filename
stringlengths
16
16
title
stringlengths
22
107
text
stringlengths
132
2.1k
softlabel
stringlengths
15
740
2016-006-19.json
Polisi Lepaskan Satwa Malang Ini di Pantai Kuta. Kenapa?
Polisi Lepaskan Satwa Malang Ini di Pantai Kuta. Kenapa? | Penyu merupakan satwa dilindungi baik nasional maupun internasional, melalui melalui UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya (KSDHAE) dan UU No.31 tahun 2004 tentang Perikanan. “Karena itu kami dari Ditpolair Polda Bali berkomitmen dalam menjaga dan melestarikan penyu melalui penegakan hukum yang optimal,” katanya.Meskipun tentunya hal ini tak mudah dan memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Mengingat modus operandi perdagangan penyu di Bali terus berubah-ubah dikarenakan nilai ekonominya yang terbilang tinggi dan akses masuknya penyu ke wilayah Bali cukup banyak.Melalui penggagalan penyelundupan kali ini, Sukandar berharap penyelundupan penyu di Bali berangsur-angsur dapat menurun seiring telah adanya TCEC Serangan selaku lembaga yang telah menyediakan penyu untuk kepentingan upacara adat masyarakat Bali Selatan. Sedangkan bagi para peminat daging penyu tidak lagi diperkenankan mengkonsumsinya karena melanggar aturan hukum dan dapat dipidana maksimal 5 tahun penjara atau denda mencapai Rp100 juta.Sebelum dilepasliarkan, penyu-penyu itu dititiprawatkan sementara di TCEC Serangan untuk diperiksa medik veteriner dan perawatan lebih lanjut sebelum dilepaskan. Penanganan dilakukan secara cepat di bawah supervisi tim Kedokteran Hewan Universitas Udayana dan WWF Indonesia. Pasca tiga hari direhabilitasi, kini penyu tersebut dinyatakan sehat dan siap dilepaskan ke laut.Menurut I Made Sukanta, Direktur TCEC Serangan bahwa penitipan penyu oleh Ditpolair Bali pada kali ini terbilang sangat sedikit dibandingkan beberapa kali penggagalan sebelumnya.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-006-19.json
Polisi Lepaskan Satwa Malang Ini di Pantai Kuta. Kenapa?
Polisi Lepaskan Satwa Malang Ini di Pantai Kuta. Kenapa? | Sukanta menambahkan pada 6 April 2016 Ditpolair Bali setidaknya telah menitipkan Penyu di TCEC Serangan mencapai 40 ekor, dimana rata-rata penyu tersebut mengalami kondisi dehidrasi berat dan infeksi pada sirip depannya.  Hasil perawatan tim Medik TCEC selama 1 minggu, 34 ekor penyu tersebut telah dinyatakan sehat dan telah dilepaskan, 2 ekor diantaranya mati dan 4 ekor lainnya masih dititipkan hingga saat ini di TCEC sebagai barang bukti persidangan.Pada kesempatan yang sama, Koordinator Konservasi Spesies Laut WWF Indonesia Dwi Suprapti mengatakan, berdasarkan pengamatannya selama periode tahun 2016 setidaknya telah 6 kali upaya penegakan hukum terhadap pemanfaatan penyu secara ilegal ke Bali. Dimana sejumlah 154 ekor penyu telah berhasil diamankan. Hal ini berarti pemanfaatan penyu di Bali masih terbilang tinggi.Oleh karenanya diperlukan komitmen yang kuat dari aparat penegak hukum baik di Bali maupun propinsi lainnya yang menjadi sumber perburuan dan penampungan penyu untuk lebih ketat dalam pengawasannya.Pada kesempatan yang sama, S Kepala BPSPL (Balai Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Laut) Denpasar, Suko Wardono mendukung langkah Ditpolair Bali dalam upaya penegakan hukum terhadap perdagangan penyu yang masih cukup marak terjadi di wilayah Bali.“Sebagai unit pelaksana teknis, BPSPL Denpasar berkomitmen melaksanakan UU Perikanan, UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan UU Kelautan dalam konservasi jenis ikan termasuk penyu. Konservasi penyu sangat strategi bagi pemerintah indonesia khusunya Bali sebab  penyu merupakan migratori spesies yang melintasi banyak negara. Sehingga pengelolaan penyu di Indonesia juga menjadi perhatian dunia,” kata Suko.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2016-006-19.json
Polisi Lepaskan Satwa Malang Ini di Pantai Kuta. Kenapa?
Polisi Lepaskan Satwa Malang Ini di Pantai Kuta. Kenapa? | Untuk itu, lanjutnya, komitmen dan dukungan pemerintah daerah, aparat penegak hukum, kelompok masyarakat pelestari penyu dan masyarakat dalam menjaga fungsi penting penyu sangat penting. “Kami berharap dukungan dan peran serta seluruh pihak bersama-sama KKP dalam mengelola sumberdaya perikanan dan kelautan termasuk penyu, agar tetap lestari,” tambah Suko. [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | [CLS] Artikel ini adalah opini dari penulis. Artikel ini telah mendapat tanggapan dari para penulis penelitian ini.Hutan Indonesia kembali menjadi perbincangan, setelah hasil penelitian Belinda Margono dan Matthew Hansen dkk dipublikasikan dalam jurnal online ilmiah Nature Climate Change edisi 29 Juni 2014 berjudul “Primary forest cover loss in Indonesia over 2000-2012”. Penelitian itu menyebutkan hilangnya hutan alam primer tropika di Indonesia masih terus berlangsung dan merupakan kehilangan hutan primer tercepat di dunia. Luasan hutan primer yang hilang selama periode penelitian ini setara dengan setengah dari luas pulau Jawa.Mencermati studi yang dilakukan oleh Belinda dkk, terdapat beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian ekstra, yaitu penyederhanaan definisi hutan yang menggunakan global algorithm dan pengkajian keberhasilan moratorium di area yang jauh lebih besar dari daerah yang dimoratoriumkan. Penyertaan hutan sekunder dan area penggunaan lain (APL) dalam pengkajian moratorium tersebut terkesan lebih bermuatan politis untuk sebuah penelitian yang seharusnya ilmiah dan teknis pemetaan.Penelitian deforestasi yang dilakukan Belinda dan Hansen memasukkan  hutan sekunder (hutan yang sudah pernah dibalak/logging) dan APL (area penggunaan lain) pada tahun 2000 sebagai hutan primer. Hal ini dinyatakan secara eksplisit oleh Belinda dkk dalam publikasi mereka.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | Sebagaimana dapat di lihat dalam gambar di atas, penelitian Belinda dan Hansen menggunakan perhitungan global gross forest loss (perubahan tutupan hutan global secara bruto) sebagai dasar untuk mendefinisikan berkurangnya hutan primer di Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2012. Definisi ini menyatakan bahwa semua lahan dengan ketinggian pohon 5 meter dan belum dibuka secara menyeluruh atau ditanami kembali sebagai kelompok hutan alam. Definisi ini membatasi penelitian pada besaran perubahan tutupan lahan saja dan tidak mengidentifikasi peruntukan lahan yang mengalami perubahan sejak tahun 2000 tersebut.Definisi hutan alam yang digunakan untuk mengolah data citra satelit diatur dengan coverage threshold (tutupan lahan minimum) sebesar 30 % dan tinggi pohon lebih dari 5 meter sebagai dasar penentuan lahan hutan primer. Definisi tersebut memberikan keterbatasan dalam mengidentifikasi aneka ragam kondisi hutan dan lahan, sehingga semua lahan yang sudah diberikan izin dan/atau telah menjadi hutan yang terdegradasi atau kritis tetap dihitung dan dikategorikan sebagai hutan alam primer yang secara teoritis harus dilindungi sebagai hutan konservasi dan hutan lindung. Dengan definisi hutan primer yang memasukkan hutan sekunder, Belinda dkk secara implisit menyalahkan pemanfaatan hutan sekunder, baik itu untuk pengembangan hutan tanaman industri maupun untuk kepentingan penggunaan oleh masyarakat sekitar, termasuk oleh masyarakat adat.Penelitian ini sebenarnya menggelikan karena pada dasarnya jenis hutan di dunia ini beragam, mulai dari hutan tropis, hutan subtropis, sampai dengan sabana. Sedangkan Belinda dkk menggunakan definisi hutan global (global algorithm) yang terbukti tidak cocok untuk menganalisa keanekaragaman kondisi hutan tropis Indonesia.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | Tentunya dengan definisi yang seperti ini, angka deforestasi yang didapatkan menjadi berbeda dengan angka dan kecenderungan dari tahun ke tahun yang selama ini dijadikan acuan dalam berbagai publikasi mengenai deforestasi di Indonesia, baik oleh pemerintah (Kementerian Kehutanan) maupun oleh LSM, lembaga penelitian internasional dan lembaga ilmiah lainnya.Pihak GIZ misalnya, menggunakan metode / rumus yang digunakan oleh Belinda dan Hansen pada peta kehutanan yang mereka gunakan di proyek FORCLIME di Kabupaten Berau dan Kapuas Hulu. Dengan rumus atau algorithm pengolahan data yang berbeda, terbukti penelitian Belinda memasukkan seluruh kawasan Berau dan Kapuas Hulu sebagai hutan primer, sementara dengan menaikkan threshold dari 30% menjadi 80% diperoleh peta citra satelit yang lebih akurat dan halus, yang dapat membedakan antara hutan alami yang primer dengan hutan yang pernah diolah manusia (sekunder) atau yang relatif sudah rusak di lokasi yang sama. Dengan threshold yang lebih tinggi, keberadaan perizinan / konsesi hutan di kawasan tersebut dapat mudah terlihat dari penurunan kualitas hutan yang semula primer menjadi sekunder. Dari kajian GIZ tersebut ditemukan perbedaan yang signifikan dalam luasan hutan primer yaitu 80,677 ha (Belinda dkk) dengan 24,713 ha (GIZ) di Kapuas Hulu dan 81, 630 ha (Belinda dkk) dengan 46,880 ha (GIZ) di Berau.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | Penelitian Belinda dan Hansen menjadi terlihat sangat  menyederhanakan kondisi hutan dan perhitungan deforestasi, dengan hanya memperhitungkan selisih luasan hutan tiap tahun dalam rentang waktu sejak tahun 2000 sampai 2012. Mereka secara sengaja tidak memperhitungkan perubahan pemanfaatan yang berlangsung dalam kurun waktu 12 tahun tersebut, seperti perubahan tata ruang, tata guna lahan, alih fungsi lahan dan peruntukannya. Karena sesungguhnya begitu pada sebuah kawasan hutan diberikan izin untuk dikonversi menjadi kebun atau lahan pertanian, atau diubah statusnya menjadi Hutan Rakyat atau Hutan Tanaman Rakyat, maka dengan diterbitkannya izin-izin itu seharusnya dilakukan pencatatan terhadap hilangnya atau potensi hilangnya hutan primer di dalam perizinan kebun tersebut.  Ketika sisa hutan di kawasan kebun yang dikuasai oleh perusahaan maupun masyarakat diperhitungkan sebagai hutan primer, maka penelitian yang seharusnya mencerahkan ini justru menimbulkan kebingungan.Pilihan rentang waktu penelitian dari 2000 sampai 2012 juga memperkuat kesan politis dari penelitian ini, karena apabila Belinda dkk ingin mendapatkan angka deforestasi yang lebih akurat, seharusnya penelitian tersebut dilakukan pada rentang waktu yang lebih panjang ke masa silam, yaitu sejak tahun 1990 misalnya.  Sehingga dinamika naik turunnya deforestasi terekam dengan baik, termasuk melonjaknya kerusakan hutan sehingga mencapai lebih dari 3 juta hektar dalam satu tahun di masa transisi dari Orde Baru ke Era Reformasi. Hal yang juga perlu dijelaskan adalah grafik kecenderungan deforestasi hasil penelitian Belinda dkk menunjukkan garis linear yang meningkat dari 200.000 hektar di tahun 2001 menjadi sekitar 800.000 hektar di tahun 2012, sangat berbeda berbagai kajian lain yang menunjukkan fluktuasi angka deforestasi (terjadi kenaikan dan penurunan) pada rentang waktu yang sama.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | Hal ketiga yang mengesankan muatan politis dalam penelitian Belinda dan Hansen adalah kesimpulan mengenai kebijakan moratorium hutan primer dan lahan gambut yang dianggap tidak berhasil mencapai sasarannya (quote: Although Indonesia recently implemented an implicit deforestation moratorium, beginning in May 2011, it seems that the moratorium has not had its intended effect1). Kesimpulan ini adalah kesimpulan gegabah yang tidak didasarkan pada analisa yang baik.Konsentrasi penelitian yang hanya difokuskan pada besaran perubahan tutupan hutan se-Indonesia menyebabkan Belinda dan Hansen tidak melakukan analisa kawasan yang dimoratorium secara khusus.Semua lahan yang terlihat seperti kawasan hutan pada threshold sebesar 30% dijadikan dasar untuk mengevaluasi kebijakan moratorium. Semua hutan di Indonesia, baik itu hutan yang sudah terdegradasi maupun yang termasuk dalam konsesi perkebunan dan hutan rakyat, dimasukan dalam algoritma perhitungan perubahan peruntukkan lahan tersebut. Seharusnya, untuk menilai keefektifan kebijakan moratorium, dilakukan analisa perubahan tutupan hutan di kawasan yang dimoratorium, yang bisa dengan mudah dilakukan bila Peta Indikatif Penundaan Izin baru (PIPIB) digunakan sebagai salah satu dasar perhitungan.Dengan tidak digunakannya PIPIB dalam lingkup penelitian tersebut maka kesimpulan mengenai moratorium menjadi kesimpulan yang sarat muatan politis. Hal ini terbukti dengan terbitnya editorial dan artikel yang menuduh kegagalan moratorium dan meminta pencabutan kebijakan moratorium perizinan baru diatas hutan primer dan lahan gambut seluas 63 juta hektar. Bila penelitian dijadikan acuan untuk membatalkan kebijakan moratorium oleh pemerintahan baru Indonesia yang akan mulai bekerja akhir bulan Oktober 2014 nanti, tidaklah mengherankan bila laju deforestasi di kawasan hutan primer di masa depan akan lebih tinggi dari sekedar 800 ribu hektar per tahun.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | Alih-alih mengusulkan pelestarian hutan, artikel Belinda dkk memberikan argumen untuk membatalkan kebijakan moratorium yang membuka peluang diterbitkannya izin-izin pemanfaatan hutan di 63 juta hektar hutan primer dan lahan gambut yang masih baik. Dengan berbagai keterbatasannya, kebijakan moratorium kehutanan yang diberlakukan Presiden SBY telah menekan laju deforestasi dan nafsu mengobral izin pemanfaatan hutan di lingkup pemerintah daerah. Semua perizinan di dalam kawasan moratorium yang diterbitkan Pemerintah Daerah dalam tiga tahun terakhir menjadi izin-izin yang secara yuridis bermasalah dan harus dibatalkan. Sehingga keinginan para pemangku kepentingan untuk memanfaatkan kawasan hutan diarahkan pada kawasan hutan sekunder atau hutan yang sudah rusak, baik untuk ditingkatkan produktifitasnya maupun untuk direstorasi.Bagaikan pemburu yang ingin menangkap harimau tetapi kemudian mengejar kawanan gajah, penelitian yang ingin menyimpulkan kegagalan kebijakan moratorium ini, menyamarkan data kerusakan hutan yang primer dengan hutan yang rusak (sekunder), dan mencampur-adukan aneka hutan yang berada jauh di luar kawasan moratorium dengan hutan primer di dalam kawasan moratorium.Disamping nuansa politis dan ketidakakuratan data yang digunakan, hal yang juga mengganggu dalam penelitian ini adalah kerangka pikir para peneliti yang pada dasarnya ingin menyatakan bahwa ‘semua lahan hutan yang tersisa harus diselamatkan dan dikonservasi atau dilindungi’. Pola pikir ini secara konfrontatif menegasikan berbagai kepentingan pemanfaatan hutan, termasuk hak  masyarakat sekitar hutan (masyarakat adat maupun penduduk) untuk dapat beraktifitas di hutan penyangga kehidupan mereka. Pemikiran ala kolonialisme jadul (jaman dulu) inilah yang sesungguhnya menghambat upaya melestarikan hutan yang tersisa.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | Tantangan ke depan adalah melakukan optimalisasi hutan sekunder dan APL untuk kesejahteraan masyarakat sehingga terhindar konversi atau pembalakan di hutan alam primer. Seperti halnya sumber daya energi, hutan sebagai sumber daya alam, perlu dikelola dengan menyeimbangkan tujuan Konservasi dengan tujuan Pemanfaatan sebagai dua hal yang berjalan seiring dan saling memperkuat.======================================Tulisan ini telah mendapat respon dari para peneliti yang terlibat dalam riset ilmiah ini.  Berikut adalah tanggapannya terhadap artikel ini.Penelitian mengukur hilangnya hutan primer di Indonesia kami lakukan dalam rentang waktu tahunan, dan dalam pelaksanaanya didasarkan pada proses metodologi yang selalu berkembang dan terus ditingkatkan lewat peer-review dan publikasi akademik. Karya ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang akurat dan transparan atas hilangnya hutan primer yang akhirnya dapat memperkuat kapasitas pemantauan hutan di Indonesia.Saya dan semua rekan-rekan peneliti dapat memastikan bahwa penelitian ini didasarkan pada metode ilmiah tanpa dipengaruhi oleh agenda politik apapun. Tanggal publikasi tidak dipilih bertepatan dengan proses Pemilu yang saat ini dilakukan di Indonesia, tetapi lebih kepada proses peer-review dari Jurnal Nature Climate Change; dalam kertas kerja kami dapat dilihat tanggal asli pengajuan pekerjaan kami kepada Nature Climate Change yaitu Desember 2013 (tahun lalu).Kami menggunakan metode pemetaan penginderaan jarak jauh untuk mempelajari tutupan hutan (forest cover), bukan penggunaan lahan hutan (forest land use), satu konsep yang oleh penulis artikel ini, Agus Purnomo dirancukan dalam kritiknya. Kami telah sangat hati-hati mendefinisikan kategori tutupan lahan hutan primer, memetakan kehilangannya pada tahun 2000-2012, serta telah membuat data tersebut tersedia bagi siapa pun yang tertarik meneliti hasil penelitian kami.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | Kami tidak mengajukan argumen pro atau kontra terkait kesesuaian penggunaan hutan primer yang ada di Indonesia. Kami hanya menyajikan kuantifikasi kerugian yang terjadi dari waktu ke waktu, dan menyarankan antara lain studi lebih lanjut tentang efektivitas moratorium dalam mengurangi deforestasi. Kami sekarang bekerja pada topik ini dan akan menyerahkannya lewat sebuah proses peninjauan-ketat ketika ini diselesaikan.Sayangnya substantif kerancuan dapat timbul dari ketidaktersediaan kumpulan data ilmiah yang dapat diperiksa dan tersedia untuk umum. Contoh terbaik dari kerancuan ini menyangkut hutan sekunder, yang dalam penelitian kami terdiri dari “hutan alam yang menunjukkan hadirnya tanda-tanda aktivitas manusia, secara khusus pembalakan (logging); hutan sekunder tidak memasukkan pertumbuhan sekunder dari hutan yang sebelumnya pernah dibersihkan (cleared forest).”Penulis artikel ini, Purnomo mengabaikan definisi ini, yang diambil dari Kementerian Kehutanan, yang mana dirancukan dengan perkebunan dan penggunaan lahan kehutanan lainnya. Dalam kerancuan ini, tidak ada cara lain untuk memahami penelitian kami. Ini adalah titik penting. Sesuai dengan definisi yang dikeluarkan Kementerian Kehutanan, sekali hutan primer dibalak, selanjutnya ia disebut sebagai hutan sekunder. Jika hutan sekunder selanjutnya dibersihkan dan dikonversi menjadi penggunaan lahan lain, maka tidak akan pernah ada pembukaan hutan primer. Dalam penelitian yang dilakukan, kami menutup celah ini. Penelitian kami memberi gambaran perubahan dari hutan primer utuh (primary intact), kepada bentuk terdegradasi (degradated) hingga pembersihan (cleared) hutan yang terjadi di Indonesia. Cara terbaik untuk mengatasi ketidaksepakatan pandangan ini adalah melalui pengiriman dan perbandingan set data spasial dan data waktu spesifik (temporally explicit data), dan tidak melalui argumen ad hoc secara personal.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-038-10.json
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis
Angka Deforestasi Belinda, Kajian Ilmiah Bermuatan Politis | Mengingat pengalaman kami yang luas dalam bekerja dengan basis data satelit observasi bumi, untuk melakukan pemetaan hutan dan perubahannya dari waktu ke waktu, kami sangat percaya diri dengan hasil yang kami peroleh. Kritik dalam konteks yang kurang tepat dan tidak dalam obyektivitas ilmiah tidak menciptakan wawasan baru atau pemahaman lebih lanjut dari masalah yang penting ini. (Belinda A Margono, Matthew Hansen dan co-authors) [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2023-007-06.json
Tanpa Pupuk Subsidi, Petani Sawit Mandiri Lampung Tetap Garap Lahan
Tanpa Pupuk Subsidi, Petani Sawit Mandiri Lampung Tetap Garap Lahan | [CLS]   Hujan baru reda di Desa Batanghari, Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, Senin (24/10/2022) pagi.Rokani bersiap memanen sawit. Menggunakan sepeda motor, dia membawa sabit yang nantinya disambung ke besi hingga sepanjang 11 meter.Lelaki 58 tahun ini kesehariannya merupakan buruh upah pemanen sawit milik petani mandiri. Dia dibayar Rp250 ribu untuk satu ton.“Bila buahnya jelek, satu hektar tidak sampai satu ton,” terangnya.Ayah enam anak ini cemas, meski tidak memiliki kebun sawit, kebijakan tidak adanya pupuk subsidi berdampak pada dirinya.“Perawatan yang tidak maksimal membuat hasil buah menurun. Bisa jadi, petani sawit mandiri beralih ke sistem plasma. Saya bisa kehilangan pekerjaan mengingat usia sekarang,” ujarnya.  Persoalan pupukKementerian Pertanian (Kementan) tidak memasukkan sawit dalam sembilan komoditas yang mendapatkan pupuk subsidi. Fokusnya pada komoditas perkebunan yang produktivitasnya perlu ditingkatkan, sehingga bisa menggenjot ekspor atau mengurangi impor dari negara lain.Mengutip Kata Data, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Ali Jamil, dalam Sosialisasi Kebijakan tentang Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian, Jumat (15/7/2022),mengatakan, ada sembilan komoditas yang mendapatkan pupuk subsidi. Komoditas itu adalah padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi, dan kakao.Terkait tidak ada pupuk subsidi untuk sawit, Ikhwan Mulyanto, warga Desa Karyamakmur, Kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, mencari solusi dengan menggunakan pupuk organik.Dia memanfaatkan kotoran sapi yang difermentasi dengan abu sekam dan EM4. Setelah satu hingga dua minggu, pupuk tersebut ditaburkan pada sawitnya seluas dua hektar.“Pupuk saya takar 10 kilogram lalu dimasukkan ke karung dan saya letakan dekat batang sawit dengan jarak 80 sentimeter. Tujuannya, agar tidak terbawa air hujan,” terangnya, Senin (24/10/2022).
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2023-007-06.json
Tanpa Pupuk Subsidi, Petani Sawit Mandiri Lampung Tetap Garap Lahan
Tanpa Pupuk Subsidi, Petani Sawit Mandiri Lampung Tetap Garap Lahan | Menggunakan pupuk organik hasilnya tidak instan seperti pupuk kimia, perlu waktu hingga satu tahun untuk melihat hasilnya. Pemupukan organik dia lakukan sejak akhir 2021, sebab jika sawit tidak dipupuk akan terjadi penurunan produksi sekitar 30 persen.“Hasilnya masih bisa satu ton dalam satu hektar,” ucapnya.  Berbeda dengan Cipuk, warga Desa Batanghari, yang juga petani sawit mandiri. Dia bertahan menggunakan pupuk kimia, meski pupuk subsidi dihilangkan.“Selagi harga sawit tidak kurang dari Rp1.500 ribu per kilogram,” kata lelaki 73 tahun itu.Sejak akhir 2021, dia tidak mendapat pupuk subsidi lagi. Perbandingan biaya pemupukan bisa mencapai Rp1,5 juta, untuk kebunnya seluas 3 hektar.“Ketika masih disubsidi, biaya pemupukan setiap 4 bulan sebanyak Rp3,5 juta,” ucapnya.Ketika ditanya kenapa tidak menggunakan pupuk organik, Cipuk mengatakan, sejak awal sawit ditanam hingga umur 17 tahun selalu menggunakan pupuk kimia.“Saya berharap, harga sawit Rp1.500 per kilogram dipertahankan, agar kami bisa mengelola kebun menggunakan pupuk yang dibeli di pasar,” jelasnya.  Perlu pendampingan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kampung Wonorejo, Kecamatan Penawar Aji, Tulang Bawang, Lampung, Widodo, mengatakan sejak awal 20221 petani sawit mandiri tidak mendapatkan pupuk subsidi.Widodo yang membawahi 9 kelompok tani dengan jumlah anggota setiap kelompok 30 orang, menjelaskan sebagian petani ada yang ingin bergabung dengan perusahaan menjadi petani plasma. Namun, terkendala biaya replanting. Seharusnya, ada bantuan dari badan pengelola dana kelapa sawit, seperti lahan satu hektar mendapat Rp30 juta.“Hal ini ingin kami bicarakan dengan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang atau langsung dengan pejabat perkebunan provinsi,” ujarnya.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-007-06.json
Tanpa Pupuk Subsidi, Petani Sawit Mandiri Lampung Tetap Garap Lahan
Tanpa Pupuk Subsidi, Petani Sawit Mandiri Lampung Tetap Garap Lahan | Selama ini kata Widodo, petani mandiri di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, nekat menggunakan pupuk non-subsidi yang diselingi pupuk organik. Artinya, jika memiliki uang mereka beli pupuk kimia.Sejauh ini untuk membuat pupuk organik, petani hanya menggunakan naluri yaitu dengan menaburkan kotoran sapi. “Pendampingan sangat diperlukan agar petani bisa membuat pupuk organik berkualitas,” jelasnya.Terkait penjualan buah sawit, Widodo menjelaskan, selama ini petani menjualnya ke penampung terdekat dan penampung ini menjual ke pabrik.“Semua petani sawit di kelompok kami memiliki pelanggan. Pengurus kelompok tidak menentukan harus dijual kepada siapa, karena kami belum memiliki koperasi,” jelasnya.Plt Kepala Dinas Perkebunan Lampung Yuli Astuti membenarkan, tanaman perkebunan yang mendapatkan pupuk subsidi hanya tiga jenis: kopi, kakao, dan tebu.Yuli mengaku sedang membuat program pendampingan petani mandiri agar bisa mendapatkan hasil panen maksimal.“Namun masih tahap pendataan, program belum berjalan,” jelasnya.  Bukan hanya kotoran sapiPraktisi pupuk kompos Suprayitno, warga Kabupaten Lampung Timur, mengatakan petani sawit mandiri tidak perlu khawatir menggunakan kompos. Menurutnya, tanaman apapun dapat menggunakan kompos yang diimbangi pupuk anorganik. Namun, belakangan ini petani tergantung pupuk kimia.Padahal, pupuk kimia berdampak kurang baik terhadap unsur tanah yaitu bisa memadatkan tanah dan membunuh mikroba.“Jika tanah rusak, akar tanaman sulit berkembang,” terangnya.Menurut Suprayitno, pupuk organik cukup bagus untuk produksi buah. Namun, karena penerapannya salah seolah pupuk organik merusak tanaman.Jika menggunakan pupuk kandang, sebelum ditabur pada tanaman harus diolah dulu. Ini dikarenakan pupuk kandang dari kotoran apapun, seperti kotoran sapi, mengandung bibit gulma bawaan rumput. Juga, mengandung bibit penyakit berupa bakteri dan jamur.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-007-06.json
Tanpa Pupuk Subsidi, Petani Sawit Mandiri Lampung Tetap Garap Lahan
Tanpa Pupuk Subsidi, Petani Sawit Mandiri Lampung Tetap Garap Lahan | “Bila pupuk kandang langsung diberikan ke pohon sawit, akan muncul penyakit uret semacam telur kumbang. Dampaknya, pelepah muda akan rusak karena dimakan ulat.”Penggunaan pupuk organik yang tepat membuat buah sawit lebih padat dan unsur tanah terjaga.“Harus diakui, butuh tenaga ekstra melakukannya,” ucapnya.  Dosen Jurusan Ilmu Tanah yang merupakan Guru Besar Fakultas Pertanian Unila, Dermiyati menjalaskan, pada dasarnya semua bahan organik bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk organik. Pada sawit, batang, cangkang, dan tandan kosong bisa dijadikan bahan juga.“Demikian pula limbah cair atau limbah padat dari proses industri minyak goreng,” katanya.Adanya tanaman penutup tanah (cover crop) yaitu legum atau legume cover crop (LCC) selain sebagai mulsa, juga berperan untuk konservasi tanah dan air.LCC juga bisa sebagai pupuk organik tanaman sawit. Legum dapat mengikat nitrogen (N) dari udara karena adanya bakteri rhizobium yang hidup di bintil akar.“Sehingga LCC dapat menyumbangkan N bagi sawit,” jelasnya.Dermiyati melanjutkan, semua sumber bahan organik bisa dijadikan pupuk organik padat, cair, dan hayati (biofertilizer). Biofertilizer merupakan pupuk organik yang mengandung mikroba, membantu ketersediaan hara tanaman, khususnya N dan P.Pemupukan juga dibedakan antara tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Ini dikarenakan kebutuhan nutrisi yang berbeda. Pada TBM untuk pertumbuhan (vegetatif) dan TM pada pembuahan (generatif).TBM diberikan N untuk pertumbuhan, sedangkan pembuahan lebih banyak P dan K.“Meskipun semuanya N, P, dan K dibutuhkan selama pertumbuhan, namun waktu pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan hara tanaman. Sebaiknya berimbang, antara pupuk organik dan anorganik,” jelasnya. * Agus Susanto, jurnalis Suara.com.Liputan ini merupakan program Journalist Fellowship yang diselenggarakan Mongabay Indonesia dan Kaoem Telapak.  [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-073-05.json
Cerita Petani Kopi dari Lembah Masurai (Bagian 2)
Cerita Petani Kopi dari Lembah Masurai (Bagian 2) | [CLS]   Beberapa kali saya terhempas dari dudukan motor trail  yang  saya tumpangi dalam perjalanan ke Talang Sanda. Gundukan tanah curam membuat saya terayun-ayun. Nyaris terjatuh. Talang Sanda, Dusun Sungai Tebal,  Desa Tua Kecamatan Lembah Masurai ini memang terbilang sulit dijangkau.Talang, sebutan untuk lokasi pemukiman di kebun-kebun sepanjang kaki Lembah Masurai. Jika berjalan kaki dari Dusun Sungai Tebal perlu tiga jam perjalanan. Pakai motor sekitar dua jam.Beruntung, saat saya menuju Talang Sanda jalan kering, Cerita akan berbeda kala tanah becek karena hujan. Dapat dipastikan tak ada ojek kopi bisa ditumpangi untuk keluar masuk kawasan ini.Saya sedikit terlambat datang. Belasan anak yang belajar di pondok kecil sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya tertinggal Salsiah dan Hasanah, guru Kelas Jauh di Talang Sanda. Baca juga: Berebut Lahan di Lembah Masurai (Bagian 1) Kelas Jauh ini berinduk di SDN 300/VI Dusun Sungai Tebal. Salsiah menyebutkan sekolah ini didirikan sejak 2016 atas inisiatif warga Talang Sanda yang secara administrasi berada di RT 23 Dusun Sungai Tebal.“Anak-anak jauh kalau mau sekolah. Mereka selama ini sulit mendapat pendidikan. Banyak yang tidak bersekolah, karena jika bersekolah keluar biaya yang dikeluarkan sangat besar,” kata Salsiah.Secara swadaya, mereka berhasil membangun sebuah pondok belajar disebut sekolah. Sekolah Dasar ini terdiri dari lima kelas. Ada 19 siswa yang sudah bersekolah, dari kelas satu hingga kelas lima. Meskipun ada lima tingkatan kelas, semua siswa belajar pada ruangan yang sama.Ada 400 keluarga di Talang Sanda, mereka mayoritas menggantungkan hidup sebagai petani kopi. Ngadiyo (57), warga Talang Sanda menyebutkan tinggal di lereng perbukitan bukan pilihan mereka. Namun keadaan memaksa mereka, demi menyambung hidup setiap hari.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2017-073-05.json
Cerita Petani Kopi dari Lembah Masurai (Bagian 2)
Cerita Petani Kopi dari Lembah Masurai (Bagian 2) | Ngadiyo, merantau ke Lembah Masurai berawal jadi buruh tani. Ada berbagai macam tipe buruh tani kopi. Pertama, sistem bagi hasil, hasil panen diperoleh petani akan dibagi dua dengan buruh tani. “Ada juga buruh tani dengan menyewa lahan. Ada juga buruh tani gaji dihitung harian berdasarakan hasil panen.“Di sini rata-rata banyak yang jadi buruh,mba’. Saya, sampai saat ini masih buruh. Penghasilan kotor buruh tani Rp3 tiga juta,” katanya.Penghasilan ini belum lagi harus dikurangi biaya pengangkutan hasil panen kopi ke luar. Ngadiyo sulit menyekolahkan anak ke luar dari Talang tempat dia bermukim. “ Biaya sangat mahal, kalau harus sekolah di luar. Belum lagi anak-anak harus ngekos, kalau tak ada saudara di dusun,”  katanya.  Pengangkutan panen biji-biji kopi pakai ojek kopi. Ojek rata-rata gunakan motor trail, karena kondisi jalan sulit dilalui. Setiap kilogram biji kopi dihargai Rp2.000. Satu motor mampu mengangkut hingga 300an kg.Ojek kopi pun cukup menggiurkan. Anjar (24), ojek kopi sempat memiliki penghasilan hingga Rp30 juta setiap panen besar. “Tahun lalu, saya dapat Rp30 juta. Bisa beli motor trail ini. Sebelumnya ngojek pakai motor bebek,” katanya.Dalam satu kali pengangkutan, ojek kopi kena biaya perawatan jalan di setiap simpang-simpang yang dilalui Rp5.000.Menuju Talang Sanda, ada tujuh kali pungutan di persimpangan, dana untuk perbaikan jalan. ”Iya, kita ga apa-apa ada pungutan. Karena kalau tidak ada uang itu perbaikan jalan tak bisa dilakukan. Yang repot tukang ojek juga kala jalan tidak bisa dilalui,” kata Anjar.Sepanjang mata memandang di Lembah Masurai, disuguhi pohon-pohon kopi berjejer rapi.  Ketinggian mencapai 1.000 mdpl, sangat cocok sebagai lahan perkebunan kopi robusta. Diperkirakan sekitar 15.000 hektar lahan juga masuk Taman Nasional Kerinci Seblat.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-073-05.json
Cerita Petani Kopi dari Lembah Masurai (Bagian 2)
Cerita Petani Kopi dari Lembah Masurai (Bagian 2) | Kalkulasi hitungan kotor saja, jika setiap satu hektar 3.000 batang kopi dan setiap batang menghasilkan dua kilogram kopi basah, hasil kopi kering 0,33 kg. Dengan total luasan 15.000 hektar, produksi kopi sampai 14. 850.000 kilogram.Dengan harga kopi kini Rp20.000, setiap kilogram, pemasukan bisa 2,9 triliun setiap tahun.Ashari, pendamping SPI Merangin mengatakan, aliran dana dari kopi yang 10% untuk pajak pertambahan nilai maka ada sekitar Rp29 miliar mengalir untuk negara.Kendati demikian, nasib petani ini hingga kini belum sebagai warga negara secara administrasi. Dari total 8.000 jiwa tersebar di beberapa desa di Kecamatan Lembah Masurai, hanya 10% yang terdata dan memiliki KTP dengan alamat tempat domisili.Hendri Putra Camat Lembah Masurai menyebutkan, banyak pendatang belum mendapatkan KTP karena mereka masih terdaftar di tempat tinggal sebelumnya.“Kalau tak ada KTP itu karena mereka masih terdata di alamat sebelumnya. Kita memang tak bisa mengeluarkan KTP karena mereka tinggal di lokasi TNKS,” katanya.  Dia memberikan kelonggaran dengan memberikan KTP sementara jika ada pengurusan administrasi, misal terkait dengan layanan pendidikan dan kesehatan.“Kalau ada sakit butuh untuk asuransi biaya pengobatan , kita berikan surat keterangan domisili saja. Sifatnya sementara, sampai ada kejelasan status lahan sebagai temapat tinggal mereka.”Adili, selaku Ketua RT 23 dalam kawasan Talang Sanda mengatakan, agar pemerintah segera menetapkan status mereka hingga hak-hak sebagai warga negara dapat utuh.“Minta pemerintah segera menetapkan kejelasan status kami. Selama ini kami kesulitan mengakses layanan-layanan publik seperti kesehatan, pendidikan dan layanan lainnya.”Selama ini, mereka swadaya, bantu membantu jika ada yang sakit. “Kelas Jauh ini juga hasil swadaya semua.”Kejalasan status para pendatang ini, kata Ashari juga menjadi pintu dalam penyelesaian perebutan lahan di Lembah Masurai.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-073-05.json
Cerita Petani Kopi dari Lembah Masurai (Bagian 2)
Cerita Petani Kopi dari Lembah Masurai (Bagian 2) | Menurut dia, jika ada kejelasan kawasan dan kependudukan dapat mencegah perambahan tak meluas.Kala ada tata batas ulang, mana areal TNKS sudah terambah dan kejelasan administrasi kependudukan, dia yakin persoalan perambahan dapat diminimalisir.“Kami sebagai pendatang juga warga negara yang berhak atas penghidupan dan pengakuan negara.”Senja perlahan menyapa pucuk-pucuk daun kopi. Ranum dan memerah biji-biji kopi tak senikmat kehidupan para petani yang tinggal di talang-talang sepanjang Kaki Gunung Masurai. Tak ada pengakuan dan stigma negatif terus menghantui mereka. Masib perlu perjuangan panjang… (Bersambung)    [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | [CLS]      Ketika berulangkali perusahaan perkebunan sawit tiba di Anggai, kampung di tepi hutan di Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Papua, Robertus Meyanggi, pemuda adat Suku Auyu punya harapan, kehadiran mereka mewujudkan mimpi kesejahteraan bagi masyarakat.Berangsur-angsur harapan itu memudar. Pupus. Janji-janji pembangunan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan listrik tak pernah terpenuhi. Telah bertahun-tahun perusahaan itu membabat hutan dan membuka jalan perkebunan sawit berskala besar masuk.Sementara itu, permohonan masyarakat terhadap informasi dasar mengenai proyek, seperti luasan dan lokasi, justru dipersulit. Bahkan, salinan perjanjian yang ditandatangani beberapa perwakilan suku dan perusahaan pun dirahasiakan.Tak lama, ada lebih banyak lagi perusahaan datang, salah satu, tengah mendirikan sawmill yang akan melahap kayu-kayu dari hutan adat mereka tanpa ada kejelasan dan penjelasan.“Masyarakat belum tahu jelas siapa pemilik perusahaan-perusahaan,” kata Robertus, pemuda 20 tahunan ini. “Sampai saat ini, masyarakat belum tahu sama sekali.”Kampung Anggai, hanyalah satu dari ratusan atau mungkin pula ribuan desa di Indonesia yang alami konflik tenurial dengan perusahaan perkebunan dan pertambangan. Dalam banyak kasus, perusahaan-perusahaan ini dikelola melalui struktur kompleks dan membuat pemilik manfaat sebenarnya kian samar.  
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Perusahaan-perusahaan di Anggai, misal, dimiliki perusahaan induk berbasis di Dubai dan Ras Al Khaimah, Uni Emirat Arab. Dua kota ini memiliki kebijakan terkait yurisdiksi kerahasiaan perusahaan (secrecy jurisdiction) atau suaka pajak (tax havens) yang sengaja dibuat agar memungkinkan para pemegang saham perusahaan menyembunyikan wajah mereka. Hal-hal samar ini memberikan dampak. Kebingungan tak hanya dihadapi penduduk Anggai, juga Bupati Boven Digoel dan pejabat Dinas Penanaman Modal di sana. Mereka bertanya-tanya siapa sesungguhnya sosok di balik perusahaan.Pada kasus lain, perusahaan-perusahaan bisa jadi dimiliki segelintir orang yang nama-namanya dipakai dan tertulis pada kertas sebagai pemilik atau pemegang saham nominee. Tahun lalu, Greenpeace mengakhiri kerja sama dengan Sinar Mas setelah konglomerat ini diduga menggunakan praktik pinjam nama atau nominee untuk menyamarkan kepemilikan atas perusahaan yang telah menghancurkan hutan di Kalimantan. Sinar Mas, membantah tuduhan ini.Pada Maret 2018, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani peraturan penting yang memberikan waktu selama satu tahun kepada perusahaan untuk mengungkapkan dan melaporkan pemilik manfaat perusahaan yang sebenarnya kepada negara.Nyatanya, setelah hampir enam bulan setelah tenggat waktu habis, pemerintah hanya sanggup menghasilkan sedikit kemajuan terkait pelaksanaan PP 13/2018 itu.“Dari satu juta lebih perusahaan terdaftar di Indonesia, hanya sekitar 7.000 perusahaan melapor hingga Maret 2019,” kata Nevey Varida Ariani, dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhukham).Nevey mengatakan, ada banyak perusahaan sekadar menyalin nama-nama yang tercantum pada dokumen asli pendirian perusahaan.
[0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | “Kayaknya hanya sampai level pertama saja yang sesuai AD/ART (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga-red). Belum bisa sampai ke lapisan kedua atau ketiga dan seterusnya. Belum sampai ke pemilik sebetulnya. Masih pertama,” kata Nevey.Dia bilang yang tercatat baru dari dokumen AD/ART atau dokumen kepemilikan saham perusahaan. “Itu saja yang ada di AHU (Ditjen Administrasi Hukum Umum, Kemenhukham-red).”Kehadiran PP 13/2018, sebetulnya menempatkan Indonesia pada daftar negara-negara yang berupaya menekan penggunaan perusahaan anonim. Hal itu berkaitan dengan peran perusahaan dalam memfasilitasi tindak pidana pencucian uang, penggelapan pajak, dan pendanaan terorisme.“The Puppet Masters” (Para Dalang) – sebuah laporan penting dikeluarkan Bank Dunia pada 2015 mengungkap, bagaimana entitas seperti itu terus menerus muncul dalam kasus-kasus korupsi tingkat tinggi yang bernilai kumulatif hingga US$50 miliar .Dalam skandal keuangan terbesar di dunia yang sedang berlangsung, mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak diadili atas dugaan perannya dalam pencurian miliaran dolar AS dari dana publik 1MDB (1Malaysia Development Berhad) . Ini perusahaan pengembangan strategis Malaysia dimiliki Menteri Keuangan Malaysia dan bangkrut-melalui transaksi jaringan internasional perusahaan cangkang (shell companies).“Perusahaan-perusahaan digunakan untuk kasus-kasus itu dengan tujuan mengaburkan pandangan lembaga penegak hukum,” kata Latheefa Koya, baru-baru ini di Kuala Lumpur.Dia adalah Komisaris Utama Badan Pencegah Rasuah, semacam lembaga anti-korupsi di Malaysia. Latheefa mengatakan, dengan tak memiliki kebijakan kuat terkait pemilik manfaat, bukanlah pilihan.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Respon terhadap kerahasiaan perusahaan pun jadi masalah batas negara. Sebuah deklarasi pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 tahun 2013 di St. Petersburg, menjanjikan negara-negara anggota, termasuk Indonesia, “mengatasi risiko-risiko yang muncul oleh kekaburan (opacity) dari badan hukum maupun pengaturan hukum.”Konvensi Anti-Korupsi PBB– telah diratifikasi Indonesia- ikut mendorong negara-negara untuk mempromosikan transparansi pemilik manfaat yang sebenarnya dari perusahaan sebagai usaha memerangi korupsi.Kalau hal itu berhasil, upaya ini mungkin dapat memberikan efek positif bagi kondisi hutan di Indonesia. Saat ini, para investor yang memicu deforestasi sesungguhnya tengah berlindung di balik selimut perusahaan yang diliputi teka-teki.  Perusahaan-perusahaan sawit yang beroperasi di Anggai, merupakan bagian di antara tujuh perusahaan yang punya izin membuka perkebunan sawit secara kolektif sekaligus jadikan sebagai perkebunan sawit terluas di dunia. Seandainya, lahan yang disisihkan untuk proyek itu, -dengan lokasi persis di jantung hutan terbesar di Asia-dibabat habis, akan melepaskan gas emisi yang dapat menyebab efek rumah kaca setara pembakaran bahan bakar fosil di Belgia, dalam satu tahun.November tahun lalu, investigasi The Gecko Project, Mongabay, Tempo, dan Malaysiakini menyibak tabir bagaimana investor bersembunyi di balik berbagai modus yang dipenuhi berjuta tanda tanya dan berbagai kerumitan struktur perusahaan.Sejak ketujuh perusahaan ini dibentuk pada 2007, kepemilikan perusahaan-perusahaan itu berpindah tangan berkali-kali. Orang-orang yang namanya terdaftar sebagai pemegang saham, termasuk petugas kebersihan dengan gaji sangat rendah dan tinggal di permukiman kumuh di Jakarta. Mereka bahkan tidak tahu menahu tentang proyek perkebunan sawit.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Pada 2010, kontrol atas ketujuh perusahaan kemudian dialihkan melalui sebuah kelompok terpisah yang sebagian besar kepemilikan para pemegang saham nominee. Pengalihan itu dilakukan ke sebuah perusahaan yang bisa dibilang kurang dikenal dan dijalankan pengusaha Indonesia bernama Chairul Anhar, yakni, Menara Group. Lalu, Menara Group menjual saham mayoritas pada empat perusahaan, termasuk yang beroperasi di Anggai, ke perusahaan anonim di UEA.Menara Group menjual dua perusahaan lain ke Tadmax Resources, sebuah perusahaan pembalakan dan properti yang terdaftar di Bursa Malaysia. Penjualan itu, melalui sepasang perusahaan Singapura yang juga dimiliki orang-orang yang sekadar dipinjam namanya. Itu berarti uang Tadmax yang dibayarkan untuk perusahaan-perusahaan perkebunan dengan besaran mencapai US$ 80 juta, tak dapat lagi dilacak siapa penerima yang sebenarnya.Sampai saat ini, tiga dari tujuh perusahaan yang disinggung sebelumnya, telah membabat hutan seluas 83 kilometer persegi atau sekitar 3% dari area proyek.Pembangunan sawmill raksasa hampir rampung untuk menggergaji kayu-kayu balok dari hutan di Bumi Papua dengan nilai mencapai miliaran dolar. Pemilik mayoritas pabrik kayu masih belum jelas dan disembunyikan oleh perusahaan anonim di Dubai.Sementara pemilik minoritas, ialah keluarga di balik Shin Yang, sebuah perusahaan penebangan kayu besar dari Malaysia yang pernah tersangkut dengan dugaan pembalakan liar dan pelanggaran hak asasi manusia selama bertahun-tahun.Sejak 2017, berbagai petunjuk telah mengarah kepada Hayel Saeed Anam Group (HSA Group), sebuah konglomerat yang dimiliki keluarga Yaman yang kaya raya sekaligus sebagai pemilik sebenarnya dari empat perusahaan yang dijual ke UEA. Mereka adalah perusahaan-perusahaan yang meratakan hutan, yakni, PT Megakarya Jaya Raya, PT Kartika Cipta Pratama, PT Graha Kencana Mulia, dan PT Energi Samudera Kencana.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Setelah penjualan, catatan perusahaan menunjukkan, nama dua anggota keluarga Hayel Saeed Anam dan empat orang pejabat eksekutif senior di HSA Group, muncul sebagai komisaris pada perusahaan di Indonesia.Pada waktu bersamaan, cabang perdagangan sawit keluarga itu di Malaysia, yakni Pacific Inter-Link (PIL), mengumumkan dalam website mereka, tengah proses awal dalam perolehan 80% saham di beberapa perusahaan Indonesia yang kolektif memegang izin-izin terhadap lahan seluas 1.600 kilometer persegi. Area dan ekuitas itu ternyata cocok dengan empat perusahaan yang dijual ke UEA.Perkembangan petunjuk lain kemudian menghubungkan keluarga Yaman dengan proyek di Papua. Lantas, anak perusahaan PIL lain mengumumkan iklan untuk pekerjaan mengawasi panen kayu di lokasi proyek di Boven Digoel. Seorang konsultan perusahaan audit di Jakarta yang dikontrak untuk sertifikasi legalitas kayu dari proyek itu, membenarkan, perusahaan telah dipekerjakan oleh PIL.Tadmax, secara terbuka berinvestasi dalam proyek itu, mengutarakan akan membentuk perusahaan patungan dengan PIL dan perusahaan lain untuk membangun sawmill. (Tadmax kemudian menjual saham pada perusahaan patungan.)  PIL berulang kali menyangkal, termasuk temuan, terdapat anggota keluarga mereka yang pernah berinvestasi dalam proyek itu. Posisinya, mereka dianggap membeli perusahaan-perusahaan Indonesia itu, namun memutuskan tidak melakukan karena investasi tidak dapat berjalan.Dalam pernyataan yang tersebar luas terkait masalah itu, PIL mengatakan, anggota keluarga dan “sejumlah orang tertentu” telah bergabung dengan dewan komisaris atas permohonan seorang pengusaha yang tidak disebutkan namanya untuk “memberikan kredibilitas” proyek. Tetapi, mereka tidak melakukan kontrol apapun terhadap perusahaan atau menghadiri rapat dewan komisaris.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Pada Mei 2018, satu bulan setelah Greenpeace menuduh, keluarga itu telah mengendalikan empat perusahaan perkebunan, terjadi perubahan signifikan terhadap struktur dewan komisaris perusahaan. Sejumlah individu baru muncul untuk menggantikan nama-nama anggota keluarga dan rekanan mereka.Anggota dewan komisaris yang baru itu termasuk orang-orang terkemuka di negeri ini. Salah seorang dari mereka, Tommy Sagiman, pensiunan jenderal polisi (Brigjen Pol) yang pernah menjabat sebagai Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN).Lewat komunikasi melalui WhatsApp, dia memberi tahu kami, telah diminta bergabung sebagai dewan komisaris, namun tak pernah memiliki peran aktif dalam proyek. Tommy tidak mau mengungkap siapa yang telah merekrutnya.Lainnya, ada Alwi Shihab, mantan Menteri Bidang Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2004-2005) dan Menteri Luar Negeri (1999-2001). Alwi kini menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Jokowi untuk Timur Tengah. Dia juga mengatakan hal sama, tak ada sangkut paut dengan proyek perkebunan sawit. Lewat komunikasi melalui WhatsApp, dia mengutarakan, kalau telah lama mengundurkan diri dari perusahaan. Meski begitu, namanya muncul pada pengajuan baru perusahaan ke Kemenhukham.Anggota dewan komisaris yang baru itu juga memasukkan nama Bachir Soualhi dan Hamidon Bin Abdul Hamid, akademisi di Department of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia.Menurut profil LinkedIn Bachir Soualhi, dia mantan konsultan pemasaran untuk PIL. Terkait hal itu, mereka tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.Sebagian anggota dewan komisaris baru ini telah memainkan peran lebih aktif dalam manajemen perusahaan sekaligus mewakili perusahaan dalam pertemuan dengan pejabat pemerintah di Jakarta.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Salah satu dari mereka yang aktif, adalah Arvind Johar. Dia menjabat sebagai presiden direktur dari dua perusahaan yang dijual ke UEA dan dipekerjakan PIL baru-baru ini pada Agustus 2018. Seorang resepsionis di kantor perusahaan di Jakarta mengkonfirmasi ini. Arvind menolak berkomentar ketika dihubungi melalui telepon.  Direktur perusahaan lain yang dimiliki UEA dalam proyek itu, ialah Mohammed Abdulatef. Dia juga mewakili perusahaan dalam rapat-rapat dengan pemerintah.Saat dihubungi melalui sambungan telepon, dia mengatakan, “Maaf, saya tidak berada pada posisi untuk mengutarakan informasi apapun.” Dia buru-buru, mengakhiri panggilan komunikasi.Meskipun tenggat waktu sudah terlampaui, namun pemerintah sedang bekerja lebih keras lagi memaksa perusahaan tetap patuh pada peraturan transparansi kepemilikan perusahaan. Kemenhukum dan HAM pun sedang menyusun peraturan pelaksana yang diharapkan dapat menjembatani dua celah besar pada PP 13/2018, yaitu ketiadaan sanksi tegas terhadap perusahaan yang tak patuh dan mekanisme birokrasi untuk verifikasi terhadap akurasi informasi yang disampaikan.Asia/Pacific Group on Money Laundering, sebuah badan antar-pemerintah yang meninjau persoalan pencucian uang negara-negara, berpendapat, sistem dalam kementerian yang berlaku saat ini untuk mencatat pemegang saham perusahaan dan anggota dewan komisaris, bekerja dengan pendaftaran pengarsipan “pasif” serta pemantauan terbatas terhadap informasi yang diberikan.“Jadi, tanpa sistem layak pada pemeriksaan akurat terhadap pengajuan perusahaan, kebijakan baru jadi tak berguna,” kata Belinda Sahadati Amri, analis hukum Yayasan Auriga, lembaga swadaya masyarakat yang banyak investigasi perusahaan perkebunan dan pertambangan.
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Kemenhukum dan HAM telah berkonsultasi dengan Auriga guna merancang database terhadap pemilik manfaat perusahaan. Belinda prihatin, dan berpendapat sistem ini tak akan mampu menyibak berbagai lapisan terkait kepemilikan perusahaan.Kekhawatiran lain, katanya, terkait sumber daya Kemenhukham dalam menggali identitas para nominee. “Sebenarnya, mereka bisa mengkroscek data jika mereka mau,” katanya. “Tapi, saya tidak tahu apakah mereka memiliki sumber daya manusia untuk melakukan itu.”Tantangan ini tidak hanya dihadapi Indonesia, melainkan banyak negara lain di dunia. Tahun 2016, Pemerintah Inggris mulai menerbitkan database para pemilik manfaat perusahaan. Analisis awal sekelompok organisasi anti-korupsi menemukan, hampir 3.000 perusahaan mendaftarkan nama-nama (individu) pemilik perusahaan. Mereka juga menyertakan “perusahaan-perusahaan lain” sebagai pemilik di mana perusahaan-perusahaan itu terdaftar pada yurisdiksi kerahasiaan di luar negeri.Sesungguhnya, siapa pemilik manfaat yang sebenarnya, masih tidak jelas. Persoalan itu belum tertangkap oleh badan yang memegang data karena mereka sekadar mengandalkan pernyataan sepihak dari perusahaan itu sendiri.Meski begitu, sistem di Inggris itu dibenarkan oleh organisasi serupa sebagai contoh penerapan prinsip transparansi. Informasi tersedia dan dapat diakses publik dalam format yang memungkinkan untuk analisis lanjutan oleh para jurnalis maupun peneliti hingga bisa memverifikasi informasi.Di Indonesia, hal itu masih jadi pertanyaan, apakah data pemilik manfaat akan terbuka untuk umum atau tidak. Sekarang, nama-nama pemegang saham langsung perusahaan dan anggota dewan komisaris yang dinyatakan perusahaan, dapat diakses melalui Kemenhukham dengan biaya, mulai Rp50.000 hingga Rp500.000, tergantung jenis informasi yang diminta.   Belajar dari Slowakia
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Manfaat dari penerapan prinsip transparansi juga terilustrasi dalam kebijakan “sangat unik dan progresif” yang baru-baru ini berlaku di Slowakia. Hal itu diutarakan Andrej Leontiev, kepala kantor dari firma hukum internasional di Bratislava, ibukota Slowakia, sekaligus salah satu penulis yang terlibat dalam perumusan kebijakan ini.Dia memberikan, presentasi perundangan terkait seminar tentang pemilik manfaat yang diselenggarakan Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan di Kuala Lumpur. Acara ini dihadiri para pejabat pemerintah dari seluruh Asia.Undang-Undang Anti-Perusahaan Cangkang di Slowakia, muncul dari sebuah skandal di mana terdapat ribuan sub-kontraktor yang tak dibayar perusahaan konstruksi bernama Vahostav. Vahostav memindahkan dana ke perusahaan cangkang anonim di negara lain. Kebijakan ini mengharuskan setiap perusahaan yang berbisnis dengan negara, menyatakan, pemilik manfaat perusahaan, di mana data tersedia dan bisa terakses publik gratis melalui database daring (online).Kebijakan di Slowakia, juga mengizinkan siapapun menguji kebenaran informasi perusahaan. Terkait itu, perusahaan harus membuktikan di depan pengadilan untuk menyatakan informasi yang mereka berikan sudah akurat. Kalau diketahui, terbukti memberikan informasi palsu, perusahaan yang bersangkutan dapat kehilangan kontrak publik dan para pejabat eksekutifnya bisa dihadapkan pada denda dan hukuman lain.“Sangat penting! Kami memindahkan beban pembuktian ke perusahaan,” kata Leonitiev, dalam paparannya. “Sebab, kita semua tahu, hampir tidak mungkin mendapatkan informasi dari tempat seperti Delaware atau Kepulauan Karibia. Pengadilan tak bisa mendapatkan.”Kalau kemudian harus berakhir di pengadilan, katanya, perusahaanlah yang harus membuktikan bahwa pemilik manfaat yang terdaftar itu benar-benar pemilik manfaat saat itu.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2019-019-09.json
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul
Ketika Hutan di Papua Terjerat Kongkalikong Korporasi, Aturan Ungkap Pemilik Manfaat Masih Tumpul | Delaware, sebuah negara bagian di Amerika Serikat, merupakan salah satu kawasan suaka paling suram di dunia yang serupa dengan kawasan lain yang berada di wilayah kekuasaan Inggris, yakni Kepulauan Cayman dan Kepulauan Virgin Inggris.Herda Helmijaya, Koordinator Strategi Nasional dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia, terkesan dengan apa yang dilakukan Slowakia. “Kita perlu belajar dari Slovakia tentang bagaimana mereka menerapkan rezim pemilik manfaat itu,” katanya dalam presentasinya pada acara sama.  Secara teori, sistem ini akan memberikan alat kepada warga sipil seperti Robertus, masyarakat adat dari Anggai, untuk menyibak sosok investor yang membabat habis hutan warisan leluhur mereka yang sudah turun temurun.Sayangnya, untuk saat ini, Robertus bersama masyarakat lain masih diliputi kegelapan yang penuh teka-teki.Beberapa waktu lalu, Robertus pernah bekerja sebagai surveyor pada perusahaan perkebunan sawit di Boven Digoel. Pada 2017, dia meninggalkan perusahaan itu untuk melanjutkan sekolah.“Saya mengundurkan diri dari perusahaan untuk kuliah, ambil jurusan hukum,” katanya. “Saya berpikir, tempat kami yang sekarang perusahaan buka (perkebunan) ini, kalau tidak ada orang hukum, kita pasti ditipu!” Tulisan serupa juga bisa ditemukan di Mongabay.com dan The Gecko Project  Keterangan foto utama: Hutan Papua yang terus terancam. Foto: Nanang Sujana        [SEP]
[0.6405405402183533, 0.3518725633621216, 0.007586944382637739]
2019-085-05.json
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana | [CLS]   Pemerintah Nusa Tenggara Barat (NTB) menggalakkan program penananam jagung dalam 10 tahun terakhir. Harga jagung bagus, diikuti muncul gudang-gudang pembelian, bantuan bibit dan bantuan pupuk membuat petani berlomba tanam jagung. Produksi jagung meningkat, lahan produksi bertambah setiap tahun. Peningkatan produksi beriringan dengan perluasan lahan itu sebagian merambah kawasan hutan, sebagai daerah-daerah tangkapan air. Alhasil, hutan di hulu hilang, membuahkan banjir di hilir.  ***Duka gempa belum reda, sejumlah daerah di NTB, terendam banjir. Di Kabupaten Dompu, banjir di Desa Songgajah dan Desa Tolokalo 9 November 2018. Ratusan rumah terendam. Sekolah, kantor desa, mesjid, dan fasilitas umum lain juga terendam. Tak ada korban jiwa, tetapi banjir sempat mamacetkan lalu lintas dari Kecamatan Pekat menuju Kempo.Warga baru saja selesai membersihkan sisa-sisa lumpur, tiba-tiba banjir bandang kembali datang. Pada 6 Desember 2018, banjir bercampur lumpur menggenangi puluhan rumah di Desa Soro Kecamatan Kempo. Dua rumah panggung rusak dan terancam hanyut. Satu rumah permanen nyaris ambruk.Masyarakat Dompu, was-was. Pengalaman beberapa kali banjir bandang dengan volume air dan lumpur besar, diawali banjir kecil. Dompu pernah banjir bandang sampai merusak jembatan, memutuskan jalan utama, menjebol bendungan, dan merusak puluhan rumah.Banjir juga terjadi di Bima. Sama seperti di Dompu, banjir merendam puluhan rumah di beberapa desa. Sungai meluap membawa material lumpur, ranting kayu, dahan pepohonan, dan beberapa batang jagung. Melihat batang jagung itulah warga kembali was-was. Ingatan mereka kembali pada banjir bandang akhir 2016 berlanjut awal 2017.Banjir bandang menenggelamkan hampir seluruh Kota Bima dan beberapa wilayah Kabupaten Bima. Kerugian banjir itu mencapai triliunan rupiah. Sampai awal 2019, perbaikan infrastruktur yang rusak karena banjir bandang itu belum tuntas.
[0.999991238117218, 4.4677594814857e-06, 4.305404672777513e-06]
2019-085-05.json
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana | Belum usai banjir di Dompu dan Bima, banjir “pindah” ke Kabupaten Sumbawa. Luapan air sungai membawa material lumpur. Seribuan rumah terendam, puluhan rumah rusak, banyak fasilitas umum terendam, dan pemerintah mengeluarkan uang tak sedikit untuk perbaikan fasilitas rusak maupun relokasi warga. Tanda-tanda akan banjir pun mulai terlihat akhir 2018. Beberapa daerah yang langganan banjir mulai tegenangi air kecoklatan.Awal 2019, Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, disambut banjir. Air berwarna kecoklatan. Air turun dari bukit-bukit menggenani ruas jalan. Rumah-rumah sementara warga korban gempa sebagian rusak, tak bisa ditinggali karena terendam banjir. Banjir kecil seperti ini selalu terjadi sebelum bandang yang pernah menerjang Sambelia, 10 tahun terakhir.Faisal, Kepala Desa Dara Kunci, Kecamatan Sambelia, pun meningkatkan kewaspadaan. Begitu intensitas hujan makin tinggi, mendapat laporan ada kejadian banjir di beberapa desa, saban hari dia bolak balik ke ujung kampung di Dusun Menanga Reak. Di dusun dengan 90% rumah warga rusak karena gempa ini mengalir sungai cukup lebar. Air tidak deras. Luapan air sungai inilah yang pernah menggelamkan desa. Air banjir dari bagian hulu masuk ke perkampungan. Faisal, selalu was-was ketika hujan makin deras.“Kami dari desa membuat bronjong,’’ katanya.   ***Zulkieflimansyah, Gubernur NTB adalah pejabat publik yang rajin menyapa warga melalui media sosial. Hampir setiap hari dia memposting kegiatannya, program pemerintah provinsi.Awal 2019, gubernur yang akrab disapa Bang Zul ini memposting foto bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Madani Mukarom dengan latar hamparan ladang jagung.Gubernur kaget ketika diberitahu Madani kalau sebagian kebun jagung yang mereka kunjungi hari itu adalah kawasan hutan.
[0.9999892115592957, 5.688989858754212e-06, 5.025468908570474e-06]
2019-085-05.json
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana | Empang, Plampang, Tarano, adalah kecamatan di ujung timur Kabupaten Sumbawa, berbatasan dengan Dompu, kabupaten yang menahbiskan diri sebagai “kabupaten jagung.” Empang, Plampang, dan Tarano, adalah daerah-daerah yang setiap musim hujan jadi langganan banjir. Ketiga daerah ini pernah merasakan banjir bandang.Pada 2013-2014, saya berkesempatan mendokumentasikan program jagung, unggulan Pemerintah NTB ini. Lewat jargon “PIJAR,” akronim dari sapi, jagung, dan rumput laut, pemerintah provinsi menggenjot sektor ini.Setelah program jagung, seluruh kabupaten, termasuk Kota Bima, menanam jagung. Areal penanaman bertambah. Di Dompu, muncul perusahaan-perusahaan yang membeli dan mengolah jagung. Berbagai penghargaan nasional disematkan pada Dompu, bahkan sang bupati dijuluki “profesor jagung.”Gairah menanam jagung tak diikuti pengawasan ketat. Sebagian petani, masuk ke hutan, taman nasional, taman wisata alam. Sepanjang jalan dari perbatasan Sumbawa hingga Bima, kini mudah melihat jagung.Di Pulau Lombok, pun kondisi sama. Taman nasional jadi lahan jagung.Dari data Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, pada 2014, areal jagung 126.577 hektar. Dari luas tanam ini produksi jagung NTB mencapai 785.864 ton. Pada 2015, areal tanam naik jadi 143.117 hektar, dan produksi jadi 959.972 ton. Pada 2016, areal tanam meningkat jadi 206.997 hektar, dan produksi jagung naik jadi 1.101.244 ton.Pada 2017, jadi 310.990 hektar, produksi mencapai 2.127.324 ton. Pada 2018, capaian produksi 2.959.222 ton.Pemerintah seakan menutup mata dengan kerusakan lingkungan buntut lahan jagung ini. Dinas Pertanian dan Perkebunan tak mau disalahkan jika para petani merambah hutan.  Husnul Fauzi, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan bilang, peningkatan areal tanam itu dampak dari program cetak sawah baru beberapa tahun sebelumnya. Masyarakat, katanya, secara swadaya membuka lahan-lahan tak produktif.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-085-05.json
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana | “Dulu, lahan semak-semak sekarang dibersihkan untuk jadi penanaman jagung,’’ katanya.Era kejayaan jagung ini, banyak petani sejahtera. Lahan yang dulu hanya ditanami sekali setahun, mereka bisa menanam jagung di sela-selanya. Dulu, tanah tandus terlantar, kini dibersihkan dan tanam jagung.Pemerintah pun tidak perlu susah payah memberikan penyuluhan. Para petani cepat belajar, mereka melihat keberhasilan rekan mereka, dan mengikuti menanam jagung. Harga jual jagung juga cukup tinggi.Husnul membanggakan, NTB sudah bisa langsung ekspor jagung ke Filipina. Beberapa kali kapal dari Pelabuhan Badas, Sumbawa berangkat dengan berton-ton jagung.Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memandang beda. Peningkatan produksi jagung memperluas kawasan hutan terambah. Luas lahan kritis di NTB 578.000 hektar. Dari luas ini, 316.364,2 hektar, ada di kawasan hutan. Selain pembalakan liar,, lahan kritis di kawasan hutan berupa ladang jagung.“Malahan, dulu HKm (Hutan Kemasyarakatan-red) bagus kini pohon ditebang, ganti jagung,’’kata Madani, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB.Madani menunjukkan foto-foto di Desa Bebidas, Lombok Timur. Foto pertama diambil beberapa tahun lalu ketika masih banyak pohon. Kala itu, petani menanam sayuran di sela-sela pohon besar.Berikutnya, Madani menunjukkan kondisi terbaru. Tidak ada lagi pohon besar. Yang tampak, hamparan luas ladang jagung.“Masyarakat yang sekarang konflik dengan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) itu juga lahan ditanami jagung,’’ katanya.Sebelum 2018 berakhir, Tim Penyelaras Kebijakan Pemerintah NTB memanggil khusus Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tim penyelaras ini adalah staf khusus gubernur terdiri dari para akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat yang bertugas sebagai wadah aspirasi masyarakat untuk langsung bersentuhan dengan kebijakan tingkat dinas.
[0.9999892115592957, 5.688989858754212e-06, 5.025468908570474e-06]
2019-085-05.json
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana | Tim ini membantu mengawasi dan mengevaluasi kerja-kerja staf gubernur. Pemanggilan dalam satu meja kedua kepala dinas ini memang sengaja lantaran banyak laporan banjir bandang di Lombok dan Sumbawa. Dari laporan tim penyelaras, lokasi-lokasi banjir itu sama : daerah ditanami jagung atau daerah hilir dengan bagian hulu jadi hutan jagung.Hingga akhir pertemuan, rencana aksi melawan penjarahan hutan untuk jagung ini belum menemukan titik temu.Dengan luas kawasan hutan mencapai 1 juta hektar lebih, petugas pengamanan hutan hanya 430 orang, DLHK kesulitan memantau. Satu petugas pengamanan hutan mengawasi 2.200 hektar. Belum lagi, usia petugas sudah tidak muda lagi. Pengamanan kehutanan itu sepenuhnya jadi tanggung jawab DLHK NTB. Setelah kelembagaan kehutanan di kabupaten ditiadakan, kabupaten seperti lepas tangan terhadap aksi-aksi perambahan hutan. Padahal, yang merambah warga mereka.“Masyarakat juga harus terlibat aktif dalam menjaga,’’ kata Madani.   ***Amaq Sudir, seorang petani pernah jadi buruh migran di Malaysia. Kerja di negeri orang perkebunan tak membuat hidup Sudir lebih baik. Kiriman duit hanya cukup memenuhi keperluan hidup sehari-hari keluarga di kampung halaman.Akhirnya, Sudir kembali ke kampung halaman di Dusun Ujung Gon, Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Dia balik jadi petani lagi.Ketika ramai jagung, Sudir ikut menanam jagung. Dia merasa jagung ini penyelamat. Dengan luas lahan garapan dua hektar, dia mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Garapan Sudir di lahan kering, hanya mampu sekali setahun. Kalau dibandingkan dengan tanaman lain, jagung yang terbaik. Tidak repot perawatan, mudah mendapatkan bibit dan pupuk, harga jual lumayan. Itulah yang membuat warga di Desa Sekaroh, termasuk Sudir, banyak menanam jagung.
[0.9999998211860657, 9.057269068080132e-08, 8.277514496057847e-08]
2019-085-05.json
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana | Masalahnya, dua hektar lahan garapan Sudir adalah kawasan hutan. Lahan itu masuk hutan lindung Sekaroh. Luas hutan Sekaroh 2.834,20 hektar. Kawasan hutan ini berbatasan dengan pantai, antara lain yang terkenal adalah Pantai Pink dan Tanjung Ringgit.Sebagian kawasan ini untuk pariwisata, sebagian besar ladang jagung.Konflik antara KLHK dengan petani berlangsung lama di kawasan hutan ini. Warga bersikukuh mereka juga berhak mengelola kawasan. Pemerintah berulang kali menertibkan, tetapi tidak berhasil. Program HKm jalan tetapi tanaman semusim di antara pohon tak berlangsung lama. Sejak jagung primadona, pohon besar ditumbangkan. Pohon-pohon kecil dan semak belukar dibakar kemudian diganti jagung.“Jagung ini yang membuat kami bisa makan,’’ kata Sudir.  Beri pilihanWWF termasuk aktif menyuarakan melawan “perjagungan” merambah hutan. Tak sekadar lantang bersuara di media, WWF pun banyak pemberdayaan ke masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).WWF juga aktif sosialisasi, termasuk penghutanan kembali kawasan yang jadi ladang jagung. Salah satu daerah sasaran WWF adalah Desa Mekar Sari, Kecamatan Suela, Lombok Timur. Daerah ini berbatasan langsung dengan TNGR. Sekitar 400-an hektar lahan di tempat ini kritis. Warga memanfaatkan untuk berladang.WWF mengajak mereka menanam pohon. Tidak semua berhasil, tetapi cukup menggembirakan.“Di Lombok Utara, kami juga dampingi untuk pengolahan kemiri,’’ kata Ridha Hakim, Direktur WWF Nusa Tenggara.Ancaman bagi hutan, ada jagung selain pembalakan liar. Keduanya kadang ‘berkoalisi.’ Setelah kawasan terjarah pembalak liar, lahan gundul itu ditanami jagung. Tak heran, dalam hutan bagian luar tampak rimbun, di dalam ada ladang pisang dan jagung.WWF melatih masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu, termasuk selain jagung dan pisang. Di Desa Selengen, Desa Santong, Desa Gumantar Kabupaten Lombok Utara, WWF melatih budidaya madu dan pengolahan minyak kemiri.
[0.999991238117218, 4.4677594814857e-06, 4.305404672777513e-06]
2019-085-05.json
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana
Ladang Jagung Rambah Hutan NTB Picu Bencana | Pengalaman WWF, hasil ini bisa meningkatkan pendapatan petani dan bisa mencegah petani membuka lahan untuk jagung.“Kemarin sempat terhenti karena gempa. Rumah produksi kami juga rusak akibat gempa,’’ katanya.Ridha bilang, kampanye pemerintah menggalakkan jagung tak diikuti pengawasan ketat. Di lapangan, petani membuka hutan. Lahan-lahan bukan kawasan hutan tetapi bertutupan pohon dan penyangga air juga turut terbabat. Bukit-bukit dengan kemiringan tinggi habis ditanami jagung.Kala hujan, kawasan inilah yang menjadi sumber petaka baru. Banjir bandang yang pernah menjerjang Kota Bima, Kabupaten Bima, Dompu, dan Sumbawa, mengakibatkan kerugian sampai triliunan rupiah.“Tidak sebanding dengan PAD (pendapatan daerah-red) dari jagung.” Keterangan foto utama:    Jagung di kawasan hutan lindung Sekaroh, Lombok Timur. Petani menanam jagung persis di bawah papan pengumuman larangan beraktivitas di dalam kawasan hutan. Foto: Fathul Rakhman/ Mongabay Indonesia      [SEP]
[0.5385726094245911, 0.4531405568122864, 0.008286754600703716]
2020-037-05.json
Bubu, Alat Tangkap Ikan Tradisional Ramah Lingkungan yang Digunakan Kembali di Flores Timur
Bubu, Alat Tangkap Ikan Tradisional Ramah Lingkungan yang Digunakan Kembali di Flores Timur | [CLS]  Sejak dahulu, masyarakat di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) menggunakan alat tangkap ikan tradisional dan ramah lingkungan bernama Bubu.Bubu dengan nama lokal wuo, nama atau belutu biasanya diletakkan di dasar laut berkedalaman 5-7 meter di sekitar terumbu karang dengan pemberat batu untuk menangkap ikan-ikan yang tergolong dalam famili Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mullidae, Siganidae, Haemullidae, Labridae, Nemipteridae, Carangidae dan Sphraenidae.Keberadaan bubu mulai hilang seiring perkembangan jaman dan muculnya alat tangkap modern. Namun, bubu mulai dihidupkan kembali anak muda dari Desa Pamakayo, Kecamatan Solor Barat, Flores Timur, yaitu Koli Tukan (60) dan Lois Lewar (49).Pagi itu di awal Juli, mereka membawa 10 buah bubu dengan mobil pick up ke pantai berbatu di desanya. Dengan cekatan, mereka mengikat batu sebagai pemberat di keempat sudut bubu bagian bawah.“Sejak jaman dahulu, nenek moyang kami sering memasangnya dengan cara menyelam dan melepaskannya di dasar laut. Bagian atasnya ditaruh bebatuan sebagai pemberat agar bubu tidak bergeser terkena ombak dan arus laut,” kata Koli Tukan.baca : Inilah Bubu Apung, Perangkap Ikan Tanpa Merusak Karang  Bubu berbentuk persegi dengan bagian depan berbentuk segitiga, kata Koli, dibuat dari bilah bambu kuning (Bambusa vulgaris). Bagian depan bubu terdapat lubang yang dibuat berbentuk kerucut. Ikan akan masuk melalui lubang kerucut yang lebar di bagian depan dan mengecil di bagian ujungnya sehingga sulit keluar lagi.Setelah ditaruh di dasar laut, bubu itu juga diikat dengan batang bambu yang membentuk semacam pagar. Potongan bambu itu bakal ditarik keatas untuk mengeluarkan ikan dari bubu.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2020-037-05.json
Bubu, Alat Tangkap Ikan Tradisional Ramah Lingkungan yang Digunakan Kembali di Flores Timur
Bubu, Alat Tangkap Ikan Tradisional Ramah Lingkungan yang Digunakan Kembali di Flores Timur | “Hanya orang-orang khusus yang menganyamnya sebab harus sabar dan  tidak boleh emosi. Hati kita juga harus bersih, tidak boleh bermusuhan dengan orang lain karena pembuatnya harus menjaga kepercayaan pembeli sehingga tidak asal mengerjakannya saja,” sebut Lois Lewar.Sebelum bubu dilepas ke laut, Lori dan Lois membuat seremonial adat. Keduanya menyiapkan sirih pinang, tembakau, daun Koli untuk dilinting menjadi rokok serta kelapa muda.Lori mengunyah sirih pinang dan meniup di bagian lubang kerucut serta di seluruh bagian bubu. Satu buah kelapa muda diambil airnya untuk dipercikkan di seluruh bagian bubu.“Kami membuat sejo dingin atau pendinginan sebab saat pembuatannya, mungkin ada binatang yang lewat dan menginjaknya sehingga saat mau digunakan harus dibuat sejo dingin,” ungkap Lori.Lois menambahkan, pendinginan lazim dikerjakan sebab bubu dipergunakan untuk mencari uang agar bisa mendatangkan hasil. Dirinya katakan,ritual ini sama ketika membeli mobil baru yang hendak dipergunakan atau benda lainnya.baca juga : Di Pulau Solor, Bom Ikan Berganti Lumbung Ikan Desa, Bagaimana Hasilnya?  Ramah LingkunganKenapa bubu dipergunakan lagi untuk menangkap ikan? Rupanya bubu-bubu tersebut milik Yakobus Mikhael Krizik Basa Lewar (47) putera asli Desa Pamakayo.Diajak berbincang di sela-sela kesibukan mempersiapkan bubu, Yamin sapaannya menjelaskan selepas mengundurkan diri dari tenaga kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, dia mulai menjual pisang dan babi hingga ke Pulau Sumba.Yamin melihat banyak mobil pick up dari Larantuka menjual ikan hingga ke Pulau Flores bagian barat bahkan hingga ke Pulau Sumba. Menurutnya, kalau usaha di laut tidak ada kapling atau batasan. Ini yang membuatnya terjun berusaha di sektor kelautan.
[0.476456880569458, 0.5139302611351013, 0.009612822905182838]
2020-037-05.json
Bubu, Alat Tangkap Ikan Tradisional Ramah Lingkungan yang Digunakan Kembali di Flores Timur
Bubu, Alat Tangkap Ikan Tradisional Ramah Lingkungan yang Digunakan Kembali di Flores Timur | “Saya berpikir saatnya saya bekerja di laut. Dengan latar belakang pendidikan kesehatan, saya melihat banyak orang tua di kampung yang sakit kolesterol dan asam urat  banyak mengkonsumi ikan pelagis,” ungkapnya.Lulusan S1 Keperawatan Universitas Indonesia (UI) ini pun berpikir ikan dasar laut dan ikan karang bisa lebih aman dikonsumsi. Apalagi harga ikan jenis itu tinggi di Pulau Sumba sehingga bisa menjadi peluang usaha.Yamin memilih bubu untuk menangkap ikan karena lebih ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem laut. Karena tidak berpengalaman sebagai nelayan, dia belajar otodidak.“Kami tidak mengambil batu karang di laut untuk pemberat yang diikat di bubu tetapi menggunakan batu di darat. Meletakkan bubu juga di pasir sehingga tidak merusak karang,” sebutnya.Deretan bubu diletakkan di dasar laut berjarak minimal 20 meter. Ujung tali diikat pelampung dari botol minuman bekas sebagai penanda. Yamin merasakan dilema memasang pelampung, sebab terkadang ada orang ikut memanen bubunya bila terlambat diambil karena ada penanda sehingga mudah ditemukan.“Bubu sering bergeser diterpa gelombang dan arus laut sehingga bila tidak ada pelampung maka kami kesulitan mencarinya. Meskipun bubu dipasang dengan jarak 5 sampai 7 meter kadang sulit terlihat saat laut bergelombang,” ucapnya.perlu dibaca : Pengebom Ikan Ditangkap di Flores Timur. Diduga Ada Jaringan Terorganisir  Melepas IkanPerahu motor tempel 2 GT  berbahan kayu pun melaju pelan. Tak jauh dari bibir pantai berbatu hitam, satu per satu bubu diangkat ke perahu. Bilah bambu pada pagar bubu dilepas dan ikan yang masih bergerak pun dikeluarkan lalu diletakan di dasar perahu.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2020-037-05.json
Bubu, Alat Tangkap Ikan Tradisional Ramah Lingkungan yang Digunakan Kembali di Flores Timur
Bubu, Alat Tangkap Ikan Tradisional Ramah Lingkungan yang Digunakan Kembali di Flores Timur | Setelah memperhatikan bubu,Y amin katakan banyak ikan yang keluar karena terlalu banyak ikan di dalamnya. Seharusnya 2 hari sekali bubu diangkat namun karena sudah 3 hari maka bubu dipenuhi ikan kerapu, kakap, lencam, kurisi, ekor kuning, baronang, pakol dan lainnya.Ikan-ikan kecil dengan lebar 2 hingga 3 jari orang dewasa dilepasnya kembali ke laut. Ikan-ikan hias beraneka warna pun ikut dilepas. Yamin beralasan ikan tersebut terlalu kecil sehingga dibiarkan berkembangbiak.“Sementara ada 42 bubu yang terpasang dan sedang ditambah menjadi 100 buah. Bila jumlahnya 100, maka setiap hari panen 35 bubu apalagi saat ini tidak ada penangkapan ikan menggunakan racun dan bom sehingga produksi ikan melimpah,” ungkapnya.Yamin mengaku bisa mendapatkan uang minimal Rp500.000 sampai Rp1 juta setiap hari. Ia yakin usaha di laut pasti orang lain akan menghormati apalagi budaya di masyarakat etnis Lamaholot dimana pamali atau pantang  mengambil apa yang bukan miliknya.  Kepala Bidang Perijinan Usaha dan Pengawasan Sumber Daya Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Flores Timur, Apolinardus Y.L. Demoor kepada Mongabay Indonesia, awal Juli mengatakan bubu atau belutu memang masih digunakan.Alat tangkap tradisional ini, katanya tergolong ramah lingkungan, asalkan pemasangannya tidak merusak karang karena biasanya batu sebagai pemberat menggunakan karang.“Biasanya untuk membuat bubu tidak bergerak dari tempatnya, masyarakat sering meletakan baru di atasnya agar tidak terseret arus.Kalau pergunakan batu di darat tidak masalah asal jangan mengambil di dalam laut.Meletakan bubu juga jangan di atas karang karena akan merusak karang,” pungkasnya.  [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2018-035-10.json
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak | [CLS] Belasan warga meninggal, ratusan luka-luka, dan sebagian pendaki Gunung Rinjani terjebak longsoran saat mendaki. Evakuasi warga dan wisatawan pendaki gunung masih berlangsung.Pasca gempabumi dengan kekuatan 6,4 SR mengguncang wilayah Lombok, Bali dan Sumbawa pada Minggu (29/7/2018) pukul 05.47 WIB masih diikuti dengan gempa susulan. Hingga Minggu pukul 14.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 124 kali gempa susulan. Gempanya dengan kekuatan yang lebih kecil dan tidak berpotensi tsunami.BMKG Wilayah III Bali juga melaporkan sejumlah gempa susulan pada Senin pagi. Di antaranya berkekuatan Mag:3.6 SR, pukul 06:35:03 WIB, Lok:8.75 LS,116.41 BT (15 km Tenggara Lombok Tengah-NTB), kedalaman 10 km.Data dari BNPB  tercatat 16 orang meninggal dunia, 355  jiwa luka-luka, 5.141 jiwa mengungsi dan ribuan unit rumah rusak. Dampak terparah dari gempa terdapat di Kabupaten Lombok Timur.Lombok Timur paling dekat dengan titik gempa kekuatan 6.4 SR pada pukul 05:47:39 WIB, Lintang 8.26 LS, Bujur 116.55 BT, dan kedalaman 10 km lokasi Sumbawa ini. Titik gempa ini sekitar 28 km Barat Laut Lombok Timur, 32 km Timur Laut Lombok Utara, 57 km Timur Laut Lombok Tengah, 61 km Timur Laut Mataram, dan 1105 km Tenggara Jakarta.  Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam siaran pers menyebut di Kabupaten Lombok Timur terdapat 11 orang meninggal dunia yaitu Isma Wida/P/30 thn warga negara Malaysia, Ina Marah/P/60 thn, Ina Rumenah/P/58 thn, Aditatul Aini/P/27 thn, Herniwati/P/30 thn, Ina Hikmah/P/60 thn, Fatin/P/80 thn, Egi/L/17 thn, Wisnu/L/8 thn, Hajratul/P/8 thn dan Siti Nur Lesmanida Ismail/P/30 thn asal Malaysia. Sebanyak 343 korban dengan 223 orang luka berat dan 120 orang luka. Pengungsi sebanyak 2.663 jiwa. Kerusakan rumah mencapai lebih dari 1.000 unit rumah baik rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan. Pendataan masih dilakukan.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2018-035-10.json
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak | Di Kabupaten Lombok Utara terdapat 4 orang meninggal dunia yaitu Juniarto/L/8 thn, Rusdin/L/34 thn, Sandi/L/20 thn, dan Natrinep/P/13 thn. Sebanyak 38 jiwa luka berat yaitu 12 orang luka-luka dirawat di Puskesmas Senaru, 15 orang di Postu Sambikelen, 1 orang di RSUD Tanjung, dan 10 orang di Puskesmas Anyar. Data sementara kerusakan rumah terdapat 41 unit rusak berat, 74 unit rusak sedang dan 148 unit rusak ringan. Sebanyak 6.237 KK terdampak gempa.Beberapa laporan kerusakan rumah juga terdapat di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Sumbawa Barat, dan Kota Mataram. Pendataan masih dilakukan oleh BPBD.  Kebutuhan mendesak saat ini adalah tenaga medis, tandu, peralatan kesehatan, sarana untuk anak-anak, dan makanan siap saji. BPBD dan beberapa instansi lain telah menyalurkan bantuan permakanan, air mineral, tenda pengungsi, makanan lauk pauk, makanan tambahan gizi dan lainnya. Mobilisasi peralatan dan logistik terus dilakukanSecara umum infrastruktur seperti komunikasi, jalan, listrik dan lainnya masih baik. Kementerian Komunikasi dan Informatika melaporkan kondisi layanan telekomunikasi di kawasan terdampak khususnya di Kecamatan Sambelia, Kecamatan Sembalun dan Kecamatan Bayan, operator Telkomsel dan XL Axiata melaporkan layanan komunikasi seluler tetap dapat digunakan. Sementara jaringan Indosat dan H3I tidak dapat digunakan akibat padamnya aliran listrik. PLN masih melakukan perbaikan.Laporan Kepala Pelaksana BPBD NTB H. Mohammad Rum menyebutkan upaya saat ini adalah mobilisasi peralatan dan menyalurkan logistik di wilayah terdampak. Kemudian mengirim Tim Kaji Cepat untuk memperkuat Posko Penanganan Bencana Gempa dalam penanganan luka-luka dan meninggal dunia.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2018-035-10.json
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak | I Komang Kusumaedi dari Pusdalops BPBD Bali melaporkan kerusakan dilaporkan warga di Kabupaten Karangasem, daerah terdekat dengan Lombok. Berupa tempat ibadah atau pura milik Dadya Jro Nengah Sedaan Berata Banjar Dinas Biaslantang kelod di Desa Purwakerthi, Kecamatan Abang. Kerugian material sekitar Rp15 juta. Di wilayah Desa Bunutan beberapa villa mengalami kerusakan. Tim dari Bali sudah berangkat ke NTB membawa bantuan logistik BNPB yang ada di Pos Komando Gunung Agung Tanah Ampo. Logistik BNPB yang dibawa berupa selimut 1.500 dan matras 1.000 buah.  Sedangkan Presiden Joko Widodo yang melakukan kunjungan kerja di NTB pada Minggu (29/7/2018) sore memerintahkan memerintahkan jajarannya seperti Kepala BNPB, Menteri Sosial, Menteri PU PR dan Panglima TNI untuk bergerak membantu masyarakat.Pada Senin (30/7/2018) pagi Presiden juga mengunjungi langsung lokasi terdampak gempa dan masyarakat di posko pengungsian di Desa Madayin, Sambelia, Lombok Timur. Kepada korban yang rumahnya roboh akibat gempa tersebut, Presiden Jokowi menginstruksikan agar segera diberikan uang, sehingga mereka bisa membangun rumahnya kembali.“Nanti akan dibantu per rumah kira-kira lima puluhan juta, dan akan segera ditindaklanjuti oleh Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), disupervisi oleh Kementerian PUPR, dan diawasi juga oleh Pak Gubernur, Pak Bupati,” ujar Presiden seperti dikutip dari laman Setkab. Evakuasi pendaki
[0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213]
2018-035-10.json
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak | Evakuasi pendaki yang berada di Gunung Rinjani masih dilakukan oleh petugas. Berdasarkan data dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) dikutip dari Humas BNPB, jumlah pendaki ke Gunung Rinjani tercatat 826 jiwa, baik wisatawan asing dan nusantara. Laporan dari BTNGR Resor Senaru sebanyak 115 orang wisatawan asing sudah turun di Senaru Kabupaten Lombok Utara pada Minggu. Proses evakuasi pendaki masih dilakukan oleh petugas BTNGR, Kantor SAR Mataram, Brimob Polri NTB dan relawan.Mongabay Indonesia mengonfirmasi ke pihak pengelola TNGR dan pada Senin siang disebutkan sekitar 400 orang sedang dipandu untuk turun ke pintu Sembalun karena pintu Senaru tak bisa difungsikan. “Tak layak didaki, banyak longsoran menutup jalan,” sebut Rio Wibawanto, Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah II TNGR Lombok Timur.Sebelumnya sudah tercatat 109 orang pendaki turun termasuk 36 warga asing, 6 lokal, pemandu 4 orang, dan porter 63 orang. Saat gempa terjadi diperkirakan lebih dari 800 orang sedang mendaki. Data ini didapatkan dari dua pos pintu masuk, Sembalun dan Senaru. Pendaki paling banyak melalui Sembalun, rata-rata tiap hari disebutkan 400 orang. Rata-rata waktu tercepat pendakian adalah 2 hari, namun dari data pengunjung mereka melakukan perjalanan bisa sampai 5 hari.  Gunung Rinjani setelah Gempa. Saat ini masih ada ratusan pendaki tertahan di Rinjani karena jalur menuju basecamp tertutup material longsor. Pihak taman nasional menghimbau para pendaki mencari posisi aman terlebih dahulu sembari menunggu arahan lebih lanjut dari pihak SAR. _ Photo by @daretarc Video from facebook #rinjani #mountrinjani #gunungindonesia #lombok #prayforlombokA post shared by PENDAKI & GUNUNG INDONESIA (@gunungindonesia) on Jul 29, 2018 at 4:27pm PDT 
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2018-035-10.json
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak
Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak | Sementara jenazah satu orang pendaki yang meninggal, Muhammad Ainul warga Makassar, Sulawesi Selatan disebutkan sedang dievakuasi turun. “Menurut temannya kena batu di kepala saat di area danau Segara Anak,” jelas Rio. Ia naik gunung pada 27 Juli dan saat gempa sedang di area jembatan danau.Sedangkan satu jenazah bernama Siti Nur Lesmawida Ismail (30) asal Malaysia meninggal tertimpa reruntuhan bangunan. Almarhumah mendaki bersama rombongannya dari relawan Majelis Belia Malaysia (MBM) berjumlah 18 orang.Pendaki yang terluka belum terdata namun sudah disiapkan pelayanan kesehatan. Para pendaki yang terjebak disebut paling banyak sedang berada di area danau Segara Anak yang dikelilingi bebukitan. Dalam kaldera gunung berapi Rinjani ini ada gunung baru yakni Baru Jari.BNPB melaporkan Tim Evakuasi Gabungan  berjumlah 184 orang yang terdiri dari 10 staf  TNGR, 120 anggota personil TNI di antaranya 100 anggota kopassus, 3 personil Sabhara dan 10 anggota Brimob dari Polri, 15 anggota Basarnas, 6 tenaga medis yang terdiri 1 orang dokter dan 5 orang perawat, dan 20 anggota relawan. Pada Senin pukul 07.00 WITA berangkat melalui jalur Sembalun untuk melakukan evakuasi dan membawa logistik bagi para wisatawan yang masih berada di dalam kawasan Gunung Rinjani.Sampai jam 01.54 WITA jumlah pengunjung yang diperkirakan naik sesuai daftar pengunjung sebanyak 820 orang, dengan rincian 448 orang mendaki pada 27 Juli 2018 dan sebanyak 372 orang pada 28 Juli 2018. Jumlah wisatawan yang naik masih bisa bertambah dengan jumlah porter, guide dan tamu yang berangkat naik pada 25-26 Juli. Untuk pengunjung yang sudah terdaftar turun hingga Minggu pukul 23.30 sebanyak 680 orang yang terdiri 358 wisatawan mancanegara dan 166 wisatawan lokal. Demi keamanan pendakian Gunung Rinjani di tutup mulai tanggal 29 Juli 2018 sampai waktu yang belum ditentukan.  [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2014-006-10.json
Danau-danau “Neraka” yang Mengancam Sumber Air Kalsel
Danau-danau “Neraka” yang Mengancam Sumber Air Kalsel | [CLS] Danau-danau di Kalimantan Selatan itu terlihat biasa dari kejauhan. Air tenang tanpa riak. Bahkan, ada yang indah dari jauh, berwarna hijau kebiru-biruan. Ada pula yang berwarna agak kecoklatan, bahkan hitam pekat. Namun, danau itu tak setenang dan seaman tampilan. Ia adalah kolam-kolam raksasa buat menampung limbah-limbah buangan maupun lubang-lubang galian dari tambang batubara.Kolam-kolam raksasa ini bak neraka bagi umat manusia dan lingkungan sekitar. Betapa tidak, ia berpotensi mencemari air-air sungai di Kalsel, yang menjadi sumber kehidupan sehari-hari bagi warga. Fakta horor ini terungkap dari hasil investigasi Greenpeace dalam laporan berjudul  “Terungkap: Tambang Batubara Meracuni Air di Kalimantan Selatan,” yang rilis awal Desember 2014 di Jakarta.Dari laporan itu terungkap, aktivitas pertambangan batubara di Kalsel, merusak sumber air, membahayakan kesehatan dan masa depan masyarakat sekitar.  Greenpeace menemukan kebocoraan  dan pembuangan zat asam pada kolam dan bekas lubang tambang yang mengandung zat berbahaya melebihi aturan tambang batubara.Greenpeace melakukan investigasi sekitar enam bulan dengan mengambil sampel di 29 titik dari kolam limbah, dan lubang tambang terbengkalai perusahaan tambang yang bocor. Temuan ini juga memberikan bukti kuat perusahaan-perusahaan tambang batubara menyumbangkan limbah berbahaya ke sungai dan sumber-sumber air masyarakat, melanggar standar nasional untuk pembuangan limbah di pertambangan.Studi kasus ini dilakukan di beberapa konsesi perusahaan tambang, seperti milik Arutmin, anak usaha Bumi Resources, di Distrik Asam-asam. Kondisi di sini terburuk dari semua konsesi yang dikunjungi Greenpeace. Satu sampel mengandung kadar pH 2,32, mangan tinggi 10 kali ambang legal. Ambang batas air limbah batubara sesuai aturan Kementerian Lingkungan Hidup No 113, 2003, pH maksimum antara enam sampai sembilan, besi tujuh mm atau mg dan mangan empat mg.
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2014-006-10.json
Danau-danau “Neraka” yang Mengancam Sumber Air Kalsel
Danau-danau “Neraka” yang Mengancam Sumber Air Kalsel | “Saat uji juga temukan kandungan zat itu di atas ambang batas. Ditemukan juga logam berat lain, misal, nikel, arsenik, mercuri. Seluruh logam berat ini sangat berbahaya. Apalagi terakumulasi dalam jangka dan waktu lama. Bahaya bagi biota air, kala terserap bisa jadi racun. Konsentrasi rendah aja beracun apalagi terakumulasi dalam waktu lama,” kata Hindun Mulaika, juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, hari itu di Jakarta.Endapan kotor dan terkontaminasi juga mengalir ke lingkungan. Tim mengidentifikasi jelas jejak-jejak luapan air di kolam pengendapan. Air melimpah. Bahkan, di kolam lain, tampak air baru melimpah keluar dan merembes ke anak sungai. Parahnya lagi, kolam-kolam kotor itu berada di dekat jalan umum yang sehari-hari dilalui masyarakat.  “Rembesan ini berpotensi mencemari air yang bisa berdampak pada penduduk Desa Salaman.”Hilda Mutia, peneliti utama sekaligus koordinator Waterpatrol Greenpeace Indonesia mengatakan, seharusnya kolam-kolam Arutmin ini bisa menampung air asam. “Karena hujan dan longsor akhirnya bocor. Keluar ke lingkungan. Warna air coklat dan ada di pinggir jalan,  dilalui warga desa.”Bahkan, kolam asam Arutmin, ada yang keluar, menyeberang ke saluran jalan dan mengarah ke rawa terdekat. “Jadi rawa sudah tercampur antara warna kuning dan hijau.”Lalu, di Banpu, anak perusahaan Jorong Barutama Greston. Di sini ditemukan, lubang bekas tambang sepanjang dua km dengan keasaman dan kandungan logam berat mangan di atas ambang batas. Tak jauh dari sana, ditemukan kolam asam menyerupai rawa, tampak tak terawasi. Citra saltelit menunjukkan, air kolam asam mengalir hingga bisa mengkontaminasi badan air atau sungai-sungai kecil. Jorong pernah diprotes terkait reklamasi minim dan pelanggaran batas hutan lindung.Studi lain, di Tanjung Alam Jaya di Kabupaten Tapin, Kalsel. Menurut Hilda, di konsesi ini ada satu kolam tambang terbengkalai mengandung air asam.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2014-006-10.json
Danau-danau “Neraka” yang Mengancam Sumber Air Kalsel
Danau-danau “Neraka” yang Mengancam Sumber Air Kalsel | Danau besar itu terkesan menyejukkan, tetapi kala dites pH asam tinggi, 3,74. Di salah satu dinding danau bocor dan air keluar serta jatuh ke sungai kecil. “Ada warna lain di bagian tepi sungai. Bisa dibayangkan dampak tambang dekat dengan warga dan kehidupan warga,” ujar dia.Pada 2011, lebih 30% batubara Indonesia hasil 14 perusahaan di Kalsel, yakni 118 Mt dari total produksi nasional 353 Mt. Pada 2008, ada 26  izin tambang pusat dan 430  izin pemerintah daerah.Dengan riset ini, Greenpeace mengindikasikan,  3.000-an km atau 45% dari total sungai di Kalsel, mengalir melewati kawasan tambang batubara dan berpotensi tercemar dari tambang-tambang itu.Arif Fiyanto, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara memaparkan, di Kalsel, mereka mendatangi sekitar 300-an lubang-lubang tambang dan kolam limbah yang menghasilkan air asam.Parahnya lagi, dari sekitar 300-an kolam tambang itu, sebagian besar berbentuk bak kolam dan danau biasa. Tak ada plang atau tanda-tanda yang menyatakan kalau itu kolam limbah atau lubang tambang. “Ada yang memasang tanda-tanda, tapi itu sedikit sekali. Sebagian besar, sudahlah berada dekat pemukiman, di dekat jalan raya. Tak ada rambu-rambu pula,” katanya.Menurut dia, batubara merusak, tak hanya mencemari air juga menghancurkan bentang alam Kalsel yang indah. “Dalam tempo tak sampai dua dekade hancur. Misal di Tanah Laut di Kabupaten Tanjung, Adaro, di sana. Bagaimana bentang alam dihancurkan tanpa mereka mempedulikan standar nasional tentang pengelolaan air dan hak-hak masyayarakat maupun reklamasi. Setelah keruk tinggalkan begitu saja dan tinggalkan ratusan lubang tambang yang bahayakan masyarakat sekitar.”Dampak buruk terhadap masyarakat sekitar ini, kata Arief, harus dihentikan. Perusahaan-perusahaan tambang, harus punya tanggung jawab legal. “Yang melanggar hukum harus perbaikan.“
[0.999989926815033, 5.325947768142214e-06, 4.717151114164153e-06]
2014-006-10.json
Danau-danau “Neraka” yang Mengancam Sumber Air Kalsel
Danau-danau “Neraka” yang Mengancam Sumber Air Kalsel | Pemerintah Indonesia, katanya, harus mengawasi lebih baik, sekaligus tegas dalam penegakan hukum bagi pelanggar.  “Sektor tambang batubara bawa ancaman sangat serius di Kalsel. Apa yang ditemukan ini beri konfirmasi, pulau Kalimantan salah satu pulau yang akan hadapi dampak paling buruk dari perubahan iklim. Proses ini sudah dilihat pada konsesi-konsesi itu. Tak perlu dilihat sampai 2050.”Untuk itu, Greenpece rekomendasikan pemerintah melakukan investigasi terbuka. Sebab, temuan ini memperlihatkan ancaman terbuka terhadap kualitas air dan kesehatan masyarakat di Kalsel.Rekomendasi lain, proses alokasi izin tambang mencakup pertimbangan yang jauh lebih kuat bagi rekam jejak kinerja lingkungan perusahaan.  “Kalau perusahaan melanggar, pemerintah harus punya keberanian buat cabut izin mereka. Ini harus dihentikan, izin dicabut. Di-review.  Ini berlaku juga pada perusahaan-perusahaan di Kalsel,” katanya.Greenpeace mendesak, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membuka rincian dana jaminan reklamasi dan rehabilitasi lahan untuk Kalsel. “Apakah dana itu cukup mencegah dampak jangka panjang setelah tambang ditutup.”Badan Lingkungan Hidup Kalsel dan Kementerian LHK, kata Arief, harus mempublikasikan informasi pelanggaran-pelanggaran pembuangan air limbah berkala. “Ini akan membantu investor, badan perizinan tambang pusat, dan masyarakat sipil untuk mengikuti kinerja perusahaan.”Greenpeaace, katanya,  siap bekerja sama dengan pemerintah. “Ada harapan pada pemerintah baru dapat memberikan hal berbeda dari pemerintah sebelumnya. Masyarakat layak hidup sehat, tak berada dalam ancaman industri tambang luar biasa merusak ini.” [SEP]
[0.999989926815033, 5.325947768142214e-06, 4.717151114164153e-06]
2013-014-15.json
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan | [CLS] Eben Ezer, warga Desa Biru Maju, dan ratusan warga di daerah itu tak berdaya. Lahan pertanian yang mereka peroleh dari penempatan transmigrasi di Kecamatan Telawang, Kabupaten Kota Waringin Timur (Kotim), Kalteng, kini dikuasai PT Buana Artha Sejahtera, anak usaha Golden Agri Resources, Sinas Mas Group.Dia mengatakan, lahan awal mereka bersertifikat diambil warga lokal yang mengklaim pemilik lahan. Lalu, lahan kedua berupa surat kepemilikan tanah (SKT) sekitar 650 hektar dicaplok perusahaan yang masuk sekitar 2002. Sejak itu,  kehidupan warga menjadi tambah susah. “Dulu kami bertani. Jadi lahan diambil sekarang kami kebingungan. Ada yang berburu untuk bertahan hidup,” katanya di Jakarta, Sabtu (28/9/13).Eben datang bersama tiga perwakilan warga lain dari Kalteng, yang sama-sama terkena dampak buruk dari investasi sawit Sinas Mas dan Wilmar International. Mereka mengadu ke beberapa organisasi di Jakarta, seperti Walhi Nasional dan Sawit Watch.Mereka adalah, Tasik dari Desa Pantap, Kecamatan Mentaya Hulu, Kotim, dan Swester warga Desa Pondok Damar, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kotim. Lalu, James Watt dari Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan.Menurut Eben, tak hanya mata pencarian hilang, kriminalisasi warga pun kerab terjadi. “Polisi itu alat bagi investor intimidasi masyarakat. Baik sektor usaha maupun kehidupan sosial,” ujar dia.Belum lama ini, kades dan sekdes desa itu dituduh mencuri di kebun perusahaan. Beberapa hari ini, dua warga juga dipenjara karena memungut sawit jatuh di lahan konflik.Padahal,  pengusaha tak bisa memperlihatkan legalitas mereka seperti hak guna usaha (HGU) atau izin lain. “Mereka hanya kantongi izin perkebunan dari daerah. Pelepasan kawasan hutan pun tak ada. Bukankah seharusnya tanampun tak boleh. Tapi mereka sudah beroperasi.”
[0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08]
2013-014-15.json
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan | Masyarakatpun bertanya-tanya. “Apakah aturan gitu? Kalo investor masuk bisa berbuat sesuka hati, dan tak perlu memperhatikan masyarakat. Atau memang perusahaan dibantu untuk rampas hak masyarakat?” “Perusahaan ilegal tapi polisi malah melindungi perusahaan. Aneh!!!!” ucap Eben.Area Buana Artha Sejahtera, sekitar 2.700 hektar, tetapi menanam lebih dari itu sekitar 2.900 an hektar. “Setelah ukur ulang merambah APL yang jadi wilayah Desa Biru Maju.”Masyarakat, katanya, telah melakukan berbagai upaya, seperti membuat laporan pelanggaran perusahaan kepada polisi dan mencari legalitas perizinan perusahaan. Mereka juga sempat ke Kementerian Kehutanan. “Tapi, tetap saja sampai saat ini tempat hidup kami hilang.”Nasib miris juga dialami warga Desa Pondok Damar, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kotim. Swester, perwakilan warga mengatakan, sejak perusahaan sawit anak usaha Wilmar ini masuk, PT Mustika Sembuluh,  Sungai Sampit mulai tercemar. Pada 2008, ikan-ikan di sungai mati. “Sungai dulu tempat cuci mandi sampai air minum, sudah tak bisa lagi.”Pada 2012, pencemaran parah kembali terulang. Warga yang nekad mandi di sungai karena tak memiliki alternatif lain, mengalami gatal-gatal. Pada waktu itu, kata Swester, warga mengundang legislatif untuk menyaksikan kejadian itu.Mediasi antar warga dan perusahaan pun dilakukan dari tingkat desa sampai kabupaten. “Perusahaan berjanji akan membangun sarana air bersih bagi warga. Dibangun tapi tak layak.”Sebenarnya, janji membuat sarana air bersih bagi warga sejak 2008. Pada 2012, selain menuntut air bersih, warga juga mendesak penyelesaian konflik lahan. “Warga dulu punya karet diklaim perusahaan dan dimasukkan area konservasi tinggi.”
[0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08]
2013-014-15.json
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan | Penderitaan juga dialami warga Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan, Kalteng.  James Watt, warga Desa Bangkal mengatakan,  masalah muncul salah satu dari perusahaan sawit PT Bina Sawit Abadi Pratama, Sinar Mas Group, konflik berawal pada 2007. “Lahan warga diambil tanpa ada ganti rugi. Pada 2007, ada pertemuan bersama petani tetapi tak pernah selesai.”Pada 2007, warga melaporkan kasus mereka ke Komnas HAM. Pada 2010, terjadi pengerahan massa. “Warga pernah panen massal di lahan warga yang diklaim perusahaan.”Aparat pun membantu perusahaan agar warga menghentikan panen massal. Warga mundur.  Pada 2011, sekitar 2.000 massa turun ke kabupaten dan meminta bupati mencabut izin perusahaan ini. “Tuntutan kami izin dicabut dan kembalikan hak pada masyarakat.”Tak hanya konflik lahan, pencemaran sungai juga terjadi. Sungai Rungau tercemar, air mengalir ke Danau Sembuluh. Di sekitar danau ini mata pencarian masyarakat mencari ikan. Tak pelak, setelah danau tercemar penghasilan warga pun terganggu. “Ikan-ikan di keramba itu banyak mati.” Warga juga kehilangan sumber air bersih.  “Kami konsumsi air ini, kini tak bisa lagi. Dulu, air langsung diminum. Desa Bangkal, kemarau kesulitan air.”Pencaplokan lahan warga juga terjadi di Desa Pantap, Kecamatan Mentaya Hulu, Kotim. Tasik, warga Desa Pantap mengungkapkan, konflik lahan terjadi dengan PT Bumi Sawit Kencana II, Wilmar Group. Izin perusahaan ini keluar pada 2006 seluas 4.750 hektar di Kecamatan Kota Besi, Kotim. Namun yang terjadi, perusahaan membuka kebun di Desa Pantap, bukan Kota Besi.“Ini pencaplokan wilayah. Perusahaan caplok wilayah desa, dan penyerobotan tanah Desa Pantap, termasuk lahan di kanan kiri jalan HPH. Sebab, sebelum ada kebun sudah ada pemukiman di jalan-jalan HPH.” Sejak Agustus 2013, perusahaan membikin parit pembatas di lahan-lahan warga. “Saya minta alat berat ditahan.”
[0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08]
2013-014-15.json
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan | Selain itu, perusahaan juga bermasalah dengan lahan kelompok yang dketuai Simamora, seluas 1.484 hektar. “Ini lahan kelola 94 keluarga. Sampai saat ini tak berujung.”Perusahaan meminta Simamora membongkar rumah dan membabat kebun karet. “Ini dilaporkan ke kecamatan. Lalu diundang Kapolsek untuk mediasi. Warga datang tapi perusahaan tak datang,” ucap Tasik.Warga di Desa Pantap, sebagian besar bukan penduduk lokal, hingga dia khawatir jika isu ini dimanfaatkan perusahaan. Sebab di lapangan, beberapa kali perusahaan berusaha menghadapkan masyarakat dengan masyarakat. Bahkan, satpam perusahaan bersenjata parang. “Perusahaan datangkan warga lokal dari berbagai tempat untuk dihadapkan dengan warga pendatsng di desa saya. Saya khawatir, jangan sampai warga pendatang diadu dengan masyarakat lokal.”Untuk itu, mereka  menuntut pengembalian lahan Desa Pantap, maupun lahan kelompok. “Kami juga menuntut proses hukum karena perusahaan telah mencaplok wilayah hingga tanah kelola dan tempat hidup warga terampas. Izin di Kota Besi, malah kebun di Desa Pantap.”Ekspansi sawit di Kalteng, per Desember 2012 mencapai 4, 1  juta hektar, sebanyak 3.825.058 hektar di kawasan hutan  berdasarkan tata guna hutan kesepakatan (TGHK). Ada 286 perusahaan dan hanya 84 dinyatakan clear and clean berdasarkan prosedural perizinan.Arie Rompas, Direktur Eksekutif Walhi Kalteng mengatakan, kondisi ini mendorong pelanggaran hukum oleh korporasi. Untuk legalisasi, Kalteng mengusulkan perubahan tata ruang demi mengakomodir pelepasan kawasan hutan. “Perubahan kawasan hutan lewat SK 529, sekitar 1,2 juta hektar akan dilepaskan dari kawasan hutan,” katanya.
[0.27853596210479736, 0.3501799404621124, 0.3712840676307678]
2013-014-15.json
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan | Perubahan hutan di Kalteng, tak hanya sawit juga HTI, maupun HPH dan tambang. Arie menyoroti dominasi penguasaan lahan oleh grup besar seperti Sinar Mas dan Wilmar.  Di Kalteng, Wilmar memiliki 17 anak usaha seluas 288.000 hektar. Khusus di Kabupaten Kotim, memiliki pencadangan lahan 74.611,62 hektar, sebanyak 47.213,04 hektar sudah ditanami. Sedangkan Sinar Mas, dengan luas hektar  25.111 hektar tertanam dan pencadangan lahan 48.226, 23 hektar. “Ini ada di wilayah masyarakat hingga terjadi konflik.”Menurut dia, Kalteng bagian Kalimantan yang punya hutan luas,  seharusnya memberikan kontribusi kesejahteraan pada masyarakat. Yang terjadi, sebaliknya. Warga menderita karena mengalami penggusuran dan kerusakan lingkungan.  “Sumber kehidupan warga diubah, hingga mengubah kehidupan rakyat, misal sumber air terganggu,” ujar dia.Kalteng juga menjadi pilot project REDD+, tetapi malah mengalami deforestasi tinggi, lebih dari 100 ribu hektar per tahun. “Deforestasi ini karena konversi hutan untuk sawit, pertanbangan, HTI dan HPH.”Zenzi Suhadi, Pengkampanye Hutan dan Perkebunan Skala Besa Walhi Nasional, menyoroti kinerja kepolisian yang tidak profesional dalam merespon pelangaran hukum sektor kehutanan dan perkebunan.Polisi cenderung menjadi bagian dari proses pelanggaran hukum dan perampasan lahan, seperti pembiaran aktivitas perusahaan dalam kawasan hutan, melindungi perusahaan dengan mengkriminalisasi petani. “Posisi seperti ini membuat perusahaan menjadi ketagihan dan berani merusak hutan.”Bahkan, dalam konteks konflik justru membuat konflik tak selesai. Sebab, kepolisian dijadikan alat perusahaan untuk menutupi masalah perdata dengan memunculkan kasus pidana terhadap warga yang tak jarang direkayasa dan dipaksakan.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2013-014-15.json
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan
Nestapa Warga Kalteng karena Sawit, dari Sungai Tercemar sampai Pencaplokan Lahan | Senada diungkapkan Bondan Andiyanu, Kepala Departemen Kampanye Sawit Watch. Dia menyatakan, sistem perkebunan sawit mendorong pada monopoli penguasaan lahan dan pasar hingga mengakibatkan konflik berkepanjangan.Data Sawit Watch sampai 2012, izin yang dilepaskan untuk kebun sawit sekitar 12,5 juta hektar. Ke depan, diperkirakan terjadi ekspansi besar-besar guna memenuhi target pencapaian produksi minyak sawit mentah (crude palm oil) 25 juta ton. “Ekspansi ini diterjemahkan perusahaan dengan buka lahan sebesar-besarnya.”Dalam membuka kebun, perusahaan banyak mengabaikan prinsip free prior, informed consent (FPIC). Ini adalah proses yang memungkinkan masyarakat adat maupun lokal mendapatkan hak-hak mereka.  “Masyarakat tak ada pilihan menolak atau menerima. Bahkan sampai penanaman berjalan, masyarakat tak mendapatkan informasi, tak jarang malah mendapatkan intimidasi. [SEP]
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2015-067-20.json
Yogyakarta Siap Melaksanakan Percepatan SVLK
Yogyakarta Siap Melaksanakan Percepatan SVLK | [CLS] Pemprov Yogyakarta siap melaksanakan percepatan pelaksanaan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) pada industri kehutanan.Hal itu ditandai dengan penandatanganan deklarasi antara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan , Koperasi dan UKM (Disiperindagkop UKM) DIY, Riadi Ida Bagus mewakili Gubernur Yogyakarta dengan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono mewakili pemerintah pusat yang disaksikan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) DIY, Sutarto pada Senin (23/03/2015) di Yogyakarta.Dirjen Bina Usaha Kehutanan KLHK Bambang Hendroyono mengharapkan penerapan SVLK di Yogyakarta bisa sesuai dengan harapan.  SVLK berlaku mulai 1 Januari 2015 sesuai PermenLHK No. P.95/Menhut-II/2014 tanggal 22 Desember 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.43/Menhut-II/2014 tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.“Khususnya IKM (industri kecil dan menengah) dan IUIPHHK kapasitas sampai dengan 6.000 m3/tahun akan mendapatkan percepatan SVLK dengan biaya ditanggung pemerintah ,” katanya.Oleh karena itu KLHK akan memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi termasuk pendampingan dalam rangka persiapan sertifikasi serta kepemilikan pertama bagi IKM secara berkelompok dalam rangkat mempercepat perolehan SVLK bagi IKM. Ini menjadi solusi bagai pemegang IUIPHHK kapasitas s.d 6.000 m3/tahun yang belum memiliki Sertifikat Legalitas Kayu (SLK).“Untuk mempercepat upaya tersebut, maka dibuatlah program “Percepatan Sertifikasi Legalitas Kayu pada IUIPHHK kapasitas s.d 6.000 m3/tahun, TPT, Hutan Hak dan IKM Mebel ini,” katanya.Bambang menjelaskan ada 1300-an dari sekitar 3700 perusahaan yang mempunyai SLK. Penerapan SVLK ini bertujuan untuk memberantas pembalakan liar. Dalam 10 tahun terakhi,r illegal logging kita tinggal 20 kasus dari 50an kasus/temuan.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2015-067-20.json
Yogyakarta Siap Melaksanakan Percepatan SVLK
Yogyakarta Siap Melaksanakan Percepatan SVLK | Sedangkan Kepala Dishutbun DIY Sutarto mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk membuat data base, indentifikasi SVLK, peningkatan kapasitas bagi pelaku usaha dan peningkatan peran para pihak terkait percepatan SVLK.Data Dishutbun DIY menunjukkan ada 4 dari 31 pemegang IUIPHHK di Yogyakarta yang telah punya SVLK. Sebagian besar IUIPHHK adalah penggergajian dengan kapasitas dibawah 2000 m3 /tahun. Ada 28 dari 56 unit IKM mebel yang sudah memiliki SLK. Selain itu ada 7 lokasi pengelola hutan yang sudah memiliki PHBL.“Harapan besar SLK memberikan manfaaat jaminan bahwa hasil kayu yang diperdagangkan untuk pasar domestik dan ekspor adalah kayu legal,” katanya.Sementara itu Kepala Disiperindagkop UKM DIY, Riadi Ida Bagus yang membacakan sambutan Gubernur DI Yogyakarta mengatakan, adanya sistem SVLK akan memastikan produk kayu dan bahan bakunya dapat diperoleh dari sumber yang asal-usulnya dan pengelolaanya memenuhi aspek legalitas.“Kayu disebut legal bila asal-usulnya, ijin penebangannya, sistem dan prosedur penebangan, pengangkutan, pengolahan dan perdagangan atau pemindahtanganannya dapat dibuktikan memenuhi semua persyaratan legal yang berlaku,” kata Gubernur.Ia menambahkan, sumber daya hutan telah jadi modal utama pembangunan ekonomi, memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan negara dan peningkatan tenaga kerja serta mendorong pengembangan wilayah. Pemanfatan hutan untuk memperoleh pemanfatan maksimal harus dengan tetap menjaga kelestarian hutan itu sendiri.Pada kenyataannya, pemanfaatan hutan produksi baru pada bagaimana hutan tersebut mampu memproduksi kayu yang berkualitas. Pemerintah menerapakan SVLK untuk memastikan agar produk kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia memiliki status legalitas yang meyakinkan. Dampak strategisnya, produk kayu di Indonesia yang disertai verifikasi legal akan lebih diterima di pasar dunia.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2015-067-20.json
Yogyakarta Siap Melaksanakan Percepatan SVLK
Yogyakarta Siap Melaksanakan Percepatan SVLK | Untuk itu, maka dengan SVLK para petani dari hutan rakyat dan masyarakat dapat menaikkan posisi tawar dan tidak perlu risau keabsahan hasil kayunya ketika akan dijual. Demikian juga produsen kayu mebel yakin akan sumber bahan kayunya sehingga lebih mudah meyakinkan para pembeli di luar negeri.“Produk kayu yang telah tersertifikasi ternyata meningkat setiap tahun. Pada tahun 2006 hutan prosuksi yang bersertifikat adalah 370,8 juta meter persegi. Luas tersebut bertambah 416,4 juta pada 2008,artinya pasar merespon positif hasil produk kayu bersertifikat,” katanya.Perusahaan mebel harus memastikan legalitas sumber kayu, namun demikian tingkat pengendalian pengangkutan dari kayu ke industri masih rendah. Hal ini karena masih lemahnya sanksi yang diberikan pejabat berwenang terhadap prosedur pengangkutan kayu.Ada banyak penyalahgunaan dokumen, hingga ada perbedaan jumlah kayu yang diangkut atau diolah dengan apa yang dilaporkan. Untuk itu perlu adanya pemeriksaan secara periodik dan dapat diakses publik untuk melakukan kontrol.Hambatan dan TantanganSedangkan Dwi Nugroho dari lembaga Arupa mengatakan adanya roh perubahan dan perbaikan tata kelola kehutanan dari penerapan SVLK yang merupakan intervnesi pemerintah untuk perdagangan kayu yang lebih baik. Pelaku industri kayu di Yoyakarta juga sudah siap mendapatkan SVLK baik biaya sendiri maupun dibantu oleh pemda.Sementara itu, pendamping SVLK Sugeng Triyanto mengatakan kebijakan daerah masih jadi penghambat penerapan SVLK di Yogyakarta yaitu perzinan dan dokumen PUHH yang masih carut marut. Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pajak daerah belum mengetahui tentang SVLK.“Perlu ada inovasi kebijakan untuk mendorong agar tidak ada lagi masalah diperijinan dalam mempercepat SVLK di DIY,” kata Sugeng. [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-006-13.json
Harusnya Dilindungi, Landak Justru Diburu Gara-gara Ini
Harusnya Dilindungi, Landak Justru Diburu Gara-gara Ini | [CLS]   Ada sebuah batu yang harga per gramnya bisa melebihi harga emas. Besarnya, rata-rata seukuran kelereng. Warnanya ada yang krem, kemerahan, atau cokelat tua. Orang mengenalnya sebagai geliga atau batu mustika yang diperoleh dari perut landak. Tapi gara-gara batu yang berasal dari dalam perut, satwa unik ini jadi terancam kelestariannya.Sudah sejak lama orang percaya bahwa batu geliga mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Sebuah tulisan menyebut geliga atau bezoar dikenal oleh orang Arab sebagai obat sejak abad kedelapan, lalu menjalar ke Eropa pada abad keduabelas.Dalam film Harry Poter, ramuan bezoar diajarkan sebagai penangkal segala racun. Ada peninggalan kuno berupa perhiasan bertahta bukan saja berlian, namun juga geliga. Ini menunjukkan betapa  berharganya geliga waktu itu.Baca: Nasib Landak Sumatera, Tidak Dilindungi Sebagaimana Landak Jawa  Sebuah penelitian yang di jurnal Nature Conservation, April 2021, dengan judul “The illegal hunting and exploitation of porcupines for meat and medicine in Indonesia” oleh Lalita Gomez menyatakan ada lima spesies landak yang hidup di Indonesia. Namun, berdasarkan penelitiannya, dari Januari 2013 hingga Juni 2020 terdapat 39 kasus penyitaan dengan jumlah landak sebanyak 452 ekor.Lima spesies landak yang dimaksud adalah landak ekor panjang [Trichys fasciculata] dan landak raya/melayu [Hystrix brachyura] yang keduanya ada di Kalimantan dan Sumatera. Lalu landak sumatera [Hystrix sumatrae] yang endemik Sumatera, landak jawa [Hystrix javanica] yang ditemukan di Jawa, Madura, Bali, Sumbawa, Flores, hingga Lombok. Sementara landak butun/duri tebal [Hystrix crassispinis] endemik Kalimantan.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2023-006-13.json
Harusnya Dilindungi, Landak Justru Diburu Gara-gara Ini
Harusnya Dilindungi, Landak Justru Diburu Gara-gara Ini | Riset ini memaparkan fakta, landak diburu dan diekspoitasi secara ilegal di wilayah Indonesia. Indonesia, Malaysia, dan Singapura adalah hotspot perdagangan geliga landak. Pengamatan yang dilakukan pada 2019 di situs jual beli online, ada 121 penawaran sebanyak 680 hingga 1.332 geliga dalam waktu tiga bulan saja. Mayoritas dari Indonesia, kebanyakan di Jawa.Gomez mengungkapkan, landak raya merupakan spesies yang kerap ditemukan dalam penyitaan landak dan statusnya dilindungi pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999, tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.Namun, berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, jenis ini dikeluarkan dari status dilindungi. Sebagai gantinya landak jawa dimasukan sebagai satwa dilindungi.Selain diambil geliganya, landak juga diburu untuk diambil dagingnya. Selain dianggap hama, orang percaya daging landak berkhasiat sebagai obat dan aprodisiak. Sementara durinya dijadikan obat, suvenir, dan jimat.Baca: Tidak Dilindungi Lagi, Perburuan Landak Jenis Ini Bakal Meningkat  Fakta unikKebenaran apakah geliga landak bermanfaat untuk pengobatan masih menjadi perdebatan. Namun geliga landak amat dikenal dalam praktik pengobatan China. Beberapa penelitian coba melihat manfaat geliga landak untuk pengobatan, di antaranya untuk kanker.Geliga sebenarnya merupakan kumpulan dari bahan organik dan anorganik yang tidak tercerna landak. Bahan ini bercampur dengan zat lain di dalam saluran pencernaan, menggumpal, dan membentuk bulatan. Tidak semua landak memiliki geliga di perutnya. Ini menjadi penyebab landak mati sia-sia hanya demi diambil geliganya.Baca juga: Demi Batu Mustika, Perburuan Landak Meningkat  
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2023-006-13.json
Harusnya Dilindungi, Landak Justru Diburu Gara-gara Ini
Harusnya Dilindungi, Landak Justru Diburu Gara-gara Ini | Geliga tidak hanya ditemukan di landak. Batu ini juga ditemukan pada binatang seperti kambing, sapi, unta. Meski terkesan garang dengan durinya berdiri saat terancam, sebenarnya landak binatang jinak. Dia hanya menyerang jika terancam. Duri tajamnya akan mudah terlepas dan bisa melukai predator.Landak merupakan hewan nokturnal yang aktif malam hari. Indera penglihatannya lemah, sehingga lebih menggantungkan pada pendengaran dan penciumannya. Landak termasuk herbivora, makan rumput, kulit kayu, umbi, buah, biji-bijian, dan pucuk tanaman. Sebagai hewan pengerat gigi depannya terus tumbuh. Itu sebabnya hewan ini kadang menggerogoti kayu keras atau tulang.Landak akan kawin setelah berumur sekitar 2 tahun dengan usia hidup rata-rata hingga 10 tahun. Satwa ini diketahui setia pada pasangannya.  [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2022-063-15.json
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut | [CLS]  Nelayan kecil yang beroperasi di wilayah perairan pesisir di seluruh Indonesia dijamin akan menjadi prioritas untuk mendapatkan kuota penangkapan ikan secara terukur. Kebijakan tersebut dijadwalkan akan mulai diterapkan pada 2022 ini.Janji tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Muhammad Zaini. Menurut dia, nelayan kecil yang bisa mendapatkan kuota adalah mereka yang berstatus nelayan lokal dan dibuktikan dengan identitas kartu tanda penduduk (KTP).“Mereka adalah yang berdomisili di zona penangkapan ikan terukur,” ungkap dia akhir pekan lalu di Jakarta.Dengan status KTP dan domisili yang jelas, nelayan kecil akan masuk kelompok prioritas akan mendapatkan kuota penangkapan ikan secara terukur. Itu berarti, semua nelayan kecil di manapun berada, dijamin akan mendapatkan kuota untuk penangkapan ikan.Muhammad Zaini menerangkan, seluruh kuota yang akan diberikan kepada nelayan kecil sudah melalui rekomendasi kajian yang dilakukan Komisi Nasional Pengkajian Sumber daya Ikan (Komnas Kajiskan) tentang estimasi potensi sumber daya ikan (SDI) dan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan (JTB) pada Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI).“Rekomendasi tersebut menjadi salah satu pertimbangan KKP untuk menetapkan kuota penangkapan ikan. Jadi, Pemerintah menjamin nelayan kecil pasti akan mendapatkan kuota,” tegas dia.baca : Catatan Akhir Tahun : Era Baru Pengelolaan Perikanan Tangkap Dimulai pada 2022  Selain jaminan akan mendapatkan kuota penangkapan ikan, nelayan kecil juga dijamin tidak akan dikenai pungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di zona penangkapan ikan terukur yang menjadi tempat lokasi penangkapan ikan mereka.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-063-15.json
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut | Kemudian, nelayan kecil juga akan didorong untuk bisa bergabung ke dalam koperasi yang ada di setiap zona penangkapan ikan masing-masing. Tujuannya, agar mereka bisa ikut memperkuat kelembagaan usaha nelayan dan bisa berdaya saing tinggi.Muhammad Zaini menambahkan, semua kesempatan tersebut diberikan oleh Pemerintah, karena ada mandat Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi daya Ikan, dan Petambak Garam.Dia menyebutkan, saat ini nelayan kecil yang sudah terdata di seluruh Indonesia jumlahnya mencapai sekitar 2,22 juta orang. Dengan jumlah tersebut, ada proyeksi perputaran ekonomi yang diperkirakan bisa mencapai Rp61,4 triliun per tahun.“Nelayan kecil juga berkesempatan untuk menjadi awak kapal perikanan skala industri, sehingga terjadi peningkatan pendapatan,” jelas dia.Lebih detail Muhammad Zaini mengatakan, setelah penerapan skala prioritas kepada nelayan berhasil diselesaikan, kuota tangkapan ikan yang masih ada akan diberikan untuk bukan tujuan komersil, dan kemudian sisanya ditawarkan kepada badan usaha dan koperasi.Adapun, kuota untuk bukan tujuan komersil adalah termasuk kegiatan penelitian, pendidikan dan latihan (Diklat), kesenangan, dan untuk rekreasi. Sementara, untuk kuota terakhir kepada badan usaha dan koperasi, adalah untuk industri perikanan di Indonesia.Kebijakan penangkapan ikan secara terukur direncanakan akan dilaksanakan pada enam zona yang ada di 11 WPPNRI. Penetapan zona didasarkan WPPNRI yang telah ditetapkan, di mana dalam pemanfaatan SDI di zona tersebut harus memperhatikan keberadaan kawasan konservasi, serta daerah pemijahan ikan dan pengasuhan ikan.baca juga : Penangkapan Terukur, Masa Depan Perikanan Nusantara  
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-063-15.json
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut | Muhammad Zaini meyakini, dengan penangkapan ikan terukur kualitas pendataan ikan yang didaratkan akan semakin baik karena langsung ditimbang dan dicatat di pelabuhan perikanan saat itu juga. Namun, kebijakan tersebut juga bukan sekedar pengelompokan wilayah laut saja.Dengan kebijakan penangkapan terukur, kebiasaan lama subsektor perikanan tangkap yang dikelola dengan input control juga menjadi berubah ke output control. Perubahan tersebut memiliki tujuan satu, agar pengelolaan ekonomi dan ekologi bisa berjalan beriringan.Akan tetapi, walau diklaim menjadi akan menjadi kebijakan yang memberikan manfaat bagi banyak orang, penangkapan ikan terukur justru dinilai sebaliknya oleh sebagian kalangan. Di antara yang bertentangan itu, adalah Koalisi untuk Perikanan dan Kelautan Berkelanjutan (KORAL).Kelompok massa yang terdiri dari sembilan organisasi non Pemerintah itu mengkritisi kebijakan tersebut yang dinilai hanya untuk memberikan karpet merah bagi korporasi asing. Kebijakan tersebut, dinilai hanya akan memberikan kemudahan bagi kapal eks asing atau kapal asing untuk bisa melaut di Indonesia. Pesta KorporasiKebijakan yang akan dijalankan oleh KKP itu, nantinya akan dinaungi Peraturan Pemerintah RI dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang penerapan sistem kontrak di WPPNRI. Tujuan utama dari penerapan kebijakan tersebut, adalah untuk mengumpulkan PNBP hingga mencapai angka minimal Rp12 triliun pada 2024 mendatang.Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat Keadilan untuk Perikanan (KIARA) Susan Herawati mengatakan, dengan tujuan tersebut, maka kuota kontrak akan ada yang diberikan kepada korporasi asing atau yang mau bermitra dengan perusahaan nasional.“Nantinya kapal-kapal eks-asing dan kapal ikan asing yang diberi izin atau lisensi termasuk dimigrasikan menjadi kapal ikan berbendera Indonesia, bebas berkeliaran dan mengeruk kekayaan laut Indonesia,” ucap dia dalam keterangan KORAL kepada Mongabay pada pekan lalu.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-063-15.json
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut | baca juga : Penangkapan Terukur dan Penerapan Kuota Apakah Layak Diterapkan?  Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Moh Abdi Suhufan mengatakan, jika memang KKP sudah siap untuk menerapkan kebijakan tersebut, maka seharusnya mereka sudah menghitung tingkat kesiapan, resiko, dan manfaatnya dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan.Dengan kata lain, dia mengingatkan kepada Pemerintah untuk tidak sekedar memanfaatkan potensi ekonomi dan mengabaikan potensi kerusakan alam yang akan muncul pada ekosistem laut dan pesisir. Ancaman itu muncul dari penangkapan berlebih dan penggunaan alat penangkapan ikan (API) tidak ramah lingkungan.“Juga potensi konflik antara nelayan kecil dengan korporasi yang mendapatkan kuota penangkapan ikan,” tegas dia.Melalui sistem kuota kontrak, Abdi Suhufan menyebut kalau perusahaan akan mendapatkan keistimewaan luar biasa karena sebanyak 66,6 persen kuota sudah dikuasai mereka. Persentase tersebut bisa bertambah hingga 95 persen, karena faktanya koperasi perikanan tidak akan mampu bersaing dengan syarat kontrak yang ditetapkan KKP untuk kebijakan penangkapan ikan terukur.Sementara, Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Nasional WALHI Parid Ridwanuddin menyatakan bahwa kebijakan penangkapan ikan terukur adalah bentuk eksploitasi, swastanisasi, dan liberalisasi sumber daya ikan yang didorong oleh KKP.Penilaian itu muncul, karena KKP menerapkan lelang terbuka kepada 4-5 investor per WPPNRI dan menggunakan ikatan kontrak selama 20 tahun. Padahal, sebelum membuat kebijakan tersebut, KKP seharusnya melihat mandat dari UU 7/2016 yang sangat penting.Jika mandat tersebut sudah dipahami, maka tugas KKP yang sesungguhnya adalah bagaimana UU tersebut bisa dibuatkan peraturan turunan untuk melindungi dan memberdayakan keluarga nelayan di Indonesia. Mandat tersebut belum terlambat untuk dibuat aturan turunannya, setidaknya pada periode 2022 hingga 2024 mendatang.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2022-063-15.json
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut | baca juga : Nelayan Keluhkan Kapal Ikan dari Luar Maluku Utara, KKP Tangkap 13 Kapal di Perairan Halmahera  Ketimbang menerapkan kebijakan tersebut, KORAL meminta agar KKP lebih dulu menerapkan perizinan berbasis tingkat kepatuhan kapal perikanan, memperkuat kapasitas dalam pengkajian stok ikan dan pengawasan, serta menutup kegiatan penangkapan ikan dari invasi kapal ikan asing.Kemudian, merujuk pada UU No.7/2016, KKP sebaiknya menyusun skema perlindungan dan pemberdayaan, khususnya kepada nelayan skala kecil, dan atau nelayan tradisional. Selain itu, KKP juga harus bisa segera merumuskan kebijakan untuk melindungi wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil dari ancaman dampak buruk krisis iklim.Selanjutnya, KKP didesak untuk mengevaluasi sekaligus mencabut izin seluruh proyek pembangunan yang merusak dan menghancurkan wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil, seperti reklamasi, tambang pasir, tambang migas, dan proyek-proyek lain yang melipatgandakan krisis ekologis di kawasan tersebut.Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia Afdillah menerangkan bahwa kebijakan untuk menerapkan kebijakan kuota penangkapan terukur di 11 WPPNRI, maka itu menjelaskan kalau KKP tidak memiliki argumentasi jernih dan obyektif dalam menetapkan sebuah kebijakan.Pasalnya, KKP harusnya sadar bahwa sebagian besar dari 11 WPPNRI saat ini tingkat pemanfaatannya sudah mengalami full exploited, terutama di WPPNRI 711, 713, dan 718. Kemudian, dalam membagi zona menjadi tiga di 11 WPPNRI, itu juga menegaskan bahwa fokus utama adalah untuk kepentingan ekspor atau industrialisasi.“Perikanan berbasis adat atau komunitas dan perikanan skala kecil tidak pernah dipertimbangkan dalam rencana kebijakan ini,” tegas dia.baca juga : Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur  
[0.9999998211860657, 8.421957886639575e-08, 6.91638533112382e-08]
2022-063-15.json
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut
Nelayan Kecil dan Pesta Korporasi di Laut | Adapun, pembagian zona yang dimaksud ada dalam draf penangkapan ikan dengan sistem kontrak dengan membagi 11 WPPNRI ke dalam tiga zona. Rinciannya, ada zona perikanan industri (WPPNRI 572, 573, 711, 715, 716, 717, dan 718), perikanan lokal (572, 712, dan 713), dan perlindungan (714).Sementara, dalam Kertas Kerja Kebijakan yang diterbitkan oleh KORAL, disebutkan kalau penerapan sistem kuota penangkapan ikan sudah memicu banyak dampak negatif di sejumlah negara yang sudah menerapkannya.“Kebijakan tersebut juga memicu kenaikan emisi gas rumah kaca (GRK), sehingga berdampak pada perubahan iklim yang sedang berlangsung sekarang,” demikian pernyataan resmi KORAL.Semua ancaman yang muncul dan potensi negatif yang sudah dijelaskan di atas, menjadi bagian dari total 12 rekomendasi KORAL yang diterbitkan secara khusus dalam Kertas Kerja Kebijakan. Pada poin 4 dan 5, KORAL juga menolak kegiatan alih muat ikan di tengah laut dan pendaratan hasil tangkapan ikan secara langsung ke pelabuhan yang dimiliki oleh swasta.  [SEP]
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2019-087-01.json
Mahkamah Agung Menangkan Kementerian Lingkungan, PT NSP Harus Bayar Rp1 Triliun
Mahkamah Agung Menangkan Kementerian Lingkungan, PT NSP Harus Bayar Rp1 Triliun | [CLS]   Kabar baik di awal tahun. Mahkamah Agung mengabulkan gugatan kasasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas kasus kebakaran hutan dan lahan PT National Sago Prima (NSP) di Kabupaten Meranti, Riau.Kasasi MA yang putus Senin (17/12/18) dengan perkara nomor 3067 K/PDT/2018. Hakim Agung yang menangani perkara Hamdi, bertindak sebagai hakim anggota Yunus Wahab dan Soltoni Mohdally.Baca juga: Pakar: Vonis NSP Nodai Keadilan Lingkungan, Mengapa?NSP, merupakan anak perusahaan PT Sampoerna Agro Tbk, oleh MA dinyatakan bersalah dan mutlak harus bertanggungjawab atas peristiwa kebakaran hutan dan lahan. Perusahaan juga wajib membayar ganti rugi, biaya pemulihan dan rehabilitasi sebesar Rp1 triliun.Jasmin Ragil Utomo, Direktur Sengketa Direktorat Penegakan Hukum KLHK mengatakan, hingga kini KLHK belum menerima pemberitahuan isi maupun salinan putusan. Dia hanya mengetahui putusan MA dari website.“Kami tahu dari website MA yang isinya ada putusan kasasi MA terhadap NSP yang dinyatakan kabul. Lebih jelasnya kalau KLHK sudah menerima rilis supaya tahu persis isi putusannya,” katanya saat dihubungi Mongabay. Ragil menunggu MA mengirimkan salinan putusan kasasi. Setelah mengetahui isi putusan, baru KLHK bisa menentukan langkah-langkah lanjutan.Baca juga: Kasus Kebakaran Hutan, Mejelis Hakim Hukum PT NSP Bayar Rp1 TriliunKasus pidana yang menjerat NSP bermula sejak 2015, saat peristiwa kebakaran hutan dan lahan hebat melanda Riau. Titik api yang menyebabkan asap tebal itu juga banyak dari kebun milik NSP. Menindaklanjuti hal itu, KLHK melalui Dirjen Penegakan Hukum menggugat perusahaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Majelis Hakim PN Jakarta Selatan pada 11 Agustus 2017, memutus NSP bersalah membakar lahan seluas 3.000 hektar dan harus membayar Rp1 triliun. Rinciannya, ganti rugi Rp319 miliar dan biaya pemulihan Rp753 miliar.
[0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386]
2019-087-01.json
Mahkamah Agung Menangkan Kementerian Lingkungan, PT NSP Harus Bayar Rp1 Triliun
Mahkamah Agung Menangkan Kementerian Lingkungan, PT NSP Harus Bayar Rp1 Triliun | Tak puas dengan putusan PN Jaksel, NSP mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta. 4 Desember 2017, putusan banding malah memenangkan NSP. Kala itu, menyatakan gugatan KLHK tidak dapat diterima. KLHK tak tinggal diam, mengajukan kasasi kepada MA. Banyak putusan belum eksekusiNur Hidayati, Direktur Eksekutif Walhi Nasional menyambut baik putusan MA. Namun, katanya, sebagaimana kasus-kasus sebelumnya, persoalan berikutnya eksekusi putusan, terutama terkait biaya rehabilitasi dan ganti rugi.“Sangat mendesak ada terobosan hukum untuk ini. Jika tidak, putusan MA hanya bagaikan macan kertas, tak menimbulkan efek jera bagi penjahat lingkungan hidup. Apalagi terkait kejahatan korporasi,” kata Yaya, sapaan akrabnya.Dia menyarankan, ada surat edaran dari MA yang memerintahkan pengadilan tinggi setempat segera eksekusi untuk kasus-kasus lingkungan hidup bekerjasama dengan KLHK.Selama ini, katanya, sudah banyak putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap tetapi belum dieksekusi karena ketidakjelasan mekanisme.“Karena ini menyangkut lintas kementerian, mungkin perlu ada aturan dari presiden, misal, untuk perusahaan-perusahaan yang terbukti bersalah dan sudah berkekuatan hukum tetap, dilakukan pembekuan aset dan rekening perusahaan.”KLHK, juga perlu berkoordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM, kepolisian juga MA sendiri untuk membahas bagaimana putusan bisa eksekusi, misal, dengan bikin surat keputusan bersama.“Untuk gugatan ke depan, perlu ada tuntutan sita jaminan di dalam gugatan pemerintah. MA ketika memutuskan juga perlu memasukkan sita jaminan dalam putusan.”Senada dengan Henri Subagiyo, Direktur Eksekutif Indonesian Centre for Environmental Law (ICEL). “Kami menyambut baik putusan Majelis Kasasi Mahkamah Agung atas gugatan ganti rugi yang terjadi di lahan NSP,” katanya.
[0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08]
2019-087-01.json
Mahkamah Agung Menangkan Kementerian Lingkungan, PT NSP Harus Bayar Rp1 Triliun
Mahkamah Agung Menangkan Kementerian Lingkungan, PT NSP Harus Bayar Rp1 Triliun | Gugatan ini, diajukan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas nama pemerintah dan dikabulkan majelis kasasi dengan ganti rugi Rp1 triliun. “Apresiasi juga layak diberikan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.”Putusan ini, katanya, menambah deret keberhasilan pemerintah dalam menindak para pelaku perusakan dan pencemaran lingkungan karena karhutla. “Salut untuk KLHK, tentu juga pengadilan.”Meski begitu, Henri juga mengingatkan kepada pemerintah dan MA bahwa saat ini sudah ada sembilan perkara memang dan berkekuatan hukum tetap dengan total kerugian sekitar Rp18,5 triliun. Sayangnya, belum satupun eksekusi oleh pengadilan setempat.Beberapa perusahaan sudah dinyatakan bersalah dan harus bertanggungjawab antara lain PT Kalista Alam, PT.Merbau Palelawan Lestari, PT.Bumi Mekar Hijau, PT Waimusi Agroindah, PT Waringin Agro Jaya, PT Jatim Jaya Perkasa. Juga, PT Ricky Kurniawan Kertapersada, PT Surya Panen Subur, dan terakhir PT National Sago Prima. Adapun pengadilan negeri yang bertanggungjawab eksekusi antara lain Meulaboh, Pekanbaru, Palembang, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jambi.“Kemenangan ini langkah awal yang harus berdampak kepada pemulihan lingkungan setempat. MA seharusnya mengingatkan atau menegur para ketua pengadilan negeri apabila terbukti lalai menjalankan eksekusi yang tentu akan berdampak buruk pada citra pengadilan,” katanya.Henri juga mengimbau, Menteri LHK melakukan langkah-langkah koordinasi dengan MA agar eksekusi tak berlarut-larut.“Publik tentu sangat berharap putusan-putusan ini berdampak positif bagi lingkungan setempat sebagaimana dimandatkan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.” Keterangan foto utama:   Api kebakaran hutan dan lahan masih menyala di Riau. Foto: Walhi Riau   [SEP]
[0.9999914169311523, 4.4660559979092795e-06, 4.169679868937237e-06]
2013-046-04.json
Dies Natalis PPMI : Mempertanyakan Keterbukaan Informasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dies Natalis PPMI : Mempertanyakan Keterbukaan Informasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam | [CLS] Aula lantai 3, Kampus Universitas Hindu Indonesia, 15 Februari 2013 dipenuhi sekitar 250 peserta Dies Natalis ke-20 Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI). Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Hari itu, menjadi hari pembuka Dies Natalis sekaligus seminar nasional dengan tema “Mendorong Keterbukaan Informasi Publik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam.” Hadir sebagai pembicara, Ridzki Rinanto Sigit (Pimpinan Redaksi Mongabay Indonesia), Oslan Purba (Walhi Nasional), I Gede Agus Astapa (Wakil Ketua Komisi Informasi Provinsi Bali), Dida Gardera (Kepada Bagian Humas Kementerian Lingkungan Hidup) dan Defy Firman Al Hakim (Sekjen Nasional PPMI).Defy, Sekjen Nasional PPMI mengatakan, lingkungan menjadi isu nasional yang disepakati pada musyawarah kerja nasional (mukernas) di Surabaya. Hampir di berbagai daerah ini pengelolaan lingkungan menjadi persoalan utama. Transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) merupakan salah satu unsur penting. Jaminan akses informasi terhadap pengelolaan SDA sangat penting. Perwujudan transparansi dan pengelolaan SDA, katanya, antara lain, dengan  mengembangkan dan merealisasikan hak publik untuk mendapatkan  atau mengakses informasi data-data tentang pengelolaan, peraturan dan pontensi SDA. Juga hak mengawasi pejabat publik dalam menjalankan fungsi dan  hak  publik untuk berpartisipasi dalam pembentukan  kebijakan dan hak publik berpartipasi terhadap pengelolaan SDA yang adil. “Pers mahasiswa sebagai media alternatif, saatnya memainkan peran dalam menyelamatkan lingkungan di Indonesia,” katanya.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2013-046-04.json
Dies Natalis PPMI : Mempertanyakan Keterbukaan Informasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dies Natalis PPMI : Mempertanyakan Keterbukaan Informasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam | Oslan Purba dari Walhi Nasional dalam pemaparan menyampaikan, selama ini tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan dalam SDA masih ditemukan banyak persoalan. Diantaranya, pemberian izin kepada perusahaan tanpa sepengetahuan masyarakat yang nyata-nyata merampas kelola rakyat, proses analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dan dokumen Amdal tidak mudah diakses, anggaran pengelolaan lingkungan tidak diketahui masyarakat sampai korupsi di sektor SDA dan berbagai persoalan lain. Adapun dokumen-dokumen yang selama ini sulit diakses seperti, Izin Usaha Perkebunan (IUP), Amdal, HGU, wilayah dan potensi pertambangan, serta pajak dari hasil pengelolaan SDA, RTRWP dan lain-lain. “Susahnya mengakses dokumen Amdal,dan ditemukan dokumen Amdal yang copy paste dari dokumen Amdal lain, merupakan bentuk ketertupan dan banyak kecurangan pada sektor SDA,” kata Oslan.Menanggapi persoalan keterbukaan Informasi publik, I Gede Agus Astapa, dari KIP Bali memaparkan, kehadiran Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik memberikan ruang bagi publik mengakses berbagai informasi. Namun, masih ditemukan berbagai persoalan seperti kelembagaan yang mengelola informasi belum terbetuk di tingkat instansi daerah dan lembaga publik lai, belum tersosialisasi subtansi UU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik kepara pihak, pemahaman terhadap UU ini juga masih lemah, termasuk mekanisme mendapatkan informasi publik. “Selama informasi tidak termasuk yang dikecualikan, siapapun dapat mengakses,” kata I gede.
[1.0, 8.754291735968422e-10, 8.769549530995846e-10]
2013-046-04.json
Dies Natalis PPMI : Mempertanyakan Keterbukaan Informasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dies Natalis PPMI : Mempertanyakan Keterbukaan Informasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam | Sementara itu Dida Gardera memaparkan, bahwa Kementerian Lingkungan Hidup saat ini terus melakukan pengurangan laju deforestasi hutan di Indonesia. Pemberian Proper hijau terhadap Lapindo juga masih dilakukan analisis ulang, tetapi belum tahu, kapan analisis tersebut akan selesai dan apakah pemberian predikat hijau tersebut akan dibatalkan. Adanya bentuk plagiat/copy paste pada pembuatan dokumen Amdal juga menjadi perhatian Kementerian LH untuk segera di tindak lanjuti. “Kedepan, rencananya akan ada sertifikasi terhadap lembaga-lembaga yang punya kredibilitas dan dipercaya untuk membuat dokumen Amdal,” kata Dida.Menyoroti dari persoalan media, Pimpinan Redaksi Mongabay Indonesia mengungkapkan, lingkungan di Indonesia merupakan matra pembangunan (pro job, pro growth, pro poor, dan pro environment). Isu lingkungan di Indonesia merupakan suatu isu minor. Media mainstream hanya memberikan sedikit porsi untuk persoalan lingkungan. Karena itu, penting sekali membaca framing media. Masalah utama lingkungan di Indonesia adalah ekstraksi, eksploitasi, dan ekonomisasi SDA. Isu lingkungan dimainkan dalam perdagangan dan relasi negara dengan negara, sejajar dengan isu hak asasi manusia dan demokratisasi. Selain itu, negara bukan lagi pemain tunggal, peran masyarakat sipil makin meningkat. “Media punya peran penting mengawal lingkungan di Indonesia. Apalagi pers mahasiswa (PPMI) mengangkat isu nasional dan memberitakan, itu merupakan suatu yang hebat,” kata Ridzki.Adapun agenda lain dari kegiatan Dies Natalis PPMI ke-20 antara lain, Persma Fair merupakan perlombaan skala nasionaldiikuti seluruh anggota PPMI. Ada lomba karikatur dan fotografi, yang keduanya mengambil tema “Save Our Nature”. Selain itu, bersih-bersih sampah di kawasan Pantai Mertosari, Sanur. “Kami berharap lingkungan di Indonesia akan lebih baik dari hari ini,” ucap Defy. [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2023-013-06.json
Menyibak Kasus Sita Aset Kebun Sawit Surya Darmadi di Jambi
Menyibak Kasus Sita Aset Kebun Sawit Surya Darmadi di Jambi | [CLS]   Jalan berlubang itu mengarah ke kebun sawit PT. Deli Muda Perkasa [PT. DMP], yang beralamat di Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.Penjaga toko kelontong di pinggir Jalan Lintas Sumatera Batanghari-Tebo, tempat saya bertanya, menunjukkan arah yang harus dilalui.“Kalau ke sana harus melewati Sungai Batang Tembesi,” ujarnya, awal Desember 2022.Saya mengikuti saran tersebut. Setelah 45 menit mobil melaju, terlihat portal di tengah kebun sawit. Warga sekitar yang saya tanya, hanya tahu pabrik pengolahan sawit itu milik PT. DMP.Menurut warga, pabrik hanya beroperasi seminggu sekali dan sudah tiga bulan terakhir tidak ada kegiatan. Desa Tebing Tinggi, disebut sebagai lokasi kebun PT. DMP yang disita, yang berafiliasi dengan PT. Duta Palma di Indragiri Hulu, Riau, milik Surya Darmadi. Satu-satunya akses menuju desa ini adalah dengan ponton penyebrangan.Jajang, warga Desa Tebing Tinggi yang juga mantan sopir truk angkut sawit PT. DMP mengatakan, perusahaan tersebut sudah lama tidak beroperasi.“Di Mersam, lokasi kebun dan pabriknya. Saya dengar dari kawan-kawan, perusahaan itu bangkrut karena tidak ada lagi yang mau menjual tandan buah segar,” katanya.Jajang tidak kaget ketika saya jelaskan di beberapa dokumen PT. DMP disebut berada di Desa Tebing Tinggi.“Dulu banyak lahan warga desa ini merupakan plasma PT. DMP, sebagai mitra. Warga juga ada yang bekerja sebagai buruh di perusahaan ini,” ujarnya.  Cerita mantan buruhSaya menemui mantan buruh PT. Delimuda, Sumarni, yang sudah setahun tidak lagi bekerja.  Menurut dia, lokasi perusahaan di Trans Unit IV Maro Sebo Ulu.“Dulunya, tanah lokasi perusahaan milik masyarakat Tebing Tinggi, tetapi karena kebutuhan uang banyak yang dijual,” ujarnyaSumarni mengaku bekerja sebagai buruh serabutan. Berbagai pekerjaan dilakukannya, mulai memupuk, menebas, dan mengangkut sawit.“Upah per hari Rp50 ribu,” terangnya.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-013-06.json
Menyibak Kasus Sita Aset Kebun Sawit Surya Darmadi di Jambi
Menyibak Kasus Sita Aset Kebun Sawit Surya Darmadi di Jambi | PT. DMP, disebut Sumarni, merupakan perusahaan sawit tertua di sekitar Mersam.Selama bekerja, dia mengaku tidak pernah mendengar masalah. PT. DMP membeli HGU dari PT. Tunjuk Langit Sejahtera [PT. TLS].“Banyak yang menyangka lokasi perusahaan ini di Desa Tebing Tinggi, karena dulunya satu desa. Sekarang, sudah berbeda secara desa maupun kecamatan.”  Aset disitaAwal September 2022 lalu, sejumlah mobil mendatangi kebun dan pabrik PT. DMP. M. Tamrin, petugas keamanan senior membuka gerbang dan menanyakan tujuan orang-orang berseragam tersebut.“Ada dari Kejaksaan Agung, Kejaksaan Jambi, Kejati Batanghari, polisi, tentra dan wartawan. Saya tidak tahu bila aset ini disita,” ungkapnyaTamrin sudah bekerja di perusahaan ini lebih dari 15 tahun dan tahu pemiliknya adalah Surya Darmadi.“Supir angkut TBS [tandan buah segar] di Indragiri Hulu sering cerita,” ujarnya.Saya memotret, plang berwarna merah muda bertuliskan satu bidang tanah dan bangunan di atasnya disita penyidik Kejaksaan Agung RI berdasarkan surat ketetapan Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada pengadilan Negeri Jambi Nomor: 6/Pen.Pid.Sus-TPK/2022/HK tanggal 24 Agustus 2022.Juga, berdasarkan Surat Perintah Penyitaan Direktur Penyidikan Nomor Print -160/F.2/Fd/07/2022 berupa 1 bidang tanah dan bangunan sesuai Sertifikat Hak Guna Bangunan [HGU] Nomor 8 dengan luas 1.002 ha di Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Maro Sebu Ulu, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.Menurut Tamrin, sejak disita, perusahaan sangat hati-hati terhadap orang luar yang mencari informasi.“Karyawan masih mendapatkan gaji bulan, meski lebih telat. Semoga, penyitaan ini, tidak memberikan pengaruh pada para pekerja,” harapnya.  Proses hukum berjalanKepala Seksi Penerangan dan Hukum [Kasi Penkum] Kejati Jambi Lexy Fatharany di Jambi menjelaskan, kasus korupsi yang melibatkan Surya Darmadi pemilik PT. Duta Palma terus berlanjut. Selama proses hukum berjalan, semua aset disita.
[0.9999998211860657, 5.911284972626163e-08, 6.171174504743249e-08]
2023-013-06.json
Menyibak Kasus Sita Aset Kebun Sawit Surya Darmadi di Jambi
Menyibak Kasus Sita Aset Kebun Sawit Surya Darmadi di Jambi | “Penyitaan dilakukan guna menyelamatkan aset negara. PT. Deli Muda Perkasa ini dibeli dan milik Surya Darmadi, sehingga asetnya harus disita juga. Hingga nanti putusannya bagaimana, jika memang terbukti bersalah maka asetnya bisa jadi dilelang,” jelasnya, pertengahan Desember 2022.Proses produksi perusahaan terus berlangsung dan laporan keuangannya bisa diperiksa penyidik. Keuntungannya diserahkan negara, sehingga perusahaan hanya boleh mengeluarkan biaya produksi termasuk gaji karyawan.“Kita tunggu sampai ada keputusan hukum. Tentu saja, karyawan akan tetap diperhatikan,” ujarnya.Lexy mengaku untuk kasus sita korupsi, pihaknya baru pertama kali melakukannya di Jambi. Sejauh ini, banyak tentang kebakaran hutan dan lahan ataupun konflik agraria.“Ini bukan kasus Deli Muda Perkasa, tetapi Duta Palma. Aset disita karena milik tersangka Surya Darmadi. Namun, jika ada dugaan lain pasti akan kami usut,” imbuhnya.  Agusrizal, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, menuturkan PT. DMI memiliki surat legal. Ada Izin Usaha Perkebunan No 274 Tahun 2010 dan No 08 Tahun 2012, serta HGU No 08 Tahun 2004.“Luasannya 1.002 hektar dengan kebun inti 626,69 hektar. Tidak ada masalah perizinan,” jelasnya.Untuk kasus kebun sawit perusahaan berada di kawasan hutan, kecil kemungkinan terjadi di Jambi.“Kami selalu merujuk peta tata batas dari Kementerian LHK untuk melihat titik usulan izin, bukan RTRW. Kasus Surya Darmadi menjadi tamparan untuk seluruh perizinan, baik itu kebun, HTI , tambang, dan lainnya yang berada di dalam kawasan hutan. Harus lebih hati-hati,” tambahnya.Agusrizal mengatakan, Jambi tengah mengembangkan sistem terpadu untuk penilaian perusahaan sawit. Perusahaan akan dikenakan sanksi cabut izin, jika tidak membenahi hasil penilaian yang diberikan.
[1.0, 8.695116848755902e-10, 7.806436608248646e-10]
2023-013-06.json
Menyibak Kasus Sita Aset Kebun Sawit Surya Darmadi di Jambi
Menyibak Kasus Sita Aset Kebun Sawit Surya Darmadi di Jambi | “Sekarang, Tanjung Jabung Barat sudah cukup baik menerapkan sistem penilaian ini. Kami butuh dukungan semua pihak, terlebih pemerintah kabupaten. Jangan sampai ada yang tersandung hukum karena lalai.”  Sore itu, tidak ada mobil angkut muat buah sawit melintas ke pabrik pengolahan PT. DMI.  Tidak ada aktivitas. Portal jalan masuk digembok.Menurut Tamrin, sejak disita hanya dua kali seminggu pabrik produksi. “Beberapa buruh dan karyawan sudah diberhentikan,” paparnya. * Fahmi, jurnalis ficus.id.Liputan ini merupakan program Journalist Fellowship yang diselenggarakan Mongabay Indonesia dan Kaoem Telapak.  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2020-039-06.json
Cerita Bank Sampah dari Pamekasan, Warga dan Lingkungan Terbantu
Cerita Bank Sampah dari Pamekasan, Warga dan Lingkungan Terbantu | [CLS]   Bank Sampah Hamdalah. Itu nama bank sampah bikinan Moh. Ihsan Zain di Dusun Bujudan, Desa Pamoroh, Kecamatan Kadur, Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Lelaki berkaca mata ini memutuskan keluar dari pekerjaan di departemen sumber daya manusia (SDM) dan auditor serta supervisor di perusahaan peternakan. Dia banting setir buka bank sampah.Tampak Ihsan berdiri di depan pintu rumah bercat putih. Memakai kaos oblong dan sarung. Dia tersenyum menyapa saya yang berkunjung ke rumahnya.“Saya khawatir melihat sampah di daerah ini. Banyak dibuang ke ladang. Tahu sendiri, sampah plastik membutuhkan waktu lama agar terurai,” katanya.Dilansir Mediamadura.com, sampah di Kabupaten Pamekasan, Madura, dalam setiap hari sekitar 30 ton dari limbah rumah tangga.Melihat begitu banyak sampah, dia pun mencari cara agar sampah-sampah itu tak berakhir sembarangan di berbagai tempat dan menyumbang kerusakan lingkungan. Dia pun berpikir, agar sampah-sampah itu punya nilai ekonomis.Ihsan menjelaskan, awal mula ide pembentukan bank sampah. Dia tak langsung mengajak warga bahas bank sampah, tetapi masuk lewat sosialisasi suntik ternak, pertengahan Desember 2019.Berbekal ilmu di sektor peternakan, dia memberikan informasi cara penyuntikan ternak kepada warga.“Di sela-sela sosialisasi penyuntikan, saya pelan-pelan memasukkan ide bank sampah.   Alhamdulillah, direspon baik,” katanya.Mulailah dia bersama anggota lain menjemput sampah dari satu rumah ke rumah lain setiap seminggu sekali pakai motor pribadi anggota.Baca juga : Inilah Hi Trash, Aplikasi Antar Jemput Sampah Ciptaan Mahasiswa  Mereka sudah berkomunikasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Pamekasan untuk penyediaan kendaraan, tetapi belum ada bantuan. Dia sempat menceritakan soal bank sampah kepada wakil bupati. Ada tawaran tempat penampungan sampah mereka jadi tempat pembuangan sampah yang bisa tiga R (reduce, reuse, recycle). Meski begitu, katanya, mereka kesulitan lahan.
[0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492]
2020-039-06.json
Cerita Bank Sampah dari Pamekasan, Warga dan Lingkungan Terbantu
Cerita Bank Sampah dari Pamekasan, Warga dan Lingkungan Terbantu | Pengurus bank sampah sudah berupaya minta bantuan desa, tetapi baru dapat sebagian. DLH Pamekasan, sudah peninjauan sebelum ada wabah corona, Februari lalu,  tetapi luasan belum sesuai standar.“Dari desa dikasih ukuran 7×10, lokasi masuk Dusun Bujudan. Sedangkan standardisasi menurut DLH 10x 20. Awalnya hanya bilang bagus, tetapi beliau belum paham bank sampah. Struktural lengkap. Disetujui desa dan DLH. Sekarang tanah yang dikasih desa masih dikelola salah satu warga. Kasihan, masih ditanami tembakau.”Saat ini, bangunan Bank Sampah Hamdalah baru serupa garasi dari kayu, bambu, dan seng. Bank sampah, katanya, baru bisa memuat dua ton sampah. Sampah terpilah organik dan non organik. Sampah organik jadi kompos, rencana gunakan lalat magot tetapi belum terealisasi.Plastik, katanya, jadi paving blok tetapi baru sebatas percobaan. Mereka belajar dari YouTube untuk mengetahui beragam cara pengelolaan sampah ini.Sampah berupa kardus, kertas, botol air mineral, seng dan besi dikumpulkan sampai satu ton, lalu dibawa ke pengepul di Sumedangan. Sedangkan minyak jelantah atau sisa penggorengan jadi bahan bakar. Minyak jelantah mereka dapatkan dari sejumlah kafe dan hotel di Pamekasan.“Pernah dari pagi sampe malam saya dan anggota pemilahan. Sekarang, dipilah sendiri nasabah. Alhamdulillah, uang hasil penjualan di atas UMR Pamekasan.” Ihsan (kaos hitam) di tempat pemilahan sampah. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia Tabungan sampahBank sampah ini juga punya tabungan. Ada tiga kategori tabungan sampah di bank sampah Ihsan, yakni, reguler, sembako dan pendidikan. Tabungan reguler ini bisa diambil setiap bulan, dengan nominal Rp50.000-Rp100.000.Tabungan sembako, katanya, hasil penjualan sampah buat beli sembako, seperti beras, minyak goreng dan lain-lain.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2020-039-06.json
Cerita Bank Sampah dari Pamekasan, Warga dan Lingkungan Terbantu
Cerita Bank Sampah dari Pamekasan, Warga dan Lingkungan Terbantu | Untuk tabungan pendidikan, penjualan sampah bisa diambil enam bulan sekali dengan mengikuti semester sekolah berjalan, bisa ambil uang atau beli baju sekolah. Bank sampah bikinan Ihsan tak hanya di satu kampung, ada di beberapa lokasi, seperti di Pragaan.  Di Desa Terak,  masih rencana.Rukmi, seorang nasabah bank sampah merasa senang dengan ada Bank Sampah Hamdalah. Sampah, yang biasa tak bermanfaat kini jadi alat untuk ditabung dan mendapatkan uang.“Konsep bagus, lebih mahal daripada dijual biasa. Nanti [uang] mau diambil setelah dibutuhkan,” katanya.Dia bilang, bank sampah bisa memberdayakan masyarakat melalui sampah.   Selain konsep bagus, katanya, tabungan bisa diambil bentuk uang dan barang sesuai kebutuhan. ***Keterangan foto utama:  Ihsan menyerahkan buku tambungan bank sampah kepada salah satu nasabah. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2023-012-18.json
Penguin Berevolusi dari Hewan Terbang Jadi Perenang?
Penguin Berevolusi dari Hewan Terbang Jadi Perenang? | [CLS]  Penguin mungkin familier dengan sebutan burung. Ya, betul, penguin adalah seekor burung. Namun, tak seperti kebanyakan burung yang bisa terbang, penguin justru adalah perenang. Sayap mereka digunakan untuk membantu mereka “terbang” di perairan Antartika yang dingin.Akan tetapi tahukah kamu, jika penguin sebetulnya kehilangan kemampuan terbang dan malah menjadi perenang lincah sekitar 60 juta tahun lalu. Ini adalah suatu periode waktu sebelum lapisan es Antartika terbentuk!Fakta ini diketahui dalam sebuah studi baru tahun 2022 tentang fosil dan genom penguin. Hasil identifikasi fosil terungkap bahwa telah terjadi serangkaian adaptasi genetik yang dibuat penguin untuk menjalani gaya hidup akuatik. Bisa terlihat dari penglihatan yang sensitif di bawah air, gen yang terkait dengan oksigen darah, dan perubahan kepadatan tulang.“Temuan ini menunjukkan bahwa penguin sebagai hewan berkelompok beradaptasi untuk bertahan hidup dari beberapa perubahan lingkungan serius yang terjadi selama jutaan tahun,” kata ahli paleontologi di Bruce Museum di Greenwich, Connecticut, Daniel Ksepka.Ia menjelaskan, fosil penguin tertua berasal 62 juta tahun lalu. Pada saat itu, penguin sudah tidak bisa terbang. Bentuk tubuhnya pun sangat berbeda dengan penguin modern. “Mereka memiliki kaki dan paruh yang lebih panjang, dan sayap mereka masih lebih mirip sayap daripada flipper,” kata Ksepka seperti dikutip dalam Live Science, Jumat (6/1/2023).baca : Emperor Penguin Masuk Daftar Spesies Terancam, Diprediksi Punah Bila Emisi Karbon Tidak Bisa Terkendali  Namun kata Ksepka, nenek moyang penguin yang bisa terbang belum ditemukan dalam catatan fosil. Sehingga tidak diketahui secara pasti kapan penguin kehilangan kemampuan terbang mereka. Dalam studi tersebut, para peneliti mengevaluasi bukti fosil bersama genom semua penguin yang masih hidup, dan genom parsial untuk mereka yang punah dalam beberapa ratus tahun terakhir.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2023-012-18.json
Penguin Berevolusi dari Hewan Terbang Jadi Perenang?
Penguin Berevolusi dari Hewan Terbang Jadi Perenang? | Temuan menunjukkan bahwa penguin berasal di dekat tempat yang sekarang disebut Selandia Baru beberapa saat sebelum 60 juta tahun yang lalu, tersebar ke Amerika Selatan dan Antartika, kemudian kembali ke Selandia Baru.Dijelaskan Ksepka, sebagian besar spesies yang hidup saat ini menyimpang satu sama lain dalam 2 juta tahun terakhir. Selama periode itu, Bumi telah melalui siklus periode glasial dan interglasial di mana es kutub mengembang dan mundur.Es yang maju mendorong penguin ke utara. Ini memotong beberapa populasi satu sama lain dan memungkinkan mereka untuk melakukan evolusi selama sekitar 100.000 tahun. Pada saat es mundur, penguin yang terpisah telah berevolusi menjadi spesies yang berbeda.baca juga : Populasi Menyusut, Penguin Afrika Bisa Punah Beberapa Dekade Lagi  Adaptasi Genetis Penguin Terlepas dari semua perubahan yang telah mereka lalui, penguin memiliki tingkat evolusi perubahan paling lambat dari semua burung. Namun, beberapa burung yang lebih besar dari penguin berevolusi lebih cepat daripada penguin. Jenis burung lain yang bereproduksi pada tingkat yang mirip dengan penguin juga berevolusi lebih cepat, sehingga diperlukan lebih banyak pekerjaan untuk memahami mengapa penguin sangat lambat dalam berevolusi, kata Ksepka.Meskipun evolusi penguin mungkin relatif lambat, itu memberi mereka banyak adaptasi untuk kehidupan di dalam dan di dekat laut. Mereka berbagi serangkaian gen dengan burung lain yang tidak bisa terbang untuk memperpendek sayap mereka. Mereka juga memiliki gen unik mengubah banyak otot di sayap menjadi tendon. Pada akhirnya, sayap penguin lebih seperti sirip. Para peneliti juga menemukan mutasi pada gen yang terkait dengan penyimpanan kalsium. Kondisi tersebut berperan dalam kepadatan tulang untuk membantu mereka menyelam.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-012-18.json
Penguin Berevolusi dari Hewan Terbang Jadi Perenang?
Penguin Berevolusi dari Hewan Terbang Jadi Perenang? | Evolusi juga telah menghasilkan banyak perubahan lain; gen yang terkait dengan penyimpanan lemak dan pengaturan suhu. Satu temuan menarik lainnya adalah bahwa penguin kehilangan beberapa gen di awal evolusi mereka yang terkait dengan mencerna kerangka krustasea. Ini menunjukkan bahwa penguin awalnya memangsa seperti ikan dan cumi-cumi.Tetapi perluasan lapisan es menciptakan ekosistem Antartika kaya akan krill, krustasea kecil. Untungnya, para peneliti menemukan, penguin memiliki satu gen tersisa – gen CHIA – yang memungkinkan mereka untuk tetap mencerna krustasea.baca juga : Setan Ini Memusnahkan Populasi Penguin di Sebuah Pulau di Australia  Kini sekitar 75% dari semua spesies penguin yang pernah hidup telah punah. Perubahan iklim pun sedang terjadi. Peringatan ini terutama berlaku untuk spesies dengan gaya hidup khusus, seperti penguin kaisar (Aptenodytes forsteri) yang berkembang biak sepenuhnya di atas es laut. Jika es laut mencair, penguin kaisar bakal kesulitan menemukan tempat berkembang biak.Di belahan dunia lain, penguin kecil yang mendiami Kepulauan Galapagos hidup sangat jauh dari daratan lainnya. Mereka tidak punya tempat untuk melarikan diri jika habitat khatulistiwa mereka menjadi terlalu panas.“Kami berpikir hewan-hewan ini sensitif terhadap perubahan lingkungan. Dalam banyak kasus mereka terancam punah. Dalam kasus lain mereka bisa menjadi jauh lebih rentan selama beberapa dekade ke depan,” pungkas Ksepka.  [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2018-080-01.json
Pisonia, Pohon Pembawa Kematian Bagi Ribuan Burung
Pisonia, Pohon Pembawa Kematian Bagi Ribuan Burung | [CLS] Pohon bernama lengkap Pisonia brunoniana ini dikenal memiliki reputasi mengerikan. Nama indahnya itu justru membawa kematian untuk burung-burung yang hinggap di tubuhnya. Pohon   berbunga kecil ini asli dari kawasan tropis, terbentang dari Hawaii, Selandia Baru, hingga India.Pohon ini tidak memiliki wujud ‘mengancam’, tanpa duri dan tanpa buah beracun, serta tiada pula bagiannya yang berfungsi menjebak hewan. Namun, jika diteliti dari akar hingga rantingnya, akan kita temukan ribuan tulang dan tubuh-tubuh kecil yang kaku dan mengering.Belum ditemukan alasan jelas mengapa pohon ini begitu ‘suka’ membantai burung. Ahli ekologi menyatakan, bisa jadi ini hanya salah satu kebiasaan mengerikan evolusi.Alan Burger dari University of Victoria di Kanada yang telah mendengar reputasi garang Pisonia sejak 1990-an, pergi ke Pulau Cousin di Seychelles. Tujuannya, untuk melihat lebih dekat populasi pohon tersebut dan koloni-koloninya, sebagaimana dilansir dari Science Alert.Pisonia menghasilkan kacang berukuran panjang di mana polongnya berlapis getah tipis yang lengket. Getah inilah yang menjebak serangga dan burung saat mereka tergoda untuk memakan kacang di dalamnya.Serangga yang terjerat, terlihat mudah dipatuk burung yang tidak menaruh curiga. Burung yang tidak hati-hati dapat dengan mudah terjerat di polong kacang yang lengket itu.Banyak sekali bangkai burung yang terlihat terurai dengan tanah di kaki pohon. Beberapa burung malang, bahkan terjebak tinggi di cabang-cabang pohon itu. Washington Post menulis, burung-burung yang terjebak di cabang-cabang pohon tersebut seperti merupakan “hiasan pohon natal yang mengerikan.”  
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-080-01.json
Pisonia, Pohon Pembawa Kematian Bagi Ribuan Burung
Pisonia, Pohon Pembawa Kematian Bagi Ribuan Burung | Alan E. Burger menghabiskan waktu 10 bulan pada 1999-2000 untuk meneliti dan mengetahui, manfaat apa yang diperoleh sang pohon dari membunuh ribuan burung. Alan memulainya dari area di sekitar bangkai-bangkai burung yang kaya nutrisi untuk tanah, untuk melihat apakah biji-biji dari pohon akan tumbuh lebih cepat dan subur.Ternyata tidak. Biji-biji yang tersebar di sekitar bangkai burung sama sekali tak berbeda dengan biji di tempat lain. Mereka tumbuh biasa saja. Jadi, pada dasarnya Pisonia tidak mendapatkan manfaat dari banyaknya bangkai burung di kaki pohonnya.Justru, di kaki pohon terlihat begitu banyak sisa kotoran burung yang dipercaya lebih bermanfaat dibanding bangkainya. Artinya, Pisonia akan lebih mendapatkan manfaat dari burung yang hidup dibandingkan yang mati.Lalu, mengapa ada getah lengket yang membunuh banyak burung?Alan Burger mencelupkan biji-bijian dari kacang polong tersebut ke dalam air laut untuk meneliti apakah pohon menggunakan bangkai burung sebagai rakit, untuk menyebarkan diri dari pulau ke pulau. Ternyata, polong kacang mati dalam waktu 5 hari setelah dicelupkan ke air laut, sekaligus mematahkan teori tersbeut.Alan Burger kemudian mencoba mencelupkan bibit Pisonia di air selama beberapa minggu. Ternyata, bibit itu bertahan hidup. Sementara, bibit-bibit Pisonia yang tertinggal dapat hidup dan tumbuh menjadi pohon yang baru dimanapun bibit itu menempel.“Burung yang hidup tampaknya tetap menjadi kunci penyebaran Pisonia. Meski begitu, ada konsekuensi yang sungguh mematikan dari memiliki bibit yang benar-benar lengket dan memproduksi banyak bibit dalam satu tandannya. Itulah yang membuat beberapa burung terjebak,” jelas Alan Burger.   Matinya burung-burung  karena terlengket getah adalah hanyalah “kerusakan yang tak disengaja”. Selama burung-burung itu hidup untuk menyebarkan bibit, Pisonia akan terus tumbuh menyebar, di tempat-tempat lain.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2018-080-01.json
Pisonia, Pohon Pembawa Kematian Bagi Ribuan Burung
Pisonia, Pohon Pembawa Kematian Bagi Ribuan Burung | Bagian yang sulit dimengerti dari hal ini adalah bahwa meskipun berbahaya, burung laut suka dengan Pisonia. Di beberapa tempat, seperti di Pulau Utara dari Selandia Baru, Pisonia hampir punah sebagai akibat ditebang secara intensif demi mencegah burung terjebak.Sementara di Pulau Cousine, Seychelles, petugas konservasi mempunyai cara berbeda. Mereka membebaskan dan membersihkan burung yang terjebak demi menyelamatkan hewan tersebut. (Berbagai sumber).Laporan penelitian Alan E. Burger ini, telah dipublikasikan di Journal of Tropical Ecology Vol. 21, No. 3 (May, 2005), pp. 263-271.   [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2020-072-18.json
Anak Orangutan di Keranjang Plastik dalam Bus, Ini Pengakuan Pengirim dan Penerima
Anak Orangutan di Keranjang Plastik dalam Bus, Ini Pengakuan Pengirim dan Penerima | [CLS]     Satu anak orangutan tampak dalam keranjang plastik putih berlapis kardus rokok dalam bus di pertigaan SM Amin-HR Subrantas, Pekanbaru. Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wilayah Sumatera Seksi II Pekanbaru bersama Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau, menghentikan bus itu Sabtu pagi (21/3/20). Mereka meminta keterangan sopir yang sedang mengangkut primata dilindungi itu.Pengakuan sopir, dia berangkat dari Sumatera Utara, menuju Padang. Orangutan dikirim dengan jasa kargo. Si sopir tak kenal pengirim dan orang yang akan terima barang. Dia hanya membawa bus.Tim Gakkum melepasnya dan membawa barang bukti ke Balai Gakkum, belakang BBKSDA Riau, Jalan HR Subrantas.Bagian atas kardus tertulis nama Ton berlamat di Pasar Sungai Limau, Padang Pariaman. Pengirimnya, Serka Zul tetapi tidak menyertakan alamat. Pada nama pengirim dan penerima juga tertera nomor telepon seluler. Di situ juga ditulis, hewan hidup!!!! Kardus juga diberi sirkulasi udara berupa lobang-lobang kecil dan garis-garis pendek di atas dan samping. Anak orangutan yang diamankan dari dalam bus. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia Saat dibuka dan hendak dikeluarkan, orangutan yang belum berumur satu tahun itu sempat menolak dan berteriak kecil. Di kandang ia memalingkan wajah dari awak media yang hendak mendokumentasikan. Seorang petugas yang menggendongnya, bilang, tubuh anak orangutan itu terasa panas dan kelihatan lapar. Sesaat kemudian, petugas memberi semangka, pisang dan jagung.Mahfud, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, mengatakan, orangutan langsung cek kesehatan dan sementara dirawat di kandang transit atau klinik satwa BBKSDA Riau. Mereka juga akan koordinasi dengan Yayasan The Sumatran Orangutan Conservation Programme (SCOP), Sibolangit.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2020-072-18.json
Anak Orangutan di Keranjang Plastik dalam Bus, Ini Pengakuan Pengirim dan Penerima
Anak Orangutan di Keranjang Plastik dalam Bus, Ini Pengakuan Pengirim dan Penerima | Eduward Hutapea, Kepala Balai Gakkum Wilayah Sumatera bilang, tim mereka sudah menelusuri lokasi pengirim dan penerima barang, sembari mendalami asal spesies hewan langka ini termasuk kesehatannya.Sejauh ini, mereka menduga ada perdagangan antar provinsi dan tak menutup kemungkinan ada upaya transit untuk pengiriman luar negeri.Eduward belum sepenuhnya yakin dengan nama-nama yang tertera pada kardus. Ia bisa jadi modus mengelabui petugas.Dia mengimbau, masyarakat bisa memberikan informasi kalau mengetahui dan mengenal pelaku perdagangan ini. “Kita juga akan koordinasi dengan kepolisian setempat.” Inilah penampakan bungkus anak orangutan itu. ia terbungkus dalam keranjang plastik, bagian luar kardus rokok dengan ada lubang. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia Tahun lalu, Tim Gakkum Wilayah Sumatera juga menyelesaikan empat kasus orangutan di Aceh Tengah dan Barat. Pelaku ada pemburu dan pemilik satwa. Berkas perkara dua kasus ini sudah dinyatakan lengkap (P21).“Bisa saja dari Aceh masuk ke Medan. Dua provinsi itu juga masuk dalam habitat orangutan Sumatera,” kata Edward.Mahfud, bilang, selain Aceh dan Sumut, orangutan Sumatera juga terdapat di wilayah tengah seperti di Bukit Tiga Puluh, bagian Jambi dan Riau. Ada juga di taman nasional dan hutan produksi.Dalam kasus-kasus yang ditangani, Gakkum belum menemukan langsung penjual satwa. Perdagangan ini terputus. Pengakuan beberapa pemilik satwa, mereka dapatkan langsung dari hutan. Eduward sebut, pelaku sudah pasang strategi memutus mata rantai perdagangan satwa. Ia tampak kelaparan dan senang kala diberi makan buah-buahan. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia Kata pengirim dan penerima Mongabay coba hubungi nomor kontak tertera di kardus. Dua panggilan pertama, nomor kontak Zul belum dapat dihubungi. Beberapa menit kemudian, pada panggilan ketiga akhirnya tersambung dan langsung dijawab yang bersangkutan.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2020-072-18.json
Anak Orangutan di Keranjang Plastik dalam Bus, Ini Pengakuan Pengirim dan Penerima
Anak Orangutan di Keranjang Plastik dalam Bus, Ini Pengakuan Pengirim dan Penerima | Zul tak mengetahui peristiwa penangkapan itu. Dia juga heran kenapa namanya tertulis di kardus. Zul bilang, dia sekarang di Polsek Binjai. Setelah itu, dia memutus pembicaraan. Kala dihubungi kembali, Zul tak menjawab.Berbeda dengan Ton. Dua kali dihubungi tak ada jawaban. Panggilan berikutnya justru tak dapat dihubungi lagi. Pesan singkat yang dikirim pada Zul dan Ton juga tak ada jawaban. Kata Eduward, pengakuan sopir bus ketika diperiksa, orangutan itu memang dibawa dari Binjai. “Sudah kami telusuri juga di alamat pengirim dan penerimanya.”Pukul 16.55, Ton kirim pesan ke Whatsapp, memberitahu jangan telepon. Dia ajak berbalas chatting-an saja. Dia sudah tahu dari sopir bus, satwa pesanan ditahan di Pekanbaru. Sopir itu juga sudah beritahu Zul.Menurut dia, orangutan itu tak ditahan tetapi dicuri beberapa orang berpakaian preman. Salah seorang dari mereka, kata Ton, menitipkan nomor kontak ke sopir. Ton beberapa kali menghubungi dan mengirim pesan Whatsapp pada orang itu, tetapi tak ada jawaban. Nomor aktif. Ton tak tahu namanya.Beberapa kali berbalas pesan, Ton mengirim sebuah nomor. Dia minta ditelepon agar komunikasi lebih jelas.Ton mengaku, tinggal di Bandung. Orangutan itu dikirim terlebih dahulu ke Padang. Di sana akan ada temannya menjemput sebelum dikirim ke alamatnya. Ton pesan orangutan itu ke Zul. Mereka teman lama. Zul, katanya, tentara bertugas di Medan dan sempat di Binjai. Zul dapat orangutan itu dari orang lain. Ton bayar bila hewan itu sampai di tangannya. Harga di bawah Rp5 juta. Ton tak mau bilang ke siapa dia akan bayar bila terima barang.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2020-072-18.json
Anak Orangutan di Keranjang Plastik dalam Bus, Ini Pengakuan Pengirim dan Penerima
Anak Orangutan di Keranjang Plastik dalam Bus, Ini Pengakuan Pengirim dan Penerima | Ton mengaku senang mengumpulkan satwa untuk kesenangan pribadi. Selain buat hiburan di rumah, katanya, juga bisa hilangkan stres. Sebelumnya, dia sudah sering pesan berbagai satwa. Kebanyakan bukan satwa dilindungi. Belakangan baru ada siamang, lutung dan binturong. Dia tahu itu dilarang namun belum pernah dapat teguran ataupun sanksi.Kebiasaan Ton mengumpulkan satwa karena kasihan lihat hewan-hewan itu diburu atau diambil BKSDA namun terkadang mati. Ton punya beberapa anggota yang kerap beritahu hewan-hewan yang diburu.“Kita cinta dengan isi Indonesia. Kenapa tidak boleh? Bukan kita siksa. Kita kasih makan,” kata Ton. Dia menjamin kemanan dan kesehatan satwa selama dirawat di kandang miliknya. Ton tak beri tahu alamatnya. “Itu rahasia dan pribadi.”  Keterangan foto utama:  Satu anak orangutan tampak disekap dalam keranjang plastik putih berlapis kardus rokok dalam bus di pertigaan SM Amin-HR Subrantas, Pekanbaru. Foto: Suryadi/ Mongabay IndonesiaAnak orangutan ketika dikeluarkan dari dalam keranjang plastik. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2013-048-03.json
Pasca Pemekaran Wilayah Kaltara, Luasan Hutan di Kaltim Masuk Zona Merah
Pasca Pemekaran Wilayah Kaltara, Luasan Hutan di Kaltim Masuk Zona Merah | [CLS] Kalimantan Timur terancam kehilangan luasan hutan primer setelah terjadinya pemekaran ke wilayah utara menjadi propinsi baru Kalumantan Utara (Kaltara). Hal ini terjadi karena sebagian hutan primer di Kaltim berada di kawasan Kaltim bagian utara, yakni Malinau dan sekitarnya yang masih berbatas dengan negara Malaysia bagian Sarawak. Namun setelah terbentuknya propinsi baru yakni Kalimantan Utara (Kaltara), hutan Primer Kaltim hanya tersisa sekitar 15 persen.Sebelum terpisah, hutan yang masih berfungsi baik atau luasan hutan primer secara keseluruhan sekitar 35 persen dari luas wilayah, hal ini dikatakan Direktur Program Tropenbos Internasional Indonesia, Dr Petrus Gunarso, saat ditemui di Kawasan Bukit Bangkirai Balikpapan beberapa bulan lalu.“Sebelum Kaltim dan Kaltara berpisah, hutan yang masih berfungsi baik sekitar 35 persen dari luas wilayah. Setelah berpisah, hutan yang berfungsi baik di Kaltim tersisa 15 persen dari luas wilayah. Sebaliknya, di Kaltara hutan yang bergfungsi baik menjadi sekitar 69 persen dari luas wilayah. 15 persen hutan primer milik Kaltim itupun mayoritas berada di daerah yang berbatasan dengan Kaltara,” ujar Direktur Program Tropenbos Internasional Indonesia, Dr Petrus Gunarso.Ia menjelaskan, hutan yang berfungsi baik atau undisturbed forest adalah hutan primer dengan tutupan hutan yang berfungsi baik sebagai ekosistem. Petrus mengatakan, untuk menentukan hutan primer, indikator yang digunakan adalah tutupan kerapatan hutan. Dia mengatakan hutan yang berfungsi baik adalah hutan yang tidak ada jeda pembukaan lahan. “Misalnya tidak ada jalan logging dan tidak ada tanah terbuka,” katanya.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2013-048-03.json
Pasca Pemekaran Wilayah Kaltara, Luasan Hutan di Kaltim Masuk Zona Merah
Pasca Pemekaran Wilayah Kaltara, Luasan Hutan di Kaltim Masuk Zona Merah | Kawasan hutan berbeda dengan undisturbed forest. Secara umum disebutkan, kawasan hutan di Kaltim memang mencapai 75 persen. Tapi kawasan hutan yang dimaksud bisa saja bukan hutan. Petrus menambahkan, secara umum, penyebab kerusakan hutan di Kaltim adalah pengelolaan hutan yang tidak lestari, pembukaan lahan untuk tambang, kebun kelapa sawit dan infrastruktrur.Dengan sisa 15 persen hutan primer di Kaltim, disimpulkan kondisi hutan primer di Kaltim masuk dalam zona merah berdasarkan UU No.41/1999 tentang Kehutanan. Dalam UU tersebut, diwajibkan setiap daerah memiliki minimal 30 persen hutan primer.Sangat disesalkan pendekatan pembagian wilayah saat ini hanya menggunakan pendekatan batas administratif, tanpa mempertimbangkan bentang alam. Ditambahkan petrus,  pembagian wilayah provinsi di Indonesia menggunakan pendekatan bentang alam karena pertimbangan satu kesatuan ekosistem.Petrus mengatakan, kehilangan hutan primer meningkatkan kerawanan bencana alam seperti longsor, banjir dan kekeringan. Tidak ada jalan lain kata Petrus selain menghentikan kerusakan hutan primer di Kaltim. Selain itu, upaya rehabilitasi di kawasan hutan primer yang mengalami kerusakan harus segera dilakukan. “Jangan gunakan jumlah pohon, tapi luasan. Kemudian jangan hanya menanam, tapi memelihara,” ujarnya. [SEP]
[0.9999998211860657, 8.425171671433418e-08, 7.141517954778465e-08]
2022-017-13.json
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel | [CLS]  Rabu pagi, 5 Oktober 2022, sebuah gurita raksasa berwarna merah kehitaman setinggi 1 meter dengan panjang tentakel sekitar 5 meter bercokol di depan pintu masuk kantor gubernur Sulawesi Selatan. Gurita ini tampak mengitari seorang nelayan yang terlilit jaring. Sejumlah perempuan terduduk lesu di tiap-tiap tentakelnya. Di depan gurita tergeletak uang nominal Rp100 ribu berukuran besar.Gurita raksasa ini hanyalah replika yang terbuat dari karton dengan tentakel yang tersusun dari sampah plastik yang dibungkus jaring. Kehadiran replika gurita raksasa itu adalah sebagai bentuk protes dari praktik oligarki yang dianggap telah menggurita, yang dampaknya pada masyarakat miskin. Termasuk perempuan nelayan Pulau Kodingareng, Makassar, yang melakukan aksi.Sejumlah perempuan tampak membawa spanduk dan poster. Dua perempuan membentangkan spanduk bertuliskan ‘Perempuan Pulau Kodingareng melawan oligarki’. Terdapat juga tulisan ‘Stop reklamasi Makassar New Port, lalu ada tulisan ‘Nenek moyangku seorang pelaut, bukan penambang pasir laut’.baca : Tambang Pasir Laut Proyek MNP Telah Dihentikan, Dampaknya Masih Dirasakan Nelayan  Herli, salah seorang perempuan peserta protes yang merupakan aktivis Walhi Sulsel, menyatakan bahwa aksi tersebut adalah bagian dari perayaan hari oligarki nasional yang diperingati setiap 5 Oktober, tanggal di mana undang-undang omnibus law ditetapkan pada 5 Oktober 2020 silam. Aksi ini dilakukan bersama perempuan Pulau Kodingareng, Greenpeace Indonesia, WALHI Sulawesi Selatan dan Green Youth Movement.“Ini adalah simbol perlawanan perempuan, khususnya dari perempuan Pulau Kodingareng yang terkena dampak tambang pasir laut sebagai bagian dari proyek oligarki, beberapa tahun lalu dan sampai sekarang masih dirasakan dampaknya,” katanya.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2022-017-13.json
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel | Menurut Slamet Riadi, Kepala Departemen Advokasi dan Kajian WALHI Sulsel, aksi monster gurita ini pernah juga dilakukan di depan gedung DPR-MPR tahun pada 2021 lalu. Monster gurita adalah simbol atau wajah kekuasaan pemerintah dan korporasi saat ini yang telah mencengkeram dan menguasai sendi-sendi penghidupan masyarakat.“Selain itu, gurita raksasa ini juga membawa pesan degradasi lingkungan hidup dan sumber daya alam di Indonesia yang diakibatkan oleh sejumlah aturan yang dilegalisasi oleh pemerintah, menguntungkan korporasi, dan memiskinkan masyarakat,” ujar Slamet.Lebih jauh dikatakan Slamet bahwa kehadiran monster oligarki di Sulawesi Selatan tidak lepas dari banyaknya kesepakatan politik dan bisnis yang mencengkeram serta menggerogoti sumber daya alam, lingkungan hidup, dan penghidupan masyarakat. Salah satunya sumber daya alam pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil.baca juga : Riset Koalisi Save Spermonde: Proyek MNP Rusak Ekosistem Laut dan Sengsarakan Nelayan  Di Sulawesi Selatan sendiri, lanjut Slamet, terdapat sembilan proyek infrastruktur yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) dan salah satunya merupakan mega proyek pembangunan pelabuhan bertaraf internasional yaitu Makassar New Port (MNP). Proyek ini mulai masuk dalam skema program PSN sejak tahun 2016 dan mulai diresmikan pada tahun 2018.Reklamasi untuk MNP ini sendiri baru selesai pada tahap 1A, 1B berupa pembangunan konstruksi, dan 1C juga berupa pembangunan konstruksi. Berdasarkan master plan yang dikeluarkan oleh PT. Pelindo IV menunjukkan bahwa ada tiga tahap reklamasi Makassar New Port yakni tahap 1 (A, B, C, dan D), tahap 2, dan tahap 3 (fase ultimate) dengan luasan total 1.428 Ha.“Ini berarti masih akan ada kebutuhan pasir laut dan konflik ruang antara nelayan dengan pemerintah dan korporasi akan terjadi lagi,” katanya.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2022-017-13.json
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel | Menurut Slamet, selama aktivitas tambang pasir laut berlangsung pada 2020 lalu, nelayan dan perempuan Pulau Kodingareng mengalami penderitaan sosial-ekonomi dan wilayah tangkap nelayan rusak parah, seperti pendapatan nelayan menurun drastis hampir 90 persen.Dampak lainnya adalah perubahan arus dan kedalaman laut, air laut menjadi keruh, terumbu karang rusak dan mengalami pemutihan (bleaching) akibat sedimentasi tambang pasir laut. Utang nelayan juga semakin menumpuk akibat pendapatan tidak ada.“Banyak perempuan yang kemudian menggadaikan emasnya untuk bertahan hidup, beberapa nelayan memilih untuk meninggalkan pulaunya untuk mencari penghidupan, banyak anak sekolah yang harus putus sekolah, dan banjir rob semakin mengancam,” tambahnya.baca juga : Begini Nasib Perempuan Pulau Kodingareng Setelah Penambangan Pasir Laut Berakhir  Sita, seorang istri nelayan di Pulau Kodingareng mengakui bahwa meski tambang pasir telah dihentikan namun dampaknya masih dirasakan, di mana perekonomian mereka belum pulih seutuhnya.“Bagaimana ekonomi mau pulih kalau terumbu karangnya sudah rusak karena tambang pasir laut, ikan-ikan sudah pindah tempat. Bahkan copong sebagai tempat ikan berkumpul sudah tidak sama seperti dahulu lagi. Ombaknya juga sudah semakin tinggi. Sekarang ini banyak nelayan yang tinggalkan pulau mencari pekerjaan lain,” katanya. MNP dan Tambang Pasir LautDikatakan Slamet, aksi 5 Oktober ini membawa pesan bahwa pembangunan MNP dan aktivitas tambang pasir laut hanya menguntungkan kelompok oligarki tertentu tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2022-017-13.json
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel | Pada September 2020 silam, Koalisi Selamatkan Laut Indonesia telah merilis hasil investigasi kelompok oligarki di balik proyek tambang pasir laut. Dengan menelusuri sejumlah dokumen dari Ditjen AHU Kemenkumham RI dan akta perusahaan yang tercantum di dokumen AMDAL, diperoleh informasi bahwa dari total 12 izin usaha pertambangan yang beroperasi di perairan Takalar, dua di antaranya yaitu PT Banteng Laut Indonesia dan PT Nugraha Indonesia Timur tercatat dimiliki oleh orang-orang dekat Gubernur Sulsel saat itu, Nurdin Abdullah.Hasil penelusuran Koalisi Save Spermonde juga telah menemukan sejumlah korporasi besar dan nama-nama yang diduga kuat memiliki hubungan dekat dengan para pengambil kebijakan di balik pembangunan reklamasi dan jalan tol MNP.Berbagai pembangunan dan permufakatan tersebut telah menjadi awal mula merosotnya penghidupan nelayan-perempuan pesisir dan pulau-pulau kecil saat adanya aktivitas tambang pasir laut dan reklamasi Center Point of Indonesia (CPI) pada tahun 2017.“Sekarang, melalui Perda RZWP3K Sulsel yang kini terintegrasi dengan perda RTRW Sulsel tahun 2022-2041, praktik tambang pasir laut dan reklamasi MNP semakin mengancam penghidupan masyarakat dan ekosistem pesisir pulau-pulau kecil Sulsel. Bahkan hal tersebut dilegalisasi melalui produk perundang-undangan yang tentu saja menguntungkan para oligarki,” ujar Slamet.perlu dibaca : Penambangan Pasir Laut di Spermonde Datang, Ikan Tenggiri Menghilang  Afdillah, Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia, mengatakan terjadinya proses pembangunan serampangan tak hanya merusak daratan tapi juga lautan, dan yang paling terdampak tentu saja masyarakat kecil, khususnya perempuan, dan ini umum terjadi di berbagai daerah.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2022-017-13.json
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel
Hari Oligarki Nasional, Gurita Raksasa Bercokol di Depan Kantor Gubernur Sulsel | “Dan ini tidak hanya terjadi di Kodingareng tapi juga banyak daerah lain. Sudah banyak contoh nyata bagaimana oligarki menghancurkan kehidupan masyarakat kecil hanya demi kepentingan segelintir golongan saja,” ungkap Afdillah. Tuntutan Aksi Peserta aksi kemudian menyampaikan sejumlah tuntutan. Kepada pemerintah pusat dan provinsi diminta menghentikan pembangunan Makassar New Port dan aktivitas tambang pasir laut yang berada di wilayah tangkap nelayan.Kepada gubernur dan DPRD Sulsel diminta untuk merevisi RTRW 2022-2041 yang melegalisasi zona tambang pasir laut dan reklamasi di Sulsel.Kepada PT Pelindo IV diminta bertanggung jawab atas kemiskinan dan kerusakan yang terjadi di wilayah tangkap nelayan. Sementara untuk PT Boskalis, perusahaan asal Belanda, sebagai mitra PT Pelindo IV juga harus bertanggung jawab untuk mengembalikan dan memulihkan wilayah tangkap nelayan agar masyarakat dapat bisa melaut seperti sedia kala.  [SEP]
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2023-002-04.json
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya
Teratai yang Mulai Hilang di Lahan Basah Sriwijaya | [CLS]   Teratai [Nymphaea] adalah tumbuhan yang akrab bagi masyarakat Sumatera Selatan. Flora yang biasa tumbuh di rawa dan sungai ini, mulai sulit ditemukan. Mengapa?Sejak masa Kedatuan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang, bunga teratai memiliki arti penting bagi masyarakat Sumatera Selatan. Bunga teratai menjadi simbol kehidupan manusia. Baik sebagai simbol kesucian, kebahagiaan, ketenangan, keberanian, keikhlasan, kelahiran, dan kematian.Pada masa itu, bunga teratai banyak ditemukan di lanskap Kedatuan Sriwijaya. Sebab Palembang dan sekitarnya, yang menjadi pusat pemerintahan Kedatuan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang, sebagian besar merupakan lahan basah, yang menjadi habitat bunga teratai.Bunga teratai menjadi simbol yang terukir di dinding rumah limas [rumah adat], masjid, lemari, ranjang, serta menjadi motif kain songket Palembang.Bahkan, bunga teratai berkelopak lima menjadi bagian lambang Provinsi Sumatera Selatan. Disebutkan, bunga teratai berkelopak lima melambangkan keberanian dan keadilan [Pancasila].Popularitas bunga teratai masih terjaga hingga saat ini. Ketika musim perburuan batu akik beberapa waktu lalu, ditemukan batu akik yang motifnya seperti bunga teratai di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Batu akik itu kemudian disebut sebagai “batu sriwijaya”.Disebut batu sriwijaya karena bunga teratai bagi masyarakat Sumatera Selatan identik dengan Kedatuan Sriwijaya.Baca: Bagaimana Nasib Situs Sriwijaya di Lahan Gambut?  Namun, berdasarkan penelusuran Mongabay Indonesia di sejumlah wilayah lahan basah di Sumatera Selatan, selama tujuh tahun terakhir, sudah sulit menemukan bunga teratai. Yang sering dijumpai adalah seroja [lotus].
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]