filename
stringlengths 16
16
| title
stringlengths 22
107
| text
stringlengths 132
2.1k
| softlabel
stringlengths 15
740
|
---|---|---|---|
2016-049-16.json | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | [CLS] Senin pagi, 20 Juni 2016, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat menerima beberapa satwa dilindungi. Satwa tersebut merupakan peliharaan warga, yang kemudian menyerahkannya ke BKSDA, karena mengerti bila memelihara satwa dilindungi merupakan perbuatan melanggar hukum.Lim Tjin Hua alias Tommy, warga Sungai Jawi Dalam, Kota Pontianak, yang memelihara dua elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), satu elang bondol (Haliastur indus), dan satu individu elang tiram (Pandion haliaetus). Tommy juga menyerahkan tiga primata jenis owa-owa atau klempiau (Hylobates mulleri), yang terdiri dari satu induk dan dua anak.“Pemilik memelihara elang selama satu hingga lima tahun. Dia merupakan kolektor satwa, tidak ada indikasi sebagai penyalur satwa dilindungi,” kata Sustyo Iriyono, Kepala BKSDA Kalbar. Sustyo menekankan agar tindakan perdagangan ilegal tumbuhan dan satwa liar serta kepemilikan satwa liar yang dilindungi undang-undang untuk kesenangan, harus bisa dihentikan.Sustyo mengimbau masyarakat yang memelihara satwa liar dilindungi, untuk menyerahkan kepada pihak Balai agar dapat direhabilitasi dan dikembalikan ke habitat aslinya. “Tempat paling baik satwa adalah alam liar. Bukan di kandang,” kata dia. Satwa-satwa tersebut, rencananya akan dititiprawatkan sementara waktu di Lembaga Konservasi Sinka Zoo Singkawang. Khusus untuk klempiau, akan segera dileparliarkan, setelah diperiksa kesehatannya, karena masih memiliki sifat liar.Terkait elang, Sustyo mengatakan, jenis ini termasuk satwa dilindungi. Sehingga, tidak bisa diperjualbelikan dan dipelihara bebas, mengingat secara keseluruhan di wilayah Indonesia populasi dan habitatnya sudah berkurang. “Berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya dan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, semua jenis elang itu dilindungi,” katanya. | [0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2016-049-16.json | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Dihubungi terpisah, Zaini Rahman yang merupakan pegiat konservasi elang menuturkan, semua jenis elang memang dilindungi. Jenis ini ditandai dari ukurannya yang agak besar hingga besar. Burung pemangsa ini memiliki paruh berkait dengan cakar kuat, yang berfungsi untuk mencabik vertebrata. “Kegiatan memelihara elang yang berkembang di masyarakat saat ini lebih ke prestise saja. Ini dampak dari kegiatan falconry yang belakangan marak,” ujarnya, Rabu (22/06/2016).Falconry adalah memelihara elang yang digunakan untuk berburu. Kegiatan ini merupakan budaya yang berkembang di luar seperti Jepang, Korea, Tiongkok, dan Timur Tengah. Bahkan, di Timur Tengah, aktivitas berburu yang disebut olah raga menggunakan elang ini, telah dilakukan sejak abad ke-8 Masehi yang selanjutnya berkembang ke Eropa, terutama di kalangan bangsawan. “Di Indonesia, falconry dilakukan untuk atraksi. Yang harus dipastikan adalah dari mana elang tersebut diperoleh? Apakah di Indonesia ada penangkaran elang? Toh, tidak semua budaya luar harus kita terima bulat-bulat,” papar Zaini.Di alam, elang berperan penting sebagai top predator. Keseimbangan ekosistem akan terganggu bila elang diburu atau ditangkap untuk dipelihara. “Ekosistem kawasan akan tidak seimbang pastinya. Di satu sisi ada kemungkinan jumlah elang mengalami penurunan dan di lain sisi populasinya berlebih.”Mengenai elang peliharaan, Zaini menuturkan, rehabilitasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum pelepasliaran dilakukan. Rehabilitasi ini meliputi kesehatan dan perilaku. Jangan sampai, elang yang akan dilepaskan itu ternyata berpenyakit atau cacat, sehingga tidak dapat berburu terlebih beradaptasi di alam liar. “Berapa lama waktu penyembuhan yang dibutuhkan, tergantung kondisi elang itu sendiri. Pastinya, kesehatan yang prima dan perilaku liarnya harus muncul kembali.”Sitaan | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2016-049-16.json | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Tanpa Paksaan, Warga Ini Serahkan Elang Peliharaannya | Hingga Juni 2016, BKSDA Kalbar telah menerima penyerahan dan evakuasi sejumlah satwa, seperti primata, mamalia, reptili, aves, dan jenis tanaman dilindungi. Untuk primata, BKSDA melakukan evakuasi terhadap 12 individu orangutan (Pongo pygmaeus) dan 17 mamalia. Selain itu, terdapat 36 ekor reptil yaitu biawak tak bertelinga (Lanthanotus borneensis), buaya muara, tokek pakistan, ular sanca batik, sanca bola, serta ular viper.Untuk golongan burung, BKSDA Kalbar menerima penyerahan dan evakuasi sebanyk 863 individu, terdiri dari elang, rangkong badak, kangkareng hitam, murai batu, kacer, cucak hijau, dan kerak kerbau yang kebanyakan akan diselundupkan via Bandara Supadio Pontianak. Dari golongan tumbuhan dilindungi, BKSDA Kalbar telah mengamankan sebanyak 125 rumpun, terdiri dari 37 rumpun anggrek alam dan 88 rumpun kantong semar. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-043-07.json | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | [CLS] Banyak cara untuk mengungkap ekspresi seni, termasuk yang nyeleneh diluar kebiasaan yang ada. Misalnya apa yang dipraktekkan oleh para relawan konservasi gajah di Seblat, Bengkulu, yaitu melukis dari kotoran gajah. Kebiasaan 20 gajah pelatihan di Taman Wisata Alam Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat yang makan pelepah sawit ternyata memberikan inspirasi sejumlah relawan taman wisata itu. Hebatnya, dari hasil penjualan lukisan yang mereka buat pun cukup untuk membantu pembiayaan operasional para relawan. Inspiratif!Gajah yang makan pelepah sawit, kotorannya berwarna coklat muda dan banyak serat. Sementara gajah makan rumput, daun atau pelepah warna hijau, kotorannya berwarna hitam atau hijau tua dan seratnya lebih halus. Nah, ke-20 gajah di PLG Seblat, selain makan rumput juga makan pelepah sawit, sehingga warna kotorannya kuning dan hitam.“Melihat kotoran gajah di PLG Seblat yang memiliki dua warna ini, membuat saya terpikir dijadikan bahan lukisan relief,” kata Anang Hermansyah (30), ketua ECC (Elephant Care Community), pertengahan Juni 2014 lalu. Kelompok ECC merupakan komunitas anak muda dari desa sekitar PLG Seblat, yang kegiatannya mendorong masyarakat untuk mengenal, mencintai, dan melindungi gajah.“Gagasan itu juga didorong karena begitu banyak kotoran gajah di PLG Seblat yang harus kami bersihkan. Dan kami pun pernah mengikuti pelatihan pembuatan kertas menggunakan kotoran gajah,” kata Anang.Dengan adanya dua warna tersebut, lukisan-lukisan relief yang dibuat dari kotoran gajah di PLG Seblat tidak perlu diberi warna lagi. Warna coklat muda dan hitam cukup memberikan membuat tiap objek menjadi menonjol.Misalnya gambar gajah dan obyek lain seperti pohon atau batu dibuat dari kotoran warna hitam, sementara latar belakang dengan kotoran warna coklat muda. Atau juga dua warna itu dipadukan.“Pokoknya lukisan ini ramah lingkungan karena tidak menggunakan zat perwarna,” ujar Anang. | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204] |
2014-043-07.json | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | Sejak tahun 2000, lukisan gajah yang dibuat mencapai 80-an. Lukisan gajah yang rata-rata berukuran 40 x 50 centimeter dijual seharga Rp300 ribu. Ada juga yang memesan lukisan dengan ukuran 80 x 100 centimeter, dan harganya pun menjadi Rp750 ribu. Modal tiap lukisan sekitar Rp130 ribu. Modal ini untuk pembelian alkohol, triplek, dan bingkai.“Hasil dari penjualan lukisan ini sedikit membantu biaya transportasi dan lainnya buat kegiatan kami, seperti melakukan pendidikan konservasi gajah kepada pelajar SD, SMP dan SMA di Bengkulu Utara ini,” jelas Anang. Apa yang mereka lakukan bersama ECC turut memberikan dampak positif bagi keberlangsungan gajah di PLG Seblat. Menurutnya, masyarakat di desanya maupun di desa lainnya sudah paham bagaimana pentingnya menjaga kehidupan gajah.“Gajah itu seperti manusia. Jika hidup mereka tenang, tersedia makanan dan tempat tinggal, mereka tidak akan mengganggu manusia. Makanya jika sayang gajah, jagalah hutan,” kata lelaki yang memiliki seorang anak perempuan ini.Pesanan Banyak, Modal Masih SedikitSejak pagi Dianto (23) sibuk menempelkan kotoran gajah yang sudah diolah ke atas triplek berukuran 40 x 50 centimeter di studionya, yang menyatu dengan dapur rumah orangtuanya di Desa Suka Maju, Kecmatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Sebelum menempelkan kotoran gajah seperti pulpa, Dianto terlebih dahulu membuat sketsanya.“Ini lukisan yang dipesan sebuah sekolah,” kata Dianto. “Sebuah lukisan dikerjakan dari pagi sampai sore,” lanjutnya.Bukan melukis yang memakan banyak waktu, tapi pembuatan pulpa kotoran gajahnya. Dijelaskannya, kotoran gajah yang dikumpulkan sebelum dijemur harus direbus lebih kurang 10 jam. Setelah direbus kotoran tersebut dijemur selama dua pekan. Lalu kotoran gajah yang kering dicincang, kemudian diberi alkohol. Saat mau digunakan atau menjadi pulpa, kotoran gajah itu dicampur dengan lem. | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2014-043-07.json | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | Karya Lukis Kotoran Gajah untuk Biayai Pendidikan Konservasi | “Tiap tiga kilogram kotoran gajah yang sudah kering dan dicincang membutuhkan setengah kilogram lem,” ujarnya.Remaja putus sekolah ini pun bercerita alasannya mau menjadi pelukis kotoran gajah. “Saya menyukai gajah. Gajah itu kalau kita baik, dia juga baik. Gajah-gajah di PLG Seblat seperti teman bagi saya. Jadi saya sedih jika gajah-gajah itu hidup menderita karena hutan rusak, atau diburu manusia.”“Melalui lukisan ini, saya berharap semua orang turut menjaga dan menyayangi gajah, khususnya gajah-gajah di PLG Seblat,” katanya.Sebenarnya, pihak yang memesan lukisan gajah cukup banyak, tapi modal mereka sangat terbatas. “Akibatnya pesanan sedikit lamban dipenuhi karena modalnya terbatas,” ujarnya.Selain itu, mereka pun ingin melakukan pameran lukisan dari kotoran gajah ini di sejumlah kota di Sumatera. Tujuannya agar masyarakat di Sumatera memahami pentingnya menjaga keberadaan gajah, khususnya gajah sumatera yang saat ini jumlahnya kian kritis.Menurut data WWF Indonesia, saat ini jumlah gajah sumatera berkisar 2.400- 2.800 ekor di alam liar. Area TWA PLG Seblat di Bengkulu Utara, propinsi Bengkulu, seluas 7.737 hektar merupakan satu-satunya taman wisata alam yang dihuni seratusan gajah liar, dan 20 gajah yang dilatih. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | [CLS] Warga Desa Pungkat, Indragiri Hilir, Riau, khawatir dengan kehadiran perusahaan sawit, PT Setia Agrindo Lestari (SAL), yang tak hanya menebangi hutan juga mengancam kelangsungan kebun pinang dan kelapa mereka. Anak usaha First Resources ini pun berkonflik dengan masyarakat. Bupati sudah keluarkan surat pemberhentian operasi sementara, tetapi di lapangan terus berjalan. Warga pun kirim surat ke BPN agar lembaga ini tak keluarkan hak guna usaha (HGU). Hamdalis, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Pungkat, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, didampingi Devi Indriani staf Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau, menyerahkan dua lembar surat ke pelayanan umum Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional wilayah Riau, awal April lalu.Mereka menemui Firdaus Afiat, Kasi Penanganan Sengketa Pertanahan, di lantai dua gedung itu.Surat itu berisi penolakan warga terhadap operasi PT Setia Agrindo Lestari (SAL). Warga khawatir, sejak beroperasi 2013, perusahaan sawit ini melenyapkan berbagai jenis kayu yang jadi sumber pembuatan kapal bagi masyarakat, seperti kayu meranti, kelat dan samak.“Banyak lagi jenis kayu lain. Kami mencarinya makin jauh,” kata Hamdalis, usai menyerahkan surat.Sejak menanam sawit, perusahaan juga merusak perkebunan kelapa dan pinang warga karena serangan kumbang yang datang dari kebun perusahaan. Dampak lain, masyarakat tak dapat memanfaatkan air di sungai rawa yang biasa untuk keperluan rumah tangga. Rasa dan warna air sudah berubah.Surat itu, ditujukan ke Kementerian ATR/BPN, di Jakarta, lewat kantor pos di hari sama. Kata Devi, surat ke BPN Riau hanya tembusan, termasuk BPN Indragiri Hilir, juga mereka kirimi.Dari berbagai kecemasan itu, warga Desa Pungkat meminta Kementerian ATR/BPN tak mengeluarkan hak guna usaha (HGU) kepada perusahaan. | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | “Ada indikasi mereka sedang mengajukan permohonan HGU. Karena sejak beroperasi pada 2013, mereka tak memilikinya,” kata Devi.Firdaus Afiat, tampak kurang sependapat dengan Devi. Menurut dia, jika perusahaan telah memiliki izin usaha perkebunan dan izin lokasi, mereka tak dapat menolak permohonan HGU dari perusahaan.Dia justru menganjurkan keberatan ini disampaikan ke pemerintah daerah setempat. “Karena muaranya di sana,” singgung Firdaus.Devi memahami anjuran itu tetapi tetap meminta Kepala ATR.BPN Kanwil Riau pertimbangkan permasalahan di lapangan sebelum mengeluarkan HGU perusahaan.Walhi Riau, katanya, bersedia menyerahkan laporan hasil kajian lapangan, jika diperlukan. ***Penolakan warga terhadap perusahaan sawit ini sudah sejak 2014. Warga sekitar pernah berhadapan dengan aparat, 21 orang, termasuk Hamdalis pernah mendekam dalam penjara selama sembilan bulan.Mereka dihukum karena membakar alat berat perusahaan. Hamdalis bilang, warga sudah geram dan tak dapat menahan diri lagi kala itu.Bupati Indragiri Hilir, HM Wardan, pernah mengeluarkan surat penghentian sementara aktivitas SAL. Tampaknya perintah ini tidak dihiraukan karena warga terus bersinggungan dengan perusahaan. Akhirnya dibentuk tim verifikasi lapangan oleh pemerintah, sebelum Wardan maju lagi di Pilkada serentak 2018. Foto utama: Warga Pungkat, protes PT SAL ke Kantor Bupati Indragiri Hilir, Riau. Foto: dokumen warga. Temuan Walhi RiauWalhi Riau mencatat, sepanjang 2012-2013, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir banyak mengeluarkan izin pada perusahaan.DPRD Indragiri Hilir, bikin rapat antara Komisi I dan II beserta pemerintah daerah. Mereka meninjau ulang seluruh izin yang dikeluarkan Indra Mukhlis Adnan, sebelum menyelesaikan jabatannya sebagai bupati, waktu itu. | [0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.25, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Ada tujuh perusahaan dipantau langsung, salah satu SAL, yang dinilai tak memenuhi kewajiban, berdasarkan keputusan Kepala Badan Perizinan, Penanaman Modal dan Promosi Daerah Indragiri Hilir nomor 503 tertanggal 13 November 2013.Kebun sawit SAL luas sekitar 17.059 hektar, masuk ekosistem gambut dan sebagian besar kedalaman lebih tiga meter. Gambut jadi kering karena saluran drainase perusahaan.Aktivitas SAL bertentangan dengan Pasal 26 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 57/2016, tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014, soal Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.SAL tidak memberikan 20% dari luasan areal tanam untuk pembangunan kebun masyarakat. Walhi mencatat, berdasarkan risalah rapat Komisi I dan II bersama pemerintah kabupaten.Mereka juga mengecek langsung ke lapangan dan tak menemukan blok atau bagian kebun masyarakat yang dimaksud.Sejalan dengan kewajiban itu, SAL juga tak pernah memberi bantuan berupa fisik atau lain-lain pada masyarakat Desa Pungkat, sebagai bagian program corporate social responsibility/CSR.Kebakaran di lahan SAL juga terjadi pada Agustus 2015. Perusahaan diduga tak memiliki sarana dan prasarana pencegahan kebakaran, serta tak memiliki sistem pengendalian organisme pengganggu hama tanaman.Pembukaan lahan memicu datangnya kumbang dan merusak tanaman masyarakat. Kebun masyarakat berada dalam penguasaan SAL yang sudah dikelola sebelum perusahaan ini mendapat izin.Walhi Riau menemukan, indikasi, SAL menguasai areal dengan cara membeli lahan dari masyarakat Desa Belantarajaya, surat keterangan tanah diterbitkan pemerintah desa bersangkutan. Padahal, lahan berada dalam wilayah administrasi Desa Pungkat.Dalam proses pengurusan izin, SAL juga diduga melanggar prosedur dan menyerahkan dokumen tidak benar. Selain dalam kawasan hutan, konsesi masuk dalam peta indikatif penundaan izin baru. | [0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Ia juga tumpang tindih dengan dua perusahaan. Pertama, berada di areal PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa, memasok bahan baku bubur kertas bagi Asian Pulp Paper (APP).Kedua, PT Bina Keluarga, yang memegang izin hak pengusahaan hutan (HPH). Tumpang tindih lain, kawasan ini masuk dalam rencana moratorium pemerintah yang tidak dibenarkan untuk dapat izin.Hanya saja, pada masa-masa akhir sebelum duduk di DPR, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menerbitkan SK 878/Menhut-II/2014 pada 29 September, tentang kawasan hutan Riau, status berubah jadi areal penggunaan lain.Menurut catatan Walhi Riau, meski tak lagi jadi kawasan hutan, secara kronologi penguasaan kawasan, SAL tetap dianggap bersalah. Pertama, sejak pertama kali menguasai hutan, status masih kawasan hutan.Kedua, perubahan dari kawasan hutan jadi APL, diduga karena isi surat ajuan oleh Direktur SAL No. 236 ke Kementerian Kehutanan pada 2012, terkait kondisi lahan tidak sesuai kenyataan di lapangan jadi mereka boleh mendapat izin baru.Surat rekomendasi yang dikeluarkan Dinas Perkebunan Indragiri Hilir Nomor 050 pada 16 Oktober 2013 untuk penerbitan izin usaha perkebunan (IUP) SAL, tampaknya juga keliru.Pasalnya, surat itu juga merujuk pada surat Dirjen Planologi No. S.1489 tertanggal 17 Desember 2012, yang merespon surat Direktur SAL.Indikasi kekeliruan lain, katanya, mengenai nota kesepahaman antara SAL dan masyarakat Desa Pungkat Nomor: 02.0.4 tertanggal 23 Juli 2013. Kesepahaman ini diragukan. Sebab, sebagian masyarakat Desa Pungkat, sejak awal menolak SAL di wilayah mereka.Walhi Riau menyampaikan, hasil temuan ini ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kantor Staf Presiden hingga upaya hukum ke Polda Riau. Permasalahan warga Desa Pungkat dengan SAL inipun jadi prioritas penyelesaian konflik oleh KLHK di Riau.Riko Kurniawan, Direktur Walhi Riau, mengatakan, SAL tak patuh komitmen pemerintah dalam memperbaiki kawasan gambut. | [0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | “Perusahaan itu jelas cacat administrasi, membuka kanal di lahan gambut dan tumpang tindih dengan izin lain padahal jelas tidak dibenarkan,” katanya.Sejak ada surat penghentian sementara operasi perusahaan oleh Bupati Indragiri Hilir, SAL terus dipantau KLHK termasuk kepolisian. Mereka dilarang beraktivitas apapun tak konflik lagi dengan masyarakat. Sayangnya, aktivitas perusahaan tetap berjalan.April lalu, empat orang dari Polri ditemani Polisi Tembilahan datang ke Kantor Desa Pungkat pukul 09.00. Mereka pakai speedboat Pol Airud Tembilahan. Zaki Kepala Desa Pungkat memberitahu masyarakat.Pertemuan tak sampai setengah jam. Polisi minta dokumen izin SAL pada masyarakat. Saat itu, juga warga menberikan salinan dokumen dan diperiksa sebentar.Polisi tak banyak bicara dan masyarakat juga tak banyak tanya. “Mereka langsung pulang, tak mau diajak mampir oleh tokoh masyarakat,” kata Hamdalis.Surat masyarakat Pungkat kepada BPN beberapa bulan lalu belum ada kabar, Devi pun mendatang lagi BPN Wilayah Riau, Rabu (23/5/18).Yeni Seksi II Bidang Penetapan Hak Atas Tanah dan Pemberdayaan Masyarakat, memberi Devi selembar surat. Isinya, BPN Riau belum menerima permohonan perpanjangan HGU SAL.Surat tertanggal 12 April 2018 itu ditandatangani Lukman Hakim, Kepala Kantor BPN. Surat ditembuskan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Indragiri Hilir.Devi menolak surat itu karena isi tak sesuai keinginan masyarakat. Mereka minta, BPN memblokir permohonan HGU dari SAL. “Bukan menjelaskan belum menerima perpanjangan.”BPN berjanji memperbarui surat itu. “Nanti mereka akan kabari saya lagi.”Mongabay berkali-kali berusaha mengkonfirmasi ke perusahaan tetapi tak mendapatkan penjelasan. Dari konfirmasi ke First Resources, karena SAL anak usaha mereka dengan mendatangi kantornya, di Gedung Surya Dumai Group, minggu pertama April lalu. | [0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0] |
2018-052-03.json | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Berkonflik dengan Perusahaan Sawit PT SAL, Warga Pungkat Kirim Surat ke BPN | Seorang perempuan mengarahkan langsung SAL, di lantai 10, gedung yang sama Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru.Permintaan pertama tak ditanggapi dan disarankan oleh satpam mengajukan surat permohonan wawancara.Selang beberapa minggu, Mongabay mengajukan surat dimaksud pada 24 Februari 2018. Beberapa jam setelah surat diterima oleh satpam, seorang perempuan yang menyebut namanya Dewi, memberitahu lewat sambungan telepon, bahwa mereka sudah berupaya menghubungi orang yang berwenang menjawab permintaan wawancara.“Nomornya tidak bisa dihubungi. Jadi kami tidak bisa buat janji untuk wawancara,” katanya sebelum menutup telepon. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0] |
2017-088-07.json | Udang Perisai Purba Ini Muncul di Gurun Setelah Hujan Turun | Udang Perisai Purba Ini Muncul di Gurun Setelah Hujan Turun | [CLS] Di gurun di Australia, negeri yang penuh dengan makhluk yang indah dan aneh, terdapat peninggalan prasejarah, seekor crustacea atau yang dikenal sebagai udang perisai.Triops australiensis, yang terlihat seperti perpaduan kepiting tapal kuda dan makhluk luar angkasa ini, dimasukkan dalam kelompok Crustacea yang disebut branchiopoda. Artinya, “kaki insang” karena kakinya seperti daun, yang masing-masing memiliki insang untuk menghirup udara.Makhluk ini memang terlihat sangat aneh, sebuah organisme dengan telur yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Karena kelangkaan air, telur tersebut dapat tinggal di bawah tanah aktif hingga tujuh tahun atau lebih, yang dengan sabarnya menunggu hujan cukup deras agar bisa menetas. Ketika hujan turun maka jutaan makhluk ini keluar dari lumpur.Baru baru ini, warga Australia bernama Nick Morgan memposting beberapa foto di laman Facebook Northern Territory Parks and Wildlife untuk mencari tahu jawaban atas apa yang dia lihat dan mengejutkan ituPihak Northern Territory Parks and Wildlife kemudian memberikan penjelasan: “Ini adalah jenis crustacea yang dikenal sebagai udang perisai. Ada satu spesies yang terdapat di Australia, Triops australiensis.”Udang ini mampu beradaptasi dengan baik di alam sekitarnya. Telur-telur ditinggalkan di bawah tanah yang akan tetap aktif selama bertahun-tahun, sampai ada hujan yang cukup besar, yang memicu telur-telur tersebut menetas.Sekarang adalah waktu terbaik untuk melihat udang perisai karena hujan lebat baru-baru ini terjadi di wilayah Central Australia. ”Mereka bisa muncul dalam jumlah jutaan” kata Michael Barritt, seorang ahli dari taman nasional tersebut. “Tapi jangan terkecoh dengan namanya. Mereka sejatinya bukan udang,” tambahnya, sebagaimana diberitakan di Tree Hugger.com | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2017-088-07.json | Udang Perisai Purba Ini Muncul di Gurun Setelah Hujan Turun | Udang Perisai Purba Ini Muncul di Gurun Setelah Hujan Turun | Makhluk-makhluk ini tidak hidup lama. Mereka akan bertelur sebelum kondisi gurun kembali memanas. “Ini bukan telur biasa” kata Barritt. “Telur-telur ini bisa benar-benar mengering, terbawa angin, dan mampu bertahan di cuaca ekstrim pedalaman Australia. Termasuk panas terik, maupun dingin di malam hari di musim dingin.Udang perisai ini sudah ada di planet bumi sejak 350 juta tahun silam. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2013-031-01.json | Serahkan Penghargaan Lingkungan, Presiden Minta Kepala Daerah Tak Anti LSM Lingkungan | Serahkan Penghargaan Lingkungan, Presiden Minta Kepala Daerah Tak Anti LSM Lingkungan | [CLS] Tahun ini, penghargaan lingkungan hidup dari Kalpataru, Anugrah Adiwarta, sampai Adiwiyata Mandiri ada 323 yang diberikan kepada individu, kelompok, maupun perwakilan daerah.Pada puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhonono menyerahkan penghargaan Kalpataru, Anugrah Adipura, Adiwiyata Mandiri dan Penyusun SLHD terbaik kepada individu, kelompok maupun perwakilan pemerintah daerah di Istana Negara, Senin 10/6/13).Dalam sambutan, SBY meminta kepala daerah dan masyarakat berkomitmen menjaga lingkungan hidup di wilayah masing-masing untuk kelangsungan hidup generasi. Kepala daerah pun diminta menjalin kemitraan dengan LSM Lingkungan.“Jangan anti LSM lingkungan. Jadikan mereka mitra. Jadikan mereka teman. Dengan demikian Insya Allah makin kedepan makin baik lingkungan kita, tentu makin baik Negara kita. Contoh, ada Greenpeace, WWF, the Nature Conservation, lalu ada Walhi. Jadikan mereka partner, bukan lawan,” katanya seperti dikutip dari VOIndonesia.Penghargaan lingkungan hidup 2013 keseluruhan ada 323 untuk berbagai kategori. Balthasar Kambuaya, Menteri Lingkungan Hidup mengatakan, penghargaan Kalpataru disampaikan kepada individu maupun kelompok masyarakat yang dinilai sebagai pejuang pelestarian lingkungan. Penghargaan ini diberikan kepada lima orang perintis lingkungan, tiga orang pengabdi lingkungan, lima kelompok penyelamat lingkungan serta tiga pembina lingkungan.Untuk program Adipura, tahun 2013, diikuti 374 kabupaten dan kota. Jumlah kota penerima penghargaan Adipura meningkat dari tahun lalu 125 kota menjadi 149 kota. Evaluasi kebersihan dan keteduhan kota melalui program ini memberikan pengaruh signifikan pada peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan. | [0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.6666666865348816, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2013-031-01.json | Serahkan Penghargaan Lingkungan, Presiden Minta Kepala Daerah Tak Anti LSM Lingkungan | Serahkan Penghargaan Lingkungan, Presiden Minta Kepala Daerah Tak Anti LSM Lingkungan | “Tahun ini, diberikan tujuh Anugerah Adipura Kencana bagi kota yang melampaui batas pencapaian pengendalian pencemaran air dan udara, pengelolaan tanah, perubahan iklim, sosial, ekonomi serta keragaman hayati. Lalu 33 kota menerima Adipura untuk pertama kali dan 109 kota menerima Anugerah Adipura,” katanya.Pada 2013, dilakukan evaluasi laporan SLHD 2012 dari 30 pemerintah provinsi dan 282 kabupaten maupun kota. Penyusun terbaik mendapat piala kategori provinsi, Jambi (I), Sumatera Barat (II) dan Jakarta (III). Untuk kategori kabupaten dan kota, Kabupaten Pesisir Selatan(I), Kota Tangerang (II) dan Kabupaten Gianyar (III).Kambuaya mengatakan, KLH juga bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan penghargaan kepada sekolah berbudaya lingkungan melalui Program Adiwiyata. “Peraih penghargaan Adiwiyata Mandiri ada 120 sekolah.Pada kesempatan ini Presiden juga menerima Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) Tematik Tahun 2012. Ia memuat informasi penting mengenai kecenderungan kualitas lingkungan dan perkembangan kapasitas pengelolaannya.Pada SLHI ini, kebijakan program dan kegiatan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup walaupun belum memuaskan, mulai menunjukkan kecenderungan positif. Berdasarkan pemantauan hingga tahun 2012, beberapa parameter kualitas lingkungan hidup mulai menunjukkan perbaikan seperti pada kualitas air dan udara, laju deforestasi dan status terumbu karang. Presiden juga menandatangani Sampul Hari Pertama Perangko Seri Peduli Lingkungan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2013.Daftar Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup 2013 [SEP] | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-027-07.json | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | [CLS] Para peneliti dari Natural History Museum (NHM) penasaran mencoba mengungkap keberadaan biota laut belum banyak terungkap. Terutama bagi spesies-spesies yang hidup di laut dalam.Dengan menggunakan kendaraan jarak jauh, mereka mengumpulkan spesimen dari dataran abyssal Zona Clarion-Clipperton di Samudera Paisifik. Saat menjelajahi tepi barat jurang antara Hawaii dan Meksiko, sekitar 5.000 meter di bawah permukaan, tim peneliti mampu menemukan 55 spesimen dari 48 spesies berbeda. Mereka lantas membawa ke permukaan untuk diindetifikasi lebih lanjut.Atas penemuan tersebut, para peneliti memahami DNA dan karakteristik satwa yang sebelumnya hanya dilihat dari visual saja. Hasilnya, mereka menemukan lebih dari 30 spesies berpotensi hidup di dasar laut.Studi yang diterbitkan jurnal Zookeys baru-baru ini, menemukan ada keanekaragaman spesies yang tinggi dari organisme yang lebih besar di laut dalam Samudera Pasifik. Hewan-hewan yang ditemukan termasuk cacing tersegmentasi, invertebrata dari keluarga yang sama dengan kelabang, hewan laut dari keluarga yang sama dengan ubur-ubur, dan berbagai jenis karang.Secara spesifik, 36 spesimen ditemukan pada kedalaman lebih dari 4.800 meter, dua ditemukan di lereng gunung laut pada kedalaman 4.125 meter, dan 17 ditemukan pada kedalaman antara 3.095 dan 3.562 meter.baca : Ekspedisi Laut Dalam Selatan Jawa, Peneliti Temukan Berbagai Spesies Tak Biasa “Penelitian ini penting tidak hanya karena jumlah spesies yang berpotensi baru ditemukan, tetapi karena spesimen megafauna ini sebelumnya hanya dipelajari dari gambar dasar laut. Tanpa spesimen dan data DNA yang mereka pegang, kini kita tidak dapat mengidentifikasi hewan dengan benar dan memahami berapa banyak spesies berbeda yang ada,” kata Dr. Guadalupe Bribiesca-Contreras, dari Natural History Museum, seperti dikutip dari www.nhm.ac.uk Jumat (12/8/2022). | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204] |
2022-027-07.json | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Peneliti lain, Dr. Adrian Glover, yang memimpin kelompok penelitian laut dalam tersebut, terkejut dengan penemuan bahwa hewan berukuran milimeter yang disebut microfauna sangat beragam di daerah yang disebut ‘jurang maut’. Namun, pihaknya tidak pernah benar-benar memiliki banyak informasi tentang hewan yang lebih besar yang dia sebut megafauna karena begitu sedikit sampel yang dikumpulkan.“Studi ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa keragaman mungkin sangat tinggi pada kelompok-kelompok ini juga,” ujarnya. Berdampak pada Penambangan Laut Penelitian tentang spesies baru yang hidup di laut dalam sangat penting untuk menguak informasi yang lebih baik tentang efek penambangan laut. Temuan ini berpotensi memiliki implikasi penting bagi penambangan laut dalam, karena saat ini banyak aktivitas eksploitasi mineral diambil dari dasar laut, yang berpotensi mengganggu banyak makhluk.“Sementara penambangan laut dalam adalah masalah lingkungan yang sangat valid. Kami berada dalam situasi yang sangat positif di mana kami telah mampu melakukan banyak penelitian mendasar sementara industri ini tertahan dari eksploitasi skala penuh,” kata Dr. Adrian Glover.baca juga : Makhluk Laut Dalam Aneh Ini Hidup di Bangkai Kapal Endurance di Antartika Mengapa sulit untuk mengidentifikasi spesies laut dalam?Secara keseluruhan, alat yang disebut Remotely Operated Vehicle (ROV) sudah mengumpulkan bukti dari 48 spesies berbeda, di mana hanya sembilan yang saat ini diketahui oleh sains. Sisanya dengan jumlah 39 mungkin spesies baru, tetapi masih sulit untuk diidentifikasi.Dr. Guadalupe mengira, beberapa spesies yang ditemukan adalah kosmopolitan. Hewan yang hidup di wilayah lautan luas. Tetapi dengan melihat lebih dekat pada DNA mereka, dia menemukan bahwa mereka adalah spesies yang berbeda. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224] |
2022-027-07.json | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam | Katanya, mungkin terbatas pada habitat yang lebih kecil. Mungkin juga belum ada cukup sampel untuk memahami variasi di dalamnya sepenuhnya.Kesulitan lain yang dihadapi para peneliti adalah membandingkan spesimen mereka dengan spesimen sejenis yang merupakan individu yang digunakan untuk mewakili dan mengidentifikasi suatu spesies. Spesimen jenis ini biasanya merupakan yang pertama dari spesies yang pernah ditemukan.“Spesimen laut dalam yang lebih tua sering rusak, karena dikumpulkan dengan metode yang kurang lembut seperti pukat,” jelas Guadalupe.baca juga : Ini Penemuan-penemuan di Laut Dalam Paling Menakjubkan selama 2021 Tantangan lainnya yaitu banyak spesimen yang lebih tua juga dimasukkan langsung ke pengawet formalin, yang membuatnya sulit untuk mengekstrak DNA.Tim peneliti laut dalam NHM ini berharap dapat mengatasi beberapa kesulitan ini dengan membandingkan spesimen ini dengan megafauna yang dikumpulkan dalam perjalanan baru-baru ini, di samping survei citra skala luas yang dipimpin oleh National Oceanography Centre, Inggris.Mereka bermaksud untuk terus menggali informasi hewan-hewan di laut dalam untuk menginformasikan keputusan penting. Salah satunya, membatasi eksplorasi penambangan di laut dalam. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.3333333432674408] |
2019-005-17.json | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | [CLS] Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, ketika sejumlah nelayan bersiap-siap berangkat untuk melaut. Meski kondisi langit tampak mendung. Namun, suasana tetap riuh dengan aktivitas para nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.Satu persatu perahu yang bersandar itu mulai berangkat. Sebagian lagi masih persiapan, sembari menunggu awak kapal perikanan (APK) yang lain datang. Ada yang memperbaiki mesin, tidak sedikit pula yang terlihat bersenda gurau di atas kapal sebelum mereka berangkat melaut. Di sudut lain tampak nelayan lain sedang menyulam jaring ikan yang jebol.“Jaring ini untuk ikan tongkol. Disini kami semua nelayan harian,” kata Siha (50), nelayan setempat disela-sela menyulam jaring berukuran 3 cm ini, pada Senin (02/12/2019). Nelayan harian di sini artinya mereka mencari ikan di laut hanya sehari, dimulai dari jam 08:00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB, ada juga yang sampai jam 20.00 WIB. Tergantung sedikit banyak tangkapan, dan juga keberuntungan mereka di laut. Kalau tangkapan banyak, mereka mendarat bisa sampai larut malam.baca : Mengintip Aktivitas Pembuatan Kapal Perikanan di Pantai Utara Lamongan Memasuki musim hujan seperti sekarang ini, rata-rata ikan hasil tangkapan mereka yaitu ikan tongkol. Dibandingkan ikan yang lain, ikan dengan nama latin Euthynnus affinis ini menjadi primadona bagi nelayan setempat. Selain pasarnya jelas, disaat datang musim seperti saat ini komoditasnya juga melimpah. Musim ikan tongkol ini biasanya pada awal bulan Desember hingga pada bulan Februari mendatang. Berbeda lagi ketika musim kemarau, pada saat musim panas hasil tangkapan mereka berganti ikan kembung (Rastrelliger), atau warga lokal menyebutnya dengan sebutan ikan belo. Bergantung Pada Laut | [0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2019-005-17.json | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Seperti nelayan pada umumnya, hidup para nelayan setempat ini sangat bergantung pada laut di pantai utara Lamongan itu. Bobi (48) menjelaskan, mencari ikan di laut itu tidak selalu beruntung. Kadang berhasil, kadang pula tidak membawa pulang tangkapan ikan. Keranjang yang mereka bawa balik ke daratan kadang kondisinya tetap kosong. Mencari ikan di laut itu ibaratnya orang mencari jarum dalam tumpukan jerami.“Dapat diamati sendiri, tidak satupun ikan tongkol yang kami dapat hari ini. Namanya mencari ikan hidup di laut kadang dapat, kadang juga kosong. Kalau dapat terus ya bisa kaya,” lanjut pria yang mengaku berprofesi sebagai nelayan sejak kecil ini. Meskipun keadaan terasa sulit, mereka mengaku susah berganti profesi. Karena menjadi nelayan adalah pengetahuan yang mereka dapat sejak kecil. Begitu juga nelayan sebelum mereka, yang dapat mereka lakukan adalah bertahan dengan segala cara untuk tetap bisa menghidupi keluarga.Melaut beserta kawan-kawannya, Bobi menggunakan kapal dengan ukuran 18 Gross tonnage (GT). Muatannya bisa sampai 50 ton. Satu kapal biasa diisi 30-35 APK. Dia mengaku, hampir setiap hari melaut, kecuali pada hari jum’at saja yang libur. Sekali melaut, untuk biaya operasionalnya bisa mencapai Rp2 juta, yang paling banyak memakan biaya yaitu solar, itu belum termasuk bekal makan. Untuk bekal makan mereka membawa sendiri-sendiri.baca juga : Kisah Peliknya Para Pencari Tiram di Lamongan Pada saat yang sama, keadaan nelayan setempat ini bisa sangat berbeda. Jika Bobi awal bulan Desember ini kurang beruntung saat melaut. Munir (45) yang juga berprofesi sama merasa mujur. Sebab, tangkapan ikan tongkol yang dia dapatkan bersama kawan-kawanya ini cukup melimpah. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2019-005-17.json | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Mereka berhasil membawa ikan tongkol ke darat 10 ton. Namun, Munir mengaku meski hasil tangkapan banyak harga jual ke pengepul juga menjadi turun. Untuk itu dia berharap, harga ikan bisa tetap stabil meskipun sekarang ini sedang musim. “Padahal ikan disini kualitasnya ekspor, kalau harga terus turun ya rugilah nelayan,” katanya.Lanjut dia, untuk harga ikan tongkol ini bisa berubah dalam sehari, bahkan dalam hitungan jam pun bisa berubah. Disaat ikan tongkol banyak, harga yang awalnya Rp18 ribu/kg bisa turun hingga Rp13-14 ribu/kg. Harga ikan tongkol tidak tentu, semakin banyak hasilnya harga semakin murah. Padahal, saat melaut tidak setiap hari mereka beruntung.“Kalau tidak dapat ikan sama yang punya perahu ya tidak digaji,” tambahnya. Untuk itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka terkadang harus pinjam uang dulu ke juragan kapal. Setelah dapat ikan, mereka baru melunasi. Sebagian dari mereka ada yang hanya membawa ikan untuk lauk saja. Karena hasilnya untuk melunasi hutang. Jika beruntung, Munir dan kawan-kawanya hanya akan membawa pulang Rp100.000-Rp200.000 ribu.menarik dibaca : Foto : Merekam Kehidupan di Pelelangan Ikan Lamongan Minim FasilitasSumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Kabupaten Lamongan dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (biodiversity) paling tinggi. Di wilayah perairan laut Lamongan terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi. Diantaranya yaitu tuna, kerapu, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi dan rajungan. Namun, sayangnya potensi lautan yang sangat luas ini belum dimaksimalkan sebaik mungkin. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2019-005-17.json | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan | Muh. Subhan, salah satu pengepul ikan mengatakan pada saat musimnya, ikan yang keluar dari TPI ini bisa sampai ratusan ton. Subhan sendiri mengaku pernah mengirim ikan ke pabrik maupun pasar sedikitnya yaitu 10 ton. Untuk pasarnya antara lain yaitu Surabaya, Banyuwangi, dan Jakarta. “Kalau musimnya begini, fasilitas pelelangan ikan bisa sampai penuh sesak,” ujarnya. Untuk itu dia berharap tempat pelelangan ikan ini supaya lebih diperbesar lagi.Selain itu, pabrik es juga ditambah. Karena jika musim ikan melimpah seperti sekarang selama ini yang sering menjadi kendala adalah kekurangan es batu. Ikan tongkol ini termasuk ikan yang karakternya cepat basi. Kekuatan ikan ini tanpa es hanya mampu bertahan 3-4 jam. Lebih dari itu ikan bisa basi. Hal itu juga akan berpengaruh ke harga ikan, jika kondisinya kurang segar harga ikan bisa turun 50 persen.Sementara itu, sumber Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan menyebutkan, Produksi Perikanan Sektor Laut pada 2015 di Pelabuhan Pelelangan Ikan di Kranji sejumlah 2.609,8 ton. Adapun untuk data Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan, produksi ikan tongkol sejumlah 1,865.4 ton. [SEP] | [0.25, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2013-046-05.json | Bayi Orangutan Diselamatkan dari Kebun Sawit di Ketapang | Bayi Orangutan Diselamatkan dari Kebun Sawit di Ketapang | [CLS] Baru satu setengah hari setelah Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan di Ketapang, diresmikan, Yayasan IAR Indonesia (YIARI) kedatangan penghuni baru. Ia bayi orangutan yang baru diselamatkan di sekitar perkebunan sawit, PT Kayong Agro Lestari, oleh warga Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Ketapang.Berdasarkan informasi dari warga, tim gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar) dan YIARI turun menyelamatkan bayi ini pada Jumat(16/2/13) pagi. Bayi orangutan ini langsung dibawa ke fasilitas YIARI guna mendapatkan perawatan medis. Menurut tim medis, bayi orangutan yang diberi nama Tribun dan berusia sekitar 1,5 tahun ini dalam kondisi sehat meskipun terlihat kurus dan perut kembung. Ia diberi nama Tribun, sesuai nama media di Kalbar, Tribun Pontianak, yang wartawan mereka ikut tim penyelamatan.Rondang Siregar, dokter spesialis reintroduksi orangutan dan penasehat ahli YIARI ini mengatakan, perilaku Tribun tak liar. “Ia tak terlihat takut pada orang ataupun tampak habis dikurung dalam waktu lama,” katanya dalam rilis, Senin(18/2/13). Jadi, diduga kuat, orangutan ini dipelihara pekerja kebun. Laporan warga desa juga menyebutkan, melihat bayi orangutan ini dikelilingi para staf PT KAL. Setelah ini, kata Rondang, mereka akan mengobservasi dan tes kesehatan untuk menilai kesehatan Tribun sebelum dilepas ke sekolah hutan dan bergabung dengan bayi-bayi orangutan lain di pusat rehabilitasi ini.Proses di rehabilitasi ini, katanya, tergantung dari kemampuan Tribun meningkatkan kemampuan bertahan di alam liar. Biasa, memerlukan waktu bertahun-tahun. Orangutan, hidup bersama ibu mereka antara usia lima sampai tujuh tahun. “Mereka harus belajar kemampuan bertahan. Karena Tribun tak mempunyai ibu, yang mungkin sudah terbunuh, sebelum dilepasliarkan kami akan mengajarkan bagaimana bertahan di alam liar,” ucap Sondang. | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204] |
2013-046-05.json | Bayi Orangutan Diselamatkan dari Kebun Sawit di Ketapang | Bayi Orangutan Diselamatkan dari Kebun Sawit di Ketapang | Mengenai konsesi kebun PT KAL ini milik PT Austindo Nusantara Jaya (PT ANJ), holding dari Austindo Group, milik keluarga Tahija. PT ANJ merupakan anggota Roundtable for Sustainable Palm Oil (RSPO) sejak 2007. Perkebunan PT KAL berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Palung and Sungai Putri. Ia berada di dekat hutan alam dengan keragaman hayati tinggi terutama hutan gambut dan populasi orangutan.Saat ini, Pusat rehabilitasi YIARI Ketapang sedang menangani 57 orangutan. Selama masih proses rehabilitasi, yayasan berusaha kuat mencari kawasan hutan yang cocok untuk melepasliar orangutan di habitat alam mereka. Sebab, sebagian besar kawasan hutan sudah berubah menjadi kebun-kebun sawit. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.3333333432674408] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | [CLS] April 2013, mungkin menjadi hari penting bagi Aleta Baun. Pada bulan ini, mama Aleta, begitu biasa disapa, menerima penghargaan The Goldman Environmental Prize di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Penghargaan ini diberikan oleh tokoh masyarakat dan dermawan, Richard N. Goldman dan istri, Rhoda H. Goldman untuk mendukung orang-orang yang berjuang mempertahankan lingkungan hidup dari ancaman. Ia juga diberikan kepada figur-figur yang mengilhami orang-orang biasa untuk mengambil tindakan-tindakan luar biasa dalam melindungi alam di dunia ini.Penghargaan ini sangat layak bagi mama Aleta, atas perjuangan mempertahankan lingkungan dari cengraman tambang di Gunung Mutis, Molo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gunung Mutis, memiliki keragaman hayati tinggi. Ia merupakan daerah hulu untuk semua aliran sungai utama Timor Barat, yang memasok air minum dan air irigasi bagi penduduk di pulau itu. Tak hanya itu, masyarakat mencari makanan dan obat-obatan dari hutan, dan menanam hasil bumi di tanah subur itu. Bahkan, pewarna alami tenunan diperoleh dari tumbuh-tumbuhan alam ini. Hubungan spiritual warga dan lingkungan begitu kuat. Tak heran, kala alam hendak diganggu, penolakan muncul. Mama Aleta, tampil menjadi motor penggerak. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Sejak 1996, mama Aleta berjuang. Dia menjadi ‘musuh’ perusahaan maupun pemerintah daerah, saat itu. Nyawa terancam. Mereka menawarkan hadiah pada siapapun yang dapat membunuh Mama Aleta. Bersyukur, dia selamat dari usaha percobaan pembunuhan. Mama Aleta lari menyembunyikan diri di dalam hutan bersama sang bayi. Warga lain yang terus berjuang ditahan dan dipukuli. Namun, mereka tetap gigih berjuang. Mama Aleya tetap mengorganisir ratusan warga desa aksi damai, menduduki tempat-tempat penambangan marmer. Mereka protes sambil menenun. Berkat perjuangan gigih itu, pada 2007, Mama Aleta dan warga berhasil menghentikan perusakan tanah hutan sakral di Gunung Mutis. Perusahaan-perusahaan tambang itupun hengkang.Tambang sudah tak ada. Kini, Mama Aleta bersama berbagai komunitas di seluruh wilayah Timor Barat memetakan hutan adat mereka. Ini untuk melindungi tanah-tanah adat dari jamahan tangan-tangan perusak di masa depan. Mama Aleta juga memimpin berbagai usaha untuk menciptakan berbagai peluang ekonomi baik dengan pertanian ramah lingkungan dan bertenun. Baru saja, pada Maret 2013 ini, kelompok-kelompok tenun ini menemukan ‘resep’ baru warna-warna alami dari beragam tumbuhan.Guna mengetahui kisah perempuan pejuang lingkungan ini, berikut ini wawancara dengan Mama Aleta, pada dua kesempatan, menjelang penerimaan penghargaan dan awal April 2013, di sela-sela acara Meet the Makers di Jakarta. Berikut petikannya.Mongabay Indonesia: Bisa diceritakan bagaimana perjuangan mama Aleta, bersama warga menolak tambang? | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Sejak 1980-an, pemerintah mengeluarkan izin-izin tambang batu marmer di Molo. Warga tidak tahu. Perusahaan masuk hutan, tebang pohon. Bencana datang, tanah longsor, sampai pencemaran air. Perusahaan terus membabat hutan dan memotong batu marmer dari gunung. Ini ancaman bagi kami, karena dari sana kami hidup. Kami hidup dari alam. Mulai 1999, sejumlah kecil perempuan dan saya memutuskan kami harus bertindak untuk menghentikan penambangan. Kami merasa satu-satunya cara dengan pergi dari satu rumah ke rumah lain. Dari satu desa ke desa lain dan menjangkau sebanyak mungkin orang untuk menyampaikan pesan kami. Rumah-rumah dan desa-desa terletak berjauhan. Kadang kami harus berjalan enam jam untuk mencapai desa satu ke desa lain. Kami meyakinkan orang-orang untuk bergabung. Kami ingatkan mereka akan keyakinan kami tidak akan dapat hidup tanpa semua unsur-unsur dari alam. Kami juga menekankan pada para perempuan bahwa hutan menganugerahi kami dengan zat-zat pewarna tenun. Ini bagian penting dalam hidup kami.Perjuangan berat. Kami menghadapi intimidasi dengan kekerasan. Namun, gerakan terus jalan sampai ratusan warga desa ikut. Sampailah pada aksi pendudukan sambil menenun sekitar 150 perempuan. Ini sekitar satu tahun di lokasi penambangan marmer. Perempuan punya alat-alat tenun, kapas dan pewarna dari alam. Kami pun protes dengan menenun pakaian tradisional. Hutan kami tak boleh rusak. Kalau rusak, perempuan tak bisa beraktivitas. Itu tempat kami cari makanan, bikin pewarna benang sampai obat-obatan. Jadi harus kami pertahankan.Mongabay Indonesia: Kapan perjuangan mulai menampakkan titik terang dan perusahaan hengkang? | [0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Saat protes sambil menenun, warga pun makin banyak yang ikut mendukung. Kami terus berjuang, meminta pada pemerintah agar cabut izin. Meminta perusahaan tak rusak hutan kami. Pada 2007, mulai ada hasil. Aksi-aksi warga mulai jadi perhatian pemerintah. Memang perjuangan panjang. Pada 2010, karena menghadapi tekanan perusahaan pertambangan berhenti. Ada empat pertambangan di Molo, semua berhenti.Mongabay Indonesia: Apakah izin-izin perusahaan itu dicabut pemerintah?Mama Aleta: Saya tidak tahu pasti. Karena pemerintah kacau, sama saja dengan perusahaan, jadi saya tidak tahu, apakah itu izin dicabut atau tidak. Tetapi kami tahu, tambang itu tidak ada operasi lagi karena kami terus menolak.Mongabay Indonesia: Saat para perempuan menduduki kawasan tambang sambil menenun, bagaimana peranan pria Molo mendukung gerakan ini?Mama Aleta: Dalam kebudayaan Molo, kaum perempuan diharapkan menjadi ibu rumah tangga dan merawat keluarga. Namun saat kami protes, kaum perempuan sadar mereka dapat melakukan lebih banyak. Kaum perempuan juga pemilik tanah yang sah dalam kebudayaan Molo. Hak ini kami bangkitkan kembali bagi kaum perempuan yang saat itu belum aktif mengungkapkan pendapat guna melindungi tanah mereka. Suku adat Molo yakin, amatlah penting bagi kaum perempuan berada di garis depan protes dan berperan sebagai juru perunding. Kamilah yang memanfaatkan hutan untuk bertahan hidup. Kaum pria mendukung kami, namun tidak menempatkan diri di garis depan karena kemungkinan besar mereka akan terlibat dalam perkelahian atau konflik dengan perusahaan-perusahaan pertambangan dan menjadi target serangan-serangan. Jadi, saat perempuan aksi, para pria yang berperan di rumah tangga, dari memasak sampai menjaga anak-anak.Mongabay Indonesia: Sekarang tambang sudah pergi, perempuan terus mengembangkan tenun sebagai warisan budaya dan sumber ekonomi. Bagaimana perkembangan kegiatan menenun saat ini? | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0] |
2013-038-10.json | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Berjuang Mempertahankan Lingkungan, Melawan Tambang dengan Menenun | Mama Aleta: Saat ini makin banyak perempuan yang ikut menenun. Namun, sempat ada ketergantungan dengan benang-benang kota, benang-benang produksi dari perusahaan besar. Jadi, penenun tergantung dari perusahaan.Mongabay Indonesia: Bagaimana menyikapi ketergantungan dari benang ‘kota’ ini?Mama Aleta: Saya terus yakinkan semua sudah ada disediakan, dari benang sampai warna dari alam di daerah kami. Lalu, mulailah kami membuat benang dari kapas. Kami juga berusaha membuat warna-warna alami. Sebelumnya sudah ada warna-warna warisan orang-orang tua kami, tapi kami terus mencari temuan-temuan warna lain. Mulai Maret tahun ini kami bikin tenunan dari benang buatan sendiri dan warna-warna alam.Mongabay Indonesia: Bisa diceritakan penemuan warna-warna alami hasil uji coba itu?Mama Aleta: Sebenarnya ini eksperimen sejak lama, tapi mulai digerakkan kembali awal tahun ini. Cukup stres juga coba-coba cari warna yang pas, dengan tanaman apa saja, dan komposisi bagaimana. Sekitar tiga minggu kami coba-coba. Akhirnya, Maret 2013 ini kami bisa temukan. Ini ada coklat tua dari tanaman matani, coklat dari angkai, daun kesum untuk warna orange. Kiss kase untuk pink, hijau dari daun suji dan kacang hutan. Lalu, merah dari kulit pohon nila.Mongabay Indonesia: Setelah perjuangan panjang ini, apa harapan Mama Aleta?Mama Aleta: Harapan saya, para perempuan kembali pada pengetahuan lokal yang dimiliki dan mencintai lingkungan. Kepada pemerintah, saya berharap agar mampu mengembangkan produk-produk tradisional rakyat yang tak menghancurkan lingkungan dan alam. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0] |
2021-067-17.json | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | [CLS] Suara kambing mengembik terdengar di kandang koloni di Desa Gisting Atas, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Kambing ini merupakan jenis Saburai, rumpun lokal asal Lampung.Saburai merupakan hasil persilangan antara Kambing Boer jantan dengan Peranakan Etawa [PE] betina. Umumnya, Saburai berwarna putih dengan perpaduan coklat. Sang jantan memiliki tanduk melingkar bulat ke belakang. Untuk telinga, baik jantan maupun betina, bentuknya panjang menjuntai ke bawah.Di kelompok Mutiara Tani, kandang koloni itu berukuran 12×6 meter. Dibangun membentuk panggung dengan lantai bercelah, agar kotoran langsung jatuh ke tanah. Di tengah kandang, terdapat jarak satu meter sebagai jalan peternak memberi pakan.Baca: Kopi Agroforestri, Cara Merawat Hutan Lampung Barat Ketua kelompok Mutiara Tani, Semin [55] terlihat memberi pakan kambing-kambingnya berupa rumput odot dan kaliandra merah. Ada juga sisa hasil pertanian seperti daun dan batang singkong, serta daun ubi jalar.Semin biasa memberi pakan dua kali sehari, pagi dan sore. Pakan yang ia bawa sepulang dari kebun.“Pagi biasanya jam enam, sementara sore sekitar habis asar,” kata dia di kediamannya, Jumat [15/2/2021].Kambing Saburai membuat pendapatan Semin dan masyarakat Gisting Atas meningkat. Hal ini dikarenakan harga jualnya yang lebih mahal dibanding jenis lain. Harga seekor berkisar antara 3-7 juta Rupiah, tergantung grade dan performa kambing.Selain itu, kotorannya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk padat, sementara urine dijadikan pupuk cair. “Warga di sini banyak petani, pupuknya sangat bermanfaat. Jadi sambil kita berternak kita juga bertani. Masyarakat juga mendirikan Koperasi Saburai Mandiri.”Baca: Cinta Mati Herawati pada Kupu-kupu di Taman Gita Persada Hal yang sama dirasakan Supri Edi [42], Ketua Kelompok Ternak Makmur Tani II. Berternak Saburai menjadi sumber penghasilan utama keluarganya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645] |
2021-067-17.json | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | “Boleh dibilang, dari luar Lampung pun melirik kelompok kami. Tahun 2017, ada warga Sawahlunto, Sumatera Barat, pernah ke sini pesan bibit Saburai sebanyak 15 ekor. Harga satu ekor Rp7 juta,” kata dia.Sebelumnya, Supri Edi berternak kambing Rambon dan PE. Sebagai perbandingan, harga jualnya paling mahal Rp2 juta.Saburai, menurut dia, memilik peminat cukup banyak. Terutama di daerah Jawa Timur, Sumatera Barat, Jambi, dan Palembang. Namun, ia menyayangkan, khusus pemesan dari Jawa Timur biasanya mereka tidak menggunakan nama Saburai, melainkan Cross Boer.“Saya khawatir, nanti di Jawa Timur banyak disangka Cross Boer,” katanya.Terkait pakan, Supri Edi menyiasatinya dengan membuat program yang ia sebut gemar menanam hijauan [GMH]. Lahan kosong yang ada di sela tanaman hortikultura milik anggota kelompok, ditanami tumbuhan pakan.“Dulu sempat bikin pakan fermentasi, tapi pembeli tidak mau bila kabing diberi pakan itu. Jadi kami cari alternatif dengan program menanam hijauan,” katanya.Sejak berternak Saburai, Kelompok Makmur Tani II kerap mendapatkan penghargaan. Baik tingkat kecamatan, kabupaten, maupun provinsi.Ia juga berharap, pemerintah dapat mendorong kelompok lain untuk mengembangkan Saburai. Agar tetap lestari dan populasinya stabil.“Bibit unggul harus terus dijaga dan dipelihara.”Baca juga: Badak Sumatera: Ikon dan Inspirasi Kreatif Masyarakat Lampung Ditetapkan sebagai rumpun ternak lokalKambing Saburai merupakan rumpun ternak lokal Indonesia yang sudah ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian No. 359/Kpts/PK.040/6/2015 tanggal 8 Juni 2015. Artinya, Saburai yang sebaran asli geografisnya di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pesawaran, Lampung, harus dilindungi dan dilestarikanDr. Kusuma Adhianto, Dosen Peternakan FP Universitas Lampung, mengatakan bahwa latar belakang penetapan tersebut guna melindungi sumber daya genetik ternak di Indonesia. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2021-067-17.json | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | “Banyak sekali kekayaan plasma nutfah di Indonesia, tetapi tidak pernah dicatat sehingga waktu itu gencar isu negara tetangga yang ingin mematenkan. Pemerintah pusat bergerak cepat mengamankan aset nasional ini,” terangnya ditemui di kampus, Selasa [09/2/2021].Kusuma mengungkapkan, sebelum mendapatkan pengakuan, timnya pernah gagal karena kekurangan data. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan semangat timnya. Mereka mencoba lagi dan akhirnya berhasil dua tahun setelahnya.“Tahun 2013 kami coba. Dalam proses penyusunan naskah itu dibutuhkan data yang akurat, dan kami gagal. Pada 2015, kami siapkan lagi informasi lebih lengkap dan akhirnya pemerintah pusat melalui Dirjen Peternakan setuju menetapkan Saburai sebagai kekayaan genetik lokal,” ungkapnya. Berdasarkan hasil riset, Saburai memiliki kekhasan dan keunggulan baik dari sisi produksi maupun reproduksi. Selain riset penelitian, Kusuma dan tim kerap melakukan pengabdian dan pendampingan dengan berbagai stakeholder. Tujuannya, berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi.“Kalau pengabdian sifatnya lebih ke upaya peningkatan keterampilan dan pengetahuan para peternak. Sehingga, mereka memiliki pengetahuan teknologi komplit terkait budidaya Saburai.”Menurut dia, Saburai memiliki potensi untuk dikembangkan di daerah lain, selain dari asalnya. Namun, khusus di Lampung populasi terbanyak sementara masih di Tanggamus.“Di wilayah lain sudah ada peternak yang mengembangkan, tapi masih individu. Belum dalam bentuk kelompok, karena ini terkait kebijakan pemerintah tentang klasterisasi pengembangan komoditas ternak. Sejauh ini, arah arah pengembangannya masih di Pesawaran, Pringsewu, dan Tanggamus.” Upaya Pemerintah LampungLili Mawarti, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, mengungkapkan bahwa upaya Pemerintah Lampung dalam mempertahankan kelestarian Kambing Saburai adalah dengan menggandeng berbagai pihak, melakukan pembinaan. | [0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2021-067-17.json | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung | “Sementara, penguatan pembibitan ternak Saburai di Tanggamus dulu. Pada 2015-2016, kami menggunakan APBN untuk pengebangan populasinya. Kami juga membina, memantau, dan mengevaluasi kelompok pembibitan dengan menggandeng berbagai pihak, seperti universitas, perbankan, dan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian [BPTP],” jelas Lili di kantornya, Senin [15/2/2021].Menurut dia, Saburai memiliki beberapa keunggulan sehingga masyarakat senang memelihara.“Daya tahan tubuhnya kuat terhadap penyakit. Adaptasi pakannya lebih bagus dibanding kambing lokal lain, dan harga jualnya lebih mahal.” Lili mengungkapkan, langkah pelestarian Saburai yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan tetap melakukan perkawinan silang dan memproduksi semen beku. “Saburai juga kami jaring dari kelompok-kelompok pembibit untuk mempertahankan dan mengantisipasi terjadinya pengiriman besar-besaran ke luar wilayah Lampung.”Selain itu, saburai memiliki kontribusi besar terhadap pemenuhan produksi daging di Lampung.“Harapan kami, Saburai tetap eksis. Jangan sampai hilang dan menyisakan cerita,” paparnya. * Chairul Rahman Arif, Mahasiswa Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Tertarik menulis isu lingkungan, mendapatkan program liputan fellowship tahun 2020 yang diselenggarakan Mongabay Indonesia. [SEP] | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | [CLS] Tahun 2019 menjadi tahun bersejarah bagi Indonesia, khususnya untuk sektor kelautan dan perikanan. Pada tahun tersebut, pergantian kepemimpinan terjadi di tubuh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dari Susi Pudjiastuti kepada Edhy Prabowo. Di tahun tersebut, Indonesia juga menasbihkan dirinya sebagai negara yang fokus pada penerapan keberlanjutan di sektor tersebut.Salah satu yang diupayakan, adalah dengan membuat regulasi di setiap provinsi melalui peraturan daerah rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Perda RZWP3K). Hingga 9 Desember 2019, dari 34 provinsi yang ada, baru 23 provinsi yang sudah mengesahkan dan memberlakukan Perda RZWP3K.baca : Perda RZWP3K, Dinanti untuk Ketertiban Pembangunan di Kawasan PesisirKe-23 provinsi itu, adalah Sumatera Utara (Perda No.4/2019), Sumatera Barat (Perda No.2/2018), Jambi (Perda No.20/2019), Bengkulu (Perda No.5/2019), Lampung (Perda No.1/2018), Jawa Tengah (Perda No.13/2018), Jawa Timur (Perda No.1/2018), dan Jawa Barat (Perda No.5/2019).Kemudian, DI Yogyakarta (Perda No.9/2018), Kalimantan Barat (Perda No.1/2019), Kalimantan Tengah (Perda No.1/2019), Kalimantan Utara (Perda No.4/2018), Kalimantan Selatan (Perda No.13/2018), Gorontalo (Perda No.4/2018), Sulawesi Utara (Perda No.1/2017), dan Sulawesi Tengah (Perda No.10/2017).Lalu, ada juga Provinsi Sulawesi Tenggara (Perda No.9/2018), Sulawesi Barat (Perda No.6/2017), Sulawesi Selatan (Perda No.2/2019), Nusa Tenggara Barat (Perda No.12/2017), Nusa Tenggara Timur (Perda No.4/2017), Maluku (Perda No.1/2018), dan Maluku Utara (Perda No.6/2017).Seluruh data yang dirilis resmi oleh Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP itu, juga menjelaskan tentang alokasi ruang yang ada dalam Perda RZWP3K, yaitu mencakup alur laut, kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, dan kawasan strategis nasional tertentu. Semua peruntukan itu diatur secara resmi oleh Perda tersebut dan berlaku untuk semua. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | baca juga : Bagaimana Membangun Kawasan Pesisir dan Masyarakat Pesisir dengan Bijak? Pengesahan 23 Perda di 23 provinsi tersebut berhasil dilaksanakan selama masa kepemimpinan Susi Pudjiastuti. Dia mendorong setiap provinsi untuk segera memiliki perda tersebut, karena untuk mengatur wilayah laut bisa lebih tertib dan aman.Akan tetapi, Susi tidak bisa memenuhi janjinya untuk mendorong seluruh provinsi menyelesaikan pembuatan perda tersebut hingga akhir masa kepemimpinannya. Padahal, dia berkali-kali selalu mengatakan bahwa perda tersebut harus sudah selesai semua pada 2018 dan paling lambat pada 2019 sekarang.Sekretaris Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Agung Kuswandono mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia terus bekerja keras untuk bisa mendorong seluruh provinsi bisa menyelesaikan pembahasan racangan perda dan mengesahkannya menjadi perda.“Upaya percepatan terus dilakukan, karena Pemerintah ingin penataan yang tertib di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil,” ungkapnya belum lama ini.perlu dibaca : Ruang Hidup Masyarakat Pesisir Dirampas oleh Perda RZWP3K? TerpaduMenurut Agung, Perda RZWP3K penting untuk segera diselesaikan, karena bisa menyelesaikan persoalan peraturan yang banyak tumpang tindih di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Dengan Perda tersebut, peraturan akan bisa disederhanakan menjadi satu dan lebih memudahkan dalam proses penerbitan perizinan untuk segala kegiatan yang ada di kawasan pesisir.Penerapan perizinan secara terpadu, diantaranya adalah imigrasi di Kementerian Hukum dan HAM, karantina di KKP, Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kemudian di bawahnya ada koordinasi dengan pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.“Juga ada dengan kementerian/lembaga terkait lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), makanya itu yang bikin kita ruwet,” sebutnya. | [0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Di sisi lain, upaya untuk mengatur wilayah laut juga terus bersinergi dengan upaya perluasan kawasan konservasi perairan yang juga dilaksanakan di seluruh provinsi. Hingga Desember 2019, luas kawasan konservasi perairan yang berhasil ditetapkan mencapai lebih dari 20 juta hektare.Bagi KKP, luasan tersebut diharapkan akan terus bertambah lagi pada periode kepemimpinan Edhy Prabowo selama lima tahun mendatang. Terlebih, karena Indonesia sudah menasbihkan dirinya kepada dunia sebagai salah satu penjaga laut dunia. Penasbihan itu ditegaskan dua tahun terakhir, melalui gelaran Our Ocean Conference 2018 dan 2019 yang berlangsung di Bali (Indonesia) dan Oslo (Norwegia).baca juga : Peraturan Zonasi Pesisir Hadir untuk Pinggirkan Masyarakat Pesisir Sedangkan Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati mengatakan kehadiran Perda RZWP3K adalah mandat dari Undang-Undang No.1/2014 junto UU No.27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.“Tetapi, dalam kenyataannya, penyusunan Perda tidak melibatkan masyarakat pesisir sebagai tokoh utama. Bahkan, kalau pun ada peran, porsinya sangat tidak memadai,” ucapnya.Minimnya keterlibatan masyarakat pesisir, juga ditegaskan Ketua Harian DPP Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Marthin Hadiwinata. Menurutnya, penyusunan Perda RZWP3K di berbagai provinsi masih belum terbuka dan hanya melibatkan segelintir masyarakat pesisir saja.“Juga, semakin diperkuat lagi, karena tidak ada tahapan konsultasi mulai dari desa/kelurahan yang di dalamnya ada pulau-pulau kecil, kecamatan, hingga kabupaten/kota,” tuturnya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Tak cukup di situ, Marthin mengatakan, saat ini ada Perda RZWP3K yang sudah disahkan dan ternyata masih tumpang tindih dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) di provinsi yang bersangkutan. Kondisi itu cukup menyulitkan, karena kehadiran Perda RZWP3K dimaksudkan untuk memecahkan persoalan di kawasan pesisir, dan bukan sebaliknya.Permasalahan seperti itu, diharapkan bisa dicarikan solusinya di masa kepemimpinan Edhy Prabowo sekarang. Namun, untuk bisa menyelesaikan persoalan yang ada, seperti halnya RZPW3K, maka diperlukan komitmen kuat dari menteri baru tersebut. Mengingat, di awal kepemimpinan, Edhy menghadapi pro dan kontra terkait kebijakan yang diambilnya.menarik dibaca : Nasib Masyarakat Pesisir di Mata Negara KontroversiSalah satu yang menjadi kontroversi itu, tidak lain adalah rencana pengesahan ekspor benih lobster (BL) yang selama kepemimpinan Susi Pudjiastuti dilarang sama sekali. Rencana itu, menuai pro dan kontra, karena dinilai hanya akan melanggengkan eksploitasi BL hingga waktu tak terbatas.Bagi Edhy, ekspor BL harus dibahas karena memang selama lima tahun terakhir penyelundupan masih terus berlangsung melalui berbagai pintu keluar Negara ini. Bahkan, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang diketahui menjadi produsen besar untuk BL, menjadi penyumbang utama untuk aksi penyelundupan tersebut ke negara seperti Vietnam dan Singapura.“Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari benih lobster. Harus dicarikan solusi untuk hal ini. Mengingat, selama ini penyelundupan masih marak dan Negara dirugikan besar,” tegas Edhy di Jakarta awal Desember 2019.Dengan melegalkan benih lobster sebagai komoditas ekspor, Edhy berharap akan ada devisa buat Negara dari sektor perikanan. Harapan tersebut melambung tinggi, karena selama lima tahun terakhir, pemasukan devisa dari sektor perikanan masih sangat lemah.baca : Demi Keberlanjutan di Alam, Benih Lobster Fokus untuk Dibudidayakan | [0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2019-001-11.json | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Catatan Akhir Tahun : Pekerjaan Rumah Mengatur Wilayah Pesisir Indonesia | Program JokowiItu kenapa, saat Presiden melantik Edhy Prabowo sebagai Menteri KP, Jokowi berpesan agar pada periode kepemimpinan Edhy akan ada inovasi dan gebrakan baru untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Terutama, untuk menggenjot eskpor dari sektor tersebut yang masih lemah dibandingkan sektor lain.Tanpa ragu, Joko Widodo meminta Edhy Prabowo untuk fokus pada dua hal, yaitu pengembangan sub sektor perikanan budi daya dan memperbaiki komunikasi dengan masyarakat perikanan. Kedua tugas tersebut diberikan kepada Edhy, karena Presiden paham bahwa selama lima tahun terakhir ada masalah yang belum bisa diselesaikan dari kedua hal itu.Edhy Prabowo sendiri kepada media pada awal Desember 2019 berjanji akan menjalankan apa yang menjadi perintah dari Presiden. Dia akan fokus pada pengembangan perikanan budi daya dan memperbaiki komunikasi dengan masyarakat perikanan dari Sabang sampai Merauke.perlu dibaca : Diminta Presiden Fokuskan Perikanan Budi daya, Begini Tantangan yang Dihadapi Menteri KPPada 2020 mendatang, Edhy menyebut kalau instansi yang dipimpinnya menargetkan bisa mencapai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) perikanan hingga 7,9 persen. Upaya itu diharapkan bisa berjalan beriringan dengan peningkatan produksi perikanan hingga 26,46 juta ton, dan produksi garam nasional hingga 3 juta ton.Kemudian, KKP juga ditargetkan bisa menaikkan nilai ekspor hasil perikanan sampai USD6,17 miliar, konsumsi ikan sampai 56,39 kilogram/kapita/tahun, nilai tukar nelayan (NTN) menjadi 115, dan memperluas kawasan konservasi perairan menjadi 23,40 juta hektare.“Saya akan fokus di kawasan pesisir, laut, dan perairan umum seperti sungai, danau, rawa, dan waduk. Pengembangan untuk perairan umum harus dilakukan, karena tidak semua daerah memiliki laut atau pantai,” jelasnya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125] |
2013-031-11.json | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | [CLS] Sekitar 300 kapal nelayan Batang, Jawa Tengah menyambut kapal legendaris Greenpeace Rainbow Warrior yang melintas di perairan mereka, Rabu pagi, 5 Juni 2013 dan menyerukan tuntutan kepada pemerintah agar rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara di daerah mereka dibatalkan. Mereka juga mengibarkan banner yang bertuliskan “Welcome Rainbow Warrior, Save Our Oceans, Save Our Future” di beberapa kapal besar sementara di kapal lainnya bertuliskan “Tolak PLTU Batubara, Pilih Laut Lestari.”Aksi besar pada Rabu kemarin itu merupakan rangkaian dari protes damai yang dilakukan masyarakat nelayan Batang sejak dua tahun terakhir. Seperti diketahui berdasarkan rencana percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, pemerintah Indonesia telah menyetujui mega proyek pembangunan PLTU yang diklaim terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 2000 megawatt. PLTU ini direncanakan akan dibangun di Kawasan Konservasi Laut Ujungnegoro-Roban, sebuah wilayah yang terkenal dengan terumbu karang dan kaya tangkapan ikan di pantai utara Jawa.“Kami menolak rencana pembangunan listrik PLTU ini di desa kami, karena kami tidak ingin laut kita, sumber makanan dan mata pencaharian kami hilang. Kekayaan laut Batang jelas terancam oleh bahan beracun yang akan menurunkan hasil tangkapan ikan juga ancaman potensial lainnya,” kata Karnyoto, nelayan dari desa Roban.Selain aksi flotilla, para nelayan juga mengadakan ritual budaya “ruwat bumi” untuk bermohon kepada Tuhan agar desa dan tempat mata pencaharian mereka termasuk kawasan perairan dilindungi dan diberikan berkah. Aksi ruwat bumi ini dilakukan dengan mengusung sesajian dari hasil perkebunan dan berjalan sepanjang lima kilometer lalu dibuang ke laut setelah sebelumnya memanjatkan doa. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2013-031-11.json | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Aksi warga itu sendiri disambut oleh kapal Rainbow Warrior dengan mengibarkan banner ukuran besar yang bertuliskan “End the age of coal” di atas kapal. Menurut Arif Fiyanto, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, kehadiran Kapal Rainbow Warrior di Batang dalam rangka aksi solidaritas dengan nelayan lokal yang sumber penghidupannya terancam oleh batubara kotor.Ia menambahkan polusi dan debu batubara mengandung bahan beracun, seperti merkuri, sulfur dioksida dan nitrogen oksida, yang akhirnya akan meracuni laut. PLTU ini berlokasi dekat pantai sehingga akan merusak kehidupan laut ketika mengambil dan membuang air dari laut, yang digunakan untuk mendinginkan fasilitas. Air yang tersedot berisi telur ikan, larva ikan dan kehidupan laut kecil, sedangkan limbah buangan yang panas digunakan untuk memusnahkan makhluk laut yang rentan.Selain itu, dampak jangka panjang dari pembangkit listrik tenaga batubara lebih mengkhawatirkan. Pembakaran batubara untuk bahan bakar merupakan sumber utama terbesar polusi CO2, salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Perubahan iklim dianggap sebagai ancaman yang sangat serius terhadap lautan global.“Kami menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk menghentikan pengembangan industri batubara yang akan membawa lebih banyak bahaya daripada untuk masyarakat Indonesia,” kata Arif Fiyanto.Selain Greenpeace, aksi nelayan batang itu juga didukung langsung oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang yang selama ini memang mendampingi warga. | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2013-031-11.json | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Sambut Rainbow Warrior, Nelayan Batang Teriakkan Penolakan PLTU Batang | Wahyu Nandang Herawan, aktivis LBH Semarang, mengatakan proyek PLTU ini telah gagal memperhitungkan suara rakyat dan masyarakat telah menjadi korban atas nama pembangunan. “Dalam dua tahun terakhir, ribuan nelayan dan petani telah berjuang dan menyuarakan perlawanan mereka terhadap kekuasaan rencana pembangunan PLTU di Batang. PLTU ini akan dibangun di kawasan seluas 700 hektar di atas lahan pertanian produktif, termasuk sawah dan daerah aliran sungai, dan cadangan laut,” katanya.Wahyu menggarisbawahi pengadilan Jawa Tengah telah memutuskan bahwa rencana pembangunan PLTU ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26/2008 tentang RTRWN, Provinsi Jawa Tengah Peraturan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2009-2029, serta Peraturan Batang 07/2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2013 Batang.Sementara itu Jurukampanye Laut Greenpeace Indonesia, Arifsyah Nasution mengatakan bahwa lautan Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati laut yang penting, dan merupakan sumber pangan serta mata pencaharian jutaan orang di negeri ini. “Melindungi lautan kita dari berbagai ancaman harus menjadi prioritas utama pemerintah kita,” tegas Arifsyah.Kapal Greenpeace Rainbow Warrior sendiri melakukan perjalanan selama satu bulan yang mengusung tema “100% Indonesia: bersama melindungi hutan dan lautan kita”, yang merupakan bagian dari tur Ocean Defender Asia Tenggara”. Kapal tiba di Jayapura pada 9 Mei dan akan berakhir di Jakarta pada tanggal 10 Juni. [SEP] | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | [CLS] Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memperingati Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) dan Ulang Tahun AMAN ke 22 tanggal 17 Maret.Selama kurun waktu tersebut, wilayah AMAN Nusa Bunga yang meliputi 9 kabupaten di Pulau Flores dan Lembata terus berjuang mempertahankan eksitensi masyarakat adat.Ketua Pengurus Wilayah AMAN Nusa Bunga, Philipus Kami kepada Mongabay Indonesia, Minggu (21/3/2021) menjelaskan berbagai tantangan dan kerja-kerja komunitasnya.Lipus memaparkan, 17 komunitas adat yang ada di Flores dan Lembata sedang membangun komunikasi dan koordinasi dengan seluruh pemerintah kabupaten terkait percepatan penetapan Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Bupati (Perbub) terkait Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat (PPHMA).“Kabupaten yang sudah menetapkan Perda PPHMA ada dua yakni Kabupaten Ende dan Manggarai Timur di Pulau Flores,” ucapnya.Lipus menjelaskan untuk Kabupaten Manggarai Timur sudah membentuk panitia untuk melakukan validasi dan verifikasi. Sementara Kabupaten Ende, Ende AMAN Nusa Bunga bersama Kabag Hukum Setda Ende sedang membuat Perbup dan SK Bupati untuk panitia validasi dan verifikasi.Untuk Kabupaten Sikka, naskah Perda PPHMA sudah ditulis dan tahun 2019 sudah diserahkan kepada DPRD Sikka dan Bupati Sikka. Pihaknya mendorong agar bisa diagendakan dalam legislasi di dewan.Kabupaten Flores Timur juga sama. Naskah sudah ditulis dan sudah dua kali FGD dengan Pemda. Ia berharap, bulan April 2021 sudah bisa dilakukan uji publik.“Komunikasi dengan DPRD dan mitra LSM di Lembata sudah dilaksanakan dan di bulan April 2021 akan diintensifkan. Sementara kabupaten lainnya sedang dibangun komunikasi terkait pembuatan Perda PPHMA,” paparnya.baca : HKMAN 2021: Masyarakat Adat Masih Terus Berjuang untuk Pengakuan Pengelolaan Hutan | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Konflik antara masyarakat adat dan pemerintah serta perusahaan di wilayah AMAN Nusa Bunga sempat terjadi. Kasus yang sudah selesai, konflik Komunitas adat Golo Lebo, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur dengan perusahaan tambang Manggarai Manise.Juga konflik tanah HGU Nangahale di Kabupaten Sikka antara komunitas adat dan pemerintah. Saat ini sedang proses pendataan pembagian tanah bagi komunitas adat.Lipus menegaskan pemetaan komunitas adat di Flores dan Lembata sedang dilakukan dan pihaknya sedang berjuang mendapatkan SK dari pemerintah daerah untuk disampaikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).“Kami sedang berjuang untuk mendapatkan Surat Keputusan Presiden terkait hutan adat yang bisa dikelola masyarakat adat di wilayah Flores dan Lembata,” terangnya.Dia berharap perjuangan ini direspon baik oleh Pemda guna mengejahwantakan program presiden terkait 12,7 juta hektare hutan adat yang bisa dikelola masyarakat adat terkait skema perhutanan sosial.Ia menyesalkan sosialisasi dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTT kepada masyarakat masih kurang. Terutama terkait hutan lindung,balai taman nasional, taman wisata alam dan cagar budaya.“Ini penting disosialisasikan secara baik oleh DLHK NTT melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang ada di kabupaten-kabupaten,” tegasnya.baca juga : Pelibatan Masyarakat Adat Penting Dalam Kelola Hutan, Kenapa? Terkait hal ini, Kepala UPTD Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Kabupaten Sikka, Benediktus Herry Siswadi kepada Mongabay Indonesia mengakui hutan adat di Kabupaten Sikka belum ada.Menurut Herry, hutan adat belum bisa diajukan karena belum ada Perda terkait masyarakat adat sebagai salah satu syarat pengajuan hutan adat. | [0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Dia mengapresiasi masyarakat adat yang memegang teguh kearifan lokal dalam menjaga hutan. Namun sesalnya, banyak masyarakat adat yang merusak hutan seperti di wilayah Kecamatan Doreng, Waigete dan Talibura.“Yang sementara berpolemik terkait hutan adat ada di wilayah Pogon, Rubit, Aebura di Kecamatan Waigete. Masih ada juga warga dan komunitas adat yang menebang pohon di dalam kawasan hutan lindung,” ucapnya.Herry menyarankan agar komunitas adat mengajukan skema pengelolaan hutan adat tapi tetap diawasi pemerintah dan tidak mengubah fungsi hutan sebelumnya. Sementara HKm merupakan hutan negara yang dikelola masyarakat.“Kalau sebelumnya berupa hutan lindung maka tidak boleh menebang pohon dan lainnya. Sementara hutan produksi, yang boleh dimanfaatkan hanya hutan alam yang tanamannya ditanam sendiri warga,” ucapnya.baca juga : COVID-19 Berdampak pada Petani dan Ketahanan Pangan di NTT. Apa Solusinya? Tambang Pilihan TerakhirKonflik antara masyarakat adat Labo di tiga desa dan tiga kecamatan di Kabupaten Nagekeo dengan pemerintah soal pembangunan Waduk Lambo masih terjadi.Pasalnya komunitas adat Rendu,Lambo dan Ndora tetap menolak lokasi waduk yang direncanakan dibangun di Lowose. Komunitas adat menawarkan lokasi alternatif di Lowopebhu dan Malawaka.“Masyarakat adat tetap bersikeras dengan lokasi yang ditetapkan dan menawarkan lokasi alternatif. Kita harapkan pemerintah pusat meresponnya agar tidak ada persoalan dengan tiga suku besar di daerah tersebut,” tegas Lipus.Soal tambang dan rencana pabrik semen di Manggarai Timur, Lipus katakan AMAN masih menolak tambang di Flores dan Lembata dengan berbagai analisa dan dampak.Dia berucap, belajar dari tambang yang telah ada sebelumnya, usai berhenti beroperasi, perusahaan tidak melakukan reklamasi. Kerusakan lingkungan tidak direhabilitasi oleh pemerintah dan perusahaan. | [0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | “Bicara ekologi Flores tidak hanya tambang di Manggarai. Kita mendorong dikembangkan sektor wisata, perkebunan dan kehutanan, pertanian tanaman pangan, perikanan dan kelautan,” bebernya.Lipus menyebutkan apabila empat sektor ini dikembangkan secara baik maka tambang jadi pilihan terakhir. Ia tegaskan, Flores merupakan pulau rentan bencana sehingga akan didorong untuk menolak tambang.baca juga : AMAN Minta Pengukuran Tanah Adat untuk Waduk Lambo Dihentikan. Kenapa? Tanam PohonAMAN Nusa Bunga terus mendorong agar masyarakat adat mengembangkan lagi kerafian berbasis lingkungan, menjaga keseimbangan lingkungan supaya bisa meminimalisir pemanasan global.Lipus katakan, kayu-kayu lokal yang cukup baik harus dilestarikan termasuk untuk berkaitan langsung dengan nilai budaya seperti kebutuhan pembangunan rumah adat termasuk menjaga mata air.“Kita juga terus menerus mendorong agar pangan lokal tetap dibudidayakan kembali. Hal ini agar tingkat ketergantungan terhadap pupuk kimia berkurang drastis karena akan mencemari tanah,” ucapnya.Menurut Lipus, komunikasi dengan pemerintah daerah terkait identitas budaya penting dijaga dan dilestarikan terus berlangsung. Selain itu pihaknya gencar membangun kesadaran komunitas adat untuk menunjukan identitasnya.Ia jelaskan ada identitas masyarakat adat yang utama yakni teritorial adat, lembaga adat, seremonial adat, peradilan adat dan kalender ritual adat. Selain itu ada tata kelola pertanian dan perkebunan berdasarkan kearifan lokal. Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi dalam pidatonya menyambut HUT AMAN menyebutkan pandemi COVID-19 menegaskan apa yang selama ini diperjuangkan benar dan baik, dimana kehidupan harus terus menjaga ibu bumi dan adil dengan sesama manusia. | [0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294] |
2021-058-12.json | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | Begini Tantangan AMAN Nusa Bunga Terkait Lingkungan, Hutan dan Tanah Ulayat. Seperti Apa? | “Kita menginginkan keselamatan bumi bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Hal ini dapat berlangsung apabila bumi yang kita cintai dikelola secara adil dan berkelanjutan,” tegasnya.Rukka berpesan sistem yang bersifat eksploitatif dan merusak, harus ditinggalkan, diganti dengan sistem gotong-royong yang mengakar pada prinsip-prinsip kearifan lokal dan budaya agraris serta bahari setempat.Ia minta masyarakat adat harus mampu membebaskan pikiran dari keyakinan semu yang ditanamkan oleh kapitalis tentang produksi pangan. Ia meminta agar segera diperbaiki dengan mulai kembali pada produksi pangan yang lebih sehat.Dia harapkan agar resiliensi masyarakat adat terus bertahan, dengan merubah sistem pertanian secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. [SEP] | [0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2023-007-12.json | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | [CLS] Transfer fiskal berbasis ekologi (ecological fiscal transfer/EFT) bisa jadi jawaban dalam mendorong keberlanjutan keanekaragaman hayati (kehati) Indonesia. Sayangnya, masih perlu langkah panjang untuk implementasinya, mengapa?Ocky Karna Rajasa, Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, kehati bisa memberikan manfaat di bidang pangan dan farmasi, perlindungan lingkungan, dan jasa lingkungan.“Pariwisata berkelanjutan, hingga adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” katanya dalam diskusi bertajuk “Mengukur Keanekaragaman Hayati untuk Transfer Fiskal Berbasis Ekologi,” Januari lalu.EFT bukan barang baru di tanah air. Ada tiga skema transfer anggaran berbasis ekologi yaitu transfer anggaran nasional berbasis ekologi (Tane), transfer anggaran provinsi berbasis ekologi (Tape) dan transfer anggaran kabupaten berbasis ekologi (Take).Kebanyakan skema EFT ini masih berfokus pada penanganan perubahan iklim dan pengelolaan sampah. Belum ada indikator keberhasilan yang bisa berbuah transfer anggaran berbasis keberhasilan dalam mengonservasi keanekaragaman hayati.Padahal, memastikan keberlanjutan kehati merupakan hal penting. Dalam paparan Ocky mengatakan, Indonesia kaya kehati. Antara lain, 515 spesies mamalia, 270 spesies amfibi, 1.531 unggas dan merupakan terbesar ke-5 dunia. Ada juga 511 spesies reptil yang merupakan terbesar keempat dunia, 240 spesies tumbuhan langka, 2.827 spesies avertebrata, 121 spesies kupu-kupu. Juga, 480 spesies hard coral meliputi 60% spesies di dunia hingga 1.400 spesies ikan air segar.Untuk ekosistem laut, katanya, terumbu karang di Indonesia mencapai 2,5 juta hektar atau 14% dari keseluruhan ekosistem dunia dan 292.000 hektar rumput laut.“Ekosistem mangrove kita pun mencapai 3,4 juta hektar atau 23% dari dunia,” katanya. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0] |
2023-007-12.json | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Untuk itu, perlu upaya lain supaya kekayaan Indonesia bisa terus berkelanjutan dan memberikan manfaat. EFT bisa jadi satu solusi supaya pemerintah provinsi, kabupaten/kota, sampai desa bisa melindungi kehati mereka masing-masing.Penerapan EFT juga bisa jadi solusi mengatasi tipisnya anggaran pengelolaan kehati di daerah. Namun, Erik Armundito, Koordinator Keanekaragaman Hayati Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut, pendanaan kehati bukan hal populer.“Pemerintah dan swasta akan berhitung dua kali untuk menyalurkan dana ke pengelolaan kehati,” katanya.Tak heran. Kalau alokasi anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) untuk pengelolaan kehati di kementerian atau lembaga minim. APBN 2021, Erik sebut hanya mengalokasikan 0,81% dana untuk pengelolaan kehati.Sementara tren global menunjukkan setidaknya perlu dana US$100 juta per tahun untuk mengelola kehati. Jumlah ini, naik jadi US$800 juta per tahun pasca 2020.“Karena itu perlu mekanisme innovative financing. Salah satunya melalui EFT.” Cari contoh Keberhasilan EFT mendorong perbaikan lingkungan sudah ditemukan di beberapa negara. Jatna Supriatna, Direktur Eksekutif Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) mengatakan, India satu negara progresif dalam implementasi EFT.Bahkan, setiap state di India berlomba menaikkan tutupan hutan supaya kerja keras berbuah aliran fiskal dari pemerintah pusat. “Karena fiskal di sana berbasis hutan.”Tak pelak, India memiliki tutupan hutan tinggi. Hal itu, katanya, juga jadi daya tarik untuk skema carbon offset yang sekarang sedang dilirik sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim.Sayangnya, skema sama tidak diterapkan untuk kehati. Padahal, sudah banyak literatur menyebut kalau implementasi ini bisa jalan.“Biodiversity offset ini challenging, lebih rumit dari karbon. Juga bisa berjalan beriringan dengan transfer fiskal berbasis ekologi,” kata Jatna. Atasi penurunan | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2023-007-12.json | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Harapannya, dengan EFT bisa jadi satu solusi atas penurunan kehati di dunia dan Indonesia. Budi Setiadi Daryono, Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (Kobi) mengatakan, populasi kehati mengalami penurunan sampai 69% selama 1970-2018. Dia merujuk data Living Planet Report 2022 WWF.Dalam laporan disebut juga ada penurunan di Asia Pasifik mencapai 55%. “Kita tahu heart of Southeast Asia adalah Indonesia. Di bidang apapun, baik populasi manusia hingga keanekaragaman hayati. Di sini, terjadi penurunan tajam kehati dan kerusakan itu terjadi di depan mata,” kata Budi.Erik bilang, proyeksi Bappenas 2045 yang menyebut potensi penurunan tutupan hutan dan penyusutan habitat spesies kunci. “Itu jika kita masih menerapkan bussines as usual.”Spesies kunci berpotensi turun itu seperti, orangutan Sumatera 22%, orangutan Borneo dengan tiga subspesies 21%, gajah Sumatera 59%, Gajah Kalimantan 4%, harimau Sumatera 20%, badak Jawa 37%, owa Jawa 54%, anoa 24% sampai babirusa 35%.Dia mengutip data Interngovernmental Science Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) 2019 menyebut, sekitar 1 juta spesies tumbuhan dan hewan hadapi ancaman kepunahan. “Hilangnya kehati bisa mengancam kesehatan manusia dan jasa ekosistem.”Joko Tri Haryanto, analis kebijakan ahli madya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, berharap, EFT bisa jadi solusi membuat kehati jadi income generator daerah. Selama ini, katanya, sektor kehati dan konservasi selalu dipandang sebagai biaya.“Kalau daerah berhasil mengelola keanekaragaman hayati, bisa jadi income generator dan transfer fiskal dari pusat. Yang lain pun bisa berlomba-lomba melindungi kehati di daerah masing-masing.” Kerjasama para pihakUntuk menerapkan EFT berbasis kehati, perlu kerja keras dari berbagai pihak. Joko menyebut, kementerian dan kembaga terkait dan akademisi harus bersinergi mengatasi isu teknis terlebih dahulu. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2023-007-12.json | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | Keanekaragaman Hayati Bisa Masuk Mekanisme Transfer Fiskal Berbasis Ekologi | “Kehati ini banyak dan luas. Kita harus artikan dulu apa itu kehati? Jangan sampai ada beda pandangan,” kata Joko.Secara teknis, katanya, akademisi sudah banyak kajian bahkan bikin biodiversity index. Selanjutnya, membuat indikator keanekaragaman hayati seperti apa yang perlu ditingkatkan buat jadi acuan keberhasilan daerah menerima manfaat EFT.Indikator-indikator ini, katanya, perlu dikaitkan dengan instrumen kebijakan untuk implementasi EFT.“Jadi, teori dan kebijakan itu harus connect. Tidak ada kebijakan yang muncul tiba-tiba tanpa dasar teori yang baik.”Indikator-indikator terkait kehati ini juga perlu disinergikan dengan penanganan perubahan iklim di daerah. Karena, kata Joko, kedua hal ini saling memengaruhi.“Lagipula EFT perubahan iklim sudah settle dan achievment-nya cepat. Jadi kehati ini juga harusnya bisa connect di sini.”Dari sisi pemerintah, setidaknya ada empat hal secara umum harus dimatangkan untuk menerapkan EFT, yakni, komitmen regulasi, kelembagaan, model bisnis, serta insentif dan disinsentif.Selain itu, perlu peta jalan perlindungan dan pengelolaan kehati di tiap daerah guna membuat indikator pencapaian EFT berbasis kehati jadi jelas.“Ini adalah living document, ya. Jadi bisa dikembangkan dan dievaluasi,” kata Joko. ******** [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | [CLS] Jarum jam menunjuk pukul 07.00 wita di pagi hari, Rabu 26 Juni 2013, aparat kepolisian dan TNI sudah tampak menjamur di sepanjang jalan menuju kawasan Tanjung Benoa, sekitar 25 kilometer dari Kota Denpasar, lokasi penanaman mangrove oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama bintang sepakbola dunia Cristiano Ronaldo. Sejak dari persimpangan Siligita, beberapa kilometer dari Tanjung Benoa, polisi sudah melakukan seleksi terhadap kendaraan yang hendak menuju Tanjung Benoa. Hanya kendaraan-kendaraan tertentu yang boleh memasuki kawasan yang dikenal sebagai kawasan water sport tourism denga berbagai tipe hotel dan restorannya. ID card dari Kementerian Kehutanan RI pun ditunjukkan untuk meyakinkan sang polisi.Ketika tiba di Jalan Telaga Waja, lokasi penanaman mangrove, sejumlah aparat sudah bersiaga di mulut jalan sempit itu. Tak ada kendaraan yang boleh masuk. Semua orang yang masuk harus berjalan kaki, beberapa ratus meter, ke arah pantai. Di mulut gang, pemeriksaan ketat juga dilakukan terhadap semua barang bawaan. Hanya mereka dengan ID khusus atau kostum khusus yang diperbolehkan masuk. Tak terkecuali siswa-siswi seolah dasar setempat, mengunakan T-shirt kuning bertuliskan Artha Graha Peduli Foundation. Yayasan Artha Graha Peduli memang penyelenggara kegiatan ini.Puluhan banner bertuliskan “Save Mangrove, Save the Earth, Aksi Penanaman Pohon Mangrove” terbentang di sepanjang jalan Telaga Waja menuju pantai. Rumah-rumah penduduk di sepanjang jalan tampak terkunci rapat-rapat, yang terlihat hanya aparat.Seremoni penanaman mangrove rupanya dilakukan di atas sebuah panggung besar yang dibangun tepat di tepi pantai. Sesuai standar pengamanan kegiatan presiden, setiap orang yang memasuki arena acara harus melewati pemeriksaan ketat dan melintasi pintu X-Ray. | [0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Di dalam arena acara, ratusan kursi telah dipersiapkan. Kami sempat bingung mencari lokasi penanaman. Di salah satu sisi di tempat acara, masih berbentuk panggung, tampak berjejer puluhan pohon bakau dengan sebuah plang hijau di masing-masingnya. Salah satu plang bertuliskan Cristiano Ronaldo, berjejer dengan nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanaman bakau itu berjenis Rhizophora Mucronata, salah satu jenis bakau dengan tingkat pertumbuhan lebih cepat.Ada sekitar 55 pohon yang tertata rapi dengan plang nama sejumlah pejabat pusat dan daerah, termasuk beberapa nama pengusaha tersebut. Semua pohon bakau sudah tertanam rapi di dalam sebuah bronjong dari bambu setinggi sekitar 2 meter, yang di bagian bawahnya disangga dengan tumpukan karung berisi pasir dan lumpur. Bronjong bambu itu pun sudah dialasi karung plastik, mirip seperti pot. Di sisi kanan dari masing-masing pohon, sudah tersedia sekop dan lumpur yang diletakkan dalam wadah boks plastik. Khusus untuk Cristiano Ronaldo dan Presiden SBY, boks plastik diganti dengan gerabah dari tanah liat.Rupanya, Cristiano Ronaldo, Presiden SBY, dan sejumlah pejabat lainnya tidak akan sungguh-sungguh melakukan penanaman bakau. Mereka hanya akan melakukannya secara simbolis dengan menambahkan beberapa sekop lumpur ke dalam bronjong.“Ya, setelah acara, kami akan tanam ulang. Ini simbolis saja, karena airnya sedang pasang. Kalau air pasang, kan tidak mungkin melakukan penanaman,” kata salah seorang staf dari Kementerian Kehutanan.Lumpur yang digunakan dalam bronjong itu pun, dibawa khusus dari Mangrove Information Center di kawasan Suwung Denpasar, sekitar 15 km Dari lokasi acara. “Karena jenis lumpurnya khusus,” staf tersebut menjelaskan. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat sesi penanaman pohon dilakukan di bagian akhir seremoni, Ronaldo tampak agak sedikit kikuk. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai sampai harus mendahului dengan mengambil sekop dan menambahkan lumpur ke dalam bronjong. Sekali sendok, SBY lantas menyiramkan air ke dalam bronjong. Ronaldo kemudian mengikuti cara SBY.Hari itu memang menjadi hari bersejarah bagi Bali, karena Cristiano Ronaldo secara resmi ditetapkan sebagai Duta Forum Peduli Mangrove Bali. Pesepakbola asal Portugal itu mengaku jatuh cinta pada mangrove setelah pada peristiwa tsunami Aceh pada akhir 2004, seorang anak Aceh bernama Martinus ternyata selamat setelah tersangkut pohon mangrove. Yang menjadikannya lebih terkesan, Martinus ketika itu menggunakan kaos sepakbola Ronaldo dan foto-fotonya telah tersebar di jejaring sosial. Martinus, yang kemudian dijadikan anak angkat oleh Ronaldo, tampak hadir dalam acara penanaman bakau di Tanjung Benoa.Kesediaan Ronaldo menjadi Duta Forum Peduli Mangrove Bali ternyata atas pinangan pengusaha Tomy Winata, pemilik berbagai usaha di bawah bendera Artha Graha. Tomy sempat bertemu Ronaldo di Madrid pada Maret lalu. Di sanalah komitmen Ronaldo untuk menjadi duta mangrove Bali dinyatakan.“Beberapa waktu yang lalu, bapak Peter Lim dan bapak Tomy Winata sempat bertemu saya dan memberikan ide untuk menjadi duta untuk hutan bakau. Dan saya langsung tertarik pada saran itu,” kata Ronaldo yang berbicara dengan bahasa portugal.“Sekali lagi saya ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak presiden dan ibu negara. Saya senang sekali datang ke Indonesia. Saya harap peran saya di Bali hari ini dapat memberikan dorongan dalam menyelamatkan hutan bakau,” Ronaldo menambahkan. | [0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Presiden SBY pun menyatakan kebanggaannya. Ia membandingkan Bali dengan Riau yang saat ini tengah dilanda kabut asap akibat pembakaran hutan. “Ada musibah di Riau. Di samping cuaca panas, kemarau panjang, mudah terbakar, ada juga satu dua tiga orang yang lalai. Sedang kita atasi sekarang. Di Bali, saya senang sekali, justru semangatnya menanam, memelihara, dan menghijaukan. Luar biasa Bali,” kata SBY.Ia menambahkan, “Saya bangga. Saya ingin seluruh Indonesia, semangatnya sama. Merawat dan menjaga hutan kita, membikin lingkungan kita baik, sehat, dan indah. Mari kita berikan contoh. Yang penting memberikan contoh dan menjadi contoh, untuk menjaga kelestarian lingkungan kita, dan hari ini saya mengajak semuanya untuk menanam, mangrove bersama tamu kita, Cristiano Ronaldo dan tamu tamu yang lain.”Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan penyerahan berbagai bantuan oleh menteri terkait. Terdiri atas Menteri Lingkungan Hidup yang menyerahkan alat pencacah sampah kepada perwakilan pengelola Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali, Menteri Kelautan dan Perikanan menyerahkan alat pengolah buah mangrove kepada 5 kelompok perwakilan lembaga peduli mangrove, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyerahkan bibit mangrove kepada 5 kelompok perwakilan lembaga peduli mangrove.Namun even tersebut mendapat kritikan pedas dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali. Walhi menduga ada maksud lain di balik seremoni penanaman pohon dan penunjukan Ronaldo sebagai duta mangrove Bali itu.“Keterlibatan Cristiano Ronaldo sebagai duta mangrove Bali patut diapresiasi. Apalagi dia adalah ikon dunia. Setidaknya itu dapat menarik perhatian berbagai kalangan. Tapi perlu diwaspadai, apa yang sebenarnya ada di balik seremoni itu,” kata Ketua Dewan Daerah Walhi Bali, Wayan ‘Gendo’ Suardana kepada Mongabay Indonesia. | [0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Gendo merujuk pada rencana pembangunan marine tourism oleh sebuah perusahaan dengan melakukan reklamasi besar besaran di kawasan sekitar Pulau Pudut, sebuah pulau kecil tak jauh dari lokasi penanaman pohon. Hasil kajian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana tentang rencana pembangunan tersebut juga telah terpublikasi di sejumlah media lokal, yang menyebut reklamasi akan mencapai luas sekitar 400 sampai 600 hektar. Kesimpulan dari hasil kajian tersebut, bahwa kawasan wisata terpadu yang terdiri dari hotel, rumah sakit, sekolah, reatoran, dermaga marina, dan berbagai fasilitas lainnya itu, bisa diteruskan.Kabar menyebutkan bahwa rencana reklamasi itu sudah beberapa kali disosialisasikan kepada sejumlah pejabat pusat dan daerah. Namun Bupati Badung Anak Agung Ngurah Agung ketika dikonfirmasi kemarin, mengaku belum mengetahui rencana investasi tersebut. “Saya belum tahu itu, jadi belum bisa berkomentar. Kita lihat nanti,” ujar Gde Agung.Gendo mengakui pihaknya tidak bisa secara langsung mengaitkan kedatangan Cristiano Ronaldo dengan rencana investasi dan reklamasi itu. “Tetapi saya menduga ada upaya mengunakan ronaldo sebagai pencitraan oleh mereka yang ingin punya pengembangan wisata di sana. Kita harus mewaspadai. Jangan-jangan ini hanyalah proyek pencitraan, agar investor terkesan peduli mangrove,” Gendo mengingatkan.Kesan pencitraan itu, kata Gendo, jelas terlihat dari konsep penanaman yang sangat seremonial. “Saya justru kasihan dengan Cristiano Ronaldo. Saya yakin kalau dia diajak turun, berbasah-basahan menanam mangrove, pasti dia mau,” ia menyesalkan. | [0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2013-028-12.json | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Saat Cristiano Ronaldo Kikuk Menanam Mangrove di Bali | Gendo juga mengingatkan bahwa kawasan penanamn mangrove merupakan bagian dari 1.373 hektar luas Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai yang statusnya tiba tiba berubah dari blok perlindungan menjadi blok pemanfaatan di akhir tahun 2012 lalu. Perubahan itu diduga terkait dengan rencana pengembangan wisata terpadu baru itu. “Apakah Cristiano Ronaldo menyadari bahwa dia hanya dipakai alat saja untuk pencitraan? Saya kasihan pada Ronaldo,” Gendo mempertanyakan. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2014-061-19.json | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | [CLS] Saat bencana tiba, seperti erupsi Gunung Sinabung dan Kelud, penanganan pemerintah hanya fokus kepada penyelamatan manusia sedang satwa terabaikan. Kalangan organisasi satwapun mendesak pemerintah memperhatikan penanganan penyelamatan bagi satwa.Daniek Hendarto, Koordinator Program Konservasi Ex Situ dari Centre for Orangutan Protection (COP), menyebutkan, kematian satwa akibat bencana hal wajar, dan bagian seleksi alam. Namun, menjadi catatan penting ketika bencana terjadi, upaya penanganan satwa tak maksimal.Diapun mendesak, penyelamatan satwa menjadi prioritas dan perhatian pemerintah. Di Indonesia, katanya, penanggulangan bencana masih terbatas manusia, satwa terlupakan. “Inilah salah satu faktor mengapa banyak satwa mati,” katanya awal Februari lalu.Daniek mendesak, tidak ada perbedaan perlakuan antara manusia dan satwa. “Mereka makhluk hidup wajib dilindungi dan diperhatikan, tanpa pilih kasih atau pandang bulu.”Beberapa waktu lalu COP bersama sejumlah organisasi pecinta satwa datang ke Kabupaten Karo, untuk memberikan makanan kepada hewan. Hewan seperti anjing, kucing serta lain-lain, dikumpulkan dan diberi makan. “Itu dilakukan terus menerus agar tidak mati kelaparan. Diharapkan pihak terkait melakukan sama.”Sayangnya, saat ini penanganan satwa domestik maupun liar belum mendapat prioritas kala bencana. Hal ini dilihat dari penanganan satwa terdampak banyak terlantar.Untuk satwa liar, BKSDA memiliki respon baik dengan menindaklanjuti setiap laporan, dan patroli, termasuk bersama tim COP. Namun sosialiasi gencar, perlu dilakukan di setiap kelompok masyarakat di area rawan bencana. Sebab, di titik lokasi inilah, pertemuan satwa liar dengan penduduk banyak terjadi. “Kita berharap, belajar dari pengalaman setiap bencana, sudah saatnya pemerintah menerapkan standar penanganan bencana tidak bagi manusia tetapi satwa juga, ” katanya.Satwa di Sinabung | [0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.4000000059604645, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-061-19.json | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Iir Pinem, warga Desa Kuta Gugung, Kabanjahe, Kabupaten Karo mengatakan, dalam 30 hari, Januari hingga 10 Februari 2014, mereka menemukan dua kucing hutan mati di sekitar kebun warga. Selama ini, kucing-kucing hutan itu jarang terlihat di desa, kecuali kebetulan kala berburu mangsa di perkebunan jagung, atau jeruk warga.“Yang kedua ini kasihan matinya. Mulut menganga, dan jari-jari berlipat kedalam. Waktu kulihat sempat masih hidup. Saya ke rumah mau ambil minyak karo, mungkin kalau diolesi perutnya bisa sembuh. Waktu balik lagi, udah mati, ” kata Pinem, dengan logat Karo, kental.Edi Saragih, menambahkan, sepekan sebelumnya juga melihat ular, rusa juga mati. Semua hewan-hewan ini penghuni hutan di Sinabung.Sedangkan Haryono Putra Perangin-angin, warga Desa Sukameriah, mengatakan, dalam kurun dua bulan terakhir, tiga anjing di desa mereka mati. Penyebabnya, terkena debu panas Sinabung. Hewan-hewan ini juga mati kelaparan karena empat bulan terakhir ditinggal mengungsi.Masyarakat desa menemukan hewan-hewan mati seperti anjing, kucing, kambing dan lembu. Sedangkan satwa liar mati kambing hutan Sumatera, kucing hutan, ular piton, rusa, dan monyet.Mereka ditemukan di Desa Mardinding, Desa Perbaji, Desa Selandi, Desa Sukameriah, Desa Guru Kinayan, Desa Gamber, Desa Berastepu, Desa Bekerah, Desa Simacem, Desa Sukanalu, dan Desa Kuta Tonggal. Lalu, Desa Sigarang-garang, Desa Kuta Rakyat, Desa Kuta Gugung, Desa Kuta Teng | [0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-061-19.json | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Pemerintah Diminta Perhatikan Penanganan Satwa Kala Bencana | Beberapa waktu lalu, juga menemukan jejak beruang yang bukan menjauh dari Sinabung, malah mendekat. Tim patroli di posko Kabanjahe menelusuri jejak itu. Namun, masuk zona berbahaya, hingga penelusuran dihentikan.Saat ini, di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) termasuk hutan Sinabung, terdapat kucing besar seperti kucing emas, macan dahar, dan beruang. Satwa-satwa ini masih memungkinkan di hutan Sinabung. “Kalau di hutan Sinabung, ada kucing besar. Harimau tidak mungkin ditemukan. Kalau TNGL dan Aceh, harimau masih ada.”Dia menyebutkan, perlu kerjasama berbagai pihak untuk menyelamatkan satwa liar di Sinabung. Artinya, jika menemukan satwa liar apalagi dilindungi, tak membunuh atau dimakan. Alangkah mulia, jika menyelamatkan, melindungi, dan menyerahkan ke BBSDA untuk dilepasliarkan. “Jadi ini utama menyelamatkan satwa terdampak erupsi. Bukan malah dibunuh atau dipotong, semua harus melindungi,” ujar dia. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2016-013-10.json | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | [CLS] Menjadi negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, tak lantas menjadikan Indonesia berjaya di industri perikanan dan kelautan. Kondisi tersebut, tak hanya terjadi di sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya, namun juga pada industri pengolahan produk kelautan dan perikanan.Salah satu yang hingga kini masih belum berkembang dengan baik, adalah industri ikan hias yang mencakup ikan hias air tawar dan air laut.Keberadaan industri ikan hias, masih berjalan di tempat, karena terkendala oleh berbagai faktor mencakup regulasi dan infrastruktur.Hal tersebut diakui Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Zulficar Mochtar. Menurutnya, jika industri ikan hias ingin berkembang dan maju melebihi negara lain, maka perlu rencana aksi nasional (RAN) pengembangan ikan hias.“Ini penting, karena ikan hias potensinya sangat besar di Indonesia. Harus dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan ekonomi rakyat,” ucap dia di Depok, Jawa Barat, Senin (14/11/2016).Dengan menyusun RAN, Zulficar meyakini, Indonesia bisa menjadi negara sukses dalam industri ikan hias pada 2019 mendatang. Dengan RAN, dia yakin pada 2019 nanti Indonesia bisa mengungguli negara lain yang selama ini mendominasi perdagangan ikan hias di dunia.“Saat ini, Indonesia masih di bawah Singapura untuk perdagangan ikan hias. Padahal, kita tahu sendiri, sumber daya ikan hias negara tersebut masih di bawah Indonesia. Jadi, harus dicari tahu apa yang menyebabkan Indonesia masih di bawah Singapura,” ungkap dia.Adapun, berkaitan dengan kendala yang disebut sebelumnya, Zulficar mengatakan, Indonesia harus mempelajari dengan benar dan tuntas tentang perdagangan ikan hias internasional. Dengan mempelajarinya, maka seharusnya Indonesia bisa mengetahui apa dan berapa banyak yang dibutuhkan negara lain untuk kebutuhan ikan hias. | [0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125] |
2016-013-10.json | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | “Selain itu, Indonesia harus tahu dan paham tentang ikan hias yang paling dibutuhkan dan dicari oleh negara lain dan dimana lokasi spesifik. Dengan demikian, seluruh informasi yang diperlukan sudah ada,” sebut dia.Selain perdagangan, Zulficar mengungkapkan, untuk bisa mewujudkan Indonesia sebagai negara produsen ikan hiasa nomor satu di dunia pada 2019, diperlukan adanya review atas regulasi yang berlaku di Indonesia saat ini. Jika memang regulasi yang sekarang ada dinilai menghambat, maka sebaiknya ada penciutan biar lebih efisien.Yang dimaksud dengan review regulasi, menurut Zulficar, karena saat ini ada sekitar 26 aturan yang harus dijalankan oleh para pelaku bisnis ikan hias. Aturan tersebut, mencakup untuk perdagangan di dalam dan luar negeri (ekspor).“Kendala berikutnya yang harus segera diperbaiki, adalah tentang strategi, Untuk itu, harus ada rencana aksi, roadmap, business plan. Jika tidak, maka itu sama saja dengan bicara wacana saja,” jelas dia.Potensi IndonesiaSebagai negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa dan masuk dalam kelompok terumbu karang dunia, Indonesia diuntungkan karena banyak spesies ikan hias ada di Indonesia. Berdasarkan data Balitbang KP, dari 32.400 spesies ikan hias di dunia, sebanyak 4.552 spesies itu ada di Indonesia.Dengan kekayaan spesies tersebut, Indonesia harusnya bisa menjadi produsen ikan hias unggulan di dunia. Namun, pada kenyataannya, nilai ekspor ikan hias Indonesia masih kecil dan jauh di bawah Singapura.Sebagai gambaran, pada 2016 nilai ekspor ikan hias Indonesia mencapai USD15,82 juta. Sementara, Singapura pada 2014, nilai ekspornya sudah mencapai angka USD51,7 juta.Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Hari Eko Irianto membenarkan bahwa potensi ikan hias di Indonesia sangatlah besar. Namun, potensi tersebut belum bisa dimaksimalkan karena hingga saat ini masih terkendala dengan data yang ada. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2016-013-10.json | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sejauh ini, kata Hari, data ikan hias yang ada di Indonesia masih berbeda-beda antara pengusaha dengan pemerintah. Padahal, dengan adanya kesatuan data, maka permasalahan ikan hias bisa dipetakan dengan jelas dan bisa dicari solusi terbaiknya.“Makanya, dengan adanya rencana aksi, diharapkan semua masalah bisa dipetakan dan bisa dipecahkan persoalannya,” jelas dia.Dengan adanya kesatuan data, Hari optimis, Indonesia bisa menentukan langkah apa yang terbaik untuk bisa menjadi produsen terbaik dan terbesar di dunia. Termasuk, bagaimana menetapkan spesies ikan hias yang jadi andalan untuk diekspor.Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (Balitbangdias) Idil Ardi dalam kesempatan sama menjelaskan, besarnya potensi ikan hias yang ada sekarang memang sudah seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk kebaikan ekonomi Indonesia.“Namun pada kenyataannya, hingga sekarang itu sulit dilakukan. Indonesia masih ada di bawah Singapura,” tegas dia.Saat ini, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sudah menetapkan target produksi ikan hias pada 2017 sebanyak 1,19 miliar ekor. Target tersebut, kata dia, harus bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menuju Indonesia sebagai produsen ikan hias nomor satu di dunia pada 2019.“Untuk produksi pada 2016 ini, ikan hias sudah mencapai 1,3 miliar ekor. Jumlahnya sudah banyak,” tutur dia. Hentikan Ekspor ke Negara TransitSementara itu menurut Suhana dari Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI), jika Indonesia ingin menjadi nomor satu pada 2019, maka dari sekarang harus ada pemilihan negara tujuan dan transit dengan benar. Karena, jika salah memilih, maka Indonesia akan tetap sama walau sudah dibuat RAN.Yang dimaksud dengan negara tujuan, kata Suhana, adalah negara yang menjadi tujuan akhir ekspor dan menjadi negara penyerap ikan hias dari Indonesia. Saat in, negara-negara tersebut didominasi oleh Eropa dan Amerika Serikat. | [0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2016-013-10.json | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sudah Tahu Permasalahan yang Hambat Perkembangan Ikan Hias di Indonesia? | Sementara, kata Suhana, untuk negara transit, hingga saat ini ada dua yaitu Singapura dan Tiongkok. Disebut negara transit, karena dua negara tersebut tidak menyerap langsung ikan hias dari Indonesia untuk kebutuhan industrinya. Melainkan, ikan hias dari Indonesia tersebut kembali diekspor ke negara lain.“Itu kenapa, Singapura yang potensinya tidak sebesar Indonesia, namun berstatus negara eksportir nomor satu di dunia. Karena, memang Indonesiaa masih menjadikan Singapura sebagai transit,” papar dia.Untuk memecahkan persoalan tersebut, Suhana menyebut, harus ada itikad dari semua pihak, termasuk Pemerintah untuk membuka penerbangan langsung ke negara tujuan. Karena, selama ini, kendala utamanya adalah banyaknya rute penerbangan yang belum tersedia untuk keperluan ekspor.“Akhirnya lewat Singapura dan Tiongkok lagi. Selain rute, kehadiran maskapai penerbangan juga sangat penting. Harus banyak maskapai yang ikut terlibat. Jangan hanya satu maskapai saja seperti sekarang,” pungkas dia. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | [CLS] ***Seekor paus sperma dengan panjang sekitar 8 meter terdampar di pesisir laut Mataha, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kabar kematian paus tersebut hampir tidak diketahui masyarakat, lantaran jarak Pulau Mataha dengan pusat Kota Berau sangat jauh.Paus terdampar itu diketahui pertama kali oleh petugas penjaga laut (ranger) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemkab Berau, pada Senin (10/12/2018) lalu dalam kondisi mati penuh luka (kode 3-4). Tidak ada pemeriksaan khusus pada bangkai mamalia besar itu, sebab kembali hanyut oleh air pasang beberapa hari setelah ditemukan.Wakil Ketua Satgas Kawasan Konservasi Berau, Yunda Zuliarsih menjelaskan kabar terdamparnya paus itu sudah dilaporkan sejak bulan lalu. Namun pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada para ranger agar menangani bangkai tersebut. “Iya benar, ada bangkai paus yang terdampar pada Bulan Desember 2018. Yang menemukan pertama kali adalah ranger Pulau Mataha dan Bilang-bilangan. Mereka itu sebenarnya adalah penjaga telur penyu, tidak sengaja menemukan paus yang terdampar,” jelasnya kepada Mongabay-Indonesia pada Selasa (15/1/2019).baca : Ditemukan 5,9 Kg Sampah Dalam Perut Paus Sperma di Wakatobi. Kok Bisa? Karena tidak dinekropsi, Yunda mengatakan pihaknya tidak tahu penyebab luka-luka dan kematian paus tersebut. Para ranger sendiri kesulitan untuk menangani paus tersebut karena mereka hanya petugas pengawas penyu dengan alat-alat sederhana. Lokasi pulau tersebut juga jauh dan sulit dijangkau, sehingga DKP Pemkab Berau menyerahkan penanganannya kepada ranger yang menemukan. Akhirnya diputuskan untuk menenggelamkan bangkai tersebut.“Diperkirakan bangkai tersebut sudah mati selama berhari-hari. Jadi diputuskan untuk ditenggelamkan saja, karena tidak mungkin dibawa ke darat,” jelasnya. | [0.25, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.25] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Yunda mengatakan perairan di selatan Pulau Mataha sering ditemukan mamalia besar terdampar. Pulau Mataha merupakan pulau yang tidak berpenghuni, dan lokasinya jauh dari Kota Berau. Pulau tersebut merupakan pulau persinggahan penyu-penyu di laut Berau Selatan untuk bertelur, sehingga pulau Mataha terkenal dengan sebutan “Pulau Telur”.Pulau Mataha yang masuk wilayah Kepulauan Derawan, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Berau merupakan tempat pendaratan Penyu Hijau (Chelonia mydas) terbesar ke-8 di dunia dan penghasil 60% telur penyu dari seluruh perairan Kabupaten Berau.baca juga : Paus Sperma Dihalau ke Laut Setelah Ditunggangi Banyak Orang Bukan Kasus Kali PertamaTerdamparnya paus di perairan selatan Kabupaten Berau,bukan kejadian yang pertama.Berdasarkan catatanYunda, pada Mei 2018 silam, seekor Paus Pilot juga terdampar di Pantai harapan, Laut Selatan Berau, Kecamatan Biduk-biduk. Sedangkan di Bulan November 2018, seekor paus tanpa sirip ditemukan terdampar dan mati di Pantai Maratua, laut Berau bagian Utara.Berbeda dengan kasus sebelumnya, terdamparnya mamalia ini kuat dugaan karena siripnya yang sengaja dipotong oleh manusia. Namun Dinas Perikanan tidak bisa memastikan kejadian itu, karena kondisi bangkai sudah membusuk.“Kabupetan Berau dikelilingi oleh banyak pulau dan didiami biota laut yang bermacam-macam. Mulai dari penyu, mamalia besar hingga ikan-ikan yang dikonsumsi. Sehingga memang selama ini, masyarakat Berau tidak kaget lagi jika menemukan adanya mamalia besar yang terdampar. Namun yang menjadi soal adalah penyebab kematiannya,” kata Yunda.Selama ini, menurut dia, kondisi laut Berau adalah laut yang kondusif. Tidak ada keluhan mengenai sampah, limbah dan pendangkalan laut. Konflik dengan manusia dan nelayan pun juga hampir tidak ada laporan, hal itu membuat Yunda yakin jika memang kondisi laut Berau baik dan tidak terindikasi tercemar. | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | “Tidak ada masalah sampah di Berau, limbah-limbah perusahaan juga tidak ada, karena Kabupaten Berau bukan daerah industri. Selama ini yang diributkan bukan masalah limbah dan sampah, konflik dengan manusia juga jarang terjadi. Jadi kalau mau menduga-duga kematian biota laut itu juga tidak bisa,” katanya.baca juga : Paus Sperma Ditemukan Terdampar di Barru, Bagaimana Akhirnya? Yunda menjelaskan, posisi laut Berau Selatan adalah jalur migrasi mamalia laut. Terbukti, tahun-tahun sebelumnya juga pernah ada Dugong dan Teripang Raksasa yang terdampar di Laut Selatan Berau. Kerap terdamparnya biota laut di perairan selatan itu karena kondisi laut merupakan wilayah perairan dalam. Sehingga wilayah laut selatan di Kabupaten Berau sangat memungkinkan menjadi jalur migrasi mamalia laut.“Dibandingkan laut bagian utara, bagian selatan ini memang sering ditemukan mamalia besar yang terdampar. Bahkan ada taripang raksasa yang terdampar, ini membuktikan kalau di daerah tersebut memang merupakan laut dalam. Sehingga, ikan-ikan besar dan mamalia laut menggunakannya sebagai jalur migrasi,” ungkapnya.Yunda menerangkan, kasus mamalia terdampar merupakan satu masalah yang harus ditangani bersama. Namun saat ini, masalah laut Berau sudah sepenuhnya diserahkan pada Pemprov Kaltim, sehingga pihaknya akan menunggu arahan langsung dari Provinsi. Demikian pula masalah RZWP3K yang gencar digalakkan, Yunda menilai itu merupakan satu jalan keluar yang baik untuk penanganan masalah-masalah biota laut.“Kita kan dulu memang punya rencana zonasi laut, tapi sekarang kan sudah diserahkan semua para Provinsi Kaltim. Tapi memang RZWP3K itu tujuannya juga untuk melindungi biota laut. Yah kita akan bekerja sebaik-baiknya, agar laut Berau tetap sehat dan tetap nyaman dihuni biota laut. Terutama ikan-ikan yang dikonsumsi, kita akan terus jaga laut Berau agar pendapatan nelayan terus melimpah,” jelasnya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | baca juga : Ribuan Pakaian Bekas dari Malaysia Kotori Pulau Konservasi Sangalaki Sementara itu, peneliti ikan sekaligus Dekan Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman, Iwan Suyatna, mengatakan Laut Berau termasuk alur ruaya biota mamalia laut, seperti paus, lumba-lumba termasuk hiu dan lainnya. Di dalam RZWP3K pemprov Kaltim, tercatat alurnya dekat dengan Pulau Maratua. “Lautnya memang termasuk dalam (deep sea) sesuai dengan kebutuhan lingkungan hidupnya,” sebutnya.Iwan menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa mamalia laut bisa terdampar ke daratan. Biasanya, karena individual tersebut sedang terserang penyakit atau karena luka berbagai sebab, seperti luka terkena jaring, kapal atau disengaja. Kemudian mamalia tersebut mengalami disorientasi. Jika paus atau lainnya terdampar dalam kondisi suda busuk, artinya bisa jadi mamalia tersebut sudah menderita sakit dan ketika terdampar cepat membusuk.“Disorientasi yang dimaksud adalah tidak tahu arah dan tidak mampu mengendalikan diri. Bisa jadi umurnya sudah tua, sehingga semua kemampuan organ tubuh nenurun, sementara arus laut atau lautan yang dinamis perlu keseimbangan tubuh yang prima,” jelasnya.Menurut Iwan, terdamparnya mamalia laut kadang kala lebih satu atau bergerombol. Terkait dengan ini, satu diantara sifat biota mamalia laut adalah pelagis (berenang di permukaan air) sehingga efeknya jika terjadi iklim ekstrim angin besar, badai atau efek oseanografis arus kuat, maka terdamparnya populasi mamalia sangat dimungkinkan.Selain dua penyebab itu, Iwan juga mencatat biota mamalia laut memiliki nilai ekonomis dari berbagai aspek sebagai makanan, kesehatan, wisata, bahan eksperimen dan lainnya. Sehingga sengaja diburu dan dapat mencederai fisik, sehingga mengganggu kesimbangannya. “Sengaja diburu denga fisik yang cidera juga menjadi satu diantara banyak faktor penyebab terdamparnya mamalia,” pungkasnya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2019-083-02.json | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya? | menarik dibaca : Bentang Laut Sulu Sulawesi, Jantung Segitiga Karang Dunia [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0] |
2013-045-16.json | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | [CLS] Perusahaan berkali-kali membantah tak ada kebijakan mempekerjakan anak. Merekapun meminta Hovek, pembuat video, mengklarifikasi. Ternyata belum usai. Ada lagi warga yang lapor ke Sekda Kalbar tentang pekerja anak di kebun itu. Dia meminta Dinas Tenaga Kerja Provinsi turun lagi ke lapangan karena laporan dari dinas kabupaten menyatakan tak ada pekerja anak.Siang itu, Rabu (20/2/13), di sebuah warung kopi di pusat bisnis Kota Pontianak, Aditia Insani Taher, Media Relatian Assistant Manager PT Sinar Sawit Andalan (PT SSA), datang bersama dua warga Desa Kemangai, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang. Salah seorang Hovek, perekam video yang memperlihatkan anak-anak tengah bekerja di kebun sawit.Hovek hadir di Pontianak memenuhi panggilan PT SSA. Hovek diminta mengklarifikasi rekaman video yang dia buat. Namun, Hovek tetap menyebut tidak ada rekayasa dalam video itu. “Video itu benar saya yang ambil gambar. Saya tidak pernah merekayasa gambar. Tidak juga pernah menyuruh anak itu membawa polybag lalu saya rekam,” katanya.Kata Hovek, anak dalam video itu, yang bernama Bumbung memang benar mengangkut polybag. Namun, menurut Hovek, setelah menanyakan kembali, anak-anak itu bukan bekerja, hanya main-main. Dari keterangan yang dia peroleh di camp, anak-anak itu ikut orangtua mereka dan sedang bermain di perkebunan.Aditia pun mengatakan, perusahaan tidak pernah memiliki kebijakkan mempekerjakan pekerja anak atau anak di bawah umur sesuai ketentuan peraturan dan UU tenaga kerja yang berlaku.Perusahaan sudah membantah ada pekerja anak. Video yang direkam Hovek pun diklarifikasi, bahwa anak-anak itu hanya bermain. Meskipun benar terekam ada aktivitas angkut mengangkut oleh anak-anak itu.Ternyata, dua hari sebelum itu, Senin(18/2/13), di Pontianak, warga lain lapor kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Pemprov Kalbar) kasus serupa, pekerja anak di PT SSA. | [0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125] |
2013-045-16.json | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Sekretaris Desa Kesange, Rabab, hari itu menghadap Sekretaris Daerah Pemprov Kalbar, M Zeet Hamdy Assovie, di Kantor Gubernur. Sekitar satu jam sejak pukul 09.00, dia bersama Ketua Paguyuban Dayak Uud Danum, Rafael Syamsudin berdialog dengan orang nomor wahid di jajaran PNS di provinsi itu.Hadir pula Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Sintang, Florensius Kaha dan sejumlah staf lain. “Kami mengadu ke Sekda Kalbar soal pekerja anak dan sengketa lahan antara warga dengan PT SSA. Kami juga sudah dapat progress report dari Dinsosnakertrans yang membantah keberadaan pekerja anak di perusahaan itu,” kata Rabab.Rabab tidak yakin dengan hasil verifikasi Dinsosnakertrans Sintang di kawasan PT SSA itu berjalan maksimal. “Bagaimana mungkin fakta itu dibantah. Salah seorang pekerja anak di video itu adalah Bumbung. Dia masih keponakan saya.”Atas dasar itu, dia meminta Sekda Kalbar kembali menurunkan tim ke lokasi untuk mengecek kebenaran progress report yang sudah dibuat Dinsosnakertran Sintang. Pada saat itu juga, M Zeet berjanji menurunkan tim.Rabab juga menyodorkan bukti lain lewat rekaman video di ponselnya terkait pekerja anak di PT SSA. Dalam rekaman video berdurasi tiga menit 48 detik itu, terungkap pengakuan warga Desa Kesange bernama Agus, warga Dusun Dahtah Bungai II.Agus berbicara menggunakan Bahasa Dayak Uud Danum. Dalam video itu, kata Rabab, Agus menceritakan, punya seorang anak masih kelas IV SD dan ikut bekerja di perkebunan sawit milik PT SSA. “Waktu libur anak saya ke perusahaan bekerja. Tapi namanya tak dimasukkan dalam absen. Ada 50 sampai 60 pekerja anak. Mereka ini belum layak kerja, tapi mendengar ada uang mereka mau juga,” kata Rabab menerjemahkan salah satu penggalan kalimat yang dilontarkan Agus. | [0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0] |
2013-045-16.json | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Bukti-bukti inilah yang mendorong Rabab meminta bantuan Sekda Kalbar agar menurunkan tim dari provinsi. “Hari ini juga saya akan kembali ke desa. Supaya saya tahu bagaimana unsur pemerintah melakukan verifikasi sebuah kasus,” ucap Rahab.Sebelumnya, Aditia juga mengirim rilis progress report. Di situ dia menjelaskan ada empat orang dari Dinsosnakertrans Sintang, termasuk kepala dinas, Florensius Kaha, bertolak ke lokasi pada 12 – 13 Februari lalu.Selama dua hari, mereka menemui sejumlah pihak seperti Kepala Desa Kemangai, pemborong pengisian polybag lokasi kerja Desa Kemangai dan Desa Kesange, karyawan pengisian polybag, Manager Plantation dan HRD PT SSA serta seorang anak bernama Bumbung, yang terekam video sedang memikul polybag.Dalam laporan itu, perusahaan dan pemborong pengisian polybag menyatakan tidak pernah memiliki kebijakan mempekerjakan anak-anak. Perusahaan juga tidak pernah meninggalkan utang Rp37 ribu kepada anak maupun karyawan. Kehadiran anak-anak di lokasi kerja semata-mata ikut orangtua mereka lantaran tidak ada yang menjaga di rumah.Kepala Desa Kemangai, Ambuk, mengakui keikutsertaan anak-anak itu ke lokasi kerja orangtua mereka. Dia mengatakan, sejak sosialisasi awal sudah menyampaikan kepada masyarakat anak-anak tidak boleh bekerja di perusahaan.Hatta, pemborong pekerjaan pengisian polybag di Desa Kesange menyebut foto anak yang terekam video itu sedang bermain bersama kawan di lokasi kerja orangtua mereka.Koordinator Divisi Riset dan Kampanye Walhi Kalbar, Hendrikus Adam, mengatakan, perusahaan tentu tak akan pernah mengakui kalau mempekerjakan anak di bawah umur. “Saya sudah baca beritanya, juga sudah tonton videonya. Meski durasi pendek, ada fakta pekerja anak di kebun sawit yang terekam kamera video.” | [0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0] |
2013-045-16.json | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Perusahaan Sawit Bantah Video Pekerja Anak, Ada Warga Lain Lapor Kasus Serupa | Adam menyebutkan, PT SSA sesungguhnya tidak sendiri mengantongi izin di Sintang. Masih ada perusahaan saudaranya, PT Sumber Hasil Prima di Kecamatan Serawai. Keduanya ada di bawah Group PT Agro Harapan Lestari. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0] |
2014-034-15.json | Wow! Singapura Bakal Denda Perusahaan Penyebab Kabut Asap | Wow! Singapura Bakal Denda Perusahaan Penyebab Kabut Asap | Wow! Singapura Bakal Denda Perusahaan Penyebab Kabut Asap | [CLS] Tampaknya, Singapura trauma dengan kabut asap yang menyelimuti negeri mereka tahun lalu dari kebakaran hutan dan gambut di Sumatera, Indonesia. Merekapun berupaya agar kabut asap bisa dicegah. Caranya? Baru-baru ini, parlemen Singapura menyetujui aturan yang bisa menghukum perusahaan, baik domestik maupun asing yang bertanggungjawab sebagai penyebab kabut asap di negara itu.Sebelum berlaku, aturan ini masih perlu ditandatangni Presiden Singapura. Dikutip dari Reuters, bagi penyebab polusi udara di negeri Singa ini karena pembakaran kebun atau hutan oleh perusahaan akan didenda sampai S$100.000 atau sekitar US$80.000. Denda ini bisa mencapai US$2 juta per perusahaan. Tak hanya itu, perusahaan-perusahaan ini juga bisa digugat perdata atas kerusakan yang terjadi.“Parlemen telah menyetujui UU Pencemaran Kabut Lintas Batas” kata Vivian Balakrishnan, Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Singapura dalam postingan di laman Facebook.Aturan ini, katanya, akan menjerat pidana dan perdata bagi perusahaan-perusahaan bandel yang menyebabkan kabut asap dari pembakaran hutan dan lahan gambut.“Kami harus membuat perusahaan bertanggungjawab untuk bahaya yang mereka ciptakan bagi kesehatan dan lingkungan kami.”Data NASA dari website World Resources Institute’s Global Fire Watch, baru-baru ini puluhan kebakaran di Riau, tepat berseberangan dengan Singapura.Singapura telah mendapatkan ‘kiriman’ polusi udara karena kebakaran hutan dan gambut di Sumatera. Banyak dari kebakaran itu terkait dari konsesi sawit, kayu dan bubur kayu dari perusahaan-perusahaan yang dikendalikan dan beroperasi di Singapura.Namun, para ahli mengatakan, hukum ini kemungkinan sulit diterapkan karena juga berlaku bagi perusahaan di luar Singapura.Selain itu, data konsesi di Indonesia kerap tak jelas hingga sulit untuk langsung menyalahkan sebagai penyebab kabut asap. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.09090909361839294, 0.0, 0.0, 0.09090909361839294, 0.0, 0.1818181872367859] |
2014-030-03.json | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | [CLS] Lagi-lagi, lahan adat terancam, tak hanya oleh ekspansi perusahaan juga pemerintah. Kali ini, wilayah adat Janji Mauli Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, akan menjadi perumahan, dan perkantoran swasta maupun BUMD. Pemegang proyek PT Tapanuli Selatan Membangun, BUMD milik Pemerintah Tapsel.Roganda Simanjuntak, ketua BP Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak, kepada Mongabay mengatakan, ada pelanggaran UU oleh Pemerintah Tapsel dengan mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi mengenai hutan adat bukan hutan negara.“Mereka mencaplok dan menguasai hutan adat Janji Mauli, untuk perumahan, dan perkantoran,” katanya Rabu malam (13/8/14) di Medan.AMAN sudah protes tetapi diabaikan. Malah pembangunan dan perusakan hutan adat Janji Mauli terus berlangsung, tanpa memperhatikan dampak negatif bagi alam dan warga. “Kearifan lokal terancam, hutan adat terancam, ekosistem rusak, dan habitat satwa terancam.”Menurut dia, akibat arogansi Pemerintah Tapsel, masyarakat Janji Mauli terancam. Terlebih, dengan rencana pemekaran, yang akan membongkar makam para leluhur. Sebelumnya, beberapa rumah dibongkar paksa dan tanaman masyarakat dirusak tanpa ganti rugi.Sampai saat ini konflik terus terjadi. Masyarakat Janji Mauli tetap bertahan, menolak hutan adat seluas 461 hektar dirusak.AMAN telah membuat surat protes, mendesak Bupati Tapsel, H Syahrul M Pasaribu, menghentikan rencana pembongkaran makam leluhur masyarakat Janji Mauli. Juga menghentikan perampasan tanah adat.“Kami juga mendesak menghentikan intimidasi terhadap masyarakat. Bupati harus mengakui dan melindungi tanah adat melalui Perda atau SK Bupati.”Sementara itu, Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul M Pasaribu, mengatakan, sebelum membangun perkantoran di lokasi baru, telah mengkaji terlebih dahulu, termasuk dengan anggota DPRD dan pemerintah pusat. | [0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-030-03.json | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | Duh! Pemkab Tapsel Caplok Lahan Adat Janji Mauli jadi Perkantoran | Mengenai penolakan warga karena masuk wilayah adat, katanya, Pemkab Tapsel telah sesuai prosedur termasuk meminta pendapat Kementerian Kehutanan.Bahkan, kata Syahrul, pembangunan itu diperkuat surat Menteri Kehutanan Nomor SK.244/Menhut-II/2011. Menhut memberikan izin pelepasan sebagian kawasan hutan produksi Sipirok, untuk pembangunan pertapakan kantor Bupati Tapsel. Ia terletak di Sipirok, Tapsel seluas 271,10 hektar.“Jadi tidak benar kami membangun melanggar aturan dan UU. Semua sudah perencanaan matang, sudah beres dan kita siap bekerja di gedung baru.” [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-027-19.json | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | [CLS] Temuan baru. Denisovan, DNA manusia purba pertama ditemukan Kawasan Wallacea. DNA ini terungkap berkat temuan kerangka tak utuh, di Teras Leang Paningnge, Kawasan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada 2015 di kedalaman 190 cm.Adalah Bèssè, seorang perempuan yang diperkirakan meninggal rentang usia antara 17-18 tahun dengan rangka tertekuk berbaring, orientasi utara-selatan. Pada 2018, kerangka tak utuh itu diangkat dengan penuh kehati-hatian.Setelah melewati proses penelitian, terungkaplah, kalau ini merupakan temuan DNA manusia purba pertama di Kawasan Wallacea, khusus Sulawesi Selatan.“Rasanya penuh semangat. Selama ini, pengangkatan rangka sangat jarang. Apalagi waktu itu kami sudah perkiraan usia 7.000 tahun lalu, karena asosiasi temuan alat batunya,” kata Basran Burhan, arkeolog yang terlibat dalam penelitian ini. Dia kandidat doktor untuk Geoarkeologi di Griffith University Australia.Baginya, temuan rangka di Paningnge seperti mengisi sekrup atau celah masa lalu yang kosong. Ketika ekstrak DNA itu didapat, dan menampilkan beragam genetik, ini membuat Basran makin bergairah. Dalam ekstrak itu ditemukan DNA manusia yang berasosiasi dengan budaya Hoabinian pada penggalian Laos dan Malaysia, yang berkembang pada 40.000-4.000 tahun lalu. Juga terdapat DNA Onge, suku pemburu pengumpul di Kepulauan Andaman, yang ada hingga kini.“Jadi, manusia Paningnge ini berada di tengah. Dia memiliki DNA manusia pra-modern hingga manusia modern,” katanya.Dalam beberapa publikasi Denisovan dianggap sebagai nenek moyang leluhur miterius manusia saat ini. Mereka berkembang di wilayah Siberia–saat ini Rusia –dan menyebar. Kerabat dekatnya dari pohon genetik adalah manusia Neanderthal yang berkembang di wilayah Eropa. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0] |
2021-027-19.json | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | “Jika demikian, maka kemungkinan, percampuran atau pertemuan orang-orang ini berada di Kawasan Wallacea. Jika bicara pola migrasi manusia hingga ke Sahul (Papua dan Australia waktu masih satu daratan), pasti akan melewati Kawasan Wallacea dan Sulawesi jadi salah satu pulau terbesar dalam lingkupnya.” Sejak 1950, ketika para arkeolog intens menelisik keberadaan gua-gua prasejarah dengan ratusan lukisan, tak pernah ditemukan rangka manusia pendukungnya. Rentang usia lukisan di Kawasan Maros-Pangkep yaitu 45.500-18.000 tahun lalu.Periode lukisan dinding inilah yang memunculkan hipotesa bagi para arkolog. Karena babakan periode kebudayaan di Sulawesi Selatan, memunculkan masyarakat Toala–antara 8.500-1.500 tahun lalu, yang hingga saat ini belum ditemukan lukisan.Kemudian, lukisan melompati dari periode Toala lalu muncul kembali pada periode Austronesia pada 4.000 tahun lalu. Ia memiliki tinggalan lukisan antara 1.600-1.400 tahun lalu, dengan ciri lukisan berwarna hitam.Untuk temuan rangka Bèssè yang diketahui sebagai masyarakat Toala, terawetkan sejak 7.300–7.200 tahun lalu ini mulai memberi gambaran kecil. Apakah mungkin nenek moyangnya yang membuat lukisan dinding itu?Mari melihat pelan-pelan temuan DNA di Kawasan Asia Tenggara dengan iklim tropis ini. Sebelum Bèssè, informasi genetik mengenai moyang misterius ini hanya dua kerangka dari Pha Faen di Laos, antara 7.939 – 7.751 tahun lalu. Gua Cha di Malaysia pada 4.400–4.200 tahun lalu. DNA ini diekstraksi dari tulang padat di belakang bagian telinga tengkorak, disebut petrous –tulang yang dalam bahasa latin disebut “berbatu.” Tulang keras ini yang memungkinkan dia bertahan. Terlebih, wilayah temuan dari tempat beriklim tropis yang panas dan lembab.Sampel tulang itu dikirim ke Institut Max Planck, Jerman. Meskipun sebagian besar ekstraksi DNA terdegradasi dan dan sebagian besar tak dapat dipulihkan, sekitar 2% dapat diselamatkan. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.6666666865348816] |
2021-027-19.json | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Meski rendah, namun informasi itu cukup untuk menyelidiki nenek moyang manusia Sulawesi. Bèssè, juga berbagi susunan genetiknya dengan orang-orang asli Australia dan Papua, saat ini.Saat ini, di Sulawesi, sebagian besar memiliki kerabat langsung genetik dari era Neolitik, dimana mereka datang sekitar 4.000 tahun lalu. Mereka lakukan perjalanan panjang dari Tiongkok menuju Taiwan, lalu masuk di punggung Pulau Sulawesi–saat ini wilayah Kalumpang Sulawesi Barat.Di Sulawesi Selatan, dalam pembabakan periode kebudayaan, para arkeolog menggunakan terminologi untuk masa prasejarah sebagai Toala. Budaya Toalean ini bercirikan dengan mata panah bergerigi (Maros point).Selain itu, mikrolit dari alat batu. Kemudian, masyarakat pendatang adalah penutur Austronesia, yang sudah mengenal pertanian dan domestikasi hewan.Basran mengatakan, menemukan rangka manusia di Kawasan Karst Maros-Pangkep sesuatu yang menakjubkan. Pada 2018, dia yang mengangkat kerangka itu. Rumah purba yang rentanLeang Paningnge atau dalam bahasa Bugis berarti kelelawar (panning) adalah gua dengan dua mulut besar. Secara adminitrasi gua ini berada di Desa Batu Pute, Kecamatan Mallawa, Maros.Paningnge adalah gua raksasa, plafonnya berada di ketinggian dengan udara sejuk. Di depannya, ada tebing karst juga berderet cerukan gua. Di punggungan bukit ada tiga penginapan baru yang menjadi cikal bakal wisata.Di punggung Leang Paningnge, adalah jalan utama penghubung desa antara Batu Pute menuju Wanua Waru. Kalau truk melintas, getaran terasa hingga dalam gua.Gua ini juga tak terawat. Ada ratusan tulisan di dinding gua, baik dari arang, atau spidol oleh para pengunjung. Beberapa waktu lalu, gua ini dalam kampanye politik akan jadi lokasi wisata air. Dinas Pariwisata Maros, bahkan sudah menginisiasi model wisata guanya. | [0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645] |
2021-027-19.json | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea | Irwan, warga lokal juga menjadi juru pelihara melalui BPCB Sulawesi Selatan, mengatakan, sebelum ada penelitian di gua, tempat itu jadi tempat anak-anak muda sebagai bersantai.Pada awal 2000-an, badan gua yang besar disulap menjadi lapangan bulu tangkis, menggunakan penerangan lampu petromaks.Secara umum, perlakuan situs bagi masyarakat awam adalah gua yang memiliki lukisan dinding. Leang Paningnge adalah gua yang tak memiliki lukisan, namun ada kotak keilmuan dalam lantai guanya.Sedimen yang terendapkan dalam lingkungan Gua Paningnge tidak memiliki banyak perubahaan suhu secara ekstrem dan ini membantu proses preservasi DNA dengan baik.Pada 22 Agustus 2021, ketika saya, Basran dan Fardi–arkeolog yang juga terlibat dalam penelitian–mengunjungi Paningnge, gua itu begitu nyaman. Sekitar 40 meter sebelah selatan, terdapat sungai yang saban waktu mengalir. Aliran sungai itu juga satu sistem hidrologi dari perut Paningnge.Paningnge adalah rumah nyaman. “Betul sekali. Saya sepakat dengan itu. Sekarang saja rasanya kita betah berlama-lama di gua ini. Ada air yang dekat dan guanya tidak pengab,” kata Fardi.Saya juga terperangah di lantai mulut gua, ratusan artefak batu tersebar. Tak susah menemukan mikrolit, alat serpih, mata panah, hingga lancipan tulang. Yang mengagumkan lagi, tersingkapnya tulang rahang manusia di permukaan.Rahang itu, masih menampilkan gigi depan geraham yang masih menempel. Ketika Fardi, mencoba mengorek dengan kayu kecil, dan membuka sedikit selubung tanah tampilan rahang makin jelas.“Ini tulang manusia,” katanya.Irwan, hampir saban waktu menjadi penjaga Gua Paningnge dan selalu menyapu lantai gua itu, juga keheranan. “Saya nda tahu kalau itu tulang. Ini baru saya lihat juga.”Tulang itu, dibiarkan saja, dilindungi dengan batuan di sekelilingnya agar hujan dari mulut gua tak menggerusnya. A post shared by Mongabay Indonesia (@mongabay.id) [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.6666666865348816] |
2021-032-11.json | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | [CLS] Taman Nasional Komodo jadi satu bagian pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) super prioritas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Terjadi kontroversial kala rencana ini muncul. Termasuk, dari kalangan organisasi masyarakat sipil akhirnya mengirimkan surat resmi ke UNESCO juga badan lingkungan PBB menyampaikan berbagai kekhawatiran atas rencana proyek ini. UNESCO pun mengeluarkan surat yang antara lain berisi, Pemerintah Indonesia diminta menyetop proyek pembangunan wisata elit ini.Pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO di Fuzhou, Tiongkok, Juli ini mengingatkan, Pemerintah Indonesia terkait ancaman yang mugkin menimpa outstanding universal value (OUV) atau aset dengan nilai luar biasa di kawasan itu. Yakni, komodo yang jadi spesies kunci wilayah itu dan jadi warisan dunia.Peringatan ini tercantum dalam dokumen terkait sesi konvensi perlindungan warisan budaya dan alam dunia, WHC/21/44.COM/7B. Mengenai komodo, tercantum dalam poin 93 halaman 253.“Kami mendorong negara anggota untuk menangguhkan seluruh proyek infrastruktur pariwisata di dan sekitar properti yang mempunyai potensi berdampak terhadap OUV sampai EIA (environmental impact assessment atau analisis mengenai dampak lingkungan) yang sudah direvisi, diserahkan dan dikaji kembali oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature),” sebut dokumen Komite Warisan Dunia PBB ini.OUV, merupakan satu kriteria penilaian UNESCO untuk penetapan warisan dunia. Bagi menyandang warisan dunia, suatu pusaka harus memenuhi syarat integritas atau keauntetikan dan sistem pelindungan (konservasi) serta pengelolaan dalam menjamin kelestariannya.Dokumen Komite Warisan Dunia ini juga menyebutkan, amdal yang sudah ke IUCN masih dianggap kurang memadai hingga perlu evaluasi dan kajian. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2021-032-11.json | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | Kemudian, ada enam poin lain yang jadi catatan dari World Heritage Committee (WHC) UNESCO terkait proyek di TN Komodo, antara lain, Pemerintah indonesia perlu memberikan informasi rinci terkait rencana induk pariwisata terbaru dan menunjukkan bagaimana OUV akan dilindungi. Juga, rencana mewujudkan pariwisata masal dengan memastikan pelindungan OUV.Soal kegiatan penelitian dan pemantauan jangka panjang komodo yang menunjukkan tren populasi stabil, mendesak pemerintah melanjutkan sensus populasi secara teratur dan menerapkan langkah-langkah pengelolaan dalam konteks usulan peningkatan pariwisata. Baca juga: Protes Kelola Wisata TN Komodo, Mereka Kirim Surat ke Badan Kebudayaan dan Lingkungan PBB Komite Warisan Dunia juga mendesak perlu informasi paling utama adalah restorasi atau konstruksi baru sebelum membuat keputusan apapun yang akan sulit pemulihan seperti semula.“Juga meminta pemerintah merevisi amdal bagi proyek infrastruktur pariwisata di Pulau Rinca, sejalan dengan catatan saran IUCN untuk penilaian lingkungan. Lalu, mengirimkan kembali ke WHC untuk ditinjau IUCN sebagai hal mendesak.”Pada poin kedelapan, komite prihatin karena kurang ada peralatan operasional dan kapasitas teknis mengelola kekayaan wilayah laut. Komite meminta, Indonesia segera memperkuat manajemen kelautan dan kapasitas penegakan hukum di properti. Dengan penekanan khusus pada penangkapan ikan dan penambatan kapal ilegal, mengalokasikan anggaran cukup untuk penelitian kelautan.Indonesia juga diminta menyampaikan laporan terbaru tentang status konsertvasi properti dan catatan-catatan itu pada 1 Februari 2022 untuk diperiksa pada sidang ke-45 WHC UNESCO.Labuan Bajo akan dibangun Integrated Tourism Master Plan (ITMP), yang katanya akan jadi salah satu dari 10 ‘Bali Baru’ yang digadang-gadang pemerintah. Pembangunan berada di Taman Nasional Komodo, Pulau Flores dan Rinca. | [0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.2857142984867096, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2021-032-11.json | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | Pulau Komodo, menyandang situs warisan dunia pada 1991. Status ini sekaligus untuk menghindari kerusakan lingkungan hidup dan ancaman terhadap komodo. UNESCO merekomendasikan, Komite Warisan Dunia meminta akses pengawasan bersama atas lokasi-lokasi di wilayah itu. Baca juga: Menyoal Kebijakan Kontroversi di Taman Nasional Komodo Kata pemerintah? Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi sebagai koordinator megaproyek ini. Hingga kini, proyek masih dalam proses dan untuk Pulau Rinca, hampir selesai.Jodi Mahardi, juru bicara Menko Marves mengatakan, sudah mengetahui permintaan UNESCO untuk menangguhkan pembangunan itu. Dia tak menjawab jelas soal sikap pemerintah. Jodi hanya bilang, pemerintah, sejauh ini fokus pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Manggarai Barat.“Upaya kita menjaga lingkungan seperti sampah dan lain-lain. Semua pihak kami sambut baik untuk terlibat konkrit dalam upaya ini,” katanya kepada Mongabay.Saat ditanya evaluasi amdal yang jadi perhatian UNESCO, dia tak menjawab. Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem dan Nunu Nugraha, Kepala Biro Humas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tidak merespon pertanyaan Mongabay. Sambut baikVenansius Haryanto, peneliti di lembaga advokasi berbasis penelitian, Sunspirit for Justice and Peace-Labuan Bajo-Flores Barat sudah lama menantikan tindakan serius dari UNESCO.Pada 10 September 2020, kalangan organisasi masyarakat sipil di Labuan Bajo, mengirimkan surat resmi ke UNESCO mengenai kekhawatiran pembangunan proyek pariwisata di Taman Nasional Komodo.“Terus terang, ini memberikan energi baru dalam penantian panjang. Meski kami merasa ini akan terlambat, karena pembangunan di Pulau Rinca ini sudah hampir rampung,” katanya.Pembangunan di Pulau Rinca, katanya, sudah berjalan hampir 80% di tengah penolakan masyarakat. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.2857142984867096, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2021-032-11.json | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | UNESCO Minta Setop Proyek Wisata di TN Komodo, Respon Pemerintah? | Venan mendesak, sarana prasarana masih dalam rencana alias belum dieksekusi, seperti resort-resort dan mengantongi konsesi itu segera dicabut. Dia sebutkan, seperti PT Segara Komodo Lestari di Pulau RInca, PT Komodo Wildlife Ecotourism, di Pulau Padar dan Komodo, PT Synergindo Niagatama, di Pulau Tatawa.“Kami sangat berharap dengan dokumen ini, keseluruhan izin perusahaan itu dicabut.”Dia bilang, sebaiknya pemerintah perlu mengikuti arahan UNESCO, seperti merevisi amdal.Venan pun meminta, rencana pembangunan ini evaluasi dan kaji ulang dan dibatalkan. Menurut dia, rencana pembangunan ini bahaya bagi konservasi dan ekonomi masyarakat yang hidup dari pariwisata berbasis komunitas di Taman Nasional Komodo. Baca juga: KLHK: Pengembangan Wisata Komodo Berprinsip Konservasi dan Libatkan Masyarakat, Benarkah? *****Foto utama: SUmber: Litbang lembaga advokasi berbasis penelitian, Sunspirit for Justice and Peace-Labuan Bajo-Flores Barat [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2014-027-17.json | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | [CLS] Pemerintah Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mengusulkan pengurangan luas hutan Aceh dari 3,405 juta hektar menjadi 3,352 juta hektar. Gubernur Aceh Zaini Abdullah menyebutkan, usulan pengurangan 53.000 hektar hutan tersebut, mendapat respon positif dari Komisi IV DPR RI.Zaini Abdullah mengatakan, Pemerintah Aceh Bersama beberapa pimpinan Kabupaten/Kota di Aceh, pada Senin (8/9) telah bertemu dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar, Firman Subagyo.“Pemerintah Aceh meminta agar RTRW Aceh segera disahkan mendapat respon positif atau disetujui oleh Komisi IV DPR RI, usulan perubahan kawasan hutan dalam revisi RTRW Aceh yang kami presentasikan pada Komisi IV DPR RI juga membuahkan hasil yang sangat menggembirakan,” kata Zaini.Usulan perubahan kawasan hutan Aceh yang berdampak penting dan cakupan luas serta nilai strategis (DPCLS) seluas 37.640 hektar juga mendapat persetujuan DPR RI. “Luas kawasan hutan Aceh daratan sebelum usulan perubahan adalah 3,405 juta hektar atau 60.01 persen dan setelah usulan perubahan, luasnya menjadi 3,352 juta hektar atau 59,06 persen, atau berkurang 0,95 persen,” jelas gubernur.Zaini Abdullah yang juga Mantan Menteri Luar Negeri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu juga mengatakan, perubahan status beberapa kawasan hutan juga sudah mendapat respon positif dari Menteri Kehutanan. Perubahan tersebut meliputi, perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas 80.256 hektar, perubahan fungsi kawasan hutan 130,542 hektar, dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas 26.461 hektar.“Perubahan peruntukan kawasan hutan yang disetujui Menteri tersebut adalah seluas 80.256 hektar, terdiri dari yang tidak termasuk berdampak penting dan cakupan luas dan bernilai strategis adalah 42.616 hektar,” lanjutnya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-027-17.json | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Sedangkan kawasan yang berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis seluas 37.640 hektar harus mendapat persetujuan DPR RI.“Wakil Ketua Komisi IV DPR RI dalam pertemuan tersebut juga mengatakan, anggota perlemen dari Komisi IV menyetujui hal tersebut, nanti akan diputuskan dalam rapat kerja dengan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan,” ujar Zaini.Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh menolak rencana pengurangan luas hutan Aceh yang diusulkan oleh Pemerintah Aceh, karena dinilai sangat banyak kepentingan khususnya perusahaan perkebunan dan pertambangan dalam rencana perubahan tersebut.Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur, menyebutkan dalam RTRW Aceh terjadi usulan pengurangan luas hutan Aceh, sekitar 200 ribu hektar.“Perubahaan alih fungsi hutan, tidak hanya merusak hutan, tapi juga mengancam kehidupan berbagai jenis satwa yang dilindungi seperti gajah dan harimau, serta satwa lainnya yang saat ini semakin terancam punah di Aceh,” sebut Nur.Koalisi Peduli Hutan Aceh (KPHA) menyebutkan, RTRW Aceh merupakan blue print pembangunan daerah yang masih membutuhkan persetujuan dari Menteri Dalam Negeri. RTRW Aceh juga akan mengatur tentang penggunaan ruang kehutanan yang dengan kondisi sekarang banyak mengalami deforestasi dan degradasi karena kegiatan pertambangan, illegal logging dan konversi.“Perubahan kawasan hutan Aceh melalui SK Menhut No. 941 tahun 2013 untuk mengatur tata ruang kehutanan Aceh, diantaranya merubah, perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi kawasan bukan hutan seluas 42.161 hektar, perubahan fungsi kawasan hutan seluas 130.542 hektar, dan perubahan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas 24.461 hektar,” sebut Jurubicara KPHA, Efendi Isma. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0] |
2014-027-17.json | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Efendi mengatakan, untuk perubahan kawasan hutan menjadi kawasan bukan hutan seluas 37.640 hektar memerlukan persetujuan dari DPR RI, hal ini sesuai dengan PP No. 10 tahun 2010 tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, jo PP No. 60 tahun 2012 tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan.“Usulan perubahan kawasan yang berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis tersebut tersebar di beberapa kabupaten yang terjadi pada kawasan hutan lindung. Semestinya perubahan ini memerlukan penelitian lebih lanjut karena bisa menimbulkan banyak hal, salah satunya adalah perubahan ini dapat mengaburkan status hukum yang sedang berjalan ataupun proses hukum yang terjadi di atas kawasan yang dirubah peruntukannya. KPHA menemukan beberapa polygon perubahan yang kawasannya sedang terjadi proses hukum karena pelanggaran penggunaan kawasan,” ujar Efendi.Akan menjadi preseden yang sangat buruk bagi DPR RI apabila perubahan peruntukan ini disetujui tanpa melihat kondisi aktual di lapangan, karena pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat memanfaatkan momen penyusunan tata ruang kehutanan untuk keuntungan pribadi dan merusak hutan.“Usulan perubahan kawasan hutan lain yang terjadi di beberapa kabupaten di Aceh juga masih sarat dengan permainan, jumlah luas kawasan seperti terjadi di Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Pidie. KPHA sudah melakukan overlay peta dari SK Menhut 170 tahun 2000 dengan peta SK Menhut 941 tahun 2013,” sambungnya.Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan tim GIS KPHA, sebelum DPR RI memberikan persetujuan atas perubahan peruntukan dan perubahan fungsi hutan Aceh, harus melakukan cek dan ricek di lapangan dan melakukan pertemuan dengan stakeholder di daerah dan di provinsi Aceh, untuk mendapat masukan-masukan atas perubahan kawasan dimaksud. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-027-17.json | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | Luas Hutan Aceh Bakal Berkurang 53.000 Hektar | “Apabila DPR RI juga tidak melakukan cross cek di lapangan maka tata ruang Aceh akan semakin amburadul. Ketika eksekutif dan legislatif sudah tidak memperhatikan aspirasi rakyat, maka akan menghasilkan pembangunan yang timpang yang hanya memperhatikan keinginan para elit dan tidak memperhatikan kebutuhan rakyat,” ungkap Efendi. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | [CLS] Upaya menjaga sumber daya laut, salah satunya benih lobster, melalui penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2016 tentang Larangan dan Pengeluaran Lobster, Kepiting dan Rajungan, terus dilakukan. Terutama, di Nusa Tenggara Barat, provinsi yang menjadi sumber produksi benih lobster.Di wilayah yang masuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) itu, ribuan nelayan yang sebelumnya berprofesi penangkap benih lobster, sudah menyatakan berhenti melakukan aktivitas tersebut. Namun, deklarasi ini dinilai sejumlah kalangan yang kontra hanya akal-akalan saja, karena akan mematikan ekonomi rumah tangga (RT).Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di Jakarta, pekan lalu mengatakan, ribuan nelayan yang tersebar di tiga daerah, yakni Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Lombok Timur, membantah semua tuduhan pihak yang kontra. Bahkan, kata dia, nelayan dengan sikap terbuka menerima bantuan kompensasai Pemerintah Indonesia.“Masyarakat eks penangkap benih lobster sudah menyatakan siap menerima bantuan kompensasi bagi usaha budidaya ikan,” ujarnya. Baca: Saat Pocongan Lobster Dimusnahkan, Maka Langkah Baru Dijejak Menurut Slamet, dari hasil penelusuran di lapangan langsung, dia dan tim mendapatkan fakta bahwa semua elemen masyarakat memperlihatkan kekompakan dengan tetap menghentikan aktivitas penangkapan benih lobster. Bagi masyarakat, penghentian adalah upaya yang paling masuk akal, karena bisa menyelamatkan sumber daya laut dan sekaligus menyelamatkan ekosistemnya.“Masyarakat yang telah terverifikasi sebagai calon penerima bantuan, tidak ada satupun yang menolak dan mengembalikan bantuan yang akan diberikan. Mereka tetap komitmen dengan ikrar yang sudah diucapkan,” jelas dia. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Ucapan Slamet diperkuat oleh pernyataan Kepala Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Haji Bangun. Menurut dia, tidak satupun warga yang menolak bantuan. Ia justru heran karena berkembang isu penolakan bantuan.“Justru, kami menunggu bantuan terealisasi dalam waktu dekat. Harapannya, usaha budidaya akan berjalan sukses, sehingga ekonomi kami kembali bangkit,” ungkapnya.Hal senada dituturkan Amaq Mita, warga yang sebelumnya berprofesi sebagai penangkap benih lobster di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah. Menurut dia, warga dan nelayan sudah berikrar menghentikan aktivitas penangkapan benih lobster.“Kami siap menerima bantuan yang akan digunakan untuk alih usaha ke budidaya ikan,” tandasnya. Dana kompensasi Untuk memuluskan implementasi Permen KP Nomor 56 Tahun 2016, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah mengalokasikan dana sebesar Rp50 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk biaya kompensasi pemberlakuan Permen kepada nelayan dan pembudidaya ikan.Slamet Soebjakto menyebutkan, dana kompensasi di antaranya akan diberikan untuk 2.246 RT eks penangkap benih lobster, masing-masing di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 873 RTP, Lombok Timur 1.074 RTP, dan Lombok Barat sebanyak 229 RTP.“Kami telah menyerap aspirasi masyarakat dengan memberikan kesempatan pilihan usaha budidaya yang akan digeluti pasca-pengalihan. Karena sebenarnya, mereka pada awalnya pembudidaya ikan, jadi kami akan kembalikan pada profesi semula,” jelas dia.Sementara, Direktur Badan Layanan Usaha (BLU) KKP Sharif Syahrial mengungkapkan, pihaknya siap membantu akses pembiayaan pengembangan usaha budidaya melalui sistem pinjaman lunak. Kata dia, masyarakat tinggal mengajukan proposal pinjaman melalui pendamping BLU yang ada di daerah masing-masing dan kemudian ditindaklanjuti. | [0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Sekretaris Jenderal KKP Rifky Effendi Hardijanto mengapresiasi kesadaran masyarakat eks penangkap benih lobster untuk menghentikan kegiatannya. Menurutnya, ini menandakan masyarakat mulai memahami pentingnya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.Rifky mengungkapkan, setidaknya 4 juta ekor benih lobster yang bernilai ekonomi sangat besar, setiap tahun keluar dari NTB dengan tujuan utama ke Vietnam. Menurutnya, fenomena eksportasi benih lobster tersebut justru menguntungkan negara lain, sementara Indonesia tidak bisa merasakan nilai tambah apa-apa.“Pemerintah sadar bahwa implementasi aturan ini pasti akan memberikan dampak ikutan yang akan mempengaruhi ekonomi masyarakat. Pemerintah tidak akan tinggal diam, telah siapkan antisipasi atas dampak ikutan tersebut dengan memberikan kompensasi berupa dukungan usaha pembudidayaan ikan,” pungkasnya. Pocongan lobsterDikenal sebagai provinsi sentra produksi lobster, ikrar yang diucapkan para nelayan di tiga kabupaten NTB ini bermakna sangat dalam. Alasannya, rencana Pemerintah untuk menjaga potensi lobster yang masih ada bisa terus berlanjut. Selain berikrar, para nelayan juga memusnahkan ribuan alat tangkap benih lobster atau dalam istilah nelayan setempat disebut pocongan.Pemusnahan pocongan dilakukan dengan cara dibakar di Teluk Bumbang yang merupakan salah satu sentral terbesar tangkapan benih lobster di Lombok. Di teluk tersebut, sedikitnya ada 1.000 lubang keramba jaring apung (KJA) yang di dalamnya berisi pocongan. Itu berarti, dalam sehari bisa puluhan ribu benih lobster yang tertangkap dan diperjualbelikan secara ilegal.Padahal, selain Teluk Bumbang, sentra benih lobster di Lombok ada juga di empat lokasi lainnya, yakni Teluk Awang, Teluk Gerupuk, Teluk Ekas, dan Teluk Sepi. Artinya, jumlah tangkapan benih lobster setiap hari diperkirakan berkali lipat banyaknya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Baca juga: Penyelundupan Benih Lobster Bernilai Jutaan Dolar AS Berhasil Digagalkan Panjang Jumadi, nelayan yang biasa menangkap benih lobster, mengaku menghentikan aktivitas menguntungkan tersebut karena sadar bahwa kegiatan tersebut tidak benar. Karenanya, dia bersama masyarakat sepakat beralih ke usaha perikanan budidaya.Sebagai gambaran bagaimana tingginya eksploitasi benih lobster, pada 2015 ada upaya penyelundupan 1,9 juta ekor benih lobster senilai Rp98,3 miliar ke berbagai daerah dan luar Indonesia. Sementara, dalam rentang 2014 total benih lobster yang keluar dari NTB tercatat 5,6 juta ekor dengan nilai mencapai Rp130 miliar. Kesadaran masyarakatIkrar dari warga dan nelayan di tiga kabupaten di NTB, menjelaskan bahwa saat ini pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga sumber daya laut, perlahan tapi pasti, meningkat. Masyarakat semakin sadar bahwa menangkap benih lobster ataupun lobster dengan ukuran berat maksimmal 200 gram atau lebih kecil lagi dan sedang bertelur, adalah kesalahan.“Kami juga bersedia memusnahkan alat tangkap benih, dan turut serta menjaga kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan. Serta, sepakat melaporkan penerima bantuan yang masih melakukan aktivitas penangkapan benih kepada Pemerintah dan aparat terkait,” ucap Legur, nelayan dari Lombok Tengah yang berikrar di depan pejabat Pemprov NTB dan masyarakat.Selain Legur, ada juga Saeful Rizal, nelayan dari Lombok Barat, dan Lalu Mahruf, nelayan dari Lombok Timur. Ketiga nelayan itu, menjadi wakil dari tiga kabupaten saat melakukan ikrar. Saat berikrar, selain berjanji tidak akan menangkap benih lobster lagi, ketiganya juga berjanji bersama masyarakat akan mulai beralih ke usaha budidaya ikan.Slamet Soebjakto berpendapat, dengan adanya ikrar dari nelayan dan masyarakat di tiga daerah tersebut, menunjukkan bahwa implementasi Permen KP Nomor 56 Tahun 2016 semakin bagus. | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2017-038-19.json | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | Demi Kelestarian Laut, Nelayan NTB Janji Tidak Lagi Menangkap Benih Lobster | “Implementasi Permen ini bukan semata-mata didasarkan pada niatan untuk mematikan usaha masyarakat, namun Pemerintah justru ingin menyelamatkan kepentingan yang lebih besar. Yaitu, bagaimana menyelamatkan sumber daya lobster agar nilai ekonominya bisa dinikmati secara jangka panjang,” ungkap dia.Menurut Slamet, meski ada yang menentang dengan pemberlakuan Permen tersebut, semua harus disikapi sebagai bagian dari pembelajaran bangsa Indonesia yang mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengelola sumber daya berkelanjutan. Aspek keberlanjutan harus dimaknai oleh semua pihak sebagai proses untuk memanfaatkan sumber daya tanpa mengorbankan generasi mendatang.“Mereka juga punya hak yang sama atas sumber daya yang ada, kuantitas maupun kualitasnya,” ucap dia.Pentingnya menumbuhkan kesadaran di NTB, menurut Slamet, karena di provinsi ini banyak potensi sumber daya kelautan yang bisa diandalkan, terutama lobster. Untuk itu, penting menjaga kelestarian aset tersebut, sehingga siklus kehidupan lobster berjalan normal.“Jika eksploitasi benih lobster terus berlangsung, dipastikan siklus kehidupan lobster akan terputus, dampaknya adalah ketersediaan stok lobster di alam akan menurun drastis. Sangat mungkin, anak cucu kita tidak akan mengenali lagi komoditas satu ini,” paparnya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-027-14.json | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | [CLS] KONFLIK PTPN VII unit Cinta Manis dan warga petani, memakan korban jiwa. Pasukan Brimob, Jumat(27/7/12) datang menyisir ke kampung-kampung warga di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel). Bentrok warga dan polisi terjadi di Kampung Limbang Jaya menyebabkan, satu anak tewas tertembak, lima warga luka-luka.Warga di sekitar PTPN VII unit Usaha Cinta Manis, masih mencekam. Aparat kepolisian menyisir ke Desa Lubuk Keliat, dan sempat menangkap warga, lalu dilepas. Penyisiran dilanjutkan ke Desa Betung ketika sejumlah warga sedang shalat Jumat.Dari kronologi Walhi Sumsel, menyebutkan, penyelusuran ke kampung-kampung berlanjut. Desa Sri Kembang. Sekitar pukul 16.00, pasukan Brimob menyisir Desa Tanjung Pinang menuju Desa Limbang Jaya. Ratusan Brimob membawa senjata lengkap mengendarai sedikitnya tujuh truk kembali mendatangi Desa Limbang Jaya.Warga yang melihat ratusan brimob memasuki desa, beramai ramai mendatangi. Mereka ingin menanyakan kepentingan brimob memasuki desa. Namun melihat warga banyak datang, brimob mengeluarkan tembakan ke arah warga. Bentrok tak dapat dihindari.Karena tembakan membabi, seorang anak 12 tahun bernama Angga bin Darmawan tewas tertembak di kepala. Dia baru keluar dari tempat permainan (Play station) karena mendengar keramaian.Seorang warga bernama Saidi mengangkat tubuh Angga. Dia ingin memberi pertolongan. Brimob melarang Saidi. “Letakkan! kalau masih kau angkat nanti kutembak.“ Digertak seperti itu, Saidi tetap berdiri tegar dan mengatakan” Silakan tembak saya!” Mendengar jawaban Saidi, brimob inipun lari.Sekitar pukul 18.00, mendapat pesan singkat dari salah seorang petani Limbang Jaya yang mengawal korban ke RS Tanjung Batu. Pesan singkat itu mengabarkan, Angga meninggal di RS Tanjung Batu dengan luka tembak di kepala. Persisnya, peluru itu menembus kepala. | [0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-027-14.json | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Kemudian dikabarkan empat orang dilarikan ke RS Bayangkhara Palembang, antara lain perempuan bernama Jesica(16), satu Du binti Juni dan dua orang perempuan lain yang belum teridentifikasi. Sedangkan Rusman bin Alimin saat itu dalam kondisi kritis, dilarikan ke Palembang. Namun belum jelas dirawat di rumah sakit mana. Jadi, dalam peristiwa ini, korban satu tewas, luka lima orang, empat perempuan dan satu laki-laki.Sebelum itu, sejak (25/7/12) sejumlah aparat berjaga-jaga di beberapa gerbang desa. Aparat kepolisian menggeledah warga yang melintas di sekitar kawasan Cinta Manis. Warga merasa cemas melakukan aktivitas.Kamis(26/7/12) pukul 10.30, aparat brimob bersenjata lengkap, membawa pasukan 15 truk menyisir ke rumah-rumah warga Desa Sri Bandung. Setelah itu, mereka menangkap warga seperti Kaidil, dan Vino. Ketika orang yang dicari tidak berada di tempat, aparat menangkap istri. Kejadian itu dialami Nyonya Mardi. Nyonya Mardi ditangkap karena suami yang menjadi target tidak ada di rumah.Alasan mereka sweeping, mencari warga yang diduga menjarah pupuk milik PTPN VII. Meski pada malam hari sekitar pukul 00.00 warga dibebaskan karena tidak terbukti menjarah pupuk, namun penggeledahan itu menimbulkan trauma mendalam.Warga Dituding ProvokasiKorban tewas dan luka sudah diderita warga Ogan Ilir. Namun, polisi masih juga berdalih dan menduga warga yang memprovokasi. “Jadi itu sekitar pukul 16.00, kita sedang patroli dialogis dengan warga. Lalu tiba-tiba ada provokasi dan akhirnya terjadi bentrok itu,” kata Kapolres Ogan Ilir, AKBP Denny Dharmapala, seperti dikutip dari Detikcom Jumat (27/7/2012).Saat sedang dialog, tiba-tiba pasukan Brimob dilempari batu dan beberapa benda tajam. “Kita tiba-tiba ditimpukin oleh warga, pakai batu dan benda tajam.” | [0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-027-14.json | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Bentrok Polisi-Warga Ogan Ilir, Satu Tewas, Lima Luka-luka | Denny menambahkan, akibat kejadian itu Angga tewas. Namun dia mengaku belum diketahui penyebab bocah 12 tahun ini tewas. “Mau dilakukan autopsi terlebih dahulu,” ucap Denny. [SEP] | [0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | [CLS] Nyaris empat tahun silam, 9 November 2009, spanduk merah ukuran raksasa bertuliskan “Obama You Can Stop This” dibentangkan saat puluhan aktivis Greenpeace melakukan aksi damai menduduki ekskavator dan merantai diri pada sejumlah alat berat menentang perusakan hutan yang dilakukan RAPP di Teluk Meranti dan Teluk Binjai, Semenanjung Kampar, Riau. Dalam hitungan jam, konfrontasi damai ini menyebar luas di media-media nasional dan luar negeri dan bertahan beberapa hari. RAPP berang. Puluhan polisi dikerahkan. Warga terbelah, ada yang menolak dan menerima kehadiran Greenpeace. Dampak lanjutan, perusahaan kertas raksasa global UPM-Kymmene asal Finlandia memutuskan kontrak dengan APRIL, perusahaan induk RAPP. Di dalam negeri, menteri kehutanan sempat menghentikan sementara operasi RAPP.Kini, hampir empat tahun sudah berlalu. Mongabay Indonesia ingin melihat lebih dekat bagaimana kehidupan masyarakat setelah aksi besar-besaran tersebut. Apakah masyarakat semakin sejahtera setelah perusahaan akhirnya masuk dan mengganti hutan alam mereka dengan tanaman monokultur akasia atau sebaliknya mereka menyesal.Suasana Desa Teluk Meranti, Pelalawan, Riau akhir Januari lalu tidak jauh beda dengan tahun 2009. Jalanan masih banyak yang rusak. Jembatan yang melewati parit-parit di desa masih seadanya. Yang mencolok dan masih baru hanyalah jalanan kecil yang disemenisasi dan ternyata dibangun oleh program pemerintah pusat.Mahidin (59), warga Teluk Meranti kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Sesekali ia menjadi nelayan atau buruh di kebun milik orang lain. Sebenarnya Mahidin punya sawah kurang dari dua hektar. Namun sejak PT RAPP menghabisi hutan seberang desanya, sawah itu tak lagi bernilai ekonomi. | [0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Sawah itu kini tak mudah untuk dijangkau. Meski hanya 400 meter dari bibir Sungai Kampar. Hamparan ilalang setinggi 3 meter telah menutup ratusan hektar petak sawah masyarakat Teluk Meranti di Semenanjung Kampar dan menjadi semak belukar. Pondok-pondok kayu tempat mereka menjaga padi dari hama burung pipit dan babi kini sudah hancur tak terpakai.“Terakhir, Oktober lalu dah awak bersihkan semak-semak untuk ditanami padi. Tapi melihat kawan-kawan lain ndak ada yang nanam, tak jadi. Kalau semuanya berladang, kan hama babi dan tikus akan terbagi-bagi. Kalau sendiri aja ndak bisa,” ujar Mahidin kepada Mongabay akhir Januari.Mahidin adalah satu dari ratusan petani Desa Teluk Meranti dan Teluk Binjai yang merasakan dampak pahit operasi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang telah menghancurkan hutan gambut Semenanjung Kampar sejak 2009 dan hanya menyisakan ratusan hektar lahan sawah warga yang kini tak lagi bernilai ekonomis. Pembukaan hutan dan menggantinya dengan pohon akasia untuk pabrik kertas, telah mendorong satwa seperti babi semakin sering ke ladang dan sawah masyarakat karena sumber makanan di dalam hutan telah hilang.Terakhir, bapak empat orang anak ini memanen padi tahun 2011 namun hanya menghasilkan 15 kaleng. Padahal sebelum hutan hancur, sedikitnya padi yang dipanen mencapai 150-200 kaleng. Ukuran satu kaleng sama dengan 15 kg gabah atau tujuh kg beras. Begitu juga kondisi perkebunan jagung. Dulu hasilnya bisa mencapai 3 ton per hektar per tahun.Bukannya tanpa akal. Mahidin bersama petani sempat menyewa alat penyetrum yang biayanya 500 ribu per bulan untuk mengusir serangan babi. Ditambah harus bermalam di pondok. Tapi tetap saja hasilnya nihil. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Asa memanen padi sebagai sumber utama ekonomi keluarga pupus sudah. Petani pun terpaksa membeli beras untuk makan sehari-hari. Hilangnya mata pencaharian sebagai petani adalah lembaran pahit kehidupan Mahidin dan sebagian warga Teluk Meranti sejak itu.Perubahan hidup keluarga Mahidin diawali ketika kementrian kehutanan mengeluarkan SK 327 tahun 2009 tentang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan tanaman industri kepada PT RAPP yang mengkonversi hutan gambut Semenanjung Kampar menjadi kebun akasia untuk bahan baku kertas.Dalam surat keputusan tersebut, PT RAPP mendapat izin perluasan sebesar 115.025 hektar di empat kabupaten di Riau. Luas itu termasuk izin konversi hutan alam di Semenanjung Kampar seluas 76.919 hektar. Sebenarnya, izin menghancurkan hutan Semenanjung Kampar di daerah Teluk Binjai dan Teluk Meranti ini adalah perluasan kedua dari izin yang didapat sebelumnya.“Semenjak masuk PT inilah. Malam diam di sini terus. Berapa bulan kita berladang, segitulah (lamanya) kita jaga (di ladang). Kesal. Karena biasanya kita tak beli beras,” ujarnya lirih.Ancaman hilangnya sumber kehidupan seperti yang dialami oleh Mahidin sebenarnya sudah diperkirakan sejumlah pihak terutama LSM di Riau termasuk Greenpeace. Bukan hanya kehancuran masa depan masyarakat belasan ribu masyarakat teluk meranti dan sekitarnya saja, dalam pernyataan Greenpeace waktu itu, di dalam gambut Semenanjung Kampar seluas 683.839,81 hektar itu memiliki kandungan karbon dua miliar ton karbon yang jika dirusak dan lepas ke udara akan membentuk efek gas rumah kaca yang ini akan mendorong pemanasan global ke arah mengkhawatirkan. | [0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2013-043-17.json | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Komedi Satir RAPP: Jembalang Pemakan Hutan Semenanjung Kampar (Bagian I) | Data tersebut diperkuat Jaringan kerja penyelamat hutan Riau (Jikalahari) yang menyebut rata-rata kedalaman gambut Semenanjung Kampar mencapai 3 meter bahkan dari hasil kajian lapangan, ada kubah gambut yang dalamnya mencapai belasan meter dan merupakan kawasan lindung gambut. Ini belum termasuk dampak hilangnya habitat bagi satwa dilindungi.Berubahnya kemakmuran menjadi malapetaka juga dirasakan Jasri (40), warga Teluk Meranti. Apa yang dulu dikhawatirkannya atas dampak penghancuran hutan kini telah terjadi. Pembuatan kanal-kanal gambut oleh perusahaan telah menyebabkan banjir ketika air pasang semakin tinggi di saat musim hujan. Sementara itu tingkat keasaman gambut yang tinggi, mengalir deras ke sungai dan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan.“Yang dulunya belum pernah air pasang naik ke dalam rumah awak. Kini lah tanggolam. Inilah pertama kali pas Muharam (November) lalu banjir pasang paling tinggi selama awak hidup. Istilahnya bertambah kerja kami,” kata Jasri.Apa yang dialami warga saat ini jauh berbeda dengan teori yang digadang-gadangkan para akademisi waktu itu yang menyatakan bahwa pengelolaan gambut yang baik oleh RAPP akan mengurangi dampak kerusakan hutan. Bahkan model pengelolaan gambut ini diiklankan di halaman satu media-media lokal tahun 2010 lalu.Bukan saja kerusakan lingkungan, masuknya perusahaan juga memecah belah hubungan kekerabatan antara kelompok pro dan kontra perusahaan. Jasri yang bersanak saudara mengalami hubungan tak harmonis di antara mereka. Kini empat tahun sudah berlalu hubungan kekerabatan dengan saudaranya sudah berangsur membaik.“Namun hati tetap beda juga. Kalau dulu ada barang yang akan diperebutkan. Tapi sekarang tak ada lagi yang diperebutkan. Sebagian mereka masih ada yang bekerja di perusahaan sebagai kontraktor misalkan. Sebagian lagi mondar-mandir (menganggur),” ujarnya. | [0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
Subsets and Splits
No community queries yet
The top public SQL queries from the community will appear here once available.