits) terhadap kegiatan usaha. | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2020-020-19.json | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Lain cerita, Australia menerapkan risk-based licensing oleh Environment Protection Authority (EPA) terhadap resiko lingkungan. EPA mengeluarkan sebuah licensing guidelines yang menentukan tingkat resiko beserta rekomendasi penggunaan izinnya.Namun, EPA juga menerapkan beberapa standard conditions yang wajib dipenuhi bagi semua pemegang izin, salah satunya adalah laporan tahunan dari pemegang izin jika terdapat insiden yang mengancam lingkungan.Terdapat dua kondisi yang ditentukan, yakni kewajiban untuk memenuhi standard conditions dan dilaksanakan assessment lanjutan terkait risiko terhadap lingkungan.Indonesia perlu melakukan kajian perbandingan penerapan dengan negara lain, khususnya kedua negara di atas. Indonesia perlu menerapkan risk assesment berbasis penilaian lapangan seperti yang dilakukan oleh Inggris untuk mempertimbangkan dengan tepat sifat bisnis serta semua faktor eksternal yang dapat mempengaruhi risiko kegiatan perusahaan.Indonesia juga perlu mengadaptasi skema standard conditions seperti di Australia. Skema ini akan memberikan persamaan hukum bagi seluruh pemohon izin dan bertujuan memberikan proteksi untuk meminimalisir resiko pelanggaran, bahkan bagi kegiatan usaha dengan tingkat resiko paling kecil sekalipun.Baca juga: Dua Perusahaan Cemari DAS Citarum Kena Hukum Rp16,26 Milyar Pengaturan Perizinan Berbasis Risiko dalam UU Cipta KerjaPenerapan Perizinan Berbasis Risiko ditekankan pada perizinan berusaha. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 6 – 12 UU Cipta Kerja (Dokumen Final Paripurna DPR, Oktober 2020). Perizinan berbasis risiko dilakukan berdasarkan penetapan tingkat resiko kegiatan usaha meliputi kegiatan usaha berisiko rendah, menengah, dan tinggi.Kategori Rendah, hanya memerlukan Nomor Izin Berusaha (NIB) saja sebagai legalitas pelaksanaan izin berusaha. Kategori menengah, memerlukan NIB dan Sertifikat Standar. | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2020-020-19.json | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Sedangkan terhadap Kategori Tinggi barulah memerlukan NIB dan izin. Izin tersebut merupakan persetujuan Pemerintah Pusat untuk melaksanakan kegiatan usaha yang wajib dipenuhi oleh pelaku usaha sebelum melaksanakan kegiatan usahanya.Artinya, pemerintah juga harus membuat indikator dan sekaligus klasifikasi usaha. Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) dalam Catatan Terhadap Wacana Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (2020) menyatakan pengaturan perizinan berbasis resiko tidak dapat diterapkan dengan baik di Indonesia, karena penentuan resiko cenderung subyektif, mudah diperdebatkan, serta memerlukan banyak data dalam pemeringkatan resiko.Lebih lanjut, terdapat beberapa ketentuan pengaturan dalam UU ini yang ditentukan akan diatur lebih lanjut melalui peraturan pemerintah, Pasal 12 misalnya. Kita ketahui Peraturan Pemerintah merupakan produk hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah secara mandiri, tanpa adanya peran dari unsur/lembaga perwakilan rakyat.Tentu hal ini menjadi masalah, karena tidak akan ada keterlibatan masyarakat dalam membuat keputusan.Padahal, perizinan usaha akan sangat berdampak pada masyarakat, misalnya terkait dengan tanah dan lingkungan. Potensi konflik kepentingan juga dapat memengaruhi pembentukan peraturan pemerintah. Selain itu, dapat dilihat bahwa ada kontradiksi sebenarnya.Satu sisi, UU ini dibuat dengan maksud untuk mengatasi banyaknya peraturan saat ini. Namun di sisi lain, UU ini malah mensyaratkan adanya berbagai aturan turunan.Walaupun sebenarnya ada mekanisme pengujiannya ke MK dan MA jika terjadi pertentangan norma, namun itu tetap membutuhkan proses yang lama untuk menyelesaikannya. Justru hal ini akan merugikan usaha yang telah berjalan, karena harus menyesuaikan lagi dengan aturan yang baru. | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2020-020-19.json | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Seharusnya detail pengaturan telah diletakkan dalam UU Cipta Kerja sekaligus. Hal ini untuk menjamin keterwakilan suara masyarakat serta lebih memberikan kepastian hukum.Baca juga: Menyoal Penegakan Hukum Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan Dampak Terhadap Sektor LingkunganPerizinan berbasis resiko memiliki keterkaitan erat dengan usaha di sektor lingkungan. Tidak adanya ketentuan izin pada kategori usaha rendah dan menengah juga akan meniadakan syarat izin sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH).Bahkan, nomenklatur “izin lingkungan” dalam UU PPLH sejatinya telah diubah oleh Pasal 22 angka 1 UU Cipta Kerja dengan konsep Persetujuan Lingkungan. Walaupun memang, pemenuhan Amdal masih dipertahankan dalam memperoleh dasar uji kelayakan lingkungan hidup. Tetapi penyusunan dokumen Amdal pada Pasal 22 angka 5 UU Cipta Kerja sangat disederhanakan.Amdal tidak lagi mendasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta prinsip pemberitahuan sebelum kegiatan dilaksanakan. Lebih lanjut, masyarakat yang dilibatkan hanyalah masyarakat yang terkena dampak langsung.Padahal dalam Pasal 26 UU PPLH mengamanatkan pelibatan masyarakat pemerhati lingkungan hidup dan juga yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses Amdal. Artinya, penyederhanaan konsep perizinan juga mengakibatkan semakin minimnya partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup.Selain itu, UU Cipta Kerja membuat pengelolaan izin sektor lingkungan terkesan sangat tersentralisir. Berdasarkan Pasal 22 angka 23 UU Cipta Kerja, kewenangan penetapan Amdal dan Uji Kelayakan Lingkungan dilakukan oleh Pemerintah Pusat, sedangkan Pemerintah Daerah hanya sebagai pelaksana. | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2020-020-19.json | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | ICEL (2020) menyatakan bahwa kemampuan pemerintah pusat dari segi kuantitas dan akses ke daerah di seluruh Indonesia sangat terbatas untuk benar-benar mengetahui dan memahami kondisi lingkungan di lokasi, karena masalah lingkungan hidup sifatnya sangat site specific.Masalah lingkungan seharusnya dipahami berdasarkan kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan, dan yang mengetahui tentu adalah unsur/lembaga yang paling dekat di daerah tersebut. Konsepsi perizinan seperti ini menderogasi makna dan semangat perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terkandung dalam UU PPLH. Terkait Mekanisme Pengawasan dan Evaluasi PerizinanPermasalahan lain dapat kita lihat pada pasal pengawasan yang diatur dalam Pasal 12, yang berbunyi: “Pengawasan terhadap setiap kegiatan usaha dilakukan dengan intensitas pelaksanaan berdasarkan tingkat risiko kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (7)”.Namun pasal ini tidak memberikan tata cara yang akan dilaksanakan untuk mengawasi kegiatan usaha. Lagi-lagi, mekanisme pengawasan tentunya akan diatur dalam suatu peraturan turunan.Ringkasnya pasal pengawasan seakan-akan pembentuk undang-undang tidak memikirkan keberlakuan dari model perizinan ini nantinya. Niat untuk memberikan izin yang mudah, tidak diimbangi dengan melakukan pengawasan yang ketat. Padahal potensi pelanggaran terhadap izin tetap ada, bahkan justru bertambah lebih besar.Salah satu konsep pengaturan yang dimungkinkan adalah pemberian sanksi administratif atau sanksi pidana. Tentu dengan tetap mempertimbangkan prinsip pidana sebagai ultimum remidium.Masih banyak hal sebenarnya yang harus dipertimbangkan oleh Pemerintah bersama DPR dalam mengesahkan UU Cipta Kerja ini. Mengingat respon penolakan dari berbagai elemen masyarakat terus ada. UU ini seharusnya menjadi momentum perbaikan kerangka hukum Indonesia di bidang kegiatan usaha, khususnya dalam meningkatkan kualitas perizinan. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2020-020-19.json | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Tujuan deregulasi yang disematkan dalam UU Cipta Kerja harus juga diimbangi dengan tindakan pembentuk undang-undang yang mencerminkan pertanggungjawaban terhadap deregulasi tersebut. Jangan sampai deregulasi nantinya menimbulkan pengaturan yang membingungkan, atau justru mengamanatkan peraturan-peraturan baru.Perubahan pendekatan terhadap pengaturan perizinan dalam Hukum Indonesia tidak terlepas dari tujuan menciptakan debirokratisasi dan deregulasi perizinan. Namun, Indonesia sendiri belum pernah melakukan perombakan pengaturan semasif ini.Penerapan Perizinan Berbasis Resiko di satu sisi dapat menjadi pionir dan terobosan hukum jika memang berhasil menjawab masalah birokrasi di Indonesia. Namun di sisi lain, pendekatan ini dapat menjadi bumerang bagi kerangka hukum perizinan dan administrasi negara. Lingkungan akan menjadi sektor yang paling terkena dampak dengan adanya konsepsi perizinan seperti ini.Kesimpulannya, pengusaha mendapatkan keuntungan double. Pertama, bagi usaha yang memiliki dampak resiko rendah dihilangkan dari kewajiban izin, sedangkan bagi yang masih memerlukan izin dimudahkan perizinannya.Dimudahkannya perizinan dengan tidak diimbangi pengawasan akan membuat potensi pelanggaran terhadap lingkungan hidup meningkat. Sangat disayangkan sekali usaha untuk mengundang investasi, malah mengorbankan semangat kita untuk menjaga bumi. Referensi Ady Rhea DA, “Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja Ubah Konsep Perizinan”, diakses pada 8 Oktober 2020.Environmental Protection Authority (EPA), 2016, EPA licencing guideline: environmental risk levels, Environment Protection Authority, Sydney.Environmental Protection Authority (EPA), “Risk-based licencing”, diakses pada 8 Oktober 2020.Feby Ivalerina dkk, 2020, Hukum dan Kebijakan Lingkungan dalam Poros Percepatan Investasi: Catatan Terhadap Wacana Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), Jakarta, hlm. 6. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2020-020-19.json | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Model Perizinan Berbasis Resiko yang “Penuh Resiko” dalam UU Cipta Kerja | Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), “Catatan atas RUU Cipta Kerja”, diakses pada 9 Oktober 2020.Philip Hampton, “Reducing Administrative Burdens: effective inspection and endforcement”, The Hampton Review – Final Report, diakses pada 8 Oktober 2020.Rancangan Undang-Undang Nomor … Tahun … Tentang Cipta Kerja (Tambahan Lembaran Negara Nomor…). Dokumen Final Paripurna DPR, Oktober 2020. * I Wayan Bhayu Eka Pratama, penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Artikel ini adalah opini penulis [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2015-064-09.json | SVLK Dicabut, Sama Saja Hancurkan Industri Meubel Indonesia | SVLK Dicabut, Sama Saja Hancurkan Industri Meubel Indonesia | [CLS] Rencana Presiden Joko Widodo untuk menghapuskan kebijakan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dinilai sebagai langkah yang salah. Pasalnya, kebijakan SVLK pada kenyataannya saat ini sangat membantu pertumbuhan industri kayu atau meubel yang ada di Indonesia. Karenanya, SVLK sudah sepantasnya untuk dipertahankan sebagai kebijakan yang mendukung industri meubeul.Menurut anggota Jaringan Pemantau Independen (JIPK) Mardi Minangsari, jika Jokowi bersikukuh akan menghapus kebijakan SVLK, maka itu artinya Presiden sedang berusaha untuk menghancurkan sistem tata niaga meubel di Indonesia dan dunia internasional.“Harusnya SVLK itu dipertahankan kebijakannya. Karena, kebijakan tersebut akan memberi dampak yang bagus untuk perkembangan industri meubel nasional. Jika dihapus, justru itu akan mengancam industri tersebut,” jelas perempuan yang biasa disapa Minang itu dalam diskusi yang digelar di Tjikini 17, Jakarta, pada Jumat (17/04/2015).Minang mengungkapkan, berkat SVLK, tata niaga meubel di Indonesia dinilai sangat baik di mata internasional. Sehingga, reputasi kayu dari Indonesia dalam perdagangan internasional bisa diterima dengan baik dan mendapat kepercayaan penuh. Kondisi tersebut, kata dia, seharusnya bisa dipertahankan dan bukan dihancurkan.Berkat kepercayaan pasar internasional juga, Minang menjelaskan, industri meubel Tanah Air saat ini terus bergerak naik dan semakin membaik dari hari ke hari. “Jika dicabut kebijakannya, maka itu sama saja menjatuhkan kredibilitas Indonesia di pasar internasional. Daya saing meubel dari Indonesia akan melemah dengan cepat,” tutur dia.Tidak hanya itu, Minang menilai, rencana pencabutan kebijakan SVLK juga pada akhirnya akan berdampak negatif untuk industri meubel nasional, karena pangsa pasarnya akan ikut mengerucut.”Dengan kondisi sekarang ada SVLK saja, pangsa pasar kecil, apalagi kalau nanti sudah dicabut, pasti akan semakin mengerucut lagi,” tandas dia. | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2015-064-09.json | SVLK Dicabut, Sama Saja Hancurkan Industri Meubel Indonesia | SVLK Dicabut, Sama Saja Hancurkan Industri Meubel Indonesia | “Sangat disayangkan saja jika Presiden merencanakan begitu. Saat negara lain seperti Vietnam, Myanmar dan bahkan Malaysia, membuat SVLK sendiri, Indonesia yang sudah ada malah akan dicabut. Kita akan semakin tertinggal saja,” tambah dia.Perlindungan Industri Kecil dan Menengah Menyikapi penilaian Presiden Jokowi yang menyebut kebijakan SVLK mengganggu perajin kecil, Asosiasi Industri Permebeulan & Kerajinan Indonesia (Asmindo), berpendapat bahwa itu merupakan penilaian yang salah. Karena, yang dibebani untuk memiliki SVLK itu adalah perajin di hulu.“Sementara, kalau perajin kecil ya tidak diharuskan memiliki SVLK. Mereka cukup mendapatkan surat rekomendasi saja. Jangan sampai ada salah arti tentang SVLK. Karena, kebijakan tersebut pada kenyataannya sangat membantu sekali untuk industri meubel di Indonesia,” ujar Widayati Soetrisno, anggota Asmindo.Widayati menjelaskan, kalaupun perajin kecil akan menebang pohon untuk diambil kayu, itu juga tidak diwajibkan untuk memiliki SVLK, tapi cukup melengkapi dokumen konfirmasi saja.”Namun, untuk mendapatkan itu juga tidak gampang. Kalau mau gampang, ya perajin kecil bisa menebang, asalkan itu di lahan sendiri pohonnya,” tutur dia.Menurut Widayati, kekhawatiran Presiden Jokowi sangat tidak beralasan jika memang yang jadi masalah adalah perajin kecil. Karena, pada kenyataannya ada solusi untuk dipecahkan secara bersama dan itu bersifat membantu.“Kalau kebijakan SVLK benar akan dicabut, bagaimana dengan nasib meubel kita di pasar internasional seperti Eropa, AS dan Jepang? Untuk Eropa saja kita sudah mendapatkan 40 persen dari total 100 persen pasar ekspor Indonesia. Itu artinya, kita terancam kehilangan pemasukan hingga 40 persen dari Eropa saja,” papar dia. | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2015-064-09.json | SVLK Dicabut, Sama Saja Hancurkan Industri Meubel Indonesia | SVLK Dicabut, Sama Saja Hancurkan Industri Meubel Indonesia | Karena itu, Widayati menilai akan ada kontradiksi jika kebijakan SVLK benar dicabut. Pasalnya, beberapa waktu lalu Kementerian Perdagangan menargetkan nilai ekspor Indonesia dari meubel meningkat hingga USD5 miliar. ”Tahun 2013 realisasinya USD1,3 miliar. Walau tahun target dari Kemendag cukup sulit, namun bagi industri meubel nasional itu menjadi tantangan karena pasar internasional sedang bagus merespon produk meubel kita,” ungkap dia.Telaah KembaliSebelum mencabut kebijakan SVLK, sebaiknya Presiden menelaah kembali seperti apa kebijakan SVLK dan apa manfaat serta negatifnya untuk industri meubel di Indonesia. Jika itu sudah dilakukan, maka Presiden boleh memutuskan apakah akan dicabut atau dipertahankan.“Persoalan SVLK ini harus dikomunikasikan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta pihak lain yang terkait. Harus diperjelas dulu bagian mana yang menghambat dan tidak boleh begitu saja dicabut,” demikian pendapat Direktur Eksekutif Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Henri Subagyo.“Presiden Jokowi harus punya visi yang lebih panjang, karena jika kebijakan ini dihapus, maka tujuan SVLK untuk menertibkan tata usaha kelola kayu hingga menekan illegal logging dan sekaligus meningkatkan daya saing usaha di tingkat internasional, sama sekali tidak akan tercapai,” tambah dia.Oleh karena itu, sejumlah organisasi yang terdiri dari Asmindo, AMAN, FWI, ICEL, JPIK, PBH KEMITRAAN dan HUMA, mengeluarkan sikap bersama agar kebijakan SVLK dipertahankan.Mereka juga menyerukan penguatan implementasi SVLK untuk mencapai tujuannya secara tepat dengan mereformasi sistem perizinan dan memperkuat sistem insentif dan disinsentif bagi dunia usaha kecil dan menengah, serta agar dibuat kebijakan terobosan yang pro perlindungan hutan dan lingkungan hidup melalui kebijakan pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan. [SEP] | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2017-058-06.json | Rumah Baru Kucing Hutan Ini di Hutan Sicike-cike | Rumah Baru Kucing Hutan Ini di Hutan Sicike-cike | [CLS] Dua kucing hutan kembali ke habitat, hutan Sicike-cike, Dairi, Sumatera Utara, Sabtu (29/4/17). Sebelum lepas liar, tim medis Indonesian Spesies Conservation Program (ISCP) bersama Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sidikalang, memeriksa kondisi kesehatan satwa. Mereka sehat.Saat kandang terbuka, satwa ini tampak canggung keluar. Mereka masih beradaptasi terlebih dahulu. Beberapa menit berselang, satu kucing hutan dewasa mengaung langsung lari kencang ke kiri hutan Sicike-cike. Kucing remaja masih tinggal dekat kandang, mengaung beberapa saat, kemudian berari ke kanan hutan.Tuahmanraya Tarigan, Kepala Seksi Wilayah-I BKSDA Sidikalang, kepada Mongabay mengatakan, konsep BKSDA Sumut menjaga satwa tetap ada di alam. Jadi langkah utama meningkatkan penyitaan satwa dilindungi.Dia mengatakan, bagi masyarakat yang memelihara satwa liar agar menyerahkan ke BKSDA Sumut untuk dilepasliarkan ke alam.Kucing hutan, katanya, tinggal di alam liar, bukan kandang sempit buatan manusia. Kini, status satwa hampir punah, hingga harus dijaga ketat dan tak diburu, perdagangkan atau dipelihara.Dua kucing hutan ini, lepas liar di hutan Sicike Cike, karena kerapatan hutan masih bagus. Kegiatan ilegal berdampak kerusakan habitat terbilang minim.Saat ini, katanya, masih banyak para pemburu menangkap satwa dilindungi seperti kucing hutan, untuk diperjualbelikan. Faktor ekonomi, jadi salah satu alasan mereka.“Melalui Mongabay kami sampaikan, kucing hutan dilindungi UU Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Jangan sekali-kali mau membeli satwa dilindungi ini.” Rudianto Sembiring, Direktur ISCP mengatakan, dua macan akar sudah empat bulan di kandang karantina di Sibolangit, Deli Serdang. Satwa ini, katanya, hasil penyitaan dan serah terima dari warga di Kota Medan dan di Desa Sikeben, Deli Serdang.Selama di karantina, dua satwa ini jalani rehabilitasi seraya mengamati sifat liar, dan makanan dari binatang baik hidup dan mati. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2017-058-06.json | Rumah Baru Kucing Hutan Ini di Hutan Sicike-cike | Rumah Baru Kucing Hutan Ini di Hutan Sicike-cike | “Ini sangat perlu, untuk terus melatih dan menjaga sifat liarnya, sehingga jika nanti dilepas kembalikan ke alam, satwa-satwa ini tetap bisa bersaing mencari makannya, dan mampu berburu guna mendapatkan makanan mereka, ” ucap Rudianto.Dia bilang, banyak orang memburu ini di alam dengan cara memberikan makanan dipasang jerat. Lebih miris, terkadang membunuh induk untuk mendapatkan anakan.Ada lebih menyedihkan lagi, satwa dipelihara sejak bayi, lalu jadi koleksi mereka yang tergabung dengan komunitas binatang. Ada juga menjual bayi, lalu dipelihara bebas.“Bagi ISCP, biarkan satwa ini hidup dan mati di alam sesuai kondratnya.” [SEP] | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2012-007-04.json | Tahukah Anda? Orangutan Ternyata Juga Mengalami Krisis Paruh Baya….. | Tahukah Anda? Orangutan Ternyata Juga Mengalami Krisis Paruh Baya….. | [CLS] Manusia bukan satu-satunya mahluk yang mengalami gangguan terkait rasa bahagia di usia pertengahan (umumnya sering disebut krisis paruh baya), primata besar ternyata mengalami hal yang sama. Berdasarkan laporan terbaru dari Proceedings of the National Academy (PNAS), dari penelitian terhadap sekitar 500 primata besar (yaitu 336 simpanse dan 172 orangutan) diketahui bahwa pola krisis paruh baya yang serupa juga dialami primata, dengan gejala yang mirip seperti manusia.Namun bukan berarti primata ini juga melakukan apa yang secara negatif dilakukan pria paruh baya, misalnya berdandan lebih necis, atau menjadi genit dan melirik gadis belia. Perubahan perilaku primata ini lebih pada pola meningkatnya rasa bahagia di usia muda, lalu mengalami penurunan di usia pertengahan, dan kembali meningkat di usia tua.“Kami berharap bisa memahami serpihan informasi ilmiah terkait hal ini, mengapa rasa bahagia manusia mengikuti kurva berbentuk U di dalam hidup mereka? Manusia sudah menunjukkan bahwa rasa bahagia itu bukan terkait dengan urusan uang belaka, pecahnya sebuah perkawinan, urusan telepon seluler, atau hal-hal ekstra lainnya di dalam hidup. Hal yang sama juga dialami oleh primata besar ini, yang tidak bisa mengungkapkan hal ini dan tentu tidak terkait hal-hal ekstra seperti layaknya manusia,” ungkap salah satu penulis penelitian, Andrew J. Oswald dalam rilis media mereka. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2012-007-04.json | Tahukah Anda? Orangutan Ternyata Juga Mengalami Krisis Paruh Baya….. | Tahukah Anda? Orangutan Ternyata Juga Mengalami Krisis Paruh Baya….. | Para ahli mewawancara penjaga kebun binatang, para relawan dan peneliti juga bekerja sedekat mungkin dengan orangutan dan simpanse untuk meneliti kehidupan mereka. Dengan menggunakan kuesioner yang sudah dimodifikasi untuk primata, para ahli menemukan bahwa primata mengalami penurunan rasa tenteram dan bahagia di akhir usia duapuluhan dan awal tigapuluhan, dibandingkan dengan manusia yang mengalaminya di usia antara 45 hingga 50 tahun. Dalam kuesioner ini pertanyaan yang disampaikan seputar mood, kenikmatan dalam bersosialisasi, dan bagaimana kepuasan yang mereka rasakan dalam mencapai tujuan mereka.“Hasil penelitian yang kami dapatkan menunjukkan bahwa kurva kebahagiaan yang menurun di usia paruh baya bukan hanya milik manusia, kendati hal ini sangat berbeda dari aspek kehidupan manusia dan masyarakat, namun hal ini membuktikan bahwa secara biologis manusia berbagi hal yang sama dengan primata,” ungkap para ahli. “Temuan ini memiliki implikasi yang luas secara ilmiah dan dari sudut pandang ilmu sosial, dan bisa membantu bagaimana meningkatkan rasa bahagia bagi diri manusia dan primata.”Para ahli sendiri belum sepenuhnya memahami mengapa siklus ini muncul, namun dalam teori yang muncul belakangan ini yaitu adanya perubahan di otak saat usia paruh baya, serta penyebab-penyabab evolutif lainnya, yang mempengaruhi kebahagiaan di masa muda dan usia tua.“Individu baik yang muda ataupun berusia tua, bisa mengalami kepuasan di dalam tahapan kehidupan, dimana mereka memiliki lebih sedikit sumber daya untuk mengembangkan diri mereka, dan akan cenderung tidak melawan balik situasi yang bisa membahayakan mereka atau kerabat mereka,” ungkap para ahli,CITATION:Alexander Weiss, James E. King, Miho Inoue-Murayama, Tetsuro Matsuzawa, Andrew J. Oswald. Evidence for a midlife crisis in great apes consistent with the U-shape in human well-being. PNAS. 2012. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2012-042-18.json | Lahan PT Kalista Alam Masuk Peta Moratorium | Lahan PT Kalista Alam Masuk Peta Moratorium | [CLS] Operasi ilegal, izin perusahaan segera dicabut SETELAH mendapat tekanan dari organisasi-organisasi lingkungan, akhirnya lahan konsesi PT Kalista Alam, seluas 1.605 hektare (ha) di hutan gambut Rawa Tripa, Aceh, masuk lagi ke dalam peta moratorium. Artinya, di kawasan itu tak boleh dikeluarkan izin pengelolaan hutan.Ketua Satgas REDD +, Kuntoro Mangunsubroto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin(21/5/12) mengatakan, dalam revisi kedua peta indikatif penundaan izin baru (PIPIB) Mei ini, konsesi PT Kalista Alam masuk kembali ke dalam kawasan moratorium, setelah sempat keluar pada revisi pertama, November 2011.Dia mengatakan, operasi PT Kalista Alam di Rawa Tripa ilegal. Sebab, perusahaan beroperasi dengan izin prinsip yang sudah kadaluarsa. Hak Guna Usaha (HGU) yang diakui ada ternyata tak ada.Untuk itu, Gubernur Aceh baru diminta mencabut izin pengelolaan kawasan yang telah diberikan kepada perusahaan ini.“Nasi sudah jadi bubur, kawasan sebagian sudah jadi kebun sawit. Sebagian sudah dibakar. Yang penting setop dulu karena semua ilegal,” katanya dalam acara Setahun Moratorium.Wakil Satgas REDD +, Mas Achmad Santosa menambahkan, penegakan hukum terkait PT Kalista Alam sedang diproses. Beberapa jeratan hukum yang bakal dikenakan, antara lain, pidana untuk kasus pembakaran, UU Perkebunan.Lalu, PPNS Kehutanan dan UU Konservasi terkait habitat orangutan. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pun akan menggugat perdata ganti rugi atas kerusakan lingkungan. “Untuk penegakan hukum administrasi, pemberi izin (Gubernur-red) diminta mencabut izin atau revokasi konsesi yang dikeluarkan,” ucap Mas Achmad.Bagaimana si pemberi izin, apakah akan terkena tindakan hukum? Menurut Kuntoro, secara umum jika terjadi pelanggaran administrasi maka akan di PTUN-kan. “Jika ada indikasi korupsi bisa dipidanakan.” “Saat ini masih dikaji soal itu.” | [0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08] |
2012-042-18.json | Lahan PT Kalista Alam Masuk Peta Moratorium | Lahan PT Kalista Alam Masuk Peta Moratorium | Menurut Mas Achmad, proses hukum memang tidak mudah. Semua aspek hukum dikaji, baik menggunakan UU pidana korupsi maupun non korupsi. Namun sampai saat ini, ujar dia, belum sampai ke sana, masih konsentrasi mengenai pembakaran lahan.Izin konsesi PT Kalista Alam diberikan oleh mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf pada Agustus 2011.Kawasan Moratorium BertambahDalam kesempatan itu, Kuntoro juga menjelaskan, hasil revisi kedua PIPIB. Dalam PIPIB kali ini ada tambahan kawasan yang masuk peta moratorium sebesar 379 ribu hektare (ha).Dia menjabarkan, dalam PIPIB Mei 2011, kawasan moratorium 64.144.073 ha, revisi I November tahun yang sama turun menjadi 65.374.251 ha. “Pada revisi kedua naik menjadi 65.753. 810 ha.”Peningkatan kawasan moratorium itu dari penambahan wilayah sekitar 862 ribu ha dan pengurangan seluas 482 ha.Sayangnya, Kuntoro dan tim tak dapat menjelaskan dengan rinci, dari daerah dan unsur apa saja penambahan itu. Menurut dia, semua data detil ada di Kementerian Kehutanan.Namun yang pasti, ucap Kuntoro, peta kali ini dibuat berdasarkan masukan dari berbagai kalangan masyarakat. Dia mencontohkan, dalam revisi kedua ini, mengeluarkan desa yang terletak pada tanah mineral di wilayah gambut, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng).“Juga memasukkan kembali kawasan PT Kalista Alam ke peta moratorium.” [SEP] | [0.9999937415122986, 2.917031679317006e-06, 3.314325113024097e-06] |
2014-017-09.json | Asa para Peneliti Untuk Mengembalikan Habitat Orangutan yang Terputus di Area Eks PLG Kalteng | Asa para Peneliti Untuk Mengembalikan Habitat Orangutan yang Terputus di Area Eks PLG Kalteng | [CLS] Dalam dasawarsa 1990-an, sebuah proyek ambisius Pemerintah Indonesia untuk mengubah bentang satu juta hektar hutan untuk dijadikan lahan persawahan dilakukan di Kalimantan Tengah. Hutan gambut dikonversi, kanal-kanal untuk mengeringkan air dibangun, namun yang terjadi pada akhirnya adalah kegagalan besar, -yang menyebabkan area ini ditelantarkan. Inilah sepenggal cerita dari Mega Rice Project (MRP) atau yang dikenal sebagai Proyek Lahan Gambut (PLG) Sejuta Hektar.Secara umum, laju deforestasi di Kalimantan terjadi secara dramatis pada tahun 1980-an dan 1990-an, yang telah mengganti hutan primer menjadi area konsesi HPH dan perkebunan sawit. Berdasarkan WWF, dari total sekitar 54 juta hektar daratan Kalimantan, 14 juta hektarnya berada di bawah konsesi HPH hingga tahun 2000-an. Menurut data Global Forest Watch (GFW), Kalimantan telah kehilangan tutupan hutannya sebanyak 11 persen diantara tahun 2001-2012, atau sekitar 6 juta hektar tutupan hutan.Bagi satwa seperti orangutan, penebangan hutan berarti terjadinya fragmentasi (habitat terpenggal) yang menyebabkan orangutan terpecah dalam pulau-pulau habitat kecil. Sejak tahun 1950-an hingga saat ini populasi orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus), diperkirakan telah anjlok antara 50-84 persen. Hasil survey di tahun 2000 dan 2003 memperkirakan jumlah orangutan berkisar 45 – 69 ribu untuk seluruh Kalimantan. Dengan ancaman eksploitasi karena ekspansi perkebunan, penebangan, kebakaran dan perburuan dapat dipastikan jumlah orangutan telah jauh menurun lagi saat ini. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2014-017-09.json | Asa para Peneliti Untuk Mengembalikan Habitat Orangutan yang Terputus di Area Eks PLG Kalteng | Asa para Peneliti Untuk Mengembalikan Habitat Orangutan yang Terputus di Area Eks PLG Kalteng | Khusus, di dalam dan sekitar eks area PLG diperkirakan lebih dari separuh populasi orangutan Kalimantan di wilayah ini telah lenyap hanya dalam waktu 14 tahun. Berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Columbia University, OuTrop (Orangutan Tropical Peatland Project) dan CIMTROP (Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatlands) di tahun 2009, jumlah orangutan telah berkurang dari 4.100 individu di tahun 1995 menjadi hanya sekitar 1.500–1.700 individu saja.“Enam puluh tahun yang lalu, orangutan dapat menyeberangi sungai Sebangau, melintasi pohon ke pohon, tetapi sekarang sejak hutan dibabat habis, tidak ada lagi orangutan yang mampu melintasi sungai, populasi mereka jadi terisolasi,” jelas Simon Husson, pendiri dan peneliti dari OuTrop yang melakukan penelitian di eks area PLG.Berdasarkan hasil penelitan OuTrop, pembangunan kanal-kanal drainase di area PLG telah menyebabkan munculnya titik-titik api kebakaran di 70 persen wilayah blok C di eks PLG, dan hampir semua di blok A, B dan D. Kanal juga digunakan sebagai rute para illegal loggers.Merujuk kepada data Global Forest Watch, area eks PLG dan sekitarnya telah kehilangan 321 ribu hektar tutupan pohon diantara tahun 2001 hingga 2012. Karena merupakan area rawa gambut yang dikeringkan, maka wilayah ini menjadi rawan terbakar. Dalam waktu seminggu (30 September – 7 Oktober 2014) saja, -berdasarkan citra satelit milik NASA, telah terjadi lebih dari seratus kebakaran di wilayah ini.Orangutan Masih Bertahan di Sisa Hutan di Kawasan Eks PLGPenelitian yang dipimpin oleh Megan Cattau dari Columbia University bersama koleganya dari OuTrop dan CIMTROP mengamati area eks PLG sebagai fokus kajian, karena adanya fragmentasi habitat akibat deforestasi yang terjadi secara masif di area ini. Penelitian ini mencakup wilayah seluas 4.500 km persegi yang terbagi menjadi lima blok, dari A sampai E. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2014-017-09.json | Asa para Peneliti Untuk Mengembalikan Habitat Orangutan yang Terputus di Area Eks PLG Kalteng | Asa para Peneliti Untuk Mengembalikan Habitat Orangutan yang Terputus di Area Eks PLG Kalteng | Para peneliti menduga meskipun telah terdapat penebangan hutan, pembalakan liar, pengeringan lewat kanal (drainase), kebakaran dan degradasi, namun masih ada sisa fragmen hutan yang tidak terganggu di blok C.“Kami terkejut dan senang saat menemukan orangutan di kelompok hutan yang lebih kecil,” jelas Cattau. “Meskipun dalam jangka panjang hilangnya hutan akan terus mengurangi populasi mereka.”“Mereka ini orangutan yang beruntung, karena masih bisa bertahan setelah berbagai tekanan terhadap tempat hidupnya,” menambahkan Simon Husson. “Pasti banyak yang mati karena kelaparan, ditembak atau mati dalam kebakaran yang terjadi.”Menurut Husson, di kelompok hutan tersisa masih terdapat makanan yang cukup untuk mendukung orangutan yang ada disitu. Tetapi jika ada para orangutan “pengungsi” dari tempat lain yang pindah ke sana, lama-kelamaan sumberdaya makanan akan semakin menurut.“Berapa lama mereka dapat melakukan ini untuk, kita tidak tahu, termasuk berapa kapasitas di tingkat kepadatan yang masih dapat tertampung seperti saat ini.”Menurut Cattau, orangutan berkumpul di suatu tempat dapat dipahami lewat teori “berkerumun akibat tekanan” (crowding compression), dimana populasi orangutan yang tinggi dapat dijumpai di suatu daerah daripada di daerah lain akibat adanya tekanan. Dengan demikian dampak penuh dari deforestasi terhadap satwa liar dalam jangka pendek belum segera terlihat.“Orangutan akan berkerumun ke hutan yang tersisa yang dapat mereka jangkau, akan ada jeda waktu sebelum populasi akhirnya menurun karena tekanan kepadatan meningkat. Dimasa yang akan datang kita bisa lihat kemungkinan turunnya populasi akibat gangguan pada saat ini.” | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2014-017-09.json | Asa para Peneliti Untuk Mengembalikan Habitat Orangutan yang Terputus di Area Eks PLG Kalteng | Asa para Peneliti Untuk Mengembalikan Habitat Orangutan yang Terputus di Area Eks PLG Kalteng | Para peneliti memiliki hasrat yang ambisius untuk menyambung kembali fragmen habitat yang tersebar di ribuan hektar kawasan eks PLG. Jika ini menjadi kenyataan, maka sub-sub populasi yang terisolasi dapat terhubung kembali menjadi satu dari 10 populasi terbesar orangutan yang ada di Kalimantan.“Ini sangat sulit, karena rencana proyek semacam ini belum pernah dicoba sebelumnya,” jelas Husson. “Apalagi lebih banyak dana besar yang masuk ke Kalimantan lebih memilih hutan yang masih utuh, alih-alih hutan yang sudah terdegradasi, yang perlu restorasi dan rehabilitasi.”Namun demikian, para peneliti percaya masih ada harapan. Menurut Husson, apa yang masih ada di daerah yang terkena dampak perlu dilindungi. Itu berarti termasuk menghentikan kebakaran, mengatur kembali kanal-kanal air, mencegah perambahan dan melakukan penanaman kembali. Termasuk didalamnya melakukan penyusunan zonasi dan membangun rencana konservasi.“Menyambungkan kembali fragmen demi fragmen hutan ini layak, tidak seperti di banyak proyek koridor yang diusulkan di tempat lain, dimana lokasinya banyak yang terpotong jalan raya maupun proyek infrastruktur. Bagaimanapun saya masih percaya dan punya harapan untuk masa depan hutan dan masa depan orangutan di daerah ini,” jelas Cattau mengakhiri.Referensi:http://news.mongabay.com/2014/1007-gfrn-joshi-bornean-orangutan-1.htmlhttp://news.mongabay.com/2014/1008-gfrn-joshi-orangutans-2.html [SEP] | [0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679] |
2017-061-11.json | Cerita Para Perempuan Penjaga Mangrove dari Papua | Cerita Para Perempuan Penjaga Mangrove dari Papua | [CLS] Hari Kartini jatuh pada 21 April, dan Hari Bumi setiap 22 April. Memperingati dua hari penting ini, Mongabay, menyajikan seri tulisan mengenai perjuangan dan upaya perempuan-perempuan dalam menjaga lingkungan dan alam. Mereka bekerja tanpa pamrih. Bagi para perempuan ini, memulai berbuat sesuatu bagi alam walau kecil lebih baik daripada tidak sama sekali. Mereka sosok-sosok inspiratif. Edisi pertama, Mongabay, akan mengangkat cerita perempuan-perempuan dari Manokwari, Papua, yang sadar akan keterancaman bencana tsunami lalu menanam puluhan ribu mangrove. Kelompok ini terdiri dari perempuan-perempuan berusia rata-rata 50 tahunan!Ceritanya, pada 10 Oktober 2002, gempa menguncang Ransiki, distrik di Manokwari, Papua Barat, kini jadi Ibukota Kabupaten Manokwari Selatan.Rika Rumadas, terpaut ratusan kilo meter dari distrik itu, tepatnya di Kampung Wamesa, Distrik Manokwari Selatan, Manokwari. Dia terhempas di atas perahu karena kiriman gelombang tsunami usai gempa.Malam itu, Rika usai memancing di sekitar pantai, beruntung tsunami tak merengut nyawanya. Itu kejadian 15 tahun silam.“Beruntung ombak (tsunami) tak mematikan. Saya hanya kaget karena perahu terhempas dan berusaha mendayung ke kampung. Saya mendayung ternyata sudah jalan raya,” katanya, memulai cerita.Kabupaten Manokwari Selatan, merupakan daerah rawan gempa. Pada 2002, gempa di siitu terjadi dua kali, pada September enam skala richter dan Oktober 7,6 skala richter, diikuti tsunami.Tsunami terpantau di Pesisir Ransiki, Oransbari hingga Manokwari. Di Manokwari, ketinggian terpantau satu meter. Akibat gempa, delapan orang meninggal dunia, 632 terluka, dan 1.000 rumah hancur di Ransiki, Oransbari dan Manokwari.Saat itu, Rika sedang ditunggu keluarga. Warga lain di kampung berpenduduk sekitar 97 keluarga itu sudah berlari ke bukit sekitar satu kilometer dari kampung. “Keluarga laki-laki menunggu saya bersama-sama lari ke daerah aman.” | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2017-061-11.json | Cerita Para Perempuan Penjaga Mangrove dari Papua | Cerita Para Perempuan Penjaga Mangrove dari Papua | Selviana Yoweni, perempuan lain di kampung itu bercerita soal kepanikan warga saat tsunami. “Saya lagi masak ada gempa. Menyusul tsunami. Kami yang perempuan diminta keluar rumah, berlari ke bukit,” katanya.Dampak tak mendapat informasi cukup, tsunami tak jadi pelajaran berharga bagi warga. Mereka kembali hidup normal seperti tak pernah ada bencana.Sepuluh tahun kemudian, pada 2013, warga termasuk Rika dan Selviana, bersama tujuh perempuan lain di kampung itu–belakangan jadi aktor utama pelindung manggrove—, baru tahu kalau mereka bisa selamat dari tsunami, karena pantai memiliki pelindung alami yakni, mangrove. Tanaman itu mulai berkurang karena sering ditebang.Mereka tahu manggrove sebagai pelindung utama dari hantaman gelombang tsunami, dari sebuah lembaga yang datang ke kampung pada 2013. Lembaga itu mengedukasi mereka.Rika dan Selviana bersama enam rekan perempuan lain berumur rata-rata lebih 50 tahun sadar, manggrove harus mereka jaga.“Kami kelompok mama-mama yang tadi sering mengambil mangrove untuk jadi kayu bakar, bahkan kadang dijual jadi merasa bersalah. Kami akhirnya tahu tentang penting menjaga mangrove lalu berhenti menebang Mangrove,” ujar Rika.Kelompok perempuan ini konsisten menanam mangrove. Mereka diajar cara mencari bibit mangrove, menyiapkan koker (polybag), lahan, menanam, hingga merawat. Akhirnya pekerjaan dimulai pada Maret 2013. Tiap pagi, selepas menyiapkan sarapan keluarga dan membereskan pekerjaan rumah, mereka berjalan kaki ke hutan Mangrove berjarak sekitar satu kilometer dari kampung. Mencari bibit mangrove jatuh dari pohon induk. Bibit-bibit dikumpulkan di pinggir hutan. “Pekerjaan itu kami lakukan tiga kali seminggu,” katanya.“Kami kadang dimarah suami. Kami bilang mangrove kami tanam itu nanti pele (menghalangi-red) kita dari tsunami,” kata Lea Dubri (37). Lea satu-satunya perempuan kelompok itu yang berumur kepala tiga. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2017-061-11.json | Cerita Para Perempuan Penjaga Mangrove dari Papua | Cerita Para Perempuan Penjaga Mangrove dari Papua | Rika Rumadas, Selviana dan perempuan lain, masing-masing, Orpa Dubri, Hermalina Suabei, sudah berumur limapuluhan. Satu orang lagi Paulina Inggesi Mansumber meninggal dunia karena tumor kandungan kala usia 75 tahun. Rika Dubri, perempuan lain berumur 69 tahun dan sedang sakit.Rika Rumadas mengatakan, meski Paulina sudah tua namun sangat bersemangat. Hampir setiap mereka bekerja dia selalu terlibat. “Ibu Paulina kalau duduk sambil koker sampai keram. Kalau mau berdiri kami harus bantu. Setelah itu harus menunggu sampai keram hilang baru kami pulang,” kataya. “Rika Dubri juga sangat bersemangat.”Setelah masuk polybag, para perempuan tangguh itu menanam anakan mangrove itu. Dengan kaki telanjang mereka menanam di sela-sela pohon mangrove dan area lebih luas.Bahkan, kala menyiapkan lahan di lokasi degan tumbuhan berduri tajam, mereka sampai berdarah-darah. “Kami bekerja di hutan mangrove dari pukul 9.00-18.00. Hujan pun kami bertahan.”Orpa Dubri mengatakan, masyarakat lain di kampung itu mengunjing aktivitas mereka selama ini. “Mereka kira kami dibayar. Mereka bilang kalau dibayar itu kasih tahu supaya kita bantu. Kami tak dibayar. Kami bekerja menebus “dosa kami”. Kami sadar pentingnya memelihara mangrove,” katanya. “Suami saya tak marah. Dia mendukung saya.” Perjuangan para perempuan itu menanam mangrove berlangsung selama 2, 6 tahun, hingga akhir 2015. Selama itu, mereka berhasil menanam 32.000 bibit manggrove di lahan enam hektar. Bibit dari Gunung Botak, daerah di Kabupaten Manokwari Selatan dan Teluk Bintuni, kabupaten yang memiliki Manggrove terluas di Indonesia.Kadang aktivitas mereka dibantu anak-anak sekolah minggu. Mereka juga pernah dibantu komunitas lain, bahkan mantan Bupati Manokwari Bastian Salabai ikut menanam. Untuk perawatan seperlunya. Kadang mereka juga harus menanam ulang bibit yang mati atau terseret air pasang. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2017-061-11.json | Cerita Para Perempuan Penjaga Mangrove dari Papua | Cerita Para Perempuan Penjaga Mangrove dari Papua | Sayangnya, segala upaya para perempuan itu ada yang merusak. Bibit yang sudah jadi pohon rimbun itu kini sebagian rata dengan tanah. Dua alat eskavator bulan lalu diam-diam masuk melalui pantai dan menerjang pohon-pohon yang tumbuh subur itu. Bibit-bibit yang mereka siapkan di koker untuk pengganti bibit yang mati juga hancur.Pemilik lokasi itu disebut-sebut menghabiskan pohon-pohon ini untuk menyambut program pemerintah. Mereka tak bisa berbuat banyak.Upaya mereka bertemu bupati belum membuahkan hasil. “Kami ingin tahu batas tanah kami ini sampai dimana. Kami pikir lahan yang kami tanami itu milik kami,” ucap Rika.Rika bersama warga di Kampung Wamesa dikenal sebagai suku pendatang. Tanah mereka tempati pemberian tuan tanah setempat. Dulu ukuran cukup luas, namun menyusut perlahan karena desakan pembangunan. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2016-049-16.json | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | [CLS] Senin pagi, 20 Juni 2016, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat menerima beberapa satwa dilindungi. Satwa tersebut merupakan peliharaan warga, yang kemudian menyerahkannya ke BKSDA, karena mengerti bila memelihara satwa dilindungi merupakan perbuatan melanggar hukum.Lim Tjin Hua alias Tommy, warga Sungai Jawi Dalam, Kota Pontianak, yang memelihara dua elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), satu elang bondol (Haliastur indus), dan satu individu elang tiram (Pandion haliaetus). Tommy juga menyerahkan tiga primata jenis owa-owa atau klempiau (Hylobates mulleri), yang terdiri dari satu induk dan dua anak.“Pemilik memelihara elang selama satu hingga lima tahun. Dia merupakan kolektor satwa, tidak ada indikasi sebagai penyalur satwa dilindungi,” kata Sustyo Iriyono, Kepala BKSDA Kalbar. Sustyo menekankan agar tindakan perdagangan ilegal tumbuhan dan satwa liar serta kepemilikan satwa liar yang dilindungi undang-undang untuk kesenangan, harus bisa dihentikan.Sustyo mengimbau masyarakat yang memelihara satwa liar dilindungi, untuk menyerahkan kepada pihak Balai agar dapat direhabilitasi dan dikembalikan ke habitat aslinya. “Tempat paling baik satwa adalah alam liar. Bukan di kandang,” kata dia. Satwa-satwa tersebut, rencananya akan dititiprawatkan sementara waktu di Lembaga Konservasi Sinka Zoo Singkawang. Khusus untuk klempiau, akan segera dileparliarkan, setelah diperiksa kesehatannya, karena masih memiliki sifat liar.Terkait elang, Sustyo mengatakan, jenis ini termasuk satwa dilindungi. Sehingga, tidak bisa diperjualbelikan dan dipelihara bebas, mengingat secara keseluruhan di wilayah Indonesia populasi dan habitatnya sudah berkurang. “Berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya dan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, semua jenis elang itu dilindungi,” katanya. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2016-049-16.json | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Dihubungi terpisah, Zaini Rahman yang merupakan pegiat konservasi elang menuturkan, semua jenis elang memang dilindungi. Jenis ini ditandai dari ukurannya yang agak besar hingga besar. Burung pemangsa ini memiliki paruh berkait dengan cakar kuat, yang berfungsi untuk mencabik vertebrata. “Kegiatan memelihara elang yang berkembang di masyarakat saat ini lebih ke prestise saja. Ini dampak dari kegiatan falconry yang belakangan marak,” ujarnya, Rabu (22/06/2016).Falconry adalah memelihara elang yang digunakan untuk berburu. Kegiatan ini merupakan budaya yang berkembang di luar seperti Jepang, Korea, Tiongkok, dan Timur Tengah. Bahkan, di Timur Tengah, aktivitas berburu yang disebut olah raga menggunakan elang ini, telah dilakukan sejak abad ke-8 Masehi yang selanjutnya berkembang ke Eropa, terutama di kalangan bangsawan. “Di Indonesia, falconry dilakukan untuk atraksi. Yang harus dipastikan adalah dari mana elang tersebut diperoleh? Apakah di Indonesia ada penangkaran elang? Toh, tidak semua budaya luar harus kita terima bulat-bulat,” papar Zaini.Di alam, elang berperan penting sebagai top predator. Keseimbangan ekosistem akan terganggu bila elang diburu atau ditangkap untuk dipelihara. “Ekosistem kawasan akan tidak seimbang pastinya. Di satu sisi ada kemungkinan jumlah elang mengalami penurunan dan di lain sisi populasinya berlebih.”Mengenai elang peliharaan, Zaini menuturkan, rehabilitasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum pelepasliaran dilakukan. Rehabilitasi ini meliputi kesehatan dan perilaku. Jangan sampai, elang yang akan dilepaskan itu ternyata berpenyakit atau cacat, sehingga tidak dapat berburu terlebih beradaptasi di alam liar. “Berapa lama waktu penyembuhan yang dibutuhkan, tergantung kondisi elang itu sendiri. Pastinya, kesehatan yang prima dan perilaku liarnya harus muncul kembali.”Sitaan | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2016-049-16.json | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Hingga Juni 2016, BKSDA Kalbar telah menerima penyerahan dan evakuasi sejumlah satwa, seperti primata, mamalia, reptili, aves, dan jenis tanaman dilindungi. Untuk primata, BKSDA melakukan evakuasi terhadap 12 individu orangutan (Pongo pygmaeus) dan 17 mamalia. Selain itu, terdapat 36 ekor reptil yaitu biawak tak bertelinga (Lanthanotus borneensis), buaya muara, tokek pakistan, ular sanca batik, sanca bola, serta ular viper.Untuk golongan burung, BKSDA Kalbar menerima penyerahan dan evakuasi sebanyk 863 individu, terdiri dari elang, rangkong badak, kangkareng hitam, murai batu, kacer, cucak hijau, dan kerak kerbau yang kebanyakan akan diselundupkan via Bandara Supadio Pontianak. Dari golongan tumbuhan dilindungi, BKSDA Kalbar telah mengamankan sebanyak 125 rumpun, terdiri dari 37 rumpun anggrek alam dan 88 rumpun kantong semar. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2014-043-07.json | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | [CLS] Banyak cara untuk mengungkap ekspresi seni, termasuk yang nyeleneh diluar kebiasaan yang ada. Misalnya apa yang dipraktekkan oleh para relawan konservasi gajah di Seblat, Bengkulu, yaitu melukis dari kotoran gajah. Kebiasaan 20 gajah pelatihan di Taman Wisata Alam Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat yang makan pelepah sawit ternyata memberikan inspirasi sejumlah relawan taman wisata itu. Hebatnya, dari hasil penjualan lukisan yang mereka buat pun cukup untuk membantu pembiayaan operasional para relawan. Inspiratif!Gajah yang makan pelepah sawit, kotorannya berwarna coklat muda dan banyak serat. Sementara gajah makan rumput, daun atau pelepah warna hijau, kotorannya berwarna hitam atau hijau tua dan seratnya lebih halus. Nah, ke-20 gajah di PLG Seblat, selain makan rumput juga makan pelepah sawit, sehingga warna kotorannya kuning dan hitam.“Melihat kotoran gajah di PLG Seblat yang memiliki dua warna ini, membuat saya terpikir dijadikan bahan lukisan relief,” kata Anang Hermansyah (30), ketua ECC (Elephant Care Community), pertengahan Juni 2014 lalu. Kelompok ECC merupakan komunitas anak muda dari desa sekitar PLG Seblat, yang kegiatannya mendorong masyarakat untuk mengenal, mencintai, dan melindungi gajah.“Gagasan itu juga didorong karena begitu banyak kotoran gajah di PLG Seblat yang harus kami bersihkan. Dan kami pun pernah mengikuti pelatihan pembuatan kertas menggunakan kotoran gajah,” kata Anang.Dengan adanya dua warna tersebut, lukisan-lukisan relief yang dibuat dari kotoran gajah di PLG Seblat tidak perlu diberi warna lagi. Warna coklat muda dan hitam cukup memberikan membuat tiap objek menjadi menonjol.Misalnya gambar gajah dan obyek lain seperti pohon atau batu dibuat dari kotoran warna hitam, sementara latar belakang dengan kotoran warna coklat muda. Atau juga dua warna itu dipadukan.“Pokoknya lukisan ini ramah lingkungan karena tidak menggunakan zat perwarna,” ujar Anang. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2014-043-07.json | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | Sejak tahun 2000, lukisan gajah yang dibuat mencapai 80-an. Lukisan gajah yang rata-rata berukuran 40 x 50 centimeter dijual seharga Rp300 ribu. Ada juga yang memesan lukisan dengan ukuran 80 x 100 centimeter, dan harganya pun menjadi Rp750 ribu. Modal tiap lukisan sekitar Rp130 ribu. Modal ini untuk pembelian alkohol, triplek, dan bingkai.“Hasil dari penjualan lukisan ini sedikit membantu biaya transportasi dan lainnya buat kegiatan kami, seperti melakukan pendidikan konservasi gajah kepada pelajar SD, SMP dan SMA di Bengkulu Utara ini,” jelas Anang. Apa yang mereka lakukan bersama ECC turut memberikan dampak positif bagi keberlangsungan gajah di PLG Seblat. Menurutnya, masyarakat di desanya maupun di desa lainnya sudah paham bagaimana pentingnya menjaga kehidupan gajah.“Gajah itu seperti manusia. Jika hidup mereka tenang, tersedia makanan dan tempat tinggal, mereka tidak akan mengganggu manusia. Makanya jika sayang gajah, jagalah hutan,” kata lelaki yang memiliki seorang anak perempuan ini.Pesanan Banyak, Modal Masih SedikitSejak pagi Dianto (23) sibuk menempelkan kotoran gajah yang sudah diolah ke atas triplek berukuran 40 x 50 centimeter di studionya, yang menyatu dengan dapur rumah orangtuanya di Desa Suka Maju, Kecmatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Sebelum menempelkan kotoran gajah seperti pulpa, Dianto terlebih dahulu membuat sketsanya.“Ini lukisan yang dipesan sebuah sekolah,” kata Dianto. “Sebuah lukisan dikerjakan dari pagi sampai sore,” lanjutnya.Bukan melukis yang memakan banyak waktu, tapi pembuatan pulpa kotoran gajahnya. Dijelaskannya, kotoran gajah yang dikumpulkan sebelum dijemur harus direbus lebih kurang 10 jam. Setelah direbus kotoran tersebut dijemur selama dua pekan. Lalu kotoran gajah yang kering dicincang, kemudian diberi alkohol. Saat mau digunakan atau menjadi pulpa, kotoran gajah itu dicampur dengan lem. | [0.013069942593574524, 0.020550377666950226, 0.966379702091217] |
2014-043-07.json | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | “Tiap tiga kilogram kotoran gajah yang sudah kering dan dicincang membutuhkan setengah kilogram lem,” ujarnya.Remaja putus sekolah ini pun bercerita alasannya mau menjadi pelukis kotoran gajah. “Saya menyukai gajah. Gajah itu kalau kita baik, dia juga baik. Gajah-gajah di PLG Seblat seperti teman bagi saya. Jadi saya sedih jika gajah-gajah itu hidup menderita karena hutan rusak, atau diburu manusia.”“Melalui lukisan ini, saya berharap semua orang turut menjaga dan menyayangi gajah, khususnya gajah-gajah di PLG Seblat,” katanya.Sebenarnya, pihak yang memesan lukisan gajah cukup banyak, tapi modal mereka sangat terbatas. “Akibatnya pesanan sedikit lamban dipenuhi karena modalnya terbatas,” ujarnya.Selain itu, mereka pun ingin melakukan pameran lukisan dari kotoran gajah ini di sejumlah kota di Sumatera. Tujuannya agar masyarakat di Sumatera memahami pentingnya menjaga keberadaan gajah, khususnya gajah sumatera yang saat ini jumlahnya kian kritis.Menurut data WWF Indonesia, saat ini jumlah gajah sumatera berkisar 2.400- 2.800 ekor di alam liar. Area TWA PLG Seblat di Bengkulu Utara, propinsi Bengkulu, seluas 7.737 hektar merupakan satu-satunya taman wisata alam yang dihuni seratusan gajah liar, dan 20 gajah yang dilatih. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | [CLS] Warga Desa Pungkat, Indragiri Hilir, Riau, khawatir dengan kehadiran perusahaan sawit, PT Setia Agrindo Lestari (SAL), yang tak hanya menebangi hutan juga mengancam kelangsungan kebun pinang dan kelapa mereka. Anak usaha First Resources ini pun berkonflik dengan masyarakat. Bupati sudah keluarkan surat pemberhentian operasi sementara, tetapi di lapangan terus berjalan. Warga pun kirim surat ke BPN agar lembaga ini tak keluarkan hak guna usaha (HGU). Hamdalis, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Pungkat, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, didampingi Devi Indriani staf Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau, menyerahkan dua lembar surat ke pelayanan umum Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional wilayah Riau, awal April lalu.Mereka menemui Firdaus Afiat, Kasi Penanganan Sengketa Pertanahan, di lantai dua gedung itu.Surat itu berisi penolakan warga terhadap operasi PT Setia Agrindo Lestari (SAL). Warga khawatir, sejak beroperasi 2013, perusahaan sawit ini melenyapkan berbagai jenis kayu yang jadi sumber pembuatan kapal bagi masyarakat, seperti kayu meranti, kelat dan samak.“Banyak lagi jenis kayu lain. Kami mencarinya makin jauh,” kata Hamdalis, usai menyerahkan surat.Sejak menanam sawit, perusahaan juga merusak perkebunan kelapa dan pinang warga karena serangan kumbang yang datang dari kebun perusahaan. Dampak lain, masyarakat tak dapat memanfaatkan air di sungai rawa yang biasa untuk keperluan rumah tangga. Rasa dan warna air sudah berubah.Surat itu, ditujukan ke Kementerian ATR/BPN, di Jakarta, lewat kantor pos di hari sama. Kata Devi, surat ke BPN Riau hanya tembusan, termasuk BPN Indragiri Hilir, juga mereka kirimi.Dari berbagai kecemasan itu, warga Desa Pungkat meminta Kementerian ATR/BPN tak mengeluarkan hak guna usaha (HGU) kepada perusahaan. | [0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | “Ada indikasi mereka sedang mengajukan permohonan HGU. Karena sejak beroperasi pada 2013, mereka tak memilikinya,” kata Devi.Firdaus Afiat, tampak kurang sependapat dengan Devi. Menurut dia, jika perusahaan telah memiliki izin usaha perkebunan dan izin lokasi, mereka tak dapat menolak permohonan HGU dari perusahaan.Dia justru menganjurkan keberatan ini disampaikan ke pemerintah daerah setempat. “Karena muaranya di sana,” singgung Firdaus.Devi memahami anjuran itu tetapi tetap meminta Kepala ATR.BPN Kanwil Riau pertimbangkan permasalahan di lapangan sebelum mengeluarkan HGU perusahaan.Walhi Riau, katanya, bersedia menyerahkan laporan hasil kajian lapangan, jika diperlukan. ***Penolakan warga terhadap perusahaan sawit ini sudah sejak 2014. Warga sekitar pernah berhadapan dengan aparat, 21 orang, termasuk Hamdalis pernah mendekam dalam penjara selama sembilan bulan.Mereka dihukum karena membakar alat berat perusahaan. Hamdalis bilang, warga sudah geram dan tak dapat menahan diri lagi kala itu.Bupati Indragiri Hilir, HM Wardan, pernah mengeluarkan surat penghentian sementara aktivitas SAL. Tampaknya perintah ini tidak dihiraukan karena warga terus bersinggungan dengan perusahaan. Akhirnya dibentuk tim verifikasi lapangan oleh pemerintah, sebelum Wardan maju lagi di Pilkada serentak 2018. Foto utama: Warga Pungkat, protes PT SAL ke Kantor Bupati Indragiri Hilir, Riau. Foto: dokumen warga. Temuan Walhi RiauWalhi Riau mencatat, sepanjang 2012-2013, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir banyak mengeluarkan izin pada perusahaan.DPRD Indragiri Hilir, bikin rapat antara Komisi I dan II beserta pemerintah daerah. Mereka meninjau ulang seluruh izin yang dikeluarkan Indra Mukhlis Adnan, sebelum menyelesaikan jabatannya sebagai bupati, waktu itu. | [0.5366199016571045, 0.45439717173576355, 0.008982938714325428] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Ada tujuh perusahaan dipantau langsung, salah satu SAL, yang dinilai tak memenuhi kewajiban, berdasarkan keputusan Kepala Badan Perizinan, Penanaman Modal dan Promosi Daerah Indragiri Hilir nomor 503 tertanggal 13 November 2013.Kebun sawit SAL luas sekitar 17.059 hektar, masuk ekosistem gambut dan sebagian besar kedalaman lebih tiga meter. Gambut jadi kering karena saluran drainase perusahaan.Aktivitas SAL bertentangan dengan Pasal 26 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 57/2016, tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014, soal Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.SAL tidak memberikan 20% dari luasan areal tanam untuk pembangunan kebun masyarakat. Walhi mencatat, berdasarkan risalah rapat Komisi I dan II bersama pemerintah kabupaten.Mereka juga mengecek langsung ke lapangan dan tak menemukan blok atau bagian kebun masyarakat yang dimaksud.Sejalan dengan kewajiban itu, SAL juga tak pernah memberi bantuan berupa fisik atau lain-lain pada masyarakat Desa Pungkat, sebagai bagian program corporate social responsibility/CSR.Kebakaran di lahan SAL juga terjadi pada Agustus 2015. Perusahaan diduga tak memiliki sarana dan prasarana pencegahan kebakaran, serta tak memiliki sistem pengendalian organisme pengganggu hama tanaman.Pembukaan lahan memicu datangnya kumbang dan merusak tanaman masyarakat. Kebun masyarakat berada dalam penguasaan SAL yang sudah dikelola sebelum perusahaan ini mendapat izin.Walhi Riau menemukan, indikasi, SAL menguasai areal dengan cara membeli lahan dari masyarakat Desa Belantarajaya, surat keterangan tanah diterbitkan pemerintah desa bersangkutan. Padahal, lahan berada dalam wilayah administrasi Desa Pungkat.Dalam proses pengurusan izin, SAL juga diduga melanggar prosedur dan menyerahkan dokumen tidak benar. Selain dalam kawasan hutan, konsesi masuk dalam peta indikatif penundaan izin baru. | [0.9999914169311523, 4.4660559979092795e-06, 4.169679868937237e-06] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Ia juga tumpang tindih dengan dua perusahaan. Pertama, berada di areal PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa, memasok bahan baku bubur kertas bagi Asian Pulp Paper (APP).Kedua, PT Bina Keluarga, yang memegang izin hak pengusahaan hutan (HPH). Tumpang tindih lain, kawasan ini masuk dalam rencana moratorium pemerintah yang tidak dibenarkan untuk dapat izin.Hanya saja, pada masa-masa akhir sebelum duduk di DPR, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menerbitkan SK 878/Menhut-II/2014 pada 29 September, tentang kawasan hutan Riau, status berubah jadi areal penggunaan lain.Menurut catatan Walhi Riau, meski tak lagi jadi kawasan hutan, secara kronologi penguasaan kawasan, SAL tetap dianggap bersalah. Pertama, sejak pertama kali menguasai hutan, status masih kawasan hutan.Kedua, perubahan dari kawasan hutan jadi APL, diduga karena isi surat ajuan oleh Direktur SAL No. 236 ke Kementerian Kehutanan pada 2012, terkait kondisi lahan tidak sesuai kenyataan di lapangan jadi mereka boleh mendapat izin baru.Surat rekomendasi yang dikeluarkan Dinas Perkebunan Indragiri Hilir Nomor 050 pada 16 Oktober 2013 untuk penerbitan izin usaha perkebunan (IUP) SAL, tampaknya juga keliru.Pasalnya, surat itu juga merujuk pada surat Dirjen Planologi No. S.1489 tertanggal 17 Desember 2012, yang merespon surat Direktur SAL.Indikasi kekeliruan lain, katanya, mengenai nota kesepahaman antara SAL dan masyarakat Desa Pungkat Nomor: 02.0.4 tertanggal 23 Juli 2013. Kesepahaman ini diragukan. Sebab, sebagian masyarakat Desa Pungkat, sejak awal menolak SAL di wilayah mereka.Walhi Riau menyampaikan, hasil temuan ini ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kantor Staf Presiden hingga upaya hukum ke Polda Riau. Permasalahan warga Desa Pungkat dengan SAL inipun jadi prioritas penyelesaian konflik oleh KLHK di Riau.Riko Kurniawan, Direktur Walhi Riau, mengatakan, SAL tak patuh komitmen pemerintah dalam memperbaiki kawasan gambut. | [0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | “Perusahaan itu jelas cacat administrasi, membuka kanal di lahan gambut dan tumpang tindih dengan izin lain padahal jelas tidak dibenarkan,” katanya.Sejak ada surat penghentian sementara operasi perusahaan oleh Bupati Indragiri Hilir, SAL terus dipantau KLHK termasuk kepolisian. Mereka dilarang beraktivitas apapun tak konflik lagi dengan masyarakat. Sayangnya, aktivitas perusahaan tetap berjalan.April lalu, empat orang dari Polri ditemani Polisi Tembilahan datang ke Kantor Desa Pungkat pukul 09.00. Mereka pakai speedboat Pol Airud Tembilahan. Zaki Kepala Desa Pungkat memberitahu masyarakat.Pertemuan tak sampai setengah jam. Polisi minta dokumen izin SAL pada masyarakat. Saat itu, juga warga menberikan salinan dokumen dan diperiksa sebentar.Polisi tak banyak bicara dan masyarakat juga tak banyak tanya. “Mereka langsung pulang, tak mau diajak mampir oleh tokoh masyarakat,” kata Hamdalis.Surat masyarakat Pungkat kepada BPN beberapa bulan lalu belum ada kabar, Devi pun mendatang lagi BPN Wilayah Riau, Rabu (23/5/18).Yeni Seksi II Bidang Penetapan Hak Atas Tanah dan Pemberdayaan Masyarakat, memberi Devi selembar surat. Isinya, BPN Riau belum menerima permohonan perpanjangan HGU SAL.Surat tertanggal 12 April 2018 itu ditandatangani Lukman Hakim, Kepala Kantor BPN. Surat ditembuskan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Indragiri Hilir.Devi menolak surat itu karena isi tak sesuai keinginan masyarakat. Mereka minta, BPN memblokir permohonan HGU dari SAL. “Bukan menjelaskan belum menerima perpanjangan.”BPN berjanji memperbarui surat itu. “Nanti mereka akan kabari saya lagi.”Mongabay berkali-kali berusaha mengkonfirmasi ke perusahaan tetapi tak mendapatkan penjelasan. Dari konfirmasi ke First Resources, karena SAL anak usaha mereka dengan mendatangi kantornya, di Gedung Surya Dumai Group, minggu pertama April lalu. | [0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Seorang perempuan mengarahkan langsung SAL, di lantai 10, gedung yang sama Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru.Permintaan pertama tak ditanggapi dan disarankan oleh satpam mengajukan surat permohonan wawancara.Selang beberapa minggu, Mongabay mengajukan surat dimaksud pada 24 Februari 2018. Beberapa jam setelah surat diterima oleh satpam, seorang perempuan yang menyebut namanya Dewi, memberitahu lewat sambungan telepon, bahwa mereka sudah berupaya menghubungi orang yang berwenang menjawab permintaan wawancara.“Nomornya tidak bisa dihubungi. Jadi kami tidak bisa buat janji untuk wawancara,” katanya sebelum menutup telepon. [SEP] | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2017-088-07.json | Udang Perisai Purba Ini Muncul di Gurun Setelah Hujan Turun | Udang Perisai Purba Ini Muncul di Gurun Setelah Hujan Turun | [CLS] Di gurun di Australia, negeri yang penuh dengan makhluk yang indah dan aneh, terdapat peninggalan prasejarah, seekor crustacea atau yang dikenal sebagai udang perisai.Triops australiensis, yang terlihat seperti perpaduan kepiting tapal kuda dan makhluk luar angkasa ini, dimasukkan dalam kelompok Crustacea yang disebut branchiopoda. Artinya, “kaki insang” karena kakinya seperti daun, yang masing-masing memiliki insang untuk menghirup udara.Makhluk ini memang terlihat sangat aneh, sebuah organisme dengan telur yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Karena kelangkaan air, telur tersebut dapat tinggal di bawah tanah aktif hingga tujuh tahun atau lebih, yang dengan sabarnya menunggu hujan cukup deras agar bisa menetas. Ketika hujan turun maka jutaan makhluk ini keluar dari lumpur.Baru baru ini, warga Australia bernama Nick Morgan memposting beberapa foto di laman Facebook Northern Territory Parks and Wildlife untuk mencari tahu jawaban atas apa yang dia lihat dan mengejutkan ituPihak Northern Territory Parks and Wildlife kemudian memberikan penjelasan: “Ini adalah jenis crustacea yang dikenal sebagai udang perisai. Ada satu spesies yang terdapat di Australia, Triops australiensis.”Udang ini mampu beradaptasi dengan baik di alam sekitarnya. Telur-telur ditinggalkan di bawah tanah yang akan tetap aktif selama bertahun-tahun, sampai ada hujan yang cukup besar, yang memicu telur-telur tersebut menetas.Sekarang adalah waktu terbaik untuk melihat udang perisai karena hujan lebat baru-baru ini terjadi di wilayah Central Australia. ”Mereka bisa muncul dalam jumlah jutaan” kata Michael Barritt, seorang ahli dari taman nasional tersebut. “Tapi jangan terkecoh dengan namanya. Mereka sejatinya bukan udang,” tambahnya, sebagaimana diberitakan di Tree Hugger.com | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2017-088-07.json | Udang Perisai Purba Ini Muncul di Gurun Setelah Hujan Turun | Udang Perisai Purba Ini Muncul di Gurun Setelah Hujan Turun | Makhluk-makhluk ini tidak hidup lama. Mereka akan bertelur sebelum kondisi gurun kembali memanas. “Ini bukan telur biasa” kata Barritt. “Telur-telur ini bisa benar-benar mengering, terbawa angin, dan mampu bertahan di cuaca ekstrim pedalaman Australia. Termasuk panas terik, maupun dingin di malam hari di musim dingin.Udang perisai ini sudah ada di planet bumi sejak 350 juta tahun silam. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2013-031-01.json | Serahkan Penghargaan Lingkungan, Presiden Minta Kepala Daerah Tak Anti LSM Lingkungan | Serahkan Penghargaan Lingkungan, Presiden Minta Kepala Daerah Tak Anti LSM Lingkungan | [CLS] Tahun ini, penghargaan lingkungan hidup dari Kalpataru, Anugrah Adiwarta, sampai Adiwiyata Mandiri ada 323 yang diberikan kepada individu, kelompok, maupun perwakilan daerah.Pada puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhonono menyerahkan penghargaan Kalpataru, Anugrah Adipura, Adiwiyata Mandiri dan Penyusun SLHD terbaik kepada individu, kelompok maupun perwakilan pemerintah daerah di Istana Negara, Senin 10/6/13).Dalam sambutan, SBY meminta kepala daerah dan masyarakat berkomitmen menjaga lingkungan hidup di wilayah masing-masing untuk kelangsungan hidup generasi. Kepala daerah pun diminta menjalin kemitraan dengan LSM Lingkungan.“Jangan anti LSM lingkungan. Jadikan mereka mitra. Jadikan mereka teman. Dengan demikian Insya Allah makin kedepan makin baik lingkungan kita, tentu makin baik Negara kita. Contoh, ada Greenpeace, WWF, the Nature Conservation, lalu ada Walhi. Jadikan mereka partner, bukan lawan,” katanya seperti dikutip dari VOIndonesia.Penghargaan lingkungan hidup 2013 keseluruhan ada 323 untuk berbagai kategori. Balthasar Kambuaya, Menteri Lingkungan Hidup mengatakan, penghargaan Kalpataru disampaikan kepada individu maupun kelompok masyarakat yang dinilai sebagai pejuang pelestarian lingkungan. Penghargaan ini diberikan kepada lima orang perintis lingkungan, tiga orang pengabdi lingkungan, lima kelompok penyelamat lingkungan serta tiga pembina lingkungan.Untuk program Adipura, tahun 2013, diikuti 374 kabupaten dan kota. Jumlah kota penerima penghargaan Adipura meningkat dari tahun lalu 125 kota menjadi 149 kota. Evaluasi kebersihan dan keteduhan kota melalui program ini memberikan pengaruh signifikan pada peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2013-031-01.json | Serahkan Penghargaan Lingkungan, Presiden Minta Kepala Daerah Tak Anti LSM Lingkungan | Serahkan Penghargaan Lingkungan, Presiden Minta Kepala Daerah Tak Anti LSM Lingkungan | “Tahun ini, diberikan tujuh Anugerah Adipura Kencana bagi kota yang melampaui batas pencapaian pengendalian pencemaran air dan udara, pengelolaan tanah, perubahan iklim, sosial, ekonomi serta keragaman hayati. Lalu 33 kota menerima Adipura untuk pertama kali dan 109 kota menerima Anugerah Adipura,” katanya.Pada 2013, dilakukan evaluasi laporan SLHD 2012 dari 30 pemerintah provinsi dan 282 kabupaten maupun kota. Penyusun terbaik mendapat piala kategori provinsi, Jambi (I), Sumatera Barat (II) dan Jakarta (III). Untuk kategori kabupaten dan kota, Kabupaten Pesisir Selatan(I), Kota Tangerang (II) dan Kabupaten Gianyar (III).Kambuaya mengatakan, KLH juga bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan penghargaan kepada sekolah berbudaya lingkungan melalui Program Adiwiyata. “Peraih penghargaan Adiwiyata Mandiri ada 120 sekolah.Pada kesempatan ini Presiden juga menerima Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) Tematik Tahun 2012. Ia memuat informasi penting mengenai kecenderungan kualitas lingkungan dan perkembangan kapasitas pengelolaannya.Pada SLHI ini, kebijakan program dan kegiatan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup walaupun belum memuaskan, mulai menunjukkan kecenderungan positif. Berdasarkan pemantauan hingga tahun 2012, beberapa parameter kualitas lingkungan hidup mulai menunjukkan perbaikan seperti pada kualitas air dan udara, laju deforestasi dan status terumbu karang. Presiden juga menandatangani Sampul Hari Pertama Perangko Seri Peduli Lingkungan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2013.Daftar Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup 2013 [SEP] | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2022-027-07.json | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | [CLS] Para peneliti dari Natural History Museum (NHM) penasaran mencoba mengungkap keberadaan biota laut belum banyak terungkap. Terutama bagi spesies-spesies yang hidup di laut dalam.Dengan menggunakan kendaraan jarak jauh, mereka mengumpulkan spesimen dari dataran abyssal Zona Clarion-Clipperton di Samudera Paisifik. Saat menjelajahi tepi barat jurang antara Hawaii dan Meksiko, sekitar 5.000 meter di bawah permukaan, tim peneliti mampu menemukan 55 spesimen dari 48 spesies berbeda. Mereka lantas membawa ke permukaan untuk diindetifikasi lebih lanjut.Atas penemuan tersebut, para peneliti memahami DNA dan karakteristik satwa yang sebelumnya hanya dilihat dari visual saja. Hasilnya, mereka menemukan lebih dari 30 spesies berpotensi hidup di dasar laut.Studi yang diterbitkan jurnal Zookeys baru-baru ini, menemukan ada keanekaragaman spesies yang tinggi dari organisme yang lebih besar di laut dalam Samudera Pasifik. Hewan-hewan yang ditemukan termasuk cacing tersegmentasi, invertebrata dari keluarga yang sama dengan kelabang, hewan laut dari keluarga yang sama dengan ubur-ubur, dan berbagai jenis karang.Secara spesifik, 36 spesimen ditemukan pada kedalaman lebih dari 4.800 meter, dua ditemukan di lereng gunung laut pada kedalaman 4.125 meter, dan 17 ditemukan pada kedalaman antara 3.095 dan 3.562 meter.baca : Ekspedisi Laut Dalam Selatan Jawa, Peneliti Temukan Berbagai Spesies Tak Biasa “Penelitian ini penting tidak hanya karena jumlah spesies yang berpotensi baru ditemukan, tetapi karena spesimen megafauna ini sebelumnya hanya dipelajari dari gambar dasar laut. Tanpa spesimen dan data DNA yang mereka pegang, kini kita tidak dapat mengidentifikasi hewan dengan benar dan memahami berapa banyak spesies berbeda yang ada,” kata Dr. Guadalupe Bribiesca-Contreras, dari Natural History Museum, seperti dikutip dari www.nhm.ac.uk Jumat (12/8/2022). | [0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425] |
2022-027-07.json | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Peneliti lain, Dr. Adrian Glover, yang memimpin kelompok penelitian laut dalam tersebut, terkejut dengan penemuan bahwa hewan berukuran milimeter yang disebut microfauna sangat beragam di daerah yang disebut ‘jurang maut’. Namun, pihaknya tidak pernah benar-benar memiliki banyak informasi tentang hewan yang lebih besar yang dia sebut megafauna karena begitu sedikit sampel yang dikumpulkan.“Studi ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa keragaman mungkin sangat tinggi pada kelompok-kelompok ini juga,” ujarnya. Berdampak pada Penambangan Laut Penelitian tentang spesies baru yang hidup di laut dalam sangat penting untuk menguak informasi yang lebih baik tentang efek penambangan laut. Temuan ini berpotensi memiliki implikasi penting bagi penambangan laut dalam, karena saat ini banyak aktivitas eksploitasi mineral diambil dari dasar laut, yang berpotensi mengganggu banyak makhluk.“Sementara penambangan laut dalam adalah masalah lingkungan yang sangat valid. Kami berada dalam situasi yang sangat positif di mana kami telah mampu melakukan banyak penelitian mendasar sementara industri ini tertahan dari eksploitasi skala penuh,” kata Dr. Adrian Glover.baca juga : Makhluk Laut Dalam Aneh Ini Hidup di Bangkai Kapal Endurance di Antartika Mengapa sulit untuk mengidentifikasi spesies laut dalam?Secara keseluruhan, alat yang disebut Remotely Operated Vehicle (ROV) sudah mengumpulkan bukti dari 48 spesies berbeda, di mana hanya sembilan yang saat ini diketahui oleh sains. Sisanya dengan jumlah 39 mungkin spesies baru, tetapi masih sulit untuk diidentifikasi.Dr. Guadalupe mengira, beberapa spesies yang ditemukan adalah kosmopolitan. Hewan yang hidup di wilayah lautan luas. Tetapi dengan melihat lebih dekat pada DNA mereka, dia menemukan bahwa mereka adalah spesies yang berbeda. | [0.0002922558633144945, 0.00040944674401544034, 0.9992982745170593] |
2022-027-07.json | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Katanya, mungkin terbatas pada habitat yang lebih kecil. Mungkin juga belum ada cukup sampel untuk memahami variasi di dalamnya sepenuhnya.Kesulitan lain yang dihadapi para peneliti adalah membandingkan spesimen mereka dengan spesimen sejenis yang merupakan individu yang digunakan untuk mewakili dan mengidentifikasi suatu spesies. Spesimen jenis ini biasanya merupakan yang pertama dari spesies yang pernah ditemukan.“Spesimen laut dalam yang lebih tua sering rusak, karena dikumpulkan dengan metode yang kurang lembut seperti pukat,” jelas Guadalupe.baca juga : Ini Penemuan-penemuan di Laut Dalam Paling Menakjubkan selama 2021 Tantangan lainnya yaitu banyak spesimen yang lebih tua juga dimasukkan langsung ke pengawet formalin, yang membuatnya sulit untuk mengekstrak DNA.Tim peneliti laut dalam NHM ini berharap dapat mengatasi beberapa kesulitan ini dengan membandingkan spesimen ini dengan megafauna yang dikumpulkan dalam perjalanan baru-baru ini, di samping survei citra skala luas yang dipimpin oleh National Oceanography Centre, Inggris.Mereka bermaksud untuk terus menggali informasi hewan-hewan di laut dalam untuk menginformasikan keputusan penting. Salah satunya, membatasi eksplorasi penambangan di laut dalam. [SEP] | [0.0002922558633144945, 0.00040944674401544034, 0.9992982745170593] |
2019-005-17.json | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | [CLS] Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, ketika sejumlah nelayan bersiap-siap berangkat untuk melaut. Meski kondisi langit tampak mendung. Namun, suasana tetap riuh dengan aktivitas para nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.Satu persatu perahu yang bersandar itu mulai berangkat. Sebagian lagi masih persiapan, sembari menunggu awak kapal perikanan (APK) yang lain datang. Ada yang memperbaiki mesin, tidak sedikit pula yang terlihat bersenda gurau di atas kapal sebelum mereka berangkat melaut. Di sudut lain tampak nelayan lain sedang menyulam jaring ikan yang jebol.“Jaring ini untuk ikan tongkol. Disini kami semua nelayan harian,” kata Siha (50), nelayan setempat disela-sela menyulam jaring berukuran 3 cm ini, pada Senin (02/12/2019). Nelayan harian di sini artinya mereka mencari ikan di laut hanya sehari, dimulai dari jam 08:00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB, ada juga yang sampai jam 20.00 WIB. Tergantung sedikit banyak tangkapan, dan juga keberuntungan mereka di laut. Kalau tangkapan banyak, mereka mendarat bisa sampai larut malam.baca : Mengintip Aktivitas Pembuatan Kapal Perikanan di Pantai Utara Lamongan Memasuki musim hujan seperti sekarang ini, rata-rata ikan hasil tangkapan mereka yaitu ikan tongkol. Dibandingkan ikan yang lain, ikan dengan nama latin Euthynnus affinis ini menjadi primadona bagi nelayan setempat. Selain pasarnya jelas, disaat datang musim seperti saat ini komoditasnya juga melimpah. Musim ikan tongkol ini biasanya pada awal bulan Desember hingga pada bulan Februari mendatang. Berbeda lagi ketika musim kemarau, pada saat musim panas hasil tangkapan mereka berganti ikan kembung (Rastrelliger), atau warga lokal menyebutnya dengan sebutan ikan belo. Bergantung Pada Laut | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-005-17.json | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Seperti nelayan pada umumnya, hidup para nelayan setempat ini sangat bergantung pada laut di pantai utara Lamongan itu. Bobi (48) menjelaskan, mencari ikan di laut itu tidak selalu beruntung. Kadang berhasil, kadang pula tidak membawa pulang tangkapan ikan. Keranjang yang mereka bawa balik ke daratan kadang kondisinya tetap kosong. Mencari ikan di laut itu ibaratnya orang mencari jarum dalam tumpukan jerami.“Dapat diamati sendiri, tidak satupun ikan tongkol yang kami dapat hari ini. Namanya mencari ikan hidup di laut kadang dapat, kadang juga kosong. Kalau dapat terus ya bisa kaya,” lanjut pria yang mengaku berprofesi sebagai nelayan sejak kecil ini. Meskipun keadaan terasa sulit, mereka mengaku susah berganti profesi. Karena menjadi nelayan adalah pengetahuan yang mereka dapat sejak kecil. Begitu juga nelayan sebelum mereka, yang dapat mereka lakukan adalah bertahan dengan segala cara untuk tetap bisa menghidupi keluarga.Melaut beserta kawan-kawannya, Bobi menggunakan kapal dengan ukuran 18 Gross tonnage (GT). Muatannya bisa sampai 50 ton. Satu kapal biasa diisi 30-35 APK. Dia mengaku, hampir setiap hari melaut, kecuali pada hari jum’at saja yang libur. Sekali melaut, untuk biaya operasionalnya bisa mencapai Rp2 juta, yang paling banyak memakan biaya yaitu solar, itu belum termasuk bekal makan. Untuk bekal makan mereka membawa sendiri-sendiri.baca juga : Kisah Peliknya Para Pencari Tiram di Lamongan Pada saat yang sama, keadaan nelayan setempat ini bisa sangat berbeda. Jika Bobi awal bulan Desember ini kurang beruntung saat melaut. Munir (45) yang juga berprofesi sama merasa mujur. Sebab, tangkapan ikan tongkol yang dia dapatkan bersama kawan-kawanya ini cukup melimpah. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-005-17.json | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Mereka berhasil membawa ikan tongkol ke darat 10 ton. Namun, Munir mengaku meski hasil tangkapan banyak harga jual ke pengepul juga menjadi turun. Untuk itu dia berharap, harga ikan bisa tetap stabil meskipun sekarang ini sedang musim. “Padahal ikan disini kualitasnya ekspor, kalau harga terus turun ya rugilah nelayan,” katanya.Lanjut dia, untuk harga ikan tongkol ini bisa berubah dalam sehari, bahkan dalam hitungan jam pun bisa berubah. Disaat ikan tongkol banyak, harga yang awalnya Rp18 ribu/kg bisa turun hingga Rp13-14 ribu/kg. Harga ikan tongkol tidak tentu, semakin banyak hasilnya harga semakin murah. Padahal, saat melaut tidak setiap hari mereka beruntung.“Kalau tidak dapat ikan sama yang punya perahu ya tidak digaji,” tambahnya. Untuk itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka terkadang harus pinjam uang dulu ke juragan kapal. Setelah dapat ikan, mereka baru melunasi. Sebagian dari mereka ada yang hanya membawa ikan untuk lauk saja. Karena hasilnya untuk melunasi hutang. Jika beruntung, Munir dan kawan-kawanya hanya akan membawa pulang Rp100.000-Rp200.000 ribu.menarik dibaca : Foto : Merekam Kehidupan di Pelelangan Ikan Lamongan Minim FasilitasSumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Kabupaten Lamongan dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (biodiversity) paling tinggi. Di wilayah perairan laut Lamongan terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi. Diantaranya yaitu tuna, kerapu, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi dan rajungan. Namun, sayangnya potensi lautan yang sangat luas ini belum dimaksimalkan sebaik mungkin. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2019-005-17.json | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Muh. Subhan, salah satu pengepul ikan mengatakan pada saat musimnya, ikan yang keluar dari TPI ini bisa sampai ratusan ton. Subhan sendiri mengaku pernah mengirim ikan ke pabrik maupun pasar sedikitnya yaitu 10 ton. Untuk pasarnya antara lain yaitu Surabaya, Banyuwangi, dan Jakarta. “Kalau musimnya begini, fasilitas pelelangan ikan bisa sampai penuh sesak,” ujarnya. Untuk itu dia berharap tempat pelelangan ikan ini supaya lebih diperbesar lagi.Selain itu, pabrik es juga ditambah. Karena jika musim ikan melimpah seperti sekarang selama ini yang sering menjadi kendala adalah kekurangan es batu. Ikan tongkol ini termasuk ikan yang karakternya cepat basi. Kekuatan ikan ini tanpa es hanya mampu bertahan 3-4 jam. Lebih dari itu ikan bisa basi. Hal itu juga akan berpengaruh ke harga ikan, jika kondisinya kurang segar harga ikan bisa turun 50 persen.Sementara itu, sumber Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan menyebutkan, Produksi Perikanan Sektor Laut pada 2015 di Pelabuhan Pelelangan Ikan di Kranji sejumlah 2.609,8 ton. Adapun untuk data Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan, produksi ikan tongkol sejumlah 1,865.4 ton. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2013-046-05.json | Bayi Orangutan Diselamatkan dari Kebun Sawit di Ketapang | Bayi Orangutan Diselamatkan dari Kebun Sawit di Ketapang | [CLS] Baru satu setengah hari setelah Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan di Ketapang, diresmikan, Yayasan IAR Indonesia (YIARI) kedatangan penghuni baru. Ia bayi orangutan yang baru diselamatkan di sekitar perkebunan sawit, PT Kayong Agro Lestari, oleh warga Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Ketapang.Berdasarkan informasi dari warga, tim gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar) dan YIARI turun menyelamatkan bayi ini pada Jumat(16/2/13) pagi. Bayi orangutan ini langsung dibawa ke fasilitas YIARI guna mendapatkan perawatan medis. Menurut tim medis, bayi orangutan yang diberi nama Tribun dan berusia sekitar 1,5 tahun ini dalam kondisi sehat meskipun terlihat kurus dan perut kembung. Ia diberi nama Tribun, sesuai nama media di Kalbar, Tribun Pontianak, yang wartawan mereka ikut tim penyelamatan.Rondang Siregar, dokter spesialis reintroduksi orangutan dan penasehat ahli YIARI ini mengatakan, perilaku Tribun tak liar. “Ia tak terlihat takut pada orang ataupun tampak habis dikurung dalam waktu lama,” katanya dalam rilis, Senin(18/2/13). Jadi, diduga kuat, orangutan ini dipelihara pekerja kebun. Laporan warga desa juga menyebutkan, melihat bayi orangutan ini dikelilingi para staf PT KAL. Setelah ini, kata Rondang, mereka akan mengobservasi dan tes kesehatan untuk menilai kesehatan Tribun sebelum dilepas ke sekolah hutan dan bergabung dengan bayi-bayi orangutan lain di pusat rehabilitasi ini.Proses di rehabilitasi ini, katanya, tergantung dari kemampuan Tribun meningkatkan kemampuan bertahan di alam liar. Biasa, memerlukan waktu bertahun-tahun. Orangutan, hidup bersama ibu mereka antara usia lima sampai tujuh tahun. “Mereka harus belajar kemampuan bertahan. Karena Tribun tak mempunyai ibu, yang mungkin sudah terbunuh, sebelum dilepasliarkan kami akan mengajarkan bagaimana bertahan di alam liar,” ucap Sondang. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2013-046-05.json | Bayi Orangutan Diselamatkan dari Kebun Sawit di Ketapang | Bayi Orangutan Diselamatkan dari Kebun Sawit di Ketapang | Mengenai konsesi kebun PT KAL ini milik PT Austindo Nusantara Jaya (PT ANJ), holding dari Austindo Group, milik keluarga Tahija. PT ANJ merupakan anggota Roundtable for Sustainable Palm Oil (RSPO) sejak 2007. Perkebunan PT KAL berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Palung and Sungai Putri. Ia berada di dekat hutan alam dengan keragaman hayati tinggi terutama hutan gambut dan populasi orangutan.Saat ini, Pusat rehabilitasi YIARI Ketapang sedang menangani 57 orangutan. Selama masih proses rehabilitasi, yayasan berusaha kuat mencari kawasan hutan yang cocok untuk melepasliar orangutan di habitat alam mereka. Sebab, sebagian besar kawasan hutan sudah berubah menjadi kebun-kebun sawit. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | [CLS] April 2013, mungkin menjadi hari penting bagi Aleta Baun. Pada bulan ini, mama Aleta, begitu biasa disapa, menerima penghargaan The Goldman Environmental Prize di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Penghargaan ini diberikan oleh tokoh masyarakat dan dermawan, Richard N. Goldman dan istri, Rhoda H. Goldman untuk mendukung orang-orang yang berjuang mempertahankan lingkungan hidup dari ancaman. Ia juga diberikan kepada figur-figur yang mengilhami orang-orang biasa untuk mengambil tindakan-tindakan luar biasa dalam melindungi alam di dunia ini.Penghargaan ini sangat layak bagi mama Aleta, atas perjuangan mempertahankan lingkungan dari cengraman tambang di Gunung Mutis, Molo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gunung Mutis, memiliki keragaman hayati tinggi. Ia merupakan daerah hulu untuk semua aliran sungai utama Timor Barat, yang memasok air minum dan air irigasi bagi penduduk di pulau itu. Tak hanya itu, masyarakat mencari makanan dan obat-obatan dari hutan, dan menanam hasil bumi di tanah subur itu. Bahkan, pewarna alami tenunan diperoleh dari tumbuh-tumbuhan alam ini. Hubungan spiritual warga dan lingkungan begitu kuat. Tak heran, kala alam hendak diganggu, penolakan muncul. Mama Aleta, tampil menjadi motor penggerak. | [0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Sejak 1996, mama Aleta berjuang. Dia menjadi ‘musuh’ perusahaan maupun pemerintah daerah, saat itu. Nyawa terancam. Mereka menawarkan hadiah pada siapapun yang dapat membunuh Mama Aleta. Bersyukur, dia selamat dari usaha percobaan pembunuhan. Mama Aleta lari menyembunyikan diri di dalam hutan bersama sang bayi. Warga lain yang terus berjuang ditahan dan dipukuli. Namun, mereka tetap gigih berjuang. Mama Aleya tetap mengorganisir ratusan warga desa aksi damai, menduduki tempat-tempat penambangan marmer. Mereka protes sambil menenun. Berkat perjuangan gigih itu, pada 2007, Mama Aleta dan warga berhasil menghentikan perusakan tanah hutan sakral di Gunung Mutis. Perusahaan-perusahaan tambang itupun hengkang.Tambang sudah tak ada. Kini, Mama Aleta bersama berbagai komunitas di seluruh wilayah Timor Barat memetakan hutan adat mereka. Ini untuk melindungi tanah-tanah adat dari jamahan tangan-tangan perusak di masa depan. Mama Aleta juga memimpin berbagai usaha untuk menciptakan berbagai peluang ekonomi baik dengan pertanian ramah lingkungan dan bertenun. Baru saja, pada Maret 2013 ini, kelompok-kelompok tenun ini menemukan ‘resep’ baru warna-warna alami dari beragam tumbuhan.Guna mengetahui kisah perempuan pejuang lingkungan ini, berikut ini wawancara dengan Mama Aleta, pada dua kesempatan, menjelang penerimaan penghargaan dan awal April 2013, di sela-sela acara Meet the Makers di Jakarta. Berikut petikannya.Mongabay Indonesia: Bisa diceritakan bagaimana perjuangan mama Aleta, bersama warga menolak tambang? | [0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Sejak 1980-an, pemerintah mengeluarkan izin-izin tambang batu marmer di Molo. Warga tidak tahu. Perusahaan masuk hutan, tebang pohon. Bencana datang, tanah longsor, sampai pencemaran air. Perusahaan terus membabat hutan dan memotong batu marmer dari gunung. Ini ancaman bagi kami, karena dari sana kami hidup. Kami hidup dari alam. Mulai 1999, sejumlah kecil perempuan dan saya memutuskan kami harus bertindak untuk menghentikan penambangan. Kami merasa satu-satunya cara dengan pergi dari satu rumah ke rumah lain. Dari satu desa ke desa lain dan menjangkau sebanyak mungkin orang untuk menyampaikan pesan kami. Rumah-rumah dan desa-desa terletak berjauhan. Kadang kami harus berjalan enam jam untuk mencapai desa satu ke desa lain. Kami meyakinkan orang-orang untuk bergabung. Kami ingatkan mereka akan keyakinan kami tidak akan dapat hidup tanpa semua unsur-unsur dari alam. Kami juga menekankan pada para perempuan bahwa hutan menganugerahi kami dengan zat-zat pewarna tenun. Ini bagian penting dalam hidup kami.Perjuangan berat. Kami menghadapi intimidasi dengan kekerasan. Namun, gerakan terus jalan sampai ratusan warga desa ikut. Sampailah pada aksi pendudukan sambil menenun sekitar 150 perempuan. Ini sekitar satu tahun di lokasi penambangan marmer. Perempuan punya alat-alat tenun, kapas dan pewarna dari alam. Kami pun protes dengan menenun pakaian tradisional. Hutan kami tak boleh rusak. Kalau rusak, perempuan tak bisa beraktivitas. Itu tempat kami cari makanan, bikin pewarna benang sampai obat-obatan. Jadi harus kami pertahankan.Mongabay Indonesia: Kapan perjuangan mulai menampakkan titik terang dan perusahaan hengkang? | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Saat protes sambil menenun, warga pun makin banyak yang ikut mendukung. Kami terus berjuang, meminta pada pemerintah agar cabut izin. Meminta perusahaan tak rusak hutan kami. Pada 2007, mulai ada hasil. Aksi-aksi warga mulai jadi perhatian pemerintah. Memang perjuangan panjang. Pada 2010, karena menghadapi tekanan perusahaan pertambangan berhenti. Ada empat pertambangan di Molo, semua berhenti.Mongabay Indonesia: Apakah izin-izin perusahaan itu dicabut pemerintah?Mama Aleta: Saya tidak tahu pasti. Karena pemerintah kacau, sama saja dengan perusahaan, jadi saya tidak tahu, apakah itu izin dicabut atau tidak. Tetapi kami tahu, tambang itu tidak ada operasi lagi karena kami terus menolak.Mongabay Indonesia: Saat para perempuan menduduki kawasan tambang sambil menenun, bagaimana peranan pria Molo mendukung gerakan ini?Mama Aleta: Dalam kebudayaan Molo, kaum perempuan diharapkan menjadi ibu rumah tangga dan merawat keluarga. Namun saat kami protes, kaum perempuan sadar mereka dapat melakukan lebih banyak. Kaum perempuan juga pemilik tanah yang sah dalam kebudayaan Molo. Hak ini kami bangkitkan kembali bagi kaum perempuan yang saat itu belum aktif mengungkapkan pendapat guna melindungi tanah mereka. Suku adat Molo yakin, amatlah penting bagi kaum perempuan berada di garis depan protes dan berperan sebagai juru perunding. Kamilah yang memanfaatkan hutan untuk bertahan hidup. Kaum pria mendukung kami, namun tidak menempatkan diri di garis depan karena kemungkinan besar mereka akan terlibat dalam perkelahian atau konflik dengan perusahaan-perusahaan pertambangan dan menjadi target serangan-serangan. Jadi, saat perempuan aksi, para pria yang berperan di rumah tangga, dari memasak sampai menjaga anak-anak.Mongabay Indonesia: Sekarang tambang sudah pergi, perempuan terus mengembangkan tenun sebagai warisan budaya dan sumber ekonomi. Bagaimana perkembangan kegiatan menenun saat ini? | [0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Saat ini makin banyak perempuan yang ikut menenun. Namun, sempat ada ketergantungan dengan benang-benang kota, benang-benang produksi dari perusahaan besar. Jadi, penenun tergantung dari perusahaan.Mongabay Indonesia: Bagaimana menyikapi ketergantungan dari benang ‘kota’ ini?Mama Aleta: Saya terus yakinkan semua sudah ada disediakan, dari benang sampai warna dari alam di daerah kami. Lalu, mulailah kami membuat benang dari kapas. Kami juga berusaha membuat warna-warna alami. Sebelumnya sudah ada warna-warna warisan orang-orang tua kami, tapi kami terus mencari temuan-temuan warna lain. Mulai Maret tahun ini kami bikin tenunan dari benang buatan sendiri dan warna-warna alam.Mongabay Indonesia: Bisa diceritakan penemuan warna-warna alami hasil uji coba itu?Mama Aleta: Sebenarnya ini eksperimen sejak lama, tapi mulai digerakkan kembali awal tahun ini. Cukup stres juga coba-coba cari warna yang pas, dengan tanaman apa saja, dan komposisi bagaimana. Sekitar tiga minggu kami coba-coba. Akhirnya, Maret 2013 ini kami bisa temukan. Ini ada coklat tua dari tanaman matani, coklat dari angkai, daun kesum untuk warna orange. Kiss kase untuk pink, hijau dari daun suji dan kacang hutan. Lalu, merah dari kulit pohon nila.Mongabay Indonesia: Setelah perjuangan panjang ini, apa harapan Mama Aleta?Mama Aleta: Harapan saya, para perempuan kembali pada pengetahuan lokal yang dimiliki dan mencintai lingkungan. Kepada pemerintah, saya berharap agar mampu mengembangkan produk-produk tradisional rakyat yang tak menghancurkan lingkungan dan alam. [SEP] | [0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08] |
2021-067-17.json | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | [CLS] Suara kambing mengembik terdengar di kandang koloni di Desa Gisting Atas, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Kambing ini merupakan jenis Saburai, rumpun lokal asal Lampung.Saburai merupakan hasil persilangan antara Kambing Boer jantan dengan Peranakan Etawa [PE] betina. Umumnya, Saburai berwarna putih dengan perpaduan coklat. Sang jantan memiliki tanduk melingkar bulat ke belakang. Untuk telinga, baik jantan maupun betina, bentuknya panjang menjuntai ke bawah.Di kelompok Mutiara Tani, kandang koloni itu berukuran 12×6 meter. Dibangun membentuk panggung dengan lantai bercelah, agar kotoran langsung jatuh ke tanah. Di tengah kandang, terdapat jarak satu meter sebagai jalan peternak memberi pakan.Baca: Kopi Agroforestri, Cara Merawat Hutan Lampung Barat Ketua kelompok Mutiara Tani, Semin [55] terlihat memberi pakan kambing-kambingnya berupa rumput odot dan kaliandra merah. Ada juga sisa hasil pertanian seperti daun dan batang singkong, serta daun ubi jalar.Semin biasa memberi pakan dua kali sehari, pagi dan sore. Pakan yang ia bawa sepulang dari kebun.“Pagi biasanya jam enam, sementara sore sekitar habis asar,” kata dia di kediamannya, Jumat [15/2/2021].Kambing Saburai membuat pendapatan Semin dan masyarakat Gisting Atas meningkat. Hal ini dikarenakan harga jualnya yang lebih mahal dibanding jenis lain. Harga seekor berkisar antara 3-7 juta Rupiah, tergantung grade dan performa kambing.Selain itu, kotorannya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk padat, sementara urine dijadikan pupuk cair. “Warga di sini banyak petani, pupuknya sangat bermanfaat. Jadi sambil kita berternak kita juga bertani. Masyarakat juga mendirikan Koperasi Saburai Mandiri.”Baca: Cinta Mati Herawati pada Kupu-kupu di Taman Gita Persada Hal yang sama dirasakan Supri Edi [42], Ketua Kelompok Ternak Makmur Tani II. Berternak Saburai menjadi sumber penghasilan utama keluarganya. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2021-067-17.json | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | “Boleh dibilang, dari luar Lampung pun melirik kelompok kami. Tahun 2017, ada warga Sawahlunto, Sumatera Barat, pernah ke sini pesan bibit Saburai sebanyak 15 ekor. Harga satu ekor Rp7 juta,” kata dia.Sebelumnya, Supri Edi berternak kambing Rambon dan PE. Sebagai perbandingan, harga jualnya paling mahal Rp2 juta.Saburai, menurut dia, memilik peminat cukup banyak. Terutama di daerah Jawa Timur, Sumatera Barat, Jambi, dan Palembang. Namun, ia menyayangkan, khusus pemesan dari Jawa Timur biasanya mereka tidak menggunakan nama Saburai, melainkan Cross Boer.“Saya khawatir, nanti di Jawa Timur banyak disangka Cross Boer,” katanya.Terkait pakan, Supri Edi menyiasatinya dengan membuat program yang ia sebut gemar menanam hijauan [GMH]. Lahan kosong yang ada di sela tanaman hortikultura milik anggota kelompok, ditanami tumbuhan pakan.“Dulu sempat bikin pakan fermentasi, tapi pembeli tidak mau bila kabing diberi pakan itu. Jadi kami cari alternatif dengan program menanam hijauan,” katanya.Sejak berternak Saburai, Kelompok Makmur Tani II kerap mendapatkan penghargaan. Baik tingkat kecamatan, kabupaten, maupun provinsi.Ia juga berharap, pemerintah dapat mendorong kelompok lain untuk mengembangkan Saburai. Agar tetap lestari dan populasinya stabil.“Bibit unggul harus terus dijaga dan dipelihara.”Baca juga: Badak Sumatera: Ikon dan Inspirasi Kreatif Masyarakat Lampung Ditetapkan sebagai rumpun ternak lokalKambing Saburai merupakan rumpun ternak lokal Indonesia yang sudah ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian No. 359/Kpts/PK.040/6/2015 tanggal 8 Juni 2015. Artinya, Saburai yang sebaran asli geografisnya di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pesawaran, Lampung, harus dilindungi dan dilestarikanDr. Kusuma Adhianto, Dosen Peternakan FP Universitas Lampung, mengatakan bahwa latar belakang penetapan tersebut guna melindungi sumber daya genetik ternak di Indonesia. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2021-067-17.json | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | “Banyak sekali kekayaan plasma nutfah di Indonesia, tetapi tidak pernah dicatat sehingga waktu itu gencar isu negara tetangga yang ingin mematenkan. Pemerintah pusat bergerak cepat mengamankan aset nasional ini,” terangnya ditemui di kampus, Selasa [09/2/2021].Kusuma mengungkapkan, sebelum mendapatkan pengakuan, timnya pernah gagal karena kekurangan data. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan semangat timnya. Mereka mencoba lagi dan akhirnya berhasil dua tahun setelahnya.“Tahun 2013 kami coba. Dalam proses penyusunan naskah itu dibutuhkan data yang akurat, dan kami gagal. Pada 2015, kami siapkan lagi informasi lebih lengkap dan akhirnya pemerintah pusat melalui Dirjen Peternakan setuju menetapkan Saburai sebagai kekayaan genetik lokal,” ungkapnya. Berdasarkan hasil riset, Saburai memiliki kekhasan dan keunggulan baik dari sisi produksi maupun reproduksi. Selain riset penelitian, Kusuma dan tim kerap melakukan pengabdian dan pendampingan dengan berbagai stakeholder. Tujuannya, berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi.“Kalau pengabdian sifatnya lebih ke upaya peningkatan keterampilan dan pengetahuan para peternak. Sehingga, mereka memiliki pengetahuan teknologi komplit terkait budidaya Saburai.”Menurut dia, Saburai memiliki potensi untuk dikembangkan di daerah lain, selain dari asalnya. Namun, khusus di Lampung populasi terbanyak sementara masih di Tanggamus.“Di wilayah lain sudah ada peternak yang mengembangkan, tapi masih individu. Belum dalam bentuk kelompok, karena ini terkait kebijakan pemerintah tentang klasterisasi pengembangan komoditas ternak. Sejauh ini, arah arah pengembangannya masih di Pesawaran, Pringsewu, dan Tanggamus.” Upaya Pemerintah LampungLili Mawarti, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, mengungkapkan bahwa upaya Pemerintah Lampung dalam mempertahankan kelestarian Kambing Saburai adalah dengan menggandeng berbagai pihak, melakukan pembinaan. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2021-067-17.json | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | “Sementara, penguatan pembibitan ternak Saburai di Tanggamus dulu. Pada 2015-2016, kami menggunakan APBN untuk pengebangan populasinya. Kami juga membina, memantau, dan mengevaluasi kelompok pembibitan dengan menggandeng berbagai pihak, seperti universitas, perbankan, dan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian [BPTP],” jelas Lili di kantornya, Senin [15/2/2021].Menurut dia, Saburai memiliki beberapa keunggulan sehingga masyarakat senang memelihara.“Daya tahan tubuhnya kuat terhadap penyakit. Adaptasi pakannya lebih bagus dibanding kambing lokal lain, dan harga jualnya lebih mahal.” Lili mengungkapkan, langkah pelestarian Saburai yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan tetap melakukan perkawinan silang dan memproduksi semen beku. “Saburai juga kami jaring dari kelompok-kelompok pembibit untuk mempertahankan dan mengantisipasi terjadinya pengiriman besar-besaran ke luar wilayah Lampung.”Selain itu, saburai memiliki kontribusi besar terhadap pemenuhan produksi daging di Lampung.“Harapan kami, Saburai tetap eksis. Jangan sampai hilang dan menyisakan cerita,” paparnya. * Chairul Rahman Arif, Mahasiswa Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Tertarik menulis isu lingkungan, mendapatkan program liputan fellowship tahun 2020 yang diselenggarakan Mongabay Indonesia. [SEP] | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | [CLS] Tahun 2019 menjadi tahun bersejarah bagi Indonesia, khususnya untuk sektor kelautan dan perikanan. Pada tahun tersebut, pergantian kepemimpinan terjadi di tubuh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dari Susi Pudjiastuti kepada Edhy Prabowo. Di tahun tersebut, Indonesia juga menasbihkan dirinya sebagai negara yang fokus pada penerapan keberlanjutan di sektor tersebut.Salah satu yang diupayakan, adalah dengan membuat regulasi di setiap provinsi melalui peraturan daerah rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Perda RZWP3K). Hingga 9 Desember 2019, dari 34 provinsi yang ada, baru 23 provinsi yang sudah mengesahkan dan memberlakukan Perda RZWP3K.baca : Perda RZWP3K, Dinanti untuk Ketertiban Pembangunan di Kawasan PesisirKe-23 provinsi itu, adalah Sumatera Utara (Perda No.4/2019), Sumatera Barat (Perda No.2/2018), Jambi (Perda No.20/2019), Bengkulu (Perda No.5/2019), Lampung (Perda No.1/2018), Jawa Tengah (Perda No.13/2018), Jawa Timur (Perda No.1/2018), dan Jawa Barat (Perda No.5/2019).Kemudian, DI Yogyakarta (Perda No.9/2018), Kalimantan Barat (Perda No.1/2019), Kalimantan Tengah (Perda No.1/2019), Kalimantan Utara (Perda No.4/2018), Kalimantan Selatan (Perda No.13/2018), Gorontalo (Perda No.4/2018), Sulawesi Utara (Perda No.1/2017), dan Sulawesi Tengah (Perda No.10/2017).Lalu, ada juga Provinsi Sulawesi Tenggara (Perda No.9/2018), Sulawesi Barat (Perda No.6/2017), Sulawesi Selatan (Perda No.2/2019), Nusa Tenggara Barat (Perda No.12/2017), Nusa Tenggara Timur (Perda No.4/2017), Maluku (Perda No.1/2018), dan Maluku Utara (Perda No.6/2017).Seluruh data yang dirilis resmi oleh Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP itu, juga menjelaskan tentang alokasi ruang yang ada dalam Perda RZWP3K, yaitu mencakup alur laut, kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, dan kawasan strategis nasional tertentu. Semua peruntukan itu diatur secara resmi oleh Perda tersebut dan berlaku untuk semua. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | baca juga : Bagaimana Membangun Kawasan Pesisir dan Masyarakat Pesisir dengan Bijak? Pengesahan 23 Perda di 23 provinsi tersebut berhasil dilaksanakan selama masa kepemimpinan Susi Pudjiastuti. Dia mendorong setiap provinsi untuk segera memiliki perda tersebut, karena untuk mengatur wilayah laut bisa lebih tertib dan aman.Akan tetapi, Susi tidak bisa memenuhi janjinya untuk mendorong seluruh provinsi menyelesaikan pembuatan perda tersebut hingga akhir masa kepemimpinannya. Padahal, dia berkali-kali selalu mengatakan bahwa perda tersebut harus sudah selesai semua pada 2018 dan paling lambat pada 2019 sekarang.Sekretaris Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Agung Kuswandono mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia terus bekerja keras untuk bisa mendorong seluruh provinsi bisa menyelesaikan pembahasan racangan perda dan mengesahkannya menjadi perda.“Upaya percepatan terus dilakukan, karena Pemerintah ingin penataan yang tertib di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil,” ungkapnya belum lama ini.perlu dibaca : Ruang Hidup Masyarakat Pesisir Dirampas oleh Perda RZWP3K? TerpaduMenurut Agung, Perda RZWP3K penting untuk segera diselesaikan, karena bisa menyelesaikan persoalan peraturan yang banyak tumpang tindih di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Dengan Perda tersebut, peraturan akan bisa disederhanakan menjadi satu dan lebih memudahkan dalam proses penerbitan perizinan untuk segala kegiatan yang ada di kawasan pesisir.Penerapan perizinan secara terpadu, diantaranya adalah imigrasi di Kementerian Hukum dan HAM, karantina di KKP, Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kemudian di bawahnya ada koordinasi dengan pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.“Juga ada dengan kementerian/lembaga terkait lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), makanya itu yang bikin kita ruwet,” sebutnya. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Di sisi lain, upaya untuk mengatur wilayah laut juga terus bersinergi dengan upaya perluasan kawasan konservasi perairan yang juga dilaksanakan di seluruh provinsi. Hingga Desember 2019, luas kawasan konservasi perairan yang berhasil ditetapkan mencapai lebih dari 20 juta hektare.Bagi KKP, luasan tersebut diharapkan akan terus bertambah lagi pada periode kepemimpinan Edhy Prabowo selama lima tahun mendatang. Terlebih, karena Indonesia sudah menasbihkan dirinya kepada dunia sebagai salah satu penjaga laut dunia. Penasbihan itu ditegaskan dua tahun terakhir, melalui gelaran Our Ocean Conference 2018 dan 2019 yang berlangsung di Bali (Indonesia) dan Oslo (Norwegia).baca juga : Peraturan Zonasi Pesisir Hadir untuk Pinggirkan Masyarakat Pesisir Sedangkan Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati mengatakan kehadiran Perda RZWP3K adalah mandat dari Undang-Undang No.1/2014 junto UU No.27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.“Tetapi, dalam kenyataannya, penyusunan Perda tidak melibatkan masyarakat pesisir sebagai tokoh utama. Bahkan, kalau pun ada peran, porsinya sangat tidak memadai,” ucapnya.Minimnya keterlibatan masyarakat pesisir, juga ditegaskan Ketua Harian DPP Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Marthin Hadiwinata. Menurutnya, penyusunan Perda RZWP3K di berbagai provinsi masih belum terbuka dan hanya melibatkan segelintir masyarakat pesisir saja.“Juga, semakin diperkuat lagi, karena tidak ada tahapan konsultasi mulai dari desa/kelurahan yang di dalamnya ada pulau-pulau kecil, kecamatan, hingga kabupaten/kota,” tuturnya. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Tak cukup di situ, Marthin mengatakan, saat ini ada Perda RZWP3K yang sudah disahkan dan ternyata masih tumpang tindih dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) di provinsi yang bersangkutan. Kondisi itu cukup menyulitkan, karena kehadiran Perda RZWP3K dimaksudkan untuk memecahkan persoalan di kawasan pesisir, dan bukan sebaliknya.Permasalahan seperti itu, diharapkan bisa dicarikan solusinya di masa kepemimpinan Edhy Prabowo sekarang. Namun, untuk bisa menyelesaikan persoalan yang ada, seperti halnya RZPW3K, maka diperlukan komitmen kuat dari menteri baru tersebut. Mengingat, di awal kepemimpinan, Edhy menghadapi pro dan kontra terkait kebijakan yang diambilnya.menarik dibaca : Nasib Masyarakat Pesisir di Mata Negara KontroversiSalah satu yang menjadi kontroversi itu, tidak lain adalah rencana pengesahan ekspor benih lobster (BL) yang selama kepemimpinan Susi Pudjiastuti dilarang sama sekali. Rencana itu, menuai pro dan kontra, karena dinilai hanya akan melanggengkan eksploitasi BL hingga waktu tak terbatas.Bagi Edhy, ekspor BL harus dibahas karena memang selama lima tahun terakhir penyelundupan masih terus berlangsung melalui berbagai pintu keluar Negara ini. Bahkan, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang diketahui menjadi produsen besar untuk BL, menjadi penyumbang utama untuk aksi penyelundupan tersebut ke negara seperti Vietnam dan Singapura.“Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari benih lobster. Harus dicarikan solusi untuk hal ini. Mengingat, selama ini penyelundupan masih marak dan Negara dirugikan besar,” tegas Edhy di Jakarta awal Desember 2019.Dengan melegalkan benih lobster sebagai komoditas ekspor, Edhy berharap akan ada devisa buat Negara dari sektor perikanan. Harapan tersebut melambung tinggi, karena selama lima tahun terakhir, pemasukan devisa dari sektor perikanan masih sangat lemah.baca : Demi Keberlanjutan di Alam, Benih Lobster Fokus untuk Dibudidayakan | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Program JokowiItu kenapa, saat Presiden melantik Edhy Prabowo sebagai Menteri KP, Jokowi berpesan agar pada periode kepemimpinan Edhy akan ada inovasi dan gebrakan baru untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Terutama, untuk menggenjot eskpor dari sektor tersebut yang masih lemah dibandingkan sektor lain.Tanpa ragu, Joko Widodo meminta Edhy Prabowo untuk fokus pada dua hal, yaitu pengembangan sub sektor perikanan budi daya dan memperbaiki komunikasi dengan masyarakat perikanan. Kedua tugas tersebut diberikan kepada Edhy, karena Presiden paham bahwa selama lima tahun terakhir ada masalah yang belum bisa diselesaikan dari kedua hal itu.Edhy Prabowo sendiri kepada media pada awal Desember 2019 berjanji akan menjalankan apa yang menjadi perintah dari Presiden. Dia akan fokus pada pengembangan perikanan budi daya dan memperbaiki komunikasi dengan masyarakat perikanan dari Sabang sampai Merauke.perlu dibaca : Diminta Presiden Fokuskan Perikanan Budi daya, Begini Tantangan yang Dihadapi Menteri KPPada 2020 mendatang, Edhy menyebut kalau instansi yang dipimpinnya menargetkan bisa mencapai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) perikanan hingga 7,9 persen. Upaya itu diharapkan bisa berjalan beriringan dengan peningkatan produksi perikanan hingga 26,46 juta ton, dan produksi garam nasional hingga 3 juta ton.Kemudian, KKP juga ditargetkan bisa menaikkan nilai ekspor hasil perikanan sampai USD6,17 miliar, konsumsi ikan sampai 56,39 kilogram/kapita/tahun, nilai tukar nelayan (NTN) menjadi 115, dan memperluas kawasan konservasi perairan menjadi 23,40 juta hektare.“Saya akan fokus di kawasan pesisir, laut, dan perairan umum seperti sungai, danau, rawa, dan waduk. Pengembangan untuk perairan umum harus dilakukan, karena tidak semua daerah memiliki laut atau pantai,” jelasnya. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2013-031-11.json | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | [CLS] Sekitar 300 kapal nelayan Batang, Jawa Tengah menyambut kapal legendaris Greenpeace Rainbow Warrior yang melintas di perairan mereka, Rabu pagi, 5 Juni 2013 dan menyerukan tuntutan kepada pemerintah agar rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara di daerah mereka dibatalkan. Mereka juga mengibarkan banner yang bertuliskan “Welcome Rainbow Warrior, Save Our Oceans, Save Our Future” di beberapa kapal besar sementara di kapal lainnya bertuliskan “Tolak PLTU Batubara, Pilih Laut Lestari.”Aksi besar pada Rabu kemarin itu merupakan rangkaian dari protes damai yang dilakukan masyarakat nelayan Batang sejak dua tahun terakhir. Seperti diketahui berdasarkan rencana percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, pemerintah Indonesia telah menyetujui mega proyek pembangunan PLTU yang diklaim terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 2000 megawatt. PLTU ini direncanakan akan dibangun di Kawasan Konservasi Laut Ujungnegoro-Roban, sebuah wilayah yang terkenal dengan terumbu karang dan kaya tangkapan ikan di pantai utara Jawa.“Kami menolak rencana pembangunan listrik PLTU ini di desa kami, karena kami tidak ingin laut kita, sumber makanan dan mata pencaharian kami hilang. Kekayaan laut Batang jelas terancam oleh bahan beracun yang akan menurunkan hasil tangkapan ikan juga ancaman potensial lainnya,” kata Karnyoto, nelayan dari desa Roban.Selain aksi flotilla, para nelayan juga mengadakan ritual budaya “ruwat bumi” untuk bermohon kepada Tuhan agar desa dan tempat mata pencaharian mereka termasuk kawasan perairan dilindungi dan diberikan berkah. Aksi ruwat bumi ini dilakukan dengan mengusung sesajian dari hasil perkebunan dan berjalan sepanjang lima kilometer lalu dibuang ke laut setelah sebelumnya memanjatkan doa. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2013-031-11.json | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Aksi warga itu sendiri disambut oleh kapal Rainbow Warrior dengan mengibarkan banner ukuran besar yang bertuliskan “End the age of coal” di atas kapal. Menurut Arif Fiyanto, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, kehadiran Kapal Rainbow Warrior di Batang dalam rangka aksi solidaritas dengan nelayan lokal yang sumber penghidupannya terancam oleh batubara kotor.Ia menambahkan polusi dan debu batubara mengandung bahan beracun, seperti merkuri, sulfur dioksida dan nitrogen oksida, yang akhirnya akan meracuni laut. PLTU ini berlokasi dekat pantai sehingga akan merusak kehidupan laut ketika mengambil dan membuang air dari laut, yang digunakan untuk mendinginkan fasilitas. Air yang tersedot berisi telur ikan, larva ikan dan kehidupan laut kecil, sedangkan limbah buangan yang panas digunakan untuk memusnahkan makhluk laut yang rentan.Selain itu, dampak jangka panjang dari pembangkit listrik tenaga batubara lebih mengkhawatirkan. Pembakaran batubara untuk bahan bakar merupakan sumber utama terbesar polusi CO2, salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Perubahan iklim dianggap sebagai ancaman yang sangat serius terhadap lautan global.“Kami menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk menghentikan pengembangan industri batubara yang akan membawa lebih banyak bahaya daripada untuk masyarakat Indonesia,” kata Arif Fiyanto.Selain Greenpeace, aksi nelayan batang itu juga didukung langsung oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang yang selama ini memang mendampingi warga. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2013-031-11.json | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Wahyu Nandang Herawan, aktivis LBH Semarang, mengatakan proyek PLTU ini telah gagal memperhitungkan suara rakyat dan masyarakat telah menjadi korban atas nama pembangunan. “Dalam dua tahun terakhir, ribuan nelayan dan petani telah berjuang dan menyuarakan perlawanan mereka terhadap kekuasaan rencana pembangunan PLTU di Batang. PLTU ini akan dibangun di kawasan seluas 700 hektar di atas lahan pertanian produktif, termasuk sawah dan daerah aliran sungai, dan cadangan laut,” katanya.Wahyu menggarisbawahi pengadilan Jawa Tengah telah memutuskan bahwa rencana pembangunan PLTU ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26/2008 tentang RTRWN, Provinsi Jawa Tengah Peraturan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2009-2029, serta Peraturan Batang 07/2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2013 Batang.Sementara itu Jurukampanye Laut Greenpeace Indonesia, Arifsyah Nasution mengatakan bahwa lautan Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati laut yang penting, dan merupakan sumber pangan serta mata pencaharian jutaan orang di negeri ini. “Melindungi lautan kita dari berbagai ancaman harus menjadi prioritas utama pemerintah kita,” tegas Arifsyah.Kapal Greenpeace Rainbow Warrior sendiri melakukan perjalanan selama satu bulan yang mengusung tema “100% Indonesia: bersama melindungi hutan dan lautan kita”, yang merupakan bagian dari tur Ocean Defender Asia Tenggara”. Kapal tiba di Jayapura pada 9 Mei dan akan berakhir di Jakarta pada tanggal 10 Juni. [SEP] | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | [CLS] Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memperingati Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) dan Ulang Tahun AMAN ke 22 tanggal 17 Maret.Selama kurun waktu tersebut, wilayah AMAN Nusa Bunga yang meliputi 9 kabupaten di Pulau Flores dan Lembata terus berjuang mempertahankan eksitensi masyarakat adat.Ketua Pengurus Wilayah AMAN Nusa Bunga, Philipus Kami kepada Mongabay Indonesia, Minggu (21/3/2021) menjelaskan berbagai tantangan dan kerja-kerja komunitasnya.Lipus memaparkan, 17 komunitas adat yang ada di Flores dan Lembata sedang membangun komunikasi dan koordinasi dengan seluruh pemerintah kabupaten terkait percepatan penetapan Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Bupati (Perbub) terkait Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat (PPHMA).“Kabupaten yang sudah menetapkan Perda PPHMA ada dua yakni Kabupaten Ende dan Manggarai Timur di Pulau Flores,” ucapnya.Lipus menjelaskan untuk Kabupaten Manggarai Timur sudah membentuk panitia untuk melakukan validasi dan verifikasi. Sementara Kabupaten Ende, Ende AMAN Nusa Bunga bersama Kabag Hukum Setda Ende sedang membuat Perbup dan SK Bupati untuk panitia validasi dan verifikasi.Untuk Kabupaten Sikka, naskah Perda PPHMA sudah ditulis dan tahun 2019 sudah diserahkan kepada DPRD Sikka dan Bupati Sikka. Pihaknya mendorong agar bisa diagendakan dalam legislasi di dewan.Kabupaten Flores Timur juga sama. Naskah sudah ditulis dan sudah dua kali FGD dengan Pemda. Ia berharap, bulan April 2021 sudah bisa dilakukan uji publik.“Komunikasi dengan DPRD dan mitra LSM di Lembata sudah dilaksanakan dan di bulan April 2021 akan diintensifkan. Sementara kabupaten lainnya sedang dibangun komunikasi terkait pembuatan Perda PPHMA,” paparnya.baca : HKMAN 2021: Masyarakat Adat Masih Terus Berjuang untuk Pengakuan Pengelolaan Hutan | [0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Konflik antara masyarakat adat dan pemerintah serta perusahaan di wilayah AMAN Nusa Bunga sempat terjadi. Kasus yang sudah selesai, konflik Komunitas adat Golo Lebo, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur dengan perusahaan tambang Manggarai Manise.Juga konflik tanah HGU Nangahale di Kabupaten Sikka antara komunitas adat dan pemerintah. Saat ini sedang proses pendataan pembagian tanah bagi komunitas adat.Lipus menegaskan pemetaan komunitas adat di Flores dan Lembata sedang dilakukan dan pihaknya sedang berjuang mendapatkan SK dari pemerintah daerah untuk disampaikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).“Kami sedang berjuang untuk mendapatkan Surat Keputusan Presiden terkait hutan adat yang bisa dikelola masyarakat adat di wilayah Flores dan Lembata,” terangnya.Dia berharap perjuangan ini direspon baik oleh Pemda guna mengejahwantakan program presiden terkait 12,7 juta hektare hutan adat yang bisa dikelola masyarakat adat terkait skema perhutanan sosial.Ia menyesalkan sosialisasi dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTT kepada masyarakat masih kurang. Terutama terkait hutan lindung,balai taman nasional, taman wisata alam dan cagar budaya.“Ini penting disosialisasikan secara baik oleh DLHK NTT melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang ada di kabupaten-kabupaten,” tegasnya.baca juga : Pelibatan Masyarakat Adat Penting Dalam Kelola Hutan, Kenapa? Terkait hal ini, Kepala UPTD Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Kabupaten Sikka, Benediktus Herry Siswadi kepada Mongabay Indonesia mengakui hutan adat di Kabupaten Sikka belum ada.Menurut Herry, hutan adat belum bisa diajukan karena belum ada Perda terkait masyarakat adat sebagai salah satu syarat pengajuan hutan adat. | [0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Dia mengapresiasi masyarakat adat yang memegang teguh kearifan lokal dalam menjaga hutan. Namun sesalnya, banyak masyarakat adat yang merusak hutan seperti di wilayah Kecamatan Doreng, Waigete dan Talibura.“Yang sementara berpolemik terkait hutan adat ada di wilayah Pogon, Rubit, Aebura di Kecamatan Waigete. Masih ada juga warga dan komunitas adat yang menebang pohon di dalam kawasan hutan lindung,” ucapnya.Herry menyarankan agar komunitas adat mengajukan skema pengelolaan hutan adat tapi tetap diawasi pemerintah dan tidak mengubah fungsi hutan sebelumnya. Sementara HKm merupakan hutan negara yang dikelola masyarakat.“Kalau sebelumnya berupa hutan lindung maka tidak boleh menebang pohon dan lainnya. Sementara hutan produksi, yang boleh dimanfaatkan hanya hutan alam yang tanamannya ditanam sendiri warga,” ucapnya.baca juga : COVID-19 Berdampak pada Petani dan Ketahanan Pangan di NTT. Apa Solusinya? Tambang Pilihan TerakhirKonflik antara masyarakat adat Labo di tiga desa dan tiga kecamatan di Kabupaten Nagekeo dengan pemerintah soal pembangunan Waduk Lambo masih terjadi.Pasalnya komunitas adat Rendu,Lambo dan Ndora tetap menolak lokasi waduk yang direncanakan dibangun di Lowose. Komunitas adat menawarkan lokasi alternatif di Lowopebhu dan Malawaka.“Masyarakat adat tetap bersikeras dengan lokasi yang ditetapkan dan menawarkan lokasi alternatif. Kita harapkan pemerintah pusat meresponnya agar tidak ada persoalan dengan tiga suku besar di daerah tersebut,” tegas Lipus.Soal tambang dan rencana pabrik semen di Manggarai Timur, Lipus katakan AMAN masih menolak tambang di Flores dan Lembata dengan berbagai analisa dan dampak.Dia berucap, belajar dari tambang yang telah ada sebelumnya, usai berhenti beroperasi, perusahaan tidak melakukan reklamasi. Kerusakan lingkungan tidak direhabilitasi oleh pemerintah dan perusahaan. | [0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | “Bicara ekologi Flores tidak hanya tambang di Manggarai. Kita mendorong dikembangkan sektor wisata, perkebunan dan kehutanan, pertanian tanaman pangan, perikanan dan kelautan,” bebernya.Lipus menyebutkan apabila empat sektor ini dikembangkan secara baik maka tambang jadi pilihan terakhir. Ia tegaskan, Flores merupakan pulau rentan bencana sehingga akan didorong untuk menolak tambang.baca juga : AMAN Minta Pengukuran Tanah Adat untuk Waduk Lambo Dihentikan. Kenapa? Tanam PohonAMAN Nusa Bunga terus mendorong agar masyarakat adat mengembangkan lagi kerafian berbasis lingkungan, menjaga keseimbangan lingkungan supaya bisa meminimalisir pemanasan global.Lipus katakan, kayu-kayu lokal yang cukup baik harus dilestarikan termasuk untuk berkaitan langsung dengan nilai budaya seperti kebutuhan pembangunan rumah adat termasuk menjaga mata air.“Kita juga terus menerus mendorong agar pangan lokal tetap dibudidayakan kembali. Hal ini agar tingkat ketergantungan terhadap pupuk kimia berkurang drastis karena akan mencemari tanah,” ucapnya.Menurut Lipus, komunikasi dengan pemerintah daerah terkait identitas budaya penting dijaga dan dilestarikan terus berlangsung. Selain itu pihaknya gencar membangun kesadaran komunitas adat untuk menunjukan identitasnya.Ia jelaskan ada identitas masyarakat adat yang utama yakni teritorial adat, lembaga adat, seremonial adat, peradilan adat dan kalender ritual adat. Selain itu ada tata kelola pertanian dan perkebunan berdasarkan kearifan lokal. Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi dalam pidatonya menyambut HUT AMAN menyebutkan pandemi COVID-19 menegaskan apa yang selama ini diperjuangkan benar dan baik, dimana kehidupan harus terus menjaga ibu bumi dan adil dengan sesama manusia. | [0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | “Kita menginginkan keselamatan bumi bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Hal ini dapat berlangsung apabila bumi yang kita cintai dikelola secara adil dan berkelanjutan,” tegasnya.Rukka berpesan sistem yang bersifat eksploitatif dan merusak, harus ditinggalkan, diganti dengan sistem gotong-royong yang mengakar pada prinsip-prinsip kearifan lokal dan budaya agraris serta bahari setempat.Ia minta masyarakat adat harus mampu membebaskan pikiran dari keyakinan semu yang ditanamkan oleh kapitalis tentang produksi pangan. Ia meminta agar segera diperbaiki dengan mulai kembali pada produksi pangan yang lebih sehat.Dia harapkan agar resiliensi masyarakat adat terus bertahan, dengan merubah sistem pertanian secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2023-007-12.json | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | [CLS] Transfer fiskal berbasis ekologi (ecological fiscal transfer/EFT) bisa jadi jawaban dalam mendorong keberlanjutan keanekaragaman hayati (kehati) Indonesia. Sayangnya, masih perlu langkah panjang untuk implementasinya, mengapa?Ocky Karna Rajasa, Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, kehati bisa memberikan manfaat di bidang pangan dan farmasi, perlindungan lingkungan, dan jasa lingkungan.“Pariwisata berkelanjutan, hingga adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” katanya dalam diskusi bertajuk “Mengukur Keanekaragaman Hayati untuk Transfer Fiskal Berbasis Ekologi,” Januari lalu.EFT bukan barang baru di tanah air. Ada tiga skema transfer anggaran berbasis ekologi yaitu transfer anggaran nasional berbasis ekologi (Tane), transfer anggaran provinsi berbasis ekologi (Tape) dan transfer anggaran kabupaten berbasis ekologi (Take).Kebanyakan skema EFT ini masih berfokus pada penanganan perubahan iklim dan pengelolaan sampah. Belum ada indikator keberhasilan yang bisa berbuah transfer anggaran berbasis keberhasilan dalam mengonservasi keanekaragaman hayati.Padahal, memastikan keberlanjutan kehati merupakan hal penting. Dalam paparan Ocky mengatakan, Indonesia kaya kehati. Antara lain, 515 spesies mamalia, 270 spesies amfibi, 1.531 unggas dan merupakan terbesar ke-5 dunia. Ada juga 511 spesies reptil yang merupakan terbesar keempat dunia, 240 spesies tumbuhan langka, 2.827 spesies avertebrata, 121 spesies kupu-kupu. Juga, 480 spesies hard coral meliputi 60% spesies di dunia hingga 1.400 spesies ikan air segar.Untuk ekosistem laut, katanya, terumbu karang di Indonesia mencapai 2,5 juta hektar atau 14% dari keseluruhan ekosistem dunia dan 292.000 hektar rumput laut.“Ekosistem mangrove kita pun mencapai 3,4 juta hektar atau 23% dari dunia,” katanya. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2023-007-12.json | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Untuk itu, perlu upaya lain supaya kekayaan Indonesia bisa terus berkelanjutan dan memberikan manfaat. EFT bisa jadi satu solusi supaya pemerintah provinsi, kabupaten/kota, sampai desa bisa melindungi kehati mereka masing-masing.Penerapan EFT juga bisa jadi solusi mengatasi tipisnya anggaran pengelolaan kehati di daerah. Namun, Erik Armundito, Koordinator Keanekaragaman Hayati Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut, pendanaan kehati bukan hal populer.“Pemerintah dan swasta akan berhitung dua kali untuk menyalurkan dana ke pengelolaan kehati,” katanya.Tak heran. Kalau alokasi anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) untuk pengelolaan kehati di kementerian atau lembaga minim. APBN 2021, Erik sebut hanya mengalokasikan 0,81% dana untuk pengelolaan kehati.Sementara tren global menunjukkan setidaknya perlu dana US$100 juta per tahun untuk mengelola kehati. Jumlah ini, naik jadi US$800 juta per tahun pasca 2020.“Karena itu perlu mekanisme innovative financing. Salah satunya melalui EFT.” Cari contoh Keberhasilan EFT mendorong perbaikan lingkungan sudah ditemukan di beberapa negara. Jatna Supriatna, Direktur Eksekutif Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) mengatakan, India satu negara progresif dalam implementasi EFT.Bahkan, setiap state di India berlomba menaikkan tutupan hutan supaya kerja keras berbuah aliran fiskal dari pemerintah pusat. “Karena fiskal di sana berbasis hutan.”Tak pelak, India memiliki tutupan hutan tinggi. Hal itu, katanya, juga jadi daya tarik untuk skema carbon offset yang sekarang sedang dilirik sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim.Sayangnya, skema sama tidak diterapkan untuk kehati. Padahal, sudah banyak literatur menyebut kalau implementasi ini bisa jalan.“Biodiversity offset ini challenging, lebih rumit dari karbon. Juga bisa berjalan beriringan dengan transfer fiskal berbasis ekologi,” kata Jatna. Atasi penurunan | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2023-007-12.json | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Harapannya, dengan EFT bisa jadi satu solusi atas penurunan kehati di dunia dan Indonesia. Budi Setiadi Daryono, Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (Kobi) mengatakan, populasi kehati mengalami penurunan sampai 69% selama 1970-2018. Dia merujuk data Living Planet Report 2022 WWF.Dalam laporan disebut juga ada penurunan di Asia Pasifik mencapai 55%. “Kita tahu heart of Southeast Asia adalah Indonesia. Di bidang apapun, baik populasi manusia hingga keanekaragaman hayati. Di sini, terjadi penurunan tajam kehati dan kerusakan itu terjadi di depan mata,” kata Budi.Erik bilang, proyeksi Bappenas 2045 yang menyebut potensi penurunan tutupan hutan dan penyusutan habitat spesies kunci. “Itu jika kita masih menerapkan bussines as usual.”Spesies kunci berpotensi turun itu seperti, orangutan Sumatera 22%, orangutan Borneo dengan tiga subspesies 21%, gajah Sumatera 59%, Gajah Kalimantan 4%, harimau Sumatera 20%, badak Jawa 37%, owa Jawa 54%, anoa 24% sampai babirusa 35%.Dia mengutip data Interngovernmental Science Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) 2019 menyebut, sekitar 1 juta spesies tumbuhan dan hewan hadapi ancaman kepunahan. “Hilangnya kehati bisa mengancam kesehatan manusia dan jasa ekosistem.”Joko Tri Haryanto, analis kebijakan ahli madya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, berharap, EFT bisa jadi solusi membuat kehati jadi income generator daerah. Selama ini, katanya, sektor kehati dan konservasi selalu dipandang sebagai biaya.“Kalau daerah berhasil mengelola keanekaragaman hayati, bisa jadi income generator dan transfer fiskal dari pusat. Yang lain pun bisa berlomba-lomba melindungi kehati di daerah masing-masing.” Kerjasama para pihakUntuk menerapkan EFT berbasis kehati, perlu kerja keras dari berbagai pihak. Joko menyebut, kementerian dan kembaga terkait dan akademisi harus bersinergi mengatasi isu teknis terlebih dahulu. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2023-007-12.json | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | “Kehati ini banyak dan luas. Kita harus artikan dulu apa itu kehati? Jangan sampai ada beda pandangan,” kata Joko.Secara teknis, katanya, akademisi sudah banyak kajian bahkan bikin biodiversity index. Selanjutnya, membuat indikator keanekaragaman hayati seperti apa yang perlu ditingkatkan buat jadi acuan keberhasilan daerah menerima manfaat EFT.Indikator-indikator ini, katanya, perlu dikaitkan dengan instrumen kebijakan untuk implementasi EFT.“Jadi, teori dan kebijakan itu harus connect. Tidak ada kebijakan yang muncul tiba-tiba tanpa dasar teori yang baik.”Indikator-indikator terkait kehati ini juga perlu disinergikan dengan penanganan perubahan iklim di daerah. Karena, kata Joko, kedua hal ini saling memengaruhi.“Lagipula EFT perubahan iklim sudah settle dan achievment-nya cepat. Jadi kehati ini juga harusnya bisa connect di sini.”Dari sisi pemerintah, setidaknya ada empat hal secara umum harus dimatangkan untuk menerapkan EFT, yakni, komitmen regulasi, kelembagaan, model bisnis, serta insentif dan disinsentif.Selain itu, perlu peta jalan perlindungan dan pengelolaan kehati di tiap daerah guna membuat indikator pencapaian EFT berbasis kehati jadi jelas.“Ini adalah living document, ya. Jadi bisa dikembangkan dan dievaluasi,” kata Joko. ******** [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | [CLS] Jarum jam menunjuk pukul 07.00 wita di pagi hari, Rabu 26 Juni 2013, aparat kepolisian dan TNI sudah tampak menjamur di sepanjang jalan menuju kawasan Tanjung Benoa, sekitar 25 kilometer dari Kota Denpasar, lokasi penanaman mangrove oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama bintang sepakbola dunia Cristiano Ronaldo. Sejak dari persimpangan Siligita, beberapa kilometer dari Tanjung Benoa, polisi sudah melakukan seleksi terhadap kendaraan yang hendak menuju Tanjung Benoa. Hanya kendaraan-kendaraan tertentu yang boleh memasuki kawasan yang dikenal sebagai kawasan water sport tourism denga berbagai tipe hotel dan restorannya. ID card dari Kementerian Kehutanan RI pun ditunjukkan untuk meyakinkan sang polisi.Ketika tiba di Jalan Telaga Waja, lokasi penanaman mangrove, sejumlah aparat sudah bersiaga di mulut jalan sempit itu. Tak ada kendaraan yang boleh masuk. Semua orang yang masuk harus berjalan kaki, beberapa ratus meter, ke arah pantai. Di mulut gang, pemeriksaan ketat juga dilakukan terhadap semua barang bawaan. Hanya mereka dengan ID khusus atau kostum khusus yang diperbolehkan masuk. Tak terkecuali siswa-siswi seolah dasar setempat, mengunakan T-shirt kuning bertuliskan Artha Graha Peduli Foundation. Yayasan Artha Graha Peduli memang penyelenggara kegiatan ini.Puluhan banner bertuliskan “Save Mangrove, Save the Earth, Aksi Penanaman Pohon Mangrove” terbentang di sepanjang jalan Telaga Waja menuju pantai. Rumah-rumah penduduk di sepanjang jalan tampak terkunci rapat-rapat, yang terlihat hanya aparat.Seremoni penanaman mangrove rupanya dilakukan di atas sebuah panggung besar yang dibangun tepat di tepi pantai. Sesuai standar pengamanan kegiatan presiden, setiap orang yang memasuki arena acara harus melewati pemeriksaan ketat dan melintasi pintu X-Ray. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Di dalam arena acara, ratusan kursi telah dipersiapkan. Kami sempat bingung mencari lokasi penanaman. Di salah satu sisi di tempat acara, masih berbentuk panggung, tampak berjejer puluhan pohon bakau dengan sebuah plang hijau di masing-masingnya. Salah satu plang bertuliskan Cristiano Ronaldo, berjejer dengan nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanaman bakau itu berjenis Rhizophora Mucronata, salah satu jenis bakau dengan tingkat pertumbuhan lebih cepat.Ada sekitar 55 pohon yang tertata rapi dengan plang nama sejumlah pejabat pusat dan daerah, termasuk beberapa nama pengusaha tersebut. Semua pohon bakau sudah tertanam rapi di dalam sebuah bronjong dari bambu setinggi sekitar 2 meter, yang di bagian bawahnya disangga dengan tumpukan karung berisi pasir dan lumpur. Bronjong bambu itu pun sudah dialasi karung plastik, mirip seperti pot. Di sisi kanan dari masing-masing pohon, sudah tersedia sekop dan lumpur yang diletakkan dalam wadah boks plastik. Khusus untuk Cristiano Ronaldo dan Presiden SBY, boks plastik diganti dengan gerabah dari tanah liat.Rupanya, Cristiano Ronaldo, Presiden SBY, dan sejumlah pejabat lainnya tidak akan sungguh-sungguh melakukan penanaman bakau. Mereka hanya akan melakukannya secara simbolis dengan menambahkan beberapa sekop lumpur ke dalam bronjong.“Ya, setelah acara, kami akan tanam ulang. Ini simbolis saja, karena airnya sedang pasang. Kalau air pasang, kan tidak mungkin melakukan penanaman,” kata salah seorang staf dari Kementerian Kehutanan.Lumpur yang digunakan dalam bronjong itu pun, dibawa khusus dari Mangrove Information Center di kawasan Suwung Denpasar, sekitar 15 km Dari lokasi acara. “Karena jenis lumpurnya khusus,” staf tersebut menjelaskan. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat sesi penanaman pohon dilakukan di bagian akhir seremoni, Ronaldo tampak agak sedikit kikuk. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai sampai harus mendahului dengan mengambil sekop dan menambahkan lumpur ke dalam bronjong. Sekali sendok, SBY lantas menyiramkan air ke dalam bronjong. Ronaldo kemudian mengikuti cara SBY.Hari itu memang menjadi hari bersejarah bagi Bali, karena Cristiano Ronaldo secara resmi ditetapkan sebagai Duta Forum Peduli Mangrove Bali. Pesepakbola asal Portugal itu mengaku jatuh cinta pada mangrove setelah pada peristiwa tsunami Aceh pada akhir 2004, seorang anak Aceh bernama Martinus ternyata selamat setelah tersangkut pohon mangrove. Yang menjadikannya lebih terkesan, Martinus ketika itu menggunakan kaos sepakbola Ronaldo dan foto-fotonya telah tersebar di jejaring sosial. Martinus, yang kemudian dijadikan anak angkat oleh Ronaldo, tampak hadir dalam acara penanaman bakau di Tanjung Benoa.Kesediaan Ronaldo menjadi Duta Forum Peduli Mangrove Bali ternyata atas pinangan pengusaha Tomy Winata, pemilik berbagai usaha di bawah bendera Artha Graha. Tomy sempat bertemu Ronaldo di Madrid pada Maret lalu. Di sanalah komitmen Ronaldo untuk menjadi duta mangrove Bali dinyatakan.“Beberapa waktu yang lalu, bapak Peter Lim dan bapak Tomy Winata sempat bertemu saya dan memberikan ide untuk menjadi duta untuk hutan bakau. Dan saya langsung tertarik pada saran itu,” kata Ronaldo yang berbicara dengan bahasa portugal.“Sekali lagi saya ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak presiden dan ibu negara. Saya senang sekali datang ke Indonesia. Saya harap peran saya di Bali hari ini dapat memberikan dorongan dalam menyelamatkan hutan bakau,” Ronaldo menambahkan. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Presiden SBY pun menyatakan kebanggaannya. Ia membandingkan Bali dengan Riau yang saat ini tengah dilanda kabut asap akibat pembakaran hutan. “Ada musibah di Riau. Di samping cuaca panas, kemarau panjang, mudah terbakar, ada juga satu dua tiga orang yang lalai. Sedang kita atasi sekarang. Di Bali, saya senang sekali, justru semangatnya menanam, memelihara, dan menghijaukan. Luar biasa Bali,” kata SBY.Ia menambahkan, “Saya bangga. Saya ingin seluruh Indonesia, semangatnya sama. Merawat dan menjaga hutan kita, membikin lingkungan kita baik, sehat, dan indah. Mari kita berikan contoh. Yang penting memberikan contoh dan menjadi contoh, untuk menjaga kelestarian lingkungan kita, dan hari ini saya mengajak semuanya untuk menanam, mangrove bersama tamu kita, Cristiano Ronaldo dan tamu tamu yang lain.”Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan penyerahan berbagai bantuan oleh menteri terkait. Terdiri atas Menteri Lingkungan Hidup yang menyerahkan alat pencacah sampah kepada perwakilan pengelola Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali, Menteri Kelautan dan Perikanan menyerahkan alat pengolah buah mangrove kepada 5 kelompok perwakilan lembaga peduli mangrove, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyerahkan bibit mangrove kepada 5 kelompok perwakilan lembaga peduli mangrove.Namun even tersebut mendapat kritikan pedas dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali. Walhi menduga ada maksud lain di balik seremoni penanaman pohon dan penunjukan Ronaldo sebagai duta mangrove Bali itu.“Keterlibatan Cristiano Ronaldo sebagai duta mangrove Bali patut diapresiasi. Apalagi dia adalah ikon dunia. Setidaknya itu dapat menarik perhatian berbagai kalangan. Tapi perlu diwaspadai, apa yang sebenarnya ada di balik seremoni itu,” kata Ketua Dewan Daerah Walhi Bali, Wayan ‘Gendo’ Suardana kepada Mongabay Indonesia. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Gendo merujuk pada rencana pembangunan marine tourism oleh sebuah perusahaan dengan melakukan reklamasi besar besaran di kawasan sekitar Pulau Pudut, sebuah pulau kecil tak jauh dari lokasi penanaman pohon. Hasil kajian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana tentang rencana pembangunan tersebut juga telah terpublikasi di sejumlah media lokal, yang menyebut reklamasi akan mencapai luas sekitar 400 sampai 600 hektar. Kesimpulan dari hasil kajian tersebut, bahwa kawasan wisata terpadu yang terdiri dari hotel, rumah sakit, sekolah, reatoran, dermaga marina, dan berbagai fasilitas lainnya itu, bisa diteruskan.Kabar menyebutkan bahwa rencana reklamasi itu sudah beberapa kali disosialisasikan kepada sejumlah pejabat pusat dan daerah. Namun Bupati Badung Anak Agung Ngurah Agung ketika dikonfirmasi kemarin, mengaku belum mengetahui rencana investasi tersebut. “Saya belum tahu itu, jadi belum bisa berkomentar. Kita lihat nanti,” ujar Gde Agung.Gendo mengakui pihaknya tidak bisa secara langsung mengaitkan kedatangan Cristiano Ronaldo dengan rencana investasi dan reklamasi itu. “Tetapi saya menduga ada upaya mengunakan ronaldo sebagai pencitraan oleh mereka yang ingin punya pengembangan wisata di sana. Kita harus mewaspadai. Jangan-jangan ini hanyalah proyek pencitraan, agar investor terkesan peduli mangrove,” Gendo mengingatkan.Kesan pencitraan itu, kata Gendo, jelas terlihat dari konsep penanaman yang sangat seremonial. “Saya justru kasihan dengan Cristiano Ronaldo. Saya yakin kalau dia diajak turun, berbasah-basahan menanam mangrove, pasti dia mau,” ia menyesalkan. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Gendo juga mengingatkan bahwa kawasan penanamn mangrove merupakan bagian dari 1.373 hektar luas Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai yang statusnya tiba tiba berubah dari blok perlindungan menjadi blok pemanfaatan di akhir tahun 2012 lalu. Perubahan itu diduga terkait dengan rencana pengembangan wisata terpadu baru itu. “Apakah Cristiano Ronaldo menyadari bahwa dia hanya dipakai alat saja untuk pencitraan? Saya kasihan pada Ronaldo,” Gendo mempertanyakan. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2014-061-19.json | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | [CLS] Saat bencana tiba, seperti erupsi Gunung Sinabung dan Kelud, penanganan pemerintah hanya fokus kepada penyelamatan manusia sedang satwa terabaikan. Kalangan organisasi satwapun mendesak pemerintah memperhatikan penanganan penyelamatan bagi satwa.Daniek Hendarto, Koordinator Program Konservasi Ex Situ dari Centre for Orangutan Protection (COP), menyebutkan, kematian satwa akibat bencana hal wajar, dan bagian seleksi alam. Namun, menjadi catatan penting ketika bencana terjadi, upaya penanganan satwa tak maksimal.Diapun mendesak, penyelamatan satwa menjadi prioritas dan perhatian pemerintah. Di Indonesia, katanya, penanggulangan bencana masih terbatas manusia, satwa terlupakan. “Inilah salah satu faktor mengapa banyak satwa mati,” katanya awal Februari lalu.Daniek mendesak, tidak ada perbedaan perlakuan antara manusia dan satwa. “Mereka makhluk hidup wajib dilindungi dan diperhatikan, tanpa pilih kasih atau pandang bulu.”Beberapa waktu lalu COP bersama sejumlah organisasi pecinta satwa datang ke Kabupaten Karo, untuk memberikan makanan kepada hewan. Hewan seperti anjing, kucing serta lain-lain, dikumpulkan dan diberi makan. “Itu dilakukan terus menerus agar tidak mati kelaparan. Diharapkan pihak terkait melakukan sama.”Sayangnya, saat ini penanganan satwa domestik maupun liar belum mendapat prioritas kala bencana. Hal ini dilihat dari penanganan satwa terdampak banyak terlantar.Untuk satwa liar, BKSDA memiliki respon baik dengan menindaklanjuti setiap laporan, dan patroli, termasuk bersama tim COP. Namun sosialiasi gencar, perlu dilakukan di setiap kelompok masyarakat di area rawan bencana. Sebab, di titik lokasi inilah, pertemuan satwa liar dengan penduduk banyak terjadi. “Kita berharap, belajar dari pengalaman setiap bencana, sudah saatnya pemerintah menerapkan standar penanganan bencana tidak bagi manusia tetapi satwa juga, ” katanya.Satwa di Sinabung | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2014-061-19.json | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Iir Pinem, warga Desa Kuta Gugung, Kabanjahe, Kabupaten Karo mengatakan, dalam 30 hari, Januari hingga 10 Februari 2014, mereka menemukan dua kucing hutan mati di sekitar kebun warga. Selama ini, kucing-kucing hutan itu jarang terlihat di desa, kecuali kebetulan kala berburu mangsa di perkebunan jagung, atau jeruk warga.“Yang kedua ini kasihan matinya. Mulut menganga, dan jari-jari berlipat kedalam. Waktu kulihat sempat masih hidup. Saya ke rumah mau ambil minyak karo, mungkin kalau diolesi perutnya bisa sembuh. Waktu balik lagi, udah mati, ” kata Pinem, dengan logat Karo, kental.Edi Saragih, menambahkan, sepekan sebelumnya juga melihat ular, rusa juga mati. Semua hewan-hewan ini penghuni hutan di Sinabung.Sedangkan Haryono Putra Perangin-angin, warga Desa Sukameriah, mengatakan, dalam kurun dua bulan terakhir, tiga anjing di desa mereka mati. Penyebabnya, terkena debu panas Sinabung. Hewan-hewan ini juga mati kelaparan karena empat bulan terakhir ditinggal mengungsi.Masyarakat desa menemukan hewan-hewan mati seperti anjing, kucing, kambing dan lembu. Sedangkan satwa liar mati kambing hutan Sumatera, kucing hutan, ular piton, rusa, dan monyet.Mereka ditemukan di Desa Mardinding, Desa Perbaji, Desa Selandi, Desa Sukameriah, Desa Guru Kinayan, Desa Gamber, Desa Berastepu, Desa Bekerah, Desa Simacem, Desa Sukanalu, dan Desa Kuta Tonggal. Lalu, Desa Sigarang-garang, Desa Kuta Rakyat, Desa Kuta Gugung, Desa Kuta Tengah, Dusun Sibintun, dan Dusun Lau Kawar.Fitri Noer Chasanatun, Tenaga Fungsional (PEH) Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Sumut, mengungkapkan, BBKSDA, bekerjasama dengan organisasi lingkungan dan pecinta satwa liar, membuka posko di Kota Kabanjahe. Mereka juga menurunkan relawan, guna memantau satwa dampak erupsi. | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2014-061-19.json | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Beberapa waktu lalu, juga menemukan jejak beruang yang bukan menjauh dari Sinabung, malah mendekat. Tim patroli di posko Kabanjahe menelusuri jejak itu. Namun, masuk zona berbahaya, hingga penelusuran dihentikan.Saat ini, di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) termasuk hutan Sinabung, terdapat kucing besar seperti kucing emas, macan dahar, dan beruang. Satwa-satwa ini masih memungkinkan di hutan Sinabung. “Kalau di hutan Sinabung, ada kucing besar. Harimau tidak mungkin ditemukan. Kalau TNGL dan Aceh, harimau masih ada.”Dia menyebutkan, perlu kerjasama berbagai pihak untuk menyelamatkan satwa liar di Sinabung. Artinya, jika menemukan satwa liar apalagi dilindungi, tak membunuh atau dimakan. Alangkah mulia, jika menyelamatkan, melindungi, dan menyerahkan ke BBSDA untuk dilepasliarkan. “Jadi ini utama menyelamatkan satwa terdampak erupsi. Bukan malah dibunuh atau dipotong, semua harus melindungi,” ujar dia. [SEP] | [0.999991238117218, 4.4677594814857e-06, 4.305404672777513e-06] |
2016-013-10.json | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | [CLS] Menjadi negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, tak lantas menjadikan Indonesia berjaya di industri perikanan dan kelautan. Kondisi tersebut, tak hanya terjadi di sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya, namun juga pada industri pengolahan produk kelautan dan perikanan.Salah satu yang hingga kini masih belum berkembang dengan baik, adalah industri ikan hias yang mencakup ikan hias air tawar dan air laut.Keberadaan industri ikan hias, masih berjalan di tempat, karena terkendala oleh berbagai faktor mencakup regulasi dan infrastruktur.Hal tersebut diakui Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Zulficar Mochtar. Menurutnya, jika industri ikan hias ingin berkembang dan maju melebihi negara lain, maka perlu rencana aksi nasional (RAN) pengembangan ikan hias.“Ini penting, karena ikan hias potensinya sangat besar di Indonesia. Harus dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan ekonomi rakyat,” ucap dia di Depok, Jawa Barat, Senin (14/11/2016).Dengan menyusun RAN, Zulficar meyakini, Indonesia bisa menjadi negara sukses dalam industri ikan hias pada 2019 mendatang. Dengan RAN, dia yakin pada 2019 nanti Indonesia bisa mengungguli negara lain yang selama ini mendominasi perdagangan ikan hias di dunia.“Saat ini, Indonesia masih di bawah Singapura untuk perdagangan ikan hias. Padahal, kita tahu sendiri, sumber daya ikan hias negara tersebut masih di bawah Indonesia. Jadi, harus dicari tahu apa yang menyebabkan Indonesia masih di bawah Singapura,” ungkap dia.Adapun, berkaitan dengan kendala yang disebut sebelumnya, Zulficar mengatakan, Indonesia harus mempelajari dengan benar dan tuntas tentang perdagangan ikan hias internasional. Dengan mempelajarinya, maka seharusnya Indonesia bisa mengetahui apa dan berapa banyak yang dibutuhkan negara lain untuk kebutuhan ikan hias. | [4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688] |
2016-013-10.json | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | “Selain itu, Indonesia harus tahu dan paham tentang ikan hias yang paling dibutuhkan dan dicari oleh negara lain dan dimana lokasi spesifik. Dengan demikian, seluruh informasi yang diperlukan sudah ada,” sebut dia.Selain perdagangan, Zulficar mengungkapkan, untuk bisa mewujudkan Indonesia sebagai negara produsen ikan hiasa nomor satu di dunia pada 2019, diperlukan adanya review atas regulasi yang berlaku di Indonesia saat ini. Jika memang regulasi yang sekarang ada dinilai menghambat, maka sebaiknya ada penciutan biar lebih efisien.Yang dimaksud dengan review regulasi, menurut Zulficar, karena saat ini ada sekitar 26 aturan yang harus dijalankan oleh para pelaku bisnis ikan hias. Aturan tersebut, mencakup untuk perdagangan di dalam dan luar negeri (ekspor).“Kendala berikutnya yang harus segera diperbaiki, adalah tentang strategi, Untuk itu, harus ada rencana aksi, roadmap, business plan. Jika tidak, maka itu sama saja dengan bicara wacana saja,” jelas dia.Potensi IndonesiaSebagai negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa dan masuk dalam kelompok terumbu karang dunia, Indonesia diuntungkan karena banyak spesies ikan hias ada di Indonesia. Berdasarkan data Balitbang KP, dari 32.400 spesies ikan hias di dunia, sebanyak 4.552 spesies itu ada di Indonesia.Dengan kekayaan spesies tersebut, Indonesia harusnya bisa menjadi produsen ikan hias unggulan di dunia. Namun, pada kenyataannya, nilai ekspor ikan hias Indonesia masih kecil dan jauh di bawah Singapura.Sebagai gambaran, pada 2016 nilai ekspor ikan hias Indonesia mencapai USD15,82 juta. Sementara, Singapura pada 2014, nilai ekspornya sudah mencapai angka USD51,7 juta.Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Hari Eko Irianto membenarkan bahwa potensi ikan hias di Indonesia sangatlah besar. Namun, potensi tersebut belum bisa dimaksimalkan karena hingga saat ini masih terkendala dengan data yang ada. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2016-013-10.json | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sejauh ini, kata Hari, data ikan hias yang ada di Indonesia masih berbeda-beda antara pengusaha dengan pemerintah. Padahal, dengan adanya kesatuan data, maka permasalahan ikan hias bisa dipetakan dengan jelas dan bisa dicari solusi terbaiknya.“Makanya, dengan adanya rencana aksi, diharapkan semua masalah bisa dipetakan dan bisa dipecahkan persoalannya,” jelas dia.Dengan adanya kesatuan data, Hari optimis, Indonesia bisa menentukan langkah apa yang terbaik untuk bisa menjadi produsen terbaik dan terbesar di dunia. Termasuk, bagaimana menetapkan spesies ikan hias yang jadi andalan untuk diekspor.Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (Balitbangdias) Idil Ardi dalam kesempatan sama menjelaskan, besarnya potensi ikan hias yang ada sekarang memang sudah seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk kebaikan ekonomi Indonesia.“Namun pada kenyataannya, hingga sekarang itu sulit dilakukan. Indonesia masih ada di bawah Singapura,” tegas dia.Saat ini, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sudah menetapkan target produksi ikan hias pada 2017 sebanyak 1,19 miliar ekor. Target tersebut, kata dia, harus bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menuju Indonesia sebagai produsen ikan hias nomor satu di dunia pada 2019.“Untuk produksi pada 2016 ini, ikan hias sudah mencapai 1,3 miliar ekor. Jumlahnya sudah banyak,” tutur dia. Hentikan Ekspor ke Negara TransitSementara itu menurut Suhana dari Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI), jika Indonesia ingin menjadi nomor satu pada 2019, maka dari sekarang harus ada pemilihan negara tujuan dan transit dengan benar. Karena, jika salah memilih, maka Indonesia akan tetap sama walau sudah dibuat RAN.Yang dimaksud dengan negara tujuan, kata Suhana, adalah negara yang menjadi tujuan akhir ekspor dan menjadi negara penyerap ikan hias dari Indonesia. Saat in, negara-negara tersebut didominasi oleh Eropa dan Amerika Serikat. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2016-013-10.json | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sementara, kata Suhana, untuk negara transit, hingga saat ini ada dua yaitu Singapura dan Tiongkok. Disebut negara transit, karena dua negara tersebut tidak menyerap langsung ikan hias dari Indonesia untuk kebutuhan industrinya. Melainkan, ikan hias dari Indonesia tersebut kembali diekspor ke negara lain.“Itu kenapa, Singapura yang potensinya tidak sebesar Indonesia, namun berstatus negara eksportir nomor satu di dunia. Karena, memang Indonesiaa masih menjadikan Singapura sebagai transit,” papar dia.Untuk memecahkan persoalan tersebut, Suhana menyebut, harus ada itikad dari semua pihak, termasuk Pemerintah untuk membuka penerbangan langsung ke negara tujuan. Karena, selama ini, kendala utamanya adalah banyaknya rute penerbangan yang belum tersedia untuk keperluan ekspor.“Akhirnya lewat Singapura dan Tiongkok lagi. Selain rute, kehadiran maskapai penerbangan juga sangat penting. Harus banyak maskapai yang ikut terlibat. Jangan hanya satu maskapai saja seperti sekarang,” pungkas dia. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | [CLS] ***Seekor paus sperma dengan panjang sekitar 8 meter terdampar di pesisir laut Mataha, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kabar kematian paus tersebut hampir tidak diketahui masyarakat, lantaran jarak Pulau Mataha dengan pusat Kota Berau sangat jauh.Paus terdampar itu diketahui pertama kali oleh petugas penjaga laut (ranger) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemkab Berau, pada Senin (10/12/2018) lalu dalam kondisi mati penuh luka (kode 3-4). Tidak ada pemeriksaan khusus pada bangkai mamalia besar itu, sebab kembali hanyut oleh air pasang beberapa hari setelah ditemukan.Wakil Ketua Satgas Kawasan Konservasi Berau, Yunda Zuliarsih menjelaskan kabar terdamparnya paus itu sudah dilaporkan sejak bulan lalu. Namun pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada para ranger agar menangani bangkai tersebut. “Iya benar, ada bangkai paus yang terdampar pada Bulan Desember 2018. Yang menemukan pertama kali adalah ranger Pulau Mataha dan Bilang-bilangan. Mereka itu sebenarnya adalah penjaga telur penyu, tidak sengaja menemukan paus yang terdampar,” jelasnya kepada Mongabay-Indonesia pada Selasa (15/1/2019).baca : Ditemukan 5,9 Kg Sampah Dalam Perut Paus Sperma di Wakatobi. Kok Bisa? Karena tidak dinekropsi, Yunda mengatakan pihaknya tidak tahu penyebab luka-luka dan kematian paus tersebut. Para ranger sendiri kesulitan untuk menangani paus tersebut karena mereka hanya petugas pengawas penyu dengan alat-alat sederhana. Lokasi pulau tersebut juga jauh dan sulit dijangkau, sehingga DKP Pemkab Berau menyerahkan penanganannya kepada ranger yang menemukan. Akhirnya diputuskan untuk menenggelamkan bangkai tersebut.“Diperkirakan bangkai tersebut sudah mati selama berhari-hari. Jadi diputuskan untuk ditenggelamkan saja, karena tidak mungkin dibawa ke darat,” jelasnya. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Yunda mengatakan perairan di selatan Pulau Mataha sering ditemukan mamalia besar terdampar. Pulau Mataha merupakan pulau yang tidak berpenghuni, dan lokasinya jauh dari Kota Berau. Pulau tersebut merupakan pulau persinggahan penyu-penyu di laut Berau Selatan untuk bertelur, sehingga pulau Mataha terkenal dengan sebutan “Pulau Telur”.Pulau Mataha yang masuk wilayah Kepulauan Derawan, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Berau merupakan tempat pendaratan Penyu Hijau (Chelonia mydas) terbesar ke-8 di dunia dan penghasil 60% telur penyu dari seluruh perairan Kabupaten Berau.baca juga : Paus Sperma Dihalau ke Laut Setelah Ditunggangi Banyak Orang Bukan Kasus Kali PertamaTerdamparnya paus di perairan selatan Kabupaten Berau,bukan kejadian yang pertama.Berdasarkan catatanYunda, pada Mei 2018 silam, seekor Paus Pilot juga terdampar di Pantai harapan, Laut Selatan Berau, Kecamatan Biduk-biduk. Sedangkan di Bulan November 2018, seekor paus tanpa sirip ditemukan terdampar dan mati di Pantai Maratua, laut Berau bagian Utara.Berbeda dengan kasus sebelumnya, terdamparnya mamalia ini kuat dugaan karena siripnya yang sengaja dipotong oleh manusia. Namun Dinas Perikanan tidak bisa memastikan kejadian itu, karena kondisi bangkai sudah membusuk.“Kabupetan Berau dikelilingi oleh banyak pulau dan didiami biota laut yang bermacam-macam. Mulai dari penyu, mamalia besar hingga ikan-ikan yang dikonsumsi. Sehingga memang selama ini, masyarakat Berau tidak kaget lagi jika menemukan adanya mamalia besar yang terdampar. Namun yang menjadi soal adalah penyebab kematiannya,” kata Yunda.Selama ini, menurut dia, kondisi laut Berau adalah laut yang kondusif. Tidak ada keluhan mengenai sampah, limbah dan pendangkalan laut. Konflik dengan manusia dan nelayan pun juga hampir tidak ada laporan, hal itu membuat Yunda yakin jika memang kondisi laut Berau baik dan tidak terindikasi tercemar. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | “Tidak ada masalah sampah di Berau, limbah-limbah perusahaan juga tidak ada, karena Kabupaten Berau bukan daerah industri. Selama ini yang diributkan bukan masalah limbah dan sampah, konflik dengan manusia juga jarang terjadi. Jadi kalau mau menduga-duga kematian biota laut itu juga tidak bisa,” katanya.baca juga : Paus Sperma Ditemukan Terdampar di Barru, Bagaimana Akhirnya? Yunda menjelaskan, posisi laut Berau Selatan adalah jalur migrasi mamalia laut. Terbukti, tahun-tahun sebelumnya juga pernah ada Dugong dan Teripang Raksasa yang terdampar di Laut Selatan Berau. Kerap terdamparnya biota laut di perairan selatan itu karena kondisi laut merupakan wilayah perairan dalam. Sehingga wilayah laut selatan di Kabupaten Berau sangat memungkinkan menjadi jalur migrasi mamalia laut.“Dibandingkan laut bagian utara, bagian selatan ini memang sering ditemukan mamalia besar yang terdampar. Bahkan ada taripang raksasa yang terdampar, ini membuktikan kalau di daerah tersebut memang merupakan laut dalam. Sehingga, ikan-ikan besar dan mamalia laut menggunakannya sebagai jalur migrasi,” ungkapnya.Yunda menerangkan, kasus mamalia terdampar merupakan satu masalah yang harus ditangani bersama. Namun saat ini, masalah laut Berau sudah sepenuhnya diserahkan pada Pemprov Kaltim, sehingga pihaknya akan menunggu arahan langsung dari Provinsi. Demikian pula masalah RZWP3K yang gencar digalakkan, Yunda menilai itu merupakan satu jalan keluar yang baik untuk penanganan masalah-masalah biota laut.“Kita kan dulu memang punya rencana zonasi laut, tapi sekarang kan sudah diserahkan semua para Provinsi Kaltim. Tapi memang RZWP3K itu tujuannya juga untuk melindungi biota laut. Yah kita akan bekerja sebaik-baiknya, agar laut Berau tetap sehat dan tetap nyaman dihuni biota laut. Terutama ikan-ikan yang dikonsumsi, kita akan terus jaga laut Berau agar pendapatan nelayan terus melimpah,” jelasnya. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | baca juga : Ribuan Pakaian Bekas dari Malaysia Kotori Pulau Konservasi Sangalaki Sementara itu, peneliti ikan sekaligus Dekan Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman, Iwan Suyatna, mengatakan Laut Berau termasuk alur ruaya biota mamalia laut, seperti paus, lumba-lumba termasuk hiu dan lainnya. Di dalam RZWP3K pemprov Kaltim, tercatat alurnya dekat dengan Pulau Maratua. “Lautnya memang termasuk dalam (deep sea) sesuai dengan kebutuhan lingkungan hidupnya,” sebutnya.Iwan menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa mamalia laut bisa terdampar ke daratan. Biasanya, karena individual tersebut sedang terserang penyakit atau karena luka berbagai sebab, seperti luka terkena jaring, kapal atau disengaja. Kemudian mamalia tersebut mengalami disorientasi. Jika paus atau lainnya terdampar dalam kondisi suda busuk, artinya bisa jadi mamalia tersebut sudah menderita sakit dan ketika terdampar cepat membusuk.“Disorientasi yang dimaksud adalah tidak tahu arah dan tidak mampu mengendalikan diri. Bisa jadi umurnya sudah tua, sehingga semua kemampuan organ tubuh nenurun, sementara arus laut atau lautan yang dinamis perlu keseimbangan tubuh yang prima,” jelasnya.Menurut Iwan, terdamparnya mamalia laut kadang kala lebih satu atau bergerombol. Terkait dengan ini, satu diantara sifat biota mamalia laut adalah pelagis (berenang di permukaan air) sehingga efeknya jika terjadi iklim ekstrim angin besar, badai atau efek oseanografis arus kuat, maka terdamparnya populasi mamalia sangat dimungkinkan.Selain dua penyebab itu, Iwan juga mencatat biota mamalia laut memiliki nilai ekonomis dari berbagai aspek sebagai makanan, kesehatan, wisata, bahan eksperimen dan lainnya. Sehingga sengaja diburu dan dapat mencederai fisik, sehingga mengganggu kesimbangannya. “Sengaja diburu denga fisik yang cidera juga menjadi satu diantara banyak faktor penyebab terdamparnya mamalia,” pungkasnya. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | menarik dibaca : Bentang Laut Sulu Sulawesi, Jantung Segitiga Karang Dunia [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2013-045-16.json | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | [CLS] Perusahaan berkali-kali membantah tak ada kebijakan mempekerjakan anak. Merekapun meminta Hovek, pembuat video, mengklarifikasi. Ternyata belum usai. Ada lagi warga yang lapor ke Sekda Kalbar tentang pekerja anak di kebun itu. Dia meminta Dinas Tenaga Kerja Provinsi turun lagi ke lapangan karena laporan dari dinas kabupaten menyatakan tak ada pekerja anak.Siang itu, Rabu (20/2/13), di sebuah warung kopi di pusat bisnis Kota Pontianak, Aditia Insani Taher, Media Relatian Assistant Manager PT Sinar Sawit Andalan (PT SSA), datang bersama dua warga Desa Kemangai, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang. Salah seorang Hovek, perekam video yang memperlihatkan anak-anak tengah bekerja di kebun sawit.Hovek hadir di Pontianak memenuhi panggilan PT SSA. Hovek diminta mengklarifikasi rekaman video yang dia buat. Namun, Hovek tetap menyebut tidak ada rekayasa dalam video itu. “Video itu benar saya yang ambil gambar. Saya tidak pernah merekayasa gambar. Tidak juga pernah menyuruh anak itu membawa polybag lalu saya rekam,” katanya.Kata Hovek, anak dalam video itu, yang bernama Bumbung memang benar mengangkut polybag. Namun, menurut Hovek, setelah menanyakan kembali, anak-anak itu bukan bekerja, hanya main-main. Dari keterangan yang dia peroleh di camp, anak-anak itu ikut orangtua mereka dan sedang bermain di perkebunan.Aditia pun mengatakan, perusahaan tidak pernah memiliki kebijakkan mempekerjakan pekerja anak atau anak di bawah umur sesuai ketentuan peraturan dan UU tenaga kerja yang berlaku.Perusahaan sudah membantah ada pekerja anak. Video yang direkam Hovek pun diklarifikasi, bahwa anak-anak itu hanya bermain. Meskipun benar terekam ada aktivitas angkut mengangkut oleh anak-anak itu.Ternyata, dua hari sebelum itu, Senin(18/2/13), di Pontianak, warga lain lapor kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Pemprov Kalbar) kasus serupa, pekerja anak di PT SSA. | [0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213] |
2013-045-16.json | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Sekretaris Desa Kesange, Rabab, hari itu menghadap Sekretaris Daerah Pemprov Kalbar, M Zeet Hamdy Assovie, di Kantor Gubernur. Sekitar satu jam sejak pukul 09.00, dia bersama Ketua Paguyuban Dayak Uud Danum, Rafael Syamsudin berdialog dengan orang nomor wahid di jajaran PNS di provinsi itu.Hadir pula Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Sintang, Florensius Kaha dan sejumlah staf lain. “Kami mengadu ke Sekda Kalbar soal pekerja anak dan sengketa lahan antara warga dengan PT SSA. Kami juga sudah dapat progress report dari Dinsosnakertrans yang membantah keberadaan pekerja anak di perusahaan itu,” kata Rabab.Rabab tidak yakin dengan hasil verifikasi Dinsosnakertrans Sintang di kawasan PT SSA itu berjalan maksimal. “Bagaimana mungkin fakta itu dibantah. Salah seorang pekerja anak di video itu adalah Bumbung. Dia masih keponakan saya.”Atas dasar itu, dia meminta Sekda Kalbar kembali menurunkan tim ke lokasi untuk mengecek kebenaran progress report yang sudah dibuat Dinsosnakertran Sintang. Pada saat itu juga, M Zeet berjanji menurunkan tim.Rabab juga menyodorkan bukti lain lewat rekaman video di ponselnya terkait pekerja anak di PT SSA. Dalam rekaman video berdurasi tiga menit 48 detik itu, terungkap pengakuan warga Desa Kesange bernama Agus, warga Dusun Dahtah Bungai II.Agus berbicara menggunakan Bahasa Dayak Uud Danum. Dalam video itu, kata Rabab, Agus menceritakan, punya seorang anak masih kelas IV SD dan ikut bekerja di perkebunan sawit milik PT SSA. “Waktu libur anak saya ke perusahaan bekerja. Tapi namanya tak dimasukkan dalam absen. Ada 50 sampai 60 pekerja anak. Mereka ini belum layak kerja, tapi mendengar ada uang mereka mau juga,” kata Rabab menerjemahkan salah satu penggalan kalimat yang dilontarkan Agus. | [0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08] |
2013-045-16.json | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Bukti-bukti inilah yang mendorong Rabab meminta bantuan Sekda Kalbar agar menurunkan tim dari provinsi. “Hari ini juga saya akan kembali ke desa. Supaya saya tahu bagaimana unsur pemerintah melakukan verifikasi sebuah kasus,” ucap Rahab.Sebelumnya, Aditia juga mengirim rilis progress report. Di situ dia menjelaskan ada empat orang dari Dinsosnakertrans Sintang, termasuk kepala dinas, Florensius Kaha, bertolak ke lokasi pada 12 – 13 Februari lalu.Selama dua hari, mereka menemui sejumlah pihak seperti Kepala Desa Kemangai, pemborong pengisian polybag lokasi kerja Desa Kemangai dan Desa Kesange, karyawan pengisian polybag, Manager Plantation dan HRD PT SSA serta seorang anak bernama Bumbung, yang terekam video sedang memikul polybag.Dalam laporan itu, perusahaan dan pemborong pengisian polybag menyatakan tidak pernah memiliki kebijakan mempekerjakan anak-anak. Perusahaan juga tidak pernah meninggalkan utang Rp37 ribu kepada anak maupun karyawan. Kehadiran anak-anak di lokasi kerja semata-mata ikut orangtua mereka lantaran tidak ada yang menjaga di rumah.Kepala Desa Kemangai, Ambuk, mengakui keikutsertaan anak-anak itu ke lokasi kerja orangtua mereka. Dia mengatakan, sejak sosialisasi awal sudah menyampaikan kepada masyarakat anak-anak tidak boleh bekerja di perusahaan.Hatta, pemborong pekerjaan pengisian polybag di Desa Kesange menyebut foto anak yang terekam video itu sedang bermain bersama kawan di lokasi kerja orangtua mereka.Koordinator Divisi Riset dan Kampanye Walhi Kalbar, Hendrikus Adam, mengatakan, perusahaan tentu tak akan pernah mengakui kalau mempekerjakan anak di bawah umur. “Saya sudah baca beritanya, juga sudah tonton videonya. Meski durasi pendek, ada fakta pekerja anak di kebun sawit yang terekam kamera video.” | [0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08] |
2013-045-16.json | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Adam menyebutkan, PT SSA sesungguhnya tidak sendiri mengantongi izin di Sintang. Masih ada perusahaan saudaranya, PT Sumber Hasil Prima di Kecamatan Serawai. Keduanya ada di bawah Group PT Agro Harapan Lestari. [SEP] | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2014-034-15.json | Wow! Singapura Bakal Denda Perusahaan Penyebab Kabut Asap | Wow! Singapura Bakal Denda Perusahaan Penyebab Kabut Asap | [CLS] Tampaknya, Singapura trauma dengan kabut asap yang menyelimuti negeri mereka tahun lalu dari kebakaran hutan dan gambut di Sumatera, Indonesia. Merekapun berupaya agar kabut asap bisa dicegah. Caranya? Baru-baru ini, parlemen Singapura menyetujui aturan yang bisa menghukum perusahaan, baik domestik maupun asing yang bertanggungjawab sebagai penyebab kabut asap di negara itu.Sebelum berlaku, aturan ini masih perlu ditandatangni Presiden Singapura. Dikutip dari Reuters, bagi penyebab polusi udara di negeri Singa ini karena pembakaran kebun atau hutan oleh perusahaan akan didenda sampai S$100.000 atau sekitar US$80.000. Denda ini bisa mencapai US$2 juta per perusahaan. Tak hanya itu, perusahaan-perusahaan ini juga bisa digugat perdata atas kerusakan yang terjadi.“Parlemen telah menyetujui UU Pencemaran Kabut Lintas Batas” kata Vivian Balakrishnan, Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Singapura dalam postingan di laman Facebook.Aturan ini, katanya, akan menjerat pidana dan perdata bagi perusahaan-perusahaan bandel yang menyebabkan kabut asap dari pembakaran hutan dan lahan gambut.“Kami harus membuat perusahaan bertanggungjawab untuk bahaya yang mereka ciptakan bagi kesehatan dan lingkungan kami.”Data NASA dari website World Resources Institute’s Global Fire Watch, baru-baru ini puluhan kebakaran di Riau, tepat berseberangan dengan Singapura.Singapura telah mendapatkan ‘kiriman’ polusi udara karena kebakaran hutan dan gambut di Sumatera. Banyak dari kebakaran itu terkait dari konsesi sawit, kayu dan bubur kayu dari perusahaan-perusahaan yang dikendalikan dan beroperasi di Singapura.Namun, para ahli mengatakan, hukum ini kemungkinan sulit diterapkan karena juga berlaku bagi perusahaan di luar Singapura.Selain itu, data konsesi di Indonesia kerap tak jelas hingga sulit untuk langsung menyalahkan sebagai penyebab kabut asap. [SEP] | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2014-030-03.json | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | [CLS] Lagi-lagi, lahan adat terancam, tak hanya oleh ekspansi perusahaan juga pemerintah. Kali ini, wilayah adat Janji Mauli Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, akan menjadi perumahan, dan perkantoran swasta maupun BUMD. Pemegang proyek PT Tapanuli Selatan Membangun, BUMD milik Pemerintah Tapsel.Roganda Simanjuntak, ketua BP Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak, kepada Mongabay mengatakan, ada pelanggaran UU oleh Pemerintah Tapsel dengan mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi mengenai hutan adat bukan hutan negara.“Mereka mencaplok dan menguasai hutan adat Janji Mauli, untuk perumahan, dan perkantoran,” katanya Rabu malam (13/8/14) di Medan.AMAN sudah protes tetapi diabaikan. Malah pembangunan dan perusakan hutan adat Janji Mauli terus berlangsung, tanpa memperhatikan dampak negatif bagi alam dan warga. “Kearifan lokal terancam, hutan adat terancam, ekosistem rusak, dan habitat satwa terancam.”Menurut dia, akibat arogansi Pemerintah Tapsel, masyarakat Janji Mauli terancam. Terlebih, dengan rencana pemekaran, yang akan membongkar makam para leluhur. Sebelumnya, beberapa rumah dibongkar paksa dan tanaman masyarakat dirusak tanpa ganti rugi.Sampai saat ini konflik terus terjadi. Masyarakat Janji Mauli tetap bertahan, menolak hutan adat seluas 461 hektar dirusak.AMAN telah membuat surat protes, mendesak Bupati Tapsel, H Syahrul M Pasaribu, menghentikan rencana pembongkaran makam leluhur masyarakat Janji Mauli. Juga menghentikan perampasan tanah adat.“Kami juga mendesak menghentikan intimidasi terhadap masyarakat. Bupati harus mengakui dan melindungi tanah adat melalui Perda atau SK Bupati.”Sementara itu, Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul M Pasaribu, mengatakan, sebelum membangun perkantoran di lokasi baru, telah mengkaji terlebih dahulu, termasuk dengan anggota DPRD dan pemerintah pusat. | [0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08] |
2014-030-03.json | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | Mengenai penolakan warga karena masuk wilayah adat, katanya, Pemkab Tapsel telah sesuai prosedur termasuk meminta pendapat Kementerian Kehutanan.Bahkan, kata Syahrul, pembangunan itu diperkuat surat Menteri Kehutanan Nomor SK.244/Menhut-II/2011. Menhut memberikan izin pelepasan sebagian kawasan hutan produksi Sipirok, untuk pembangunan pertapakan kantor Bupati Tapsel. Ia terletak di Sipirok, Tapsel seluas 271,10 hektar.“Jadi tidak benar kami membangun melanggar aturan dan UU. Semua sudah perencanaan matang, sudah beres dan kita siap bekerja di gedung baru.” [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
Subsets and Splits
No saved queries yet
Save your SQL queries to embed, download, and access them later. Queries will appear here once saved.