filename
stringlengths
16
16
title
stringlengths
22
107
text
stringlengths
132
2.1k
softlabel
stringlengths
15
740
2013-031-03.json
Kala Puluhan Ribu Warga sampai Kawasan Konservasi Laut “Dikorbankan” Demi PLTU Batang
Kala Puluhan Ribu Warga sampai Kawasan Konservasi Laut “Dikorbankan” Demi PLTU Batang | Pada Hari Lingkungan Hidup 5 Juni lalu, masyarakat nelayan tradisional Kabupaten Batang menyerukan Presiden SBY memenuhi hak konstitusional mereka. “Mereka meminta akses ke laut dan mendapatkan lingkungan hidup, perairan bersih dan sehat.”Sutiyamah, perempuan nelayan Batang tergabung dalam Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) mengatakan, perolehan ikan di perairan Batang sangat tinggi. Dalam waktu lima sampai eman jam nelayan melaut bisa membawa pulang pendapatan berkisar Rp400-Rp500 ribu. Dalam kondisi baik, nelayan bisa meraup penghasilan Rp2-Rp3 juta.  “Keluarga nelayan di Batang, bisa hidup layak,” katanya.Jumlah nelayan Kabupaten Batang mencapai 10.961 orang, namun bila dihitung bersama istri dan anak-anak mereka, sekitar 54.805 jiwa hidup dari sektor perikanan. Karno, nelayan tradisional Batang menambahkan, jika proyek PLTU lanjut, nelayan tradisional dan lima tempat pelelangan ikan (TPI) tersebar di enam desa dipastikan tergusur. Padahal, nelayan tradisional Demak, Pati, Jepara, Kendal, Semarang, Tawang, bahkan dari Wonoboyo, Surabaya, Gresik, Pemalang, Gebang dan Indramayu juga mencari ikan di kawasan pesisir Batang.Andiono Direktur LBH Semarang menjelaskan, potensi perikanan di Batang, seperti ikan, udang, cumi, ranjungan, kepinting dan kerang sangat besar dan menjadi sumber penghidupan masyarakat Batang dan sekitar.Tak hanya menggusur enam desa, rencana PLTU Batang ini berpotensi mengganggu perekonomian serta keberlanjutan lingkungan hidup di 12 desa sekitar lokasi proyek. Desa-desa ini adalah Desa Juragan, Sumur, Sendang, Wonokerto, Bakalan, Seprih, Tulis, Karang Talon, Simbang Desa, Jeragah Payang, Simbar Jati, dan Gedong Segog.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-031-03.json
Kala Puluhan Ribu Warga sampai Kawasan Konservasi Laut “Dikorbankan” Demi PLTU Batang
Kala Puluhan Ribu Warga sampai Kawasan Konservasi Laut “Dikorbankan” Demi PLTU Batang | Selamet Daroyni, Koordinator Pendidikan dan Penguatan Jaringan Kiara, mendesak pemerintah membatalkan rencana pembangunan PLTU Batang. Apalagi penetapan Pantai Ujungnegoro – Roban sebagai KKLD karena kawasan ini melindungi tiga obyek penting dalam menjaga ekosistem.Pertama, kawasan Karang Kretek yang memiliki peran penting melindungi potensi sumberdaya ikan bagi nelayan tradisional. Kedua, kawasan situs Syekh Maulana Maghribi, berperan dalam penyebaran agama Islam di Batang. Ketiga, kawasan wisata Pantai Ujungnegoro yang memberikan andil pada perkembangan industri pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Batang.Aksi-aksi protes masyarakat petani dan nelayan terus berlanjut. Mereka pun mendapatkan teror, ancaman sampai penangkapan-penangkapan. Aksi tak hanya di daerah, tetapi sampai ke pemerintah pusat di Jakarta.Pada Selasa (30/4/13), sekitar 500an warga Batang aksi di depan Kantor Kementerian Perekonomian. Saat itu, Hatta Rajasa, selaku Menteri Koordinator Perekonomian sekaligus ketua MP3EI tak bisa hadir dengan alasan sedang bersama Presiden. Lucky Eko Wuryanto, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi, menemui warga.Saat mendengar ‘curhat’ warga, Lucky mengaku prihatin dan akan menindaklanjuti masalah ini. “Kami yang di sini tak bisa peka menangkap apa yang terjadi di lapangan. Tetapi, dari Menko tak ada niatan masalah jadi seperti ini,” ujar dia.Dari atas mobil bak terbuka, Lucky meminta warga bersabar. Dia akan menyampaikan semua keberatan warga. “Kami harap ada langkah dilakukan. Kami akan dengarkan semua pihak, baik institusi maupun masyarakat.” Dia meminta, warga kembali ke desa sambil menunggu penyelesaikan kasus ini.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2013-031-03.json
Kala Puluhan Ribu Warga sampai Kawasan Konservasi Laut “Dikorbankan” Demi PLTU Batang
Kala Puluhan Ribu Warga sampai Kawasan Konservasi Laut “Dikorbankan” Demi PLTU Batang | Selang beberapa hari setelah itu, dalam statemen kepada media, Lucky mengatakan, pembangunan PLTU Batang, tetap berjalan sesuai rencana. Seperti dikutip dari Jakarta Post, 11 Mei 2013, dia mengatakan, pemerintah akan melakukan berbagai cara guna memastikan proyek PLTU Batang, berjalan lancar. Protes-protes dan kontroversi yang muncul seputar pembangunan ini oleh warga dan organisasi lingkungan pada dasarnya menyesatkan.Dikutip dari Jpnn.com, 12 Mei 2013, Lucky mengatakan, pembangunan PLTU kemungkinan awal tahun depan. Pembangunan ini mengalami banyak hambatan, salah satu pembebasan lahan, hingga perkiraan awal selesai 2017 mengalami kemunduran setahun. Namun, pembebasan tanah sudah mencapai 80 persen dan diperkirakan Juni dan Juli masalah tuntas.Menurut dia, pembangunan PLTU menggunakan teknologi terkini, Ultra Super Criticel hingga tidak ada pencemaran seperti di Tanjung Jati atau di lokasi lain yang menyebabkan polusi. [SEP]
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2012-019-04.json
Kemitraan Pakar Indonesia-Jepang Untuk Selamatkan Hutan Gambut Indonesia
Kemitraan Pakar Indonesia-Jepang Untuk Selamatkan Hutan Gambut Indonesia | [CLS] Sebuah kerjasama ilmiah antara ilmuwan Indonesia dan Jepang untuk melakukan pemetaan cadangan karbon di hutan gambut nusantara dan mengukur dengan lebih presisi kemampuan hutan gambut menyimpan karbon akan dilakukan oleh pakar fisiologi Jepang, Mitsuru Osaki bersama mitranya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).Seperti dilaporkan oleh The Jakarta Post, sebuah sistem bernama Integrated Measurement, Reporting and Verification (MRV) yang dibuat selama penelitian ini, akan sangat mampu membantu menyelamatkan hutan gambut di Indonesia.Hal ini terungkap dalam sebuah diskusi di Bogor jelang akhir pekan 13 September 2012 silam bertajuk Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCCC). Proyek kerjasama Indonesia-Jepang bernama ‘Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development‘ ini sendiri telah dimulai sejak tahun 2008 dengan pendanaan dari JICA dan Japan Science and Techonology Agency (JST) dengan wilayah Kalimantan Tengah sebagai lokasi penelitian. Setelah empat tahun berjalan, proyek ini memasuki tahap akhir.Profesor Osaki mengatakan, dengan sistem baru MRV ini maka peneliti akan mendapat data lebih lengkap tentang lahan gambut, dan akan bisa menjadi panduan dalam manajemen karbon di wilayah mereka. “Dengan menggunakan teknologi terkini dan metode ilmiah, sistem ini bisa membantu kita untuk mengelola kandungan karbon di hutan gambut,” ungkap Osaki kepada The Jakarta Post.Sementara itu LIPI sebagai tuan rumah acara ini, diwakili oleh Lukman hakim mengatakan bahwa hutan gambut di wilayah tropis memiliki peran penting bagi keragaman hayati di seluruh dunia, dan  menjadi habitat spesies-spesies yang terancam punah.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2012-019-04.json
Kemitraan Pakar Indonesia-Jepang Untuk Selamatkan Hutan Gambut Indonesia
Kemitraan Pakar Indonesia-Jepang Untuk Selamatkan Hutan Gambut Indonesia | Hutan gambut di Asia Tenggara, menurut hasil penelitian ini adalah sekitar 70% dari seluruh hutan gambut yang ada di wilayah tropis. Sementara itu hutan gambut Kalimantan Tengah dinilai sebagai saah satu hutan gambut yang terpenting bagi cadangan karbon yang ada di dunia. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-068-17.json
PT Nusa Halmahera Mineral Dilaporkan ke KLH, ESDM dan Komnas HAM
PT Nusa Halmahera Mineral Dilaporkan ke KLH, ESDM dan Komnas HAM | [CLS] Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku Utara (Malut) melaporkan kasus pencemaran Teluk Kao dan beberapa sungai karena operasi tambang emas, PT. Nusa Halmahera Mineral (NHM) ke Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Kementerian Energi dan  Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Komnas HAM.Dalam surat itu, dijelaskan berbagai permasalahan lingkungan yang dialami warga sekitar. Dari sungai tercemar, sampai penyakit aneh yang sudah diderita belasan warga. “Belum ada respon dari pemerintah baik itu KLH dan ESDM. Komnas HAM ada balas email, katanya mereka akan dipelajari kasus ini,” kata Munadi Kilkoda, Ketua BPH AMAN Malut, akhir Desember 2013.Dia menilai, sensitivitas pemerintah terhadap kasus seperti ini tak ada sama sekali. “Kasus yang dialami Suku Pagu ini masalah klasik. Saat ini, sudah ada 13 warga berpenyakit karena limbah, tapi terkesan dibiarkan.”Menurut dia, negara mengabaikan tugas dan tanggungjawab dalam melindungi masyarakat di sekitar Teluk Kao. Sebaliknya, malah melegitimasi praktik pertambangan NHM ini yang jelas-jelas mematikan masyarakat.  “Intinya ada pengabaian pemerintah terhadap UU Lingkungan Hidup,” ujar dia.NHM pemegang kontrak karya berdasarkan Keputusan Presiden RI No. B.143/Pres/3/1997 tertanggal 17 Maret 1997. Ia beroperasi di wilayah adat Suku Pagu, Malifut (Teluk Kao), Halmahera Utara, Malut dan menimbulkan masalah serius karena merusak lingkungan.Terjadi pencemaran air sungai dan air laut di Teluk Kao, hingga kehidupan masyarakat adat Hoana Pagu dan masyarakat lokal sekitar tambang terancam. “Perlu kami sampaikan 29.622 ribu hektar konsesi NHM wilayah adat Suku Pagu,” katanya mengutip surat itu.Disebutkan pula, penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2010, menemukan masalah serius terkait keberlanjutan ekosistem di Teluk Kao. Dari penelitian itu, beragam ikan yang hidup di sana sudah tercemar, antara lain mercuri dan sianida.
[0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06]
2014-068-17.json
PT Nusa Halmahera Mineral Dilaporkan ke KLH, ESDM dan Komnas HAM
PT Nusa Halmahera Mineral Dilaporkan ke KLH, ESDM dan Komnas HAM | Berdasarkan keterangan warga dan dokumentasi oleh AMAN, pada 2010, 2011, dan 2012, pipa limbah (tailing) milik perusahaan jebol dan limbah mengalir ke Sungai Kobok dan Ake Tabobo serta beberapa anak sungai yang bermuara ke Teluk Kao.Sejak pipa jebol, masyarakat mulai ketakutan mengkonsumsi ikan dari Teluk Kao. Mereka takut menggunakan air sungai, dan mulai kesulitan mencari udang, kerang dan ikan di air sungai itu. Padahal, sebelum perusahan tambang datang, ikan dan sejenisnya mudah diperoleh.Hasil perkebunan mereka seperti kelapa dan tamanan bulanan lain di sekitar Sungai Kobok tak produktif lagi. Mereka juga mengalami krisis air bersih hingga setiap bepergian ke kebun harus membawa air dari kampung.Warga beberapa desa yang mengalami krisis air bersih seperti Desa Balisosang, Bukit Tinggi, Dusun Beringin dan Kobok. Mereka harus membeli air gelong seharga Rp15.000 per gelong.Terbaru, penelusuran AMAN Malut, pada 1-8 Desember 2013, menemukan 13 warga di beberapa desa seperti di Sosol, Balisosang atau Tomabaru, Tabobo, Dum–Dum, Dusun Beringin dan Dusun Kobok yang berdekatan dengan NHM mengalami penyakit aneh. Mereka mengalami benjol–benjol dan gatal–gatal di sebagian besar tubuh. Warga jarang berobat ke Puskermas tau rumah sakit karena tak memiliki kemampuan ekonomi. “Kebanyakan memilih obat kampung.”Dari hasil wawancara dengan warga termasuk pemerintah desa mengatakan, warga yang mengidap penyakit aneh itu karena mengkonsumsi ikan dari Teluk Kao dan menggunakan air Sungai Kobok serta Ake Tabobo. Kedua sungai ini diduga sudah tercemar limbah NHM.
[0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06]
2014-068-17.json
PT Nusa Halmahera Mineral Dilaporkan ke KLH, ESDM dan Komnas HAM
PT Nusa Halmahera Mineral Dilaporkan ke KLH, ESDM dan Komnas HAM | Surat itu juga menceritakan, kriminalisasi yang dialami warga. Perusahaan juga menggunakan Brimob untuk menjaga dan mengawasi pertambangan. Pada 2013, seorang warga, Rusli Tunggapi, tertembak. Awal tahun lalu, tiga warga adat Hoana Pagu di Desa Sosol mengalami kekerasan oleh brimob. Pada 2012, sebanyak 30 warga adat Pagu ditahan karena aksi protes di perusahan. “Kami yakin dan percaya, kriminalisasi ini akan terus terjadi.”Untuk itu, AMAN Malut menyampaikan beberapa tuntutan. Pertama, pemerintah pusat lewat Kementerian Lingkungan Hidup, harus segera mengambil tindakan hukum berdasarkan dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup. AMAN mendorong dilakukan audit lingkungan pada NHM.Kedua, meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), meninjau Kontrak Karya NHM dan tak memperpanjang lagi kontrak yang akan berakhir 2016.Ketiga, mendesak Komnas HAM memantau kasus yang mengancam masa depan masyarakat di sekitar NHM ini. Keempat, mendesak Pemerintah Malut dan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, mengambil langkah–langkah cepat. Saat ini, era otonomi seharusnya daerah menyikapi persoalan yang terjadi, termasuk memberikan sanksi hukum kepada NHM maupun pertolongan bagi warga yang sakit.Kelima, menuntut NHM, mengganti kerugian ekonomis dan ekologis akibat kelalaian dari aktivitas pertambangan mereka. Mereka harus bertanggungjawab terhadap semua masalah. [SEP]
[0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06]
2023-013-09.json
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi?
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi? | [CLS]     Satu persatu aktor yang terlibat korupsi perpanjangan izin hak guna usaha (HGU) perkebunan sawit PT Adimulia Agrolestari (Adimulia) di Kuantan Singingi, Riau, kena cokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Terbaru, KPK menahan tiga orang tersangka lagi. Yakni, mantan Kepala Kantor Wilayah BPN Riau M Syahrir, Komisaris Adimulia Agrolestari Frank Wijaya bersama General Manager Sudarso.Sudarso terlebih dahulu kena vonis dua tahun penjara dan sudah menghuni Lapas Kelas I Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, pada 28 Maret 2022. Empat bulan kemudian, giliran Bupati Kuantan Singingi nonaktif, Andi Putra, dihukum 5,7 tahun penjara. Keduanya diciduk saat operasi tangkap tangan KPK 18 Oktober 2021.Sudarso menyuap Andi Rp1,5 miliar untuk dapatkan rekomendasi persetujuan penempatan kebun plasma di Kabupaten Kampar. Ia sebagai syarat perpanjangan HGU yang diminta Syahrir. Serah terima uang baru terlaksana Rp500 juta. Sudarso menerima hukuman.Andi terus mengajukan upaya hukum sampai kasasi, setelah Pengadilan Tinggi Riau, Agustus lalu, menguatkan putusan Pengadilan Tipikor Pekanbaru. Andi beralasan, uang itu adalah pinjaman. Baca juga: Kala Bupati Kuansing Terjerat Kasus Korupsi Perizinan Sawit Babak baru?Adapun babak baru kasus ini, kaitan pemberian dan penerimaan hadiah atau janji dalam pengurusan perpanjangan HGU Adimulia di Kanwil BPN Riau.“Berdasarkan bukti-bukti dan perkembangan persidangan terdakwa AP, kemudian KPK kembangkan perkara ini ke tingkat penyidikan. Jadi patut kita duga, beberapa tersangka dalam perkara ini. Antara lain saudara MS, FW dan Sdr,” kata Firli Bahuri, Ketua KPK dikutip dari tayangan Youtube komisi ini, Oktober 2022.Inisial AP adalah Andi Putra, mantan Bupati Kuantan Singingi, lalu, FW merupakan Frank Wijaya, pemegang saham Adimulia Agrolestari. Sdr itu  Sudarso, selaku General manajer Adimulia dan MS merujuk pada M Syahrir, mantan Kakanwil BPN Riau.
[0.9999937415122986, 2.917031679317006e-06, 3.314325113024097e-06]
2023-013-09.json
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi?
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi? | Penyidik mulai menahan Frank, sejak 27 Oktober 2022, di Rutan Polres Jakarta Selatan. Sementara Syahrir, sempat mangkir dan akan ada upaya paksa bila tidak datang pada panggilan kedua. Akhirnya,  dia menyerahkan diri dan ditahan mulai 1 Desember 2022.Ceritanya, Adimulia mulai mengurus perpanjangan sertifikat HGU sejak 2019. Frank menugaskan Sudarso dan meminta aktif melaporkan perkembangan. Sudarso mulai siapkan dokumen administrasi, menghubungi Syahrir hingga beberapa kali bertemu.Syahrir minta Rp3,5 miliar dalam bentuk mata uang asing dengan uang muka 40-60%. Syahrir janji segera percepat prosesnya.Sudarso lalu memberitahu Frank. Dia minta sediakan US120.000 Singapura setara Rp1,2 miliar untuk pemberian tahap awal. Frank setuju. September 2021, Syahrir memerintahkan Sudarso mengantar uang di rumah dinas. Syahrir melarang Sudarso bawa alat komunikasi.Beberapa hari kemudian, Syahrir langsung pimpin rapat ekspos permohonan perpanjangan HGU Adimulia di Prime Park Hotel, Pekanbaru. Kesimpulannya, Syahrir menyatakan usulan itu bisa ditindaklanjuti bila ada rekomendasi dari Andi. Isinya, tidak keberatan kebun masyarakat (plasma) di Kampar dan tak perlu membangun lagi di Kuantan Singingi.HGU Adimulia terletak di dua lokasi. Pertama, Kecamatan Kampar Kiri, Kampar, seluas 5.300 hektar. Kedua, Kecamatan Singingi Hilir, Kuantan Singingi, seluas 6.485 hektar. Di lokasi kedua belum ada kebun plasma padahal satu syarat HGU dapat diperpanjang bila perusahaan bersedia memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat minimal 20% dari luas HGU. Aturan ini tertuang dalam Permen ATR/Kepala BPN 7/2017 yang diubah dengan Permen ATR/Kepala BPN 18/2021 tentang tata cara penetapan hak pengelolaan dan hak atas tanah.Karena merasa kebun plasma di Kampar sudah cukup, Frank kembali menugaskan Sudarso mengajukan permohonan ke Andi supaya mendapat rekomendasi yang diminta Syahrir.
[0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08]
2023-013-09.json
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi?
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi? | Sudarso bertemu Andi beberapa kali di rumahnya maupun di rumah dinas bupati. Andi juga minta Rp2 miliar.Frank setuju tetapi bertahap. Tahap awal, Sudarso menyerahkan Rp500 juta. Pada 18 Oktober 2021, Sudarso mau menambah Rp200 juta lagi tetapi keburu tertangkap KPK.Malamnya, Andi menyerahkan diri ke Mapolda Riau. Dari persidangan Sudarso dan Andi, keterlibatan Syahrir pun terungkap.“Atas perbuatan para tersangka, maka saudara FW dan saudara Sdr sebagai pemberi melanggar Pasal 5 Ayat 1 huruf a atau b atau Pasal 13 UU 31/1999 sebagaimana diubah dengan UU 20/2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55 Ayat 1 ke 1 KUHP,” kata Firli Bahuri. Baca juga: Kasus Suap Izin HGU:  Petinggi Perusahaan Sawit di Riau Vonis Dua Tahun Sedangkan Syahrir, sebagai penerima, melanggar Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 UU yang sama.Syahrir sulit mengelak tak meminta uang dalam proses perpanjangan HGU Adimulia. Anak buahnya saja terang-terangan mengaku terima jatah dari perusahaan dan mengembalikan uang ke KPK. Rapat panitia pemeriksaan tanah yang diselenggarakan Kanwil BPN Riau di Prime Park Hotel, ditanggung perusahaan. Termasuk biaya operasional ke areal HGU yang akan diperpanjang.HGU Adimulia akan berakhir Desember 2024.Umar Fathoni, Kepala Bidang Penetapan Hak dan Pendaftaran, Kanwil BPN Riau, mengatakan,  proses perpanjangan HGU perusahaan ini terhenti sejak KPK membongkar praktik suap di lingkungan instansi pertanahan. Semua dokumen terkait disita komisi antirasuah.“Karena sedang proses hukum, kami tidak bisa memberikan statement. Ikuti saja proses hukumnya.”Umar dua kali jadi saksi dalam kasus korupsi perpanjangan HGU Adimulia. Masing-masing di persidangan perkara Sudarso dan Andi.Kasus Syahrir, penyidik KPK juga meminta keterangannya. Umar mengaku terima Rp15 juta usai rapat ekspos Panitia B di Prime Park Hotel, yang dipimpin Syahrir.
[0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08]
2023-013-09.json
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi?
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi? | Meski perpanjangan HGU Adimulia belum dapat proses, Umar menyebut perusahaan perkebunan yang hendak mendapat pembaruan hak atas tanah, tetap wajib memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat minimal 20% dari luas HGU. Hanya, mengenai proses penentuan lokasi dan jumlah petani penerima, ditetapkan bupati dan Dinas Perkebunan setempat.“Yang pasti ketika perpanjangan kami minta persyaratan itu,” kata Umar.Fahmi Zulfadli, legal Adimulia Agrolestari, irit bicara ketika Mongabay menghubunginya, 9 Desember siang.  Dia bilang, pemberitaan mengenai penetapan tersangka bosnya sudah banyak tersiar di media dan cukup mengikuti proses hukum saja.Fahmi juga bersaksi dalam perkara Sudarso dan Andi. Perannya, mengurus segala macam administrasi permohonan perpanjangan HGU, komunikasi ke sejumlah pejabat di instansi pertanahan kabupaten dan provinsi, termasuk bagi-bagi amplop berisi uang pada pejabat usai rapat ekspos Panitia B bahas kelengkapan dokumen mereka.  Tertutup Ahmad Surambo, Direktur Sawit Watch, tak heran kasus korupsi menjerat petinggi Adimulia, pejabat instansi pertanahan hingga kepala daerah. Menurut dia, pendaftaran maupun perpanjangan HGU diduga rawan dan krusial jadi pintu korupsi karena proses tak transparan.Tahapan-tahapannya,  jadi jalan negoisasi antara perusahaan dengan BPN karena pemerintah menganggap HGU wilayah privat dan rahasia. Hanya kedua pihak (BPN dan perusahaan) yang tahu.Lain hal bila ada pelibatan publik. Selama ini, katanya, masyarakat hanya tahu setelah HGU terbit atau pada waktu masa berlaku konsesi itu akan berakhir. Itu pun, kata Surambo,  hanya informasi mengenai nomor surat keputusan dan sertifikat, tak termasuk batas-batas maupun peta HGU.
[0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08]
2023-013-09.json
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi?
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi? | Seharusnya, risalah Pantia B diumumkan. Dari catatan itu teridentifikasi hak-hak masyarakat yang bersinggungan atau tumpang tindih. Hal ini, katanya, menyangkut pembebasan lahan atau ganti rugi yang jadi tanggungjawab perusahaan pemegang izin.“Kalau mau perbaikan (tata kelola BPN bebas korupsi) harus dibuat publik domain. Publik bisa mengawasi. Konflik lahan pun bisa dihindari sedini mungkin. Peluang korupsi juga makin kecil.”Jangan sampai, kata Surambo,  masyarakat tahu di ujung seperti sekarang. “Tiba-tiba terbit sertifikat. Penerbitan HGU kewenangaan negara. Karena itu rakyat mesti tahu karena bagian dari negara.”Tahapan pelibatan publik, katanya,  dapat mulai dari pengumuman akan ada perkebunan. Sejak izin lokasi keluar, izin usaha perkebunan sampai penerbitan HGU. Bahkan, katanya,  lebih jauh lagi, harusnya pada saat penyusunan tata ruang.Dari sinilah masyarakat akan mengetahui fungsi atau peruntukan tiap-tiap ruang yang ditetapkan pemerintah.Surambo tak sepenuhnya yakin dengan pelibatan kepala desa dalam rapat ekspos Panitia B yang diselenggarakan Kanwil BPN, saat pembahasan permohonan pendaftaran maupun perpanjangan HGU. Proses itu belum cukup. Kepala desa, katanya,  terkadang tidak meneruskan informasi atau kesimpulan rapat ke masyarakat. Pada banyak kasus, terjadi konflik ketika terbit HGU.Soal kewajiban perusahaan bangun kebun plasma, Marselinus Andri,  Kepala Departemen Advokasi, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) bilang, hal itu seharusnya ada sejak perusahaan mengajukan permohonan. Ia dibuktikan dengan peta lokasi lahan yang hendak dibangun.Kemudian, panitia pemeriksaan tanah mengecek berkas dan verifikasi lapangan. Jadi, sebelum menambah jangka waktu kepemilikan HGU, BPN benar-benar memastikan perusahaan sudah memiliki plasma.
[1.0, 9.411081913768271e-10, 1.0164515895638715e-09]
2023-013-09.json
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi?
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi? | Menurut Andri, ketiadaan kebun plasma di sekitar HGU perusahaan bisa menimbulkan berbagai dampak. Antara lain, masyarakat kehilangan lahan, mata pencarian dan kerugian ekonomi selama perusahaan beroperasi. Bila perusahaan kesulitan karena tak ada alokasi lahan yang hendak dibangun kebun masyarakat, mestinya pada masa perpanjangan HGU ini dengan sukarela mengurangi sebagian kebun inti mereka.“BPN pun mestinya mempertimbangkan kondisi itu atau tidak melanjutkan sama sekali pemberian HGU. Ketimbang melahirkan konflik. Di sini pula peran kepala daerah memastikan hak-hak masyarakat dari kewajiban perusahaan.”  Salahi aturanMenyoal rekomendasi Andi, perusahaan tak perlu memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat minimal 20% dari luas HGU, Surambo bilang, keputusan itu tergolong perbuatan melawan hukum. Kewajiban itu, katanya,  sudah tertuang dalam Permen ATR/Kepala BPN 18/2021.Jauh sebelumnya, juga diatur dalam UU 39/2014 tentang perkebunan dan Permentan 98/2013 mengenai perizinan usaha perkebunan.Andai perusahaan kesulitan mencari lahan—alasan ini dipakai Sudarso ketika Adimulia Agrolestari enggan membangun kebun plasma buat masyarakat sekitar areal HGU–, kata Surambo, perusahaan bisa membangun bisnis dengan melibatkan masyarakat senilai biaya bangun kebun plasma paling sedikit 20%.“Yang saya khawatirkan, membangun lahan masyarakat nilainya lebih kecil dibandingkan nyetor ke bupati. Dia pilih bayar saja. Enggak panjang prosesnya. Negoisasi cukup dengan bupati saja.”Senada dikatakan Marselinus Andri, Kepala Departemen Advokasi, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS). Kewajiban perusahaan memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat, katanya, sudah harus ada sejak perusahaan mengajukan permohonan.
[0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08]
2023-013-09.json
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi?
Bagaimana Perkembangan Kasus Korupsi Perpanjangan HGU Kebun Sawit di Kuantan Singingi? | Hal itu,  dibuktikan dengan peta lokasi lahan yang hendak dibangun. Kemudian, panitia pemeriksaan tanah mengecek berkas itu dan verifikasi lapangan. Jadi, sebelum menambah jangka waktu kepemilikan HGU, BPN benar-benar memastikan perusahaan sudah memiliki plasma.Andri juga mengkritik Syahrir yang buat rekomendasi Bupati Kuantan Singingi agar setuju tak ada kebun plasma. Seharusnya, kata Andri, bupati menetapkan calon petani calon lahan (CPCPL) yang akan menerima kemitraan perkebunan dari perusahaan. Bukan turut menyalahi aturan BPN mengenai pemberian maupun perpanjangan HGU, kaitan kebun plasma karena tak ada pengecualian.“Saya kira itu pelanggaran yang jelas oleh BPN.”Masyarakat bisa mengadukan keberatan perihal perpanjangan HGU, katanya, karena secara faktual perusahaan belum membangun minimal 20% kebun plasma. “Keberatan inilah yang jadi pertimbangan bagi BPN untuk tidak memberikan perpanjangan hak. Bukan meminta rekomendasi untuk membenarkan pelanggaran itu,” kata Andri.Dia bilang, ketiadaan kebun plasma di sekitar HGU perusahaan bisa menimbulkan berbagai dampak, seperti masyarakat kehilangan lahan, mata pencarian dan kerugian ekonomi selama perusahaan beroperasi. Bila perusahaan kesulitan karena tak ada alokasi lahan yang hendak dibangun kebun masyarakat, kata Andri, mestinya pada masa perpanjangan HGU ini dengan sukarela mengurangi sebagian kebun inti mereka.“BPN pun mestinya mempertimbangkan kondisi itu atau tidak melanjutkan sama sekali pemberian HGU. Ketimbang melahirkan konflik. Di sini pula peran kepala daerah memastikan hak-hak masyarakat dari kewajiban perusahaan.”  ******** [SEP]
[0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08]
2018-042-07.json
10 Jenis Ikan Air Tawar Paling Ganas di Dunia
10 Jenis Ikan Air Tawar Paling Ganas di Dunia | [CLS]  Di penghujung Juni 2018, publik hangat membicarakan ikan Arapaima gigas yang dilepaskan pihak tak bertanggung jawab di Sungai Brantas, Mojokerto, Jawa Timur.Ikan air tawar endemik Sungai Amazon di Amerika Selatan ini, sejatinya sudah dilarang masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan   Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2014. Mengapa ikan yang panjangnya bisa mencapai empat meter ini begitu ditakutkan kehadirannya?Renny Kurnia Hadiaty, peneliti iktiologi atau biologi ikan dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, dalam keterangan tertulisnya kepada media menjelaskan Arapaima gigas   sangat berbahaya bagi ikan asli Indonesia karena sifatnya yang predator. “Jenis yang dinamai Pirarucu   atau ikan merah oleh masyarakat sekitar Amazon ini tidak hanya memangsa ikan tetapi juga melahap udang, katak, hingga burung yang terbang di sekitar permukaan air.”Renny melanjutkan, hadirnya Arapaima gigas   dipastikan menjadi pesaing ikan asli yang telah ada. Tidak hanya dalam hal makanan tetapi juga pemanfaatan ruang jelajah. “Ukurannya yang besar pastinya akan menghabisi satwa akuatik asli di perairan yang dimasukinya. Terlebih, jenis ini bisa beradaptasi di lingkungan yang tidak ideal sekalipun dan kemampuan reproduksinya hingga 50 ribu butir dalam sekali pembuahan,” jelasnya.Baca: Ikan Arapaima, Ikan Berbahaya yang Masuk ke Indonesia  Haryono dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menambahkan, di negara asalnya Arapaima gigas  sudah mengalami   overfishing. Bahkan, Pemerintah Brasil telah mengeluarkan larangan untuk menangkapnya sejak 2001. Meski begitu, penangkapan ilegal terus terjadi sehingga diduga populasinya menurun.“Arapaima gigas   yang dilepas di Sungai Brantas dan di perairan air tawar Indonesia harus ditangkap seluruhnya. Sosialisasi peraturan harus digiatkan agar pelaku, pengusaha, dan pemelihara ikan hias mengerti, hingga sanki yang harus diberikan,” jelasnya.  
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-042-07.json
10 Jenis Ikan Air Tawar Paling Ganas di Dunia
10 Jenis Ikan Air Tawar Paling Ganas di Dunia | Michael Risdianto dari Wild Water Indonesia, dalam keterangan tertulisnya menyayangkan pelepasan spesies asing invasif yang pastinya merugikan sumber ikan lokal dan lingkungan kita. “Ikan predator yang beratnya bisa mencapai 200 kilogram ini akan merusak keaslian ekosistem perairan Sungai Brantas. Untuk perairan Indonesia yang lebih baik, mari kita selamatkan ikan lokal dan jaga sumber mata air yang ada,” tandasnya.Arapaima gigas   masuk Appendix II dalam daftar   Convention International Trade in Endangered   (CITES). Artinya, jenis ini belum mengalami kepunahan, namun harus diawasi perdagangannya agar tetap tejaga kelestariannya.Baca: Ikan Endemik Sungai Brantas Terancam Keberadaan Arapaima  Selain Arapaima, sejatinya ada beberapa jenis ikan air tawar predator yang mematikan. Mongabay Indonesia telah mengumpulkan 10 ikan air tawar terganas dari berbagai sumber yang patut Anda ketahui.  Jenis ini sudah mendapatkan reputasi sebagai ikan air tawar sangat berbahaya, dan sering ditampilkan dalam film-film thriller Hollywood. Piranha atau piraña adalah ikan air tawar terganas dan predator yang hidup di sungai-sungai di Amerika Selatan. Ikan ini  selalu mencari makan berkelompok, melahap satwa dengan cepat juga ikan, siput, serangga yang hinggap di air, hingga tanaman-tanaman sungai.   Belut listrik sebenarnya adalah jenis ikan todak dan lebih terkait erat dengan ikan lele dibandingkan belut sejati. Ikan yang tidak biasa ini menghuni perairan di Amazon dan lembah Orinoco di Amerika Selatan, tempat mereka berburu mangsa dan mempertahankan diri dengan menghasilkan semburan listrik yang kuat dan mematikan.Belut listrik menghirup udara dari permukaan untuk bernafas. Berkat organ internal khusus, ia dapat menghasilkan kejutan listrik lebih besar dari 500 volt. Itu cukup untuk membunuh manusia dewasa. Jenis ini hanya menyerang manusia jika terganggu dan cenderung hidup di air yang keruh dan stagnan.   
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2018-042-07.json
10 Jenis Ikan Air Tawar Paling Ganas di Dunia
10 Jenis Ikan Air Tawar Paling Ganas di Dunia | Ikan ini cukup ditakuti.   Para ahli biologi seringkali memperingatkan bahwa ikan air tawar ini dapat dengan mudah menghabisi hewan-hewan air tawar lain di Amerika Utara.Predator ini terkenal rakus memburu makanan, memangsa invertebrata, katak, dan ikan yang lebih kecil, bahkan menyerang apa pun yang bergerak.Snakehead dapat hidup di luar air hingga empat hari lamanya dan bisa bertahan dari kekeringan di sungai dengan menggali ke dalam lumpur.   Nama snakehead mengacu pada bentuk kepalanya yang menyerupai kepala ular.   Ikan muskellunge (Esox masquinongy) adalah raja habitat air tawar di Amerika Utara, bisa tumbuh sepanjang 1,8 meter dan beratnya mencapai 32 kilogram.   Ikan ini masih berkerabat dengan barracuda, berbadan besar, panjang, bergigi tajam, dan tentu saja kuat. Muskellunge dapat dengan mudah menarik mangsanya yang besar ke bawah air.   Ikan pari air tawar raksasa diketahui menghuni sungai-sungai di Asia Tenggara dan Australia utara, panjangnya hingga 5 meter dengan berat hingga 600 kilogram. Sangat sedikit informasinya, termasuk berapa banyak yang tersisa, dan apakah bisa hidup di air asin.Jenis ini sulit dilihat, karena sering mengubur diri di sedimen sungai. Tubuhnya memiliki duri di pangkal ekor sepanjang 28 cm yang mengandung racun mematikan. Banyak ilmuwan takut bila ikan ini terancam akibat hilangnya habitat dan polusi air sungai.   Ikan ini disebut sebagai vampirnya dunia ikan. Ikan yang  yang banyak ditemukan di perairan air tawar di Amerika Selatan ini memiliki ciri khas  taring bawah yang panjang dan tajam.Payara sangat licin, lincah, dan, memiliki warna silver mencolok. Tubuhnya, bisa sepanjang setengah meter dan giginya yang tajam dengan mudah menembus daging mangsanya. Mereka dikenal sebagai pemangsa ikan-ikan piranha. Ikan candiru. Sumber foto: The Natural History Museum/Alamy Stock Photo via BBC.com  
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-042-07.json
10 Jenis Ikan Air Tawar Paling Ganas di Dunia
10 Jenis Ikan Air Tawar Paling Ganas di Dunia | Ikan ini ukurannya kecil, sekitar 15 cm panjangnya. Namun karena ukurannya ini, ia menjadi salah satu ikan air tawar paling ditakuti di dunia. Biasanya, memakan insang ikan yang lebih besar di Amazon. Namun, selama beberapa abad terakhir telah ada laporan tentang makhluk-makhluk ini di uretra manusia, masuk melalui lubang-lubang tubuh.Candiru adalah ikan parasit, sekali mereka masuk ke salah satu lubang, entah itu anus, vagina atau salurang kencing, mereka akan tinggal di sana dengan mencampur rasa sakit luar biasa. Sialnya, ikan ini tidak bisa dikeluarkan dengan cara biasa, hanya melalui operasi.   Hiu ini banyak ditemukan di perairan dangkal dan hangat sepanjang pantai. Inilah mengapa sangat berbahaya bagi manusia. Hiu banteng bisa lama beredar di air tawar atau sungai meski bukan jenis hiu sungai sejati. Jenis ini memangsa ikan, penyu, burung, kerang, udang-udangan, bahkan mamalia darat.   Ini adalah  jenis ikan aligator terbesar di dunia. Ikan ini  pada umumnya memiliki panjang 2,5 meter dengan berat 100 kg. Alligator gar biasanya memakan ikan kecil, serangga, mamalia air dan bahkan buaya berukuran kecil. Ikan ini sangat agresif, dan di berbagai negara dilarang untuk diperjualbelikan karena bisa merusak ekosistem alami sungai.Oleh para ahli, Alligator gar dianggap sebagai fosil hidup. Ini dikarenakan tergolong primitif yang sudah ada sejak   ratusan juta tahun lalu. Jenis ini merupakan ikan asli Amerika Serikat bagian Selatan, yakni perairan sepanjang Texas dan Oklahoma juga Sungai Mississipi, Sungai Ohio dan Missouri hingga ke Meksiko. Giginya tajam menyeramkan, meski begitu belum ada laporan penyerangan terhadap manusia.   Ikan ini hidup di sungai-sungai besar di Afrika, sebagai predator ganas dengan gigi-gigi tajam yang besar. Mereka sering berburu berkelompok dan sesekali memakan hewan besar. Referensi:  [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2020-045-09.json
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | [CLS]      Pada 2018, Pemerintah Desa Palipi, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, menerabas seperempat hektar hutan mangrove demi memuluskan program pengembangan potensi desa, dengan mencetak tambak kepiting. Pohon-pohon mangrove yang sekian lama melindungi kampung dari ombak ganas dan tsunami 1969 itu dicabut, roboh dengan alat berat.Ia melepas ribuan gram karbon dioksida ke langit. Lahan yang tumbuh mangrove jenis Sonneratia sp itu sekejap jadi kolam berlumpur.Perusakan ini membuat Sudirman, sang Kepala Desa terjerat hukum. Dia orang yang bertanggungjawab atas kasus itu. Polisi menyangka Sudirman melanggar rentetan pasal di sejumlah Undang-undang yang mengatur perlindungan pesisir, lingkungan hidup, dan kehutanan.Ketika kasus itu bergulir di meja hijau, hakim mengetuk palu, memvonis bebas Sudirman.Kalau mengenang itu, Aziil Anwar kecewa. Untuk kesekian kalinya hukum tak bisa diandalkan. Aziil adalah seorang pegiat lingkungan di Majene.Saat kasus Palipi, dia jadi saksi dan berada di garis depan menentang perusakan itu. Dia ingin, pelaku diberi efek jera.Aziil tidak berlebihan. Orang yang terbukti merusak, tetapi lolos, orang lain bukan mustahil tentu mengikuti jejak dan menempatkan hutan mangrove jadi sasaran empuk pembabatan.“Tidak tahu kenapa bisa lolos,” kesal Aziil.Mungkin, kasus di Palipi bukan yang terakhir. Orang-orang yang berniat merusak mangrove di Sendana, belumlah habis. Jembatan menuju hutan mangrove Baluno. Foto: Agus Mawan/ Mongbay Indonesia Terdepak ke MajenePada suatu sore awal Juni 2020, kami berjumpa di Mangrove Learning Center (MLC), di Binanga, desa pesisir di Sendana, Majene. Separuh usia Aziil habis untuk melestarikan mangrove di MLC.Di MLC, mangrove tumbuh menjulang dengan lebat membentuk hamparan kanopi, di sebuah pulau karang bernama Baluno. Ribuan mangrove nan hijau menghampar, jadi tempat bermain burung dan ‘kasur’ bagi kalelawar.
[0.46379584074020386, 0.011239985935389996, 0.5249642133712769]
2020-045-09.json
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Ombak pantai begitu tenang, di bawahnya ikan bergerombol. Pemandangan ini sungguh menenangkan hati.Dari Pantai Binanga, jarak ke Baluno tidak lebih 20 meter. Saya berjalan kaki, menyebrangi pantai melalui jembatan kayu warna-warni yang meliuk ke dalam hutan mangrove.Di ujung jembatan, berderet ratusan bibit mangrove. Setiap sudut tumbuh mangrove di paparan karang cadas. Ada yang batang tinggi, ada baru belajar tumbuh. Ketika di tengah pulau, cahaya meredup dan udara menjadi sejuk. Sepi tapi asri.Di MLC ada sarana bagi pengunjung. Ada spot foto, dan pondok nyaman dari panggung kayu. Toilet dan Perpustakaan. Saban tahun, mereka juga menggelar Festival Mangrove. Selain rekreasi, MLC adalah tempat belajar yang menyenangkan seputar konservasi pesisir dan mangrove.Aziil, sang penggagas MLC tinggal di sini. Dia tinggal di tepi jalan poros Majene, yang jarang ditempati. Aziil lebih nyaman menempati rumah panggung itu. Di sinilah, lelaki 62 tahun itu menerima tamu. Di belakang rumah merah itu, juga ada ratusan bibit terbungkus polybag.Ruang kerja Aziil di lantai bawah dengan luas 12 meter. Isinya padat. Ada peranti komputer. Televisi. Kasur kecil. Ada tangga ke lantai dua. Rak-rak kayu tertata banyak benda. Di dinding terpacak pigura. Di sinilah Aziil menyambut saya, pada waktu senggang bermain gim.Aziil banyak berjasa dalam pemulihan mangrove di kawasan ini. MLC berhasil mengembalikan ekosistem pesisir yang kritis. Banyak orang belajar dari Aziil. Aziil itu contoh, bagaimana pulau berkarang mati dan pesisir rusak parah, jadi benteng ekologi, yang dapat menghadang abrasi ke perkampungan. Teh mangrove buatan MLC. Foto: Agus Mawan/ Mongabay Indonesia Cerita ini tak mungkin ada, bila Aziil muda tak melanjutkan sekolah di Makassar pada 1974 dan memilih menetap di tanah kelahirannya yang kaya rempah-rempah, Ternate, Maluku Utara.Di Ternate, Aziil hidup di Soa-sio, wilayah berbukit tempat Keraton Kesultanan Ternate berdiri.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2020-045-09.json
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | “Mau lanjut dulu di jurusan Pertanian. Cuman di Makassar waktu itu yang ada SMA,” katanya bercerita.Pada 1977, Aziil menamatkan sekolah. Aziil remaja melanglang buana ke Jakarta dan Palembang. Pada 1983, ketika usia 25 tahun, Aziil pulang ke Makassar yang saat itu di bawah kepemimpinan perwira militer. Dia dengar kabar, kalau kehutanan membuka penerimaan pegawai negeri. Aziil lalu mendaftarkan diri dan diterima.Aziil lantas berdinas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, sebagai penyuluh kehutanan, ketika hutan di daerah itu tergerus lahan perkebunan. Dua tahun hidup di bumi Massenrenpulu, Aziil mempersunting Samsudirah.Di tahun itu, putra pertamanya lahir. Putra pertama diberi nama Firhan Rimbawan. Selang dua tahun, anak kedua pun lahir: Fuad Hasan.Pada 1989, Dinas Kehutanan menggalakkan program demonstrasi plot (demplot) perkebunan. Kebun-kebun itu akan jadi percontohan. Harusnya, Aziil bersama empat kawannya terlibat di program itu tetapi mereka membangkang.“Demplot kan harusnya petani yang kerja, bukan kita. Cuma atasan suruh kita kerja, uangnya dia ambil,” kenang Aziil. “Aih melawan kita.”Pembangkangan itu membuat Aziil bersama empat kawannya didepak ke Majene. Tahun itu, Majene masih di pangkuan Sulsel, dikenal ‘angker’ bagi pegawai negeri yang kena mutasi. “Yang empat orang itu asli sini ji.”Di Majene, Aziil masih menyandang penyuluh kehutanan. ‘Pengasingan’ itu bikin geliat aktivisme lingkungan Aziil tumbuh—kalau tak ingin menyebutnya menggila. “Cuman masih termasuk PNS melawan toh, tidak pernah pakai seragam apa,” kata Aziil.“Itu bos-bos di Kehutanan kayak dia biarkan saja, karena positif. Membangkang tapi positif.”
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2020-045-09.json
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Ketika di Majene, putri pertama lahir. Aziil menyematkan unsur Mandar di namanya, Fiani Mandharina. Lalu, lahir lagi tiga anak perempuan, Fauzia Mandharani, Fitri Mandharini, dan Faiza Mandharaini. Praktis, Aziil dan Samsudirah mengasuh enam anak kala itu. Ketika kami bertemu, para putri Aziil telah meninggal dunia.Di Sendana, Aziil mengisi akhir pekan dengan bermain bola voli. Aziil bersama pemuda setempat bikin klub voli: klub pencinta hijau. Pantai yang berseberangan dengan Pulau Baluno dia sulap jadi tempat berlaga mereka.Tiap bermain, selalu ada yang menarik perhatian Aziil dan buat dia tercengang. “Kenapa bisa tumbuh begitu saja mangrove di sini ini?”Bagaimana kalau menambah mangrove itu? Maka, paruh 1990, Aziil memulai apa yang bagi orang lain itu mustahil: menumbuhkan mangrove di atas paparan karang. Inilah cikal bakal MLC. “Kita coba-coba tanam.”Gaji PNS yang sedikit Aziil jadikan modal. Duit itu buat biaya pencarian bibit di Mamuju, sambil memungut bibit gratis, yang terdampar arus ke Sendana.Bibit-bibit itu pun terkumpul.Celaka, dari ratusan bibit, yang tumbuh hanya seperempat. Aziil lekas sadar, mangrove bak seorang bayi. Perlu dielus, dimanja, dan dirawat. Selain merangsang bibit dengan tanah, Aziil harus tekun membersihkan gerogotan tiram dari bibit itu berkala, sampai usia bibit dua tahun.“Yah… Ternyata berhasil!”Keberhasilan Aziil bersama kawannya mengharuskan sebuah wadah. Pada 1993, mereka membentuk Yayasan Pemuda Mitra Masyarakat Desa (YPMMD), dan resmi berdiri dua tahun berikutnya. Bagi Aziil membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), agar aksi mereka kelak terarah dan berkesinambungan. Kala itu, Aziil berusia 32 tahun.“Itulah yayasan kita Yayasan Pemuda Mitra Masyarakat Desa. Karena dulu masih muda.” Dia terbahak.Aksi Aziil tak mulus. Bayangkan, hutan mangrove yang dulu tempat warga leluasa menternak kambing, tiba-tiba diproteksi. Bukankah itu memantik masalah?
[0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492]
2020-045-09.json
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | “Ada satu kepala lingkungan yang melawan, artinya, menebang-menebang saja. Untuk jadi pakan kambing. Kita kasih tahu, dipangkas saja. Tidak mau dengar, terpaksa kita lapor polisi. Wajib lapor mi dia.” “Tapi sekarang, dia jadi pendukung utama. Dia tahu betul mi manfaatnya.” Sampah di laut di sekitar mangrove yang dibersihkan MLC. Foto: Agus mawan/ Mongabay Indinesia Berbagai program lalu dikembangkan Aziil. Mereka melibatkan masyarakat sekitar. Di mana-mana, Aziil berceramah soal mangrove, sambil mengajak pemuda peduli lingkungan.Berat memang, tetapi Aziil sejenak bisa lega dan senang karena membuahkan hasil. Banyak orang sekitar ikut tergerak. Berkat itulah, dia bisa dinobatkan di berbagai penghargaan.Pada 1993, Aziil meraih penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Nasional di Bidang Lingkungan. Pada Aziil Presiden Soeharto memberikan piagam itu. Sepuluh tahun berselang, penghargaan kembali disabet Aziil. Kali ini spesial; Kalpataru. Dia sebagai pengabdi lingkungan yang berseragam korpri.Di balik itu, ada dukungan Samsudirah. Sang istri tentu bangga punya suami seorang Aziil. Namun, di tubuh Samsudirah kanker bersemayam. Pada 2005, Samsudirah, meninggal dunia. Aziil terus melanjutkan apa yang dia mulai 15 tahun lalu.Dua tahun menduda, Aziil lalu menikahi Nurlela, perempuan Mandar. Darinya, dua putra lahir. Anak pertamanya, Faizan Rimba Perkasa lahir pada 2010, dan dua tahun berselang Flavien Cakra Belantara, lahir.Pada 2013, Aziil kembali menoreh penghargaan dari United Nation Environment Programme. Tetapi, musibah kerap mengintai siapapun. Di tahun sama, rumah Aziil dilalap api. Semua berkas jadi abu, hanya lembar ijazah yang selamat. Semangat Aziil tidak ikut terlalap api.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2020-045-09.json
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Bersama anak-anaknya, MLC kian mantap. MLC kini tak ubahnya sekolah. Gurunya, adalah Firhan, Fuad, dan Fiani. Siswa dari berbagai sekolah di Majene, saban pekan datang belajar sambil berkemah. Ibu-ibu sekitar MLC juga diajak. Menanam dan merawat. Berkat ini, pada 2015, Yayasan Keragaman Hayati Indonesia (Kehati) memberi penghargaan buat Aziil sebagai kategori Prakarsa Lestari Kehati dalam KEHATI Award VIII. Dua tahun berselang, Aziil pensiun sebagai PNS. Ekowisata dan produk mangroveSekarang, sambil fokus edukasi, MLC juga mengembangkan ekowisata dan pemberdayaan masyarakat. Dari mangrove, jadi produk olahan macam teh, kopi, dan bakso.Selama tiga dekade mangrove yang ditanam sudah seluas 60-an hektar. Lima tahun terakhir, burung-burung singgah ke Baluno. Ada si migran pelikan. Burung-burung kecil. Banyak macam. Itulah, dengan ekosistem ini, pesisir Baluno bakal ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).KEE adalah, kawasan yang dilindungi dan dikelola dengan prinsip konservasi ala hutan konservasi. Penetapannya, berguna untuk melindungi ekosistem esensial dalam kawasan. “Tapi progresnya seperti apa, tidak ditahu. Mungkin fokus ke corona ini dulu,” kata Aziil.Amran Saru, dalam buku ‘Mengungkap Potensi Emas Hijau’ (2013) mengutip hasil penelitian di Florida, bahwa 90% kotoran dari hutan mangrove menghasilkan 35-60% unsur hara. Hutan mangrove selain pengendali iklim mikro, juga habitat bagi satwa, macam burung, primata, dan reptil.Tak hanya itu, tiap individu mangrove menyerap ratusan gram karbon dioksida, salah satu gas penyebab efek rumah kaca. Maka itu, mangrove juga penting dalam pencegahan perubahan iklim, yang satu dekade belakangan menghentak dunia.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2020-045-09.json
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene
Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Mangrove juga punya peran pencegahan bencana. Ia bisa melindungi suatu kawasan dari abrasi, intrusi air laut, dan pengaruh oseanografi. Kestabilan garis pantai juga terjaga dan menumbuhkan daratan baru bila mangrove tumbuh di pesisir. Di Binanga, orang-orang sudah merasakannya.“Secara lingkungan hasilnya mantap sekali!” kata Aziil. “Dulu, di sini kalau musim ombak habis lagi kelapa satu jejer. Permukiman makin berkurang. Ombak lari sampai ke jalanan. Sekarang, Alhamdulillah aman.”Mangrove di Baluno akan terus bertambah, pembibitan tidak berhenti. Orang di pulau sebelah bisa terlibat melalui skema pengasuhan bibit. Bibit itu dibeli lalu ditanam pengasuh atau anak-anak Binanga. “Jadi orang itu seperti punya ikatan dengan mangrovenya,” kata Firhan, kini duduk sebagai Direktur YPMMD.Firhan senang bisa meneruskan perjuangan Aziil. Sebagai anak, dia bangga punya ayah seperti Aziil. Itulah kenapa Aziil menyematkan ‘rimbawan’ di nama Firhan. “Itu doa saja. Supaya dia lanjutkan kegiatan di sini. Karena kalau diharapkan orang lain, kegiatan di sini tidak ada gaji. Susah cari orang yang mau memelihara ini secara tulus,” kata Aziil.Jelang petang, kami duduk di tepi pantai. Anak dan cucunya memungut serakan sampah yang dibawa badai sehari sebelumnya. Mereka kemudian angkut pakai gerobak.Makin langit gelap, makin dingin dan deras pula angin menerpa. Rencananya, kami ingin menyaksikan kalelawar dan burung yang terbang meninggalkan Baluno.  Keterangan foto utama: Aziil Anwar, di hutan mangrovenya. Foto: Agus Mawan/ Mongabay IndonesiaJelang petang di tempat pembibitan MLC. Foto: Agus Mawan/ Mongabay Indonesia [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-035-12.json
Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan
Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan | [CLS] Pembalakan liar dan pembukan lahan merupakan tantangan berat bagi pengelolaan hutan desa di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan. Terutama, di Hutan Desa Muara Merang dan Hutan Desa Kepayang.Hutan Desa Muara Merang yang luasnya 7.250 hektar terus terdegradasi. Berdasarkan peta citra landsat 2002, tutupan hutan kerapatan tingginya sebesar 62 persen dan kerapatan rendahnya 27 persen. Sisanya, semak belukar, kebun, dan lahan terbuka. Sedangkan tahun 2009, hutan kerapatan tingginya menurun menjadi 36 persen, dan kerapatan rendah 24 persen. Sementara, belukar yang tahun 2002 hanya 2 persen meningkat menjadi 20 persen pada 2009.Kondisi ini makin parah pada 2013. Hasil investigasi Wahana Bumi Hijau (WBH) menunjukkan, penebangan liar masih terjadi di areal Hutan Desa Muara Merang dan sekitarnya yang termasuk dalam Hutan Produksi Lalan.Padahal, sejak SK Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Muara Merang tahun 2010, upaya pemberantasan illegal logging telah dilakukan. Lembaga Pengelola Hutan Desa Muara Merang pun telah membentuk Satuan Tugas Hutan Desa dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk patroli bersama. Namun, hal tersebut belum menghentikan laju para penebang liar.Adiosyafri, pegiat dari WBH Sumatera Selatan, menuturkan bahwa hutan desa memberi akses kepada masyarakat untuk mengelola hutan secara lestari. “Pengawasan dan pengendalian terhadap kerusakan penting untuk dilakukan, “ucapnya.Demikian halnya dengan Hutan Desa Kepayang, yang letaknya di kawasan Hutan Produksi Lalan, Musi Banyuasin. Studi degradasi hutan yang dilakuan WBH Sumsel menunjukan, Hutan Desa Kepayang yang  luasnya enam ribu hektar dengan hutan kerapatan tinggi sebesar 29 persen pada 2010 turun drastis menjadi 12 persen pada 2013. Sedangkan hutan kerapatan sedangnya mengalami peningkatan dari 21 persen pada 2010, menjadi 32 persen pada 2013.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2014-035-12.json
Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan
Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan | “Kalau dahulu hutan masih dipenuhi kayu meranti dan ramin dengan ketinggian mencapai puluhan meter, kini pohon yang tersisa dengan kualitas racuk (rendah) pun menjadi sasaran para pebalok,”ucap Adiosyafri.Amsyahrudin, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Lalan, menuturkan bahwa Hutan Desa Muara Merang dan Kepayang masuk dalam kawasan Hutan Produksi Lalan, yang secara umum memiliki tantangan berat terkait pembalakan.“Pembalak liar sudah berani menggunakan alat berat. Bahkan, sebuah kanal yang membelah Hutan Desa Muara Merang sepanjang empat kilometer sudah memasuki zona lindung hutan desa ,”katanya.Menurut Amsyahrudin, akses yang digunakan para pembalak liar di Hutan Desa Muara Merang adalah jalan dari perbatasan Jambi menuju Hutan Tanaman Industri (HTI) Sinar Mas Group. Selain itu juga dari jalur Sungai Muara Merang.Sedangkan  akses yang digunakan menuju Hutan Desa Kepayang dan sekitarnya adalah Sungai Kritak, Nuaran, Kepayang, serta parit-parit yang berada di areal tersebut. Disinyalir, mereka masuk melalui perkebunan hutan tanaman industri yang berbatasan dengan Hutan Desa Kepayang melalui kanal-kanalnya.Degradasi hutan di Kabupaten Musi Banyuasin tidak hanya terjadi di hutan desa. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin mengakui sekitar 50 persen dari 719.976 hektar luas hutan di sana mengalami kerusakan.Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2012-030-07.json
Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade
Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade | [CLS] Indonesia dan Malaysia kehilangan lebih dari 11 juta hektar hutan tropis dalam satu dekade antara tahun 2000 dan 2010. Hal ini diungkapkan dalam sebuah publikasi yang diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology. Wilayah ini sama luasnya dengan negara Denmark atau negara bagian Virginia di Amerika Serikat.Sejumlah besar hutan yang hilang adalah di hutan dataran rendah, yang musnah seluas 7.8 juta hektar atau 11% dibanding tutupan hutan di tahun 2000. Hutan gambut mengalami persentase kehilangan yang terbesar, yaitu 19.7%. Hutan dataran rendah secara historis menjadi target pertama dalam penebangan hutan sebelum diubah menjadi laan pertanian. Konversi lahan gambut semakin meningkat dari masa ke masa untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan indystri kertas.Penelitian ini juga membagi perubahan tutupan hutan berdasar pulau. Kalimantan, yang terbagi antara Indonesia, Malaysia dan Brunei, memuncaki daftar area yang hilang dengan 5 juta hektar sepanjang periode tersebut, atau sekitar 12 persen dari tutupan hutan tahun 2000. Namun, kecepatan kemusnahan hutan yang tertinggi terjadi di Sumatera, yang terpapas sekitar 23.7% dari luas tutupan hutan atau sekitar 3.5 juta hektar.Sabah dan Sarawak, yang juga ada di wilayah Kalimantan, kehilangan lebih dari 15% hutannnya sepanjang satu dekade tersebut.Satu-satunya pulau yang terpantau terjadi reforestasi adalah Jawa, yang bertambah 37.000 hektar atau 4 persen dari jumlah tutupan hutan tahun 2000.Hutan gambut adalah wilayah yang paling banyak hilang. Sumatera kehilangan 41% lahan gambutnya sepanjang dekade tersebut, sementara Kalimantan kehilangan seperempat lahan gambut mereka. Malaysia sendiri kehilangan 45.3% lahan gambut antara 2000 hingga 2010.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2012-030-07.json
Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade
Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade | Data ini dibuat berdasar analisis dari data satelit Landsat oleh Jukka Miettinen, Chenghua Shi dan Soo Chin Liew dari Center for Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP) di Universitas Nasional Singapura (NUS).Secara keseluruhan para peneliti memperkirakan kehilangan hutan di Indonesia mencapai 8.8 juta hektar atau 9.3% dalam kurun waktu di dalam studi ini. Malaysia kehilangan 2.3 juta hektar hutan, atau 13.2%. Hasil ini sangat berbeda dari terbitan resmi yang dirilis oleh PBB tahun lalu, dimana hutan di Indonesia hilang seluas 4.9 juta hektar dan sekitar 1 hingga 1.3 juta hektar di Malaysia. Badan PBB, FAO secara tradisional bergantung pada data yang mereka miliki terkait tutupan hutan, dan tidak bergantung pada analisis satelit. Namun pendekatan itu kini berubah saat FAO merilis perkiraan tutupan hutan berbasis satelit.CITATION: Jukka Miettinen, Chenghua Shi and Soo Chin Liew. Deforestation rates in insular Southeast Asia between 2000 and 2010. Global Change Biology (2011) 17, 2261–2270, doi: 10.1111/j.1365-2486.2011.02398.x [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2022-047-05.json
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | [CLS]  Kampung Karst Rammang-rammang kian dikenal masyarakat luas dengan segala keindahan dan keunikannya. Menawarkan pemandangan batu kapur atau gamping menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.Kehadiran obyek wisata yang terletak di dua dusun yakni Dusun Rammang-rammang dan Dusun Salenrang, Desa Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan itu, tidak lepas dari inisiasi masyarakat setempat dan pemerintah desa menuju ekowisata Rammang-rammang.Berbasis masyarakat, kawasan karst terbesar kedua di dunia ini telah banyak dikunjungi wisatawan domestik hingga mancanegara sejak 2015. Bahkan telah disambangi para ilmuwan dan peneliti sejak tahun 90-an.Dalam konsep pengembangan wisata Rammang-rammang, masyarakat lokal memilih konsisten terhadap konsep desa wisata, memanfaatkan potensi wisata desa lewat potensi yang dimiliki masyarakatnya.Saat ini, masyarakat Rammang-rammang didukung pemerintah Desa Salenrang sedang meniti dan menapaki jalan-jalan menuju kemandirian guna mendorong pijar pariwisata tetap menyala.Komunitas masyarakat yang ada pun terus melakukan pemberdayaan untuk peningkatan kapasitas warga setempat, hingga regenerasi. Mulai dari gerakan pendidikan melalui kelas belajar dan tematik, pengembangan produk melalui rumah produksi, serta konservasi.baca : Kawasan Wisata Rammang-rammang, Bentuk Perlawanan Warga terhadap Tambang  Muhammad Ikhwan atau yang lebih dikenal dengan panggilan Iwan Dento sebagai penggagas objek wisata Kampung Karst Rammang-rammang mengakui bahwa menuju kemandirian masyarakat bukan sesuatu hal yang mudah, namun bukan berarti tidak bisa direalisasikan.Seperti belajar menerima orang asing, berbaur dengan pengunjung dari latar belakang yang beragam, menjaga tingkah dan laku di hadapan wisatawan, belajar menyapa menggunakan bahasa asing dan masih banyak lagi.
[0.5002273321151733, 0.01127683836966753, 0.4884958565235138]
2022-047-05.json
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Mental perlu dilatih, berinteraksi dengan orang luar menjadi hal baru dan membuat terbiasa, itu butuh waktu. Terlebih, latar belakang masyarakat dipengaruhi tingkat pendidikan dan kultur masyarakat yang terbilang baru menapaki pelayanan jasa.“Soal ada kekurangan menjadi tugas bersama. Kelemahan masyarakat semisal kapasitasnya, jalan terbaik ialah meningkatkan bukan meninggalkan,” kata Iwan Dento yang ditemui awal April 2022.Pengembangan objek wisata batu kapur ini telah menjadi sumber penopang ekonomi masyarakat. Hanya saja, masih ada kekhawatiran di antara mereka ketika harus tergerus oleh para penguasa maupun pengusaha.baca juga : Iwan Dento, Sang ‘Hero’ Penyelamat Karst Rammang-rammang  Kendati, mereka membutuhkan ruang dan waktu lebih untuk melakukan langkah maksimal dalam peningkatan destinasi wisata yang kini menjadi penopang hidupnya. Masyarakat harus tetap jadi tuan rumah untuk menjalani proses di rumah sendiri.Istilah investor, menjadi hal yang dikhawatirkan sebab dipastikan akan meninggalkan kemandirian masyarakat. Maka secara tegas Iwan bersama komunitas di Rammang-rammang menghendaki adanya kepastian pelibatan masyarakat untuk jangka panjang dalam pengelolaan wisata Karst Rammang-rammang.Terkait investor, Pemerintah Kabupaten Maros sepakat bahwa dalam penentuan kebijakan pengembangan wisata Karst Rammang-rammang harus menjamin konservasi wilayah tetap terjaga, salah satunya sangat hati-hati menerima investor.“Investor bisa saja hadir di sana, tapi memang kita harap ada grand desain perencanaan secara utuh, kita harus hati-hati terima investor,” ujar Bupati Maros Chaidir Syam pada awal April 2022.Apalagi, Pemerintah Indonesia saat ini sedang mempersiapkan wisata Karst Rammang-rammang dengan pesona pegunungan kapurnya, menjadi bagian dari warisan Geopark Dunia oleh UNESCO.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2022-047-05.json
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Geopark Maros Pangkep adalah salah satu kawasan strategis pengembangan pariwisata di Sulawesi Selatan, khususnya wisata alam dan petualangan yang didasari oleh kekayaan alam geodiversity (geologi), biodiversity (flora fauna) dan cultural diversity (budaya) yang bertaraf Internasional.perlu dibaca : Jalan Panjang Karst Rammang-Rammang menuju Ekowisata  Pemerintah Kabupaten Maros memiliki harapan besar dari sejumlah pihak yang disebut key persons atau orang-orang kunci dalam menjaga konservasi pada wilayah Rammang-rammang. “Bukan hanya Maros, tapi kita berharap semua pihak yang cinta Rammang-rammang dan lingkungan hidup, itu menjaga kelestariannya,” kata Chaidir.Pengembangan wisata tentunya tidak lepas dari peran serta pemerintah desa, khususnya menggerakkan inisiasi masyarakat lokal menuju kemandirian. Pemerintah Desa Salenrang menargetkan mandiri air, mandiri pangan, dan pengembangan pariwisata. Pertanian organikPertanian organik menjadi salah satu inisiasi masyarakat Desa Salenrang, dalam mewujudkan ekowisata. Lebih dari menuai hidup sehat, langkah ini digadang-gadang akan menjadi daya tarik tersendiri guna mendukung pariwisata Rammang-rammang.Kampung Berua sebagai pusat obyek wisata Karst Rammang-rammang yang menyuguhkan pemandangan sawah dikelilingi tebing-tebing karst akan semakin pas ketika hamparan sawah itu dikelola dengan cara-cara alami oleh tangan petani lokal nan berbudaya.Bertani menjadi sumber utama mata pencaharian masyarakat Desa Salenrang, maka pertanian organik dipilih menjadi bagian dari inisiasi warga, utamanya bagi sejumlah petani milenial.Salah satunya ialah Darwis, yang telah mencoba sistem budidaya pertanian organik pada sebidang sawah milik kedua orang tuanya yang berada di Kampung Berua.Tidak mudah melakukannya, selain harus lebih banyak belajar dalam mengaplikasikan bertani secara alami, keluarganya juga khawatir usaha Darwis mencoba pertanian organik gagal. Belum lagi masyarakat sekitar.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2022-047-05.json
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | menarik dibaca : Gemerlap Kunang-kunang, Pesona Wisata Malam Rammang-Rammang  Pria berusia 37 tahun itu tetap gigih melakukan pertanian organik yang dinilai memiliki banyak manfaat dan menghasilkan produk pertanian yang unggul hingga mampu menopang perekonomian dan pariwisata Rammang-rammang.“Saya pikir kalau itu bisa dikembangkan maka bisa menjadi daya tarik tersendiri, meski agak sulit beralih karena sekitar sawah kami menggunakan bahan kimia, masih model pertanian konvensional,” ujar Ketua RT Kampung Berua tersebut.Memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, menjadi hal yang mutlak bagi Darwis. Sebab masyarakat cenderung mau berubah bila melihat langsung hasilnya terlebih dahulu dibanding asas manfaat yang bisa diperoleh dari setiap langkah awal yang berbeda.Alhasil, percobaan pertanian organik yang dimulai sejak 2020 ini memiliki hasil sama dengan pertanian konvensional secara kuantitas, namun kualitasnya tentu lebih baik dan terjamin lebih sehat.“Warga rata-rata mau serius jika sudah melihat hasil, jadi harus ada contoh. Tidak akan bisa kalau tidak ada yang mulai, sementara hasilnya kurang lebih sama. Cuma butuh proses untuk memurnikan lahannya,” urai mantan Ketua Kelompok Sadar Wisata Rammang-rammang.Lebih jauh, hasil pertanian organik ini rencananya diperuntukkan bagi pelancong yang datang ke Desa Salenrang sebagai buah tangan khas Wisata Karst Rammang-rammang.Bersama inisiasi warga, pertanian organik turut menjadi fokus utama pengembangan Desa Salenrang dalam mewujudkan kemandirian desa. Terlebih desa ini telah dinobatkan sebagai Desa Ketahanan Pangan pada 2017 lalu dan menjadi Desa Wisata pada 2021.baca juga : Kampung Berua, ‘Surga’ Rammang-rammang Itu Makin Sering Banjir [1]  Sekretaris Desa Salenrang Sumantri menyebut bahwa visi sebagai Desa Lumbung Pangan dan Desa Wisata sangat bisa jalan beriringan untuk saling mendukung pengembangan masyarakat ekowisata.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2022-047-05.json
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Pengembangan pertanian organik menjadi sebuah proses yang harus dicoba dan dilakukan masyarakat Salenrang guna menghasilkan produk pertanian unggul dan berkualitas sekaligus mempertahankan predikat Desa Ketahanan Pangan.Sejak 2020, uji coba telah dilakukan dan masih dalam proses belajar pengembangan pertanian organik. Masyarakat Desa Salenrang dinilai masih harus memperoleh pengetahuan soal budi daya pertanian organik.Menurut Sumantri, alih fungsi lahan pertanian diakui menjadi kendala mewujudkan swasembada pangan sejak beberapa tahun terakhir. Lahan pertanian disulap menjadi pemukiman, gudang, pabrik, dan fasilitas umum.Rel kereta api menambah krisis lahan pertanian di Desa Salenrang. Rel kereta api mengambil ruang bertani sekitar 7 hektar untuk satu jalur dan menjadi lebih ketika dibangun penambahan jalur.“Kalau ada poros ke Bosowa lagi, itu sudah dua kali lipat. Jadi bagaimana menyiasatinya, mereka harus didorong beralih ke pertanian organik. Kuantitas sedikit tapi menjanjikan kualitas dan harga yang relatif lebih mahal,” ujarnya.Meski demikian, Kampung Berua dan Desa Salenrang pada umumnya memiliki potensi mengembangkan pertanian organik karena dikelilingi oleh dua sungai yakni Sungai Pute dan Sungai Barua sehingga kontaminasi dari luar bisa lebih diminimalisir.baca juga : Gemerlap Kunang-kunang, Pesona Wisata Malam Rammang-Rammang  Melibatkan milenial Selain pemerintah dan masyarakat secara umum, kaum milenial juga ikut andil dalam mewujudkan kemandirian masyarakat Rammang-rammang guna mengembangkan pariwisata karst kebanggaan Maros, Sulawesi Selatan itu.Salah satunya Basir, seorang pengelola homestay yakni penginapan dari kamar rumahnya yang secara khusus disiapkan untuk pengunjung wisata Rammang-rammang.Basir melangsungkan usahanya secara mandiri, pemberdayaan diperoleh dari pemerintah desa melalui diskusi ringan, termasuk menerima masukan dari pengunjung dalam membenahi pelayanan jasa yang diberikan.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2022-047-05.json
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Basir memanfaatkan potensi wisata di daerahnya dalam meraup untung dan meningkatkan perekonomian. Bersama dengan warga sekitar, terhitung sebanyak 10 homestay telah hadir di wilayah wisata Rammang-rammang, menawarkan harga Rp200 ribu hingga Rp250 ribu.Terkadang, Basir bahkan menjadi pemandu wisata untuk sejumlah wisatawan domestik hingga mancanegara. Karena itu, dia mulai belajar bahasa Inggris untuk memaksimalkan perannya.Selain Basir, ada pula Uni, milenial Rammang-rammang yang baru menyelesaikan kuliahnya. Uni terbilang sangat kreatif memanfaatkan sampah menjadi produk bernilai ekonomis. Seperti kantong plastik yang disulap menjadi tas telefon genggam dan produk lainnya.Uni juga aktif dalam kepengurusan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Youth Hub Kreatif Rammang-rammang yang dibentuk dalam mendorong pengembangan Kampung Karst Rammang-rammang.baca juga : Dukungan Ragam Kuliner Kembangkan Ekowisata Rammang-Rammang  UMKM ini hadir untuk memanfaatkan potensi pangan desa untuk dikelola menjadi produk yang memiliki nilai jual di masyarakat. Seperti tanaman daun paku yang diolah menjadi keripik yang diberi nama “Peyek Pappa”, ada juga anak ikan mujair menjadi “keripik ikan Jabiro”. Pengelolaannya dilakukan oleh milenial Rammang-rammang melalui Rumah Produksi Jabiro sebagai salah satu Badan Usaha Milik Des (Bumdes) Salenrang.Sejumlah milenial yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Tani (KPT) Kunjungmae Rammang-rammang juga mengajak para ibu rumah tangga (IRT) melakukan budidaya tanaman pangan guna memperkuat ketahanan pangan keluarga.Kegiatan berbasis masyarakat ini bertujuan mengembangkan potensi warga dalam memanfaatkan lahan dan pekarangan rumahnya bercocok tanam, yang dipastikan berdampak pada ketahanan ekonomi keluarga.
[0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213]
2022-047-05.json
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang
Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | “Setidaknya mengurangi pengeluaran, karena hasil tanamnya mereka konsumsi. Jadi tidak beli sayur lagi, cabe, tomat, itu semua dari hasil tanamannya sendiri,” ungkap Masriani selaku Ketua KPT Kunjungmae Desa Rammang-rammang. Hasil tanaman dari pekarangan rumah tangga ini ditujukan untuk konsumsi para wisatawan, utamanya wisatawan luar negeri yang melakukan kunjungan dan menggunakan jasa homestay masyarakat setempat.Jadi semua hasil tanamannya alami. Cuma saat pandemi COVID-19, banyak di antara IRT berhenti menanam, akhirnya bibit yang ada itu habis, dan sekarang tidak ada,” ujarnya.Sementara bagi yang masih aktif menanam tersisa sebagian dan hasilnya masih tahap konsumsi pribadi.Meski demikian, pemberdayaan perempuan masih tetap dilakukan kendati semangat budidaya tanaman pangan tampak menurun, apalagi semenjak merebaknya virus COVID-19. Ini dipengaruhi oleh tingkat kunjungan yang berkurang dan tentu berpengaruh terhadap penghasilan masyarakat sekitar.“Kalau dari kami rencananya mau mengembangkan pertanian alami ini, mau tambah bibit, bisa juga dari kelompok pertanian ini menjual bibit nantinya, sehingga masyarakat bisa makin giat menanam,” urainya. *** *Nur Suhra Wardyah, jurnalis LKBN ANTARA Sulawesi Selatan Tulisan ini merupakan seri liputan Rammang-rammang yang didukung oleh Mongabay Indonesia [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2020-046-03.json
Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato
Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | [CLS]     Suara burung paruh bengkok bersahut-sahutan. Ada 53 burung ditampung dalam kandang besar di kawasan puncak Desa Domato Jailolo Selatan, Halmahera Barat, Maluku Utara, awal Juli itu sebelum lepas liar oleh petugas Kantor Seksi Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah I Ternate. Burung-burung ini sitaan dan pengembalian sukarela warga di Maluku Utara.Lepas liar di masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) ini dengan menggunakan protocol kesehatan, pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan. “Karena melibatkan banyak orang dengan protokol kesehatan ketat, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan,” kata Abas Hurasan, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Ternate.Sebanyak 53 paruh bengkok ini terdiri dari 35 kasturi Ternate (Lorius garrulus), sembilan nuri kalung ungu (Eos squamata) dan sembilan kakatua putih (Cacatua alba).Burung-burung itu , katanya, sudah menjalani karantina dan rehabilitasi di Kandang Transit Seksi Konservasi Wilayah I Ternate sekitar tiga tahun.Sebelum pelepasliaran, burung-burung itu terlebih dahulu diperiksa kesehatan oleh dokter hewan SKW I Ternate dan Karantina Pertanian Kelas II Ternate. Pemeriksaan burung yang akan lepas liar dan berbagai pihak yang hadir dalam acara itu. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia “Pemeriksaan kesehatan burung wajib untuk mengetahui kondisi kesehatan, prilaku serta sifat liar. Ini sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal KSDAE tertanggal 20 Mei 2020 tentang petunjuk teknis pelepasliaran satwa liar di masa pandemi COVID-19.”Pemilihan di Desa Domato, kata Abas, karena kondisi hutan sangat bagus dan terjaga dengan potensi sumber pakan alami melimpah. Hutan ini, katanya, cocok untuk habitat nuri dan kakatua. Selain itu , dukungan dan perhatian berbagai pihak, seperti camat, polsek dan kepala desa begitu tinggi hingga burung bisa lebih aman dari gangguan para pemburu.
[0.2766425907611847, 0.37116366624832153, 0.3521937429904938]
2020-046-03.json
Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato
Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Abas bilang, pelestarian paruh bengkok perlu kerjasama semua pihak. Dia mengajak semua pihak menjaga burung endemik dengan tidak menangkap, membeli, memperdagangkan maupun memelihara.“Biarkan di hidup bebas di alam. Apabila ada masyarakat atau TNI, Polri serta aparatur sipil lain yang memiliki. memelihara satwa dilindungi agar menyerahkan kepada Seksi Konservasi Wilayah 1 Ternate untuk dilakukan rehabilitasi,” katanya.Kalau ada masyarakat yang menemukan ada penangkapan maupun perdagangan burung , katanya, agar melaporkan melalui pusat pengaduan Balai KSDA Maluku nomor 085244440772. Lokasi pelepasliaran di hutan Desa Domato, Jailolo Selatan, Halmahera Barat, Maluku Utara Maluku Utara, merupakan kantong paruh bengkok. Perburuan burung banyak terjadi. Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Maluku-Maluku Utara mengakui, kendala wilayah kerja luas membuat pengawasan sangat sulit. Pintu masuk dan keluar banyak, terutama bandara dan pelabuhan laut. Akses terbuka ini lebih sulit terpantau dan membuat penyelundupan makin rawan.Awal Desember 2019, sejumlah satwa endemik Maluku dan Malut juga dipulangkan BKSDA Sulawesi Utara (Sulut). Satwa liar itu masing-masing diserahkan ke Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata, ada 23 paruh bengkok.Dari mana asal-usul burung-burung itu? BKSDA mengatakan, satwa hasil sitaan, temuan, dan penyerahan masyarakat di wilayah kerja BKSDA Sulut.Satwa ini melalui perawatan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki. Untuk empat yaki merupakan hasil penyerahan masyarakat di Kota Ternate kepada petugas Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Maluku dan dititipkan di PPS Tasikoki.
[0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305]
2020-046-03.json
Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato
Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Mohtar Amin Ahmadi, Kepala BKSDA Maluku- Malut waktu itu, mengatakan, sebagai daerah kepulauan, Maluku dan Malut, memiliki banyak pintu masuk dan keluar, terutama pelabuhan laut dan udara. Ada 45 pelabuhan resmi, 21 di Maluku dan 24 Malut. Ada juga 15 bandara di Maluku dan sembilan di Malut. Dari begitu banyak pintu masuk dan keluar itu, katanya, sulit mereka awasi sendiri.Untuk itu, perlu sinergi semua pihak dalam menyelamatkan paruh bengkok dari perburuan, pencurian, pengambilan serta perdagangan.Khusus Malut, sangat rawan satwa liar ke luar negeri. BKSDA pernah tangani kasus, upaya penyelundupan ke Filipina melalui Pelabuhan Bitung, lalu ke Davao. Keterangan foto utama:  Pemilihan lokasi lepas liar di Desa Domato, karena kondisi hutan sangat bagus dan terjaga dengan potensi sumber pakan alami melimpah. Selain itu, aparat pemerintah desa dan warga mendukung hingga lebih aman dalam melindungi burung-burung ini dari buruan. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia  [SEP]
[0.2766425907611847, 0.37116366624832153, 0.3521937429904938]
2013-027-16.json
Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran
Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | [CLS] Negara-negara yang tidak memiliki pendanaan yang cukup untuk melindungi keragaman hayati mereka, ternyata justru negara dengan keragaman hayati yang sangat luar biasa. dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan dan mitra mereka dari University of Georgia terungkap bahwa sekitar 40 negara dengan pandanaan konservasi paling sedikit justru menjadi rumah bagi sekitar 32% mamalia yang terancam.Sebagian besar negara-negara yang membutuhkan pendanaan konservasi tersebut adalah negara-negara berkembang, jadi langkah-langkah yang efisien harus dilakukan untuk memberikan pendanaan dan melindungi berbagai spesies terancam tersebut. “Dengan mengetahui dimana negara-negara yang paling membutuhkan dana konservasi, maka bisa membantu mengarahkan pendanaan untuk upaya konservasi ke tempat yang semestinya,” ungkap salah satu penulis penelitian ini, Daniel Miller dari Graham Sustainability Institute di University of Michigan.Dalam studi yang dipublikasikan tanggal 1 Juli 2013 di journal Proceedings of the National Academy of Sciences, penelitian ini merekomendasikan agar sejumlah upaya konservasi harus diubah untuk menunjang tujuan yang ditetapkan oleh PBB tahun 2020 untuk menekan laju kepunahan.Para peneliti mengompilasi dua database dalam penelitian ini. Pertama adalah mempelajari data pendanaan konservasi yang  bisa dirunut di seluruh dunia antara tahun 1990 hingga 2008. Mereka menemukan bahwa sekitar 22 miliar dollar dihabiskan dalam upaya konservasi keragaman hayati setiap tahunnya antara tahun 2001 hingga 2008. Para peneliti berhasil merunut balik sekitar 17 miliar dollar dana konservasi ke sejumlah negara.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2013-027-16.json
Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran
Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Dari mana saja sumber pendanaan konservasi tersebut? dalam penelitian ini pemerintah dari negara-negara maju sebagai pendonor disebut-sebut sebagai penyumbang terbesar -sekitar 14,5 miliar dollar- dari seluruh dana yang ada, dengan sekitar 94% masuk dalam kategori “upper-income’ dalam catatan Bank Dunia.Penyumbang kedua terbesar adalah lembaga-lembaga donor besar dunia seperti misalnya Global Environment Facility yang menghabiskan sekitar 1 miliar dollar ke sejumlah negara-negara berkembang. Sementara lembaga sejenis “conservation trust fund” dan sumber lainnya menyumbang sekitar 500 juta dollar. Donor dari sejumlah LSM internasional diperkirakan mencapai 1 miliar dollar, namun tidak dimasukkan sebagai bagian dari analisis penelitian ini karena kurangnya detail dalam laporan yang mereka berikan.Data base kedua yang digunakan oleh penelitian ini adalah kumpulan data yang keragaman hayati mamalia di setiap negara yang berbeda. Para peneliti kemudian menggabungkan empat sumber data global yang ada -yaitu tentang resiko kepunahan, biaya ekonomi, politik pemerintah dan kawasan-kawasan lindung- untuk membuat sebuah odel yang bisa menjelaskan bagaimana pendanaan konservasi dialokasikan secara global. Dari hasil analisis yang dilakukan, negara-negara yang seharusnya menerima dana konservasi keragaman hayati, ternyata menerima lebih sedikit dari jumlah yang semestinya.Dari análisis yang dihasilkan juga terlihat bagaimana level ekstrem dari kurangnya investasi bahkan terlihat secara geografis. Negara-negara seperti Indonesia, Australia dan Malaysia yang secara ekstrem memiliki kekayaan hayati yang luar biasa, semuanya tidak memiliki pendanaan yang cukup dalam upaya konservasi mereka.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2013-027-16.json
Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran
Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Fakta lain yang cukup unik, ternyata alokasi pendanaan konservasi tidak hanya berdasar kekayaan hayati negara-negara penerima donor. Para peneliti juga mempelajari bagaimana pola pendanaan juga merefleksikan bias regional dan politik. Salah satu pola yang paling kentara terlihat adalah pendanaan konservasi untuk negara-negara yang mayoritas Muslim adalah sekitar 49% dibanding negara-negara lain yang mayoritas non-muslim.“Pola pendanaan yang diteliti sejak tahun 2001, dimana peristiwa 11 September terjadi, merupakan sebuah ujicoba yang baik untuk melihat fenomena ini,” ungkap Anthony Waldron Universidade Estadual de Santa Cruz di Brasil. “Namun demikian, kami harus menekankan bahwa, kami belum secara luas melihat donor bias ini. Kami hanya memperlihatkan sebuah pola dimana pendanaan di negara-negara yang didominasi Muslim seperti di negara-negara Arab dan sekitar Afghanistan mendapat dana lebih rendah. Banyak alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Kami hanya memperlihatkan pola ini kepada para pendonor sehingga bisa menjadi refleksi untuk mereka, mengapa hal ini bisa muncul.”Bagi Waldron dan John Gittleman, Dekan dari Odum School di University of Georgia dan salah satu penulis peneltian ini, mengatakan bahwa penelitian mereka memiliki pesan yang positif. “Masyarakat di dunia berkomitmen untuk menekan laju kepunahan di tahun 2020,” ungkap Waldron. “Hasil penelitian ini memberikan perkiraan yang cepat dan ringkas bagaimana mendistribusikan pendanaan konservasi yang lebih baik di masa mendatang untuk mewujudkan hal tersebut.”Bukti belum efektifnya pendanaan konservasi ini terlihat dari fakta dimana sekitar 40% dari negara-negara yang mendapat pendanaan sangat kurang, justru memiliki kekayaan keragaman hayati sebesar 32% dari seluruh keragaman hayati mamalia yang ada di dunia, dan hal ini bisa diubah dengan menargetkan di beberapa area tertentu. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2015-044-17.json
Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa?
Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | [CLS] Raja Ampat di Papua dan Kepulauan Galapagos di Ekuador disebut sebagai kawasan wisata yang berhasil menggalang dan mengelola dana konservasi lingkungan. Bali sebagai pulau wisata kini juga terus menjajaki apakah pelancong mau membayar insentif pelestarian alamnya.Sedikitnya dua riset tentang ini dibuat oleh sejumlah lembaga konservasi pesisir. Pertama riset kolaborasi Coral Reef Alliance, Whale Stranding Indonesia, dan Reef Check Indonesia pada 2013 pada turis di empat objek wisata perairan terkenal di Bali yakni Amed, Tulamben, Pemuteran, dan Lovina. Hasilnya sebagian turis bersedia membayar inisiatif konservasi (willingness to pay/WTP) sekitar 4-5 USD per orang asalkan dikelola transaparan dan akuntabel oleh konsorsium, tak hanya pemerintah.Riset paling anyar berjudul  “Tingkat Kepuasan, Jumlah Pengeluaran, dan Kesediaan Membayar Wisatawan untuk Inisiatif Konservasi di Wilayah Perairan Padangbai – Candidasa, Karangasem, Bali” yang dilaporkan Juni 2015 ini. Hasil penelitian kerjasama antara Conservation International (CI) Indonesia dengan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana (Unud) Bali, yang dilakukan pada Januari – April di dua kawasan wisata di Bali timur itu.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepuasan wisatawan dan nilai ekonomi dari aktivitas wisata bahari yang berpotensi menunjang pengelolaan kawasan konservasi di Kabupaten Karangasem, khususnya di wilayah Padangbai – Candidasa.Wilayah pesisir Padangbai – Candidasa merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Pesisir (KKP) Karangasem, yang telah dikembangkan secara intensif sejak 2013, karena memiliki keragaman hayati yang tinggi dan menjadi salah satu prioritas konservasi di Bali. Aktivitas wisata bahari di Padangbai diperkirakan menghasilkan Rp236,4 miliar, sementara dari Candidasa sebesar Rp50,4 miliar.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2015-044-17.json
Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa?
Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Padangbai dan Candidasa yang berjarak sekitar 15 kilometer di timur Bali, mempunyai karakteristik berbeda. Padangbai merupakan lokasi penyebarangan ke pulau di timur Bali, dengan beberapa titik penyelaman seperti Baong Turtle Neck, Blue Lagoon, GIli Mimpang dan Shark Point. Ditemukan juga jenis terumbu karang Jepun yang sangat khas di kawasan ini.Sementara ada abrasi pantai di Candidasa. Pusat akomodasi sudah kehilangan pantai tapi masih menjadi pusat akomodasi untuk wisata alam dan budaya di Karangasem.Hasil penelitian menunjukkan ada dua faktor kesediaan wisatawan membayar dana insentif konservasi. Pertama faktor produk pariwisata, seperti kualitas kebersihan, kualitas akomodasi, landscape, fasilitas wisata, dan faktor komunitas lokal.  Kedua, adanya informasi mengenai pencemaran dan tingkat keintiman wisatawan dengan masyarakat lokal. Terdapat variasi tinggi besarnya nilai ekonomi dan kesediaan membayar di kedua lokasi penelitian.“Ada dua faktor yakni keintiman dan fasilitas pariwisata.  Yang bersedia membayar punya keinginan terlibat pelestarian lingkungan,” kata Adikampana, salah seorang peneliti. Sementara yang tak bersedia kebanyakan karena sudah bayar di destinasi lain entah di Indonesia atau luar Indonesia. Juga ada ada keraguan bagaimana pengelolaan dana konservasi itu. “Ada ketidakpercayaan dalam akuntabilitas pengelolaan,” lanjutnya.Wisatawan pada umumnya merasa puas terhadap kegiatan wisata bahari khususnya dalam hal pelayanan jasa guide. Sementara untuk aspek lainnya seperti, fasilitas pendukung, kebersihan, dan akomodasi kepuasan wisatawan tergolong masih rendah hingga sedang.Wisatawan mau membayar dana konservasi di Padangbai sebesar Rp42.500 dan Rp70.400 di Candidasa. Tetapi, wisatawan kurang percaya pengelolaan dana WTP oleh pemerintah, dan dikelola langsung masyarakat lokal dan organisasi non pemerintah.
[0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634]
2015-044-17.json
Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa?
Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Bagi wisatawan yang tidak bersedia membayar secara material, mereka bersedia menggantinya dalam bentuk kontribusi tenaga dan pemikiran dalam aktivitas konservasi (volunteer tourist). “Ini menarik, ada peluang mereka menjadi relawan untuk pengembangan kawasan konservasi,” tambah Sukma Arida, koordinator riset ini.Penelitian merekomendasikan pemerintah untuk mendukung komunitas pesisir guna lebih meningkatkan kualitas lingkungan di pesisir, dan dukungan kebijakan tata kelola ruang laut dan pesisir secara berkelanjutan, serta meningkatkan profesionalitas aparatur birokrasi.Untuk masyarakat pesisir khususnya masyarakat di sekitar Candidasa dan Padangbai agar meningkatkan upaya konservasi berbasis kemampuan lokal dan meningkatkan kapasitas dalam menangkap peluang ekonomi dari industri pariwisata.Sejumlah LSM dan akademisi menggagas perlunya dana konservasi lingkungan yang independen dan akuntabel bagi turis ke Bali. Tantangan dan degradasi lingkungan Bali dinilai makin parah sehingga perlu upaya konservasi yang makin massif.Sedangkan I Ketut Sarjana Putra, Direktur Eksekutif CI Indonesia mengatakan inisiatif memulai mekanisme Bali Conservation Funds (BCF) ini penting karena Bali menghadapi perubahan besar. “Di satu sisi antisipasi belum ada secara nyata. Bagaimana Bali akan tetap bisa menjaga alam dan budaya?” tanyanya.Banyak pihak bertanya, apakah Bali masih seindah ini di masa depan? Berapa kebutuhan dana untuk mengajegkan Bali. Berapa pemerintah mengalokasikan dana untuk konservasi?Sarjana mengusulkan empat pilar utama alokasi BCF berkonsep kearifan lokal, yaitu Wana Kertih (forest landscape conservation), Danu Kertih (bagaimana sumber air seperti sungai, danau bisa terjaga), Segara Kertih (coastal and marine concervation) dan Jana – Atma Kertih (untuk peningkatan kapasitas manusianya).
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2015-044-17.json
Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa?
Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Ia mencontohkan inisiatif entrance fee system saat mendarat di Galapagos sebesar USD 100 dan footprint fee USD 48 saat keluar. “Hanya untuk menikmati kepulauan di Ekuador sebagai kawasan taman nasional,” kata Sarjana yang mengaku terlibat dalam pembuatan sistemnya. Alokasi dana konservasi yang didapat 40% untuk Galapagos National Park dan 25% untuk Galapagos Munincipalities.Sedangkan di Raja Ampat, Papua, ada dive fee system sebesar USD 50 untuk WNA, 25 untuk domestik. Didistribusikan ke kas pemerintah lokal dan pengelola Raja Ampat.Mobilisasi dana konservasi ini didasari isu kualitas lingkungan hidup di Bali yang perhatian serius yaitu tingginya alih fungsi lahan, meningkatnya lahan kritis, menurunnya kualitas udara, kritisnya penyediaan air bersih, meningkatnya aktivitas di kawasan pesisir, pantai dan laut; tingginya pertumbuhan penduduk, dan meningkatnya sampah dan limbah (SLHD Bali 2013).Alokasi dana konservasi ini dinilai sangat kecil dibanding angka dalam dokumen isian pelaksanaan anggaran (DIPA) Bali yang nilainya terus meningkat dari tahun ke tahun. DIPA Bali tahun 2011 sebesar Rp6,37 triliun, tahun 2012 sebesar Rp6,97 triliun dan tahun 2013 sebesar Rp7,47 triliun. [SEP]
[0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634]
2017-006-18.json
Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst
Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | [CLS]  Ancaman terhadap ekosistem karst makin menggila di negeri ini. Kalangan pegiat lingkungan pun mendesak, pemerintah segera mengesahkan rancangan peraturan pemerintah soal ekosistem karst yang sudah dibahas sejak bertahun-tahun lalu.Wahyu A. Perdana Manajer Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Walhi Nasional menjabarkan, di Jawa Barat, misal, 40% karst terancam pertambangan.  Sedangkan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, dari 7.250.000 hektar karst, 2.918.000 hektar terancam pertambangan dan perkebunan sawit.Di Maros Pangkep, Sulawesi Selatan, pertambangan mengancam 19.066 hektar karst, di Aceh Tamiang 2.549 hektar karst terancam tambang semen. Di Pasaman Barat, Sumbar,  650 hektar karst terancam pertambangan batu gamping.Adapun data lain dihimpun Walhi, di Karst Gunung Sewu yang membentang dari Bantul dan Gunungkidul (Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah) dan Pacitan (Jawa Timur), kerusakan bukit karst terlihat jelas karena pembangunan infrastruktur jalan jalur lintas selatan (JJLS), dan tambang batu gamping baik legal maupun ilegal. Juga pengembangan industri pariwisata dengan konsep pembangunan skala besar seperti hotel, resort dan villa, serta wisata massal.“Perlu regulasi dan lembaga atau badan khusus berwenang mengatur fungsi, pemanfaatan serta perlindungan ekosistem karst yang berkarakter unik, multi fungsi, dan multi sektor,” katanya, baru-baru ini dalam pertemuan sekitar 70 mahasiswa pecinta alam (mapala ) anggota Walhi 19 provinsi di Indonesia, pada 17-23 November 2017 di Wonogiri, Jawa Tengah.Mapala ini berkumpul ikut mendesak pemerintah segera melahirkan kebijakan perlindungan dan pengelolaan ekosistem esensial karst.Regulasi, kelembagaan, dan kebijakan karst saat ini, kata Wahyu,  sangat parsial, bias geologi, dan banyak bertentangan dengan kebutuhan masyarakat sekitar karst hingga memunculkan konflik sosial dan potensi pelanggaran hak asasi manusia.
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2017-006-18.json
Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst
Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Untuk itu, katanya, perlu percepatan pembahasan dan pengesahan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Ekosistem Karst (RPP Karst).RPP ini, katanya,  akan mengatur kawasan karst dan pemanfaatannya berdasarkan zonasi untuk menjamin kepastian hukum baik bagi kelestarian karst, dan hak asasi.“Kebijakan ini harus komprehensif dalam pengelolaan dan perlindungan karst.”Kebijakan itu,  wajib berprespektif keadilan ekologis dan bukan eksploitatif. Pada sisi kebijakan kelembagaan, katanya,  wewenang pengelolaan karst harus pada satu lembaga atau ementerian dengan prespektif perlindungan. Jadi, upaya perlindungan bisa menyeluruh dan terkoordinasi tanpa terpengaruh ego sektoral antara lembaga atau kementerian.Selain itu, kebijakan pengelolaan dan perlindungan itu harus mengakui wilayah kelola rakyat. Hal ini, katanya, bisa tercapai jika dalam penyusunan melibatkan multi-pihak seluas-luasnya, terutama kelompok masyarakat terdampak.Petrasa Wacana dari Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) mengatakan, RPP Karst harusnya bisa jadi kebijakan memperkuat upaya perlindungan kawasan karst sesuai UU No 32/2009 dan PP No 26/2008 tentang rencana tata ruang dan tata wilayah nasional.Saat ini, katanya, hanya ada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mieral (ESDM) No 17/2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK). Obyeknya,  lebih fisik geologi, dan sampai sekarang metode penetapan karst masih dalam perdebatan.“Pentingnya RPP Karst ini supaya bisa melihat perlindungan karst bukan dari aspek pemanfaatan sumberdaya geologi semata, tapi dapat jadi acuan bersama bagaimana melihat sistem ekologi karst dan bagaimana menilai kerusakan dan melindungi karst dan sistem ekologinya,” ucap Petra.  Dalam pembahasan RPP Karst sejak 2010,  katanya, RPP ini sudah berkali-kali revisi dan masuk ke Sekretariat Negara. Penghambatnya, tak ada persamaan persepsi tentang pengelolaan karst.
[0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305]
2017-006-18.json
Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst
Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | KESDM dan Asosiasi Semen Indonesia (ASI) tetap melihat pengelolaan dari sisi pemanfaatan karst, KLHK dan praktisi speleologi melihat pengelolaan karst dari sisi perlindungan dan ekosistem. “RPP Karst jelas ditolak ESDM dan ASI,” katanya.Petra menyebutkan, soal pendefinisian karst, KESDM masih mempertahankan definisi geologi bahwa karst identik dengan kawasan kering dan tandus.  Sementara dalam perkembangan ilmu karst di dunia,  bahwa karst memiliki keunikan sistem hidrologi.“Jika tak kunjung ada kebijakan tegas dalam perlindungan ekosistem karst, kerusakan akan meluas dan ancaman bencana ekologi makin besar, terutama kekeringan air.”Halik Sandera, Direktur Walhi Yogyakarta mengatakan, perlindungan sangat penting mengingat ekosistem karst makin terancam industri ekstraktif, maupun investasi merusak lingkungan seperti villa, jalan, tambang, resort sampai hotel.  Aktivitas lain, eksplorasi pada enam goa di sekitar Pegunungan Sewu.“Belum ada keseriusan pemerintah menyelesaikan, salah satu peraturan mandat UU Lingkungan Hidup,” katanya kepada Mongabay, Senin, (27/11/17).Karst, katanya, ekosistem terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun, tersusun atas batuan karbonat (batu kapur/batu gamping) yang mengalami proses pelarutan hingga membentuk kenampakan morfologi dan tatanan hidrologi yang unik dan khas.Di Indonesia, prakiraan luas kawasan karst mencapai hampir 20% dari luas wilayah. PBB memperkirakan ketersediaan air pada 25% penduduk dunia dipenuhi oleh ekosistem karst.Dengan aturan tak kunjung selesai, katanya, akan memperbesar ancaman karst dan konflik di tapak.“Memahami ekosistem karst tak bisa parsial, harus utuh. Setidaknya sumbangsih dan dampak perubahan ekosistem terhadap lingkungan, valuasi ekonomi, sosial budaya, serta jasa lingkungan,” katanya.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2017-006-18.json
Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst
Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Saat ini,  ancaman terbesar ekosistem karst  adalah industri ekstraktif, khusus semen. Batu gamping dan kapur sebagai komponen utama karst, bahan baku utama industri semen.Ancaman lain, dari aktivitas manusia seperti pembukaan perkebunan monokultur skala luas, dan industri pariwisata, yang tak mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.Berdasar data proyeksi Asosiasi Semen Indonesia pada Oktober 2017, yang dihimpun Walhi, kapasitas pabrik semen mencapai 107.971480 ton, padahal proyeksi konsumsi domestik hanya 65,1 juta ton. Angka proyeksi ini masih lebih besar dibandingkan realisasi kebutuhan semen hingga Agustus 2017 sebesar 41.128.780 ton.Kehilangan ekosistem karst, katanya, bakal mengancam keseimbangan iklim dengan kerusakan satu ekosistem penyeimbang siklus karbon. Parahnya, sisi lain pertambahan industri ekstraktif, khusus semen dicatat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai penyumbang emisi karbon terbesar 48%, berdasarkan Laporan Investigasi Gas Rumah Kaca KLHK 2014.Tiongkok, katanya, justru menutup banyak industri semen atau lebih tepat memindahkan ke luar negeri- setelah menyadari industri semen menaikkan emisi CO2 dari 57% pada 1994 jadi 72% pada 2005.Saat bersamaan,  Kementerian Perlindungan Lingkungan Tiongkok berencana mengurangi produksi semen hingga 37 juta ton pada 2015.  Industri semen juga berpotensi penyumbang pencemaran udara terbesar, karena memproduksi sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (Nox), karbon monoksida (CO), serta debu dan karbon dioksida (CO2) sebagai penyumbang polusi terbesarnya.    [SEP]
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2015-082-16.json
Inilah Satwa Laut yang Telah Punah
Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | [CLS] Ancaman kepunahan spesies tidak saja terjadi untuk spesies yang hidup di daratan, tetapi juga terjadi bagi spesies yang hidup maupun yang tergantung hidupnya pada lautan. Para peneliti menyebutkan bahwa dalam 500 tahun terakhir telah terjadi kepunahan satwa yang berasosiasi dengan ekosistem laut.Kepunahan ini diperkirakan terjadi bertambah cepat karena berbagai faktor, seperti semakin banyaknya bahan pangan manusia yang diambil dari laut, eksploitasi laut untuk berbagai keperluan bahan bakar fosil, mineral dan energi, pencemaran laut dan semakin meningkatnya transportasi samudera.Para peneliti mengindikasikan bahwa berbagai sepesies laut semakin terancam dalam laju yang meningkat sejalan dengan industralisasi dan revolusi industri sejak abad ke-19.Berikut adalah daftar beberapa spesies laut yang telah punah dalam 500 tahun terakhir yang dikumpulkan oleh Mongabay.com. Mudah-mudahan laut dan pesisirnya tidak akan menjadi tempat yang “kosong dan sepi” karena kehilangan para penghuninya.Sapi Laut StellerSapi laut steller (Hydodamalis gigas) adalah mamalia besar yang telah punah. Spesies ini sebelumnya dapat ditemukan di pantai laut Bering. Satwa ini diidentifikasikan oleh Georg Steller dan pada saat ditemukan hanya tersisa sekitar 1500 saja. Sapi laut steller diburu oleh pelaut, pemburu dan pedagang bulu sebagai bahan makanan dan lemaknya sebagai lampu minyak.  Hanya dalam 27 tahun setelah ‘ditemukan’ satwa ini dinyatakan punah.Cerpelai LautCerpelai laut (Neovison macrodon) adalah mamalia yang dapat dijumpai di pesisir timur Amerika Utara. Jenis ini telah punah diburu untuk memenuhi permintaan pasar bulu di Eropa secara besar-besaran, meskipun sebelumnya penduduk asli Amerika juga memburu satwa ini untuk bulu dan dagingnya. Satwa ini dinyatakan punah pada akhir abad ke-19.Bebek Labrador
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2015-082-16.json
Inilah Satwa Laut yang Telah Punah
Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Populasi bebek labrador (Camptorhynchus labradorius) tidak pernah berlimpah, namun kemungkinan perburuan dan pengambilan telur berpengaruh terhadap kepunahan bebek ini di akhir dekade abad ke-19. Namun demikian, para peneliti belum bersepakat tentang penyebab utama kepunahan spesies ini, beberapa ahli menyebutkan menyempitnya habitat karena meningkatnya populasi manusia di pesisir timur Amerika Utara dan masalah berkurangnya sejenis kerang-kerangan yang menjadi sumber makanan utama bebek ini.New Zealand GraylingNew Zealand grayling (Prototroctes Oxyrhynchus) adalah satu-satunya jenis ikan laut yang diketahui telah punah dalam 500 tahun terakhir. Spesies ini bertelur di sungai, tetapi tumbuh dan hidup di lautan lepas Selandia Baru. Pemanenan yang berlebihan, ikan invasif, dan deforestasi diperkirakan telah menyebabkan kepunahan.Anjing Laut KaribiaAnjing laut karibia atau Caribbean monk seal (Monachus tropicalis) dinyatakan punah oleh IUCN Red List pada tahun 2008, meski sejak tahun 1950-an sudah tidak ditemukan lagi. Anjing laut ini punah karena diburu, meski faktor berkurangnya makanan akibat industrialisasi penangkapan ikan mungkin juga menjadi penyebab utama satwa ini kehilangan sumber mangsanya.Burung Kormoran PallasKormoran Pallas (Phalacrocorax perspicillatus) adalah jenis burung kormoran yang terbesar yang pernah ada. Jenis ini hanya ditemukan di timur utara Rusia, dinyatakan punah akibat tekanan perburuan yang terjadi. Burung ini juga disebut sebagai kormoran kacamata karena daerah seputar matanya yang unik seperti orang berkacamata.Auk BesarAuk besar (Pinguinus impennis) disebut juga dengan julukan “pinguin dari belahan utara” meski sebenarnya bukan bagian dari keluarga pinguin. Spesies pernah tersebar di belahan bumi utara dari Canada, Norwegia, Greenland dan Islandia.  Perburuan menjadi faktor kepunahan jenis ini. Auk besar terakhir di Islandia diburu pada tahun 1844.Singa Laut Jepang
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2015-082-16.json
Inilah Satwa Laut yang Telah Punah
Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Singa laut jepang (Zalophus japonicus) sebelumnya dianggap sebagai sub spesies dari Singa laut california (Z. californianus). Pada akhir abad ke-19 singa laut jepang diburu oleh para nelayan jepang secara besar-besaran dalam skala industri. Pada akhir tahun 1940-an spesies ini sudah tidak terlihat lagi di laut Jepang.  Selain perburuan, pengambilan ikan sumber pakan singa laut dalam skala industri juga menjadi sebab yang mendorong kepunahan spesies ini. Perburuan singa laut ditujukan sebagai bahan makanan, minyak dan bagian tubuh yang digunakan dalam pengobatan tradisional.Burung Oystercatcher Pulau KenariBurung Oystercatcher asal Pulau Kenari (Haematopus meadewaldoi), sebuah pulau di lepas lautan Atlantik, Spanyol terakhir diketahui keberadaanya pada tahun 1913 oleh para nelayan lokal dan penjaga mercusuar.  Burung ini dinyatakan punah secara resmi oleh IUCN Red List pada tahun 1994, setelah terlihat terakhir pada tahun 1950.  Hilangnya sumber pakan yaitu sejenis invertebrata dari pesisir laut dan telur yang dimangsa oleh predator seperti kucing dan tikus dianggap sebagai faktor yang mendorong kepunahan jenis ini. Faktor perburuan saat jenis ini bermigrasi juga dianggap sebagai faktor yang mendorong kepunahannya.Burung Petrel Pulau Saint HelenaPetrel Saint Helena (Pseudobulweria rupinarum), adalah spesies burung laut yang hanya dijumpai di pulau Saint Helena, yang berada di selatan lautan Atlantik. Menurut IUCN Red List burung ini dinyatakan punah pada tahun 2004, setelah sebelumnya merupakan spesies terancam punah sejak tahun 1988.  Meskipun belum dinyatakan faktor utama dari kepunahan spesies ini, tetapi para peneliti menyebutkan bahwa perubahan habitat tempat hidup dan desakan manusia menjadi faktor utama kepunahannya.  [SEP]
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2015-007-17.json
Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno
Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | [CLS] Amin Suwarno adalah warga Pontianak kelahiran Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sehari-hari, lelaki jebolan Fakultas Pertanian Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Pancabhakti, Pontianak, ini berbisnis barang elektronik. Kini, nama Amin identik dengan Aben-gas, nama paten perahu dua bahan bakar: 15 liter bensin dan gas elpiji 3 kilogram, yang ia ciptakan.Sekarang, mesinnya dirakit oleh warga, termasuk pembuatan tubuh perahunya. “Tidak perlu dibangun pabrik. Kita berdayakan masyarakat setempat, yang tadinya nelayan untuk merakit mesin perahu motor Aben-gas ini,” ujar lelaki kelahiran 24 Februari 1970 ini, akhir pekan lalu.Alih teknologi dilakukan Amin kepada siapa saja yang tertarik untuk membuat perahu dual fuel. Piranti buatannya menghemat ongkos BBM, terutama solar. “Lahirnya konverter kit ini berawal dari keluhan nelayan akan sulitnya mendapatkan BBM. Konverter ini aman dan sangat layak digunakan, karena keamanan yang berlapis. Kemungkinan bocor kecil.”Amin mengatakan, belum lama ini Provinsi Sulawesi Utara memanfaatkan Aben-Gas, melalui Bidang Penangkapan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P3H) Perikanan DKP Provinsi Sulut. Konverter kit ciptaannya dibagikan kepada nelayan dan kelompok tani di Kota Manado.Terlebih, dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil, makin mengukuhkan penemuan Amin sebagai solusi nelayan tangkap pesisir. Dalam Perpres disebutkan, sasaran penyediaan dan pendistribusian LPG untuk kapal perikanan nelayan kecil hanya yang menggunakan mesin motor tempel dan/atau mesin dalam yang beroperasi harian. “Saya sangat berharap, temuan ini bisa berdaya guna. Termasuk menambah pendapatan perkapita nelayan.”Akrab perahu motor
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2015-007-17.json
Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno
Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Amin mengaku tidak pernah belajar khusus tentang mesin atau elektronik. Sebagai anak yang tinggal di tepi sungai, sejak kecil ia sudah akrab dengan perahu motor. Dari utak atik mesin, Amin sedikit banyak tahu cara kerja mesin dan onderdil yang menyertainya. Terlebih, dia punya pengalaman memperbaiki perahu motor tempel keluarganya yang kerap mogok.Menurut Amin, program konversi minyak tanah ke elipiji, mengilhaminya membuat perahu berbahan bakar bensin dan gas. Elpiji jauh lebih mudah didapat ketimbang solar, begitu pula bensin. Biaya operasional untuk perahu motor yang menggunakan bensin atau gas, pastinya lebih murah.Percobaan membuat Aben-gas dilakukannya lima tahun terakhir. Jika dirupiahkan, uji cobanya itu menghabiskan Rp50 hingga Rp100 juta yang dirogoh dari kantong pribadinya. Mixer, salah satu piranti konverter milik Amin, terinspirasi dari mixer yang  sering digunakan para ibu untuk membuat adonan kue.Bedanya, mixer buatan Amin berfungsi untuk mencampurkan gas dan udara yang masuk ke bagian mesin, sebelum menjadi tenaga yang dapat memacu perahu. Mixer dibentuk menggunakan mesin bubut dengan  bahan dasar aluminium. Bahan ini diyakini tidak mudah korosi  dibanding besi atau tembaga. Prosesnya memang butuh keahlian. “Selisih nol koma sekian milimeter, hasilnya akan beda. Jelas, akan berpengaruh pada kecepatan putaran dan penggunaan bahan bakar,” kata Amin.Boleh dikata mixer kit jantungnya sistem kerja perahu hemat energi ini. Karena, alat  ini  berfungsi  untuk  menempatkan spuyer dan stud bolt agar bisa menyambung pipa saluran bahan bakar untuk menghidupkan mesin. Sehingga, sistem mesin membentuk model dual fuel. Artinya, alat ini bekerja untuk mengubah bahan bakar gas  dari elpiji menjadi sumber energi.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2015-007-17.json
Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno
Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Penemuan mixer kit atau perangkat pencampur, yang dimodifikasi dengan mesin perahu motor, mengorbankan belasan mesin sebagai kelinci percobaan. Awalnya,  Amin merakit mixer kit single hole. Sewaktu dicoba, hasilnya tidak maksimal lantaran perahu yang menggunakan bahan bakar gas elpiji tidak mampu mendorong perahu yang berisikan beban. Selain itu penggunaan gas elpiji sangat boros. Tak menyerah sampai disitu, Amin kemudian mengembangkan mixer kit multi hole. “Hasilnya tenaga mesin lebih besar dan hemat bahan bakar hingga lima kali lipat,” jelasnya.BinaanAmin mempunyai daerah binaan di Dusun Sejahtera, Desa Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya. Jaraknya dari Pontianak, berkisar 1 – 1,5 jam lewat sungai. Jarak ini lebih singkat dibanding jalan darat sekitar 2 – 2,5 jam. Di dusun ini, mayoritas nelayannya juga berwirausaha membuat perahu. Bedanya, perahu yang dibuat dari bahan fiber glass.“Saya menekankan warga agar tidak menggunakan kayu sebagai bahan dasar. Penggunaan fiber glass mempunyai banyak kelebihan, selain tidak adanya penebangan pohon, juga lebih tahan lama,” katanya. Jika menggunakan kayu, satu perahu butuh satu hingga dua pohon dengan diameter minimal satu meter. Dalam setahun biasanya terjadi pergantian dua kali. Dengan fiber, jika bocor hanya keluar biaya Rp20 ribu.Sekitar 80 pembuat sampan aktif di daerah tersebut. Mereka berasal dari Desa Punggur, Telok Pakedai, Sungai Kakap, Sungai Tekong dan sekitarnya. Rata-rata, mereka tadinya nelayan tangkap. Sampan-sampan buatan warga itu nantinya akan digerakkan dengann motor dual fuel, ciptaan Amin.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2015-007-17.json
Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno
Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Saat ini, teknologi konverter kit baru dipasang untuk mesin 160 cc dan 200 cc. Dua tabung gas elpiji 3 kg diletakkan pada badan perahu lalu dialirkan melalui selang untuk diatur melalui mekanisme tee joint. Sebelum masuk ke mekanisme bracket dan acceleration, pengamanan gas dilakukan pada mekanisme ball valve (bola katup). Gas yang masuk ke mekanisme mixer diubah menjadi tenaga penarik perahu nelayan. Butuh dua tabung sekaligus guna mencegah pembekuan.Estimasi penghematan dalam beberapa uji coba cukup menggembirakan. Mesin standar dengan bahan bakar bensin untuk satu jam perjalanan, volume pemakaiannya 2,75 liter bensin. Bila dirupiahkan menjadi Rp20,350 dengan putaran maksimal 5.600 rpm. Sementara mesin yang menggunakan konverter kit selama satu jam perjalanan butuh 7 ons elpiji. Bila dirupiahkan hanya sekitar Rp5.326. Satu tabung gas bisa digunakan untuk perjalanan sepuluh jam dengan jarak tempuh lebih 20 kilometer.Ciptaan kreatif Amin ini telah diapresiasi Bupati Kubu Raya saat dijabat oleh Muda Mahendrawan. Penemuannya juga mendapat perhatian dari Institut Teknologi Bandung dan Kementerian ESDM. Amin diikutkan dalam pameran teknologi menggunakan gas untuk transportasi. Amin juga menjadi pembicara di FGD dengan para profesor di ITB pada 2012.Amin berharap, konverter kit ciptaannya ini bisa dirasakan manfaatnya oleh nelayan. Dia tidak ingin  dikomersialisasi. Hak patennya telah terdaftar 15 Maret 2012 dengan nama Amin Ben-Gas di Kementerian Hukum dan HAM dengan Nomor S00210300051. “Pemerintah daerah harus menganggarkan dana untuk  pengadaan alat, lalu dibagikan gratis kepada nelayan. Terlebih, konverter ini bisa dipasang dengan beragam jenis mesin perahu. Baik solar maupun premium,” ujarnya. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-015-09.json
Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya?
Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | [CLS]   Sejumlah titik api kembali muncul di Aceh. Di Kabupaten Aceh Barat, titik api yang bersumber dari pembukaan lahan untuk perkebunan dengan cara dibakar, menyebabkan jalan nasional yang menghubungkan kabupaten tersebut dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kota Banda Aceh diselimuti asap.“Sore atau pagi hari, asapnya sangat tebal, jarak pandang sangat terbatas. Warga sangat terganggu dengan kebakaran ini,” sebut Dedi Gunawan, warga Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, pada 24 Oktober 2017.Dedi mengatakan, kebakaran hutan khususnya hutan gambut di Aceh Barat sudah sering terjadi. Asap muncul akibat pembakaran hutan gambut untuk dijadikan kebun kelapa sawit. “Penegakan hukum untuk pelaku harus dilakukan, banyak warga yang harus menanggung akibatnya,” tambahnya. Baca: Api Berkobar di Lahan Gambut Aceh Barat, Bencana Tahunan yang Kembali Terulang Kepala BPBD Aceh Barat, Syahluna Polem kepada wartawan menjelaskan, kabut asap yang menyelimuti beberapa daerah di Kabupaten Aceh Barat terjadi karena kebakaran lahan gambut. “Ada pemilik lahan yang membersihkan dengan cara membakar. Petugas BPBD Aceh Barat dibantu kepolisian dan TNI telah memadamkan api di beberapa tempat, khusunya di Kecamatan Kaway XVI dan Johan Pahlawan,” terangnya kemarin.Syahluna menambahkan, dibeberapa tempat, tim pemadam kesulitan memadamkan api karena lokasi yang jauh dari jalan. Tidak ada sumber air yang bisa diambil. “Pompa air jadi tidak berguna karena tidak ada sumber air, akhirnya tim memamdamkan api dengan cara manual,” ujarnya.  Titik api akibat pembersihan lahan gambut untuk dijadikan kebun juga terdeteksi di hutan gambut Rawa Tripa, Kabupaten Nagan Raya, dan di hutan gambut Suaka Margasatwa Rawa Singkil.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-015-09.json
Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya?
Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | Di Rawa Singkil, titik api yang jumlahnya belasan, tersebar di Kecamatan Trumon Selatan, Kabupaten Aceh Selatan. Titik api paling banyak terlihat di Desa Ie Meudama, yang sebagian besar telah menjadi perkebunan sawit. Pada Juni 2017, belasan hektar hutan SM Rawa Singkil juga dibakar di desa ini. “Lahan itu memang sengaja dibakar untuk dijadikan kebun sawit, umumnya sang pemilik berasal dari luar Trumon,” sebut Imran, warga setempat. Baca juga: Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Gambut yang Terus Dirambah Pembukaan lahan di Suaka Margasatwa Rawa Singkil ini diakui oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo. Di depan kepala desa yang berbatasan langsung dengan SM Rawa Singkil, Sapto menyebutkan, dirinya menemukan warga yang mengaku membuka lahan, karena tidak memiliki lahan. Tapi, setelah lahan dibuka, dijual ke pengusaha.“Saya memiliki bukti kejadian, pembukaan lahan dilakukan untuk mencari keuntungan dengan menjual ke orang lain. Setelah itu, warga kembali mengaku butuh lahan pertanian atau perkebunan,” terangnya, pada 19 September 2017.Sapto menambahkan, Rawa Singkil merupakan hutan gambut layaknya sponse yang ketika air datang akan diserap dan di simpan. Namun, saat tidak ada air, sedikit-sedikit air dilepaskan. Keberadaannya sangat penting, salah satunya untuk menjaga agar daerah tersebut tidak banjir.“Jika Rawa Singkil terus rusak akibat pembukaan lahan, banjir lebih parah akan terjadi. Belum lagi daerah-daerah itu akan kekurangan air saat kemarau,” ujarnya.  Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh mengungkapkan, pada Selasa, 24 Oktober 2017, tercatat ada 60 titik api yang tersebar di 12 kabupaten/kota di Aceh.
[0.9999892115592957, 5.688989858754212e-06, 5.025468908570474e-06]
2017-015-09.json
Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya?
Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | “Nagan Raya (16 titik), Aceh Barat (15 titik), Aceh Tengah (10 titik), Bireun (7 titik), dan Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Selatan (4 titik),” jelas Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Blang Bintang, Zakaria.Sementara, hasil pantaun satelit yang dilakukan Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) mencatat dari 16-23 Oktober 2017, di Aceh muncul sekitar 662 titik api yang tersebar di 17 kabupaten/kota.Sekretaris HaKA, Badrul Irfan mengatakan, jumlah titik api tersebut diketahui berdasarkan data yang didapat pada portal Global Forest Watch (GFW). Portal ini dapat diakses siapapun untuk memantau jumlah titik api.“Titik api dipantau melalui data Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS). HAkA mendeteksi menggunakan satelit Suomi-NPP. Sementara nama produknya adalah VIIRS yang melengkapi data MODIS,” jelasnya.Badrul mengatakan, dari 662 titik api, jumlah terbanyak terdeteksi di Nagan Raya, yaitu 107 titik. Disusul Aceh Barat (106 titik), Aceh Tengah (86 titik), Aceh Selatan (72 titik) dan Gayo Lues (53 titik). “Pemerintah dan semua pihak harus terus menekankan larangan pembakaran lahan di musim kemarau seperti sekarang ini,” tandasnya.   [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-003-19.json
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | [CLS]     “Menyatakan terdakwa, Surya Darmadi,  terbukti sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan pencucian uang sebagaimana dakwaan kesatu primer dan dakwaan ketiga primer penuntut umum. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa,  pidana penjara selama 15 tahun dan denda Rp1 miliar. Dengan ketentuan apabila denda tidak dibayarkan akan diganti pidana kurungan selama enam bulan,” kata Fahzal Hamzah, Ketua Majelis Hakim saat membacakan vonis  kepada Surya Darmadi, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (23/2/23).Selain pidana itu, Surya Darmadi, bos sawit PT Duta Palma Group, juga mendapatkan ganjaran pidana tambahan uang pengganti  Rp2, 238 triliun dan membayar kerugian perekonomian negara  Rp39, 751 triliun. Mendengar putusan majelis hakim ini, Surya Darmadi pun menyatakan banding.Sebelumnya, Surya Darmadi dituntut penjara seumur hidup, dirampas aset untuk mengganti kerugian negara Rp4,7 trilun dan mengganti kerugian perekonomian negara R73,9 triliun.“Jika terpidana tak membayar uang pengganti, paling lama dalam satu bulan sesudah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta benda dapat disita jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti. Kemudian dalam hal terpidana tidak mempunyai harta yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka dipidana dengan pidana penjara selama lima tahun,” kata Fahzal yang didampingi hakim anggota  Susanti Arsi Wibawani dan Sukartono.Untuk aset yang disita Kejaksaan, katanya, seperti tanah atau kebun sawit dikembalikan kepada Surya Darmadi karena bukan berasal dari tindak pidana korupsi yang dilakukan. Beberapa aset tanah dan kebun lain dirampas negara untuk membayar kerugian perekonomian negara.Barang lain yang disita adalah kapal dan helikopter dan asset di Singapura dan Australia. Sementara kendaraan bermotor atas nama anak, menantu dan istri dikembalikan.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2023-003-19.json
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | “Kalau yang ada HGU (hak guna usaha), tidak masuk dalam kerugian negara. Kemudian kerugian perekonomian negara, tadinya Rp78 triliun, jadi Rp39 triliun setelah kami hitung-hitung. Tidak termasuk yang PT Kencana Amal Tani sama PT Banyu Bening Utama karena itu sudah ada HGU.”Hakim menilai,  walau proses kedua perusahaan itu menurut penuntut umum mungkin ilegal, tetapi sebelum ada pembatalan atau pencabutan oleh pemerintah maka hakim anggap sah dan legal.Dia bilang, dari pemeriksaan perkara di persidangan, Surya Darmadi sudah mendapatkan keuntungan dari PT Siberita Subur, PT Panca Agro Lestari, PT Banyu Bening Utama, PT Kencana Amal Tani, minus PT Palma I sebesar Rp1,238 triliun. Termasuklah di sana tak menerapkan sawit plasma rakyat 20% senilai Rp555,086 miliar.Perusahaan-perusahaan itu tak pernah memenuhi kewajiban kepada negara berupa dana berboisasi, provisi sumber daya hutan, sampai kompensasi penggunaan Kawasan hutan dari 2004-2022 hingga menyebabkan kerugian keuangan negara. Dia pun dapat pidana tambahan.Selain itu, hakim mengatakan, perkebunan sawit Duta Palma Group di Indraguna Hulu, Riau yang tidak dilengkapi izin-izin menyebabkan kerugian keuangan negara dan perekonomian negara Rp 39,751 triliun. Baca juga: Akhir Perburuan Sang Taipan Sawit Surya Darmadi Dalam pembelaan, tim hukum Surya Darmadi mengatakan, telah melakukan tanggung jawab social berupa membangun SD, SMP, SMK serta perumahan untuk karyawan. Juga, membangun tempat ibadah, poliklinik kesehatan buat perusahaan sekaligus untuk melayani masyarakat sekelilingnya. Ia jadi pertimbangan yang meringankan bagi Surya Darmadi. Faktor usia Surya Darmadi sudah memasuki 72 tahun  dan sakit jantung juga jadi pertimbangan hakim menetapkan vonis 15 tahun penjara.
[0.999988853931427, 5.725519713450922e-06, 5.467499249789398e-06]
2023-003-19.json
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Yang memberatkan, kata hakim, tindakan Surya Darmadi tidak membantu program pemerintah dalam tindak pidana korupsi. Perkebunan sawit Duta Palma Group belum menerapkan plasma dan terjadi konflik dengan masyarakat.Sebelumnya,  pada 13 Februari 2023, majelis hakim juga menerima surat dari Koperasi Tani Rahmat Usaha berisikan pengembalian kebun sawit kemitraan plasma seluas 1.954 hektar dari Duta Palma Group.Majelis hakim berpendapat, bukan kewenangan mereka menetapkan pengembalian kebun sawit pola kemitraan plasma seluas 1.954 hektar karena sudah berstatus HGU. Jadi, kewenangan pemberi HGU untuk menyerahkan lahan kepada masyarakat.Hendro Dewanto, Direktur Penuntutan Jaksa Agung Muda bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung mengatakan, putusan majelis hakim merupakan hal fenomenal terutama terkait pembuktian unsur perekonomian negara.“Itu dibebankan secara mutlak kepada terdakwa. Yang meliputi kerugian kerusakan lingkungan, kerugian rumah tangga, dan multiplier effectterhadap petani plasma. Ini penting hingga bisa mendorong ke depan terkait usaha pemerintah untuk memperbaiki tata kelola industri sawit.”Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi ke depan, katanya, semestinya mengarah kepada pembuktian unsur kerugian perekonomian negara karena ini efek lebih kepada perang terhadap korupsi.“Kalau hanya kerugian negara, sebagaimana misal, uang yang ada di APBN, saya kira kecil. Tapi ini bisa jadi besar. Terkait aset-aset nanti perkebunan, yang dulu diperoleh melawan hukum, akan dikembalikan kepada negara. Tentu penuntut umum segera berkoordinasi dengan kementerian terkait,” katanya. Baca juga: Proses Hukum Surya Darmadi, Jalan Jerat Kasus Kebun Sawit Serupa di Indonesia 
[0.9999938011169434, 2.9159193672967376e-06, 3.2098369047162123e-06]
2023-003-19.json
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Mengenai upaya banding Surya Darmadi, katanya, sah-sah saja. Dia berharap,  publik bisa mengawal kasus ini mulai dari pengadilan tinggi hingga Mahkamah Agung. Jadi, soal pembuktian unsur perekonomian negara yang telah diperjuangkan jaksa, bisa dipertahankan.Juniver Girsang, pengacara Surya Darmadi,  mengatakan, langsung banding .Dengan ada putusan ini, Kejaksaan Agung harus memperlakukan equality for the law  terhadap 1.192 perusahaan yang juga beroperasi di dalam Kawasan hutan. “Jangan ada diskriminasi.”Uli Arta Siagian, Manager Kampanye Hutan dan Kebun Walhi Nasional menyayangkan vonis hakim jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa.“Alasannya itu karena Surya Darmadi sudah tua, sakit, bersikap baik selama proses persidangan dan membayar CSR. Kami lihat sebenarnya, itu tidak cukup kuat untuk jadi alasan meringankan vonis terhadap Surya Darmadi,” katanya.Surya Darmadi, katanya,  melalui perusahaan-perusahaannya sudah beraktivitas ilegal di kawasan hutan sejak 2004 hingga 2022. Periode itu, katanya, melampaui vonis hakim 15 tahun.“Kalau kita ngomongin soal apa yang hilang dan diambil paksa oleh Surya Darmadi oleh aktivitas perkebunan, dari Masyarakat Adat Talang Mamak, misal, itu jauh lebih lama ketimbang vonis yang dijatuhkan.”Meski begitu, Uli mengapresiasi kinerja majelis hakim. Menurut dia, majelis hakim cukup progresif terlebih Surya Darmadi ini adalah kasus pertama korupsi sektor sumber daya alam dengan hakim merekognisi kerugian perekonomian negara.“Sebelumnya belum pernah ada. Ini langkah baik dan berani hakim mengakui ada konsep kerugian perekonomian negara dari korupsi di sektor sumber daya alam. Ini preseden baik untuk ke depan ketika tangani kasus-kasus korupsi sumber daya alam.”
[1.0, 9.411081913768271e-10, 1.0164515895638715e-09]
2023-003-19.json
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Setelah vonis hakim itu, katanya, KLHK dan Kementerian ATR/BPN harus segera bertindak. “Proses peridangan dengan semua argumentasi-argumentasi hukum, saksi, ahli dan putusan, itu jadi basis sangat kuat untuk dua kementerian ini menindaklanjuti sesuai tupoksi masing-masing.” Baca juga: Terseret Kasus Korupsi Surya Darmadi, Duta Palma Bermasalah Sejak Lama ATR/BPN, katanya,  harus segera evaluasi empat perusahaan Surya Darmadi yang beroperasi di Riau karena sudah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum.Dia juga meminta KLHK melakukan hal serupa. Selain memastikan PSDH-DR terbayar, KLHK juga harus bisa merekognisi wilayah itu sebagai wilayah Masyarakat Adat Talang Mamak.Dia bilang, ada banyak kasus dengan model sama seperti Surya Darmadi.  Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ada keluarkan surat keputusan yang berisi antara lain, inventarisasi target hukum yang beraktivitas tanpa izin dalam kawaan hutan. Ada 800-an target hukum teridentifikasi, hampir 90% perusahaan sawit.“Artinya, ketika ratusan korporasi sawit ini bisa beroperasi dalam kawasan hutan secara ilegal dengan aman dan nyaman, ada dugaan praktik korupsi di sana. Logikanya enggak mungkin mereka bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman kalau peraturan soal perlindungan kehutanan itu diimplementasikan pemerintah.”Dia pun mendesak Kejaksaan Agung, KPK, dan kepolisian melihat fakta-fakta dalam kasus ini lebih dalam. Dengan begitu, katanya, bisa membongkar perusahaan lain yang juga melakukan praktik ilegal di dalam kawasan hutan.Jeffri Sianturi, dari Senarai,  mengapresiasi Kejaksaan Agung dan majelis hakim yang berani menghukum kejahatan Surya Daramdi dengan instrumen korupsi dan tindak pidana pencucian uang.
[0.9999998211860657, 5.911284972626163e-08, 6.171174504743249e-08]
2023-003-19.json
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa
Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | “Putusan perkara Surya Darmadi ini fenomenal. Pertama kali dalam sejarah jaksa dan hakim karena berhasil membuktikan kerugian negara dan perekonomian negara,  salah satunya berupa kerugian ekologis. Juga berhasil membuktikan korupsi perizinan ilegal sawit dalam kawasan hutan dan tindak pidana pencucian uang,” katanya. Baca juga: Sidang Surya Darmadi: Kupas Kasus Kebun Sawit Dalam Kawasan Hutan ******** [SEP]
[0.9999937415122986, 2.917031679317006e-06, 3.314325113024097e-06]
2014-017-17.json
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | [CLS] Bila kita mengunjungi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2010, di sekitar Bandara Internasional Lombok (BIL)  yang waktu itu baru dibuka, dan di sepanjang jalan dari bandara hingga menjelang kota Mataram, terlihat begitu gersang dan hampa karena minimnya jumlah pepohonan. Tidak terlihat sama sekali Lombok sebagai salah satu lumbung padi nasional.Kini kondisinya sangat berbeda.  BIL tak lagi terkesan gersang, dan ribuan pohon juga sudah terlihat membesar di sepanjang jalan menuju kota Mataram yang berjarak sekitar 40 km.Perkembangan penghijauan yang begitu cepat dan massif tersebut  membuat banyak orang penasaran, karena pekerjaan besar ini tentu tak hanya membutuhkan  biaya yang tidak sedikit, akan tetapi juga komitmen lingkungan hidup yang kuat.Ternyata jawabannya bisa ditemukan di sebuah tempat di Lombok Barat, tepatnya di Desa Leubak, sebuah desa yang dekat dengan Pura Narmada.  Dia adalah Tuan Guru (TG) Hasanain Juaini.   Istilah ‘tuan guru’ yang berkembang di kalangan masyarakat Sasak adalah sebutan bagi seorang tokoh agama Islam yang dipandang menguasai berbagai ajaran agama dalam segala aspeknya. Dan sebutan yang disematkan padanya bukan tanpa alasan.TG Hasanain adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Haramain di Desa Lembuak, Lombok Barat, NTB yang beliau dirikan sejak 18 tahun lalu. Di pesantren yang mengasuh 2500 santri inilah motivasi dan energi besarnya muncul untuk menjadikan pesantrennya sebagai aktor penggerak dalam upaya penghijauan kembali Pulau Lombok. Tiap tahun mereka menanam sekitar tiga juta pohon. Kini namanya harum berkat kegigihannya menghijaukan Pulau Lombok, dan membagikan jutaan bibit pohon secara gratis.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2014-017-17.json
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Sejak 9 tahun terakhir, Hasanain beserta ribuan santrinya dan didukung oleh masyarakat berhasil menghijaukan kembali 56 hektar lahan gundul di Pulau Lombok dan Sumbawa, termasuk 36 hektar lahan gundul dan gersang yang dia beli pada 2003 yang dia sulap menjadi kawasan konservasi hutan yang dinamai Desa Madani.Selain itu, di pesantrennya dikembangkan pembibitan pohon dengan jumlah yang fantastis setiap tahunnya, yakni sekitar 1 juta hingga 1,5 juta bibit pohon yang semuanya dikerjakan sendiri oleh para santrinya. Seluruh bibit pohon tersebut dibagikan secara gratis kepada siapapun yang ingin menanamnya.Bibit-bibit pohonnya sudah tertanam di berbagai pulau di Indonesia, bahkan hingga Thailand, Malaysia, China dan India.  Bibit pohon jenis jati,  mahoni, albasia, trembesi,  ketapang, tanjung, mimba, gamelina, nangka, mangga, hingga pepaya, cabai, dan semangka, semua dibagikannya gratis kepada siapa saja. Secara periodik dia mengumumkan di media massa bahwa bibit-bibit pohonnya sudah tersedia, dan bisa diambil segera. Bahkan sekali waktu dia membawa ribuan bibit pohon ke tempat hajatan pernikahan dan meminta panitia membagikannya kepada para tamu undangan.Bagi Hasanain, menanam pohon adalah salah satu kewajiban dan tanggung jawab manusia. Apalagi kearifan terhadap lingkungan sudah diatur dalam Quran. “Kita sudah mendapatkan begitu banyak dari alam ini, maka kita harus tanya pada diri seberapa banyak yang kita berikan kepada alam,” ungkapnya.Saat ini, dia berkeinginan untuk menanam ratusan ribu pohon asam di gurun pasir di Mekkah , seperti yang dilakukan Bung Karno yang menanam pohon seluas 225 hektar di padang Arafah (20 km dari pusat kota Mekkah). Baginya, kesadaran masyarakat untuk menanam pohon adalah salah satu rahmat terbesar.Keberhasilannya bukan tanpa tantangan
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2014-017-17.json
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Saat bertemu dengan tim Mongabay, dia bercerita mengenai betapa sulit menyakinkan warga sekitar tentang nilai ekonomi jika mereka mau melakukan penghijauan. Pemahaman agama, juga kultur Suku Sasak, tidak cukup untuk membuat warga sekitar pesantren mengikuti sarannya. “Saya terpaksa membawa kalkulator ke mana-mana,” kenangnya.Pohon harus membawa manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat sekitarnya. Memahamkan masyarakat tentang arti penting pohon takkan bisa diterima masyarakat jika tidak dibarengi ‘iming-iming’ keuntungan ekonomis. Dan tantangannya tak hanya di situ. Bagi warga, gagasannya dianggap tidak masuk akal karena tanah yang akan mereka garap umumnya berpasir, tanpa hara, dengan keberadaan sumber air yang juga langka.Kerja kerasnya meyakinkan masyarakat akhirnya membuahkan hasil.  Masyarakat pun mulai tergerak membantunya menanam ratusan ribu pohon dengan bibit yang disediakan oleh pesantren yang diasuh oleh Hasanain.“Boleh dicek di Google Earth, sebelum dan sesudah penanaman. Kini Lombok jauh lebih hijau” katanya. Ia bosan dengan diskusi-diskusi, dengan teori-teori yang akhirnya berhenti di wacana saja. Selain berhasil membujuk masyarakat untuk aktif menanam pohon, pola keberhasilannya pun direplikasi oleh ratusan pesantren di NTB. Kini 500-an pesantren di Lombok dan Sumbawa telah terlibat langsung dalam gerakan pembibitan dan penanaman, dan puluhan pusat pembibitan pun telah tersebar di berbagai penjuru NTB.“Sekarang warga yang mau menanam bahkan mengambil bibit sendiri ke pusat-pusat pembibitan. Dulu, bibit masih kami antar ke rumah mereka, dan mereka pun harus kami bayar agar mau menanam,” kenang Hasanain sambil tertawa.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-017-17.json
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | “Kuncinya di pendekatan. Orang jangan sampai dilarang menebang pohon, karena manusia hidup pada dasarnya kan butuh pohon,” tuturnya. Menurutnya, orang boleh menebang pohon asalkan mau menanam lebih banyak daripada jumlah yang ditebangnya. “Kalau menebang satu, ya tanam 100” lanjut Hasanain.Dia juga setuju hutan lindung tidak boleh diganggu. Kepada masyarakat perlu dijelaskan pohon mana yang boleh ditebang, mana yang tidak boleh. Sebagai contoh ia menyebut pohon asam. Pohon asam sulit untuk ditanam dan membutuhkan waktu lama untuk tumbuh. “Saya ingin agar mereka mencintai pohon asam, agar mereka tidak menebangnya. Selama ini pohon asam banyak ditebangi untuk membakar tembakau,” katanya.Masyarakat kini mulai memanen pohon di lahan dan pekarangannya sendiri, sehingga hutan menjadi aman dari perambahan. Mahoni, jati, jati putih, sengon, ketapang, kenari, dan berbagai tanaman kayu kini pun banyak tumbuh di lahan-lahan warga yang dulunya lahan kosong dan gersang. Puluhan sumber air yang dulu punah kini juga bermunculan lagi, dan beberapa mata air debitnya membesar. Sistem tumpang sari yang dikembangkan kemudian juga memungkinkan masyarakat mendapat hasil dari tanaman-tanaman jangka pendek, bahkan mereka bisa berternak.Meski upayanya sudah berhasil dan mendapat dukungan luas, Hasanain masih terus menanam pohon. Ia masih terlihat mencangkul bersama para santrinya hingga tengah malam. “Kami menanam pohon setiap hari. Tiada hari tanpa menanam. Kalau belum selesai akan terus kami lanjutkan, walau sampai malam hari,” katanya.Bagi Hasanain, manusia diciptakan dengan memegang dua amanah  yakni  memelihara dan melestarikan alam, dan eribadah di atasnya.  “Dua-duanya harus berjalan, tidak bisa salah satu”.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2014-017-17.json
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur
Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Hasanain juga sudah menghitung,  selama hidup, seorang manusia membutuhkan 172 pohon untuk mendukung hidupnya, yang digunakan seperti untuk membuat tempat tidur, lemari, meja, dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap orang selayaknya bertanggungjawab menanam setidaknya 172 pohon selama hidupnya.Filosofi yang diikuti kerja kerasnya ternyata  direkam dan diakui oleh Ramon Magsaysay Foundation, yang kemudian menganugerahinya Ramon Magsasay Award tahun 2011, sebuah penghargaan prestisius  yang disebut-sebut sebagai Nobel-nya Asia.  Kini namanya sejajar dengan tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid, Mochtar Lubis, atau Pramoedya Ananta Toer, yang juga pernah meraih penghargaan Ramon Magsaysay.  Semuanya adalah tokoh-tokoh yang membawa ide dan inspirasi besar bagi masyarakat luas.  Dan selayaknya, kita juga meniru apa yang telah mereka lakukan. [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2021-033-14.json
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | [CLS]   Setiap tanggal 29 Juli, kita memperingatinya sebagai Global Tiger Day.Dalam cerita fabel, harimau didaulat sebagai raja rimba. Ia mempunyai semua atribut sebagai pemimpin yang penuh kekuasaan, berwibawa, disegani bahkan menakutkan. Badannya besar, gigi taring tajam, cakarnya mampu mengoyak mangsa, raungannya keras, serta penjelajah wilayah luas yang memiliki kecepatan berlari.Namun atribut itu membuat si raja rimba dipersonifiasikan dengan sifat sombong. Hanya bisa dikalahkan oleh kecerdikan binatang seperti kancil.Kenyataannya, kehidupan harimau di hutan sangat terancam. Harimau bukanlah binatang yang mudah ditaklukkan, tapi justru diburu oleh pemburu liar, untuk diperdagangkan seluruh bagian tubuhnya.Faktor apa yang membuat kehidupan harimau di Indonesia begitu terancam?Peneliti mamalia dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Profesor Gono Semiadi menilai, manusialah yang sebenarnya menjadi “harimau” seperti dalam kisah fabel itu, sombong, serakah, dan dzalim. Sedangkan harimau yang sebenarnya, tidak demikian adanya. Bahkan, pada dasarnya, harimau menghindari pertemuan dengan manusia.“Dari tiga subspesies harimau yang pernah dimiliki Indonesia, dua subspesies sudah punah, penyebabnya adalah kesombongan dan keserakahan manusia,” terang Profesor Gono Semiadi kepada Mongabay Indonesia, Selasa [27/7/2021].Dua subspesies yang punah itu adalah harimau jawa [Panthera tigris sondaica] dan harimau bali [Panthera tigris balica]. Sedangkan harimau sumatera [Panthera tigris sumtrae] saat ini statusnya Kritis [satu langkah menuju kepunahan di alam liar].Baca: Wawancara Profesor Gono Semiadi: Harimau Jawa Sudah Punah Secara Ilmiah  Kedatangan kolonial Saat kolonial Belanda datang ke Nusantara, ketika itu harimau dianggap sebagai hewan pengganggu untuk kegiatan berkebun. Lalu diadakan perburuan untuk ajang olaraga sekaligus menunjukkan kehebatan.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-033-14.json
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Padahal, sebelumnya harimau adalah satwa yang sangat ditakuti sekaligus dihormati oleh penduduk lokal. Masyarakat jawa misalnya, terbukti mereka menyebut kucing besar ini dengan nama terhormat, yaitu simbah, kyai, loreng, gembong, maung, hingga lodhaya.Simbah ini pernah hidup di sejumlah hutan di Pulau Jawa, mulai di Jampang Kulon, Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Pangrango, Yogyakarta, Probolinggo, Blitar, Banyuwangi, Tulungagung, hingga Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur.“Kini, tak satu pun hewan karnivora besar itu bisa dilihat lagi. Ia sudah dinyatakan punah secara ilmiah.”Bahkan, pemerintah melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI] hanya menyimpan dua spesimen kulit harimau jawa, juga dua harimau bali. Itupun peninggalan Belanda tahun 1910.Gono mengatakan, kepunahan harimau jawa dipercepat dengan masuknya senjata api ke Nusantara pada era kolonial Belanda.“Dorongan berburu karena ada citra figuratif harimau, bahwa yang bisa menaklukkannya atau memiliki bagian tubuhnya, maka akan ada “kekuatan lain” yang menyertai. Terutama, berkaitan dengan kewibawaan dalam memimpin, hingga kehormatan bak raja. Perasaan “I’m the king” yang memotivasi perburuan harimau,” tuturnya.Baca: Peneliti LIPI: Satwa yang Tertangkap Kamera Itu, Lebih Tepat Macan Tutul Ketimbang Harimau Jawa  Dalam kebudayaan Nusantara, ada juga kebiasan membunuh harimau, yaitu ‘rampogan sima’. Seperti gladiator, harimau jawa atau macan tutul dilepas di tengah massa yang membawa tombak untuk membunuh binatang itu.Rampogan ini dilaksanakan untuk menyambut tamu kehormatan termasuk pejabat Belanda. Makna tersiratnya adalah memperlihatkan kekuatan rakyat yang bisa mengalahkan kekuasaan penjajah, yang disimbolkan harimau atau macan.“Tapi itu hanya budaya, tidak sampai memusnahkan. Pemusnah yang efektif ketika itu adalah senjata api yang dibawa Belanda,” tutur Gono.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-033-14.json
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Namun penyebab terbesar kepunahan harimau jawa adalah pembukaan lahan hutan di Jawa, pada awal tahun 1800 hingga 1990-an, untuk dijadikan perkebunan [kopi, teh, karet] hingga ke wilayah pegunungan. Kondisi ini, menyebabkan habitat harimau jawa kehilangan wilayah jelajahnya, kemudian menimbulkan konflik antara harimau dengan manusia.“Banyaknya konflik tersebut berakibat perburuan menjadi semakin masif.”Puncaknya, hewan ini dinyatakan punah sekitar tahun 1980-an.Baca: Mungkinkah Harimau Sumatera, Jawa, dan Bali Sebagai Satu Subspesies?  Bagaimana nasib harimau bali? Mengutip kompas.com harimau ini awalnya tidak terancam hingga permukim Eropa pertama hadir di Bali, sekitar abad ke-16. Orang-orang Eropa tersebut memulai pembangunan di Bali dan menganggap harimau bali sebagai penganggu. Banyaknya orang Eropa yang datang mengurangi habitat harimau, belum lagi mereka melakukan perburuan sebagai olahraga.Sub-spesies ini kemudian dinyatakan punah pada 1940-an.Saat ini yang tersisa di Indonesia hanya harimau sumatera. Nasibnya juga mengalami perburuan, alasannya sama, demi citra figuratif harimau menambah kewibawaan dalam memimpin, hingga kehormatan bak raja bagi yang memilikinya.Kondisi ini berbanding terbanding dengan masyarakat lokal yang tinggal berdekatan dengan habitat harimau. Mereka menghormati raja hutan itu, terbukti dengan sebutan datuk, puyang, inyiak hingga ompung.“Keberlangsungan hidup harimau ini berada di tangan kita. Dari kisah fabel ini, yang sebenarnya sombong, serakah dan dzalim adalah manusia. Harimau pada faktanya adalah korban justifikasi. Kita harus merevisi pesan moral fabel harimau. Kita yang sesungguhnya menjadi ancaman dari luar [eksternal] bagi harimau,” tutur Gono.Baca: Catatan Akhir Tahun: Melindungi Harimau Sumatera Harus Ada Strategi Komunikasi  Ancaman harimau dari internal
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2021-033-14.json
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Namun, ancaman dari luar seperti perburuan dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan, pertambangan, dan permukiman bukan menjadi potensi kepunahan harimau satu-satunya. Menurut Dewan Penasihat HarimauKita, Darmawan Liswanto saat ini ada ancaman internal yang mengintai harimau, yaitu penyakit menular.“Selama ini kita melihat ancaman dari luar, tapi kita belum banyak membahas faktor intrinsik dalam populasi atau ekosistem tersebut,” kata Dermawan dalam webinar HarimauKita The Invisible Threats, Rabu [28/7/2021].Dalam webinar yang sama, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Indra Eksploitasia mengatakan, penyebaran penyakit pada satwa dilindungi memang harus menjadi perhatian. Indra meminta kolaborasi multidisiplin untuk mengatasi masalah tersebut.“Keterlibatan medis konservasi sangat penting. Ini akan memastikan kesehatan satwa dan lingkungan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan,” ujarnya.Salah satu yang harus ditangani, menurut Indra, adalah virus babi afrika yang terkonfirmasi masuk Indonesia sejak Desember 2019. Setelah sebelumnya memasuk Vietnam pada Februari 2019, lalu menyebar ke Kamboja, Laos, Philipina, Myanmar, Timor Leste, kemudian Indonesia.“Pertama kali terkonfirmasi di Sumatera Utara, menyebabkan matinya 47 babi domestik.”Bahkan beberapa peneliti, lanjut Indra, mengatakan virus babi afrika juga ditemukan pada babi celeng. Hal itu menjadi alarm karena dapat mempengaruhi keberadaan populasi harimau di habitat alam.Baca juga: Harimau Sumatera Itu Bagian dari Peradaban Masyarakat  Muliakan alamGuru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor [IPB], Profesor Hadi S. Alikodra dalam buku “Lampung dan Masa Depan Sumatera: Konservasi di Mata Jurnalis” yang diterbitkan Mongabay Indonesia [Mei, 2021], menegaskan cara efektif melindungi satwa liar [harimau sumatera], yaitu dengan memuliakan alam.
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2021-033-14.json
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan
Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Dia menekankan dengan pendekatan bentang alam. Dengan demikian, banyak satwa liar terlindungi.“Apa yang terjadi saat ini, rusaknya hutan dan alam Indonesia, saya pikir merupakan masalah mental manusia dan etika konservasi yang kurang.”Kita butuh manusia-manusia yang konsen, yang mempunyai moral, integritas, dan berwawasan lingkungan.“Manusia yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi, tapi juga peduli pada pelestarian lingkungan,” tuturnya.   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-003-02.json
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1]
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | [CLS]      Raungan gergaji mesin (chain saw) membelah belantara hutan konservasi Pulau Salawati Utara, Papua Barat. Sekelompok aktivis lingkungan menambah ritme langkah kaki menyusuri papan kayu yang dihampar sebagai jalan setapak. Sinombre, bukan nama sebenarnya, anggota rombongan, tak sabar segera menemukan sumber suara.Mendekati ujung jalan, raungan itu tiba-tiba senyap. Suara mesin berganti suara burung yang sesekali melengking dari puncak pohon. Suara gergaji tak lagi terdengar. Hamparan jalan papan kayu sudah pada ujungnya.“Kami tak tahu dari arah mana suara chain saw itu berasal,” kata  Sinombre, anak adat dari Sorong, tahun lalu.Mujur, saat rombongan ini diambang putus asa dan hendak berbalik arah pulang, suara mesin itu kembali meraung dan terdengar makin nyaring. Tak bisa lagi mengandalkan papan kayu sebagai penunjuk jalan, Sinombre dan tiga kawannya menyelinap di antara pohon-pohon kecil menuju sumber suara.“Beruntung kami menemukannya,” katanya.Untuk memergoki pengolah kayu di tengah belantara ini, mereka harus berjalan kaki sejauh sekitar 10 kilometer atau selama dua jam dari tempat perahu tambat. Jejak pembalak hutan konservasi Pulau Salawati Utara itu mulai ditelisik dari tempat penampungan kayu di tepi sungai.Sepanjang perjalanan, banyak terlihat tunggak kayu merbau masih segar. Belum lama batang yang berdiri tegak kena tebang. Potongan kayu sudah  diolah jadi balok juga banyak di pinggiran jalan papan. Kayu-kayu ini siap angkut ke tempat penampungan.Sinombre bilang, titik pembalakan di hutan konservasi di Pulau Salawati Utara ini perlu kejelian. Muara sungai yang jadi pintu masuk, katanya, begitu tersamar oleh mangrove nan rimbun. Mungkin tak menyangka ternyata celah di antara pepohonan itu sebagai gerbang utama.Dari penelusuran itu, Sinombre mencatat tak kurang lima titik tunggak kayu merbau sisa penebangan.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2023-003-02.json
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1]
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Soni, bukan nama sebenarnya, pengolah kayu mengaku kayu-kayu itu untuk memenuhi kebutuhan lokal pesanan warga kampung. Sinombre  ragu dengan keterangan ini, mengingat potongan kayu olahan Soni ukuran standar ekspor ( 20 cm x 20 cm) atau (17 cm x 17 cm) dengan panjang rata-rata dua meter.Keterangan dari pengolah lain, kayu merbau itu disetor ke tempat penampungan kayu (TPK) tak jauh dari lokasi penebangan. TPK terdekat dari hutan konservasi Pulau Salawati Utara ada di Kampung Dulbatan, Distrik Salawati Selatan.Saat dia datangi ke TPK Maret tahun lalu, banyak tumpukan kayu ukuran ekspor siap dikemas dalam peti besi.Siapakah pemilik TPK ini?  Sinombre  belum tahu.   Pembalakan liar memang jadi ancaman bagi kawasan konservasi ini. Pada 2020, Direktorat Jenderal Penegakan Hukum, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pernah memproses  kasus pembalakan liar di Kawasan Konservasi Pulau Salawati. Kala itu, salah satu terduga pelaku adalah. FW Wiliyanto (FW).  dengan nama usaha, PT Bangun Cipta Mandiri (BCM).Catatan media, FW pernah meringkuk di sel Polsek Sorong Timur setelah Gakkum KLHK Papua Barat menangkap di Jakarta pada 16 Juli 2020. FW diduga terlibat pembalakan liar di kawasan konservasi Pulau Salawati dan ditetapkan sebagai tersangka 31 Maret 2020.Perkara ini berawal dari operasi pengamanan dan peredaran hasil hutan oleh Tim Operasi Balai Gakkum KLHK Maluku Papua, di perairan Kampung Kalwal awal Februari 2020. Sebuah Kapal KLM Sumber Harapan III yang bermuatan kayu olahan jenis merbau (Intsia bijuga) sebanyak 103,434 m3 berbagai ukuran, diamankan.Dua awak kapal, Haji Nurdin dan Sudirman menjadi pesakitan. Nurdin sebagai tersangka saat ditangkap petugas Gakkum KLHK, mengaku sebagai pemilik kayu. Sedangkan Sudirman adalah nahkoda kapal yang memuat kayu itu. Dalam dakwaan jaksa Wahyudi Eko Husodo terhadap FW, disebutkan peran Nurdin sebatas penyedia jasa.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-003-02.json
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1]
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Peran Nurdin berawal pada 20 Januari 2020, saat dia mendatangi FW di BCM, untuk menawarkan jasa mengolah kayu stock opname di Kampung Kalwal dan mengangkut ke tempat BCM di Kampung Dulbatan, Distrik Salawati Selatan, Sorong.Nurdin dan FW bersepakat upah Rp3.8 juta/m3, dan telah dibayar uang muka untuk operasional Rp50 juta serta panjar pinjaman kepada Nurdin Rp113,6 juta.FW juga memberikan uang panjar sewa kapal Rp20 juta kepada Sudirman. Pekerjaan itu kandas di perairan Kampung Kalwal, setelah Tim Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum wilayah Maluku Papua, menangkap keduanya pada 3 Februari 2020 sekitar pukul 13.30 waktu setempat.Dalam persidangan terpisah,  Nurdin dan Sudirman, keduanya vonis bebas oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sorong yang diketuai William Marco Erari. Petikan putusan ini bernomor 76/Pid.Sus/2020/PN.Son, tertanggal 16 Juli 2020.Sedang FW, JPU dari Kejaksaan Tinggi Papua Barat, Wahyudi Eko Husodo mendakwa dengan Undang-undang No 18/2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.FW diancam hukuman pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp2,5 miliar. Ketika diwawancara sesaat sebelum persidangan di Pengadilan Negeri Sorong, FW mengaku tak bersalah.Kayu yang jadi barang bukti di pengadilan, bukan dia yang tebang melainkan kayu-kayu dari masyarakat. Mereka jual ke BCM.FW bilang, sangkaan para penyidik Gakkum KLHK Maluku Papua ini salah alamat. Sebab, 103,434 m3 kayu merbau yang menjadi barang bukti dalam perkara ini, adalah kayu resmi berdokumen.“Kalau aku salah, pasti aku ini ada takut. Ini aku takut sedikit pun tidak. Satu bulu pun tidak berdiri, karena saya tidak lakukan itu.”“Terkecuali saya melakukan, mungkin saya takut. Mungkin tidak sampai hari ini saya di sini. Pasti bagaimana caranya, harus selesai. Tidak mungkin saya mau masuk penjara,” kata FW.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-003-02.json
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1]
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Pria kelahiran Ujung Pandang 20 Juli 1964 ini, lantas mengurai peristiwa pada 2005. Awalnya, dalam program 10 hari pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono, gabungan aparat penegak hukum melakukan operasi hutan lestari II. Hasilnya, 221.211,92 m3 kayu ilegal disita, termasuk milik masyarakat adat di Kampung Kalwal, Distrik Salawati Selatan, Raja Ampat.Saat itu, status kayu ini disebut sebagai kayu non police line (NPL). Sebelum akhirnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menghapus staus NPL pada 2018.  Masa itu, dengan mempertimbangkan nilai kayu yang terus menyusut, Menteri Kehutanan saat itu MS Ka’ban, membuat kesepakatan bersama Gubernur Papua Barat, Abraham O. Atururi. Kesepakatan bernomor PKS.2/Menhut-VI/2009 dan nomor 522.2./277.GPB/2009 ini, ditandatangani di Jakarta pada 17 April 2009.Pada poin satu dari lima poin kesepakatan, Menteri Kehutanan menyerahkan penyelesaian pemanfaatan kayu NPL itu kepada Gubernur Papua Barat. Pemanfaatan kayu ini, diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dengan terbit Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) Dinas Kehutanan.Penyelesaian pemanfaatan kayu NPL ini, paling lambat lima bulan sejak kesepakatan bersama ini ditandatangani, dengan melibatkan bupati atau walikota serta kepala dinas yang diserahi tanggungjawab bidang kehutanan.Gubernur menyerahkan pemanfaatan kayu itu ke masyarakat sebagai pemilik, agar menjual melalui koperasi masyarakat (kopermas). “Siapa yang mau membeli kayu itu, harus memiliki fasilitas alat berat dan kemampuan financial  cukup.”Saat itu, katanya, BCM mengajukan permohonan, mendapatkan rekomendasi gubernur. Perusahaan ini bersama masyarakat pemilik kayu, menginventarisir jumlah kayu berserak di dalam hutan itu, dan mendapati 9.587,47 m3.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-003-02.json
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1]
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kayu oleh perusahaan dan masyarakat pemilik, Dinas Kehutanan Sorong menurunkan tim verifikasi dan uji petik pengukuran, dengan melibatkan kepolisian, kejaksaan serta petugas Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP).“Dari situ terbitlah LPH dari Dinas Kehutanan untuk kayu 9.587,47 m3,” kata FW.Tuntas verifikasi dan uji petik, Dinas  Kehutanan Sorong menerbitkan surat perintah pembayaran (SPP) sumber daya hutan dan dana reboisasi (PSDHDR) kepada Kopermas Marthen Kalapain sebagai pemilik kayu.SPP PSDHDR, pertama diterbitkan pada 18 Maret 2013 dengan volume kayu merbau 5.563,43 m3 dan nilai PSDH yang harus dibayar Rp834, 514 juta dan dana reboisasi US$72.324,59. Kewajiban kepada negara ini dibayar BCM melalui transfer ke rekening Bank Mandiri tertanggal 18 dan 26 Maret 2013.Sedang SPP PSDHDR kedua, diterbitkan pada 23 Desember 2013, dengan volume 4.024.04 m3 senilai Rp603, 606 juta (PSDH) dan US$52.312,52 dana reboisasi, dibayar BCM dengan transfer ke rekening Bank Mandiri pada 3 Januari 2014.“Itu saya bayar dua kali. Semua kewajiban saya ke negara sudah saya bayar lunas. Semua saya ikuti prosesnya, sesuai petunjuk teknis Dinas Kehutanan.  Sekarang,  barang itu tinggal saya angkut. Saya uangkan semuanya. Jadi saya bukan pelaku ilegal,” katanya.  Bukti pelunasan itu yang kemudian jadi dasar penerbitan surat keterangan sahnya kayu bulat (SKSKB) oleh Dinas Kehutanan Sorong. Secara bertahap, BCM memindahkan kayu yang telah stock opname itu dari Kampung Kalwal ke industri BCM di Kampung Dulbatan, Distrik Salawati Selatan, Sorong.Pada 11 September 2017, sertifikat legalitas kayu (SLK) BCM ini pernah dibekukan PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo). Dari hasil audit surveillance sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK), perusahaan ini tak dapat menunjukkan dokumen laporan mutasi kayu bulat (LMKB) dan laporan mutasi kayu olahan (LMKO).
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-003-02.json
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1]
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Surat pembekuan yang ditandatangani Yerry Taizar, Kepal SBU Serco Sucofindo ini, berlaku sejak 11 September -10 Desember 2017. Sertifikasi akan aktif kembali apabila perusahaan dapat memenuhi LMKB dan LMKO, paling lambat satu bulan sebelum masa penangguhan berakhir.  “Dokumen itu sudah kami penuhi,” ujar FW.Legalitas itu, katanya, juga dibuktikan surat klarifikasi penyampaian setok kayu bulat dan kayu olahan izin usaha industri primer hasil hutan kayu (IU-IPHHK) dari Dinas Kehutanan Papua Barat, nomor 522.2/231/Dishut-PB/3/2018 tertanggal 29 Maret 2018.Dalam surat yang ditandatangani Runaweri F.H,  Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat, mengatakan, kayu-kayu pada BCM adalah benar kayu NPL sisa operasi hutan lestari yang telah mendapatkan izin pemungutan kayu masyarakat adat (IPKMA) pada 2013.Kayu itu secara legal jadi setok kayu olahan milik BCM, serta telah di upload ke dalam SI-PUHH Online.Meski kebijakan pemanfaatan kayu bulat NPL dilarang sejak 2018, untuk kayu yang sudah dimanfaatkan sebelumnya dan jadi setok olahan di BCM, dianggap memenuhi syarat untuk diperdagangkan.Dari total kayu yang sudah dibeli itu, di Kampung Kalwal masih tersisa sekitar 2.715,82m2 yang belum digeser ke BCM di Dulbatan. Jumlah ini termasuk 103.434m3 kayu yang disita Gakkum KLHK pada 3 Februari 2020 di perairan Kampung Kalwal, dan jadi barang bukti.Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Sorong 17 Desember 2020, FW vonis bebas. Majelis Hakim persidangan diketuai Willem Marco Erari.  Kayu NPL Operasi hutan lestari (OHL) II pada 2005 di Tanah Papua, merupakan operasi penegakan hukum terbesar sektor kejahatan kehutanan oleh polisi. Sasaran OHL II mencakup enam wilayah di Irian Jaya—kala itu–, kini Yapen Waropen, Nabire, Sorong, Sorong Selatan, Manokwari, dan Fakfak.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2023-003-02.json
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1]
Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Hasil OHL II, markas besar polisi mengedepankan penindakan pelaku pembalakan liar. Dari lima hari operasi, polisi mengamankan 40.679 batang atau 188.488 m3 kayu bulat, 5.669 m3 kayu olahan. Ada juga alat berat 496,  empat kapal, 16 mobil, satu tongkang dan dua tug boat.Barang bukti  kayu tersebar di empat wilayah OHL II di Manokwari, Sorong, Sorong Selatan dan Fak fak, ditandai dengan garis polisi yang disebut kayu NPL.Polisi juga mengamankan 173 pembalak liar jadi tersangka. Mereka berlatar belakang sebagai operator penebang kayu, manajer pengusahaan hutan, dan pemodal. Juga, staf pemerintah dan penegak hukum polisi yang diketahui berhubungan para pelaku pembalakan liar.Catatan Yayasan Auriga Nusantara, dari 173 pelaku ditangkap hanya 27 maju ke pengadilan. Pelaku dihukum 13 orang dengan vonis dua tahun penjara. Sisanya, 146 orang sebagian bebas melalui vonis hakim dan tanpa proses hukum.“Parahnya lagi, pemodal utama yang membiayai kejahatan kehutanan tidak pernah disentuh dengan hukum, ini jadi potret kasus kejahatan kehutanan terus marak dan berulang,” kata Demianus Safe, Regional Nodes Yayasan Auriga Nusantara.Jangka waktu pemanfaatan kayu NPL pada poin ke empat dalam Surat Kesepakatan Bersama Menteri Kehutanan dan Gubernur Papua Barat, paling lambat lima bulan sejak April 2009. Pembatasan ini memperhatikan nilai kayu yang terus menyusut, melindungi hak-hak negara berupa penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan bergeraknya perekonomian masyarakat.“Faktanya, pada 2018, 2019 dan 2020 kayu NPL masih marak beredar di Papua Barat hingga Surabaya,” kata Demianus.Peredaran kayu NPL selalu berhubungan erat dengan kasus penangkapan kayu ilegal baik di Sorong dan Surabaya.Demi bilang, Dinas Kehutanan Papua Barat harus membuka data kayu NPL yang masih tersisa dan tersebar. Hal ini, katanya,  untuk memperjelas kayu NPL OHL II tahun 2005. (Bersambung)  ********  [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-063-11.json
Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan
Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | [CLS]   Bangkai satu individu kukang kalimantan (Niycticebus menagensis) bergelantung di pohon. Tubuhnya hanya menyisakan belulang dengan bulu yang melekat. Pemandangan ini terlihat saat tim evakuasi satwa dari Yayasan Internasional Animal Rescue Indonesia (YIARI) bersama petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat tiba di Resort Camar Bulan, Desa Temajok, Kecamatan Paloh, Sambas, Kalimantan Barat, Kamis (13/04/2017).Bangkai lainnya teronggok di tanah, di atas daun-daun akasia yang gugur. Bagian tubuhnya relatif utuh. Keberadaan tim di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia ini memang untuk mengevakuasi 17 kukang yang menjadi satwa peliharaan di tempat wisata tersebut. Saat tim tiba lokasi, sang pemilik tidak di tempat.Menuju lokasi tidaklah mudah. Tim harus menempuh sekitar 10 jam perjalanan, dua kali penyeberangan. Tempat peristirahatan ini belakangan dikenal dengan ikon rumah terbalik yang diklaim sebagai konsep pertama di Kalimantan Barat.Petugas mencatat penyerahan dari NN Setiawan, seorang pelajar, yang berada di tempat tersebut sekaligus penjaga resort. “Menurut pemilik, kukang dibeli dari masyarakat seharga Rp100 ribu. Telah dipelihara empat bulan, diberi makan pisang,” ujar Kepala BKSDA Kalbar, Margo Utomo.Kukang-kukang tidak dipelihara di kandang. Mereka menempati area terbuka yang ditumbuhi dua pohon. Lokasinya bersebelahan dengan genset yang menyala 24 jam. Di Desa Temajok, listrik hanya menyala malam hari. Tenaga listrik di pasok dari PLTD dan tenaga surya. Resort tersebut memiliki beberapa pondok dengan bentuk seperti tenda, terbuat dari kayu. Dua pohon tersebut diberi lampu.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-063-11.json
Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan
Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Tim YIARI menduga kuat, kukang-kukang tersebut stres, sehingga tidak mau makan. Dari 17 individu kukang, hanya 7 yang bisa dievakuasi. Tiga individu mati, sementara 7 lainnya tidak diketahui. “Saat ini, satwa berada di kandang transit BKSDA Kalbar di Pontianak, untuk mendapatkan perawatan tim dokter dari YIARI sebelum dibawa ke Ketapang,” tambah Margo.  Sebelumnya, pada  8 April 2017, BKSDA Kalbar juga telah mengamankan dua individu kukang dari pemelihara di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Ketua YIARI, Tantyo Bangun, berharap ada tindakan hukum terkait kasus-kasus pemeliharaan satwa dilindungi itu.“Selayaknya ada sanksi serius. Tidak saja dari sisi penegakan hukum, tetapi masyarakat luas harus mengutuk tindakan ini. Memelihara satwa liar dilindungi, sama saja dengan menyiksa. Tindakan tegas sesuai UU 5 Tahun 1990 layak diterapkan.”Tantyo menuturkan, perdagangan untuk pemeliharaan berperan besar mendorong kepunahan kukang. Sebanyak 30 persen kukang hasil perburuan mati dalam perjalanan dari pemburu ke pedagang. Kukang mati karena stres, dehidrasi, atau terluka akibat transportasi yang buruk.Saat di pedagang, kukang mengalami penderitaan, yaitu pemotongan gigi taring. Pemotongan ini kerap menyebabkan infeksi mulut yang berujung pada kematian karena kukang kesulitan makan. “Rata – rata kukang hanya berumur enam bulan saja saat diperdagangan atau dipelihara,” katanya.  Happy Hendrawan, aktivis lingkungan dan peneliti dari Swandiri Institute menyatakan hal senada. “Petugas masih menggunakan bahasa penyerahan, bukan penyitaan. Penindakan pada kasus-kasus tertentu, mutlak dilakukan,” katanya. Pemilihan kata dapat menjadi preseden sifat permisif pemerintah terhadap pemeliharaan satwa dilindungi.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-063-11.json
Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan
Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Kasus pemeliharaan satwa dilindungi juga menjadi hal yang berulang. Happy mengatakan, hal ini didorong oleh beberapa aspek. “Bisa informasi, sumber daya manusia, atau tren,” katanya. Dari aspek informasi, bisa jadi hal perlindungan dan larangan tidak sampai ke masyarakat. Walau diakui, upaya penyadartahuan dari pemangku kebijakan sudah dilakukan.Bisa jadi, proses penyadartahuan yang dilakukan tidak sistematis dan sektoral. Upaya ini memang membutuhkan waktu dan kerja sama para pihak hingga aparatur pemerintah level desa. “Cuma nanti argumennya; dana dan personil.”Disisi lain, lanjut Happy, pemeliharaan satwa dilindungi juga terkait syahwat pemenuhan hobi yang tak terbendung. Akibatnya, pemahaman atas perlindungan dan larangan melihara terlebih berburu satwa langka diabaikan. “Ini lintas kelas sosial, cenderungnya menengah ke atas yang suka melihara satwa dilindungi. Masyarakat kecil lebih ke pemenuhan pasokan.”Kukang (Nycticebus sp) atau yang dikenal dengan nama lokal malu-malu merupakan primata nokturnal (aktif malam hari) dilindungi Undang-undang No 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999. Kukang memiliki peran penting di habitat sebagai penyeimbang ekosistem alam. Kukang membantu penyerbukan dan penyebaran tumbuhan di alam serta mengendalikan hama serangga yang berpotensi menyerang tanaman produktif masyarakat atau tumbuhan hutan itu sendiri.  Perburuan tinggiData Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi IAR Indonesia menunjukkan, pada 2015 sekurangnya 200 – 250 individu kukang ditawarkan di tujuh pasar besar di empat kota besar Indonesia. Sementara hasil pemantauan online 2015 menunjukkan sebanyak 400 individu kukang dipelihara oleh pemilik media sosial.
[0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213]
2017-063-11.json
Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan
Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | “Data 2016, sebanyak 625 individu kukang diperdagangkan oleh 50 grup jual beli hewan di Facebook. Rata-rata, harga pasaran kukang dijual seharga 350 – 500 ribu Rupiah,” kata Risanti, staff media YIARI. Sementara dari penelusuran online tim @kukangku di media instagram, ditemukan sekitar 500 postingan negatif mengenai kukang. Konten negatif tersebut berupa foto/video ‘pamer kukang peliharaan’, selfie bareng kukang, dan penggunaan kata pets/peliharaan pada caption.  Sepanjang 2015-2016, lebih dari 1.500 individu kukang diambil paksa dari alam. Dengan angka perputaran uang di pasar mencapai lebih 500 juta Rupiah dalam setahun. Angka tersebut belum termasuk biaya rehabilitasi hingga pelepasliaran terhadap kukang hasil sitaan penegak hukum dan penyerahan masyarakat.Biaya yang dikeluarkan oleh lembaga konservasi untuk rehabilitasi satu individu kukang sebesar Rp20.000.000. Dengan begitu, dapat diasumsikan negara mengalami kerugian material sebesar Rp30 miliar.Pemeliharaan disebut sebagai salah satu penyebab yang mendorong kepunahan kukang, karena jual beli tetap berlangsung. Pemeliharaan akan menjadi contoh dan daya tarik bagi orang sekitar untuk melakukan hal yang sama.“Efek penggunaan media sosial dengan pamer foto tersebut secara tidak langsung menjadi faktor yang membuat pemeliharaan kukang menjadi tren di masyarakat,” tutur Risanti.   [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | [CLS]   Gerimis turun pagi hingga malam hari. Tiada henti. Pendakian menuju kampung di Puncak Gunung Tembaga, makin sulit, harus ekstra hati-hati. Lengah sedikit, terpeleset ke jurang, atau masuk lubang bekas tambang di sekitar jalur pendakian.Jalan setapak berbatu dan berundak. Tampak ratusan lubang bekas tambang mengangga, berdiameter satu meter, hanya tertutup potongan kayu. Banyak pula tak tertutup. Selama perjalanan terlihat pohon cengkih, kayu putih, pala dan sagu.Di setengah pendakian, puluhan pondok beratap terpal biru dibangun. Setiap pondok punya lubang tambang. Anak-anak bermain di depan pondok. Tampak para pengangkut batuan tambang hilir mudik, bergantian naik dan turun. Mereka saling menyapa, dan sesekali belanja di warung, di pinggir jalur pendakian.Meto Alkatiri dan keluarga asal Ambon. Sejak 2016, mereka memutuskan tinggal di Gunung Tembaga, Dusun Hulung, Desa Iha, Kecamatan Huamual, Seram Bagian Barat, Maluku.Pria berusia 34 tahun ini kala datang jadi pemikul batu cinnabar, bahan utama membuat merkuri atau air raksa. “Dulu pemikul hasil tambang di Gunung Botak. Ketika ditutup, pindah ke Gunung Tembaga,” katanya.Sore, pertengahan Juli lalu, Meto baru naik dari lubang tambang miliknya pada kedalaman 15 meter. Istrinya,  Indah, tampak mendulang batu cinnabar di depan halaman pondok, sembari mengawasi kedua anak mereka bermain.Pondokan beratap dan berdinding terpal warna biru, berukuran 5 x 10 meter, berlantai tanah.Kala itu, musim angin timur. Hujan angin dan udara dingin terasa setiap hari. Di dalam pondok, ada lubang sedalam 12 meter tertutup papan tebal 10 sentimeter. Berjarak satu meter, ada tiga tempat tidur dari jahitan karung plastik.Di bagian depan, dua kamar berukuran 2,5 meter x 2,5 meter tersekat terpal. Ketika hujan, lantai becek dan licin. Kedinginan, kehujanan dan panas terik matahari, mereka rasakan.“Tidur di sini (dekat lubang), termasuk masak dan mandi,” ucap Meto.
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Di pondok, Meto tak hanya bersama anak dan istri. Adik laki-lakinya beserta istri juga tinggal bersama. Mereka ikut menambang dan mendulang.  Awalnya, tahun lalu, kala tambang emas Gunung Botak, Pulau Buru, ditutup pemerintah Maluku, dia terpaksa ke Ambon jadi buruh kayu.Sebulan kemudian, dia mendengar dari kawan soal penambangan batu cinnabar di Gunung Tembaga. Bersama adik laki-lakinya, dia berangkat.Awal tiba, tak ada sanak saudara, hanya ikut kawan.  Dia jadi bekijang atau pemikul hasil tambang. Memikul dari gunung ke kampung di pesisir pantai Desa Iha.Setiap bulan dia terima bagi hasil Rp950.000. Berbeda jauh ketika Meto memikul hasil galian tambang di Gunung Botak, setiap hari bisa meraup Rp3.000.000.Berbekal pengamatan harian, dia mulai mendulang di pinggir pantai. Akhirnya Meto nekat menggali lubang, mencari pinjaman modal dari pengepul. Bersamaan itu, anak dan istri, dia ajak menambang.“Semua hasil tambang dijual ke pemodal, dipotong pinjaman. Sampai sekarang belum lunas,” katanya.Meto,  punya tiga lubang tambang. Hanya satu lubang aktif sedalam 35 meter. Kalau beruntung, dia dapat puluhan kilogram cinnabar perhari.Di dalam lubang, tiap hari Meto dan keempat rekan harus bertaruh nyawa. Dia mengikis tanah dan batuan, mencari reff (urat) batu cinnabar. Tak ada alat pengaman di lubang tambang. Hanya lampu di kepala, tanpa helm pelindung.Sistem penambangan cinnabar hampir semua sama, mulai vertikal, lalu horizontal, kembali vertikal, kemudian horizontal. Begitu terus hingga kedalaman dirasa cukup. Tak ada penyangga di setiap lorong horizontal yang sudah tergali.Kayu hanya terpasang sebagai penopang. Di empat sisi pinggir lubang vertikal. Meto terkadang takut bahaya reruntuhan batu selama bekerja di lubang tambang itu. Meskipun begitu, bagi Meto dan penambang lain, lebih takut pulang tak bawa uang daripada terpendam di dalam lubang tambang.
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Kala hujan deras, Meto,  memilih tak menambang karena takut longsor. Dia dan istri hanya mendulang di depan pondok. Setiap hari, dapat sekitar dua kilogram cinnabar dari hasil berdulang. Harga sekilogram cinnabar di gunung Rp115.000 dan pesisir Rp120.000.“Kami jual seminggu sekali. Jika uang belanja habis, hasil tambang langsung dijual,” katanya.Setiap hari, Meto,  dan keluarga habiskan uang untuk keperluan konsumsi. Dia harus membeli air bersih Rp6.000 untuk lima liter. Juga mengeluarkan uang belanja harian. Harga barang di atas gunung tiga kali lipat harga di pesisir. Dia juga harus membeli solar Rp70.000 buat lima liter untuk genset (listrik).Dalam lubang, mereka hanya hanya angin blower plastik. Sesekali pewangi disemprotkan di mesin blower agar tak melulu menghirup udara lembab di lubang.  Meto tahu cinnabar untuk membuat merkuri tetapi tak tahu bahaya terkena paparan cinnabar dan merkuri bagi kesehatan. Baginya,  duit hasil tambang lebih penting, dibandingkan memikirkan dampak.Dari pondok Meto, ada puluhan pondok penambang lain. Ada pula pondokan hancur berikut lubang tambang yang sudah ditinggal pergi.Kala kepala menengadah, terlihat  lereng, dan tebing curam.  Ada juga pondok-pondok penambang, di Puncak Gunung Tembaga. Ratusan bangunan semi permanen. Ada berdinding papan, anyaman bambu, sampai sebagian semen.“Penambang datang tak hanya dari Maluku. Ada dari Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan,” kata Meto.Meto punya rencana kembali ke Gunung Botak di Namlea, Pulau Buru. Dia mendengar Gunung Botak kembali dibuka untuk penambang. Penghasilan di Namlea, lebih besar dibandingkan di Gunung Tembaga. Apapun risiko dia hadapi, demi biayai anak sekolah dan keluarga.“Jika pemerintah ada alternatif tak menambang dan menghasilkan uang saya mau. Jika tak ada, jangan larang kami,” katanya.
[0.9999998211860657, 8.425171671433418e-08, 7.141517954778465e-08]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Bertaruh nyawa demi cinnabar juga dilakukan Ghani Matdoam. Pria dari Maluku Tenggara ini sudah lebih lama setahun menambang di Gunung Tembaga. Dia tahu tambang cinnabar dari rekannya.Ghani belum punya modal bikin lubang. Dia hanya mendulang di lubang-lubang bekas tambang, atau bekas urukan tambang.  “Sehari dapat tiga kilogram. Dikumpulkan dulu, baru dijual,” katanya.Sebelum di Gunung Tembaga, Ghani jadi pemikul bahan galian emas di Gunung Botak, Pulau Buru. Dia tak tak tahu bahaya batu cinnabar dan merkuri. Dia hanya tahu cinnabar bahan bikin merkuri, dan mengikat emas.Pondok biru ‘perkampungan’ tambang, hanya berjarak satu hingga lima meter. Warung-warung memutar musik bervolume keras. Antarwarung dan pondok saling memutar. Suara musik bercampur teriakan anak-anak bermain di sekitar lubang-lubang bekas tambang dan pondok mereka.Ada pemikul hasil tambang, hanya pekerja dan ada pemilik lubang-lubang sekaligus penambang. Maswan Kaisupi, warga Desa Iha, penambang yang memilki lubang galian. Dia termasuk penambang lama di Gunung Tembaga.Maswan punya tiga lubang tambang aktif. Dua lubang punya hasil baik. Setiap lubang bisa dapat hingga 100 kilogram, bahkan ada sampai 500 kilogram. Pencatatan Maswan, sudah lebih dari empat ton cinnabar dari kedua lubang itu.Lubang tambang Maswan mulai 50-70 meter dengan sembilan pekerja. Mereka dari Ternate dan Buton. Mereka hanya memakai lampu kelapa (head lamp), dan sarung tangan. Blower dari plastik panjang masuk ke lubang, hanya bantuan udara agar tak lelah dan cukup oksigen.Para pekerja ini mendapat bayaran dengan bagi hasil. Total penjualan tambang dikurangi biaya makan dan minum, dan beli solar. Sisanya, bagi rata.“Ada 1.000 lebih penambang di sini (Desa Iha). Mereka dari Jawa, Makassar, Manado dan Ternate,” kata Maswan.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Maswan bisa menjual cinnabar langsung ke pengepul di Gunung Tembaga. Dia tak berkontak langsung dengan pembeli besar di Jakarta, Ambon, Sukabumi atau di Surabaya.Menurut dia, pengepul yang berhubungan langsung dengan pembeli besar. Di pesisir, ada pembeli eceran maupun besar.Dia bercerita, awal mula cinnabar ditemukan masyarakat sekitar akhir 2010. Sebelum ada tambang, masyarakat bekerja tani sagu dan mencari ikan di laut.“Sekarang semua beralih jadi penambang. Di Desa Luhu masih banyak bertani dan nelayan.”Dia dengar banyak pembeli ditangkap, dengan alasan cinnabar dilarang. Maswan tahu, operasi penambangan mereka di Gunung Tembaga ilegal. Warga, katanya, siap mengurus izin, asal tak ditutup.Di Gunung Tembaga, ada aturan bagi penambang. Mereka bebas menggali lubang, namun tak boleh ada meminum keras, dan berjudi.Aturan adat ini jika ada yang melanggar kena hukum cambuk tujuh kali. Jika tiga kali melanggar dicambuk 21 kali dan keluar dari kampung.“Di Gunung Tembaga,  dilarang dompeng. Selain merusak lingkungan, risiko longsor besar,” ucap Maswan.Sepemahaman dia, nambang pakai dompeng dengan menyemprotkan air ke badan gunung. Air ambil dari laut. Tak hanya gunung rusak, laut juga rusak.  Maswan tahu risiko menambang di lubang berisiko kematian. Tahun 2014, satu orang meninggal, empat selamat. Peristiwa itu karena penambang tak mendengarkan nasihat penambang lain, bahwa lubang di bawah sudah luas dan dalam, hingga rentan runtuh.“Jika hujan tak ada menambang di lubang. Hanya berdulang, risikonya besar,” kata Maswan.Aturan lain bagi penambang, setiap kilogram penjualan kena retribusi 5.000 untuk desa. Per bulan, setiap lubang tambang kena retribusi Rp100.000.Uang itu, katanya, untuk keperluan bersama. Ketika ada musibah pada penambang, dana dapat dipakai.
[0.9999998211860657, 8.425171671433418e-08, 7.141517954778465e-08]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Bagaimana kalau ada perusahaan masuk? Maswan berharap, tak ada perusahaan masuk di Gunung Tembaga. Walau dia tahu beberapa kali orang asing dari Tiongkok dan Korea datang dan melihat langsung kualitas batu dan penambangan.“Penambang tak masalah membayar retribusi.  Saya setuju pemerintah mengatur penambangan, tapi tidak ditutup,” katanya.Para penambang, kata Maswan, ingin pemerintah mengatur penambangan cinnabar di Gunung Tembaga. Ada koperasi atau izin penambangan rakyat, hingga hasil tambang yang keluar satu pintu.Dengan begitu, katanya, warga tetap mendapatkan penghasilan dari tambang, dan pemerintah dapat memberikan aturan hukum jelas.“Jika tambang ditutup, perekonomian warga mati. Pemerintah punya solusi apa agar penambang sejahtera?”Sama seperti Maswan, Ahmad Marinda dari Desa Loki dan Emiyanti dari Toraja tetap ingin penambangan cinnabar lanjut. Ahmad sudah habis modal Rp100 juta untuk membuat lubang, dan belum balik modal.Saat ini,  dia berjualan di Gunung Tembaga. Emiyanti meninggalkan anak-anak sekolah di Ambon untuk mendulang cinnabar demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak.Mayoritas penambang tak tahu dampak paparan batu cinnabar dari aktivitas menambang di lubang, maupun berdulang. Bagi mereka terpenting dapat uang, risiko mereka akan hadapi.“Jika pemerintah tutup tambang, berikan kami kerja yang menghasilkan untuk membiayai hidup dan anak-anak kami,” ucap Emiyanti.Tak hanya di gunung, penambangan cinnabar juga ada di pesisir. Para penambang biasa disebut bekodok.Pondok-pondok dari papan dan tembok semen berdiri di Pantai Dusun Hulung, Desa Iha, Kecamatan Huamual. Berjarak 50 meter dari bibir pantai, jika air pasang, hanya 20 meter. Puluhan tumbuhan mangrove rusak dan mati. Sampah-sampah berserakan di bibir pantai, dari plastik, kaleng, batang kayu hingga pakaian.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Diran, mendulang cinnabar di pinggir pantai. Dia mengeruk pasir pakai wajan, mencampurkan dengan air dan memutar-mutarkan.“Cinnabar berat, ia akan ada di bagian bawah. Warna merah hitam,” katanya.Perempuan 49 tahun asal Wakatobi, Buton, ini belasan tahun berjualan makanan ringan di Pelabuhan Liang, Ambon, sebelum memutuskan menambang cinnabar.Dia dan suami bikin kamp berukuran 3×3 meter. Berjarak 25 meter dari bibir pantai. Atap daun sagu dan dinding papan.Suaminya terlebih dahulu menambang cinnabar di Pulau Seram, setahun lalu. Iming-iming penghasilan besar menambang, Diran mencari peruntungan di Pulau Seram. Dia tinggalkan anak yang sedang bersekolah di Ambon.Jika tekun, sehari dia dapat dua kilogram cinnabar. Kalau tak musim hujan dan ombak tak besar, Diran akan mendulang di pantai. Suaminya menambang di gunung. Terkadang turun membawa hasil, kadang sudah membawa uang.Diran tak menjual cinnabar harian ke pengepul, kalau uang belanja habis, baru akan jual.Kalau membandingkan antara jual makanan di pelabuhan dan mendulang, katanya, pendapatan tak jauh beda. Seminggu, dapat Rp1 juta dari mendulang cinnabar.“Pada bulan puasa sekilo (kilogram-red) sampai Rp150.000, karena penambang sedikit,” katanya.  Abdul Rajab Paltiha, warga Desa Iha, sejak 2012, mendulang cinnabar di Pantai Hulung. Awal tahu cinnabar dari tetangga. Tawaran pendapatan besar dari menambang, membuat Abdul tergiur sampai mengurangi jadwal mengajar di sekolah.Dia guru kontrak mata pelajaran olah raga, di SD, SMP hingga SMA di Desa Iha dan Desa Luhu. Setiap Senin-Kamis, dia naik ke Gunung Tembaga, menambang lubang milik temannya.“Jumat dan Sabtu total mengajar di sekolah. Sisanya menambang, termasuk hari libur sekolah,” kata Abdul.Sehari dia dapat dua kilogram cinnabar, sekitar Rp 220.000 perhari. Gaji guru honor Rp300.000 perbulan.
[0.476456880569458, 0.5139302611351013, 0.009612822905182838]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Pendapatan menjanjikan itulah yang bikin Abdul lebih mengutamakan menambang dibandingkan mendidik siswa di sekolah.  “Sehari saya menambang, setara gaji sebulan sebagai guru,” katanya.Abdul tahu bahaya cinnabar dan merkuri tetapi dia merasa masih sehat dan tak terdampak. Tak semua penambang tahu bahaya cinnabar dan merkuri macam Abdul.Meto, Ghani, Diran dan hampir semua penambang, tak tahu bahaya cinnabar maupun merkuri bagi kesehatan. Mereka tak pernah dapatkan sosialisasi dari pemerintah.Kini, ada sekitar 2.000an penambang di Gunung Tembaga. Jumlah ini sudah berkurang dari sebelumnya, karena sebagian mereka kembali ke Gunung Botak, yang mulai buka lagi. ***Namanya Indra Sukawatiningsih, berambut ikal dan panjang. Para penambang memanggil dia,  Mama Indra. Sejak 2014, Indra jadi pengepul dan pembeli cinnabar di Dusun Hulung,  Desa Iha.Dia dari Jawa Timur, ikut suami ke Pulau Seram. Di Desa Iha,  ada lima pengepul cinnabar besar, kebanyakan warga asli Ambon.“Saya salah satu pengepul besar disini,” kata Mama Indra,  bercerita.Awal jadi pengepul dan pembeli, karena ada kenalan bos besar atau pembeli dari Ambon. Kala itu, dia menjual cinnabar merah 500 kilogram, ketika harga perg  Rp45.000. Sebulan dia bisa menyiapkan cinnabar 16 ton.“Tergantung pembeli dan pemesanan. Sistem saya ada duit, ada barang,” katanya.  Pengiriman cinnabar dilakukan Indra, sehari hingga dua hari sekali, ketika pesanan melimpah. Indra tak akan mengirim cinnabar jika pembeli tak membeli tunai. Baginya, model ada uang ada barang memudahkan dia membeli cinnabar dari penambang.Pembeli cinnabar Mama Indra datang dari Sukabumi, Bogor, Bekasi, Jakarta dan Surabaya. Awalnya, pemesan hanya dari Ambon dan Jakarta. Tanpa dia ketahui, nomor handphone tersebar ke para pembuat merkuri.Tak semua pembeli cinnabar Mama Indra kenal. Baginya, tak penting. Terpenting,  mau bayar kontan, barang akan dia kirim.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Dulu,  cinnabar merah lebih dicari dan harga tinggi. “Cinnabar ada dua, merah dan hitam. Dulu harga merah tinggi, saat ini disamakan.”Mama Indra membeli cannabar siapapun asal bagus. Tak hanya membeli di pesisir, karyawan dia akan membeli cinnabar dari penambang di gunung.Adapun sistem pengiriman cinnabar Indra, melalui berbagai cara. Dulu dia dengan leluasa mengirim melalui jasa cargo pesawat Garuda Indonesia.Dia mengirim dua ton, tiap dua hari sekali untuk pembeli di Jakarta dan Bogor. Kala itu, katanya, perputaran uang cepat, tak seperti kini. Sekarang, dia was-was barang kiriman tertangkap dan kena sita polisi maupun tentara.“Jika barang ditahan, bos tak bisa beli lagi, kami mati rezeki,” katanya.Dia tahu para pembeli cinnabar adalah para pengolah dan pembuat merkuri. Indra menyebut beberapa nama mereka.Indra pernah datang dan melihat sendiri pembuatan merkuri di Bogor, dua dua tahun lalu.Dia ceritakan cara olah merkuri,  dengan keringkan cinnabar terlebih dahulu, lalu giling jadi bubuk. Kemudian campur kapur dan biji besi dan bakar pakai kayu. Tetesan uap pembakaran mengalir ke wadah besi dan jadi merkuri.Kini banyak penangkapan pedagang cinnabar. Indra tak mau alami kerugian. Tekan risiko, cinnabar di gudang dia keluar jika sudah pembayaran kontan.Mekanisme pengantaran melalui pelabuhan seperti Pelabuhan Liang, Hitu atau pelabuhan besar, ditentukan pembeli. Cinnabar akan diturunkan di pinggiran pantai lain di Ambon, tergantung koordinasi pembeli dengan pemilik speedboat.“Pembeli yang atur semua. Jika mereka minta jasa keamanan atau apapun, mereka yang atur,” katanya.Indra sering pakai jasa perahu cepat milik warga Iha. Biasa, cinnabar kirim ke Pelabuhan Hitu. Saat ini,  tempat penurunan cinnabar dirahasiakan pembeli. Setiap pengantaran pakai dua perahu paling sedikit lima ton. Saat itu, lima ton cinnabar Indra siap kirim kepada pemesan di Jakarta.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | “Tinggal dikirim saja, pemesan sudah ada. Tunggu koordinasi.”   BerbahayaJossep William, pendiri Medicuss Foundation sudah lakukan penelitian dampak merkuri pada darah warga Desa Iha dan Desa Luhu. Temuan penelitian mereka memperlihatkan, sampel sudah melampaui ambang batas sembilan mikrogram per liter.Sebanyak 21 warga yang diambil sampel darah, hanya satu kandungan merkuri dianggap normal.William bilang, paparan penambangan cinnabar tetap ada. Dalam bentuk batu, dampak tidak terlalu hebat, dibandingkan sudah merkuri. Kala terpapar lama, pelahan pasti muncul efek. Perbandingannya, jika keracunan merkuri sekitar lima hingga 10 tahun, cinnabar lebih panjang.Temuan mereka, banyak terkena dampak merkuri di usia tua. “Cinnabar jangan diubah merkuri, dampak sepanjang massa. Paparan berbahaya bagi manusia, tumbuhan dan hewan.”Menurut dia, pemeriksaan dilakukan Kodam Patimura pada penduduk di Desa Iha dan Desa Luhu, menunjukkan pada tubuh mereka mengandung kadar merkuri tinggi. Walaupun mereka tak pernah membakar cinnabar menjadi merkuri. Pemaparan langsung dari cinnabar terjadi.Tambang di Seram ini, katanya, mulai akhir 2010, berarti sudah sekitar tujuh tahun mereka terpapar.“Ancaman merkuri tak hanya penambang yang menggadaikan nyawa, melainkan ancaman kemanusiaan bagi banyak orang.Dia menceritakan, untuk membuat merkuri dari cinnabar perlu suhu pembakaran dari 100-500 derajat celcius. Meskipun begitu, paparan panas matahari bisa membuat racun merkuri keluar.Memang, katanya,  belum ada pembuktian, terkait berapa persen racun keluar dari cinnabar terkena matahari. Tak hanya matahari, penambangan di lubang juga berisiko orang terkena paparan racun merkuri.Selama ini, menekan merkuri tak menyebarkan racun dengan memasukkan ke tong plastik, lalu dicor beton dengan ketebalan tertentu. Baginya, lebih baik kalau setop pembakaran merkuri.
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2017-024-14.json
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1)
Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Medicuss Foundation juga penelitian di Gunung Botak, Pulau Buru pada 2015. Mereka tak dapat menghitung pemakaian merkuri setiap bulan karena begitu banyak tong merkuri dan tromol di lokasi. Perhitungan pemakaian merkuri hanya bisa di Desa Gogrea, dari menghitung gelundung tromol yang beroperasi.“Di Gogrea sebulan memerlukan enam ton merkuri. Jika dibandingkan Gunung Botak satu banding 30,” kata William.Dua bulan lalu dia penelitian melalui google earth, melihat Teluk Namlea. Di sana, tampak robekan seperti selaput susu.  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sependapat dengan dia kalau robekan itu bukan benda padat. Di Google Earth tak menjelaskan soal itu. Mereka duga kuat paparan limbah merkuri. “Perlu pembuktian lebih lanjut, apakah itu merkuri atau bukan.”William meyakini dampak merkuri di Pulau Buru, sudah parah. Temuan Medicus dari keterangan warga, buaya di Sungai Namlea,  banyak mati, bahkan sapi. Dugaan karena paparan merkuri.Sampel Medicus dan Kodam Patimura pada 40 warga, 21 dari penambang di gunung. Hasilnya, warga di bagian pantai terpapar racun lebih tinggi dibandingkan warga gunung.“Harus ada tindakan cepat dan tepat dari pemerintah terkait cinnabar dan merkuri. Jika lambat, makin banyak racun masuk ke tubuh manusia dan dampak meluas,” ucap William. Bersambung     [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-033-12.json
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | [CLS]     Para pakar agraria, akademisi, gerakan tani, gerakan masyarakat adat dan berbagai organisasi masyarakat sipil sampai organisasi agama, mengkritisi Rancangan Undang-undang Pertanahan, yang sedang dibahas DPR dan pemerintah dan rencana pengesahan pada September tahun ini. Berbagai kalangan ini memberikan poin-poin catatan kritis sekaligus penolakan terhadap RUU Pertanahan ini.Indonesia, tengah mengalami lima pokok krisis agraria, yakni, pertama, ketimpangan struktur agraria tajam, kedua, konflik agraria struktural. Ketiga, kerusakan ekologis meluas, keempat, laju cepat alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian, kelima, kemiskinan akibat struktur agraria yang menindas. Sayangnya, RUU Pertanahan malah absen membahas berbagai persoalan pokok agraria ini.Mereka nyatakan, RUU Pertahanan seharusnya menjawab lima krisis pokok agraria itu yang semua dipicu masalah-masalah pertanahan.Baca juga: RUU Pertanahan, Sudahkan Menjawab Persoalan AgrariaBerbagai kalangan ini menilai, RUU Pertanahan tak memenuhi syarat ideologis, sosiologis dan bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945 dan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) 1960 serta  RUU ini nyata-nyata berwatak kapitalisme.“Dengan pertimbangan itu, kami menolak RUU Pertanahan yang tengah digodok DPR dan pemerintah, serta mendesak Ketua DPR dan presiden membatalkan rencana pengesahan RUU Pertanahan,” bunyi  pernyataan sikap bersama mereka pada Selasa (13/8/19).Tokoh-tokoh dan pakar agraria ini antara lain, Gunawan Wiradi (IPB), Endriatmo Soetarto (IPB), Achmad Sodiki (Universitas Brawijaya), dan Maria Rita Roewiastoeti (Konsorsium Pembaruan Agraria).Baca juga: RUU Pertanahan, Bagaiman Perkembangannya?Ada juga Hariadi Kartodihardjo (IPB), Bonnie Setiawan (KPA), Ida Nurlinda (Universitas Padjajaran), Muhammad Maksum Mahfoedz (PB NU), Busyro Muqoddas (PP Muhammadiyah), Noer Fauzi Rachman (Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa & Kawasan).
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]