filename
stringlengths
16
16
title
stringlengths
22
107
text
stringlengths
132
2.1k
softlabel
stringlengths
15
740
2023-002-04.json
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya | “Kalau teratai, bunganya mengambang di atas air. Kalau seroja, bunganya tumbuh meninggi ke permukaan air. Kelopak bunga teratai di sini lebih sedikit dibandingkan seroja. Tapi bagi masyarakat di sini keduanya sering disebut teratai,” kata Maulina, warga Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI].“Dulu hampir semua lebak [rawa gambut] terdapat teratai dan seroja. Tapi seiring hilangnya lebak, sebagian dimanfaatkan menjadi sawah atau ladang, teratai dan seroja mulai sulit ditemukan. Yang banyak itu eceng gondok [Eichhornia crassipes],” ujarnya.Lahan basah di Sumatera Selatan luasnya sekitar tiga juta hektar [luas daratan Sumatera Selatan sekitar 8,7 juta hektar]. Lahan basah tersebut berupa rawa, gambut dan mangrove. Tapi, sebagian besar lahan basah tersebut berubah atau rusak, menjadi perkebunan skala besar, lahan infrastruktur, tambak udang dan ikan, dan permukiman.Perusahaan HTI [Hutan Tanaman Industri] dan perkebunan sawit menguasai sekitar 738.137,84 hektar lahan basah. 17 perusahaan HTI menguasai lahan basah sekitar 478.969,20 hektar, dan 70 perusahaan sawit menguasai 259.168,64 hektar lahan basah.Sejumlah pabrik pengelolaan minyak sawit dan bubur kertas juga menggunakan lahan basah. Misalnya, PT. OKI Pulp and Paper yang menguasai sekitar 2.500 hektar.Terakhir, pembangunan jalan tol juga membelah lahan basah. Misalnya, Jalan Tol Kayuagung-Palembang-Betung yang membentang sepanjang 111,6 kilometer.Baca: Pernah Jadi Andalan Sumatera Selatan, Tanaman Gambir Kini Ditinggalkan  SriwijayaRetno Purwanti, arkeolog sejarah yang banyak meneliti peninggalan Kedatuan Sriwijaya, menyatakan belum ada penelitian khusus tentang bunga teratai terkait Kedatuan Sriwijaya.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-002-04.json
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya | “Arca-arca dari masa Sriwijaya yang ditemukan, tidak ditemukan bantalan [asana]-nya. Jadi, tidak diketahui apakah menggunakan padmasana [bantalan arca dari teratai merah] atau setidaknya. Di Candi Bumiayu, yang digambarkan juga bukan teratai, tapi bunga yang sampai sekarang pohonnya tumbuh di lingkungan percandian,” kata Retno.Tapi, lanjut Retno, hadirnya simbol bunga teratai dalam kebudayaan masyarakat Sumatera Selatan mungkin dipengaruhi ajaran agama Budha. Budha adalah agama utama di Kedatuan Sriwijaya.Dalam ajaran Budha dan Hindu, bunga teratai memiliki arti penting. Bunga teratai menjadi simbol spiritualisme.“Apalagi bunga teratai yang banyak ditemukan dalam sejumlah ukiran kayu pada dinding rumah, makam, ranjang, yakni bunga teratai dengan delapan kelopak. Sementara bunga teratai dengan delapan kelopak melambangkan proses kehidupan manusia dalam ajaran agama Budha,” kata Retno.Jelasnya, padma atau teratai dianggap penting karena dihubungkan dengan tempat Budha. Dalam naskah Anandakandapadma dijelaskan padma berdaun delapan melambangkan delapan nayika, yaitu delapan Bhairawa. Tokoh-tokoh ini memegang peranan penting  dalam agama Budha Tantris. Padma sering pula dihubungkan dengan yantra dan pada daun padma tersebut terdapat tulisan-tulisan mantra. Padma berkelopak delapan juga melambangkan delapan peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama.Dalam perkembangannya, pemaknaan simbol bunga teratai tidak melulu terkait ajaran agama Budha. “Misalnya delapan kelopak bunga teratai, memiliki makna baru yakni penunjuk delapan penjuru mata angin. Begitu pun bunga teratai ditampilkan dengan lima kelopak yang melambangkan ajaran Islam atau Pancasila seperti yang terlihat dalam lambang Provinsi Sumatera Selatan.”  Hingga saat ini, simbol bunga teratai dalam ukiran kayu terus terlihat di Sumatera Selatan. Misalnya pada sejumlah lemari, meja kursi dan ranjang yang diproduksi para perajin  kayu.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-002-04.json
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya | “Tapi, saya belum pernah melihat kain songket yang diproduksi saat ini yang menampilkan motif bunga teratai. Sepengetahuan saya, bunga teratai memang disebutkan sebagai salah satu motif songket Palembang.”Berdasarkan sejumlah sumber, bunga teratai merupakan tanaman air yang selamat dari masa Ice Age [Zaman Es] sekitar 1,8 juta dan 10 ribu tahun lalu, yang menyebabkan banyak tanaman di Bumi punah.Bunga teratai menjadi bagian dari berbagai kebudayaan di dunia. Mulai dari Mesir, India, Tiongkok, Jepang, dan Indonesia.Dalam berbagai kebudayaan tersebut, bunga teratai menjadi simbol kehidupan manusia sempurna. Manusia yang menjadi terbaik di kehidupan, meskipun hidupnya sementara di dunia ini.Teratai juga sebagai simbol kebahagiaan. Bunga teratai pada kain songket Palembang menyimbolkan kebahagiaan. Kain ini biasanya digunakan pengantin perempuan saat pernikahan.  DikonsumsiBagi masyarakat di Sirah Pulau Padang, teratai dan seroja dikonsumsi. “Biji bunga seroja dan teratai dimakan mentah-mentah. Rasanya enak, seperti kacang, sementara tangkai mudanya sering dijadikan lalap atau dimasak menjadi lauk,” jelas Dian.“Terkait kegunaan atau manfaat teratai bagi kesehatan atau obat untuk penyakit tertentu, saya belum pernah mendengarnya. Mungkin pengetahuan itu ada, tapi saya tidak mengetahuinya. Yang jelas, dulu masyarakat di sini melihat teratai dan seroja bukan gulma air. Justru dibiarkan hidup. Dipercaya sebagai tempat ikan bertelur atau berkumpul,” kata dosen salah satu perguruan tinggi di Palembang ini.Sementara daun teratai dan seroja sering digunakan sebagai wadah atau bungkus. “Seperti menjadi wadah nasi, lauk, atau wadah makan di sawah dan ladang. Terkadang dijadikan bungkus untuk ikan panggang atau pepes ikan.”
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-002-04.json
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya | Bagi masyarakat di Desa Muara Penimbung, teratai juga dikonsumsi. “Kalau ada perempuan yang haidnya terganggu biasanya disuruh makan biji bunga teratai atau makan tangkai muda teratai sebagai lalapan,” kata Hermalia [63], warga Dusun IV, Desa Muara Penimbung Ulu, Kabupaten Ogan Ilir.“Tapi, yang paling sering dimanfaatkan daunnya untuk pepes ikan. Rasa pepesnya lebih enak dibandingkan menggunakan daun pisang,” kata Hermalia.Sama seperti di Sirah Pulau Padang, teratai dan seroja mulai menghilang atau sulit didapatkan lagi. “Entah kenapa, mungkin sudah banyak rawa hilang. Tidak seperti dulu teratai selalu terlihat pada setiap rawa atau genangan air,” katanya.“Biji bunga teratai itu sering kami sangrai [menggoreng tanpa minyak]. Dimakan. Rasanya seperti kacang, bahkan lebih enak dari kacang tanah,” kata Fatimah [58], warga Desa Sukorejo, Kecamatan Suku Tengah Lakitan Ulu [STL] Terawas, Kabupaten Musi Rawas.Tangkai muda bunga teratai juga dikonsumsi sebagai lalap. “Tapi sudah sangat sulit mendapatkan teratai di sini. Biasanya tumbuh di sungai-sungai kecil yang airnya tenang dan danau kecil,” terang Fatimah.  [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2014-042-19.json
Mengais Rejeki Menjual Satwa Liar
Mengais Rejeki Menjual Satwa Liar | [CLS]  Sore di awal bulan Juni, sinar matahari yang cerah menyelimuti kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim). Masyarakat kota Balikpapan terlihat menikmati sore dengan berbagai aktivitasnya, termasuk di Jalan Mayjen Sutoyo, kawasan Gunung Malang. Di satu sudut jalan itu, terlihat warga mengerumuni dua orang seperti keramaian penjual obat. Mongabay tertarik untuk melihat. Dan setelah didekati, ternyata dua orang itu bukan penjual obat,tetapi dihadapannya terlihat banyak kerangkeng berisi berbagai satwa eksotis Kalimantan dari jenis burung, reptil, dan primata.Tidak tanggung-tanggung, rata-rata hampir semua hewan yang berada di kerangkeng tersebut masih anakan. Mongabay mencoba menghampiri dengan rasa ingin tahu dan mencoba bertanya perihal harga binatang-binatang tersebut. Tanpa ada rasa takut, kedua penjual yang memiliki logat salah satu suku di Kalimantan ini menjelaskan  dagangannya.Penjual yang berasal dari propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) ini, menjual berbagai jenis binatang, dari ayam hitam, anakan musang pandan atau luwak (Paradoxurus hermaphroditus) sekitar umur 4 bulan, anakan kera, biawak, kuskus, serta berbagai jenis burung, termasuk burung elang bondol (Haliastur indus). Kesemua hewan tersebut berasal dari hutan di kawasan pegunungan Meratus di perbatasan Kaltim dan Kalsel.“Kalau musang harganya Rp400 ribu mas, umurnya baru 6 bulan. Kalau yang paling kecil umur empat bulan harganya lebih mahal. Kalau kuskus harganya Rp600 ribu, sementara anak kera harganya Rp100 ribu,” kata Abidin, penjual satwa di pinggiran trotoar, menjelaskan kepada calon pembeli atau masyarakat yang bertanya.Tidak sedikit masyarakat yang datang untuk menyaksikan binatang-binatang tersebut, ada yang mencoba menawar beberapa binatang primata. Adapula yang menawar jenis burung, termasuk burung elang. Beberapa orang akhirnya tertarik membeli hewan yang dijual itu.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2014-042-19.json
Mengais Rejeki Menjual Satwa Liar
Mengais Rejeki Menjual Satwa Liar | Dengan tingkat kemakmuran ekonomi yang meningkat, memang banyak orang yang tertarik untuk memelihara hewan eksotis. Hal itu saja memicu perburuan dan penjualan hewan liar.Padahal beberapa satwa itu berstatus langka dan dilindungi oleh undang-undang. Seperti elang bondol dan kuskus termasuk satwa liar dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 dan Undang-undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Ancaman hukumannya cukup berat yaitu lima tahun penjara dan denda Rp100 juta.Perburuan LiarKawasan perbatasan Kaltim dan Kalsel membentang hutan pegunungan Meratus yang menjadi tempat hidup berbagai satwa khas Kalimantan. Namun berbagai satwa itu semakin terancam kehidupannya karena 60 persen kawasan pegunungan Meratus telah dialihfungsikan menjadi tambang batubara dan perkebunan sawit. Berbagai satwa itu semakin terdesak hidup ditengah hutan Meratus yang semakin rusak dan terfragmentasi. Tidak cukup oleh rusaknya hutan, berbagai satwa eksotik Kalimantan itu juga makin terancam hidupnya oleh perburuan liar.Dari obrolan para penjual satwa di kawasan Jalan Mayjen Soetoyo Balikpapan itu, mereka banyak memperoleh satwa-satwa tersebut dari para pemburu sebagai penghidupan.  Satwa liar tangkapan dijual di Balikpapan dan Kabupaten Tanah Grogot Kaltim, yang merupakan daerah terdekat dengan perbatasan Kalsel.“Banyak mas cara nangkapnya, bisa pakai jaring untuk burung, bisa pakai pullet sejenis lem. Sementara burung-burung yang terjaring, di pilih yang laku dijual. Kalau untuk mamalia, biasanya dibuat jerat. Kalau kuskus, biasanya harus tahu dahulu kawasannya, baru mencarinya pada malam hari, saat satwa keluar,” ungkap salah satu rekan Abidin.
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2014-042-19.json
Mengais Rejeki Menjual Satwa Liar
Mengais Rejeki Menjual Satwa Liar | Yang lebih mirisnya lagi, penangkapan anak monyet dan kukang, dilakukan dengan cara memancing indukannya untuk keluar sarang, sehingga memudahkan pemburu untuk melakukan penangkapan. “Daerah yang paling banyak di perbatasan Kaltim – Kalsel. Selain jarang pengawasannya, daerah tersebut banyak tambang dan perkebunan sawit, sehingga banyak binatang yang masuk ke kebun sawit. Untuk melakukan perburuan di kawasan perbatasan perkebunan dengan hutan sangatlah mudah, tinggal memberi umpan makanan, sehingga indukan binatang akan keluar, dan dijerat. Begitu kata penangkapnya,” ungkap Abidin.Berbeda dengan cara berburu burung dari Suku Muluy, salah satu suku Dayak di Kabupaten Paser, Kaltim yang berbatasan langsung dengan Kalsel dan Kalteng. Kehidupan Suku Muluy sangat sederhana. Bagi mereka dengan menjaga alam sekitar maka alam akan memberikan apa yang dibutuhkan. Sejak turun temurun Suku Muluy yang hidup di bagian utara Gunung Lumut, turut menjaga menjaga kelestarian gunung yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung pada1996 itu.Dihubungi terpisah, Jidan, Kepala Adat Suku Muluy mengatakan menangkap burung merupakan pekerjaan salah satu sub suku Dayak di Paser. Namun tidak setiap hari mereka berburu burung. Mereka pun hanya menangkap burung murai batu, yang diburu pada bulan-bulan tertentu demi menjaga kelestariannya.“Kami tidak tiap hari mencari burung, biasanya setelah kami mendapat burung, pencarian selanjutnya dilakukan beberapa bulan, setelah burung jenis yang kami tangkap beranak pinak,” jelas Jidan. Mereka hanya menangkap burung murai batu dewasa. Oleh karena itu mereka menyesuaikan ukuran jaring yang digunakan hanya burung dewasa. “Bila ukuran burung kecil, maka akan terlepas dari jaring,” tambahnya.Penertiban
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2014-042-19.json
Mengais Rejeki Menjual Satwa Liar
Mengais Rejeki Menjual Satwa Liar | Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah 1 Balikpapan, Penajam Paser Utara dan Grogot, saat dikonfirmasi membenarkan ada penjualan yang dilakukan di kawasan Jalan Mayjen Sotoyo tersebut dan telah beberapa kali ditertibkan.“Kami telah beberapa kali menegur dan menyita binatang, namun mereka tetap saja berjualan. Kadang kami harus kucing-kucingan dengan mereka. Kadang saat kami menangkapnya, mereka tidak ada menjual hewan liar yang dilindungi. bahkan kami juga berkerja sama dengan pihak kelurahan setempat untuk melakukan pemantauan terhadap penjualan tersebut,” ungkap Nidiansyah, salah seorang Koordinator Polisi Kehutanan BKSDA  Wilayah 1.Permasalahan penertiban penjualan hewan liar itu juga terkendala penampungan yang memiliki ijin konservasi. Hingga kini, kata Nidiansyah,  di Kaltim hanya memiliki dua penampungan untuk binatang jenis primata, yakni Yayasan Borneo Orang Utan Survival di Samboja Lestari dan kebun binatang mini yang berada di salah satu perusahaan tambang di Kutai Barat, Kaltim.  Selain itu, ada tempat penangkaran buaya di Tritip Balikpapan dan penangkaran rusa di Penajam.Binatang yang disita dari hasil penjualan tentunya harus di kembalikan ke habibat aslinya, Namun bila binatang tersebut masih kecil maka harus “disekolahkan” agar dapat dilepasliarkan dan hidup di habitat aslinya. [SEP]
[0.999989926815033, 5.325947768142214e-06, 4.717151114164153e-06]
2017-087-09.json
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia | [CLS] Tak hanya dikenal sebagai surga terumbu karang, Indonesia juga ternyata menjadi surga bagi hiu yang sangat langka. Perairan yang menjadi lokasi favorit untuk berdiam dan berkembang biak, adalah perairan Indonesia Timur, khususnya di Papua Barat dan Maluku.Apa saja jenis hiu langka yang ada di perairan Indonesia tersebut? Dari informasi yang dirilis Conservation International (CI) Indonesia, sedikitnya ada lima jenis hiu langka yang sudah ditemukan ada di perairan Indonesia.Kelima hiu tersebut, masuk dalam kelompok jenis hiu hiu berjalan yang jumlahnya sangat terbatas di dunia. Menurut CI Indonesia, hingga saat ini hiu berjalan hanya ada sembilan jenis di dunia dan lima jenis di antaranya sudah diketahui ada di perairan Indonesia.Marine Program Director CI Indonesia Victor Nikijuluw mengatakan, keberadaan lima dari sembilan jenis hiu berjalan di Indonesia, sudah sepatutnya mendapatkan perhatian istimewa di kalangan pecinta ekosistem laut. Untuk itu, keberadaannya harus mendapatkan perlindungan secara langsung oleh siapapun.“Semua ikan hiu pasti bisa berenang. Tetapi hanya beberapa spesies saja yang bisa berjalan. Makanya, spesies tersebut disebut hiu berjalan atau walking shark,” ucap dia di Jakarta, Kamis (19/01/2017).Victor memaparkan, sebagai hiu yang langka ditemukan di belahan bumi lainnya, keberadaan lima spesies hiu berjalan di Indonesia, sudah sepantasnya mendapatkan peningkatkan status perlindungan dari Pemerintah. Peningkatan perlindungan tersebut, sudah diberikan kepada Hiu Paus dan Pari Manta.Lebih lanjut Victor menuturkan, hiu berjalan dinilai sangat istimewa, karena dari semua jenis hiu yang ada, hanya hiu berjalan yang berbeda sendiri. Kata dia, disebut hiu berjalan, karena gerakannya di dasar laut menggunakan sirip -siripnya untuk bergerak.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-087-09.json
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia | “Itu persis seperti melata atau berjalan. Cara tersebut terutama dilakukan di perairan dangkal dan umumnya bisa dilihat pada malam hari,” sebut dia.Secara taksonomi, Victor menjelaskan, hiu berjalan sering disebut sebagai Hiu Bambu (bamboo shark) dan dikelompokkan dalam genus Hemiscyllium. Ada 4 Spesies EndemikAdapun, lima jenis hiu berjalan yang ada di Indonesia, seperti rilis resmi CI Indonesia, empat diantaranyaadalah spesies endemik atau hanya ditemukan di perairan Indonesia. Keempatnya, adalah hiu berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium freycineti), biu berjalan Teluk Cendrawasih (H. galei), hiu berjalan Halmahera (H. halmahera), dan hiu berjalan Teluk Triton Kaimana (H. henryi).Sementara, satu spesies lagi, adalah biu berjalan H.trispeculare yang ditemukan di perairan Aru Maluku. Spesies tersebut tidak masuk endemik, karena bisa ditemukan juga di pantai utara dan barat Benua Australia.Menurut pakar hiu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fahmi, terbatasnya jumlah dan perairan yang menjadi habitat hiu berjalan di dunia, tidak lain karena hiu jenis tersebut memiliki sifat biologi yang unik dan tidak seperti spesies ikan terumbu karang lain.“Kelompok ikan hiu ini memiliki  kemampuan berenang  yang terbatas dan amat tergantung pada habitat dan kedalaman tertentu. Ssehingga tidak sanggup bergerak jarak jauh dan tidak memiliki potensi sebaran yang tinggi,” ujar dia.Fahmi menerangkan, tipe reproduksi hiu berjalan adalah dengan meletakkan telurnya pada substrat tertentu untuk kemudian menetas dan berkembang menjadi menjadi individu dewasa pada habitat yang sama.Seluruh temuan ilmiah tersebut, kata Fahmi, akan dilaporkan kepada pemerintah daerah yang memiliki wilayah perairan tempat lima jenis hiu berjalan ada. Dengan adanya pelaporan, dia berharap ke depan perlindungan hiu berjalan bisa dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-087-09.json
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia | Fahmi menyebutkan, dari lima jenis hiu berjalan yang sudah ditemukan di Indonesia, baru hiu jenis Hemiscyllium freycineti yang sudah diberikan perlindungan penuh. Aturan tersebut dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Raja Ampat yang menjadi penguasa wilayah perairan tempat hiu tersebut ada.“Sejauh ini, baru spesies Hemiscyllium freycineti yang ada di Raja Ampat yang dilindungi oleh Perda Raja Ampat Nomor 9 Tahun 2012 mengenai Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta, dan Jenis-jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Raja Ampat,” papar dia.Menurut Fahmi, upaya yang dilakukan Raja Ampat tersebut patut untuk diikuti oleh daerah lain yang diketahui wilayah perairannya terdapat hiu berjalan. Perlindungan penuh penting dilakukan, karena jika dibiarkan bebas, maka akan banyak yang memburunya dan itu akan memusnahkan populasinya yang sangat sedikit.“Saat ini, kelompok hiu berjalan merupakan kelompok ikan hiu yang sering dijadikan ikan hias dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Beberapa negara maju bahkan sudah melakukan upaya budidaya spesies hiu berjalan untuk kepentingan komersial,” ungkap dia.Dengan fakta seperti itu, Fahmi mendesak kepada Pemerintah untuk segera melakukan pengelolaan terhadap jenis hiu tersebut dan juga habitatnya. Jangan sampai, keberadaan jenis hiu tersebut ke depan justru banyak ditemukan di akuarium-akuarium ikan hias dan justru sulit ditemukan di habitat aslinya.Daya Tarik PariwisataSebagai hiu yang langka yang tidak ditemukan di perairan belahan dunia lain, hiu berjalan yang ada di Indonesia bisa menjadi aset pariwisata. Hal itu, karena keberadaan hiu tersebut biasanya ada di perairan yang dangkal yang biasa menjadi tempat wisata laut.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-087-09.json
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia | Victor Nikijuluw mengungkapkan, daya tarik hiu berjalan untuk pariwisata, bisa dimulai dengan memasukkannya dalam wisata snorkeling ataupun menyelam. Khusus untuk wisata snorkeling, dia menilai itu sangat cocok karena bisa menarik banyak orang, namun tetap dengan jumlah yang terbatas.“Dengan melakukan snorkling atau berperahu di perairan dangkal, hiu berjalan akan mudah dijumpai,” tutur dia.Akan tetapi, Victor menambahkan, karena spesies hiu berjalan mudah ditemukan, ancaman keberlanjutannya juga semakin besar. Karena itu, sebaiknya spesies tersebut tidak diganggu ketika wisatawan sedang berwisata di pesisir.“Jangan merusak terumbu karang serta padang lamun yang merupakan habitat serta tempat mereka memijah. Kerusakan habitat dapat mengancam kelestariannya. Bila dilakukan konservasi dengan baik, maka kehadiran spesies ini akan menjadi pesona pariwisata yang unik dan meningkatkan nilai pariwisata,” tandas dia.Menurut Victor, karena keberadaan hiu berjalan masih sangat langka, CI Indonesia secara berkala melakukan pengawasan langsung di perairan Papua Barat. Dari hasil pengawasan tersebut, didapat kesimpulan bahwa populasi Hiu Berjalan berada dalam ancaman.“Hal itu, karena daerah sebaran hiu berjalan yang terbatas daripada perkiraan sebelumnya. Akibatnya, spesies  unik ini lebih mungkin terpapar terhadap ancaman setempat,” jela dia.Yang dimaksud ancaman setempat, Victor memaparkan, adalah seperti penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab, tumpahan minyak, peningkatan suhu, bencana seperti angin siklon dan tsunami, kerusakan pantai, pembangunan wilayah pesisir dengan cara reklamasi, serta perkembangan industri pariwisata yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-087-09.json
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia
Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia | Untuk diketahui, Hiu Berjalan endemik Indonesia dari jenis Hemiscyllium freycineti, ditemukan pertama kali di Raja Ampat pada 1824. Kemudian pada 2008, jenis H. henryi ditemukan di perairan Kaimana  dan H. galei ditemukan di Teluk Cenderawasih. Sedangkan H. halmahera ditemukan perairan Halmahera pada 2013.Dari hasil studi yang dilakukan CI dengan LIPI, Western Australian Museum, dan California Academy  of Science terhadap sembilan spesies hiu berjalan , didapat kesimpulan bahwa  daerah  sebaran semuanya terbatas di wilayah cincin utara Benua Australia, Papua Nugini, Perairan Papua Barat, Halmahera, dan Aru.Temuan yang didukung oleh Mark Erdmann dan Gerald Allen dari CI, dan Western Australian  Museum ini merupakan perkembangan hasil temuan sebelumnya yang menunjukkan daerah sebaran yang luas dari bagian utara Benua Australia, Papua Nugini, hingga Seychelles di Samudera Hindia dan Pulau Solomon di Pasifik. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2015-001-15.json
Desak Moratorium Tambang Laut, Ribuan Nelayan Bangka akan Geruduk Kantor Gubernur
Desak Moratorium Tambang Laut, Ribuan Nelayan Bangka akan Geruduk Kantor Gubernur | [CLS] Ribuan nelayan di Pulau Bangka, akan aksi damai di Kantor Gubernur Bangka Belitung pada Selasa (29/12/15). Para nelayan ini protes tambang timah yang merusak ekosistem laut hingga mengancam mata pencarian nelayan. Mereka menuntut pemerintah memoratorium izin pertambangan laut di Bangka.“Besok kami, masyarakat dan nelayan bersama Walhi Babel dan pemuda mahasiswa unjuk rasa ke Kantor Gubernur. Kami mendesak gubernur mematuhi dan menjalankan mandat masyarakat dan nelayan untuk memoratorium tambang laut,” kata Ketua Forum Masyarakat dan Nelayan Bangka, Syamsu Budiman, Senin (28/12/15).Tuntutan mereka dalam aksi ini, antara lain, menolak segala bentuk tambang laut, mendesak pemerintah mencabut izin tambang laut, penetapan tata ruang, secepatnya rehabilitasi lahan eks tambang laut, dan pemulihan lahan eks tambang baik di laut maupun di darat.Aksi ini, katanya, melibatkan sekitar 2.000 massa dari berbagai wilayah di Pulau Bangka, bahkan dari Belitung dan Belitung Timur juga bergabung. “Mereka memberikan dukungan untuk masyarakat Pulau Bangka. Masalah tambang ini bukan hanya masalah Bangka tetapi Babel.”Dia mengajak, seluruh lapisan masyarakat mendukung aksi ini. “Saya yakin semua masyarakat Babel masih ingin melihat pantai indah, masih ingin melihat ekosistem alam terjaga. Kalau bukan kita yang menjaga siapa lagi? Yang merusak lingkungan, itu harus kita sadarkan, bahwa mereka sudah salah,” tegasnya.Dia juga menegaskan, nelayan menolak segala bentuk ‘bujuk rayu’ dari pemerintah maupun pengusaha penambang lewat kata-kata kompensasi, ganti rugi, dan lain-lain. “Itu membodohi masyarakat.”Nilai kompensasi atau apapun istilah bujuk rayu itu, katanya, terlalu kecil jika dibandingkan dengan dampak buruk yang akan dihadapi dan diterima masyarakat maupun generasi mendatang kala lingkungan, darat maupun laut rusak.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2015-001-15.json
Desak Moratorium Tambang Laut, Ribuan Nelayan Bangka akan Geruduk Kantor Gubernur
Desak Moratorium Tambang Laut, Ribuan Nelayan Bangka akan Geruduk Kantor Gubernur | Penolakan tambang laut besar-besaran pernah dilakukan warga dan nelayan di Belitung, pada Oktober 2012. Upaya mereka berhasil, kini, pemerintah daerah melarang kapal isap timah laut beroperasi.Kapal isap marak, nelayan makin terdesakSaat ini, 70 lebih jumlah kapal isap beroperasi di Perairan Bangka. Laut menjadi padat aktivitas kapal isap. Setidaknya, 16.000 nelayan harian dari 45.000 nelayan terkena dampak langsung. “Hasil tangkap ikan mulai menurun dan makin jauh, lebih lima mil baru mendapatkan ikan lebih banyak. Mata pencaharian mereka terancam,” kata Ratno Budi, biasa disapa Uday, Direktur Eksekutif Walhi Babel.Masyarakat dan nelayan, katanya, berulang kali protes menolak keberadaan tambang timah laut ini. Namun, kapal-kapal isap, kapal keruk sampai pontoh-pontoh ‘penyedot’ timah itu masih terus beroperasi.Kapal isap makin mendekat ke pantai, wilayah tangkap nelayan makin sempit. Mereka harus menangkap jauh ke tengah laut untuk mendapatkan ikan. Kondisi ini, katanya, sangat memberatkan nelayan kecil karena biaya operasional mereka jadi tinggi. “Ikan makin sulit ditangkap karena ekosistem laut rusak.”Uday mengatakan, kapal isap timah laut ini tak hanya menyulitkan petani, juga menimbulkan sedimentasi cukup parah. Karena gelombang laut bergerak dinamis, sedimentasi menyebar ke seluruh Perairan Bangka Belitung dan sekitar. Tak pelak, pemutihan karang (coral bleaching), terjadi.“Terumbu karang ekosistem penting laut, keberlangsungan rantai atau piramida kehidupan laut. Belum lagi tumpahan minyak, oli atau bahan kimia lain dari kapal isap termasuk sampah logistik akan menggangu ekosistem laut,” ujar dia.Masalah besar lain dengan ada tambang laut ini, terbuka potensi konflik horizontal antarwarga maupun dengan perusahaan. Perubahan atau pergeseran nilai-nilai tradisi lokal dan ekonomi produksi penduduk sekitar pertambangan, katanya, dapat menimbulkan persinggungan antarwarga.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2015-001-15.json
Desak Moratorium Tambang Laut, Ribuan Nelayan Bangka akan Geruduk Kantor Gubernur
Desak Moratorium Tambang Laut, Ribuan Nelayan Bangka akan Geruduk Kantor Gubernur | Kepulauan Bangka Belitung merupakan satu dari provinsi di Indonesia yang memiliki ratusan pulau-pulau kecil. Bangka Belitung dengan luas 1.642.406 km persegi memiliki 950 pulau, lebih dari setengah tak memiliki nama.Pulau-pulau ini, katanya, krisis lingkungan luar biasa terutama dua pulau besar Bangka dan Belitung. “Tambang problem yang terus berlangsung. Sejak dikuasai Kolonial Belanda hingga hari ini.” [SEP]
[0.9999998211860657, 8.425171671433418e-08, 7.141517954778465e-08]
2014-059-20.json
Kematian Gajah: Potret Pincang Ekspansi Kelapa Sawit & Penegakan Hukum
Kematian Gajah: Potret Pincang Ekspansi Kelapa Sawit & Penegakan Hukum | [CLS] Penemuan tujuh kerangka gajah Sumatra (Elephas maximus sumatrae) di dekat Taman Nasional Tesso Nilo pada pekan lalu merupakan eskalasi dari perperangan antara meningkatnya permintaan terhadap kelapa sawit dunia dengan lemahnya penegakkan hukum Indonesia dan tidak kuatnya kebijakan keberlanjutan perusahaan.Demikian disampaikan Eyes on the Forest (EoF) terkait dengan tingginya angka kematian gajah sumatra di habitatnya di Riau hari ini sebagaimana tertulis di laman Eyes on the Forest, sebuah koalisi WWF, Walhi Riau dan Jikalahari.Dari 2012 hingga pekan lalu sebanyak 33 gajah telah ditemukan mati di Tesso Nilo, satu-satunya habitat di Riau yang masih bisa diharapkan namun terancam. Mayoritas bangkai gajah yang diperkirakan mati sejak beberapa bulan itu telah diambil gadingnya. Namun demikian koalisi ini menilai pencurian gading bukanlah satu-satunya alasan pembunuhan gajah tersebut meski harganya cukup menjanjikan.“Jika hutan semakin berkurang dan kematian gajah tidak ditekan, maka populasi gajah Tesso Nilo diperkirakan akan punah kurang dari sepuluh tahun mendatang,” tertulis dalam rilis.Tersudutnya gajah dan satwa penting lainnya dikarenakan meluasnya para perambah yang secara ilegal menanam kelapa sawit. Perubahan hutan menjadi sawit telah menyebabkan gajah – si penghuni aslinya terdesak dan akhirnya berkonflik dengan para perambah. Kelapa sawit telah lama menjadi pembunuh nomor satu gajah di Sumatra. Seringkali pemilik kebun yang marah menebar racun di daun-daun atau memasukkannya ke dalam buah yang akan dimakan oleh gajah.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2014-059-20.json
Kematian Gajah: Potret Pincang Ekspansi Kelapa Sawit & Penegakan Hukum
Kematian Gajah: Potret Pincang Ekspansi Kelapa Sawit & Penegakan Hukum | Dalam investigasi WWF beberapa waktu lalu menemukan bahwa rute suplai kelapa sawit dari dalam taman nasional itu berakhir di pabrik-pabrik yang dioperasikan Wilmar dan Asian Agri dan disuling di kilang di pelabuhan Dumai. Minyak sawit yang telah disuling kemudian dikapalkan ke sejumlah pabrik di sejumlah negara dan diproses lebih lanjut untuk menjadi apa saja mulai dari margarin dan lipstik.“WWF mendesak pemerintah Indonesia untuk mengindentifikasi dan memperkarakan para pembunuh dan mengembalikan Taman Nasional  ke penghuni aslinya, gajah, harimau dan banyak lagi spesies lainnya,” tulisnya.Kehancuran Tesso Nilo telah menarik banyak perhatian sejumlah publik dunia. Pada September lalu, bintang hollywood, Harrison Ford secara khusus berkunjung dan menyaksikan dengan mata sendiri bagaimana hutan yang kaya keanekaragaman hayati ini terancam. Keanekaragaman hayati di kawasan ini antara lain terdapat 360 jenis flora dalam 165 marga dan 57 suku di setiap hektarnya. Selain rumah bagi gajah dan harimau Sumatra juga terdapat 114 jenis burung, 50 jenis ikan, 33 jenis herpetofauna dan 644 jenis kumbang. Dan faktanya, lebih dari 50 persen dari total luas Tesso Nilo 83 ribu hektar kini telah dirambah. [SEP]
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2023-005-03.json
Penyelundupan Satwa Masih Terjadi. Di Gorontalo, Gakkum LHK Amankan Jenis Satwa Endemik Kalimantan
Penyelundupan Satwa Masih Terjadi. Di Gorontalo, Gakkum LHK Amankan Jenis Satwa Endemik Kalimantan | [CLS]  Modus penyelundupan satwa liar dilindungi masih ditemukan di Sulawesi. Di Gorontalo, aparat berhasil mengamankan satwa endemik asal Kalimantan, yaitu 3  ekor bekantan (Nasalis larvatus) dengan kondisi 1 ekor dalam keadaan mati, serta 2 ekor owa jenggot putih (Hylobates albibarbis).Dalam operasinya tim operasi Balai Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gakkum LHK) Wilayah Sulawesi, Seksi Wilayah III Manado bersama dengan Balai KSDA Sulawesi Utara Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Gorontalo, mengamankan ZH (23), seorang sopir minibus yang merupakan pelaku penyelundupan satwa dilindungi (09/02/2023).Tim gabungan bergerak atas informasi dari masyarakat, yang melihat adanya satwa liar dalam kandang yang dimuat di dalam mobil minibus di Terminal Andalas, Kota Gorontalo.“Satwa tersebut dititipkan di mobil minibus angkutan penumpang dari Desa Toboli Sulawesi Tengah ke Kota Gorontalo untuk diserahkan ke perwakilan travel di Kota Gorontalo dan rencananya akan di bawa ke Kota Manado,” jelas Dodi.Pelaku disangkakan melanggar ketentuan Pasal 40 ayat (2) jo. Pasal 21 ayat (2) huruf a dan b UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100 juta. Baca juga: Jejak Tentara Penyelundup Paruh Bengkok di Maluku Utara Maraknya Perdagangan Satwa IlegalDalam beberapa tahun ini, Gakkum KLHK telah melakukan 1.915 operasi pencegahan dan pengamanan hutan, 453 di antaranya Operasi Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) yang Dilindungi UU dan berhasil mengamankan satwa liar sejumlah 238.362 ekor dan 15.870 buah bagian tubuh satwa liar. Tindakan tegas terhadap pelaku kejahatan satwa ini harus dilakukan.
[0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213]
2023-005-03.json
Penyelundupan Satwa Masih Terjadi. Di Gorontalo, Gakkum LHK Amankan Jenis Satwa Endemik Kalimantan
Penyelundupan Satwa Masih Terjadi. Di Gorontalo, Gakkum LHK Amankan Jenis Satwa Endemik Kalimantan | “Pelaku harus dihukum maksimal, agar ada efek jera. Saya sudah perintahkan penyidik untuk mendalami keterlibatan pelakunya lainnya untuk memutus mata rantai kejahatan dan perdagangan tumbuhan dan satwa liar dilindungi,” tegas Dodi.Dalam pelaksanaannya, dia menyebut Gakkum LHK terus mengembangkan teknologi cyber patrol dan intelligence centre untuk pengawasan perdagangan satwa dilindungi secara online dan menjalin kerja sama dengan Ditjen Bea Cukai, Badan Karantina dan Bakamla serta Balai KSDA untuk pengawasan peredaran TSL dilindungi. Baca juga: Riau Jalur Rawan Penyelundupan Satwa Langka Kasus Penambangan IlegalSelain kasus penyelundupan satwa liar dilindungi ini, pada Rabu 8 Februari 2023 silam, tim operasi gabungan pengamanan hutan Balai Gakkum LHK Wilayah Sulawesi, Seksi Wilayah III Manado juga berhasil menghentikan pertambangan ilegal di kawasan Hutan Produksi  Boliyohuto Provinsi Gorontalo.Pada operasi ini Gakkum bekerja sama dengan Polisi Militer Angkatan Darat Gorontalo, Polda Gorontalo, Kejaksaan Tinggi Gorontalo dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah VI Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Gorontalo berhasil menghentikan pertambangan ilegal di kawasan Hutan Produksi (HP) Boliyohuto Provinsi Gorontalo.Tim operasi gabungan berhasil mengamankan 2 unit excavator dengan 2 orang operator atas nama F (20) dan SB (30) serta 1 orang penanggung jawab lapangan atas nama S. Barang bukti dititipkan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) Kelas I Gorontalo.“Berdasarkan informasi yang diperoleh, diduga penanggung jawab kegiatan tersebut adalah PT LGE dan CV GDP yang selanjutnya akan dipanggil untuk dimintai keterangan,” jelas Dodi.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2023-005-03.json
Penyelundupan Satwa Masih Terjadi. Di Gorontalo, Gakkum LHK Amankan Jenis Satwa Endemik Kalimantan
Penyelundupan Satwa Masih Terjadi. Di Gorontalo, Gakkum LHK Amankan Jenis Satwa Endemik Kalimantan | Para pelaku disangkakan melanggar ketentuan Pasal 89 ayat (1) huruf a dan b jo. Pasal 17 ayat (1) huruf a dan b UU No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, sebagaimana diubah dengan Pasal 37 Perpu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, dengan ancaman pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 10 milyar.Dalam pernyataan tertulis, Dirjen KLHK, Rasio Ridho Sani menyatakan penindakan kejahatan tambang ilegal adalah bentuk komitmen dan keseriusan KLHK melawan kejahatan yang merusak lingkungan dan kelestarian hutan, merugikan negara dan mengancam kehidupan masyarakat.“Penindakan kasus ini tidak akan berhenti pada penindakan operator alat berat dan penanggung jawab lapangan, akan terus dikembangkan untuk menjerat pelaku utama, penerima manfaat atau beneficial ownership,” katanya.Rasio mengingatkan bahwa kejahatan tambang ilegal ini tidak hanya kejahatan perusakan lingkungan hidup dan kehutanan, akan tetapi juga merupakan kejahatan terhadap sumber daya mineral, sehingga pelaku harus ditindak pidana berlapis, agar ada efek jera. ***Foto utama: Bekantan (Nasalis larvatus), satwa endemik asal Kalimantan. Dok.: Ecositrop  [SEP]
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2016-020-13.json
Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri
Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri | [CLS] Selama dua tahun menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengaku menerima banyak sekali tantangan. Namun, untuk sekarang, tantangan yang masih sulit ditaklukkan, adalah pemberantasan aksi illegal, unreported, unregulated (IUU) fishing yang dilakukan pengusaha dan nelayan dalam negeri.Pernyataan Susi tersebut diungkapkan dalam sebuah diskusi, Kamis (20/10/2016) di Jakarta, yang membahas kinerja pemerintahan Presiden RI Joko Widodo bersama wakilnya, Jusuf Kalla, selama dua tahun ini. Susi yang didapuk untuk berbicara tentang sektor kelautan dan perikanan Indonesia, menyebut bahwa tantangan yang dihadapi dalam dua tahun terakhir sudah ditaklukkan satu per satu.“Mungkin yang paling signifikan adalah pemberantasan IUU Fishing. Namun, itu juga sudah hampir selesai, meski sekarang juga masih ada saja kapal pencuri ikan. Tapi bagi saya, sekarang itu tantangan terberat adalah melawan di dalam negeri,” ungkap dia.Tanpa merinci siapa yang dimaksud di dalam negeri itu, tetapi Susi mengatakan, untuk bisa memenangkan pertarungan melawan para pelaku usaha di industri perikanan dan kelautan dalam negeri, itu butuh perjuangan ekstra keras.Karena, kata dia, jika melawan pencuri ikan dari negara lain, penanganannya bisa diterapkan dengan cepat dan didukung regulasi yang tepat. Sementara, jika melawan pencuri ikan dari dalam negeri, itu masih belum didukung regulasi yang tepat.“Tidak mudah untuk menindak pelaku lokal. Jika tidak didukung dengan political will dan juga tidak ada kekompakan dari kabinet kerja Pak Presiden RI, maka pembenahan tidak akan pernah bisa terwujud,” ucap dia.Susi kemudian mencontohkan, di Thailand ada Teluk Siam yang sejak lama terkenal sebagai pusat tangkapan ikan bagi nelayan lokal. Namun, dalam bebapa waktu terakhir, Teluk Siam tidak bisa memproduksi lagi karena sumber daya perikanan di lokasi tersebut dinyatakan sudah habis.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2016-020-13.json
Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri
Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri | Jika sudah demikian, menurut Susi, sekuat apapun usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah, maka itu tidak akan ada gunanya. Karena, jika sudah dinyatakan habis sumber daya perikanannya, maka itu sudah berakhir dan tidak akan bisa lagi berproduksi.“Karena itu, siapapun harus mengerti, ketika ada pelarangan, maka itu artinya tidak boleh untuk mengambil ikan. Itu artinya, ikan yang ada di lokasi tersebut sudah kritis,” sebut dia.Susi menambahkan, pentingnya menerapkan kedisiplinan bagi siapapun, karena sumber daya laut diyakininya menjadi satu-satunya sumber daya alam yang masih tersedia di Indonesia dan bisa dijaga dan dipulihkan kondisinya. Sementara, sumber daya lain justru akan terus menyusut tanpa bisa dipulihkan.Pelaku Mark Down Kapal Ikan IndonesiaDalam kesempatan sama, Susi juga menyoroti keberadaan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Perikanan Tangkap. Dalam perpres tersebut, diatur siapa yang berhak untuk mengelola perikanan tangkap dan asing adalah masuk dalam larangan untuk mengelolanya.Bagi Susi, keberadaan Perpres tersebut untuk menegaskan bahwa kapal Indonesia masih sanggup untuk mengelola wilayah tangkapnya. Karenanya, dia mendorong kapal-kapal lokal untuk segera melakukan pengukuran ulang kapal yang akan digunakan.“Kita minta ukur ulang, karena banyak yang melakukan markdown. Kita tahu kapal-kapal besar itu banyak juga di Indonesia. Tapi, di masa lalu, kapal berukuran besar tersebut memilih melakukan markdown supaya bisa dapat keringanan pajak dan dapat subsidi BBM dari Pemerintah,” papar dia.Padahal, menurut Susi, jika tidak ada markdown, maka penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor kelautan dan perikanan bisa meningkat lagi. Dia menyebut, sejak reformasi kelautan dan perikanan diberlakukan, PNBP langsung melonjak hingga mencapai Rp250 miliar.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2016-020-13.json
Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri
Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri | “Itu PNBP tahun ini. Tahun lalu PNBP kecil, karena saya tidak menarik pajak dari kapal-kapal besar. Saya beri kesempatan kepada mereka untuk melakukan pembenahan sendiri dan baru tahun ini PNBP bisa kita tarik,” ungkap dia.Seperti diketahui, hingga saat ini, kapal yang mendapatkan izin baru 187 dari 1.132 kapal eks-asing yang diaudit. Dari jumlah total tersebut, sebanyak 374 kapal berasal dari Tiongkok, 280 dari Thailand, dan 216 dari Taiwan, Jepang dan Filipina masing-masing 104 dan 98 kapal.Pengadilan Perikanan DipertanyakanSementara itu, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M. Syarif mengapresiasi pencapaian positif yang terjadi selama dipimpin Susi Pudjiastuti. Namun, dia mengkritik, hingga saat ini keberadaan pengadilan perikanan masih belum berjalan baik.“Pengadilan Perikanan itu masih belum efisien. Keberadaannya harus dievaluasi lagi,” ucap dia.Kritik tersebut dilontarkan Laode, karena pengadilan perikanan itu didirikan pada awalnya untuk menegakkan hukum dalam sektor perikanan dan kelautan yang sebelumnya tidak bisa dilakukan. Namun, setelah berdiri, ternyata pengadilan perikanan juga tidak efektif.“Dulu, kalau ada kasus perikanan, pasti selalu kalah. Nah, kemudian didirikan pengadilan perikanan. Tapi, sama saja hasilnya. Makanya harus ada evaluasi untuk pengadilan perikanan,” ujar dia.Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Himawan Radiptyo, menyebutkan, pemberantasan IUU Fishing yang dilakukan dalam dua tahun terakhir, menjadi prestasi dari sektor kelautan dan perikanan. Karena, di kepemimpinan periode sebelumnya, tidak ada yang berani menyelesaikannya.“Dulu, saya berpikir bahwa kasus korupsi itu sangat besar posisinya di Indonesia. Tetapi, setelah itu, saya tahu bahwa IUU Fishing jauh di atasnya. Karena, di dalamnya ada korupsi, kriminal, perbudakan, narkoba, dan masih banyak lagi,” jelas Staf Ahli Satgas 115 IUU Fishing itu.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2016-020-13.json
Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri
Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri | Berkaitan dengan kapal markdown, Himawan mengatakan, sebagian besar kapal yang melakukannya berukuran 30 gros ton (GT) ke bawah. Sementara, untuk kapal yang melakukan pengukuran ulang, dari jumlah total 18 ribu kapal yang harus melakukannya, tercatat baru 2.227 kapal saja yang sudah melakukannya. [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2016-021-16.json
Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida
Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | [CLS] Nusa Penida, sebuah kawasan kepulauan di Kabupaten Klungkung, Bali meniadakan semua aktivitas di laut selama 24 jam tiap tahunnya dengan sebutan Nyepi Segara sebagai penghormatan pada laut pemberi kesejahteraan. Kali ini dirayakan pada Minggu (17/10/16).Nyepi berarti sepi, hening. Sementara Segara artinya laut. Suasana penghentian segala aktivitas laut nampak di titik-titik penyeberangan dari dan menuju Nusa Penida yang terdiri dari tiga pulau Nusa Ceningan, Lembongan, dan Nusa Penida ini.Misalnya titik penyeberangan kapal di Pantai Sanur, Denpasar. Sejumlah speedboat yang rutin bekerja bolak balik menyeberangkan penumpang terlihat ditambatkan. Biasanya penyeberangan sudah ramai sejak pukul 7.30 pagi sampai sore sekitar pukul 4. Hari itu, mesin-mesin speedboat istirahat. Perjalanan dengan kapal cepat biasanya dilalui sekitar 30-50 menit dari Sanur menuju Nusa Penida tergantung kondisi gelombang.Hanya warga yang tak merayakan Nyepi Segara di Sanur yang sedang menikmati pantai dengan mandi atau bermain pasir. Sementara di pesisir Kusamba, Kabupaten Klungkung warga sekitar turut menghormati Nyepi Segara ini dengan meniadakan aktivitas di perairan.Nyoman Widana, salah satu warga di Nusa Penida merayakan Nyepi Segara dengan sembahyang di pura Segara. Pura ini umum dan cukup banyak tersebar terutama di pesisir. Tempat ritual penghormatan sang Baruna, simbol penguasa laut.Menurutnya warga sangat menghormati Nyepi Segara ini dengan cara meniadakan semua aktivitas di laut. Misalnya tak mencari ikan, rehat dari rutinitas merawat lahan rumput laut, termasuk meniadakan segala aktivitas wisata air yang menjadi primadona di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida ini.“Desa adat menerapkan sanksi bagi pelanggar, ada yang sanksinya denda ada juga beras. Tergantung desa adat masing-masing,” ujar Widana yang menjadi humas Badan Pengawas Desa Ped di Nusa Penida ini.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2016-021-16.json
Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida
Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Nyepi Segara adalah kearifan lokal yang diwarisi turun temurun. Warga pesisir Nusa Penida menyadari laut sudah memberikan berkah dan kini saatnya pengendalian diri dengan merehatkan selama sehari. “Agar penguasa laut tak mengusik. Kami percaya kekuatan niskala dan tak berani melanggar,” tambahnya tentang keyakinan ini.Secara ritual, Nyepi Segara bertolak dari Hari Raya Nyepi peringatan tahun baru Saka umat Hindu di Bali yang diperingati secara nasional tiap tahun. Ada upacara penyucian benda-benda sakral dan pengambilan air suci di laut untuk ditaruh di pura-pura lalu diberikan ke warga yang sembahyang. Kemudian ritual simbol pengorbanan dengan menghaturkan sejumlah hewan ke laut. Diakhiri dengan hening untuk introspeksi diri sendiri dan penyucian alam.Saat Hari Nyepi, Bali menjadi senyap karena seluruh aktivitas dihentikan, terutama fasilitas publik termasuk bandara dan pelabuhan selama 24 jam penuh.Ada empat hal yang dianjurkan tak dilakukan. Empat pantangan tersebut antara lain  Amati Karya,  Amati Geni, Amati Lelungan dan Amati Lelaungan. Amati Karya atau tidak bekerja dan tidak menjalankan aktivitas lainnya. Amati Geni, yakni tidak menyalakan api maupun lampu penerang, Amati Lelungan tidak bepergian dan Amati Lelanguan tidak mengumbar hawa nafsu atau bersenang-senang.Selain Nyepi di laut, sejumlah desa lain juga melakukan ritual Nyepi versi lainnya dengan cara berbeda. Desa-desa adat di Bali menerapkan Desa Kala Patra artinya menghormati tiap ritual sesuai keyakinan dan waktunya. Untuk menyederhanakan, Nyepi diseragamkan waktunya oleh pemerintah di era Orde Baru dan menjadi hari libur nasional.Jembatan RobohNyepi Segara tahun ini riuh karena sebuah jembatan yang menghubungkan pulau terkecil Nusa Ceningan dengan Nusa Lembongan di kawasan perairan Nusa Penida ini ambrol. Laporan sementara pemerintah pada pukul 23.00 WITA menyebut sedikitnya 9 korban meninggal dan 30 luka-luka.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2016-021-16.json
Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida
Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Sejumlah warga yang dikonfirmasi dari Denpasar menyebut aktivitas di jembatan yang selalu berderak dan goyang ketika dilewati kendaraan ini sedang ramai karena ada upacara agama di sebuah pura di ujung jembatan di Pulau Ceningan.Jembatan ini lebarnya sekitar 1,5 meter dan panjang sekitar 100 meter. Motor yang melewati harus bergantian dari arah Ceningan dan Lembongan. Karena sering goyang, diplesetkan menjadi jembatan cinta.Pemandangan sekitarnya indah dengan perahu nelayan dan aktivitas petani rumput laut sehingga kerap menjadi lokasi selfie juga.Jembatan Kuning, sebutan lain warga karena catnya kuning ini roboh pada Minggu (16/10/2016) pukul 18.30 Wita. Berdasarkan laporan sementara Pusdalops BPBD Bali yang diterima dari Puskesmas Nusa Penida 2 dan Puskesmas Pembantu Ceningan terdapat 9 orang meninggal dunia dan 30 orang luka-luka.Sebanyak 8 korban meninggal yang sudah berhasil diidentifikasi adalah I Wayan Sutamat, 49, asal Jungut Batu.Putu Ardiana, 45, Lembongan.Ni Wayan Merni, 55, Jungut Batu.I Putu Surya, 3, Jungut Batu, I Gede Senan, 40, Kutampi Nusa Penida, Ni Wayan Sumarti, 56, Dusun Klatak, Ni Putu Krisna Dewi, 9, dan Ni Kadek Mustina, 6.Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam laporna publiknya merilis hingga pukul 21.00 Wita pencarian korban dihentikan karena kondisi gelap. Selain itu juga sudah tidak ada laporan dari masyarakat setempat yang anggota keluarganya hilang. Namun demikian evakuasi akan dilanjutkan besok pagi.Berdasarkan laporan sementara semua korban adalah masyarakat lokal. Tidak ada warga asing. Pencarian dilakukan oleh masyarakat dan aparat setempat. Petugas Basarnas, BPBD dan lainnya belum dapat menjangkau pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan. Kapal Basarnas akan diberangkatkan pada Senin (17/10/2016) pagi pukul 06.00 Wita.
[0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492]
2016-021-16.json
Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida
Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Laporan ini menyebut saat roboh diatas jembatan terdapat banyak warga karena sedang melakukan upacara keagamaan di Pura Bakung Ceningan yaitu Hari Nyepi Segara dimana tidak melakukan aktivitas di laut sehingga jalur darat ramai.  Sebelum runtuh sudah goyang-goyang kemudian ambruk.Beberapa pengendara motor dan orang sehingga jatuh ke laut yang sedang surut. Beberapa warga yang ada di lokasi langsung berusaha menyelamatkan korban. Beberapa korban yang jatuh ada yang langsung berenang dan berjalan di selat. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah warga yang jatuh saat jembatan ambruk.Diduga karena kelebihan beban karena banyaknya masyarakat di atas jembatan sehingga seling jembatan putus dan jatuh ke laut. Selain itu beberapa kali juga pernah rusak dan sudah mendapat perbaikan. Lokasi di kepulauan menyebabkan kesulitan untuk melakukan evakuasi.Kepala UPT Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Gede Jaya Serataberana yang dikonfirmasi mengatakan Senin pagi pencarian akan dilanjutkan. Termasuk tindak lanjut jembatan ambrol, satu-satunya penghubung darat dua pulau Nusa Lembongan dan Ceningan.“Semua korban baik meninggal dan luka sudah diambil keluarganya masing-masing. Besok semua pihak akan ke lokasi,” katanya. Ia menyebut Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat yang menjadi lokasi pelayanan kesehatan bisa menangani korban. [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2021-064-10.json
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa?
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | [CLS]  Para petani di Desa Makatakeri, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) antusias dengan hadirnya program Food Estate atau lumbung pangan. Joni Gombukada petani di desa itu mengaku senang karena hasil produksi meningkat. Dengan begitu sebutnya, pendapatan pun meningkat dan bisa menjadikan kehidupan keluarganya sejahtera.“Kalau dulu hasil panen kurang banyak tapi sekarang lebih banyak.Dulu kami tidak pakai pupuk tapi sekarang dibantu pupuk dan traktor dari Kementrian Pertanian,” ujar Joni seperti dikutip dari situs pertanian.go.id.Joni mengaku sebelum ada program lumbung pangan, petani harus sewa traktor untuk membajak lahan sawah sebesar Rp.700 ribu. Dia pun berharap tahun 2022 program ini tetap berjalan.Bupati Sumba Tengah, Paulus Limu mengakui hadirnya program food estate  mampu mempercepat masa tanam dan masa panen menjadi berlipat-lipat. Menurut dia, program ini juga berkontribusi besar terhadap peningkatan indeks perekonomian di wilayahnya.Paulus sebutkan hadirnya food estate, benih yang dulunya 2 bulan bisa dipercepat menjadi 21 hari. Pihaknya pun mendapatkan bantuan 100 unit Alsintan untuk menggarap lahan.Program food estate di Sumba Tengah terbagi menjadi 5 zona. Zona 1 ada di Desa Umbu Pabal, zona 2 di Desa Umbu Pabal Selatan, zona 3 di Desa Elu, zona 4 di Desa Makatakeri dan zona 5 di Desa Tanamodu, Kecamatan Katikutana Selatan.baca : Bangun Tujuh Bendungan di NTT, Apakah Bisa Menjawab Krisis Air?  Ketahanan PanganSaat mengunjungi lokasi lumbung pangan di Sumba Tengah, Selasa (23/2/2021) Presiden Joko Widodo menyebutkan luas lahan lumbung pangan yang baru dikerjakan seluas 5 ribu hektare.Dari luas areal yang ada, 3 ribu hektare ditanami padi dan 2 ribu hektare ditanami jagung. Jokowi meminta ke depan diperluas lagi menjadi 10 ribu hektare.
[0.3015671968460083, 0.34722816944122314, 0.35120460391044617]
2021-064-10.json
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa?
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | “Nantinya diperluas jadi 10 ribu hektare. Dibagi 5.600 hektare untuk padi dan 4.400 hektare untuk jagung. Data yang saya miliki, 34 persen kemiskinan ada di sini,” ungkapnya.Jokowi menyebutkan lumbung pangan di daerah ini setahun baru sekali panen padi. Ia meminta  agar setahun bisa dua kali panen padi dan sekali panen jagung atau kedelai.Dirinya mengakui sejak 2015-2018 telah dibangun sumur bor dan embung. Tapi masih jauh dari cukup. Ia sudah perintahkan Menteri PUPR melihat kemungkinan dibangun bendungan atau waduk.“Embung dan sumur bor juga ditambah termasuk membantu kekurangan alat mesin pertanian atau Alsintan,” ucapnya.Jokowi yakin bila lumbung pangan di NTT dan beberapa daerah lainnya dikerjakan dengan baik maka bisa membangun ketahanan pangan negara yang baik.“Nanti akan kita terapkan seperti ini untuk di provinsi-provinsi yang lain yang memiliki kesiapan,” tuturnya.baca juga : COVID-19 Berdampak pada Petani dan Ketahanan Pangan di NTT. Apa Solusinya?  Mayoritas Lahan KeringData BPS Provinsi NTT menyebutkan,luas lahan pertanian bukan sawah di NTT tahun 2017 sebesar 3.638.029,7 hektare dan tahun 2018 turun menjadi 3.615.142,9 hektare. Tahun 2019 meningkat mencapai 3.852.726 hektare.Sementara luas panen padi sawah di NTT tahun 2017 mencapai 220.790 hektare dan tahun 2018 bertambah menjadi 247.759 hektare. Untuk tahun 2019 turun menjadi 233.252 hektare.Tahun 2017 produksi Gabah Kering Giling (GKG) berjumlah 886.560 ton dan meningkat menjadi 1.067.121 ton GKG di tahun 2018. Produksi menurun menjadi 993.791 ton GKG di tahun 2019.Sementara itu, tahun 2017, total produksi jagung di NTT telah mencapai 809.830 ton dan tahun 2018 mencapai 848.998 ton dan tahun 2019 bertambah menjadi 884.326 ton.Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) Carolus Winfridus Keupung kepada Mongabay Indonesia, Sabtu (27/2/2021) menyebutkan, NTT didominasi areal perbukitan yang mayoritas merupakan pertanian lahan kering.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2021-064-10.json
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa?
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | Menurut Win sapaannya, sebenarnya lahan kering bisa mendukung banyak hal. Namun ia menyayangkan fokus proyek pemerintah pusat ke lahan basah semua.“Saluran irigasi setiap tahun ada pembangunan tetapi untuk lahan kering tidak ada. Benih dan pupuk pun sama. Kita harap ada upaya lain dari pemerintah untuk mendorong agar pertanian lahan kering bisa mendapatkan porsi yang sama dengan lahan basah atau sawah,” pintanya.perlu dibaca : Pemerintah Berencana Kembangkan Sorgum secara Komprehensif di NTT. Seperti Apa?  Win mengatakan konsep food estate selama ini telah dikembangkan. Disebutkannya, konsepnya bagaimana membangun keterpaduan, keberlanjutan pertanian.Ia menambahkan di Sumba Tengah food estate mencakup areal persawahan dan lahan kering. Diharapkannya, teknologi yang dikembangkan ini perlu diterapkan di wilayah lahan kering lainnya di NTT“Lahan kering juga butuh air karena di bulan-bulan tertentu lahan pertanian terancam akibat kemarau panjang. Padahal tanaman perdagangan bisa bertahan lama dan menguntungkan,” tuturnya.Win menyarankan perlu dipikirkan membangun pipa-pipa yang melintasi lereng atau punggung bukit. Sesudahnya,di setiap titik lahan pertanian ada semacam bak penampung dan air bisa dialirkan ke lahan pertanian.Dia menjelaskan tanaman pertanian di lahan kering memang saat musim kemarau pasti terdampak dan produktifitas menurun. Dia mencontohkan tanaman kakao yang terdampak saat musim kemarau.“Kalau padi gagal panen maka petani hanya rugi 3 bulan. Tapi kalau kakao mati maka petani mengalami kerugian 5 tahun. Bagaimana mengalirkan air untuk untuk penyiraman di areal lahan kering harus dipikirkan,” pintanya.Win meyakini semua bisa dilakukan hanya butuh terobosan. Untuk listrik yang menggerakan mesin pompa bisa memakai tenaga matahari atau air.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-064-10.json
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa?
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | “Apabila sumberdaya airnya berada di dataran rendah maka tentu butuh teknologi untuk memompa airnya ke bagian yang lebih tinggi. Tapi kalau sumber mata air di areal ketinggian maka butuh gravitasi untuk mengalirkannya,” tuturnya.baca juga : Rahmat Adinata dan Mimpi Jadikan Sumba Pulau Organik  Prioritas Petani TradisionalSementara itu, Direktur WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi kepada Mongabay Indonesia, Rabu (24/2/2021) menyebutkan, program food estate pengalaman di tempat lain banyak yang gagal.Umbu Wulang mengatakan kegagalan terjadi karena konflik lahan, degradasi lingkungan, alih fungsi lahan dan ada krisis air di beberapa tempat.Ia menyarankan program food estate di NTT harusnya dalam kerangka mengurangi ketergantungan pangan dari luar. Juga dalam rangka melestarikan pangan lokal NTT seperti sorgum dan lainnya.WALHI NTT melihat lumbung pangan di Sumba Tengah tidak transparan sebab tidak ada narasi yang menjelasan kepada publik apa itu food estate, siapa aktornya dan tujuan spesifiknya seperti apa.“Tata kepemilikan lahan di kawasan tersebut bagaimana. Jangan sampai petani tradisional dan miskin yang menjadi subyek dari program ini diabaikan sebab salah satu manfaat dari food estate yakni mengentaskan kemiskinan,” ucapnya.Putra Sumba ini memaparkan, di Pulau Sumba, tingkat gadai sawah di masyarakat kecil sangat tinggi. Sawah digadai kepada orang berada dan mampu. Maka perlu dicek kepemilikan lahannya.baca juga : Sius, Petani Difabel Pelopor Pertanian Organik yang Diundang Makan Malam Jokowi  Ia menanyakan apakah telah ada kajian daya dukung lingkungan. Hal ini mengingat di lokasi lahan kering tersebut akan di bor 200 sumur.Menurutnya sumur bor punya dampak merusak hidrologi bawah tanah, rongga-rongga bawah tanah dan menimbulkan dampak ekologi. Apakah sudah memperhitungkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2021-064-10.json
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa?
Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | “Perlu diketahui apakah food estate ini skemanya murni negara dan masyarakat ataukah melibatkan korporasi. Kita tahu ada korporasi yang menyediakan bibit, pupuk bahkan distribusi pasca panennya. Ini kan tidak dijelaskan ke publik,” sebutnya.Dia mengkhawatirkan food estate ini tidak memikirkan petani-petani lokal dan lebih mengedepankan industrialisasi dan menguntungkan pemodal.Dia meminta perlu dipikirkan juga potensi peternakannya. Ia tegaskan,ini harus jadi prioritas karena Sumba sejak dahulu sudah dikenal sebagai wilayah peternakan.“Harus ada pola pengembangan pangan dengan mengakomodir kearifan lokal di daerah tersebut,” pintanya.Umbu Wulang berharap lumbung pangan di NTT tidak hanya untuk padi, tetapi memprioritaskan lokal yang biasa dikonsumsi masyarakat dan lebih banyak berada di lahan kering.“Jangan sampai ini lebih kepada pemenuhan kebutuhan pangan industrial bukan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat di NTT yang masih tinggi angka stunting dan gizi buruk,” tegasnya.  [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2015-017-04.json
Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir
Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir | [CLS] Beberapa hari terakhir, sebagian besar wilayah Aceh kembali diselimuti kabut asap. Bencana banjir dan tanah longsor juga menghantam Aceh yang menyebabkan Gayo Lues terisolir akibat jalan yang menghubungkan ke kabupaten tersebut amblas.Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, kabut asap yang menyelimuti Aceh berasal dari provinsi lain seperti Riau dan Sumatera Selatan. Kabut asap ini menyelimuti Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie Jaya, Banda Aceh, hingga Sabang dan Aceh Tenggara.“Di Aceh tidak ditemukan titik api, bahkan dalam beberapa hari ke depan, Aceh berpotensi hujan,” sebut Kasi Data dan BMKG Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Zakaria, Minggu (25/10/15).Menurut Zakaria, akibat pekatnya kabut asap, jarak pandang di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar sekitar 800 meter. Terparah di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, jarak pandang hanya 200 meter.”Supir angkutan umum jurusan Banda Aceh – Medan, Sumatera Utara, Muhammad mengatakan, kabut asap begitu mengganggu perjalanan darat. “Kami harus hati-hati, biasanya perjalanan hanya 12 jam kini menjadi 15 jam.”Aktivitas nelayan juga terganggu. Nelayan di Aceh Timur dan Aceh Utara terpaksa tidak melaut karena jarak pandang di Selat Malaka yang pendek. “Sudah tiga hari lebih kami tidak melaut karena penglihatan tertutup asap,” sebut Zulkarnaini, nakhoda kapal nelayan dari Idi Rayeuk, Aceh Timur.Zulkarnaini menyebut, jika kabut asap tidak berkurang, ribuan nelayan di Aceh akan kelaparan karena tidak bisa mencari nafkah. “Orang lain yang bakar hutan, kami yang menderita,” ujarnya.BanjirSelain Gayo Lues yang terisolir, banjir pun merendam Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Barat, Kota Subulussalam, Nagan Raya, Pidie, Aceh Utara dan Aceh Tengah.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2015-017-04.json
Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir
Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir | Rasyid, Warga Blangkeujeren, Kabupaten Gayo Lues, mengaku cukup menderita dengan bencana longsor dan jalan amblas akibat banjir. “Asal hujan lebat, jalan akan tertimbun longsoran. Ini sudah tahunan terjadi.”Rasyid menyebut, sebagian besar masyarakat Gayo Lues sudah sering terjebak di jalan. “Jika terjadi longsor atau jalan putus, kami harus menunggu petugas membersihkan lumpur. Jika longsornya sore, petugas baru membersihkan jalan pagi hari. Masyarakat harus menunggu di tengah hutan.”“Sudah empat hari jalan yang menghubungkan Kabupaten Aceh Tengah dan Gayo Lues tidak bisa dilalui karena longsor. Di Kecamatan Rikit Gaib, jalan putus total dihantam banjir,” ujar Anwar, juru mudi angkutan umum Gayo Lues – Banda Aceh.Anwar mengatakan, ada tiga jalur menuju Gayo Lues yaitu melalui Aceh Tengah, Aceh Barat Daya, dan Aceh Tenggara. Namun ketiga jalur itu tidak bisa dilalui karena rusak parah.“Hampir dua hari kami terperangkap longsor, penumpang juga tidak bisa melanjutkan perjalanan. Biasanya, perjalanan bisa dialihkan, tapi kali ini tidak karena sejumlah ruas jalan amblas,” ungkap Anwar.Wakil Bupati Aceh Tenggara Ali Basra menjelaskan, di Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, 50 meter badan jalan putus setelah amblas ke Sungai Alas. Sementara di Kecamatan Rikit Gaib, jalan yang baru dua bulan diperbaiki juga putus.“Saat ini, seluruh alat berat dikerahkan untuk membersihkan jalan dan membangun jalan darurat. Polisi, TNI, dan masyarakat ikut serta mempercepat pembersihan dan pembangunan jalan darurat,” ungkapnya.Camat Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Salamuddin menyebut, data sementara kerusakan rumah akibat banjir adalah enam rumah masyarakat hanyut, delapan rumah rusak berat, dan seratus lebih rumah terendam lumpur. “Kami masih sulit melakukan pendataan karena banyak ruas jalan yang putus. Air sungai juga cukup deras, sulit dilalui,” ujar Salamuddin. [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-066-09.json
Demi Madu Alami Hutan Harus Lestari, Mengapa?
Demi Madu Alami Hutan Harus Lestari, Mengapa? | [CLS] Suasana tenang menyelimuti Rumah Pilpil, desa yang dihuni masyarakat suku Karo dengan berbagai marga. Letak desa ini bertetangga dengan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.Ada yang menarik di sini, Senin (19/3/2018) malam, beberapa warga bersiap memanen madu lebah liar. Kegiatan kali ini, berlokasi di camp Indonesian Species Conservation Program (ICSP). Ada tujuh sarang besar lebah yang siap dipetik di pohon tualang.Peralatan sederhana telah disiapkan. Ada paku, alat penerangan, hingga daun sirih hutan dalam satu ikatan besar yang berguna untuk mengusir lebah yang hinggap di sarangnya. Daun sirih yang dibakar akan mengeluarkan asap dan bara yang sangat tidak disenangi lebah.Adalah Cornelius Sembiring (37) yang terbiasa memanjat pohon. Sejak kelas 2 SMP, dia sudah keluar masuk hutan bersama ayahnya, mencari sarang lebah liar. “Untuk memanjat, saya gunakan paku besar yang digunakan sebagai pijakan. Saat dekat sarang madu, daun sirih hutan dibakar. Berikutnya madu diturunkan dengan ember,” jelasnya yang sudah kebal disengat lebah.Dia menjelaskan, sedikit banyaknya madu yang diperoleh, tergantung musim bunga di hutan. Semakin banyak bunga semakin banyak madu yang dihasilkan, karena lebah ini menghisap madu bunga. “Lebah hanya membuat sarang di beberapa jenis pohon saja, seperti pohon sililis, tualang, dan kesumpat.Baca juga: Geliat Budidaya Lebah Trigona di Desa Penyangga Tesso Nilo, Seperti Apa?  Ada beberapa jenis madu yang diperoleh. Jika madu berwarna hitam, lebah liar itu menghisap bunga dadap, jika warna kuning berasal dari bunga kayu hutan. Pastinya, madu tersebut tetap lezat untuk dikonsumsi.Cornelius mengatakan, bersama warga desa, mereka tidak menjual madu secara komersil. Biasanya, setelah panen, madu dibawa kerumah, diperas dan dipisahkan dari lebah yang masih terikut sarang. Setelah itu, dibagi dengan keluarga dan tetangga.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2018-066-09.json
Demi Madu Alami Hutan Harus Lestari, Mengapa?
Demi Madu Alami Hutan Harus Lestari, Mengapa? | Namun begitu, tidak sedikit warga luar kabupaten datang ke desa mereka mencari madu asli ini. Harga dipatok Rp200.000 untuk satu botol ukuran sedang. “Madu ini bagus untuk kesehatan dan stamina. Buat anak-anak bisa jadi obat flu, demam, batuk, dan sebagainya,” ungkapnya.  Bagi warga Rumah Pilpil, menjaga hutan akan memberi keuntungan besar. Madu lebah liar akan tetap bisa dipanen, tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun, bila hutan tetap ada.“Yang kami ingin sampaikan adalah, jika hutan terjaga maka akan memberikan sumber kehidupan juga untuk kita. Mari kita jaga alam, bersahabat dengan alam, sebab leluhur kami juga melakukan hal yang sama,” tutur Cornelius sembari memeras madu lebah alami di rumahnya.  Rudianto Sembiring, Direktur ISCP mengatakan, pohon tualang menjadi kegemaran lebah liar untuk membuat sarang. Saat ini, lebah liar mulai sulit ditemukan akibat pembalakan liar, perambahan yang masif, dan alih fungsi lahan yang menyebabkan lebah liar sulit mencari pohon sesuai standarnya untuk bersarang. Belum lagi, penggunaan pupuk pestisida untuk buah-buahan yang membuat menu utama lebah liar berkurang.Lebah, menurutnya, merupakan penyerbuk tanaman khususnya buah-buahan seperti jeruk, durian dan jenis buah agroforestry di Rumah Pilpil. Juga, daerah lain yang masih memiliki tutupan hutan yang baik.“Itu sebabnya, berbagai jenis pohon yang ada di camp ISCP tetap kami jaga. Lebah liar yang membuat sarang di sini cukup banyak. Kami kampanyekan kepada masyarakat agar menjaga hutan sehingga bisa mendapatkan madu berlimpah seperti sekarang ini,” jelasnya.  Terkait panen, menurut Rudi, pengambilan dilakukan saat cuaca cerah. Jika musim hujan, hasilnya tidak akan bagus, sebab madu akan bercampur air.   “Bagi kami di ISCP, kampanye pelestarian hutan dengan memanfaatkan apa yang ada di dalamnya tanpa harus merusak, menjadi target utama. Bila hutan terjaga, kita bisa memanfaatkan hasilnya,” tandasnya.   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2020-083-01.json
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | [CLS]  Pemerintah Indonesia mengejar target penambahan kawasan konservasi dari total luas 23,14 juta hektare menjadi minimal 30 juta ha pada 2030. Luasan kawasan konservasi yang sudah ada itu mencakup 196 kawasan konservasi yang dikelola bersama oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Pemerintah Provinsi.Dari semua kawasan yang sudah ada itu, terdapat potensi keragaman hayati laut yang harus senantiasa dijaga dan dilindungi. Untuk pengelolaannya, lautan yang luas dengan beragam keanekaragaman hayati laut itu dilakukan dengan implementasi berbasis wilayah, baik regional, nasional, ataupun global.Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP Aryo Hanggono mengatakan, potensi keanekaragaman hayati laut yang ada di Nusantara saat ini menyebar di atas lautan seluas 325 juta ha dan harus dijaga kelestariannya.baca : Bertemu LSM Lingkungan, Menteri Kelautan Tegaskan Perikanan Berkelanjutan dan Kawasan Konservasi  Untuk menjaga seluruh potensi tersebut, KKP melibatkan berbagai pihak yang kompeten pada bidangnya masing-masing, termasuk salah satu lembaga non Pemerintah yang fokus pada isu lingkungan, Wildlife Conservation Society (WCS). Pelibatan WCS, menjadi bagian upaya mengelola kawasan berbasis wilayah namun dalam bentuk non kawasan konservasi.Menurut Aryo, pengelolaan dengan metode tersebut dikenal dengan sebutan Other Effective area-based Conservation Measures (OECM) dan menjadi bagian dari target 11 yang sudah disepakati oleh negara anggota Konferensi Para Pihak (COP) The Convention on Biological Diversity (CBD) yang diselenggarakan pada 2010.Dia mengungkapkan, pengelolaan OECM menjadi bagian dari target 11 untuk melindungi (konservasi) 10 persen wilayah pesisir dan laut, serta menjadikannya sebagai bagian dari kerangka kerja keanekaragaman hayati (biodiversity framework).
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2020-083-01.json
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | “OECM sendiri merupakan area selain dari Kawasan Lindung yang secara geografis ditetapkan, diatur dan dikelola melalui suatu cara/measure, dan dalam jangka panjang mencapai hasil yang positif dan berkelanjutan untuk konservasi keanekaragaman hayati,” ungkap dia pekan lalu di Jakarta.Sebelum mengelola kawasan OECM, Aryo menyebutkan bahwa Indonesia sudah memiliki kawasan konservasi yang dikelola bersama antara KKP, KLHK, dan Pemprov. Namun dengan luas 23,14 juta ha yang ada sekarang, maka luas kawasan konservasi milik Indonesia baru mencapai 7,12 persen.Untuk mencapai target 10 persen atau mencapai 30 juta ha, maka Indonesia memerlukan waktu minimal 10 tahun lagi dari sekarang. Pada tahun tersebut, diharapkan kawasan konservasi wilayah laut yang ada di Indonesia luasnya sudah mencapai target yang ditetapkan dari sekarang.baca juga : Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Harus Dilakukan Tepat, Seperti Apa?  KonservasiDengan target yang ditetapkan itu, Aryo merasa yakin dan optimis bahwa Indonesia bisa melakukannya pada 2030 mendatang. Terlebih, saat ini banyak masyarakat lokal, tradisional, dan adat yang sudah memiliki wilayah dan perangkat pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang termasuk adalah pengelolaan perikanan.“Selain itu, lokasi-lokasi pengelolaan wisata bahari, kawasan konsesi migas di laut, dan wilayah latihan militer yang tertutup untuk publik juga memiliki dampak positif bagi keanekaragaman hayati laut,” jelas dia.Di sisi lain, Aryo melihat sebelum ini pembahasan OECM di Indonesia sampai 2019 masih banyak terfokus pada kawasan darat. Sementara, untuk wilayah laut sampai 2019 tidak ada pembahasan yang jelas. Untuk itu, KKP merasa harus ikut serta untuk melaksanakan inisiasi proses pengelolaan keanekaragaman hayati laut berbasis wilayah dengan pendekatan OECM.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2020-083-01.json
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | “Inisiasi dilakukan melalui diskusi dan sekaligus untuk menjaring masukan dan rekomendasi untuk modifikasi atau penyesuaian kriteria penilaian kelayakan OECM yang sesuai dengan konteks Indonesia,” tutur dia.Sementara, Fisheries Program Manager WCS Indonesia Irfan Yulianto menjelaskan bahwa pengelolaan dengan pendekatan OECM adalah pengelolaan wilayah yang tidak masuk dalam kawasan konservasi kelautan, namun masih memiliki dampak yang signifikan terhadap konservasi yang sudah ada di sekitarnya.“Tujuan awalnya itu bisa konservasi atau tidak, namun dia bukan wilayah konservasi yang legal. Itu adalah sebuah wilayah yang dikelola bukan untuk konservasi, tapi berdampak pada konservasi,” papar dia.Namun demikian, Irfan mengaku kalau sampai saat ini pembahasan OECM masih terus dilakukan dengan KKP dan pihak-pihak lain yang terlibat. Pembahasan itu, mencakup juga tentang penetapan definisi OECM untuk wilayah laut di Indonesia dengan lebih jelas dan detil.perlu dibaca : Kewenangan Beralih, Bagaimana Pemda Mengelola Kawasan Konservasi Perairan?  Selain WCS, masih ada LSM lain yang tergabung dalam Forum Komunikasi Konservasi Indonesia (FKKI) yang ikut memberikan sumbangan pemikiran terhadap rencana konservasi kawasan laut di Nusantara. Mereka itu, adalah Burung Indonesia, Conservation International Indonesia, Greenpeace Indonesia, Pusat Transformasi Kebijakan Publik, The Nature Conservancy, Wetlands International Indonesia, World Resources Institute Indonesia, WWF Indonesia, dan Yayasan KEHATI.Seluruh LSM tersebut ikut memberikan sumbangan pemikiran, karena salah satu fokus pembangunan ekonomi kelautan dan kemaritiman di Indonesia untuk rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah peningkatan pengelolaan kemaritiman dan kelautan. Fokus
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2020-083-01.json
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Untuk mewujudkannya, Pemerintah Indonesia akan melaksanakan program kerja melalui peningkatan ekosistem kelautan dan pemanfaatan jasa kelautan; peningkatan pengelolaan wilayah pengelolaan perikanan (WPP) RI, penataan ruang laut dan rencana zonasi pesisir; peningkatan produksi, produktivitas, standardisasi mutu dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan.Kemudian, ada juga program kerja melalui peningkatan fasilitasi usaha, pembiayaan, dan akses perlindungan usaha kelautan dan perikanan; dan peningkatan sumber daya manusia (SDM), riset kemaritiman, dan kelautan, serta database kelautan dan perikanan.Diketahui, konservasi menjadi bagian dari komitmen global dalam Aichi Target dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) butir 14 yang menargetkan luas kawasan konservasi 10 persen dari luas perairan Indonesia pada tahun 2020.Vice President CI Indonesia Ketut Sarjana Putra mengungkapkan bahwa saat ini sedang terjadi perubahan aturan perizinan pengelolaan kawasan konservasi yang berdampak secara lokal dan global. Tak hanya dari sisi konservasi, perubahan aturan akan memengaruhi ekonomi sebuah negara, seperti Indonesia yang merupakan negara kepulauan.baca juga : Indonesia Hadapi Tantangan Besar Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut, Seperti Apa?  Sebelumnya, Sekretaris Direktorat Jenderal PRL KKP Agus Dermawan menyatakan bahwa Indonesia akan terus berkomitmen untuk ikut menjaga keberlanjutan laut dunia dengan terlibat dalam kerja sama regional yang melibatkan banyak negara. Komitmen itu termasuk dengan menjaga wilayah segitiga karang dunia yang meliputi enam negara di kawasan Asia Pasifik.Selain Indonesia, lima negara lain yang juga ikut terlibat adalah Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Kerja sama dengan negara-negara tersebut meliputi upaya pengelolaan sumber daya, lautan berkelanjutan, perlindungan terumbu karang, dan ketahanan pangan.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2020-083-01.json
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara
Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Untuk keterlibatan dalam pengelolaan wilayah segitiga karang dunia, Indonesia diberikan target untuk melaksanakan national plan of action (NPOA) hingga sebanyak 40 aksi. Dari jumlah tersebut, 30 aksi diketahui sudah berhasil diselesaikan dengan baik sampai 2019 ini.“Sementara, sepuluh aksi lain masih berjalan dan optimis pasti dapat selesai pada tahun 2020 mendatang,” tuturnya.Sementara, Direktur Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP Andi Rusandi menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia siap untuk bekerja sama dengan negara berkembang lain di dunia. Kerja sama tersebut, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fisik dan kemanusiaan untuk mengeksplorasi laut.“Melalui kerja sama itu, diharapkan kemandirian ketahanan pangan bisa terwujud sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) pada 2030,” jelas dia.  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2018-007-17.json
Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya
Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | [CLS] Tidak semua jenis karang dijadikan target dalam perdagangan karang hias. Meski spesiesnya sama, namun hanya karang yang memiliki warna yang eksotik, ukuran yang pas dan bentuk yang menarik yang umumnya akan diambil dari alam oleh nelayan.Menurut penelitian Green & Shirley (1999), ada beberapa jenis karang hias yang menjadi target utama dalam perdagangan. Diantaranya Cynarina lacrymalis, Tracyphyllia geoffroyi, Nemenzophyllia turbida, Physogyra lichtensteini, Plerogyra spp, Euphyllia spp, Blastomussa spp, Acanthastrea spp, dan Scolymia spp. Masing-masing spesies itu telah memiliki batasan kuota pengambilan tiap tahunnya oleh pemerintah, yang diatur oleh otoritas manajemen dan otoritas keilmuan.Lalu apa yang membuat karang berbeda, meski masih tergolong satu spesies yang serupa?Ternyata, keindahan warna karang tergantung pada spesies algae bersel satu simbiosisnya, yaitu zooxanthellae. Karang jenis yang sama bisa saja memiliki jenis zooxanthellae yang berbeda, demikian juga untuk jenis clade (kelompok zooxanthellae yang memiliki ciri yang sama). Berdasarkan hasil penelitian, dalam 1 cm2 polip karang, dapat dijumpai 10 milyar sel zooxanthellae!Ada beberapa jenis zooxanthellae yang sudah teridentifikasi hingga saat ini, diantaranya: Symbiodinium microadriatum, sementara dalam suatu jenis terdapat lagi beberapa jenis clade lagi, saat ini sudah diketahui ada 9 clade yaitu clade A – clade I.Para peneliti mengelompokkan clade berdasarkan kemampuan beradaptasi zooxanthellae terhadap sinar matahari, sinar UV, dan suhu. Spesies yang paling banyak dijumpai berada pada clade A. Keberadaan Karang Hias di Perairan Indonesia
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2018-007-17.json
Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya
Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Dari beberapa lokasi dimana penulis pernah terlibat melakukan survei diantara tahun 2002-2018, yaitu perairan Lampung, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Jawa Tengah, karang hias dapat dijumpai di berbagai kedalaman dan tipe habitat seperti reef plate (dataran terumbu), reef crest (tubir), reef slope (lereng terumbu), dan gosong (patch reefs).Biasanya penelitian kondisi karang secara saintifik sering dilakukan pada kedalaman 3, 5, dan 10 meter pada dataran terumbu dan tubir. Namun terumbu karang hias target perdagangan bisa saja tidak dijumpai di kedalaman ini. Bisa jadi lebih dalam.Di dataran terumbu, yang umumnya memiliki kedalaman antara 1-3 meter, karang hias umumnya memiliki karakteristik pertumbuhan cepat dan populasi yang berlimpah. Karang di lokasi ini memiliki sifat sensitif terhadap perubahan suhu seperti pemutihan (coral bleaching) dan rentan terhadap kematian.Namun sebaliknya, karang dataran terumbu memiliki sifat cepat tumbuh dan pulih cepat dalam waktu kurang dari empat tahun. Dengan syarat, selama substrat dan kondisi lingkungan mendukung untuk pertumbuhan.  Jenis karang cepat tumbuh berasal dari kelompok yang memiliki pertumbuhan (life form) bercabang (branching), lembaran (folious) dan mengerak (encrusting). Jenis karang hias di lokasi ini diantaranya Acropora, Seriatopora, Pocillopora, Montipora dan Fungia. Semuanya sudah berhasil dibudidayakan untuk tujuan karang hias akuarium, kecuali jenis Fungia.Karang di perairan tubir umumnya berada pada kedalaman 3-7 meter. Karang hias yang bisa dijumpai di perairan ini, diantaranya Euphyllia, Scolymia, serta beberapa jenis karang yang dijumpai di dataran terumbu.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2018-007-17.json
Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya
Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Lereng terumbu berada pada kedalaman diatas 8-12 meter. Di kedalaman inilah biasanya banyak ditemukan karang dari kelompok polip besar seperti Cynarina lacrymalis, Tracyphyllia geoffroyi, Nemenzophyllia turbida, Physogyra lichtensteini, Plerogyra spp, Euphyllia spp, Blastomussa spp, Acanthastrea spp, dan Scolymia spp. Beberapa jenis ini ada juga yang dijumpai pada daerah lebih dangkal atau lebih dalam.Sebaliknya, tak semua perairan tubir merupakan habitat karang ini. Pada saat survey, belum tentu semua jenis karang target berada di dalam satu kawasan secara lengkap dalam jumlah banyak.Karang jenis Cynarina lacrymalis dan Trachyphillia geoffroyi sering ditemukan bersamaan dalam satu kawasan. Sebaliknya, karang jenis Catalaphyllia jardenei dan Nemenzophyllia turbida sangat jarang ditemukan.  Sebuah perkecualian, dalam sebuah penyelaman di suatu area di Sulawesi Tengah, penulis menjumpai karang Catalaphyllia jardenei dalam luasannya bagai hamparan. Hal serupa dijumpai untuk karang genera Euphyllia yang hidup berkelompok dalam hamparan yang luas. Sebagai catatan, lokasi ini dirahasiakan oleh para nelayan dan pencari karang hias alam. Hanya pada tim peneliti yang dipercaya saja, akan mereka hantar ke lokasi ini.Berbeda dengan lokasi lainnya, maka gosong umumnya berkondisi ekstrim, yaitu memiliki arus yang kencang dan cepat berubah arah dan kecepatan. Kedalamannya mulai dari dangkal hingga 30 meter atau lebih, bersubstrat pasir dan lumpur halus.Di lokasi ini sering ditemukan karang polip besar tergeletak di atas pasir. Karang jenis ini tidak bisa menempel ke substrat dan tidak membentuk terumbu karena terhalang pasir. Nelayan dengan sangat mudah mengambilnya tanpa menggunakan alat bantu. Langsung dipungut masuk keranjang dan dibawa ke kapal.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2018-007-17.json
Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya
Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Habitat karang hias polip besar umumnya ditemukan pada perairan dalam diatas 14 meter, substrat biasanya berpasir hingga lumpur. Kadangkala penyelam membutuhkan teknik penyelaman yang hati-hati, agar substrat lumpur dan pasir tidak teraduk yang dapat mengakibatkan perairan menjadi keruh.Selain itu karang polip besar sering ditemukan pada perairan yang berarus. Hal ini karena banyak sumber makanan karang yang dibawa arus. Sifat perairan cepat menjadi jernih, karena air keruh akan terbawa arus dengan cepat.  Hingga saat ini, pemanfaatan karang hias polip besar umumnya masih bersumber dari alam. Karena sifatnya yang memerlukan waktu tumbuh lama, belum ada teknologi budidaya yang efisien dari sisi ekonomi untuk karang ini. Para ilmuwan masih melakukan pengkajian lebih lanjut tentang potensi budidaya secara seksual agar pemanfaatan karang dapat dilakukan di masa depan.Agar tetap lestari, maka perlu ekstra kehati-hatian dalam pemanfaatan karang hias dari alam, juga lewat  pengaturan dan pengawasannya yang ketat, karena belum semua jenis karang hias berhasil dibudidayakan. * Dr. Ofri Johan, M.Si. penulis adalah peneliti pada Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Kementerian Kelautan dan Perikanan.  [SEP]
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2012-007-06.json
Orang Rimba Jambi akan Dapatkan Tanah Adat Mereka
Orang Rimba Jambi akan Dapatkan Tanah Adat Mereka | [CLS] Warga lain yang berada di kawasan konsesi perusahaan akan diajak bermitra.AKSI masyarakat adat Orang Rimba ke Jakarta mulai mendapatkan lampu hijau. Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyatakan, lahan masyarakat adat Orang Rimba Jambi akan dikeluarkan dari kawasan konsesi perusahaan melalui proses sesuai ketentuan. Namun, tidak bagi warga kampung lain. Untuk mereka, Kemenhut menawarkan opsi kemitraan.“Tidak ada janji Kemenhut untuk para perambah kawasan hutan baik di areal HTI antara lain PT. Agronusa dan PT. Wanakasita serta HPH restorasi ekosistem PT. Reki di Jambi,” kata Sekretaris Jenderal Kemenhut, Hadi Daryanto kepada Mongabay.co.id, Rabu(21/11/12).Berbeda dengan masyarakat adat Orang Rimba (disebut juga Suku Anak Dalam) yang telah turun menurun berada di kawasan itu. “Tentu diperhatikan untuk di-enclave sesuai peraturan.”Sumarto Suharno, Kepala Humas Kemenhut mengatakan, pertemuan dengan warga tiga kampung yang aksi ke Jakarta, Senin(19/11/12), ada beberapa poin penting. Pertama, Orang Rimba akan mendapatkan dampingan dari Kemenhut dan pemerintah daerah (pemda), sampai mendapatkan peraturan daerah (Perda) Kelembagaan Hukum Adat. “Hingga, kebijakan kehutanan akan tepat, baik enclave dan atau jelajah hutan berkehidupan masyarakatnya,” ucap Sumarto.Kedua, warga setempat, akan ditawarkan kemitraan setara kedua pihak, dengan pengawasan pemda dan Kemenhut. Kemitraan ini, akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan perusahaan. “Khusus masyarakat, akan memperoleh kemudahan modal, manajemen, teknologi dan pasar.” Ketiga, bagi, warga di luar itu, penegakan hukum secara terpadu baik pusat maupun daerah akan dijalankan jika merambah hutan.Sampai Rabu(21/11/12), warga tiga kampung dari dua kabupaten di Jambi, masih mendirikan tenda di depan kantor Kemenhut. Mereka membawa bekal hasil panen seperti ubi, singkong dan nangka untuk konsumsi sehari-hari saat di Jakarta.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2012-007-06.json
Orang Rimba Jambi akan Dapatkan Tanah Adat Mereka
Orang Rimba Jambi akan Dapatkan Tanah Adat Mereka | Kawasan itu disulap bak perkampungan cilik, tenda, lengkap dengan tungku tempat memasak. Aksi yang sudah berlangsung sejak Senin(19/11/12) ini pun menjadi peluang tersendiri bagi para pedagang asongan, pedagang pakaian sampai pedagang makanan dan minuman.Warga akan terus bertahan sampai ada keputusan.  “Kami tak akan pulang sampai ada surat keputusan dari Menteri Kehutanan atas kejelasan lahan kami,” kata Kutar Syafii Jenggot, Ketua Adat Orang Rimba Kelompok 113 kepada Mongabay.co.id, Selasa(20/11/12).Menurut dia, jika tanah ulayat tak diakui, mereka akan kesulitan. Saat ini saja, meskipun mereka telah menduduki lahan dan bercocok tanam di sana, tetapi tetap tidak tenang karena masih ada teror dan intimidasi. “Kami mau lahan kami diakui.” “Jangan hanya janji-janji sajo.”Berita terkait sebelumnya…Notulen rapat warga Jambi dan Kementerian Kehutanan, 16 Desember 2011 [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2012-027-06.json
Pertanian Organik Jogja: Alternatif Raih Ketahanan Pangan dan Ramah Lingkungan (Bagian I)
Pertanian Organik Jogja: Alternatif Raih Ketahanan Pangan dan Ramah Lingkungan (Bagian I) | [CLS] Pertanian Organik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini terus berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan ramah lingkungan. Hal ini didukung permintaan pasar yang semakin bertambah, serta nilai jual produk yang lebih tinggi . Sayangnya, saat ini luas lahan yang digunakan untuk pertanian organik di DIY masih dibawah 3% dari 57.540 hektar luas tanah pertanian yang ada.Salah satu perusahaan yang mengelola restoran cepat saji terkenal di Indonesia yang setahun terakhir menggunakan beras organik, dari 370 gerai, 117 gerai di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jakarta memanfaatkan beras organik. Perusahaan ini menggunakan beras organik karena konsumen sekarang lebih melek kesehatan, kata salah seorang brand manager perusahaan tersebut. Pada sebuah gerai yang menyajikan nasi organik dan nonorganik, 80% konsumen memilih nasi organik.Pertanian organik adalah pertanian ramah lingkungan yang memanfaatkan bahan alami lokal di sekitar lokasi pertanian, seperti limbah produk pertanian sebagai bahan baku pembuatan pupuk untuk mereduksi penggunaan pupuk, pestisida, fungisida dan insektisida kimia yang tidak ramah lingkungan.Saat ini Dinas Pertanian DIY telah memiliki beberapa area pertanian organik. Untuk wilayah Kabupaten Kulon Progo di Desa Kali Bawang, Kabupaten Bantul di Desa Mangunan,  Kabupaten Gunung Kidul di Desa Pondang dan Kabupaten Sleman di Desa Prambanan dan Pakem.Menurut Kepada Dinas Pertanian Provinsi DIY, Ir. Nanang Suwandi, MMA, tren permintaan terhadap produk pertanian organik terus mengalami peningkatan setiap tahun, namun petani di DIY belum mampu memenuhi permintaan tersebut. Saat ini dinas pertanian DIY sedang mengupayakan target 5% lahan pertanian organik dari luas lahan pertanian yang ada pada tahun 2012.
[0.0005588703788816929, 2.5020641260198317e-05, 0.9994161128997803]
2012-027-06.json
Pertanian Organik Jogja: Alternatif Raih Ketahanan Pangan dan Ramah Lingkungan (Bagian I)
Pertanian Organik Jogja: Alternatif Raih Ketahanan Pangan dan Ramah Lingkungan (Bagian I) | Kendala utama mengembangkan pertanian organik karena lahan yang digunakan harus terkonsentrasi pada satu area yang jelas batasnya dan terpisah dengan pertanian konvensional. Hal ini untuk menekan terjadinya kontaminasi bahan-bahan kimia, baik dari air irigasi maupun udara. Kendala lainnya adalah hasil yang sedikit, akibat sudah rusaknya kondisi tanah di Indonesia akibat penggunaan pestisida dan pupuk kimia selama bertahun-tahun. Selain itu masalah pemasaran produk organik yang masih terbatas, membuat harga jualnya masih sangat tinggi di pasaran.Sisi lainnya adalah belum dibentuknya Lembaga Sertifikasi yang memberikan jaminan terhadap segala produk pertanian organik untuk meningkatkan kepercayaan publik. “Oleh karena itu, untuk mengembangkan pertanian organik perlu ketelatenan, termasuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Lembaga sertifikasi akan kami bentuk, untuk mensertifikasi produk hasil pertanian organik,” ungkap Nanang pada Mongabay Indonesia.Pentingnya pertanian organik pernah dibahas oleh ahli pertanian Amerika Serikat Laurie Drinkwater ahli manajemen tanah dan ekologi Rodale Institute di Kutztown, Pennsylvania. Dia yakin pertanian organik adalah cara baru mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Hasil yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature bulan Desember 1998 mengatakan, jika pupuk organik digunakan dalam kawasan pertanian kedelai utama di AS, setiap tahun, karbon dioksida di atmosfer dapat berkurang 1% hingga 2 %.Selain itu, Drinkwater dalam penelitiannya juga menemukan, pertanian organik menggunakan energi 50% lebih kecil dibandingkan dengan metode pertanian konvensional. Artinya, pelaku sistem pertanian organik tidak merusak keberlanjutan komponen lingkungan yang terdiri atas tanah, air, udara, tanaman, binatang, mikroorganisme, dan tentunya manusia. [SEP]
[1.4539534276991617e-05, 2.374180439801421e-05, 0.9999617338180542]
2017-071-09.json
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | [CLS]  Keputusan Syahbandar Jayapura yang memberikan izin kapal MV Caledonian Sky keluar perairan Indonesia menuju Filipina, menjadi salah satu sorotan dalam rapat bersama yang digelar Kementerian Koordinator Kemaritiman, Rabu (15/3/2017) petang. Keputusan tersebut, dinilai sangat aneh karena kapal diketahui sudah merusak terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat.Hal itu dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Kemenko Maritim Ridwan Djamaludin saat ditemui Mongabay di Jakarta, Rabu, seusai rapat. Menurut dia, keputusan dikeluarkannya izin berlayar ke Filipina, menjadi pertanyaan besar dari semua anggota tim bersama yang terlibat dalam penanganan kerusakan terumbu karang di Selat Dampir, Kabupaten Raja Ampat.  Kata Ridwan, izin pelayaran untuk sebuah kapal laut memang harus dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan dalam hal ini adalah Syahbandar Kepelabuhan. Berkaitan dengan itu, izin pelayaran kapal MV Caledonian Sky dikeluarkan oleh Kantor Syahbandar dan Otorita Pelabuhan Laut Klas II A Jayapura di Provinsi Papua.“Memang ada yang berbicara (saat rapat), dokumen kapal itu tadi diperlihatkan. Memang kapal tersebut ternyata boleh masuk ke kawasan perairan tersebut. Itu sudah sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan),” jelas dia.Untuk kawasan tersebut, Ridwan memastikan, sesuai regulasi, itu adalah kawasan yang masuk zona pemanfaatan. Dengan demikian, kapal laut dipastikan boleh masuk ke dalamnya. Yang jadi persoalan, kata dia, kapal seberat apa yang seharusnya boleh dan tidak masuk ke dalam kawasan perairan.“Itu yang jadi pembahasan juga. Kita sedang belajar dari kelemahan ini. Kita juga belajar dari Great Barrier Reef yang ada di Australia. Di sana ada pembatasan kapal dan beratnya masuk ke dalam kawasan tersebut,” tutur dia.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-071-09.json
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Tentang keputusan Syahbandar mengeluarkan izin berlayar ke Filipina, Ridwan menjelaskan, bahwa hal itu juga sudah melalui prosedur dan hukum yang tepat. Mengingat, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, hanya dua hal yang bisa menahan sebuah kapal untuk tetap berada di tempat dan tidak melanjutkan pelayaran.“Dua hal itu adalah karena perintah pengadilan, dan juga karena alasan cuaca. Nah, dua hal tersebut tidak ada pada saat mereka mengajukan izin keluar lagi. Karenanya, surat pun keluar dari Syahbandar,” ucap dia.  Namun demikian, Ridwan berjanji, tim bersama akan menyelidik alasan pasti kenapa Syahbandar mengeluarkan izin kapal tersebut untuk keluar dari perairan Raja Ampat. Kata dia, itu yang menjadi evaluasi dari tim bersama saat ini dan akan diperbaiki untuk kepentingan di masa mendatang.“Ada yang mengatakan, ini bukan soal menahan atau tidak menahan, tapi ini mengizinkan berlayar sekarang atau tidak? Ini yang menjadi perdebatan. Kita akan cari tahu lebih lanjut alasannya,” ungkap dia. Tuntutan Ganti RugiBerkaitan dengan keberadaan kapal yang sekarang ada di perairan Filipina, Ridwan Djamaludin mengaku bahwa itu juga menjadi salah satu kendala yang akan dihadapi. Karena, menurut dia, dengan kapal berada di luar wilayah Indonesia, maka Pemerintah Indonesia tidak bisa melakukan penahanan secara langsung.“Kita tidak punya kewenangan untuk menangkap kapal ataupun nakhodanya, karena itu di luar wilayah Indonesia. Yang bisa kita lakukan adalah tuntutan ganti rugi dan juga tuntutan pidana dan disipliner,” urai dia.Untuk memuluskan proses penuntutan secara hukum, Ridwan menyebutkan, pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan pihak Kedutaan Besar. Namun, dia tidak menyebut Kedubes mana yang sudah diajak komunikasi tersebut, mengingat kapal MV Caledonian Sky adalah kapal berbendera Bahama, namun bermarkas dan bernakhoda warga negara Inggris.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-071-09.json
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | “Ini kan kompleks. Karenanya kita secara informal sudah melakukan koordinasi dengan Kedubes juga,” tutur dia.  Sementara itu, Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno mengatakan, pihakya sudah memanggil perwakilan pemilik kapal MV Caledonian Sky dan perwakilan asuransi kapal di Indonesia yaitu SPICA Services Indonesia.Arif menyebut, ada dua hal yang ditanyakan dalam pertemuan itu.  Pertama, apakah asuransi menanggung ganti rugi kerusakan terumbu karang dan kerugian terkait lainnya saja. Kemudian, apakah asuransi juga menanggung tanggung jawab pidana kapten kapalnya atau tidak.Branch Manager SPICA Services Indonesia Dony yang langsung hadir dalam pertemuan tersebut, menjawab pertanyaan Arif dengan jelas. Menurut dia, pihaknya akan memberikan ganti rugi atas klaim yang diajukan oleh pihak ketiga. Tetapi, syaratnya harus ada survei dan verifikasi data lapangan.“Intinya, kami tidak akan mengabaikan masalah ini dan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah,” ujar dia.Mendapat tantangan tersebut, Arif kemudian menjelaskan, Pemerintah saat ini sudah menurunkan tim survei yang baru akan kembali ke Jakarta pada Sabtu (18/3/2017) mendatang. Untuk itu, kedua pihak akhirnya menyepakati untuk melakukan survei bersama di Raja Ampat.“Pihak asuransi menjanjikan akan mendatangkan surveyor independen yang merupakan ahli coral reef (terumbu karang) dari Universitas Indonesia atau dari kawasan,” jelas Arif.Menurut Arif, survei bersama yang dilakukan mulai Jumat (17/3/2017) akan melihat dan menyepakati luas area kerusakan. Sementara, untuk valuasi kerugian itu akan dilakukan pada tahap selanjutnya.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-071-09.json
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | “Proses valuasi harus dilakukan secara hati-hati dan cermat dengan memperhitungkan berbagai aspek, antara lain ekosistem, keragaman hayati, nilai wisata, kehilangan kesempatan ekonomi, kerugian masyarakat sekitarnya dan hal-hal lain yang penting dalam valuasi kerugian kerusakan terumbu karang,” papar dia.  Arif menambahkan, mengingat asuransi tidak menanggung aspek tanggung jawab pidana kapten kapal, maka Indonesia menyampaikan kepada wakil pemilik kapal bahwa Indonesia mempertimbangkan dengan serius tuntutan pidana sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.“Kita ingin mencari tanggung jawab kapten kapal yang telah merusak lingkungan laut di kawasan konservasi,” ucap dia.Sesuai ketentuan International Maritime Organisation dan juga kode etik awak dan nakhoda kapal, Arief mengatakan, kapten memiliki tanggung jawab dalam bidang perlindungan lingkungan hidup. Selain  itu, dalam Code of Conduct of Merchant Navy yang dikeluarkan Inggris, perusakan lingkungan hidup merupakan salah satu bentuk pelanggaran berat yang dapat berakibat dicabutnya izin berlayar.Seperti diketahui, kandasnya Kapal Pesiar MV Caledonia Sky terjadi pada Sabtu (4/3/2017) pukul 12.41 WIT di sekitar Pulau Manswar, Distrik Meos Manswar, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Raja Ampat. Kapal tersebut mengangkut 79 orang kru kapal dan 102 penumpang dari berbagai negara.Dari informasi sementara, kapal tersebut diduga kandas akibat nakhoda hanya memonitor Global Positioning System (GPS) dan radar tanpa memperhitungkan pasang surut air laut. Karena itu, kapal akhirnya terjebak di perairan dangkal dan baru bisa ditarik keluar setelah air kembali naik.  
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-071-09.json
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama
Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Terjebaknya kapal berukuran besar tersebut di perairan dangkal, mengakibatkan terumbu karang disekitarnya mengalami mengalami kerusakan. Dari hasil pemeriksaaan, terumbu karang diperkirakan mengalami kerusakan fisik mencapai lebar 300-400 meter dan panjang 100 meter dengan kedalaman perairan sekitar 5 meter.Sedangkan hasil pemeriksaaan lapangan dari Tim Pusat Penelitian Sumber Daya Perairan Pasifik Universitas Papua pada minggu kedua Maret 2017, menunjukkan kapal Caledonia Sky kandas dan merusak terumbu karang seluas 13.533 meter persegi atau 1,35 hektar.  [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2019-033-08.json
Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang
Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | [CLS]   Suasana sunyi mengiringi sepasang owa jawa keluar kandang habituasi menuju hutan tepian Situ Patenggang, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tirai kabut yang perlahan ditembus sinar matahari di akhir Juli 2019, menjadi penanda berakhirnya masa karantina primata anggota anggota suku Hylobatidae ini.Tanpa suara, dua individu Hylobates moloch itu langsung bergelayutan di dahan-dahan pohon. Melihat pemandangan itu, wajah Sigit Ibrahim bersama para pegiat lingkungan lainnya tampak puas. Inge dan Boris sudah bebas. Koordinator Perawat Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation, telah merehabilitasi keduanya hampir setahun.Inge merupakan betina 6 tahun hasil sitaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam [BBKSDA] Jawa Barat. Sedangkan Boris, jantan 9 tahun hasil breeding di Bali Zoo.Baca: Kisah Mudiknya 6 Owa Jawa ke Tanah Pasundan  Sigit mengatakan, proses menjodohkan mereka terjadi di kandang karantina. Bila tidak, owa tak dapat dilepasliarankan, alias tidak akan bertahan jika tak memiliki pasangan.Di kadang berukuran 25 x 25 meter, mereka melewati beragam terapi pemulihan. Mengembalikan insting alami yang hilang akibat terbiasa dipelihara manusia menjadi hal terlama. Terapi lain yang dilakukan adalah meletakkan variasi makanan, hingga memperbanyak tempat bergelantung.Jika owa memenuhi indikator “liar” langkah selanjutnya pelepasliaran. Tandanya, mereka galak dan waspada setiap ada manusia atau obyek lain mendekat. “Owa pun mulai meninggalkan kebiasaan berjalan di tanah, lebih sering bergelanyut,” terang Sigit.Baca: Berbagi Kawasan di Gunung Tilu : Antara Manusia Dan Primata  Owa tak berekor. Tubuhnya langsing, berbulu halus lebat kelabu keperakan. Mukanya kelilingi rambut kehitaman. Di habitat alaminya, ia piawai bergelayut [brachiating] di dahan pucuk pohon tinggi. Bunyi suaranya khas hut-hut-huuuot- huuuot.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2019-033-08.json
Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang
Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | Sayangnya, nasib owa jawa berada di jurang kepunahan. Kera yang kedua tangannya lebih panjang hampir dua kali dari badannya ini, perlahan kehilangan daya sebagai penguasa hutan-hutan Jawa.Bukti itu, diceritakan Sigit. Ia mengatakan, masyarakat sekitar kawasan Cagar Alam Situ Patengang terakhir kali mendengar suara owa pada 1980-an. “Setelah itu tak hilang,” ucapnya.Inge dan Boris menjadi owa pertama yang dilepasliarakan di kawasan konservasi berstatus cagar alam seluas 86 hektar tersebut. Keberadaannya bakal membuat hutan ini lebih bernyawa setelah 39 tahun senyap.Baca: Foto: Hidup Owa Memang Seharusnya di Hutan  Habitat tergangguSejak didirikan 2012, Aspinal fokus melakukan kajian kawasan sekaligus pelepasliaran di wilayah Bandung Selatan, terutama Cagar Alam Gunung Tilu. Sudah 37 owa dikembalikan ke alam.Kabar baiknya, hasil monitoring Aspinal mencatat ada pasangan owa yang kawin dengan owa liar. Ada pula yang setia dengan pasangan sejak karatina. Bahkan, terpantau empat anakan owa lahir di alam.Umumnya, owa hidup berkelompok dalam suatu keluarga terdiri induk dan jantan berikut anakan yang belum disapih. Rata-rata, berpopulasi antara 2 sampai 4 individu tiap kelompok.Sang induk, melahirkan anak sekitar 220-an hari. Bayi owa akan tetap berada di kelompoknya dan disampih setelah remaja. Usia matang seksual, kata Sigit, antara 6-7 tahun. Setelah itu owa pra-dewasa harus meninggalkan teritori kelompoknya. Pergi merantau sekaligus mencari jodoh untuk membuat kelompok baru. Setidaknya, owa membutuh 33 hektar kawasan sebagai teritori.Baca juga: Owa, Primata Dilindungi Ini Ada Saja yang Pelihara!  Kata peneliti Suci Utami yang hadir pada pelepasliaran, di alam bebas, seperti di sisa hutan yang ada tingkat harapan, hidup owa cuma belasan tahun. Itu pun kalau tidak dibunuh pemangsa buas, termasuk manusia.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-033-08.json
Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang
Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | “Tetapi yang dominan terganggunya habitat. Di Jawa, tak ada hutan yang tak dirambah. Bahkan saat meneliti, saya menemukan owa terkurung di salah satu kawasan yang sudah habis dibabat,” ungkap Suci yang juga meneliti orangutan.Ia menuturkan, kedua satwa endemik ini memiliki kesamaan. Sama-sama menghadapi ancaman besar, kehilangan habitat yang mempersempit ruang hidup mereka.  Upaya konservasiUpaya konservasi owa jawa bukan hal gampang. Selain karena kejahatan perburuan dan perdagangan, habitat primata ini pun terancam hilang akibat degradasi dan pembukaan hutan.“Tidak menutup kemungkinan daya jelajah owa terdesak, lalu hidup di hutan mendekati puncak gunung,” ujar Sigit. Biasanya owa hidup di hutan berketinggian 600-an meter di atas permukaan laut.Hasil pengamatan di lapangan menunjukan, owa yang telah beranak-pinak seolah mengajarkan anaknya untuk bermain ke arah puncak dari teritorinya. Mereka memilih tidak mendekati kaki gunung yang berpeluang bersinggungan dengan aktivitas manusia.“Nasibnya bertahan bila pemerintah berpihak mempertahankan habitatnya.”Direktur Eksekutif Aspinal, Made Wedana, berpandangan, rehabilitasi bukanlah opsi paling baik menyelamatkan owa jawa. Menurutnya, pilihan terbaik justru menjaga kawasan sebagai habitatnya.“Opsi tersebut jauh lebih murah dan efektif ketimbang dimulai penangkapan, rehabilitasi yang diakhiri pelepasliaran. Proses ini panjang dan sulit,” terangnya.Wedana bilang, pertama kali melakukan kajian kawasan di Gunung Tilu terdapat 15 kelompok atau sekitar 40 individu owa. Kini, populasinya di kawasan seluas 8.000 hektar itu mencapai 77 individu.“Kami tidak melepas di banyak tempat. Kami fokus di wilayah ini dengan upaya optimal. Terutama pengamanan kawasan,” tuturnya.Pada 2008, Wedana meneliti persebaran owa dan memprediksi populasinya masih pada kisaran angka 2.000 hingga 2.500 individu. Namun, angka itu masih belum pasti, terhenti pada keterbatasan pendanaan.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2019-033-08.json
Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang
Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | Ikhwal populasi owa jawa, Kepala BBKSDA Jabar Ammy Nurwati mengaku belum mengetahui pasti. Belum ada data keseluruhan. Ia mengatakan hanya mengetahui jumlahnya berdasarkan kantong populasi di beberapa side monitoring saja.Pemerintah memang memiliki upaya ingin menambah populasi di alam. Salah satu upaya melalui rencana aksi yang dibuat berkala. “Upaya itu sudah membuahkan hasil,” tuturnya. Namun, Ammy enggan merinci indikator peningkatan tersebut.  Indonesia merupakan rumah besar 7 jenis owa dari 19 jenis yang ada di Asia. Ada Hylobates moloch [owa jawa] yang tersebar di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah; Hylobates lar [serudung] yang berada di Sumatera bagian utara; Hylobates agilis [ungko] di Sumatera bagian tengah ke selatan; juga Symphalangus syndactylus [siamang] di seluruh Sumatera.Berikutnya, Hylobates klosii [bilou] di Pulau Mentawai, Sumatera Barat; Hylobates muelleri [kelempiau] di seluruh Kalimantan; serta Hylobates albibarbis [ungko kalimantan atau kalaweit] yang berada di Kalimantan bagian barat. Seluruh owa dilindungi Permen LHK P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.   [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2021-040-02.json
Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat
Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | [CLS]     Pagi itu, Soron, tengah perbaiki pipa saluran air di Jorong Pinagar di dekat rumahnya. Tiba-tiba ada yang mendorong dan mencakarnya. Lelaki 62 tahun ini terkejut, ternyata ada beruang madu di belakangnya. Kejadian ini terjadi di Jorong Pinagar, Nagari Persiapan Pinagar Aur Kuning, Kecamatan Pasaman, Pasaman Barat, Sumatera Barat, 16 Juni lalu.Pipa air itu merupakan saluran air dari bukit menuju rumah warga. Usai hujan, pipa tersumbat dan Soron pun coba perbaiki.Rusdian Ritonga, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Pasaman Barat, mengatakan, masyarakat memang memanfaatkan mata air di perbukitan untuk keperluan sehari-hari dengan menyalurkan lewat pipa. Saat memperbaiki pipa itulah, Soron, kena cakaran dari satwa dengan nama latin Helarctos malayanus itu.“Rumahnya pakai air dari mata air gunung, jadi itu yang sedang diperbaiki. Tiba-tiba dari belakang seperti ada yang mendorong. Setelah dia balikkan badan ada beruang badan besar dan ada warna putih di dada. Beruang mencoba mencakar,” katanya.Soron sempat melawan dan berupaya menghalau beruang madu itu tetapi dia tetap kena cakaran di dekat mata dan telinga kanan. Setelah mendapatkan perlawanan, beruang pergi.Sekretaris Nagari pun melaporkan kejadian ini kepada BKSDA melalui Resor Pasaman. Petugas mendatangi lokasi kejadian.Hasil verifikasi lapangan menunjukkan, lokasi berada cukup jauh atau sekitar tujuh kilometer dari hutan terdekat di kaki Gunung Talamau, yang diperkirakan sebagai habitat beruang madu.Untuk mencegah jatuh korban, petugas BKSDA Resor Pasaman Barat dan masyarakat bersama-sama coba menghalau beruang madu. Kemudian juga memasang kandang jebak (kerangkeng) dengan beri umpan nangka matang tetapi belum ada tanda-tanda dari beruang.Kalau beruang masuk kandang, katanya, akan relokasi ke habitat mereka yang jauh dari aktivitas manusia.  Konflik tinggi?
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2021-040-02.json
Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat
Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | Konflik satwa liar dengan manusia di Sumatera Barat akhir-akhir terus terjadi. Sebelum di Pasaman, kemunculan beruang madu juga terjadi di Kabupaten Agam, pada 19 Mei lalu, tepatnya di Nagari Ampek Koto Palembayan, Kecamatan Palembayan.Warga menyatakan, sudah dua kali bertemu sosok misterius saat hendak melihat ternak sapi di belakang rumah pada malam hari.Setelah tim BKSDA memasang kamera pengintai, barulah diketahui sosok berbulu hitam itu adalah beruang madu.Berdasarkan data BKSDA Sumbar pada 2018 ada 693 konflik satwa liar dengan manusia. Rinciannya, biawak 32, buaya muara 131, buaya senyulong 42, harimau dahan satu kasus, dan harimau Sumatera kucing hutan 10 kasus. Kemudian, penyu hijau 81, penyu lekang (2), penyu sisik (117), rusa (39), sanca batik (188).Pada 2019. tercatat 41 konflik antara satwa liar dengan manusia. Yakni, dengan beruang madu (8), beruk (1), binturung (1), buaya muara (13), harimau Sumatera (2), kera (2), dan sanca batik (15 ). Kemudian pada 2020, ada 33 kasus. Rinciannya, beruang madu (5), ular python (2), buaya muara (5), harimau Sumatera (11), kucing emas (1), monyet ekor panjang (1), kukang (1), kucing hutan (3), burung beo (1), trenggiling (2) dan kera (1).Wilson Novarino, dosen jurusan Biologi dari Universitas Andalas mengatakan, sumber daya makin terbatas hingga memicu konflik.“Secara konseptual ekologi, konflik hampir sama dengan kompetisi yakni terjadi akibat ada kebutuhan pemanfaatan sumberdaya yang terbatas, baik itu makanan, ruang bahkan waktu,” katanya.Dia pun mengaitkan angka konflik satwa liar dan manusia ini dengan habitat berkurang atau deforestasi (ruang), pakan berkurang (degradasi habitat) maupun aktivitas meningkat.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-040-02.json
Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat
Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | Dari sisi sosiologi, katanya, literasi terhadap satwa yang jauh berkurang bisa juga jadi pemicu. Zaman dulu, orang yang beraktivitas di hutan, memahami satwa dan aktivitasnya baik dari pengalaman sendiri atau orang sekitar. Jadi mereka bisa menghindari bahkan berteman dengan satwa.Hal macam ini, katanya, mungkin jauh berkurang sekarang karena pola sosial yang berubah. Jadi, setiap kehadiran satwa dianggap ancaman.Untuk mengurangi konflik ini, katanya, manusia harus menyadari   kalau manusia itu bagian dari ekosistem. Jadi, perlu berbagi ruang, waktu dan empati. “Konkritnya, membatasi keinginan membuka lahan hutan, aktivitas pada waktu aktivitas satwa rendah, dan tidak memasang perangkap satwa. Pengendalian hama dengan lebih elegan,” katanya.Untuk penanganan konflik satwa pun, katanya, harus sesuai regulasi dan protokol standar. “Ini yang perlu lebih disosialisasikan dan diterapkan. Satwa bisa diusir, dipantau lagi, jika masih datang dan ada potensi bahaya bisa ditranslokasi.” ******Foto utama: Beruang madu. Foto: Rhett Butler/Mongabay [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2015-011-15.json
Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia
Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | [CLS] Meski Presiden Joko Widodo secara tegas telah menyatakan komitmennya untuk ikut terlibat aktif dalam penurunan emisi, namun itu belum menjadi jaminan bahwa target tersebut bisa tercapai. Salah satu kendalanya, adalah karena belum ada pendanaan yang jelas untuk program tersebut.Demikian diungkapkan Direktur Ekskekutif Kemitraan Monica Tanuhandaru di Hotel Oria, Jakarta, dalam pertemuan Dialog Pemerintah dengan Ormas Sipil Menuju COP 21 Paris, Senin (16/11/2015).Menurut Monica, permasalahan inti yang sekarang sedang dihadapi adalah masalah pembiayaan. Jika komitmen penurunan emisi bisa terus berjalan, maka dibutuhkan dana yang jelas dan itu harus berjalan di semua lini.“Bagaimana financing­-nya, itu harus dibicarakan,” ungkap dia.Dijelaskan dia, jika memang Pemerintah benar-benar serius untuk berkomitmen, maka masalah pembiayaan bisa dibicarakan mekanismenya secara detil. Bisa saja, mekanismenya itu ada di Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan nasional, dan atau koperasi yang tersebar di daerah-daerah.Menurut Kepala Departemen Kajian dan Pengelolaan Sumber Daya WALHI Khalisah Khalid, masalah pendanaan memang harus menjadi perhatian semua pihak. Karena, jika melihat kondisi sekarang, pendanaan masih sangat terbatas, sementara eksplorasi alam terus dilakukan sampai menghasilkan emisi yang banyak.“Masalahnya, kebijakan politik uang di negara kita juga masih seperti itu saja. Kita semua sudah tahu sendiri. Sementara, produksi emisi juga terus berjalan dari waktu ke waktu. Itu yang menjadi khekawatiran kami,” tutur dia.Salah satu kekhawatiran itu, kata Khalisah, adalah karena batu bara juga akan menjadi penyumbang emisi pada 2019. Jika itu dibiarkan, maka batu bara bisa menjadi salah satu penyumbang emisi terbanyak.Peran Jokowi
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2015-011-15.json
Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia
Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | Ketua Dewan Pengarah Penanganan Perubahan Iklim Sarwono Kusumaatmadja dalam kesempatan yang sama mengatakan, persoalan emisi saat ini memang menjadi perhatian serius di Indonesia. Keberangkatan Presiden Joko Widodo ke KTT G-20 yang digelar di Turki saat ini dan Konferensi Perubahan Iklim (COP 21) yang akan digelar akhir November ini di Paris, Perancis, diharapkan bisa menjadi momen untuk mereposisi Indonesia di dunia internasional.“Ada beberapa isu penting yang ikut dalam COP 21 nanti. Isu-isu tersebut bisa menjadi trigger untuk Indonesia dalam mengawal isu perubahan iklim ini,” ucap Sarwono.Adapun, isu yang dinilai penting untuk dibawa Indonesia ke pertemuan COP 21 nanti, adalah pengembangan REDD+ atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (Pengurangan emsisi dari deforestasi dan degradasi hutan), dan mekanisme pendanaan perubahan iklim.Selain itu, menurut dia, isu yang penting untuk dibawa ke COP 21 di Paris, adalah monitoring, reporting, and verification (MRV), baik dalam pengertian koherensi terkait perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK), maupun MRV dalam arti luas meliputi isu good governance dan komunikasi masal.Isu terakhir yang harus dibawa ke COP 21 di Paris, menurut Sarwono, adalah isu tentang energi. Isu tersebut menjadi isu penting karena di Indonesia praktiknya sudah sangat luas. Itu semua ada dalam dokumen INDC (Intended National Determined Contribution) Indonesia.“INDC Indonesia ini adalah dokumen komprehensif yang diusahakan lengkap sekaligus singkat dan mempunyai karakter berupa “policy brief”,” tandas dia.Sementara itu Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar mengemukakan, walau Indonesia berstatus sebagai negara berkembang dan ekonominya belum sebagus negara maju, namun Indonesia harus berani untuk terus maju. Indonesia harus bisa terus mengawal isu perubahan iklim dan mengimplementasinya sesegera mungkin.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2015-011-15.json
Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia
Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | Agar bisa diterapkan di semua lini, isu perubahan iklim harus bisa dipahami oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa kecuali. Jangan sampai, isu perubahan iklim hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu saja.Untuk diketahui, Conference of Parties (COP) atau konferensi perubahan iklim ke-21 yang akan dilaksanakan di Paris, Perancis, 30 November – 12 Desember 2015 mendatang, merupakan momen dimana sebuah kesepakatan baru akan diluncurkan. Kesepakatan baru ini diharapkan dapat merangkul 196 negara yang tergabung dalam United Nations Framework on Climate Change Convention (UNFCCC) untuk bersama-sama berbagi upaya (sharing the effort) dalam berkontribusi pada pencapaian tujuan tertinggi konvensi, yaitu untuk mencegah kenaikan temperatur rata-rata dunia di atas 2 C. Perjanjian yang mengandung prinsip Applicable to All Parties ini diharapkan dapat diimplementasikan di tahun 2020 oleh seluruh pihak terkait.Berbeda pada saat UNFCCC ditetapkan 1992, peta negara-negara di tahun 2015 ini banyak yang berubah. Tiongkok, India, Brasil, Afrika Selatan, dan Indonesia, dinilai sebagai negara-negara dengan ekonomi berkembang (emerging economy) dengan kemampuan ekonomi berbeda ketimbang negara yang berkembang lainnya. Negara-negara ini pun mengalami pertumbuhan emisi gas rumah kaca yang cukup pesat dalam 2 dekade terakhir dan menjadi emitter besar menyaingi sejumlah negara maju. [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2022-035-09.json
Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian
Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | [CLS]   Peristiwa kepunahan massal pernah terjadi di Bumi. Kejadian itu terkenal dengan nama Kepunahan Permian-Triassic atau Kepunahan Permian Akhir. Terjadi pada akhir periode Permian, sekitar 257-299 juta tahun lalu. Periode ini adalah era akhir Paleozoikum [kehidupan purba].Kepunahan massal Permian-Triassic sangat menguras keanekaragaman hayati. Ketika itu 95 persen spesies laut dan 70 persen spesias darat punah.Lalu bagaimana seluruh ekosistem dibangun kembali?Baca: Ikan Purba Hidup yang Melebihi Era Dinosaurus Ini Ada di Indonesia  Tulisan berjudul Resilience of Infaunal Ecosystems During The Early Triassic Greenhouse Earth, karya Xueqing Feng, Zhong-Qiang Chen, Michael J. Benton dan kolega dalam Jurnal Science Advances, Vol 8, issue 26, 29 Juni 2022, memaparkan bahwa hewan pertama yang pulih dari kejadian tersebut adalah pengumpan deposit seperti cacing dan udang.Sedangkan pemulihan pengumpan suspensi seperti brakiopoda, bryozoa, dan banyak bivalvia membutuhkan waktu lebih lama.Para peneliti dari China, Amerika Serikat, dan Inggris itu menduga pengumpan deposit membuat dasar laut berantakan sehingga airnya tercemar lumpur.“Lumpur yang bergejolak berarti pengumpan suspensi tidak bisa mengendap dengan baik di dasar laut,” tulis peneliti.Sedangkan beberapa hewan, seperti karang, telah menghilang sepenuhnya.“Terumbu karang tidak kembali sampai beberapa saat kemudian.”Penelitian ini berfokus di China Selatan. Di beberapa daerah tersebut, sejumlah besar temuan fosil sangat menakjubkan, pengawetan secara alami terjadi sangat baik. Bentuk detilnya bisa dilihat dan dapat menunjukkan perilaku rekayasa ekosistem yang tidak wajar.“Salah satu aspek yang paling luar biasa dari data ini adalah luasnya lingkungan kuno yang bisa dijadikan sampel,” tulis peneliti.Fosil ini menjadi jejak yang menunjukkan kapan dan di mana hewan bertubuh lunak tumbuh subur di era tersebut.
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2022-035-09.json
Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian
Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | “Misalnya, suhu yang meningkat dan anoksia yang diperpanjang bertepatan dengan nilai keragaman perilaku dan ekologi yang rendah di seluruh batas Permian-Triassic. Butuh sekitar 3 juta tahun untuk pemulihan ekologis hewan bertubuh lunak agar sesuai dengan tingkat pra-kepunahan.”Baca: Penampakan Udang Purba yang Bertahan di Gelapnya Gua  Melacak data fosilJejak fosil yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan lapangan dan spesimen yang dikumpulkan selama 10 tahun terakhir. Sebagian besar lokasi fosil telah dikunjungi lebih dari tiga kali.“Selalu membutuhkan waktu sekitar 5 hari atau 1 minggu untuk mengerjakan suksesi yang mengandung fosil pada masa Permian Akhir hingga Trias Awal untuk sebagian besar bagian yang dipelajari. Waktu yang dihabiskan untuk pengumpulan fosil sekitar 2 hari di setiap lokasi,” tulis peneliti dalam jurnalnya.Selain itu, peneliti juga mengumpulkan dataset dari semua genera invertebrata laut yang diketahui dengan menggunakan data range-through yang mencakup Permian Akhir hingga akhir Trias Awal.“Kami menggunakan model ecospace hewan laut sebagai dasar analisis kuantitatif ekologi dari semua genus laut bentik yang diketahui. Analisis refraksi juga digunakan untuk menguji bias pengambilan sampel menggunakan kekayaan generik versus kemunculan fosil.”Baca juga: Bukan Monster, Memang Begini Penampakan Kepiting Purba  Kehidupan di laut pulih Analisis ini penting untuk mengetahui bagaimana kehidupan di laut pulih dari peristiwa kepunahan tersebut.“Pemulihan kehidupan di Bumi membutuhkan waktu jutaan tahun bagi keanekaragaman hayati untuk kembali ke tingkat sebelum kepunahan.”Awalnya, hanya ada beberapa yang selamat, dan pemulihan dimulai di perairan yang lebih dalam. Pemulihan nekton terjadi pada saat yang sama dengan rebound penuh dari kegiatan rekayasa ekosistem infaunal.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2022-035-09.json
Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian
Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | Lalu dengan memeriksa jejak dan liang di dasar laut China Selatan, tim lintas negara ini dapat mengumpulkan kapan kebangkitan kehidupan hewan di laut terjadi.Mengapa penting untuk memahami kepunahan massal ini?Jawabnya adalah bahwa krisis Permian Akhir yang begitu menghancurkan kehidupan di Bumi, disebabkan oleh pemanasan global dan pengasaman laut, tetapi hewan yang membuat jejak dapat diseleksi oleh lingkungan dengan cara yang sama seperti organisme kerangka.“Data fosil jejak kami mengungkapkan ketahanan hewan bertubuh lunak terhadap CO2 tinggi dan pemanasan. Para insinyur ekosistem ini mungkin telah memainkan peran dalam pemulihan ekosistem bentik setelah kepunahan massal yang parah, yang berpotensi, misalnya, memicu inovasi dan radiasi evolusioner di awal masa Trias,” jelas peneliti.  [SEP]
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2014-024-06.json
Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa?
Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | [CLS] Akhirnya setelah tiga jam perjalanan darat dari ibukota Sulteng, Palu tibalah kami di Namo, sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan. Namo sendiri merupakan pemekaran dari Desa Bolapapu yang berpisah sebelas tahun yang lalu dari desa induknya ini. Desa ini secara administratif bagian dari Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi.“Silakan masuk, jangan sungkan, para tokoh sudah menunggu,” sembari menyalami kami, Basri Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LTHD) mempersilakan kami untuk masuk ke lobo, atau nama setempat untuk rumah adat, tempat dimana masyarakat membicarakan seluruh permasalahan adat dan desa.  Lobo di Namo memiliki ukuran 4 x 6 meter, beratap rumbia, berlantai papan, dengan setengah bagian dindingnya tertutup papan yang berfungsi sebagai sandaran.Desa Namo, merupakan desa yang telah berhasil memperoleh pengakuan pengelolaan hutan desa.  Berdasarkan keputusan Menhut nomor 64/2011, desa ini mengelola wilayah Hutan Desa seluas 490 hektar, yang merupakan bagian dari sistem daerah aliran sungai (DAS) Palu, sub DAS Miu.  Dari 490 hektar, 400 hektar dialokasikan sebagai zona lindung dan sisanya 90 hektar diperuntukkan untuk fungsi pemanfaatan.Fungsi kawasan lindung di area ini menjadi penting, jika hutan lindung di Namo dan desa-desa sekitarnya rusak, maka dapat dipastikan Palu dan daerah di wilayah hilir akan mendapatkan ancaman banjir limpasan saat musim penghujan.“Secara turun temurun sebenarnya masyarakat menganggap hutan yang ada diwilayah Namo adalah hutan adat, saat itu kami belum mengetahui bahwa secara status kawasan itu adalah hutan lindung,” tutur Tau Hamid, Mantan Kades Namo.
[0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386]
2014-024-06.json
Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa?
Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | Menurutnya persoalan mulai muncul saat itu, ketika masyarakat tidak bisa lagi meluaskan area garapan. “Masyarakat ketika itu bingung tidak tahu harus kemana lagi memperluas lahan untuk bertahan hidup.  Wilayah kami terhimpit, Taman Nasional Lore Lindu di timur dan hutan lindung di barat,” kenangnya. “Meskipun dalam pemahaman masyarakat kawasan tersebut adalah wilayah hutan adat.”Langkah pertama yang dilakukan oleh Kades Namo adalah melakukan negosiasi dengan desa tetangga, Tangkolowi, untuk menjadikan sebagian kapling wilayah desa tetangga untuk dijadikan bagian hutan Namo. Saat itu tahun 2007.“Proses negosiasi berjalan lebih kurang tiga bulan. Mereka setuju, tapi syaratnya kami harus buatkan pesta adat untuk memasuki rumah adat yang mereka buat. Jadi semua kebutuhan yang diperlukan untuk ritual pesta adat tersebut harus disiapkan masyarakat Namo,” terangnya. “Saat serah terima hutan adat, acara dihadiri wakil pemerintah Kulawi, aparat desa dan lembaga adat serta tokoh-tokoh masyarakat, mereka semua menyaksikan dan ikut menandatangani persetujuan itu.”Langkah kedua yang dilakukan oleh Desa Namo adalah meminta hak pengelolaan hutan di hutan lindung, lewat program Hutan Desa.  Hamid mengaku pihaknya banyak dibantu oleh Yayasan Jambata (Jagalah Alam Maka Bumi Akan Tetap Abadi), sebuah LSM yang bergerak dalam pendampingan masyarakat. “Tidak saja lewat bantuan konsep, bahkan hingga menyediakan kerbau untuk pesta adat pun dibantu Jambata,” tuturnya.Menurut Zarlif, Direktur Jambata, kawasan Hutan Desa penting bagi masyarakat, karena merupakan aset masyarakat Namo untuk mengelola hutan dari produk bukan kayu. Tantangan terbesar dalam proses yang tersebut adalah ketika masih sedikit warga yang paham dengan berbagai macam aturan dan terbatasnya sumber daya finansial.
[0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305]
2014-024-06.json
Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa?
Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | “Pada tahun 2010, kami mengajukan proposal ke Kemenhut melalui Dishut Kabupaten Sigi untuk mendapatkan Hutan Desa. Pada tanggal 21 Maret 2011, Kemenhut menerbitkan SK areal kerja hutan desa di kawasan hutan lindung,” jelas Zarlif.“Hal yang paling sulit adalah memberikan pemahaman terhadap masyakat dalam mengelola area Hutan Desa agar masyarakat mampu memperoleh kehidupan yang layak dari sana,” jelas Basri menambahkan. “Untunglah ada  Jambata yang setia mendampingi, sehingga semua tercapai,” tukasnya.“Saat ini kami belum bisa bicara langkah kedepan tentang hasil putusan MK nomor 35/2013. Belum ada peraturan pendukungnya. Harusnya kan ada PP, setelah PP akan muncul Perda dan turunannya. Kami disini tidak mau melanggar aturan karena masyarakat disini adalah masyarakat adat, kami sangat menghargai aturan,” tambah Basri saat ditanya langkah kedepan setelah proses legalitas Hutan Desa disetujui oleh pemerintah di Desa Namo.Kearifan Lokal Pengelolaan Lahan Masyarakat NamoTau Hamid menjelaskan hutan bagi masyarakat Namo tidak sembarang diperlakukan, bahkan jauh sebelum Kemenhut pada tahun 1999 menetapkan kawasan di area tersebut sebagai Hutan Lindung yang mendukung fungsi daerah aliran sungai. “Hutan primer tidak boleh diganggu gugat oleh masyarakat adat, sedangkan yang kami   katakan hutan sekunder itulah milik adat menurut pemahaman masyarakat adat,” terangnya.Menurutnya, sejak dahulu masyarakat telah mengenal praktek gilir lahan dalam sebuah siklus antara lima hingga sepuluh tahun. “Kalau tahun pertama kami kerja buka kebun di utara, tahun ke dua kami mengelola ditengah, dan tahun ketiga kami mengelola di selatan. Lima sampai 10 tahun kembali lagi ketempat semula. Kearifan semacam inilah yang dilakukan orang tua kita dulu.”Karena lahan sudah semakin terbatas, intensifikasi lahan-lahan pekarangan menjadi pilihan masyarakat, termasuk menanami pekarangan dengan kacang tanah dan pohon coklat.
[0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305]
2014-024-06.json
Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa?
Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | Sedangkan dari dalam hutan, masyarakat mengolah hasil non kayu seperti rotan, damar, aren, bambu, madu hutan serta berbagai tumbuhan obat. “Untuk rotan kami dapat hasilkan dan jual 40 ton setiap tahunnya,” tutur Rusdin, Sekdes Namo menjelaskan. Setidak-tidaknya terdapat delapan nomenklatur jenis rotan hutan yang dia sebutkan. Rusdin menambahkan pula bahwa masyarakat Namo telah mulai memproduksi kursi bambu yang bahannya diperoleh dari lahan kebun dan hutan.Di kawasan hutan yang ada di wilayah Namo pun masih terdapat satwa endemik yang dijumpai. “Anoa, babirusa, burung alo, tarsius, maleo, musang dan masih banyak lagi satwa yang hidup di kawasan itu,” tutur Rusdin mengakhiri keterangan. [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-019-10.json
Ratusan Titik Api Kembali Membakar Sumatera
Ratusan Titik Api Kembali Membakar Sumatera | [CLS] Sekitar 500 titik api kembali membakar hutan tropis Sumatera, dan kembali mengirimkan kabut asap tak hanya bagi warga setempat, namun juga ke beberapa tetangga di Singapura dan Malaysia.Titik-titik api yang disebabkan oleh pembukaan lahan untuk perkebunan tersebut terkonsentrasi di Propinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Mirip dengan kebakaran yang terjadi dua bulan sebelumnya, sebagian besar titik api ini muncul di lahan gambut yang membuatnya sangat sulit untuk dipadamkan.Namun, berbeda dengan kasus di bulan Juni silam, kebakaran yang terjadi saat ini tidak didorong oleh angin ke Semenanjung Malaya, dan lebih terkonsentrasi di Propinsi Riau dan Sumatera bagian Utara.Kebakaran hutan menjadi sesuatu yang semakin sering terjadi di Sumatera dalam satu dekade terakhir seiring dengan maraknya pembukaan hutan untuk keperluan perkebunan Hutan Tanaman Industri dan kelapa sawit. Lahan-lahan gambut yang dalamnya lebh dari 3 meter banyak dikeringkan untuk perkebunan tersebut, dan menjadi semakin mudah terbakar. Dari analisis lembaga Eyes on the Forest, ditemukan bahwa 90 persen titik api yang menyebabkan kebakaran terjadi di lahan gambut. Sementara 87% deforestasi yang terjadi di Propinsi Riau -dan menjadi sumber utama munculnya titik api- antara tahun 2007 hingga tahun 2012 disebabkan oleh konversi hutan menjadi perkebunan.Secara keseluruhan Sumatera kehilangan 7,5 juta hektar hutan tropis atau sekitar 36% dri seluruh tutupan hutannya antara tahun 1990 hingga tahun 2010. [SEP]
[0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386]
2012-023-16.json
Warga Jambi Berlebaran Bersama Kabut Asap Kebakaran Lahan
Warga Jambi Berlebaran Bersama Kabut Asap Kebakaran Lahan | [CLS] Akibat pembakaran lahan yang terus terjadi hingga menjelang hari raya Idul Fitri, warga Jambi mendapat kiriman hadiah lebaran berupa asap pekat tanpa henti sejak awal bulan ini. Gangguan akibat asap ini bahkan sempat mengganggu penerbangan sejak tanggal 12 Agustus silam, setelah Pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT 0601 tujuan Jakarta-Jambi, gagal mendarat di landasan Bandara Sultan Thaha, Kota Jambi.Pesawat tersebut dijadwalkan mendarat pukul 07.20 WIB, namun, jarak pandang di bawah 2 km membuat pesawat terpaksa mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatra Selatan. Pesawat yang padat penumpang mudik ke Jambi terbang kembali ke Jambi agak siang, setelah landasan bandara Sultan Thaha Jambi bebas dari kabut asap di atas pukul 09.00 WIB.Akibat pekatnya kabut asap ini, Dinas Kesehatan Kota Jambi menyiapkan sedikitnya 70 ribu masker untuk pengendara mudik lebaran bersamaan kabut asap saat musim kemarau. Masker tersebut nantinya bisa juga diberikan kepada para pemudik saat musim lebaran. Mengingat, gangguan asap menjadi salah satu penyebab terjadinya infeksi saluran pernafasan atas atau ISPA. “Apalagi masker sangat berguna bagi warga yang sedang diluar rumah. Khususnya adalah para pemudik,” ujar Kasi Pemberantasan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi, Kemas Azmi di Jambi kepada Republika.co.id.Dari pantauan ANTARA, kondisi asap di Jambi terlihat tebal saat pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB. Akibat kondisi asap tersebut bahkan pihak Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi terpaksa menunda pendaratan pesawat saat pagi hari.Kondisi ini terus berjalan hingga menjelang hari raya Idul Fitri. Dari pantauan VivaNews.com, kota Jambi dihujani debu yang diduga bekas kebakaran hutan sejak malam takbiran, Sabtu 18 Agustus 2012. Masyarakat di sana resah, karena debu berterbangan cukup banyak hingga Minggu 19 Agustus.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2012-023-16.json
Warga Jambi Berlebaran Bersama Kabut Asap Kebakaran Lahan
Warga Jambi Berlebaran Bersama Kabut Asap Kebakaran Lahan | Kabid Pengendalian Hama dan Kebakaran Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sucipto mengakui debu yang berterbangan di Kota Jambi diperkirakan berasal dari kebakaran lahan atau hutan. “Belum bisa kami pastikan di mana lokasi kebakaran ini, tapi pasti tidak jauh dari Kota Jambi,” kata Sucipto kepada Vivanews Minggu 19 Agustus 2012.Sedangkan mengenai titik panas atau hot spot diketahuinya baru terjadi pada satu titik, yaitu  di Kabupaten Tebo.  “Kami akan terus memantau aksi pembakaran hutan di musim kemarau ini,” katanya. Namun berdasarkan pantauan satelit NOAA di Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, jumlah titik api di Provinsi Jambi hingga Selasa hari ini tercatat 30 titik. Paling banyak berada di Kabupaten Sarolangun yakni mencapai 16 titik api.Berdasarkan pantauan BMKG Provinsi Jambi, kondisi cuaca di Kota Jambi dalam keadaan berasap. Jarak pandang pada pagi hari hanya bisa menembus 2.000 meter, dengan arah angin dari Selatan dan kecepatan angin 05 knot. “Tapi pada pukul 08.00 WIB tadi jarak pandang sudah bisa menembus 3.500 meter,” kata Kurnianingsih, Prakirawan BMKG Provinsi Jambi.Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi ketika dihubungi masih belum mengetahui Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Jambi. “Sebagian pegawai kami masih libur Lebaran,” kata Resmanysah, Staf BLHD Provinsi Jambi.Sementara itu, Kurnia Ningsih, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi, menjelaskan, kabut asap kemungkinan masih akan terus  menyelimuti karena kemarau di Jambi akan terus berlanjut hingga Oktober 2012. Dan pada Agustus 2012 ini merupakan puncak kemarau di Jambi. “Kalau tidak ada hujan sampai Oktober, maka titik panas di Jambi diperkirakan akan terus bertambah,” jelasnya kepada Waspada.co.id. [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2019-068-01.json
Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT
Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | [CLS]  Lomba calon legislatif (caleg) menulis artikel yang diselenggarakan oleh WALHI NTT sejak 3 Maret 2019 telah berakhir pada 16 Maret 2019. Lomba menulis itu bertema “Politik Lingkungan Hidup dan Perlindungan Wilayah Kelola Rakyat dalam Ruang Legislatif”.Dalam rentang waktu itu, WALHI NTT menerima 10 artikel dari 9.964 caleg yang terdaftar di KPU. 10 artikel itu berasal dari 2 orang caleg DPRD provinsi dan 8 orang caleg DPRD kabupaten dan kota.10 artikel itu berarti mewakili 0% dari 180 caleg DPR RI, 0% dari 36 caleg DPD, 0,21% dari 932 caleg DPRD provinsi dan 0,9% dari 8816 caleg DPRD Kabupaten/Kota.“Artikel itu kemudian melalui proses penilaian oleh tiga orang dewan juri yang berasal dari unsur akademisi ilmu politik, komunikasi dan jurnalis media. Artikel dinilai dalam hal kesesuaian tema dan atau subtema, kesesuaian tugas dan fungsi parlemen, gagasan dan tata cara penulisan,” jelas Dominikus Karangora, Divisi Media dan  Komunikasi WALHI NTT  kepada Mongabay Indonesia, Minggu (24/3/2019).baca :  Walhi NTT Gelar Lomba Menulis Politik Lingkungan bagi Para Caleg, Bagaimana Responnya?  Dari 8 artikel untuk kategori caleg DPRD kabupaten/kota, jelasnya, telah dipilih 3 artikel terbaik sebagai  pemenang.Juara pertama jatuh kepada artikel berjudul “Investasi Tebu di Ekologi Sabana, Berkat atau Bencana di Masa Depan?” karya Stepanus Makambombu, caleg DPRD Kabupaten Sumba Timur dari Partai Nasdem.Juara kedua berjudul “Pentingnya Peraturan Daerah tentang Hutan Adat di Kabupaten Malaka” karya Fransiskus Xaverius Taolin, caleg DPRD Kabupaten Malaka dari Partai Gerinda.Dan artikel berjudul “Pengelolaan Hutan di Kabupaten TTS” karya Thimatius Benu, caleg DPRD Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) dari partai PKPI pada posisi ketiga.Untuk kategori  caleg DPRD provinsi, sebut Dominikus, 2 artikel yang dikirimkan secara otomatis menempati juara 1 dan 2 dalam kategori ini.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2019-068-01.json
Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT
Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | Artikel berjudul “Awololong, Antara Budaya, Spiritual dan Pariwisata” oleh Vinsensius Bellawa Making, caleg DPRD Provinsi NTT Dapil 6 (Flotim-Lembata-Alor) dari Partai PSI menempati juara pertama.Sedangkan juara kedua ditempati caleg DPRD Provinsi NTT Dapil 7 (TTU-Belu-Malaka) asal Partai Demokrat, Anselmus Tallo, dengan artikel berjudul “Pembangunan Tanpa Perencanaan”.“WALHI NTT memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada 10 orang caleg yang telah berpartisipasi dalam lomba ini dan proficiat kepada 5 caleg yang artikelnya telah terpilih sebagai pemenang lomba ini,” tutur Dominikus.Selain itu, apresiasi juga diberikan kepada tiga orang dewan juri yakni Didimus Dedi Dhosa,S.Fil,MA., akademisi ilmu sosial politik Universitas Widya Mandira Kupang, Maria Via Dolorosa Pabba Swan,S.Sos,M.Med.Kom, akademisi ilmu komunikasi Universitas Nusa Cendana Kupang dan Irvan Kurniawan, Pemimpin Redaksi  VoxNTT.com.baca juga : Caleg Berkomitmen Lingkungan Minim, Berintegritas Rendah Tinggi  Pilih Caleg Peduli LingkunganSebelumnya, Dominikus pada Senin (18/2/2019) menjelaskan ada dua alasan dilaksanakan lomba menulis artikel yaitu untuk mengetahui rekam jejak para caleg yang kurang diketahui karena masyarakat lebih terfokus melihat pasangan calon presiden dalam pilpres yang dilaksanakan serentak dengan pemilu legislatif.Alasan kedua, isu lingkungan hidup dan wilayah kelola rakyat mendapat ruang yang minim dalam pemilihan legislatif. WALHI NTT melihat narasi kampanye para caleg lebih didominasi oleh pecitraan personal, kedekatan kekeluargaan atau pertemanan hingga slogan abstrak soal keberpihakan pada rakyat, termasuk isu lingkungan.Melihat hasil lomba menulis artikel itu, Direktur Eksekutif Daerah WALHI NTT, Umbu Wulang Tanamahu Paranggi meminta masyarakat NTT untuk memilih caleg yang peduli pada pelestarian lingkungan hidup dan perlindungan wilayah kelola rakyat.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-068-01.json
Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT
Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | “Rakyat NTT harus memastikan adanya kesepakatan dengan para caleg dalam mendukung agenda rakyat untuk kelestarian alam dan penghentian alih fungsi lahan di NTT. Lewat lomba menulis ini, rakyat bisa menilai bahwa perhatian para caleg pada isu lingkungan seperti apa,” tuturnya.Hal tersebut penting mengingat NTT tengah mengalami krisis sosial ekologis mulai dari bencana lingkungan hingga penguasaan lahan yang begitu luas oleh korporasi. Ditambah krisis air dan krisis kehutanan yang terjadi bakal mengancam kehidupan warga NTT kedepannya.Umbu juga menambahkan bahwa para pemilih di NTT diharapkan bisa memilih para caleg yang telah ikut lomba penulisan ini. Karena para caleg ini setidaknya sudah menunjukkan itikad baik dan menunjukkan keberpihakannnya pada urusan lingkungan hidup kepada publik.“WALHI NTT akan mempublikasikan seluruh tulisan para calon legislatif yang telah mengirimkan tulisannya untuk dimuat di media massa. Harapannya publik bisa membaca dan tahu keberpihakan para caleg terhadap pelestarian lingkungan hidup di NTT,” tegasnya.perlu dibaca : Gubernur NTT Moratorium Tambang, Apa Pendapat Pegiat Lingkungan?   Isu Lingkungan Belum PrioritasWALHI Eksekutif Nasional mengapresiasi positif lomba caleg NTT menulis artikel yang digekar oleh WALHI NTT.Khalisah Khalid, Koordinator Isu Politik WALHI Eksekutif Nasional memandang bahwa lomba ini dapat menjadi ruang bagi publik untuk mengetahui sejauh mana komitmen, kapasitas dan integritas para caleg di dalam isu lingkungan.“Publik pun, memiliki referensi untuk menentukan hak pilihnya terhadap caleg yang peduli dengan agenda penyelamatan lingkugan hidup dan sumber-sumber penghidupan,” sebutnya.Akan tetapi, melihat jumlah pengirim yang sedikit, Khalisah menyayangkan bahwa caleg-caleg di NTT tidak cukup antusias untuk merespon isu lingkungan sebagai agenda pokok mereka.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2019-068-01.json
Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT
Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | Menurutnya ada beberapa poin yang bisa dilihat disini. Pertama, para caleg masih berjarak dengan isu lingkungan dan penyelamatan sumber-sumber penghidupan sehingga mungkin mereka tidak percaya diri untuk menyampaikan pandangannya dalam tulisan.Kedua, isu lingkungan belum menjadi isu prioritas bagi para kontestan politik, bukan hanya di NTT, tetapi juga hampir di seluruh Indonesia.“Jadi isu lingkungan hidup adalah isu yang masih sub-pinggiran. Demikian juga publik masih belum melihat bahwa isu lingkungan hidup bukanlah sebuah isu politik yang penting untuk dibahas dan diperdebatkan dalam momentum politik elektoral,” kata Khalisah.Sedangkan Direktur WALHI Eksekutif Nasional, Nurhidayati berharap agar caleg yang sudah menjadi pemenang dalam lomba ini konsisten dalam memperjuangkan agenda politik keadilan ekologis dan memastikan kembalinya kedaulatan pada masyarakat untuk mengelola wilayahnya ketika terpilih.“Kami berharap, caleg pemenang lomba menulis bisa konsisten memperjuangkan agenda politik keadilan ekologis serta ikut memastikan kembalinya wilayah kelola rakyat kepada komunitas masyarakat lokal dan adat di NTT, jika terpilih sebagai anggota DPRD,” harapnya.perlu dibaca :  Gubernur NTT Wacanakan Penutupan TN Komodo, Ada Apa? ***Keterangan foto utama : Seekor komodo di Pulau Komodo dalam kawasan TN Komodo, Flores, NTT. Foto : indonesia.travel/Mongabay Indonesia  [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-039-04.json
Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya
Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | [CLS]  Pembunuhan ratusan buaya di Distrik Aimas, Sorong, Papua Barat,  jadi viral di media sosial, Facebook Sabtu (14/7/18) atau sehari setelah seorang warga,  Sugito meninggal diterkam buaya di lokasi penangkaran Jumat (13/7/18).Kasus di Kelurahan Klamalu, Distrik Mariat, Kabupaten Sorong, Papua Barat ini, mendapat banyak sorotan hingga mendorong Kepolisian Resor Sorong menyelidiki kasus itu meskipun korban dan penangkaran disebut-sebut telah bersepakat tak menempuh jalur hukum.Penangkaran buaya itu milik Andreas Siahaan dikelola dengan nama CV. Mitra Lestari Abadi (MLA). Dalam informasi yang dikeluarkan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sorong, disebutkan buaya dibantai tercatat 292 ekor.Kapolres Sorong AKBP Dewa Made Sidan Sutrahna kepada Mongabay menyatakan, proses hukum tetap lanjut karena kasus itu sudah jadi viral. “Kita tetap proses hukum. Ini kan sudah viral,” kata Dewa Made, Selasa (17/7/18).Kepolisian, katanya, memisahkan kasus itu jadi tiga bagian, kelalaian pihak perusahaan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, perusakan fasilitas penangkaran dan pembantaian buaya.Untuk seluruh kasus, kata Made, polisi telah memeriksa 10 saksi. “Kita tetap proses (ketiga kasus itu). Kami sudah mengidentifikasi orang yang kemungkinan menjadi terduga tersangka,” katanya.Secara terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Sorong Basar Manullang kepada Mongabay menyatakan, berkomitmen penuh mendukung kepolisian mengungkap kasus pembantaian itu.“Kami bersama-sama Kepolisian sedang fokus menyusun anatomy crime hingga kasus sangat diharapkan lanjut ke perkara,” katanya.  KronologiDalam siaran pers BBKSDA Sorong, disebutkan, korban Sugito masuk ke penangkaran tanpa diketahui pengelola penangkaran Kamis (13/7/18). Sugito berteriak meminta tolong setelah diterkam buaya.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-039-04.json
Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya
Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Petugas yang melihat korban setelah mendengar teriakan, juga ikut berteriak meminta tolong kepada warga sekitar, kemudian bersama-sama menolong korban.BKSDA menyebut, penangkaran dan keluarga korban telah bertemu dan disepakati perusahaan akan memberi uang duka sebelum pemakaman.Usai pemakaman, sekitar pukul 11.15, warga disebut secara tidak terduga menuju penangkaran dan membunuh buaya-buaya disana, termasuk merusak kantor dan mes.Padahal,  sebelum itu Ketua Ikawangi Sorong telah meminta warga dalam sambutan sebelum pemakaman, agar tidak melakukan tindakan anarkis dan menyerahkan kasus itu kepada kepolisian.“Warga membawa senjata tajam, palu, pemecah batu, balok kayu dan sekop. Di antara kerumunan massa dikenali salah satu pejabat publik,” kata BKSDA dalam rilis.BKSDA menyatakan, ada 292 buaya dibunuh massa, yaitu sepasang indukan dan 290 berukuran 8–12 inci. Sebagian massa juga disebut menjarah anakan buaya berukuran kurang empat inci.Manullang menyayangkan pembantaian buaya yang terdiri dari buaya muara dan buaya air tawar ini. Kedua satwa itu dilindungi dan pembunuhan melanggar UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.  Gambaran lokasiSementara itu,  dalam video dan gambar yang diambil pada hari ketiga setelah pembataian, seperti diperoleh Mongabay, suasana di sekitar penangkaran buaya sudah kondusif. Tidak ada warga di lokasi.Dalam gambar itu terlihat enam kolam penangkaran buaya sesuai umur. Kolam-kolam itu berdinding tembok berukuran paling pendek sekitar satu meter lebih, untuk anakan buaya. Paling tinggi sekitar 2,5 meter untuk induk buaya.Sisi lain, petugas terlihat sedang menggali tanah untuk mengubur buaya-buaya mati. Bagian lain tampak garis polisi.Bangkai sebagian besar dibakar, disisakan sekitar 10 buaya untuk barang bukti.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-039-04.json
Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya
Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Video itu juga memperlihatkan, beberapa bagian kolam rusak setelah diamuk massa. Ada juga sisa-sisa kayu yang dipakai masuk ke areal kolam, termasuk untuk memukul buaya hingga mati.Luas lokasi penangkaran buaya itu, diperkirakan sekitar satu hektar di kelilingi pagar seng. Di luar pagar di kelilingi rawa yang ditumbuhi rerumputan.Lokasi penangkaran berada tak jauh dari jalan utama. Untuk ke sana dari jalan utama, masih harus melewati jalan lingkungan sekitar 500 meter terbuat dari beton.Untuk masuk ke penangkaran,  harus melalui jalan timbunan di atas rawa sepanjang 100 meter. Lokasi penangkaran sedikit di atas bukit.Kepolisian menyebut,  jarak penangkaran buaya dengan pemukiman warga, sekitar 200 meter.Di lokasi pembantaian juga masih terpasang beberapa spanduk cetak yang mendesak penangkaran buaya CV. Mitra Lestari Abadi ditutup.Keliopas Krey,  Pakar Herpetologi Universitas Papua mengatakan, sebenarnya di Papua Barat,  sudah banyak kasus manusia diterkam buaya, bahkan terbunuh, termasuk kasus gigitan buaya di Manokwari pertengahan Mei lalu.Buaya, katanya, merupakan spesies soliter (suka menyendiri dan tertutup), tetapi soal makanan merupakan reptil sosial yang memakan mangsa bersama-sama. Perilaku-perilaku ini mempengaruhi respon buaya terhadap manusia. Jadi banyak kasus gigitan, katanya,  bukan karena buaya berada di habitat manusia tetapi sebaliknya, manusia di ‘rumah’ buaya.Untuk kasus di Sorong,  katanya,  orang-orang di penangkaran buaya tentu mereka yang memahami perilaku satwa ini atau orang-orang terlatih. Meski begitu, katanya,  bisa jadi warga sekitar merasa terintimidasi dan keberadaan penangkaran menganggu aktivitas sosial, apalagi sampai berujung korban jiwa.“Akibatnya, warga melakukan respon negatif,” katanya. “Dalam kasus di Sorong kita cukup prihatin, karena menimbulkan korban jiwa,” kata Keliopas.
[0.46379584074020386, 0.011239985935389996, 0.5249642133712769]
2018-039-04.json
Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya
Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Dia mengatakan, pengelolaan penangkaran harus diawasi ketat oleh pemilik penangkaran dan pemerintah guna menghindarkan korban jiwa.“Bisa jadi ada unsur-unsur kelalaian dan keamanan yang kurang diperhatikan dengan baik oleh manajemen penangkaran dan pihak terkait,” katanya.BKSDA menyatakan,  penangkaran buaya CV. Mitra Lestari Abadi, salah satu penangkaran di Papua Barat, yang mengantongi Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor: SK. 264/IV-SET/2013 tertanggal 9 Desember 2013. Itu surat perpanjangan izin usaha penangkaran buaya air tawar (Crocodylus  novaeguineae) dan buaya muara (Crocodylus porossus).  Mitra Lestari juga mengantongi surat keterangan tidak menimbulkan gangguan bagi manusia. Keterangan foto utama: Buaya-buaya yang mati dibantai dikumpulkan untuk dibakar lalu akan dikuburkan di lokasi penangkaran. Foto: Istimewa untuk Mongabay Indonesia     [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-010-01.json
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya?
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | [CLS]  Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama musim kemarau 2019 diberbagai wilayah di Indonesia terus terjadi. Efek dari kebakaran cukup banyak dan luas, juga memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan, ekonomi, warisan dan struktur sosial daerah pedesaan, dan juga kota terdekat maupun negara tetangga.Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), berdasarkan citra satelit landsat sampai pada bulan September 2019 ini kebakaran hutan dan lahan mencapai 857.755 hektare. Untuk lahan mineral 630.451 hektare, dan lahan gambut 227.304 hektare.Raffles B. Pandjaitan, Plt Direktur Pengendali Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Selasa (22/10/2019) menjelaskan, total luasan itu terdiri 66.000 hektare di Hutan Tanaman Industri (HTI), 18.465 hektare hutan alam, 7.545 hektare Restorasi Ekosistem (RE), dan 7.312 hektare di areal pelepasan kawasan hutan. Terbanyak di wilayah yang dikeluarkan Kementerian ATR/BPN yang sudah bersertifikat, seluas 110.476 hektare.baca : Kebakaran Hutan dan Lahan Sampai September 2019 Hampir 900 Ribu Hektar  Sementara di Jawa Timur pada rentang bulan Juli dan Agustus, Walhi Jatim mencatat ada beberapa titik kawasan hutan di Jatim yang mengalami kebakaran cukup luas. Meliputi hutan di teritori Kabupaten Tuban, Bondowoso, Situbondo, Madiun, Nganjuk, Malang dan Batu. Beberapa kawasan hutan yang terbakar itu menurut Walhi Jatim keluasannya cukup masif, yaitu wilayah gunung Panderman, gunung Arjuno dan gunung Welirang. Ketiga gunung ini masuk di kawasan Malang Raya yaitu Batu, Malang, sebagian Mojokerto dan Pasuruan.Adapun, total luasan hutan yang terbakar di gunung Panderman 2.452 hektare, kemudian gunung Arjuno sekitar hampir 3.000 hektare.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-010-01.json
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya?
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Walhi Jatim menilai, kebakaran hutan di provinsi terluas di Pulau Jawa ini cukup stabil, tidak ada penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2016 yang tidak ada kebakaran di beberapa kawasan hutan ini. Di tahun 2014 Walhi Jatim mencatat, kawasan hutan yang terbakar ada sekitar 4.995 hektare, kemudian di tahun 2015 meningkat menjadi 7.996 hektare, pada tahun 2016 dinilai tidak ada kebakaran di kawasan hutan.Di tahun selanjutnya, 2017 mereka mencatat ada 5.116 hektare hutan yang terbakar. Angka itu dikatakan naik kembali di tahun 2018, dengan keluasan area hutan yang terbakar sekitar 7.279 hektare. Di tahun ini, menurut Walhi Jatim ada beberapa kawasan lindung yang terbakar, yakni kawasan Taman Nasional Baluran di Situbondo dan beberapa kawasan hutan di Probolinggo dan Pasuruan.baca juga : Menyibak Problem Kebakaran Hutan dan Lahan yang Tak Kunjung Usai  Lebih MurahAda banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Salah satunya yaitu pembukaan lahan yang dilakukan masyarakat petani. Selain itu, kebakaran hutan juga bisa terjadi karena olah oknum korporasi. Hingga 16 September 2019 polisi sudah menetapkan 185 tersangka perseorangan dan empat korporasi dalam kasus karhutla yang terjadi di Riau, Kalbar dan Kalteng. KLHK mengklaim, telah menyegel sebanyak 42 perusahaan yang diduga menjadi otak di balik pembakaran hutan dan lahan.Selain di Kalimantan dan Sumatra, praktik pembakaran hutan dan lahan juga terjadi di sejumlah titik di Kabupaten Lamongan, Jatim. Di Kabupaten berjuluk tahu campur ini masih banyak petani yang membersihkan lahan dengan cara membakar, baik itu di lahan pribadi maupun lahan milik Perhutani.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-010-01.json
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya?
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Sujarwo salah satunya, pria kelahiran 1935 ini mengaku membersihkan lahan dengan cara membakar itu lebih mudah dan praktis. “Sebelum memasuki hujan lahan dibakar dulu, nanti kalau sudah datang musim hujan baru ditanami jagung,” ujar pria 4 anak ini saat ditemui Mongabay di lahan garapanya di Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Jatim, Selasa (29/10/2019).Hal sama juga dikatakan Suhanis (52), perempuan ini mengaku lahanya bisa lebih bersih setelah dibakar, selain itu juga tidak terlalu memakan banyak biaya dibandingkan sewa jasa orang. “Kalau memakai jasa orang paling tidak harus mempersiapkan biaya kurang lebih Rp5 juta,” kata petani penggarap lahan Perhutani ini.Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengemukakan, dari 328.724 hektare luas karhutla di tahun 2019 ini 99% terjadi karena ulah manusia.menarik dibaca : Kesiapsiagaan Masyarakat Hadapi Karhutla Rendah, Siapa Pendana Konsesi Terbakar?   Solusi Saat di konfirmasi, Acep Akbar, peneliti utama Bidang Kebakaran Hutan dan Silvikultur dari Balai Peneliti dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Banjarbaru, menjelaskan ada banyak faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan.Dia menilai untuk penyebab kebakaran hutan ini sudah umum. Termasuk masyarakat perorangan, seperti warga sekitar hutan yang membuka lahan untuk berladang. Perusahaan yang tidak berizin usaha ketika membuka lahan untuk ditanami kelapa sawit. Ada juga pembakaran arsonis (yang direncanakan), atau bermotif kriminal.“Kebakaran juga bisa terjadi saat orang membuka akses untuk memanfaatkan sumber daya alam di dalam hutan. Bisa ikan, hutan, bisa hasil hutan, kayu atau lebah madu,” jelas Acep yang dihubungi Mongabay Indonesia, Selasa (05/11/2019).
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-010-01.json
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya?
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Menurut dia, untuk saat ini isu yang sedang ramai yaitu kebakaran hutan di lahan gambut. Karena kebakaran di lahan mineral itu dirasa tidak menghasilkan asap tebal, pada umumnya bahan bakarnya kering, dan kadar airnya rendah. Sehingga pembakaranya dinilai sempurna, tidak menghasilkan koloid asap. Karena itu, untuk saat ini yang menjadi perhatian oleh banyak kalangan itu justru lebih kepada lahan gambut.Profesor riset bidang kebakaran hutan dan silvikultur ini melanjutkan, untuk solusinya harus ada pembinaan ke para pengguna api. Karena menurutnya, pada dasarnya manusia hanya bisa melakukan pencegahan dan pemadaman sejak dini.Jika sudah terlanjur luas, itu sudah dianggap sebagai bencana anthropogenic disasters yang dibuat oleh manusia. “Atau strategi seperti apa yang saya sebut dengan pengelolaan atau pencegahan kebakaran berbasis masyarakat sekitar hutan,” katanya.baca juga : Kala Satwa Menderita karena Kebakaran Hutan dan Lahan  Menurut dia, keterlibatan masyarakat sekitar hutan sangat dibutuhkan. Seperti pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Masyarakat Peduli Api. Selain itu, juga harus ada pelatihan, fasilitas, biaya operasional secara intensif. “Saya mengusulkan, kalau misalkan dana desa dianggarkan untuk itu kan sebenarnya lebih praktis dan juga efektif,” kata pria penulis buku ‘Pemahaman dan Solusi Masalah Kebakaran Hutan di Indonesia’ itu.Lanjutnya, di masyarakat tertentu kearifan lokal dalam mencegah kebakaran hutan itu sebenarnya sudah terbentuk. Beberapa desa seperti Kalimantan Selatan, Desa Mawangi, Suku Banjar. Kemudian di Desa Loksado, Suku Dayak, di sekitar kampung mereka tidak ada kebakaran hutan. “Mereka tertib sekali, tetap membakar tetapi terkendali. Lahannya dikeringkan dulu sehingga tidak menghasilkan asap, kemudian disekat, dan mereka bergiliran, tidak serentak,” ujarnya.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-010-01.json
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya?
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Untuk solusi berikutnya yaitu pembuatan teknologi yang sifatnya bisa dipakai untuk lahan organik sisa-sisa kebakaran seperti tunggak kayu. Teknologi itu harus bisa digunakan untuk membuat bahan yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. “Kalau misalkan itu bisa dimanfaatkan, saya yakin pembakaran yang biasa dilakukan akan berkurang, tapi sekali lagi itu juga harus didukung dengan sistem pemasaran, lebih-lebih bisa sampai ekspor,” pungkasnya..   [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2023-005-02.json
Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda?
Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | [CLS]   Burung flamingo begitu mudah dikenali. Lehernya membentuk huruf S, badan ramping, dengan kaki panjang. Paruhnya melengkung ke bawah dengan ujung berwarna hitam. Warna bulunya merah muda.Burung ini sangat populer terutama di Amerika. Patungnya banyak dipakai sebagai ornamen taman. Itu semua berkat karya seniman Don Featherstone yang mendapat hadiah Ig Nobel pada 1996 untuk bidang seni. Ig Nobel yang diselenggarakan di Universitas Harvard itu merupakan parodi dari penghargaan Nobel.Flamingo memang burung mengagumkan. Bukan saja karena keindahan bulunya, namun juga keunikan perilakunya. Sudah lama burung ini mengundang penasaran dan menjadi objek penelitian para ahli. Belum lama ini misalnya, peneliti berhasil menjelaskan mengapa flamingo suka berdiri satu kaki, bahkan saat tidur.Penelitian tersebut mendapati bahwa sendi kaki flamingo memiliki posisi istirahat terkunci selama berdiri satu kaki, sehingga lebih sedikit energi yang dikeluarkan. Peneliti juga menggunakan flamingo yang sudah mati untuk mengungkap rahasia ini. Hasilnya, bisa berdiri satu kaki tanpa bantuan sama sekali, fenomena yang dinamakan berdiam gravitasional pasif.Baca: Mengapa Burung Flamingo Sering Berdiri Satu Kaki?  Warna merahFlamingo berasal dari Bahasa Spanyol dan Latin flamenco, yang berarti api. Ini merujuk warna merah bulunya. Meski kenyataannya, tidak semua jenis flamingo berwarna merah karena ada pula yang oranye.Burung flamingo juga bisa menari. Terutama saat mencari pasangan. Sang jantan akan menari dengan gerakan maju mundur atau ke samping secara teratur dengan leher tegak bersama. Jika betina terkesan dengan gerakan itu, dia akan menjadikannya pasangan seumur hidup.Saat menetas dari telur, anak flamingo berwarna abu-abu. Lantas mengapa bulunya saat dewasa menjadi merah muda?
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2023-005-02.json
Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda?
Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | Ini karena pengaruh dari yang mereka makan. Seperti diketahui, makanan di alam mengandung pewarna alami yang membuatnya berwarna kuning, oranye, atau merah. Namanya carotenoid. Nah, zat ini juga terdapat pada aneka makanan yang dikonsumsi flamingo.Baca: 10 Jenis Burung dengan Paruh Menakjubkan  Flamingo termasuk pemakan segala atau omnivora. Selain tumbuhan, dia juga makan makan daging, molusca [hewan lunak], crustacea [udang], dan ikan kecil. Semakin banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pigmen merah, semakin merah pula warna bulunya.Ini juga menjelaskan mengapa flamingo di daerah kaya makanan warnanya lebih merah dibanding kawanan yang hidup di kawasan sedikit makanan. Ini dikarenakan tingkat kandungan carotenoid pada hewan dan tumbuhan di beberapa wilayah di dunia juga berbeda.Sehingga, spesies flamingo yang mendiami daerah tersebut memiliki warna yang berbeda dibanding spesies flamingo lain. Saat flamingo berhenti makan makanan yang mengandung carotenoid maka bulu baru yang tumbuh akan berwarna lebih pucat.Baca juga: Mengapa Beberapa Jenis Burung Memiliki Kecerdasan Luar Biasa?  Penelitian terbaru memperlihatkan, flamingo dengan warna merah lebih cerah cenderung lebih sehat dan mudah mendapatkan pasangan.Paul Rose, seorang pakar perilaku ekologis pada University of Exeter, United Kingdom, mengatakan bahwa warna memainkan peran penting dalam hubungan sosial satwa ini.Baik jantan maupun betina cenderung memilih pasangan berwarna lebih terang. Warna merah muda menjadi penanda bahwa seekor flamingo berbadan sehat dan fit. Laporan dalam jurnal Ethology itu menyebutkan, semakin terang warnanya juga semakin agresif.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-005-02.json
Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda?
Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | Rose dan rekan membuat 210 video, masing-masing berdurasi 1 menit yang merekam aktivitas 45 burung flamingo di WWT Slimbridge Wetland Centre, Gloucestershire, England. Mereka membuat rangking warna burung dan perilaku yang ditunjukannya. Peneliti menemukan, flamingo yang lebih terang cenderung agresif dan mudah menantang berkelahi.Di dunia ada enam spesies flamingo. Empat spesies menyebar di Amerika, dan dua spesies di Asia, Eropa, dan Afrika. Keenam spesies itu adalah Flamingo Greater [Phoenicopterus roseus], Flamingo Chile [Phoenicopterus chilensis], Flamingo Lesser [Phoeniconaias minor], Flamingo Andes [Phoenicoparrus andinus], Flamingo James [Phoenicoparrus jamesi], dan Flamingo Amerika atau Karibia [Phoenicopterus ruber].Flamingo menyukai daerah hangat dan lembab, sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Di Asia, flamingo bisa ditemukan di India, Iran, Uni Emirat Arab. Di Eropa, flamingo ada di Spanyol, Italia, dan Prancis. Sementara di Afrika, tersebar di Kenya, Tanzania, Botswana. Di Indonesia, flamingo hanya bisa dilihat di kebun binatang.  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2021-010-01.json
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | [CLS]   “Pembangunan besar-besaran era Presiden Jokowi tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon atau atas nama deforestasi.” Begitu bunyi cuitan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, dalam akun Twitter-nya.Publik patut tercengang dengan komentar Siti Nurbaya Bakar pada 3 November lalu itu. Menteri yang seyogyanya bertugas menjaga hutan dan kealamian alam malah terkesan mendukung pembangunan skala besar yang berpotensi merusak lingkungan hidup.Logika tidak lazim tentu dari seseorang yang didaulat sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bagaimana bisa menteri yang memiliki fokus kerja melakukan pengendalian atas pencemaran-kerusakan lingkungan dan pengendalian terhadap perubahan iklim, larut dalam wacana dekonstruksi alam atas nama pembangunan?Pernyataaan itu menggambarkan seolah-olah memang sudah semestinya pembangunan harus jadi prioritas dan alam dikesampingkan. Alih-alih sebaliknya.  Destruksi kapitalisme Sang menteri lupa, kehidupan manusia bersumber dari alam. Tanpa alam manusia bisa apa? Air minum dari alam, oksigen dari alam, pangan dari alam, bahkan kalau merunut kerangka penciptaan manusia, manusia terbentuk dari rantai makanan yang bersumber dari alam. Itu semua merupakan bukti betapa penting alam dalam eksistensi kehidupan manusia. Jadi, sudah semestinya alam menjadi prioritas utama dalam proyeksi pembangunan ekonomi, bukan sebaliknya. Alam ini bukan sepenuhnya milik manusia. Hewan-hewan perlu tempat untuk hidup, tanaman butuh lahan untuk tumbuh.Ruang pikir yang terkungkung dalam fatamorgana ekonomi kapitalisme lewat visualisasi gedung-gedung menjulang dan tol panjang berjuta-juta kilometer yang tampak dalam pembangunan jor-joran era ini, ditambah keyakinan besar itu semua merupakan simbol kesejahteraan, sudah sepenuhnya salah.Kapitalisme mendorong produktivitas ekonomi tanpa batas hingga mengorbankan alam sampai habis ke akarnya merupakan ilusi kesejahteraan yang menyesatkan.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-010-01.json
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Mari sejenak membayangkan semesta ini tergantikan oleh beton-beton megah nan mewah. Cerobong pabrik dengan asap hitam pekat dan aspal-aspal panas yang membentang jauh terhampar dengan dalih pembangunan untuk kesejahteraan. Kita tidak bisa hidup dalam semesta seperti itu. Alam sejak dulu sudah menyediakan apa yang kita butuhkan sebelum revolusi industri mengubah perilaku manusia menjadi makin tamak.Mengejar pembangunan ekonomi tanpa mengharmonisasikan dengan alam justru hanya akan menciptakan kehancuran. Kiamat semesta tercipta karena ulah manusia itu sendiri. Seperti disampaikan Stephen Hawking dalam sebuah tulisan di The Guardian pada 2016, “mungkin dalam beberapa ratus tahun kita akan membangun koloni manusia di antara (tengah) bintang-bintang, tapi saat ini kita hanya memiliki satu planet, kita perlu bekerja sama untuk melindunginya.”Komentar ini Hawking tujukan untuk mengkritisi kerusakan lingkungan karena eksploitasi sumber daya alam besar-besaran, yang terkonsentrasi hanya pada segelintir orang. Yang secara bersamaan juga menyebabkan ketimpangan sosial ekstrem, dimana masyarakat kelas kaya dengan aset membumbung hingga jomplang dibandingkan akumulasi kepemilikan harta orang-orang miskin.Bagi Hawking, saat ini merupakan momen paling kritis umat manusia dengan tantangan paling sulit adalah bagaimana menghadapi perubahan iklim, (mengatasi berkurangnya) produksi pangan, ada kelebihan populasi, penipisan varian spesies, muncul penyakit epidemik serta pengasaman laut.Semua itu terjadi lagi-lagi karena ulah manusia yang serakah – tak terkontrol untuk terus menimbun kekayaan secara maksimal.  Ekososialisme, solusi arah pembangunanBelajar dari fenomena itu, maka kapitalisme ekonomi tanpa batas sebenarnya bukanlah kunci kesejahteran, justru pembuka jalan menuju kehancuran. Kapitalisme sarat dengan logika akumulasi untung besar (nilai tukar) hingga melupakan esensi hidup sesuai kebutuhan (nilai guna).
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2021-010-01.json
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Dampaknya, alam tak dihiraukan. Untuk itu, tipikal pembangunan ekonomi yang harmoni bersama alam adalah pembangunan yang bersandar pada ekososialisme. Ekososialisme menurut James O’connor merupakan sebuah gerakan sekaligus teori yang berupaya mendegradasi dan menggantikan logika nilai tukar menjadi nilai guna. Hingga produksi ekonomi berlandaskan hanya kepada kebutuhan sosial (bukan akumulasi rente individualisme) dengan berdasarkan persyaratan perlindungan pada lingkungan sekitar (Michael Lowy, What is Ecosocialism). Tujuan ekososialisme itu adalah membangun masyarakat sadar lingkungan dengan berpegang pada kontrol demokrasi, terwujud kesetaraan sosial, dan infiltasi prinsip kerja ekonomi berdasarkan nilai guna.Menurut Michael Lowy, secara intrinsik, rasionalitas kapitalisme yang menitikberatkan profitabilitas ekonomi dan persaingan sengit nyatanya sangat bertolak belakang dengan rasionalitas ekologis yang memperhitungkan keseimbangan alam.Ekososialisme merupakan sebuah prinsip hidup bersama antar masyarakat yang menganut nilai demokratis atas asas koeksistensi manusia dan alam. Realita pembangunanTanpa bersandar pada ekososialisme, pembangunan hanya menjadi tameng rente belaka, di mana wujud pembangunan besar-besaran “belum tentu” menyasar rakyat sebagai tujuan utama pembangunan. Faktanya, berbagai suara penolakan pembangunan di tanah-tanah adat, misal, soal Waduk Lambo di Nagekeo dan geothermal Wae Sano di Manggarai Barat, tidak mendapat respon berarti dari pemerintah (Mongabay, 16/10/21).
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2021-010-01.json
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Mengabaikan suara rakyat dalam proses pembangunan berarti menyimpan kepentingan elit dan oligarki di sana. Hingga kita selalu melihat pembangunan bersifat destruktif. Hutan terbabat habis, laut tercemar, gunung dikeruk, tanah adat tereksploitasi. Tambah lagi, proses pembangunan tanpa pelibatan publik maka tak aneh kalau banyak proyek pemerintah terbengkalai. Karena ia tak bersumber dari aspirasi dengan skema kebijakan demokratis seperti tercermin dalam pembangunan ekososialisme – yang mengharuskan peran serta rakyat-melainkan hanya investasi kapitalisme yang memuaskan kantong-kantong oligark semata.Sekalipun memang ada niat baik pemerintah guna mengejar pertumbuhan ekonomi di sana. Pertanyaannya, siapa yang lebih diuntungkan atas itung-itungan pembangunan macam itu?Data BPS mengejutkan. Angka kemiskinan per Maret 2021 masih besar, mencapai 27,54 juta orang, naik 1,12 juta orang dari 2020. Sedang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021, tumbuh 7,07% (Detik, 5/8/21). Ketidaksesuaian antara angka pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan harus dicermati dengan seksama. Tak lain ada yang salah dalam format pembangunan ekonomi kita. Kita harus selalu pegang kata-kata Federico Demaria, ekonom ekologi dalam tulisannya “Why Economic Growth Is Not Compatible With Environmental Sustainability.”Dia mengatakan, pertumbuhan GDP ekonomi bukanlah penentu satu-satunya ukuran kesejahteraan (hidup yang baik), karena sebenarnya, angka harapan hidup tinggi itu berasal dari wujud lingkungan sehat (angka karbon rendah) bukan dari pendapatan tinggi. Investor VS rakyat
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2021-010-01.json
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme
Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Ironi pembangunan yang membabat habis alam tengah terjadi lambat laun akan menjadi petaka bagi kita. Siapa yang paling rugi atas peristiwa itu? Tentu rakyat. Rakyat tidak lagi memiliki sungai bersih untuk sekadar berlibur, atau pantai indah tempat mereka berpiknik bersama keluarga, atau gunung sebagai tempat biasa mencari hasil hutan. Rakyat hidup dengan banjir, longsor, dan menderita berbagai penyakit saluran pernapasan.Sisi lain, para investor pembangunan yang merusak alam, hidup di tempat-tempat mewah dan bersih, plesiran ke tempat-tempat nan indah dengan panorama alam masih asri. Mereka berlibur menikmati keindahan alam dan menghirup udara segar. Mereka jauh dari hingar bingar industri dan debu debu bukit yang diruntuhkan.Paradoks nyata ini terpampang di depan mata dan kadang kita tidak menyadari. Saat alam rusak, rakyat kecil yang pertama kali merasakan dampak…  Penulis: Ahmad Nurcholis adalah master politik internasional di Universitas Shandong, China dengan fokus pada isu politik, ekonomi pembangunan, lingkungan dan hubungan internasional. Tulisan ini merupakan opini penulis. ******Foto utama:  Perusahaan yang membuka kebun sawit dan berkonflik lahan dengan masyarakat adat Laman Kinipan di Kalteng.  Hanya demi ‘pembangunan’ deforestasi dan masalah sosial muncul tak masalah? Benarkah?  Foto: Safrudin Mahendra-Save Our Borneo [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-017-20.json
Perburuan Walabi Marak di Merauke
Perburuan Walabi Marak di Merauke | [CLS]  Perburuan kangguru atau walabi di Merauke, Papua, mengkhawatirkan. Berburu bukan lagi untuk konsumsi sendiri tetapi sudah diperdagangkan di pasaran.  Fremensius Obe Samkakai, tokoh masyarakat Marind, sedih menyaksikan kangguru (walabi) atau nama lokal saham, marak diburu untuk dagangan di Merauke.Dia minta, perburuan satwa ini dihentikan. Obe khawatir, kalau terus menerus diburu, walabi akan punah.Bagi sebagian orang Marind saham ini sebagai totem atau hewan suci, terutama klen Samkakai. Dalam adat Marind , walabi biasa jadi penutup kandara atau tifa.Dia bilang, sebagai totem seharusnya satwa ini terjaga bukan jadi buruan. Apalagi, katanya, kangguru satwa dilindungi dan logo Pemerintah Merauke.“Ini aset bangsa,” katanya.  Untuk itu, katanya, perlu kesadaran semua untuk menghargai satwa endemik seperti saham ini.Irwan Effendi, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Merauke mengatakan, pemburuan membuat saham makin berkurang di alam. Terlebih setelah akses Jl. Trans Papua, ada, perburuan makin menggila.Satwa endemik Papua ini, katanya, memang jadi satu sumber protein bagi warga. Namun, katanya, tradisi Marind berburu dengan alat tradisional seperti panah, dan parang, dan untuk keperluan sendiri. Kalau sudah berburu, lalu daging dijual ke pasar, katanya, bisa membahayakan keberlangsungan satwa ini.Walabi, katanya, satwa dilindungi tetapi masyarakat lokal masih bisa memanfaatkan secara tradisional. “Jangan terlalu banyak sampai mengancam mereka dan keseimbangan alam.”Dia bilang, satwa dilindungi ini bisa ditemukan di beberapa hutan konservasi seperti Cagar Alam Bupul, Suaka Marga Satwa Mbian dan Taman Nasional Wasur.“Kami bertugas melindungi satwa ini dari pemburu asing yang biasa membunuh satwa walabi,” katanya.Dia mengajak semua pihak mengawasi perburuan satwa ini. Tak bisa hanya mengandalkan BKSDA, karena personil polisi hutan terbatas, bisa dihitung dengan jari.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2018-017-20.json
Perburuan Walabi Marak di Merauke
Perburuan Walabi Marak di Merauke | “Hentikan perburuan ilegal untuk dijual. Semua harus sadar. Satwa ini totem Samkakai,” katanya.  Ronny Tethool WWF Indonesia, Kantor Merauke, mengatakan, walabi jadi kebanggaan orang Merauke. Satwa ini ikon Merauke.Saham biasa hidup  berkelompok dan tak suka kebisingan alias sangat terganggu dengan bunyi.Saat savanna habis, dan tumbuh rumput baru, kala itulah pakan mereka tersedia lagi. Satwa ini, katanya, sangat takut rumput terbakar, bila teganggu pasti mereka pindah.Saham sulit perkembangan biak. Mamalia berkantong ini saat melahirkan akan membiarkan anak dalam kantong untuk mendapatkan asupan susu. Bagi betina yang sudah beranak satu, misal, belum tentu semasa hidup punya anak lagi.“Cara membedakan betina, tinggal menghitung putingnya saja dan ada kantong.”  Sebenarnya, kata Ronny, kalau walabi terjaga, bisa jadi obyek ekowisata tetapi dalam kondisi alami bukan buatan manusia. Bila kandang buatan manusia, katanya, harus ada izin dari BKSDA.Dengan ekowisata, katanya, bisa membantu mata pencarian masyarakat, salah satu jadi pemandu wisata. “Misal, mereka menjelaskan seputar kangguru, masa hamil dan membesarkan anak, kangguru itu apa, bagaimana perkembangbiakan, pola hidup. Pakan bagaimana,” katanya.Donald Hutasoit, Kepala Balai Taman Nasional Wasur, menyesalkan, pihak-pihak yang memburu satwa ini hingga populasi terancam.Kearifan lokal Marind, sebenarnya mengatur, pemanfaatan terbatas satwa ini, misal, kapan berburu, usia, berapa banyak, larangan bunuh betina. Tampaknya, hal ini mulai luntur, katanya, mereka banyak berburu tanpa tradisi adat lagi.Bilang satwa ini diburu, harus memakai alat tak sembarang, secara tradisonal seperti panah dan busur, parang. Orang dari luar, katanya, memiliki kemampuan senjata angin untuk membunuh satwa bahkan jadi pajangan di media sosial. 
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2018-017-20.json
Perburuan Walabi Marak di Merauke
Perburuan Walabi Marak di Merauke | Keterangan foto utama:   Kala hutan Papua, terbabat jadi sawit, di manakah kangguru pohon ini bisa tinggal? Mereka menanti kepunahan…Foto dari laporan Mighty, SKP-KAM Merauke, Yayasan Pusaka, dan Federasi Eropa untuk Transportasi dan Lingkungan dan Federasi Korea untuk Gerakan Lingkungan.   [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]