filename
stringlengths
16
16
title
stringlengths
22
107
text
stringlengths
132
2.1k
softlabel
stringlengths
15
740
2019-033-12.json
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Kemudian, Rikardo Simarmata dan Laksmi Adriani Savitri dari Universitas Gadjah Mada, Nurhidayati, (Walhi), Mujahid Hizbullah (Sekjend Serikat Tani Indramayu), Dahniar Ramanjani, (HuMa), David Sitorus (Indonesian Human Rights Committee for Social Justice) serta banyak lagi.Baca juga: RUU Pertanahan Target Selesai 2019, Berbagai Kalangan Minta TundaPara pakar dan tokoh dari berbagai lembaga ini menyoroti beberapa poin yang mengindikasikan RUU bermasalah.Pertama, mereka nilai, RUU Pertanahan bertentangan dengan UU Pokok Agraria 1960. “Meskipun dalam konsideran dinyatakan RUUP hendak melengkapi dan menyempurnakan hal-hal yang belum diatur UUPA, tetapi substansinya makin menjauh, bahkan bertentangan dengan UUPA 1960,” bunyi pernyataan yang rilis Selasa (13/8/19 di Jakarta.Kedua, dalam draf RUU Pertanahan ada poin hak pengelolaan (HPL) dan penyimpangan hak menguasai dari negara (HMN). HPL, selama ini menimbulkan kekacauan penguasaan tanah dan menghidupkan kembali konsep domein verklaring, yang tegas dihapus UUPA 1960.”  Ketiga, soal hak guna usaha (HGU). Dalam RUU Pertanahan, HGU tetap prioritas bagi pemodal besar, pembatasan maksimum konsesi perkebunan tak mempertimbangkan luas wilayah, kepadatan penduduk dan daya dukung lingkungan.Masalah lain, kata pernyataan sikap itu, RUU Pertanahan mengatur impunitas penguasaan tanah skala besar (perkebunan) apabila melanggar ketentuan luas alas hak.“RUU Pertanahan juga tak mengatur keharusan keterbukaan informasi HGU, sebagaimana amanat UU tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Putusan Mahkamah Agung.”Keempat, kontradiksi dengan agenda dan spirit reforma agraria. Mereka menilai, ada kontradiksi antara semangat reforma di dalam konsideran dan ketentuan umum dan batang tubuh RUU Pertanahan, seperti reforma agraria dalam RUU Pertanahan dikerdilkan jadi sekadar program penataan aset dan akses.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2019-033-12.json
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | RUU, juga tak memuat prinsip, tujuan, mekanisme, lembaga pelaksana, pendanaan untuk menjamin reforma agraria sejati, di mana operasi negara menata ulang struktur agraria Indonesia yang timpang secara sistematis, terstruktur dan memiliki kerangka waktu jelas.Lalu, tak ada prioritas obyek dan subyek reforma agraria untuk memastikan sejalan dengan tujuan-tujuan reforma agraria di Indonesia. Belum lagi, spirit reforma agraria dalam RUU itu sangat parsial– sebatas bab reforma agraria. Ia tak tercermin di bab-bab lain terkait rumusan-rumusan baru mengenai hak atas tanah–hak pengelolaan, hak milik, HGU, HGB, hak pakai– dan pendaftaran tanah, pengadaan tanah, bank tanah, maupun pengadilan pertanahan.Kelima, kekosongan penyelesaian konflik agraria. RUU ini, tak mengatur penyelesaian konflik agraria struktural di semua sektor. RUU ini menyamakan konflik agraria dengan sengketa pertanahan biasa, yang rencana penyelesaian melalui mekanisme win-win solution atau mediasi, dan pengadilan pertanahan.Padahal, menurut mereka, karakter dan sifat konflik agraria struktural bersifat extraordinary crime. Ia berdampak luas secara sosial, ekonomi, budaya, ekologis dan memakan korban nyawa. “Perlu sesegera mungkin, terobosan penyelesaian konflik agraria dalam kerangka reforma agraria. Bukan melalui pengadilan pertanahan.”Keenam, masalah sektoralisme pertanahan dan pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah dalam RUU ini bukan terjemahan dari pendaftaran tanah seperti UUPA 1960 yang berisi tentang kewajiban pemerintah mendaftarkan seluruh tanah di wilayah Indonesia, mulai desa ke desa. Tujuannya, Indonesia memiliki data agraria akurat dan lengkap guna penetapan arah strategi pembangunan nasional dan pemenuhan hak-hak agraria masyarakat.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-033-12.json
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Dalam RUU Pertanahan ini, semata-mata percepatan sertifikasi tanah dan diskriminatif terhadap wilayah konflik agraria, wilayah adat, dan desa-desa yang tumpang tindih dengan konsesi kebun dan hutan.Masalah lain, sebut pernyatan ini, cita-cita administrasi pertanahan yang tunggal–satu pintu, single land administration— sulit dicapai, bila RUU tak berlaku di seluruh wilayah Indonesia.Ketujuh, pengingkaran hak ulayat masyarakat adat. Dalam RUU Pertanahan ini, tak memiliki langkah konkrit dalam administrasi dan perlindungan hak ulayat masyarakat adat atau serupa dengan itu.Kedelapan, bahaya pengadaan tanah dan bank tanah. RUU Pertanahan ingin membentuk bank tanah, tampaknya, hanya menjawab keluhan investor soal hambatan pengadaan dan pembebasan tanah untuk pembangunan infrastruktur.Andai terbentuk, bank tanah berisiko memperparah ketimpangan, konflik, melancarkan proses-proses perampasan tanah atas nama pengadaan tanah dan meneruskan praktik spekulan tanah.“Ironisnya, sumber tanah bank tanah justru dari tanah negara hingga berpotensi menghalangi agenda reforma agraria.”   Jauh dari keadilan agraria dan ekologisSebelumnya, Dewi Kartika, Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) di Jakarta, baru-baru ini mengatakan, merujuk draf RUU Pertanahan per 22 Juni 2019, substansi makin jauh dari prinsip-prinsip keadilan agraria dan ekologis bagi keberlangsungan hajat hidup rakyat Indonesia.“Dari sepanjang proses perumusan dan pembahasan, kami melihat draf terakhir ini secara kualitas bukan makin membaik, justru mengkhawatirkan,” katanya.Awalnya, KPA mengapresiasi RUU Pertanahan. Dari sisi konsideran, posisi RUU Pertanahan tetap mengacu pada UUPA1960. Sayangnya, kata Dewi, antara konsideran dengan batang tubuh RUU ini banyak inkonsistensi dan kontradiktif.“Dari sisi konsideran semangatnya cukup progersif, kalau dibaca pasal-per pasal justru banyak yang bertentangan dengan prinsip-prinsip UUPA.”
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-033-12.json
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Dalam RUU ini, katanya, belum menjamin perlindungan hak-hak atas tanah dari petani, masyarakat adat, nelayan, masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan atas keberlanjutan wilayah hidup mereka.Begitu juga soal reforma agraria dan redistribusi tanah kepada rakyat. RUU Pertanahan, kata Dewi, belum jelas dan konsisten hendak menata kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pengelolaan tanah serta sumber-sumber agraria lain yang timpang jadi berkeadilan.“Reforma agraria itu selalu jadi bungkusan besar dalam RUU Pertanahan. Kalau kita melihat betul-betul, itu baru cangkang saja. RUU Pertanahan, bahkan tidak eksplisit menyatakan apa tujuan reforma agraria,” katanya, meskipun dalam konsideran menyatakan, menyadari ada ketimpangan struktur agraria, konflik agraria bersifat struktural, kerusakan ekologis dan lain-lain.Dalam batang tubuh, katanya, terutama pasal mengenai reforma agraria, sama sekali tak tercermin dan sangat teknis. “Tidak ada upaya reforma agraria itu dikembalikan ke tujuan semula untuk mengatasi ketimpangan dan menjaga keberlangsungan wilayah masyarakat.”Berdasarkan sensus 2013, petani gurem di Indonesia ada 11,5 juta keluarga. Dari tahun ke tahun, katanya, makin banyak petani gurem bahkan yang tak memiliki tanah atau hanya jadi buruh tani. Sisi lain, segelintir kelompok pengusaha perkebunan sawit menguasai tanah melalui HGU dan izin lokasi sekitar 14 juta hektar.Selain itu, RUU Pertanahan juga tak disusun untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik agraria struktural di sektor pertanahan. Dalam 11 tahun terakhir, katanya terjadi 2.836 konflik agraria dengan luasan 7.572.431 hektar. Ada puluhan ribu desa, kampung, pertanian dan kebun rakyat masih belum keluar dari konsesi-konsesi perusahaan.“Tidak ada satu pasal pun dalam RUU Pertanahan ini hendak menyelesaikan konflik-konflik agraria. Pembentukan pengadilan pertanahan untuk sengketa pertanahan bukanlah jawaban,” katanya.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-033-12.json
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Rukka Sombolinggi, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengatakan, draf RUU Pertanahan banyak masalah. Dia melihat dari judul saja, tak layak untuk dilanjutkan.“RUU ini tidak memiliki sensitivitas terhadap penyelesaian masalah agraria pada wilayah adat.”RUU Pertanahan, katanya, mengatur pengukuhan hak ulayat dimulai dari usulan pemerintah daerah dan ditetapkan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri.“Skema seperti ini, sama sekali tak menjawab persoalan. Pengakuan hak ulayat sulit karena sangat politis melalui tindakan-tindakan penetapan pemerintah.”Padahal, katanya, UUPA memandatkan ada pengakuan terhadap hal ulayat. Sampai sekarang, dari 10 juta hektar lebih wilayah adat yang diserahkan kepada pemerintah belum terakomodir dengan baik. Bahkan, dalam kebijakan satu peta, tidak ada kementerian yang bersedia jadi wali data.Muhammad Rifai, Ketua Departemen Penataan Produksi dan Usaha Tani Aliansi Petani Indonesia (API) mengatakan, draf RUU Pertanahan bertentangan dengan misi Presiden Joko Widodo, yang ingin membangun kedaulatan pangan dan petani.Kedaulatan pangan, katanya, bisa tercapai kalau pemerintah menjamin ketersediaan lahan untuk petani. Kondisi ini, katanya, betolak belakang dengan isi RUU Pertanahan, malah bisa membuat petani sulit memperoleh tanah.“Isi RUU ini tidak menjawab permasalahan mengenai berapa banyak cadangan tanah untuk pertanian. Apalagi dengan ada wacana pembentukan bank tanah. Saya khawatir, ini justtru mempersulit distribusi tanah bagi pertanian.”Bank tanah, kata Rifai, ibarat pisau bermata dua. “Kalau dijalankan oleh orang baik, akan baik. Begitu pun sebaliknya.” Dia khawatir, bank tanah justru membuat petani sulit mendapatkan hak atas tanah. 
[0.013069942593574524, 0.020550377666950226, 0.966379702091217]
2019-033-12.json
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan
Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Keterangan foto utama:  Pada Kamis 13 Juli 2017, Ibrahim, 72 tahun, warga Mantadulu, transmigran dari Lombok Tengah mempelihatkan sertifikat tanah yang diklaim PTPN XIV. Konflik lahan antara warga dan perusahaan, termasuk perusahaan negara, banyak terjadi. Foto: Eko Rusdianto/ Mongabay Indonesia [SEP]
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2020-045-14.json
3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan
3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | [CLS]   Kabar duka datang dari Lampung. Tiga bocah tewas tenggelam di kolam bekas galian tambang batu di Jalan Pangeran Tirtayasa, Camping Jaya, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung, pada Selasa [23/6/2020], pukul 14.30 WIB.Kejadian berawal saat tujuh bocah dari Kampung Kecapi mencari ikan di kolam galian tambang batu tersebut. Lama menunggu karena kail tidak dimakan ikan, mereka pun bergeser ke tempat lebih dalam. Mereka berenang, menyeberangi kolam itu.“Ternyata, tiga bocah tak bisa berenang, tenggelam,” terang Kepala Kepolisian Sektor [Polsek] Sukarame, Kompol Evinater Sialagan, dikutip dari Lampung Post.Warga Kampung Kecapi langsung bergerak, setelah mengetahui kabar tersebut. Mereka langsung ke lokasi, mencari Iman [12], Putra [10], dan Novan (10) di kolam itu.Setengah jam pencarian, seorang korban ditemukan terapung. Sementara, dua korban lain ditemukan di dasar kolam kedalaman sekitar tiga meter dengan posisi terjepit di antara batu.Para korban segera dibawa ke Rumah Sakit Immanuel dan pusat kesehatan masyarakat [puskesmas] terdekat. Namun, nyawa mereka tidak dapat diselamatkan.Baca: Setelah Angin Puting Beliung, Cuaca Ekstrim Berpotensi Terjadi di Lampung  Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri menjelaskan, kejadian akibat aktivitas pertambangan legal maupun ilegal sudah beberapa kali terjadi di Lampung. Sebelumnya, Senin [13/1/2020], terjadi tanah longsor di Bukit Kaliawi yang menimbun rumah warga.Begitu juga pada Rabu [30/10/2019], aktivitas pertambangan di Bukit Gunung Perahu yang terletak di Gang Onta, Kelurahan Sukamenanti, Kecamatan Kedaton, menyebabkan tanah longsor.“Kini aktivitas pertambangan menewas tiga anak,” terangnya kepada Mongabay Indonesia, awal Juli 2020.
[0.9999998211860657, 8.425171671433418e-08, 7.141517954778465e-08]
2020-045-14.json
3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan
3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | Walhi Lampung menegaskan, semestinya pemerintah provinsi dan pemerintah kota mempertahankan keberadaan bukit-bukit yang ada di Kota Bandar Lampung. Pengawasan dan penertiban aktivitas pertambangan di bukit-bukit yang ada di kota ini juga harus diperketat. Bila perlu, pembekuan izin pengelolaan tambang bagi perusahaan yang melanggar dan merusak lingkungan hidup diterapkan.“Peran negara harus terlihat dan tegas terhadap kegiatan pertambangan,” tuturnya.Tujuannya, agar fungsi lingkungan hidup dapat dipertahankan. Juga, jaminan kesehatan dan keselamatan masyarakat serta meminimalisir terjadinya bencana ekologis, memang diprioritaskan Pemerintah Lampung.“Bila pengelolaan dan pengawasan di bukit-bukit lemah, dan pertambangan di Kota Bandar Lampung tetap ada, selama itu potensi bencana hingga berujung nyawa akan nyata,” paparnya.Baca juga: Kehilangan 22 Bukit, Walhi Siap Gugat Pemkot Bandar Lampung  Pemilik lubang tambangDinas Energi dan Sumber Daya Mineral [ESDM] Provinsi Lampung, melalui Staf Sub Bidang Mineral dan Batubara, Abraham Pawakan, mengatakan kolam tambang itu memiliki izin usaha pertambangan [IUP] atas nama Kardoyo.“Oleh Kardoyo, sebanyak dua kali IUP itu diperpanjang, dan saat ini izin itu masih aktif,” kata dia kepada Mongabay Indonesia, Senin [29/6/2020].Pihak ESDM Provinsi Lampung mengaku sangat menyayangkan kejadian tersebut. Abraham menegaskan, seharusnya bila lokasi galian tambang masih beroperasi, maka harus dibuat larangan tidak ada aktivitas masyarakat di sana. “Diberi rambu-rambu peringatan,” tutur dia.Tetapi, jika sudah tidak beroperasi lagi, maka harus melaksakan reklamasi pasca-tambang. “Seharusnya sesuai prosedur, ada tanda atau direklamasi bila sudah tutup,” paparnya.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2020-045-14.json
3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan
3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | Dia juga mengatakan, pihak ESDM akan mengambil langkah pengawasan setelah kejadian ini. ESDM juga meminta pihak perusahaan melakukan kegiatan penambangan sesuai SOP yang berlaku, kemudian memastikan adanya perizinan yang berkaitan dengan laporan dan pajak. “Kami juga meminta para petambang mengikuti aturan,” jelasnya.  Saat Mongabay Indonesia mongkonfirmasikan kepada Polisi Sektor Sukarame apakah Kardoyo telah dipanggil, Kapolsek Sukarame, Kompol Evinater Sialagan menjawab sudah.Dalam pesan WhatsApp, Evinatern menegaskan, bekas galian itu sudah lama tak beroperasi. “Di TKP, bekas galian sudah tidak digunakan puluhan tahun,” tulisnya.Dia juga menjelaskan, dulu ada plang informasi larangan di kolam tersebut, terbuat dari seng dengan cat putih. “Namun sudah usang dan rusak dimakan usia,” paparnya.Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung M Rizki, dikutip Antara Lampung menyatakan, mengimbau agar para orangtua lebih memperhatikan anak-anaknya. “Kejadian seperti ini jangan terulang lagi. Peristiwa tenggelam atau hanyutnya bocah di bawah umur di Lampung bukan hanya kali ini saja,” tandasnya.   [SEP]
[0.999989926815033, 5.325947768142214e-06, 4.717151114164153e-06]
2022-054-03.json
Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi
Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | [CLS]  Sejak Juni 1982 hingga 21 Juni 2021,terdapat 680 kejadian bencana alam yang melanda 22 kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bencana hidrometeorologi berjumlah 643 kejadian atau 95 persen sementara bencana non hidrometeorologi mencapai 37 kejadian atau 5 persen.Hal itu diungkapkan Norman Riwu Kaho, pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) NTT dalam Workshop Pelibatan Media dan Jurnalisme Warga untuk Advokasi Bencana dan Cuaca Ekstrim di NTT, Rabu (23/3/2022).Norman memaparkan,dari 22 kabupaten dan kota, Kabupaten Sikka menempati peringkat kelima kejadian bencana. Bencana hidrometeorologi sebanyak 38 kejadian dan non hidrometeorlogi 15 kejadian.“Kekeringan dan banjir merupakan 2 jenis bencana yang terjadi pada semua kabupaten dan kota di NTT serta angin kencang di 20 kabupaten dan kota. Sebaliknya, tsunami hanya dilaporkan terjadi pada 2 kabupten yakni Sikka dan Flores Timur,” ungkapnya.Di tahun 2022 saja telah terjadi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi. Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sikka selama 1,5 jam, mengakibatkan 16 rumah warga Dusun Pedan Poar, Desa Kolidetung, Kecamatan Lela, terendam banjir.Kepala Desa Kolidetung Wilhelmus Isolus menyebutkan, hujan dengan intensitas tinggi membuat air disertai lumpur mengalir dari atas bukit di sekitar desa mereka. Rumah warga pun terendam air dan lumpur namun tidak ada korban jiwa.Banjir juga menggenangi puluhan rumah warga, jalan negara Trans Utara Flores dan puluhan hektar sawah, Kamis (24/2/2022).Banjir dari gunung membawa material lumpur membuat 3 kecamatan terdampak.baca : Supermarket Bencana di NTT dan Bagaimana Peran Jurnalis  Kejadian teranyam berlangsung menjelang Paskah, hari raya umat Kristen. Umat Katolik di Paroki Habi, di Dusun Lurunduna, Kamet, Desa Langir, Kecamatan Kangae terjebak banjir ketika hendak ke gereja mengikuti ibadat Jumat Agung (15/4/2022) sore.
[0.476456880569458, 0.5139302611351013, 0.009612822905182838]
2022-054-03.json
Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi
Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Hujan yang turun sejak siang harinya membuat material banjir dari wilayah perbukitan terbawa melintasi kali. Warga yang hendak ke gereja pun terpaksa banyak yang mengurungkan diri akibat sulit menyeberang kali. Selama sekitar sejam, warga terjebak banjir. Pertobatan EkologisUsai memimpin ibadat Jumat Agung di Gereja Tua Sikka, Paroki St.Ignatius Loyola, Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu,Pr kepada Mongabay Indonesia menyampaikan pesan soal merawat kehidupan.Uskup Maumere menerangkan dalam menyongsong Pra Paskah dan Sinode Kedua Keuskupan Maumere, telah diterbitkan surat gembala Uskup Maumere yang mengusung tema Duc in Altum (bertolaklah ke tempat yang dalam), menuju komunitas perjuangan merawat kehidupan.Edwaldus menyebutkan, pesan ini sebenarnya juga berkaitan dengan konsep Paus Fransiskus mengenai Laudato Si. Lanjutnya, tujuannya untuk mengajak kita semua menjaga lingkungan hidup dan bumi kita yang sekarang ini menjadi perhatian dunia dan perhatian kita sekalian.“Jadi kita mengambil bagian dalam keprihatinan itu dan akan kita lakukan itu dalam Sinode bersama umat di Keuskupan Maumere,” ungkapnya.Dalam surat gembalanya, Uskup Edwaldus menerangkan, Pada tahun 2015, Paus Fransiskus mempublikasikan Ensiklik Laudato Si. Ini adalah suatu ensiklik yang berfokus pada pemeliharaan bumi, sebagai rumah bagi semua makhluk ciptaan. Paus mendorong adanya pertobatan ekologis dan melakukan aksi global untuk memelihara dan menyelamatkan bumi.“Tujuannya bukan untuk mengumpulkan informasi atau untuk memuaskan rasa ingin tahu kita, tetapi lebih untuk menerima kesadaran yang menyakitkan akan apa yang sedang terjadi pada dunia, dan berani mengubahnya menjadi penderitaan kita sendiri dan dengan demikian menemukan sumbangsih apa yang dapat kita berikan masing-masing,” (Laudato Si, No. 19).baca juga : Pemerintah Daerah di NTT Diminta Benahi Sistem Penanggulangan Bencana. Kenapa?  Merawat dan Memelihara Bumi
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2022-054-03.json
Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi
Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Dalam surat gembala Uskup Maumere yang diterbitkan 22 Februari 2022 dikatakan,pada Pesta St. Fransiskus dari Asisi 4 Oktober 2021, telah dicanangkan 7 tahun Rencana Aksi Laudato Si.Uskup Edwaldus mengatakan,ini adalah gerakan global (gerakan bersama di seluruh dunia). Tujuan gerakan ini adalah untuk menciptakan dunia lebih inklusif, bersaudara, damai dan berkelanjutan.Tema rencana aksi tiap tahun secara berurutan ialah menanggapi tangisan bumi, menanggapi seruan orang miskin, ekonomi yang ekologis, adopsi cara hidup ekologis, pendidikan ekologis, kerohanian ekologis dan keterlibatan komunitas dan aksi-aksi partisipatoris.“Karena melibatkan diri dalam upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian bumi bukanlah pilihan tetapi suatu kewajiban, maka kita di keuskupan Maumere mewajibkan diri kita untuk mengambil tanggung jawab pastoral untuk terlibat secara konkret dalam Rencana Kerja Laudato Si tersebut,” pesannya.Uskup Maumere meminta umat Katolik terlibat melalui doa dan liturgi, edukasi atau pendidikan, kampanye dan aksi-aksi konkret. Juga terlibat dalam upaya-upaya advokasi untuk memelihara dan menyelamatkan lingkungan.Beliau katakana mulai tahun 2022 ini selama tujuh tahun ke depan, komisi-komisi Keuskupan Maumere akan menyiapkan bahan katekese Prapaskah tahunan sesuai tema-tema Rencana Aksi Laudato Si yang telah ditetapkan.Bahan-bahan ini untuk membantu umat Katolik merencanakan dan menjalankan program kerja Laudato Si tersebut.“Semoga kita terlibat aktif membangun Komunitas-Komunitas Basis Gerejawi sebagai Komunitas Perjuangan. Dan juga, bertanggungjawab dalam merawat dan memelihara bumi yang adalah rumah kita bersama,” harapnya.baca juga : Ancaman Bencana Ekologi dari Permasalahan Tanah dan Hutan di Flores dan Lembata  Resolusi LingkunganDirektur WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi kepada Mongabay Indonesia, Rabu (20/1/2021) menyarankan agar pemerintah perlu melakukan resolusi lingkungan.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2022-054-03.json
Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi
Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Umbu Wulang katakana makin dominannya urusan ekonomi yang menempatkan sumber daya alam sebagai bahan baku eksploitasi, akan berdampak pada makin memburuknya kualitas lingkungan hidup.Dia meminta pemerintah melakukan audit lingkungan di setiap kabupaten dan kota untuk kepentingan perlindungan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta upaya penegakan hukum serta upaya pemulihan lingkungan.Terkait perubahan iklim dan pemanasan global,dirinya ingin adanya kebijakan konservasi kawasan pesisir untuk mengurangi dampak kenaikan air laut terhadap masyarakat.“Perlu adanya kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang dapat diterapkan di masyarakat mulai dari tingkat provinsi hingga desa. Terutama terkait dengan urusan pangan dan air dan kelestarian keanegaragaman hayati di NTT,” tegasnya.Umbu Wulang juga minta pemerintah hrus menerapkan kebijakan pembangunan yang tidak memperparah dampak perubahan iklim dan pemanasan global di NTT. Misalnya menghentikan dan minimal mengurangi pembangunan infrastruktur yang rakus energi fosil, rakus lahan, rakus air.  [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2022-049-11.json
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | [CLS]  Lebih dari 380 perempuan dewasa (mama) terlibat dalam program pembibitan dan penanaman bambu sejak 2021 di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka sudah menghasilkan lebih dari 2,5 juta bibit yang digunakan untuk menghijaukan lahan kritis di kampungnya. Sekaligus melestarikan tradisi dan budaya bambu yang lekat dengan kehidupan warga.Memotong bakal bibit bambu di kebun, merawat, sampai menanam bukan perjalanan mulus. Banyak mama yang awalnya tidak percaya diri karena untuk kali pertama membuat bibit, terlebih jika tak didukung suami. Ada juga yang bekerja sendiri tanpa pasangan. Tak sedikit yang tekun dan berusaha menjaga bibit tetap hidup saat minim akses air di desa.Perjuangan para mama bambu ini diperdengarkan di Kampus Bambu Turetogo, Desa Ratogesa, Ngada pada peringatan Hari Kartini, 21 April 2022. Dalam program Bamboo Collaborative Learning bertajuk Perempuan Penyelamat Alam: Cerita dari Desa Bambu yang dihelat Yayasan Bambu Lestari (YBL).Mama Erna dari Desa Beja, Kabupaten Ngada bermimpi desanya tak lagi sulit air. Ia mukim di perbukitan, jauh dari mata air. Ketika YBL mengenalkan program pembibitan ini, ia mengira akan mudah. “Saya kira mudah, dikira ambil ranting saja. Kalau jenis bambu petung kan susah memotongnya,” katanya.Desa Beja terlihat hijau, berada di perbukitan, sekitar 40 menit dari Kota Bajawa. Namun, sebagian warga kesulitan air. Erna juga khawatir tidak bisa membuat bibit karena ia sendiri harus membeli air. “Apalagi kami mulai menanam bibit di musim panas, harus beli air,” lanjutnya.baca : Ribuan Bibit Bambu ditanam di Bendungan Napun Gete, NTT. Untuk Apa?  Pengalaman yang tak pernah ia lupakan adalah ketika ia dan beberapa mama lain salah memotong bambu. Mereka mengambil rumpun orang lain, sehingga mendapat sanksi menggotong empat batang bambu yang sudah dipotong ke atas bukit.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2022-049-11.json
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Dengan bersemangat, Erna menceritakan suka dukanya belajar mengenal bambu yang cocok jadi bibit, cara memotong mata bilah bambu dengan parang, membuat alat penyiram sendiri dari kaleng susu bekas, sampai gotong royong menanam ribuan bibit dalam beberapa minggu. Semangat mama bambu di desa ini diapresiasi dengan alokasi dana desa untuk penanaman di lahan-lahan kritis sekitarnya.“Penanaman bibit dengan dana desa, bibit dari mama, ditanam oleh mama,” urainya sumringah. Ia memberi usulan ke YBL agar program berikutnya jangan hanya pembibitan, karena dampaknya tak dirasakan langsung saat itu tapi beberapa tahun lagi seperti menambah debit air.Erna mengatakan selama ini bambu hanya buat kandang, atap dan dinding rumah, belum dimanfaatkan untuk menambah nilai ekonomi lain. Ia minta pelatihan pemanfaatan bambu seperti anyaman dan kerajinan. Selain itu pengolahan rebung. “Selama ini hanya untuk sayur dan sambal, kami berharap juga bisa memperkenalkan rebung secara internasional,” harap mama dengan satu anak ini.Semangatnya memulai sesuatu yang baru dilakukan seorang diri karena suaminya pergi merantau dan tidak pernah berkabar lagi. Syukurnya, para mama di kelompok ibu pelopor bambu di desanya kompak bekerja sama, mulai membuat bibit sampai dengan memikul bibit ke bebukitan untuk ditanam.baca juga : Pande Ketut Diah Kencana, Peneliti Bambu Tabah untuk Konservasi dan Olahan Pangan  Maria Lewa, Ketua PKK Desa Beja yang juga menjadi mama bambu menambahkan desanya terkendala air, sehingga harus cari solusi biar air lebih banyak. Ia mencontohkan, melanjutkan program penghijauan di sekitar mata air untuk keberlanjutan anak cucu ke depan. “Secara ekonomi, membuat bibit menambah penghasilan ibu untuk keluarga kami. Mereka berusaha timba air di kali, beli air tangki untuk siram. Tapi kami berharap tak hanya penanaman saja juga pengolahan bambu,” paparnya.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2022-049-11.json
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Program pelestarian bambu untuk penyelamatan lingkungan di NTT sebelumnya juga dirintis perempuan. Salah satunya, Linda Garland yang memulai pada 1992 saat gempa dan tsunami di Flores, kemudian mendirikan YBL. Pada 1995, YBL bekerja sama dengan pemerintah daerah membat gerakan penanaman satu juta bambu. Program ini dikembangkan anaknya, Arief Rabik dengan program 1000 bambu agroforestri didukung pemerintah dan sejumlah lembaga kolaborasi lainnya. Strateginya melalui pengarusutamaan gender dan inklusi.Harapannya mampu merestorasi 8% lahan kritis di Indonesia, menyerap 16% emisi karbondioksida per tahun, menghasilkan 6-9 miliar USD/tahun, dan menciptakan peluang 1 juta lahan kerja.Sejak 2021, kerjasama dengan Pemprov NTT meliputi pengembangan desa wanatani bambu melalui pemberdayaan perempuan dan pengembangan hasil hutan bukan kayu. Pemprov NTT mengalokasikan anggaran 8,6 miliar, di antaranya untuk pemberdayaan perempuan menyemai 2,8 juta bibit bambu di 7 kabupaten yaitu Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Nagakeo, Ende, dan Sikka.baca juga : Merawat Hutan Bambu, Memanen Beragam Manfaat  Sedangkan Valeria, akrab dipanggil mama Leri mengatakan program pembibitan ini sangat membantu kala pandemi karena selama itu anak perempuannya yang didiagnosis epilepsi kerap kambuh dengan gejala kejang, batuk, dan pilek. Ia takut anaknya dinyatakan positif Covid-19, karena itu ia merawat anaknya sambil membuat bibit bambu. Dari setiap bibit hidup, ia mendapat insentif Rp2500. Ini jadi penghasilan tambahan selain bekerja di ladang dan sawah setiap hari. Apalagi ia single parent dengan 3 anak.“Saya tidak hanya ibu rumah tangga, juga kepala keluarga. Sangat bersyukur YBL membantu selama ini dalam pembibitan. Sekitar satu tahun menanam bibit, ada mama menolak, tapi saya membantu mereka cari bibit,” urianya dalam sesi berbagi cerita.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2022-049-11.json
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Hal paling sulit buatnya adalah susah air. “Ada mata air di bawah, tapi susah ditarik pompa karena terlalu jauh, rumah saya jauh dari sungai,” ungkapnya. Jika sudah 3 hari tidak hujan, ia berusaha beli air tangki. Harganya Rp70 ribu, ia membeli seminggu beli dua kali, termasuk untuk masak dan mandi. Ia juga bersyukur karena saling kerja sama dan berkelompok cari anakan bambu seminggu dua kali.Mama lain, Albina juga senang karena menambah pembiayaan anak sekolah. Awalnya ia merasa sulit merawat bibit, tapi setelah penyuluhan mulai berjalan ia berlatih mencampur tanah dan abu sekam dalam polybag. Kemudian menghitung berapa lama waktu bertunas. “Kami merasa bangga karena tidak pernah tahu bambu bisa dibibitkan. Hanya tahu bambu nenek moyang,” urainya. Para mama membawa parang ke kebun, memilih bambu yang tidak terlalu muda dan tua, lalu memotong untuk mencari mata tangkainya.Percobaan membuat bibit juga menghadapi masalah. Tidak semua bibit hidup. Sebagian mama memilih menyulam kembali bibit mati dalam polybag. Para mama diminta menumbuhkan 25 helai daun dalam tiap bibit. Mereka mengatakan belajar merendam tangkai bakal bibit ke air kulit bawang selama beberapa jam sebelum ditanam. Ada juga yang menyiram dengan air cucian beras.Albina juga mengaku bangga karena untuk pertama kali bisa ke bank untuk menarik uang insentif. “Pegawai bank tanya, mama buat apa ramai ke bank? Kenapa mama, bukan bapak? Karena kelompok mama, ini bukti hasil dari bambu. Saat bencana Seroja, kemiri habis karena dahannya patah. Karena bambu bisa beli gula, beras, dan uang rokok untuk bapak,” ceritanya sumringah.baca juga : Taman Bambu, Penyelamat Mata Air Sekaligus Tempat Wisata Edukasi  Dalam acara mama bambu bercerita ini, hadir juga akademisi, aktivis lingkungan, dan pemimpin agam untuk merespon cerita mama.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2022-049-11.json
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Prof Elizabeth Widjaja, pensiunan LIPI, ahli taksonomi bambu mengatakan masalah krisis air harus segera dicari strateginya. “Kita harus menampung air, dari satu ruas bambu dalam satu hari bisa memenuhi plastik 1 kg,” ajaknya. Dampak penanaman bambu juga jangka panjang. Ia mencontohkan, sebuah desa menanam 14 hektar di suatu bukit, baru keluar air dan mengaliri tak hanya satu desa, juga 8 desa. Menanam bambu juga penting di lahan kritis seperti rawan longsor. Pengembangan bambu menurutnya sangat banyak misal daun bambu bisa jadi teh dan ulat bambu sebagai bahan pangan.Desy Ekawati dari Badan Standarisasi Instrumen LHK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut apa yang dilakukan para mama adalah bagian dari gerakan besar desa bambu. Mama menjadi bagian penting untuk penanaman dan pengelolaan. Menurutnya perlu ada kelanjutan program seperti pemanfaatan. “Perlu membangun visi desa bambu. Bagaimana jadi produk lebih beragam?” tanyanya. Program ini menurutnya meningkatkan peran mama dalam keluarga dan lingkungan.Yuvensius Nonga dari Walhi NTT mengapresiasi upaya mama bambu karena tanaman ini bagian dari budaya Flores. Melestarikan bambu menurutnya melestarikan kuasa perempuan sebagai pewaris dan pengelola rumah adat di Ngada. Di sisi lain, ia menyayangkan cara pandang patriarki menganggap perempuan tidak menghasilkan.Pendeta Mery Kolimon, Gereja Masehi Injili di Timor berkeinginan mengundang para mama bambu untuk mengajari mama lain di daerah lain seperti Timor, Alor, Rote, dan Sabu. Menurutnya gereja memiliki tanggungjawab pada pelestarian alam.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2022-049-11.json
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores
Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | “Saya mau belajar dari mama bambu. Siklon Seroja merusak alam, ratusan rumah rusak. Bagaimana berdamai dengan alam, gereja juga melakukan pemulihan alam,” katanya. Ia tak hanya ingin belajar tanam bambu, juga membangun desa-desa bambu lain di NTT. Tantangan saat ini yakni akses air, menurutnya jadi beban ganda perempuan. Tak sedikit perempuan NTT harus keluar kampung jadi buruh migran dan korban perdagangan orang.Demikian juga tokoh agama lain Kandida Longa, Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Bajawa. Awalnya ia mengaku tidak peduli dengan bambu, tapi mendengar keterlibatan mama bambu, ia ingin melibatkan jadi anggota dan pengurus WKRI dan membantu proses pembibitan.  [SEP]
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2012-038-05.json
Kematian Empat Gajah Aceh Diselidiki
Kematian Empat Gajah Aceh Diselidiki | [CLS] BALAI Konservasi Sumber Daya Alam masih menyelidiki kematian empat gajah di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Timur.“Tim sedang bekerja menyelidiki kematian empat gajah, masing-masing dua jantan dan betina pada Mei dan Juni 2012 di dua lokasi terpisah di Aceh,” kata Kepala BKSDA Abubakar Cekmad di Banda Aceh, Jumat(8/6/12) seperti dikutip dari Antara.Abubakar menanggapi kematian empat ekor gajah yang diduga diracun di kawasan pedalaman di dua kabupaten di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.Dia menyebutkan, tim terpadu melibatkan instansi terkait telah mengambil sampel dari empat ekor gajah sumatera yang mati di dua wilayah itu.“Bahan-bahan atau sampel dari empat ekor gajah mati itu saat ini masih di tangan tim forensik Polda Sumatera Utara. Mudah-mudahan tidak lama lagi akan ada hasil terutama tentang jenis racun yang mengakibatkan kematian gajah itu,” katanya.Dugaan memang kematian gajah itu setelah diracun, namun jenis racun belum diketahui.Dia mengemukakan kecil kemungkinan kematian gajah itu karena aksi pembunuhan masyarakat setempat. “Masyarakat, khusus warga setempat tidak akan membunuh gajah. Bahkan, orang Aceh menyebut gajah itu sebagai Poe Meurah yang harus dilindungi.”Abubakar menyebutkan, populasi gajah Sumatera berkisar 506 ekor tersebar di kawasan hutan provinsi itu. [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2021-030-18.json
Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’
Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | [CLS]    Swarno Lumbangaol, lulusan master pariwisata dari perguruan tinggi swasta di Medan, Sumatera Utara. Usai kuliah dia merantau. Setelah 20 tahunan lebih jadi pendidik di Aceh, Kota Meulaboh dan Nagan Raya, Swarno pilih pulang kampung ke Desa Bakkara, Marbun Tongak Dolok.Kembali ke Bakkara, dia ingin melanjutkan usaha turun-temurun keluarga dalam budidaya ikan dalam kolam. Selain budidaya ikan, dia juga pemandu wisata.Kini, dia bercita-cita budidaya ihan Batak. Dia tergerak budidaya ihan Batak karena melihat ikan endemik perairan Danau Toba ini makin langka.Bibit ihan Batak (Neolissochilus thienemann), dia ambil dari sungai-sungai sekitar Humbang Hasundutan dan Samosir.“Ihan Batak adalah ikan khas Batak,” katanya.Ada tiga tingkat kolam berisi Ihan Batak. Bakkara memiliki kontur tanah mengandung banyak sumber air dan bebatuan hingga tak perlu banyak material untuk bikin kolam.Dulu, kakeknya memelihara ikan mas dan ayahnya nila dan mujaer di kolam di sebelah rumah. Dia memilih budidaya ihan batak karena itu jenis endemik perairan Danau Toba.Dinas Perikanan kemudian melihat aksi Swarno dan membantu mengembangkan pelestarian ihan Batak ini. Dia pernah mengenalkan ikan khas Batak ini dalam Pekan Raya Sumatera Utara di Humbang Hasundutan. Gawe ini gelaran Kementerian Pariwisata selama 30 hari dan dihadiri Presiden Joko Widodo.  Selain budidaya ihan batak, ia juga melestarikan tumbuhan sebagai pakan ikan ini. “Makanannya adalah azolla, sejenis tumbuhan air yang ada di sekitar sini. Saya juga budidayakan,” katanya.Azolla (Mosquito ferns), sejenis tanaman paku yang hidup mengapung di perairan. Biasa dijumpai di lahan tergenang atau persawahan dengan ukuran 1,5-2,5 centimeter. Bentuk daun kecil saling bertindih dengan warna permukaan daun hijau kemerah-merahan. ***
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2021-030-18.json
Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’
Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan KepMen Nomor 1/2021 yang menyatakan ihan Batak sebagai ikan endemik dilindungi dengan status perlindungan penuh.Dari penelitian LIPI, ihan Batak memiliki badan pipih memanjang, leher badan empat kali lebih pendek dari panjang standar serta berwarna keperakan. Ada 10 sisik di depan sirip punggung dan 26 sisik di sepanjang gurat sisi. Ikan ini sebagai jenis terancam punah oleh International Union for The Conservation of Nature (IUCN).Selain ihan Batak, adapula ihan dengan marga Tor dan N. Sumatranus yang masih dapat ditemukan di sungai-sungai sekitar Danau Toba, meskipun populasi terus menurun. Genus tor ini, katanya, masyarakat Sumatera Utara mengenal dengan nama ikan jurung.“Memang ada kesamaan dengan jenis ikan jurung, bedanya ada di muncung bagian bawah, dan matanya,” kata Swarno.Ihan Batak dikenal memiliki struktur kuat. Ikan ini berenang melawan arus sungai yang deras hingga memiliki tekstur tulang padat.  TradisiIhan Batak dalam budaya Batak merupakan simbol tradisi dan punya peranan penting bagi ritual sakral.Menurut Swarno ihan Batak adalah suguhan untuk raja-raja masa kerajaan dulu.Ihan Batak jadi persembahan kepada Tuhan (mula jadi na bolon) dalam rangkaian acara adat yang diberikan oleh hula-hula (kerabat dari pihak istri). Ia dipercaya mendapat berkat baik kesehatan, memiliki banyak keturuanan, murah rezeki dan bergelimang harta.Dalam perkawinan adat Batak, penganan ini juga diberikan kepada pihak perempuan sebagai balasan pemberian makanan atau disebut dengan istilah tudu-tudu sipanganon. Tujuannya, untuk mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.Dalam setiap upacara adat Batak, ihan Batak dimasak dengan khas arsik. Kini, kebiasaan itu perlahan menghilang karena populasi ikan sudah jarang. Biasanya, ihan Batak diganti ikan mas.“Ikan mas bukan endemik kita. Itu didatangkan Belanda pada masa kolonial. Mereka sebar ke Danau Toba,” katanya. *****
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-030-18.json
Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’
Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Foto utama:Ihan Batak, ikan endemik perairan Danau Toba. Foto: Barita NL/ Mongabay Indonesia [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2015-032-01.json
30 Hektar Lahan Konservasi Samboja Lestari Terbakar. Bagaimana Nasib Orangutan?
30 Hektar Lahan Konservasi Samboja Lestari Terbakar. Bagaimana Nasib Orangutan? | [CLS] Fenomena El Nilo yang terjadi di Indonesia saat ini, sangat berdampak pada kebakaran lahan di Kalimantan Timur. Termasuk, kebakaran yang terjadi pada 30 hektar kawasan konservasi orangutan Borneo Orangutan Survival Foundatin (BOSF) Samboja Lestari.Lahan seluas 30 hektar milik BOSF yang berada di Jalan Balikpapan-Handil Km. 44, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Kukar, Senin (31/8/15) terbakar. Meski diduga kebakaran terjadi karena El Nino, namun penyelidikan terus dilakukan guna mengetahui kepastiannya.Akibat kebakaran tersebut, kawasan yang baru akan terbentuk hutan, yang terdiri dari kayu meranti hangus. Bahkan, kebakaran itu hanya berjarak sekitar 300 meter dari kandang orangutan yang baru dalam proses pembanguan.Koordinator Komunikasi BOSF Samboja Lestari, Suwardi mengatakan awal kebakaran terjadi Senin subuh, sekitar pukul 03.00 Wita. Api sempat dipadamkan dengan 46 personil dari BOSF Samboja Lestari.“Orangutan itu tidak tahu kalau ada bencana kebakaran, kecuali kalau individu orangutan berada di pohon dan melihat asap atau api di kejahuan, baru mereka mengerti. Untungnya, kebakaran masih jauh dari kandang utama, sehingga kami dapat meminimalisir keadaan,” kata SuwardiNamun, Senin siang sekitar pukul 11.00 Wita, api kembali berkobar. Para personil BOSF kembali terjun ke lokasi untuk melakukan pemadaman secara tradisional, yakni memukulkan ranting pohon dan menggunakan alat penyemprot tanaman.“Api kembali muncul pukul 11.00 Wita. Sekitar 46 personil kami kembali terjun ke lapangan untuk melakukan pemadaman yang bisa diminimalisir sekitar pukul 17.20 Wita,” papar Suwardi.Staf Komunikasi BOSF, Cantika Adinda, menuturkan titik api ada di beberapa lokasi. Dia dan rekan-rekannya kesulitan memadamkan api sekaligus. Cara manual memukul api menggunakan ranting kayu harus mereka lakukan agar api tidak mendekati bangunan rehabilitasi orangutan.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2015-032-01.json
30 Hektar Lahan Konservasi Samboja Lestari Terbakar. Bagaimana Nasib Orangutan?
30 Hektar Lahan Konservasi Samboja Lestari Terbakar. Bagaimana Nasib Orangutan? | “Ada beberapa lokasi, ketika kami fokus memadamkan api dekat Jalan Lepiosula, api malah membesar di lahan dekat Jalan Elang. Jalanan masuk ke lokasi kebakaran juga sulit, kami bolak-balik harus mengangkut air. Alat yang tersedia hanya dua penyiram tanaman dan ranting,” ujarnyaSaat kejadian kebakaran, pihak BOSF sudah menghubungi tim pemadam kebakaran di Balikpapan yang berlokasi di Km 23. Merasa bukan area wilayahnya tim pemadam Balikpapan meminta pihak BOSF menghubungi pemadam di Kutai Kartanegara (Kukar).“Kami sudah menghubungi tim pemadam Balikpapan, namun mereka tidak berkenan datang. Kami diminta menghubungi tim pemadam Kukar. Daripada menunggu, kami lakukan semampunya,” jelas Adinda.Selasa (1/9/15) pagi, anggota Koramil Samboja dan Pemadam kebakaran Kutai Kartanegara tiba di lokasi untuk meminalisir kebakaran yang menghanguskan 30 hektar lahan itu.Tidak ada orangutan yang dievakuasi. Peristiwa ini tidak mempengaruhi kondisi fisik maupun mental orangutan yang dirawat di BOSF. Hal yang turut membuat pengelola sedih adalah pohon meranti yang sudah ditanam sejak 2001 hangus dan sebagian kering.“Meranti sudah kami tanam sejak 2001, setiap tahun, pertumbuhannya hanya 0,5 centimeter. Selama 15 tahun lebih kami merawat dan memperhatikan. Kebakaran ini ibarat orang yang akan panen dan tiba-tiba musnah, sakit rasanya,” ungkap Adinda.Akibat kebakaran ini, banyak satwa liar yang kehilangan habitatnya. “Di sekitar wilayah BOSF hidup satwa liar seperti kijang, macan dahan, beruk, landak, trenggiling, dan ular piton. Mereka menjadikan tempat sekitar rehabilitasi sebagai habitatnya. Kini sudah terbakar, entah bagaimana nasibnya,” urai Suwardi. [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2019-034-05.json
Kurangi Plastik, Wadah Daging Kurban Pakai Besek
Kurangi Plastik, Wadah Daging Kurban Pakai Besek | [CLS]     Usai shalat Idul Adha di lapangan, siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) III Kota Malang, Jawa Timur. Sebagian siswa dan guru berkutat dengan hewan kurban, enam sapi dan 16 kambing berjajar di halaman sekolah di Jalan Cipto Kota Malang.Satu-persatu, bergantian sapi dan kambing disembelih di halaman sekolah. Seorang tukang jagal khusus datang untuk menyembelih seluruh hewan kurban. Lingkungan sekolah riuh. Dalam tempo sejam, seluruh hewan kurban telah disembelih.Giliran para siswa putra membantu proses selanjutnya, memisahkan daging dengan kulit dan tulang. Siswa putri membentangkan kain terpal di lapangan basket. Mereka duduk bersimpuh, berjajar, bertugas memotong dan menimbang daging ukuran 1,5- 2 kilogram.  Sembari menunggu proses memotong dan menimbang, siswa lain mengusung besek wadah dari anyaman bambu. Besek menggunung. Usai daging dipotong dan ditimbang, mereka masukkan daging ke besek. Seluruh daging dikemas dalam besek, daging kurban siap didistribusikan kepada para penerima.“Sejak tahun ini, kami berkomitmen menggunakan wadah ramah lingkungan,” kata Rahman Helmi, Ketua Panitia Kurban SMPN 3 Kota Malang, Minggu (11/8/19). Sebelumnya, ada usulan daging dibungkus daun jati. Daun jati sulit diperoleh di Kota Malang dan perlu keterampilan.Besek pun jadi pilihan. Saat membeli besek di pasar tradisional rata-rata kesulitan memasok dengan jumlah besar dan waktu cepat. Mereka harus membeli langsung ke perajin di Sumberpucung, Kabupaten Malang. “Membeli 750, satu besek, Rp2.500,” katanya.Mereka beralih tak pakai kresek karena, tas plastik sulit terurai. Besek bisa hancur dan terurai dalam waktu singkat. Penggunaan besek ini juga bagian dari pendidikan lingkungan kepada siswa.“Sesuai program sekolah, diputuskan pakai besek,” katanya, seraya bilang, besek akan mereka gunakan seterusnya.   Pesanan besek meningkat
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2019-034-05.json
Kurangi Plastik, Wadah Daging Kurban Pakai Besek
Kurangi Plastik, Wadah Daging Kurban Pakai Besek | Daging kurban pakai besek berdampak terhadap penjualan di tingkatan perajin. Perajin besek di Jalan Pesantren Desa Talunsono, Ngajum, Kabupaten Malang, jual besek naik 50%. “Meningkat terutama untuk wadah daging kurban,” kata perajin besek, Sukarsih.Biasa dia produksi 100 besek sepekan. Dia menerima pesanan besek untuk hajatan, perajin tape dan pernikahan. Harga besek Rp5.000. Sebagian besar untuk wadah tape di Probolinggo. Selama ini, pesanan berdatangan dari Probolinggo, Situbondo, dan Gunung Kawi di Kabupaten Malang.Walhi Jawa Timur, Purnawan D Negara mengapresiasi SMP Negeri 5 Kota Malang yang menyalurkan daging kurban dengan besek. Ada kesadaran, katanya, merevitalisasi nilai ekologi dengan religi.SMP ini, katanya, tak hanya retorika, tetapi mengajarkan gerakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. iukur dampaknya dan pengaruhnya terhadap lingkungan.Wadah besek, katanya, bakal mendapat dua pahala sekaligus, yakni, pahala atas ibadah kurban dan atas menyelamatkan lingkungan. “Ada nilai ekologi yang ditanamkan. Berkorban untuk menyelamatkan lingkungan.”Dia berharap, pendidikan ekologi dan religi dari SMP Negeri 3 Kota Malang bisa tertular kepada sekolah lain. “Agar tahun depan berubah, tak gunakan tas kresek, beralih ke besek atau daun jati. Ini mendidik pelajar peduli lingkungan sejak dini.”  Perlu keteladananPurnawan juga dekan Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang meminta, aksi sekolah ini bisa tertangkap pengambil kebijakan. Bupati dan wali kota, katanya, bisa menunjukkan keteladanan ekologi.Sutiaji, Wali Kota Malang berkomitmen, mengurangi sampah plastik. Dia mulai mengimbau kegiatan di pemerintahan Kota Malang tak gunakan air minum kemasan plastik. Selain itu, semua wadah plastik dikurangi.“Sebelumnya, sudah ada peraturan wali kota. Dianulir Gubernur Jawa Timur karena harus ada aturan di atasnya yang kuat,” katanya.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2019-034-05.json
Kurangi Plastik, Wadah Daging Kurban Pakai Besek
Kurangi Plastik, Wadah Daging Kurban Pakai Besek | Untuk pembungkus daging kurban, Sutiaji mengeluarkan imbauan kepada panitia penyembelihan hewan mengganti tas kresek dengan bungkus ramah lingkungan, seperti daun atau besek. “Itu hanya imbauan, tak ada sanksi,” katanya.Senada dengan Wali Kota Malang, Pelaksana Tugas Bupati Malang Sanusi juga mengeluarkan imbauan melalui pembinaan mentan (Bintal). Dia menyarankan, panitia penyembelihan hewan kurban mengganti tas kresek ke wadah lain. “Bisa pakai besek atau daun jati, sebagai pengganti kresek.”Dulu, masyarakat di Kabupaten Malang membagikan daging kurban dengan daun jati. Cara ini lebih sehat dan daging lebih enak.Aksi serupa, mengganti bungkus daging kurban, dari kantong plasktik ke  daun jati atau besek juga dilakukan di beberapa tempat, salah satu  di Pesantren Ekologi, Ath-Thaariq, Garut, Jawa Barat. Sejak beberapa tahun ini, Ath-Thaariq, sudah mengubah bungkus daging kurban, tak pakai kantong plastik lagi demi mengurangi tekanan terhadap lingkungan.  Keterangan foto utama:    Besek, sebagai pembungkus daging kurban, menggantikan plastik kresek. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia     [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2015-061-02.json
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan | [CLS] Setiap tahun, majalah Time punya ritual yang sangat penting.  Dewan redaksinya memilih seratus tokoh yang dianggap punya kontribusi penting mewarnai dunia sepanjang setahun terakhir, lalu meminta para tokoh lainnya—yang mengenal baik mereka yang terpilih—untuk menuliskan esai pendek soal jasa mereka yang terpilih.Karena kontribusi mewarnai dunia adalah sebuah kategori yang sangat luas, maka mereka yang terpilih bisa jadi bukan tokoh panutan, namun pengaruhnya sangat kuat dan tak bisa diabaikan.  Untunglah, selama bertahun-tahun penulis mengikuti daftar yang dikeluarkan, sebagian besar isinya bukanlah para perusak dunia.Demikian juga daftar yang dikeluarkan Time pada edisi 27 April – 4 Mei tahun ini. Ada banyak tokoh yang punya kontribusi positif terhadap dunia, walaupun tetap ada di antara mereka para tokoh yang sesungguhnya berbuat kerusakan. Pandangan para penulis esai singkat yang menjelaskan peran masing-masing tokoh sendiri sangatlah subjektif, terutama karena majoritas penulisnya memang mengenal sang tokoh secara pribadi dan sangat dekat.Dengan pendekatan itu, sesungguhnya pembaca juga diundang untuk memberikan sudut pandang subjektif atas para tokoh terpilih ini.  Bisa saja kita tak setuju dengan daftarnya, tetapi bila setujupun kita bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.Tulisan ini sendiri hendak menimbang beberapa tokoh yang masuk daftar tersebut dari sudut pandang keberlanjutan, CSR, dan bisnis sosial, sesuai dengan bidang yang penulis geluti selama ini.  Kanye West, yang menjadi sampul majalah ini—ataupun istrinya yang juga masuk daftar, Kim Kardashian—tak jelas benar bagaimana kontribusinya pada dunia keberlanjutan, jadi tak akan didiskusikan di sini.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2015-061-02.json
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan | Diskusi pertama adalah tentang kontribusi Tim Cook, sang CEO Apple.  John Lewis, aktivis HAM dan anggota kongres dari Partai Demokrat di AS, yang menuliskan esainya melihat jasa Cook dari keberaniannya menyatakan diri sebagai homoseksual, dan memperjuangkan persamaan hak kaum lesbian, gay, bisexual and transgender (LGBT) di dalam dunia korporasi.  Lewis menyatakan bahwa Cook adalah tokoh tanggung jawab sosial perusahaan karena itu.Namun, jasa Cook terbesar untuk keberlanjutan dan CSR sesungguhnya jauh lebih besar dari itu. Cook adalah satu-satunya CEO yang pernah menyatakan secara lantang pembelaannya terhadap energi terbarukan.  Pada RUPS Apple 2 tahun lalu, seorang investor mempertanyakan komitmen Apple pada energi terbarukan, yang menurutnya disandarkan pada pengetahuan yang belum solid tentang perubahan iklim, dan ini berpotensi mencederai keuntungan perusahaan yang akan berakibat pada menurunnya dividen yang diterima pemegang saham.Cook tak ragu menjawab pertanyaan itu.  Bukan saja menyatakan keyakinannya pada perubahan iklim antropogenik dan tanggung jawab perusahaan untuk menurunkan emisi, dia juga menyatakan bahwa dia tak menginginkan adanya uang investor yang tak peduli pada dampak perubahan iklim di dalam perusahaannya!Di tangan Cook pula penyelidikan asal-usul timah yang dipergunakan untuk membuat ponselnya dilakukan, dan membuat Apple mendarat di Provinsi Bangka Belitung, Indonesia. Dari sudut pandang ini, Cook telah mendorong konsep extended CSR untuk dipraktikkan secara sungguh-sungguh, terutama terkait dengan rantai pasokan.Kisah Elizabeth Holmes bisa terbaca seperti para jenius teknologi informasi.  Ia men-DO-kan dirinya di tahun kedua dari Universitas Stanford.  Mungkin karena kesamaan kisahnya dengan para raksasa teknologi informasi seperti Bill Gates dan Steve Jobs dan generasi sesudah mereka, Henry Kissinger melihat Holmes sebagai seorang visioner teknologi.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2015-061-02.json
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan | Apa teknologi yang dikembangkan perempuan cantik berumur 31 tahun ini? Pengujian segala penyakit yang bisa dideteksi dari darah. Dan bukan sekadar metode pengujian yang baru, melainkan juga harus sangat murah dan bisa dikerjakan dengan mobilitas yang sangat tinggi.  Dia melakukannya karena percaya bahwa perawatan kesehatan adalah bagian dari HAM.  Theranos, perusahaan sosial yang dibuatnya, kini sedang berusaha keras agar layanannya bisa diakses oleh seluruh dunia.  Dengan bekal utama yang dimiliki Holmes—sebagaimana yang digambarkan oleh Kissinger—yaitu “…fierce and single minded dedication with great charm….” setiap pojok dunia bisa berharap pada keajaiban teknologi dan tanggung jawab sosial yang dibawa oleh Theranos.Chai Jing adalah kisah berikutnya.  Sama dengan Ma Jun yang menulis esai tentang dirinya, ia adalah seorang jurnalis.  Memanfaatkan keahliannya dalam menggali dan mempresentasikan data, Chai Jing membuat film dokumenter mengenai polusi yang terjadi di negeri asalnya, Cina.Film berjudul Under the Dome itu baru saja dirilis awal tahun ini, namun hasilnya luar biasa.  Bukan saja masyarakat Cina dan pemerintahnya yang sangat tertarik dengan film tersebut lalu bertindak untuk mengatasi polusi, seluruh dunia menyaksikannya dan juga bertindak di tempat masing-masing.  Dalam bilangan hari, penonton filmnya mencapai 200 juta orang!Yang sangat dahsyat dari kisah Chai Jing adalah bagaimana kemampuan jurnalisme investigatif digabungkan dengan isu-isu ilmu pengetahuan dan kebijakan publik yang kompleks bisa benar-benar diterima dan menggerakkan orang.  Ma Jun menyatakan bahwa bukan hanya pemerintah Cina membuka pintu perdebatan publik tentang polusi untuk pertama kalinya lantaran film itu, namun juga orang-orang yang tadinya sinis dan indiferen kini mulai berubah menjadi pejuang penanganan polusi.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2015-061-02.json
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan | Jurnalisme juga merupakan latar belakang John Oliver.  Namun, berbeda dengan Chai Jing yang memanfaatkan film dokumenter sebagai media pendidikan massa, Oliver punya acara televisi yang sangat popular, Last Week Tonight, di saluran HBO.  Acara tersebut ia pergunakan untuk membawakan isu-isu yang sangat serius, dengan cara yang kocak luar biasa.Penulis esai tentang Oliver, Elizabeth Bierman adalah pimpinan Society of Women Engineers yang mendapatkan manfaat besar karena diangkat di acara Oliver.  Namun, dari sudut pandang keberlanjutan, jasa Oliver tidak datang dari situ.  Setelah ia mendapatkan informasi bahwa sesungguhnya 97% ilmuwan perubahan iklim sepakat tentang penyebabnya yang antropogenik, dia melancarkan kritik terhadap acara-acara TV lainnya yang berupaya menghadirkan pandangan ‘seimbang’ antara yang percaya dan yang tidak.  Keseimbangan pandangan—atau cover both sides dalam istilah jurnalisme—diwujudkan oleh banyak saluran TV lain dengan cara menghadirkan masing-masing wakil yang percaya dan yang tidak.  Menurut Oliver itu adalah kebodohan luar biasa.  Maka, di acaranya ia tampilkan 3 orang yang tak percaya dengan perubahan iklim antropogenik di satu sisi, melawan 97 orang di sisi lainnya.Oliver juga terkenal dengan kata-katanya yang tajam terhadap korporasi yang tak beretika.  Ia membongkar perilaku industri rokok yang menjual produk mematikan itu kepada anak-anak—yang ia ambil kasusnya di Indonesia—dan yang menuntut berbagai negara yang ingin mempromosikan kesehatan warganya, terutama dengan perjanjian dagang.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2015-061-02.json
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan | Ia tampilkan iklan terbaru Marlboro di acaranya itu, dan ia nyatakan bahwa iklan tersebut adalah horse shit.  Ia bilang tak pantas Marlboro Man menjadi ikon produk rokok—yang empat di antaranya sudah meninggal karena penyakit terkait rokok—dan mengusulkan Jeff the Diseased Lung sebagai gantinya. Paru-paru rusak berpakaian koboi, menurut Oliver, lebih tepat menjadi maskot Marlboro.Industri gula dan farmasi yang juga banyak melakukan tindakan tak terpuji juga ia bongkar habis-habisan.  Dengan caranya itu penontonnya bukan saja menjadi lebih sehat tubuhnya lantaran tawa yang tak kunjung selesai sepanjang acara, namun juga sehat benaknya lantaran pengetahuan kokoh yang ia berikan.Thomas Piketty adalah penulis handal, selain tentu saja adalah seorang ekonom yang sangat handal.  Seandainya ia ‘hanya’ seorang ekonom handal, tentu buku teksnya yang setebal hampir 700 halaman, Capital in the 21st Century, tak akan bisa terjual lebih dari 500 ribu eksemplar dalam waktu yang sangat singkat.Apalagi, tema yang diusungnya, yaitu ketimpangan pendapatan, boleh dikatakan tabu bagi kebanyakan ekonom.  Hanya mereka yang sekelas Joseph Stiglitz dan Paul Krugman saja yang selama ini berani menyentuhnya.  Tapi, ekonom Prancis berusia 43 tahun ini memang istimewa.  Ia tak khawatir menjadi tidak popular—dan penjualan bukunya sudah membuktikan bahwa dia memang tak perlu khawatir—lantaran ia percaya betul pada kebenaran ilmiah yang ia upayakan.Kalau Karl Marx meyakini bahwa ketimpangan yang semakin memburuk adalah keniscayaan Kapitalisme, maka Piketty lah yang bisa membuktikannya dengan data time series sepanjang satu abad terakhir.  Ia mendapati bahwa pertumbuhan ekonomi (growth) yang bisa dinikmati kebanyakan orang tumbuh 1-1,5% per tahun, sementara hasil dari investasi (return on investment) yang hanya bisa dinikmati oleh pemilik modal tumbuh 4-5% per tahun.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2015-061-02.json
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan | Namun ia tak berhenti di situ, ia juga mengusulkan secara terperinci bagaimana ketimpangan itu bisa dikikis dan keadilan bisa diperoleh.  Oleh karena itu, menurut Grover Norquist yang menulis esai tentang dirinya, “Perhaps Piketty has brough not Marx but John Rawls back to center stage.”  Tentu, perjuangan untuk mencapai keadilan ekonomi mustahil tanpa melihat derajat kedalaman ketimpangan yang terjadi.  Mungkin Piketty adalah titisan Marx dan Rawls sekaligus, dan oleh karena itu dari dirinya kita bisa belajar banyak tentang keberlanjutan ekonomi dan sosial.Paus Francis adalah seorang pastor yang sangat menarik.  Bukan saja ia sangat rendah hati dengan pengakuannya sebagai manusia pendosa, ia menyampaikan banyak sekali hal yang sangat dalam dengan cara yang ringan, bahkan kerap penuh canda.  Humor bukanlah ciri khas Gereja Katholik sebelum Francis duduk di tahta Vatikan, namun kini rasanya menjadi hal yang alamiah.Apa yang dilakukan Francis untuk keberlanjutan sangatlah dahsyat.  Ia menyatakan bahwa perubahan iklim harus diatasi oleh seluruh umat manusia, termasuk umat Katholik.  Ini bukan saja pertanda ia menerima ilmu pengetahuan yang menjadi basis klaim tentang terjadinya perubahan iklim, ia juga menyatakan pentingnya transformasi hati dan benak manusia untuk mengatasinya.  Isu perubahan iklim bahkan ia masukkan ke dalam agenda resmi Gereja mulai tahun ini.Dan, ketika organisasi pendusta perubahan iklim nomor satu di dunia, Heartland Institute, hendak mencegah jangan sampai Gereja Katholik mengeluarkan agenda dan pernyataan resmi tentang perubahan iklim, Paus Francis tak menggubrisnya.  Dengan begitu, ia telah menggembalakan umatnya dengan bijak, menghindari bencana yang sangat membahayakan bukan saja umatnya, tapi juga seluruh umatNya.
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2015-061-02.json
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan | Masih ada beberapa kisah lagi yang bisa dipandang terkait dengan keberlanjutan. Kisah Chandra Kochhar, misalnya.  Ia adalah CEO dari ICICI Bank, yang merupakan bank swasta terbesar di India.  Bukan saja ia bisa membawa bank tersebut menjadi semakin besar pendapatan dan keuntungannya, namun ia juga berhasil menghadirkan layanan perbankan ke pedesaan yang tadinya tak terjangkau.  Ia memecahkan masalah akses permodalan masyarakat desa di seantero negerinya.Emma Watson bukan ‘cuma’ Hermione Granger di serial Harry Potter.  Ia kini telah menjelma dari penyihir cilik menjadi pembela keadilan gender melalui kampanye HeForShe-nya.  Ia mengajak kaum pria memerangi ketidakadilan gender, dan untuk itu, ia pun telah didaulat untuk menyampaikan pemikirannya di Davos.  Pidatonya di PBB  kini telah ditonton lebih dari 8 juta kali.Vikram Patel adalah seorang psikiater yang sangat sadar bahwa orang-orang miskin yang mengalami masalah kejiwaan kerap tak bisa mendapatkan pertolongan psikiatri.  Ia mendirikan LSM bernama Sangath dan juga Center for Global Mental Health di London untuk keperluan tersebut.  Ia mengajari kepada kita semua rasa cinta dan hormat kepada mereka yang mengalami masalah kejiwaan.Terakhir, remaja putri berumur 17 tahun yang telah dianugerahi Nobel Perdamaian tahun lalu, Malala Yousafzai, juga merupakan tokoh keberlanjutan dan keadilan yang penting.  Ia memperjuangkan pendidikan untuk anak-anak perempuan di negerinya, lalu menjadi ikon pendidikan untuk anak-anak di seluruh negara berkembang.Kisah perjuangannya yang gigih itu bahkan tak berhenti ketika Taliban menembak kepalanya hingga ia terluka parah.  Dari Inggris, tempatnya menuntut ilmu sekarang, ia terus berjuang untuk keadilan dan hak memperoleh pendidikan. Ia adalah bukti nyata bahwa sesungguhnya tak pernah ada kata terlalu muda untuk menjadi agen perubahan dunia ke arah yang lebih baik.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2015-061-02.json
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan
Dari Time 100 2015 : Kisah tentang Mereka yang Mengubah Dunia Keberlanjutan | Kisah-kisah di atas adalah tentang kemuliaan yang datang dari kesadaran mengenai keberlanjutan dan/atau keadilan serta usaha keras untuk mewujudkannya. Namun, seperti yang dinyatakan di bagian awal tulisan ini, pengaruh besar bisa juga berarti negatif.Charles dan David Koch, atau yang lebih dikenal sebagai Koch Bersaudara, juga nangkring di daftar Time 100 tahun ini. Penulis esainya Rand Paul, adalah seorang senator AS dari Partai Republik yang telah menyatakan diri sebagai kandidat Presiden AS pada pemilu tahun depan. Yang dituliskan Paul tentang Koch Bersaudara bukan sekadar puja dan puji yang kelewatan, namun benar-benar adalah kebohongan luar biasa.Di situ Koch Bersaudara dinyatakan terkenal di antaranya karena filantropi dan lobi yang konsisten untuk menentang special interest politics.  Ini jelas kebohongan luar biasa yang dinyatakan secara telanjang.  Terlampau banyak publikasi ilmiah yang sudah menemukan bahwa Koch Bersaudara adalah pendana utama organisasi-organisasi penyangkal (denier) dan penunda (delayer) tindakan atas perubahan iklim.Studi Robert Brulle bertajuk Institutionalizing Delay: Foundation Funding and the Creation of US Climate Change Counter-Movement Organizations (2013) menemukan bahwa dana yang diguyurkan untuk aktivitas penyesatan informasi tentang perubahan iklim mencapai lebih dari USD900 juta setiap tahunnya, dan banyak di antaranya yang bisa dilacak kepada Koch Bersaudara.Alih-alih philanthropy—yang dari asal katanya berarti cinta kepada kemanusiaan—apa yang dilakukan oleh Koch Bersaudara mungkin bisa dikatakan sebagai villainthropy, atau musuh dari kemanusiaan.  Koch Bersaudara memang musuh kemanusiaan, seperti juga Kim Jong Un dan Benyamin Netanyahu yang juga masuk ke dalam daftar Time 100 tahun ini. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2018-058-11.json
Begini Cerita Sekolah Pinggir Hutan yang Ajarkan Kearifan Lingkungan
Begini Cerita Sekolah Pinggir Hutan yang Ajarkan Kearifan Lingkungan | [CLS] Letaknya berada persis di pinggiran hutan. Topografisnya perbukitan. Sehingga untuk menjangkaunya harus melewati jalan menanjak dan di kanan kirinya ada hutan. Setelah melewati perkampungan kecil Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) sampailah di sekolah pinggiran bernama MTs Pakis.Sekolah itu memang berbeda dengan sekolah-sekolah umum lainnya. Meski secara formal  tetap mengacu pada kurikulum yang ada, tetapi sekolah tidak menerapkan sistem pendidikan layaknya sekolah umum. Guru mereka seluruhnya adalah relawan pendidikan. Sebagian besar pengajar adalah para mahasiswa yang kuliah di beberapa perguruan tinggi di Purwokerto.Pekan lalu, misalnya, sebagian anak-anak MTs berada di dalam kelas. Relawan pendidikan mahasiswa IAIN Purwokerto, Roif (23) terlihat tengah menunjukkan gambar kepada sejumlah siswa. “Kalian tahu tidak, ini adalah sejumlah satwa yang berada di lingkungan kita. Ada berbagai macam burung, capung dan lainnya. Nanti, kalian bisa langsung keluar kelas untuk melakukan pengamatan,” ungkap Roif.baca : Ini yang Dilakukan Warga Pinggiran Hutan Maknai Hari Bumi 2018  Di tangan Roif memang terlihat sejumlah satwa yang telah diidentifikasi keberadaannya di sekitar lokasi sekolah. Gambar-gambar tersebut dicetak untuk memperlihatkan keanekaragaman hayati yang ada di kawasan perbukitan Dusun Pesawahan yang merupakan perbatasan antara Desa Gununglurah dengan Desa Sambirata. Gambar itu dibuat atas kerja sama dengan Biodiversity Society (BS) Banyumas.Kemudian, para siswa keluar dari ruang untuk berjalan-jalan di sekitar lokasi MTs Pakis, tepatnya di sekitar Telaga Kumpe. Kebetulan di sekitar telaga banyak capung atau kupu-kupu. Dengan menggunakan kamera digital sederhana, mereka melakukan pemotretan. Peralatannya juga tidak terlalu banyak, sehingga kadang para siswa bergantian dalam menggunakan kamera.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2018-058-11.json
Begini Cerita Sekolah Pinggir Hutan yang Ajarkan Kearifan Lingkungan
Begini Cerita Sekolah Pinggir Hutan yang Ajarkan Kearifan Lingkungan | Di sekitar Telaga Kumpe tersebut, mereka menemukan sejumlah capung dan kupu-kupu yang cantik. “Kalau ke lapangan seperti ini menyenangkan. Jadi tidak hanya belajar di dalam ruangan kelas. Kami memang juga dididik untuk mengenali lingkungan dan menjaga lingkungan,” ujar Kenti (14) siswi kelas 8 MTs Pakis.baca : Dulu Bau dan Mencemari, Kini Jadi Kebun Konservasi  Menurut Kenti, mempedulikan lingkungan sekaligus bagaimana melestarikannya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari anak-anak di MTs Pakis. Bahkan, katanya, beberapa kali anak-anak sekolah setempat ikut serta melakukan pengamatan diajari soal konservasi dari para pegiat BS Banyumas. “Kami kerap mengikuti pengamatan burung untuk mengenal keanekaragaman hayati. Di sekitar sekolah ini saja sih. Kegiatan itu, juga bisa mendukung pelajaran Biologi,” ungkapnya.Pegiat BS Banyumas Ari Hidayat mengakui kerap para aktivis BS Banyumas datang mendampingi para siswa di MTs Pakis untuk mendidik kepedulian mereka terhadap lingkungan, khususnya gerakan konservasi. “Salah satu contoh yang terkait dengan konservasi, misalnya cerita soal elang hitam. Kebetulan di sekitar sini ada sarang elang hitam. Kami mengatakan kalau elang hitam harus dijaga. Mengapa demikian? Kalau elang hitam habis, maka populasi tikus bakal semakin banyak. Tikus menyerang padi dan merugikan petani. Nah, kalau ada elang, maka populasi tikus dapat dikendalikan karena ada predator yang dijaga kelestariannya. Itu hanya satu soal sederhana,” ungkap Ari.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-058-11.json
Begini Cerita Sekolah Pinggir Hutan yang Ajarkan Kearifan Lingkungan
Begini Cerita Sekolah Pinggir Hutan yang Ajarkan Kearifan Lingkungan | Dijelaskan oleh Ari, dirinya juga mendampingi anak-anak MTs Pakis untuk melakukan pengamatan. “Dari hasil pengamatan yang pernah kami lakukan, misalnya, ada temuan berbagai jenis burung. Misalnya saja sikep madu Asia (Pernis ptilorhynchus), bubut jawa (Centropus nigrorufus), cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), elang hitam (Ictinaetus malayensis), dan uncal buao (Macropygia emiliana). Bahkan, khusus elang hitam, anak-anak MTs sini secara berkala melaporkan mengenai perkembangbiakan elang hitam. Dari kecil sampai besar. Karena dekat dengan lokasi sarang, jadi mereka bisa intens pengamatannya,” ujarnya.baca : Heboh Acara Perburuan Satwa yang Akhirnya Batal, Begini Ceritanya  Menurut Ari, komunikasi masih terus dibangun dengan anak-anak MTs Pakis sehingga diharapkan mereka dapat menjadi kader-kader konservasi yang tangguh di lingkungannya. “Bahkan, mereka juga cerita jika ada pemburu yang datang membawa senapan, mereka berani untuk menegur. Praktik-praktik seperti inilah yang kemudian akan menjadikan gerakan konservasi semakin meluas,” tuturnya.Sementara Kepala MTs Pakis Isrodin menambahkan jika sekolahnya memang tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran mengenai kearifan lokal dan kepedulian terhadap lingkungan. “Kami sengaja mendirikan sekolah di pinggiran seperti ini menyasar pada anak-anak kampung yang berada di sekitar hutan. Sehingga harus ada pelajaran mendasar mengenai interaksi mereka dengan lingkungan serta bagaimana menjaganya. Nah, itu kami wujudkan dalam pelajaran dan praktik sehari-hari. Contohnya adalah mengenal keanekaragaman hayati di sekitar sekolah,” jelas Isrodin.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2018-058-11.json
Begini Cerita Sekolah Pinggir Hutan yang Ajarkan Kearifan Lingkungan
Begini Cerita Sekolah Pinggir Hutan yang Ajarkan Kearifan Lingkungan | Ia mengatakan konsep lainnya yang dikembangkan adalah agroforestri atau sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan baik secara ekonomis maupun lingkungan. “Kegiatan ini kami nyatakan dengan membudidayakan sayur mayur dan peternakan di sekitar areal sekolah. Dengan catatan, kami tidak menebang pepohonan di situ. Kami juga tidak mengembangkan agroforestri di hutan milik Perhutani,” tegasnya.baca : Jejak Kearifan Lingkungan dalam Tradisi Kelenteng  Jadi, lanjut Isrodin, selain mencetak kader-kader konservasi, para peserta didik juga diajak untuk belajar bertani sejak dini. Tentu saja bertani dengan kearifan lingkungan. Tidak menebang pohon dan tak merusak hutan. Dan sesungguhnya para siswa di sini juga tidak asing, karena sejak lahir mereka bermukim tidak jauh dari hutan.“Ada berbagai jenis sayuran yang kami tanam di sekitar sekolah maupun kebun lingkungan sekolah. Ada sayur pakis, cabai, kacang dan jenis sayuran lainnya. Kami sengaja menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri di sini. Tidak seluruh anak pulang ke rumahnya, tetapi ada yang menginap di sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, kami ambil dari lingkungan kami sendiri. Sayuran jelas-jelas sayur organik yang lebih sehat,” tandasnya.  [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2021-009-18.json
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang | [CLS]  Dengan menggunakan perahu katinting kami melintasi sebuah kawasan yang dipenuhi mangrove. Angin yang sejuk menerpa wajah menyisakan rasa tenang, terik matahari siang tak terasa. Katinting melaju cepat menyisakan riak-riak air yang besar, sesekali kami berpapasan dengan katinting nelayan yang datang dari pulau sebelah. Terdengar kicau burung dari berbagai arah.“Itu yang disebut Bangko Tappampang,” tunjuk Haris, nelayan yang membawa kami menuju Dusun Lantampeo, Desa Maccini Baji, Kecamatan Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, akhir Oktober 2021 lalu.Ia menunjuk sebuah kawasan yang dipenuhi mangrove yang kami lintasi. Sekilas terlihat papan informasi di bagian depan kawasan itu. Dari luar, terlihat situs mangrove itu begitu lebat. Belakangan kami ketahui kondisi bagian dalam sudah banyak yang bolong akibat aktivitas penebangan liar.Hutan mangrove Bangko Tappampang merupakan situs mangrove alami yang diyakini telah tumbuh sejak ratusan tahun silam di Kepulauan Tanakeke.Warga menjelaskan, hutan mangrove di kawasan ini berkurang karena penebangan liar untuk keperluan kayu bakar dan bangunan, juga konversi lahan menjadi tambak era 1980-an. Kala tambak tak produktif lagi, ditinggalkan begitu saja. Tahun 2013, kawasan ini seluas 51,55 hektar, namun terus berkurang akibat aktivitas penebangan dari warga.Menurut Rabbasiah Nutta, warga di Desa Tompotana, sejak dulu kawasan ini dikenal sebagai hutan mangrove yang dilindungi, dimana penebangan harus seizin pemerintah lokal yang disebut gallarang, atau setingkat pemerintahan kecamatan saat ini. Dulu, penebangan mangrove di tempat ini hanya bisa pada kondisi-kondisi tertentu. Ada yang disebut pajak jiwa atau sima, yang wajib dibayarkan setiap orang ke gallarang. “Warga miskin yang tidak sanggup membayar sima, diberi alternatif mengambil kayu mangrove di Bangko Tappampang untuk diserahkan ke gallarang sebagai ganti pembayaran sima,” katanya.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-009-18.json
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang | baca : Womangrove, Para Perempuan Penyelamat Mangrove di Tanakeke  Dulu, aturan penebangan hanya boleh di bagian tengah dan menyisakan bagian pinggir. Dengan metode ini, bagian tengah yang sudah ditebangi mudah ditumbuhi tunas baru, karena terjaga mangrove yang mengelilinginya.Dalam perkembangan, eksploitasi mangrove di Bangko Tappampang menjadi tidak terkendali. Warga yang tidak memiliki lahan kemudian mengambil mangrove di Bangko Tappampang ini.Tahun 2012, atas inisiasi dari program Restoring Coastal Livelihood (RCL) Oxfam difasilitasi Mangrove Action Project (MAP) yang kini bernama Blue Forests, 5 desa di sekitar Kepulauan Tanakeke membentuk sebuah Forum Pemerintah Desa yang kemudian menyepakati menjadikan Bangko Tappampang sebagai kawasan konservasi.Ada tiga zona yang disepakati, yaitu zona inti, penyangga, dan rehabilitasi. Lahirlah Peraturan Desa tentang Mangrove pada 2012, yang awalnya efektif menghambat laju deforestasi kawasan mangrove di kepulauan ini.Forum ini melakukan pertemuan tiap tiga bulan di lokasi yang disepakati bersama melalui apa yang mereka sebut Safari Tanakeke. Di pertemuan ini, mereka membicarakan berbagai hal, baik tentang perkembangan penanaman mangrove di desa masing-masing ataupun masalah-masalah lintas desa. Forum ini secara efektif menjadi perekat bagi warga dari berbagai desa.baca juga : Wah! Ratusan Hektar Mangrove di Kepulauan Tanakeke Terancam Hilang  Sayangnya, seiring dengan berakhirnya program RCL Oxfam pada 2015, koordinasi dan peran pemerintah desa dalam menjaga Bangko Tappampang mulai berkurang dan bahkan hilang. Aktivitas penebangan liar mulai marak tanpa bisa dicegah, meskipun aktivitas itu dilakukan secara diam-diam. Beberapa pelaku yang sempat diketahui melakukan penebangan malah balik mengancam warga.
[0.999988853931427, 5.725519713450922e-06, 5.467499249789398e-06]
2021-009-18.json
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang | Awal Nompo, salah seorang tokoh pemuda setempat mengakui kondisi Bangko Tappampang memburuk karena lemahnya peran pemerintah desa dan community organizer (CO) atau warga yang dulunya menjadi penggerak komunitas.“Aturan-aturan yang dulu disepakati tidak lagi efektif. Warga kembali menebang mangrove seperti sebelum-sebelumnya karena tidak adanya perhatian dari pemerintah desa. Secara fisik kita bisa lihat tidak ada perubahan yang berarti setelah program berhenti.” Bisnis Kayu ArangTantangan lainnya adalah ketika mangrove makin bernilai ekonomis untuk dijadikan kayu arang dan dijual ke Makassar. Kalau sebelumnya hanya 4 pelaku industri pembuatan arang, sejak 2020 jumlahnya bertambah menjadi 12 buah. Warga yang awalnya hanya menebang di wilayah pribadi kemudian merambah ke kawasan Bangko Tappampang yang tak bertuan.Menurut Awal, untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar, solusinya adalah intervensi program dengan menitikberatkan pada penguatan pemerintah desa, berupa evaluasi program dan penganggaran terkait evaluasi tersebut. Bukan lagi pada penguatan kelembagaan seperti yang dilakukan melalui program RCL Oxfam.“Program lain yang bisa diberikan terkait menggali potensi pemanfaatan kawasan selain mengambil kayunya, bisa dengan budidaya ataupun wisata, sehingga ada alternatif mata pencaharian.”Hal lainnya, dengan mengundang pemerintah daerah atau provinsi untuk melakukan penanaman mangrove di kawasan Bangko Tappampang.“Kalau Bupati atau Gubernur melakukan penanaman dan disaksikan dan diikuti warga, maka warga yang dulunya melakukan penebangan pasti akan takut menebang,” katanya.baca juga : Setelah 6 Tahun, Bagaimana Kiprah Womangrove di Tanakeke?  Mahar PerkawinanAwal berharap kawasan Bangko Tappampang ini bisa dilestarikan melalui perhatian berbagai pihak, karena fungsi ekologis kawasan itu sangat dirasakan warga dan memiliki nilai sejarah yang penting untuk dipertahankan.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-009-18.json
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang | “Pemerintah desa juga harusnya bisa lebih ketat mengawasi dan sosialisasi, termasuk memasang papan informasi yang bisa membatasi akses warga sekaligus memberikan edukasi pentingnya menjaga kawasan tersebut.”Mangrove sendiri telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Kepulauan Tanakeke dan bahkan menjadi aset pribadi. Bahkan dalam perkawinan, kawasan mangrove kerap dijadikan sebagai mahar dengan menghitung luasan lahan mangrove yang dimiliki.“Tantangan untuk pengelolaan mangrove di Tanakeke karena klaim kepemilikan pribadi. Mereka tak bisa dicegah menebang karena telah menjadi milik pribadi yang biasa digunakan untuk bahan bangunan, bahan bakar ataupun dijual. Yang bisa dilakukan adalah membuat aturan penebangan atau tebang pilih dan menyisakan indukan. Dalam Perdes juga diatur setiap menebang satu pohon harus dibarengi dengan menanam 10 pohon,” jelas Nutta.Warga biasanya melakukan penebangan ketika menghadapi kebutuhan mendesak yang butuh biaya besar, untuk biaya perkawinan atau pendidikan anak, sementara untuk kebutuhan sehari-hari warga masih mengandalkan dari hasil tangkapan ikan atau budidaya rumput laut.“Sistem penjualan biasanya merujuk pada luasan dan besar mangrove yang dimiliki. Butuh waktu beberapa bulan untuk menyiapkan mangrove ini sebelum dijadikan arang melalui pembakaran tungku.”perlu dibaca : Demi Tambak, Kawasan Mangrove di Pinrang Dibabat Habis  Menurut Yusran Nurdin Massa, Enviromental Technical Advisor (TEA) di Blue Forests, besarnya tekanan terhadap mangrove di Tanakeke tak terlepas dari tuntutan pasar arang yang semakin meningkat. Sehingga, ketika pohon mangrove di lahan pribadi habis untuk bisnis, warga kemudian masuk ke kawasan dilindungi.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-009-18.json
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang
Situs Mangrove Bangko Tappampang Takalar Terancam Industri Arang | “Warga kemudian masuk ke Bangko Tappampang yang sebenarnya secara tradisional mereka lindungi, yang sudah dilegitimasi melalui kesepakatan bersama forum pemerintah desa. Karena inisiatifnya dibangun dari community base management dimana hanya masyarakat yang menyusun tanpa kehadiran pemerintah secara kuat maka yang terjadi kemudian adalah mereka melakukan pembiaran untuk penebangan di Bangko Tappampang.”Solusi terbaik mengatasi masalah tersebut, menurutnya, adalah melalui tata kelola yang baik. Industri arang dengan bahan baku kayu mangrove adalah hal yang tak bisa dihentikan begitu saja, sehingga solusi yang tepat adalah dengan menatanya dengan baik.“Itu yang coba kita fasilitasi bagaimana tata kelola arang. Ketika hanya ada 4 dapur arang, tekanan terhadap mangrove belum begitu kuat. Namun akan berbeda ketika jumlah dapur arang terus bertambah yang akan berbanding lurus dengan kebutuhan akan kayu mangrove. Ini yang harus dibicarakan kembali, termasuk bagaimana mencari sumber mata pencaharian alternatif bagi warga,” pungkasnya.  [SEP]
[0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634]
2021-020-05.json
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1]
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1] | [CLS]  Hidup warga Desa Pemuteran, Buleleng, Bali kini terlihat sumringah penuh harapan, ketika kawasan pesisir dan lahan kering Sendang Pasir direboisasi dengan hutan mangrove dan ujicoba pertanian organik di kebun kolektif.Laut dan kebun di daratan adalah berkah bagi warga yang menghidupi ratusan keluarga di desa ini. Namun, konflik agraria puluhan tahun ini jadi beban besar untuk dua generasi.Generasi pertama warga Sendang Pasir disebut sudah bermukim pada 1917-1918. Saat itu dunia menghadapi wabah Flu Spanyol yang membunuh jutaan warga. Pemerintah memberikan Hak Guna Usaha (HGU) pada PT. Margarana, dan berakhir pada 31 Desember 2005. Perusahaan ingin tetap menguasai lahan sehingga digugat Pemprov Bali pada 2009. Berdasar putusan pengadilan, diputuskan perusahaan tak lagi punya akses lahan di Sendang Pasir.Di sisi lain, warga yang berkelompok dalam Serikat Petani Suka Makmur (SPSM) berjuang mendapat akses lahan sampai jadi objek reforma agraria didampingi Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Bali. Kini, mereka dijanjikan mendapat sertifikat redistribusi lahan, dan lebih 600 KK warga Sendang Pasir menunggu saat itu tiba. Wabah atau pandemi kembali menghampiri, dan warga berharap pandemi COVID-19 ini membawa kabar baik untuk masa depan mereka. Memutus rantai panjang konflik agraria yang membelit selama ini.“Semoga sertifikatnya cepat selesai, saya tidak akan jual (lahan itu),” janji Purwati, petani perempuan yang menanam buah naga. Kekhawatiran penjualan lahan produktif inilah yang berusaha dicegah dengan mengoptimalkan hasil lahan saat ini. Purwati sendiri merasa tidak ada kebutuhan menjual kebun karena tidak ada hasilbaca : Sentra Daun Pisang di Pusaran Konflik Agraria [2]  Sembari menunggu penyerahan sertifikat lahan, Yayasan IDEP Selaras Alam hadir untuk memotivasi warga mengoptimalkan lahannya. Termasuk rehabilitasi pesisir dengan penambahan tegakan pohon mangrove.
[0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431]
2021-020-05.json
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1]
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1] | Tak sulit mengakses pantai dan teluk-teluk di kawasan Pemuteran yang kesohor ini. Jalan tanah di sela-sela kebun mengarahkan langsung ke pantai, sekitar 2-3 km dari jalan raya utama. Desa Sendang Pasir berdampingan dengan Pantai Pemuteran yang padat akomodasi pariwisata dan dive operator karena keindahan bawah lautnya.Area pesisir desa adalah Pantai Sendang. Di beberapa titik pantai masih terlihat tegakan mangrove yang tersisa. Jenisnya dengan akar-akar yang menyembul dari permukaan pasir berlumpur. Jika air laut pasang, mangrove ini seperti berada di tengah laut, menciptakan panorama karismatik kekayaan ekosistem pesisirnya.Hutan mangrove di masa lalu inilah yang menghadirkan keanekaragaman ikan hias yang banyak ditangkap nelayan sebagai penghasilan utama. Mangrove adalah daerah pemijahan ikan dan satwa lain seperti kepiting dan udang.Namun, tegakan mangrove berkurang karena dicari kayunya dan dampak aktivitas lain seperti penggunaan potasium untuk menangkap ikan di masa lalu. Ikan hias pun berkurang.Pada peringatan Hari Tani Nasional, 24 September 2021 lalu, puluhan warga, anak sekolah, dan relawan lain menanam bibit mangrove di area ini. Untuk tahap pertama, ada 200 bibit yang ditanam.Jenis yang ditanam adalah bakau tandok atau bakau minyak (Rhizophora apiculata). Jenis yang berbeda mangrove endemik yang tersisa di pesisir Pemuteran, yakni bogem (Sonneratia alba). Bogem memiliki akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang ke luar ke arah udara seperti pasak. Akar ini merupakan akar udara yang berbentuk seperti pensil atau kerucut yang menonjol ke atas, terbentuk dari perluasan akar yang tumbuh secara horisontal. Akar napas ini terdapat pada Avicennia alba, Xylocarpus moluccensis dan Sonneratia alba.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2021-020-05.json
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1]
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1] | Rhizopora tumbuh subur di Taman Hutan Rakyat Mangrove Ngurah Rai di pesisir Teluk Benoa, selatan Bali. Akarnya jauh berbeda, akar tunjang yang mencuat dari atas seperti laba-laba. Inilah yang menjadikannya benteng dari rob dan abrasi, sekaligus mudah tersangkut sampah plastik. Akar tunjang merupakan cabang-cabang akar yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini merupakan akar udara yang tumbuh di atas permukaan tanah, mencuat dari batang pohon dan dahan paling bawah serta memanjang ke luar dan menuju ke permukaan tanah. Akar ini terdapat pada Rhizophora apiculata, R. mucronata dan R. stylosa.baca juga : Transformasi Petani Bunga Wanagiri, demi Mengurangi Perambahan Hutan Lindung  Bibit Rhizophora yang dipilih untuk menambah tegakan mangrove karena kesulitan membibitkan jenis mangrove endemik dan jenis ini dinilai bisa tumbuh di sana. Bibit ini sudah tertanam dan perlu dirawat untuk bisa tumbuh besar.Sedangkan di kebun daratan, IDEP sedang ujicoba kebun kolektif dengan prinsip permakultur. Desain kebun beragam jenis tanaman pangan dalam satu area untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari tanpa input kimia.Para petani saat ini masih menanam cabai, jagung, dan buah naga di sejumlah petak kebun. Inilah sumber penghasilan mereka. Tanaman yang jadi perlawanan petani untuk mendapat akses lahan, menggantikan budidaya karet dan kelapa oleh perusahaan penerima HGU. Menghidupkan Lahan SengketaIDEP dan kelompok petani sepakat merancang sebuah pengembangan food forest atau wanatani untuk menjawab beragam persoalan di lahan kebun kolektif. Mulai persoalan degradasi pesisir, penggunaan pestisida dan urea di lahan komoditas pertanian, dan borosnya penggunaan air tanah.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-020-05.json
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1]
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1] | Lebih dari 200 hektar lahan yang akan diredistribusi nanti, kelompok petani sepakat akan membuat kebun kolektif berkonsep wana tani sekitar 2 hektar untuk mempraktikkan produksi pangan secara organik. Juga menerapkan prinsip hemat air.Sudah beberapa tahun ini IDEP menjalankan program Bali Water Protection (BWP) untuk mitigasi krisis air. Putu Bawa, manajer BWP mengatakan warga akan diajak belajar menyeimbangkan jumlah air yang disedot dari tanah dengan membuat sumur-sumur imbuhan. Sumur imbuhan inilah yang akan menyuntikkan air kembali ke tanah dari air hujan.menarik dibaca : Petani Muda Keren Gobleg Kini Bisa Bertani Lewat Ponsel  Sebagai awalan, sudah ada beberapa sumur imbuhan atau resapan yang dibuat. Di kebun kolektif terlihat ada dua jenis sumur. Pertama, sumur pantau yang airnya bisa disedot untuk penyiraman sekaligus memantau intrusi air laut. Sumur bor ini dalamnya sekitar 40 meter.Kedua, sumur imbuhan yang dalamnya 4 meter dan lebar diameternya 1 meter. Dibangun di area cekungan yang sudah diobservasi sebagai tempat tergenangnya air hujan. “Ambil air 100, harus mengembalikan 100,” ujar Bowo dalam diskusi memperingati Hari Tani di Pemuteran.Puluhan warga hadir di kebun kolektif untuk menyuarakan permohonan sertifikat dalam acara Hari Tani yang dihelat KPA Nasional. Terlebih desa tetangga mereka, Sumber Klampok yang juga puluhan tahun dalam pusaran konflik agraria di Bali sudah menerima sertifikat.Bawa mengatakan, Pemuteran adalah desa agraris yang tidak memiliki aliran air permukaan dan tak dialiri PDAM. Warga mengandalkan air bawah tanah, seperti membuat sumur bor dan sumber air tepi pantai. Karena itu edukasi tentang sumur imbuhan untuk menyeimbangkan penyedotan air tanah dinilai sangat penting.
[0.9999998211860657, 7.110257627118699e-08, 6.867904289720173e-08]
2021-020-05.json
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1]
Konflik Lahan Pemuteran: Resolusi Damai dengan Wana Tani [1] | Perilaku menghemat air juga diperkenalkan dengan penggunaan sprinkle, menggunakan alat penyemprot. Karena kebiasaan petani menyiram dengan cara kocor, menggunakan pipa yang menghamburkan banyak air. Strategi hemat air lainnya adalah mengatur tanaman beragam termasuk tanaman umur panjang seperti buah-buahan dalam konsep wana tani, bagian dari permakultur. Cara lain adalah penurunan atau menghentikan penggunaan input kimia yang rakus air untuk pemupukan atau mematikan gulma.Samsul, salah seorang petani mengakui daerahnya sulit air. Bahkan ia pernah menanam cabai dan gagal panen karena airnya payau. Ia berharap ada solusi jangka panjang. Bawa menambahkan, solusi sederhana lain untuk akses air adalah membuat penampungan air hujan. Skala kecil di rumah dan skala besar di desa dengan embung, bendungan kecil penampung air hujan.baca juga : Memilih Bisnis Ekologis Saat Rehat Pandemi  Roberto Hutabarat, pendamping SPSM dalam mengakses lahan dan pembuatan kebun kolektif ini mengingatkan petani jika nanti sertifikat sudah dibagi, lahan jangan dijual. “Kita harus menunjukkan kesiapan, kalau dapat sertifikat artinya bisa mengupayakan dan mengolah lahan. Jangan dijual untuk beli mobil,” harapnya.Petani Sendang Pasir sudah mulai ujicoba menanam berbagai benih lokal yang sudah hilang. Seperti kacang-kacangan dan sorgum. Di Bali, sorgum ini dikenal dengan istilah jagung Bleleng atau jagung gembal. Namun bahan pangan ini sudah sangat lama hilang dari meja makan atau warung-warung. Sorgum hanya dikenal orang lanjut usia yang dulu pernah menikmati di usia kanaknya.Hasil panen sorgum disajikan dalam bentuk kue, dicampur beras ketan dan diisi unti, kelapa dengan gula merah. Rasanya pulen, sorgum merah ini cocok diisi unti kelapa. Saat ini warga masih berusaha mengolah sorgum karena peralatan masih terbatas. ***  [SEP]
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2023-014-20.json
Baikal, Danau Tertua dan Terdalam di Dunia yang Dihuni Ikan Kanibal
Baikal, Danau Tertua dan Terdalam di Dunia yang Dihuni Ikan Kanibal | [CLS]   Siberia, sebuah wilayah luas di Rusia bagian timur, merupakan rumah bagi danau tertua dunia yang usianya diperkirakan sekitar 25 juta tahun. Danau tersebut dinamakan Danau Baikal, yang terletak di Siberia bagian tenggara, sekitar 4.325 km dari Kota Moskow, Ibu Kota Rusia.Selain dinobatkan sebagai danau tertua, Baikal juga merupakan danau terdalam di dunia, yakni sedalam 1.700 meter. Danau ini merupakan cadangannya air tawar dunia yang tidak beku, sekitar 20 persen, sebagaimana dikutip dari IFL Science.Sepanjang tahun, suhunya berubah drastis. Di musim panas, lapisan permukaan bisa sehangat 16°C, tetapi bisa membeku lebih dari empat bulan dari awal Januari hingga Mei.Rata-rata, esnya berukuran sekitar 0,5 hingga 1,4 meter. Namun, di beberapa area yang terdapat gundukan [bukit es yang menjulang di atas permukaan], ketebalannya bisa mencapai 2 meter.Baca: “Gerbang ke Dunia Lain” di Siberia Ini Memberi Informasi Perubahan Iklim  Danau ini terkenal akan cincin es misterius yang muncul di bulan-bulan musim dingin, yang  terlihat dari luar angkasa. Berkat bantuan para ilmuwan NASA, misteri “kacamata” besar ini terpecahkan tahun 2020.Menggunakan data yang dikumpulkan dari satelit dan sensor yang dijatuhkan ke danau, ditemukan bahwa pusaran hangat jauh di bawah permukaan danau yang membeku menciptakan aliran air hangat searah jarum jam. Bahkan, di bulan-bulan yang lebih dingin.Kekuatan arus terlemah di tengah, di mana permukaan es tetap membeku, tetapi arus yang lebih kuat di bagian luar cincin es dapat mencairkan es, menciptakan formasi menakjubkan yang terlihat dari atas.Meski indah, cincin itu berbahaya bagi pengemudi yang membawa kendaraan mereka melintasi danau beku. Ini dikarenakan, meskipun terlihat dari perspektif satelit, namun cincin itu jauh lebih sulit dikenali di permukaan tanah.Baca: Mengenal 9 Jenis Kucing Terbesar di Planet Bumi  Banyak spesies unik
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2023-014-20.json
Baikal, Danau Tertua dan Terdalam di Dunia yang Dihuni Ikan Kanibal
Baikal, Danau Tertua dan Terdalam di Dunia yang Dihuni Ikan Kanibal | Danau Baikal dikenal juga sebagai “Galapagos-nya” Rusia karena banyak spesies unik. Meski tertutup lapisan es tebal selama lima bulan setiap tahun, ekosistemnya berkembang sangat menakjubkan.Sekitar 3.700 spesies di wilayah Danau Baikal merupakan hewan endemik, yang hampir tidak ditemukan di wilayah lain. Selain itu terdapat 50 jenis ikan, 170 jenis moluska, 700 jenis antropoda, serta 100 jenis cacing pipih dan hewan darat lainnya seperti rusa, beruang, babi hutan, dan sable, dilansir dai Live Science.Baca juga: Misteri Punahnya Badak Berbulu Terkuak, Bukan karena Diburu Manusia  Di sini juga hidup ikan minyak Baikal, juga dikenal golomyanka. Jenis ini merupakan ikan tanpa sisik dengan tubuh tembus pandang yang panjangnya hingga sekitar 21 sentimeter. Ada dua spesies dalam genus Comephorus, yaitu C. baikalensis dan C. dybowski. Ikan endemik ini telah menghuni Danau Baikal kuno selama beberapa juta tahun.Tempat hidupnya yang jauh di kedalaman danau, membuatnya jarang ditangkap nelayan. Hal tersebut membuat populasi ikan air tawar ini melimpah.Menurut para ilmuwan, populasi ikan minyak Baikal sekitar 70% dari seluruh biomassa ikan di Danau Baikal. Ikan yang kaya minyak di seluruh tubuhnya ini mengandung senyawa yang bisa menyembuhkan luka dan juga sebagai obat rematik. Penduduk sekitar, menggunakan minyaknya sebagai penerang rumah.Ikan ini merupakan ikan kanibal, karena memangsa anak-anaknya sendiri sebagai bagian makanannya. Makanan lainnya adalah copepoda, plankton, amphipoda, dan larva. [Berbagai sumber]  [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-016-14.json
Menteri : Negara Rugi Rp11 Triliun Per Tahun Dari Sektor Kelautan
Menteri : Negara Rugi Rp11 Triliun Per Tahun Dari Sektor Kelautan | [CLS] Setelah dilantik oleh Presiden Joko Widodo dan melakukan rapat serta koordinasi dengan jajarannya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyadari potensi kelautan Indonesia yang sangat besar.Akan tetapi potensi tersebut belum optimal, karena banyak hal yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki. “Banyak hal yang belum pada tempatnya, belum maksimal penggunaannya. Banyak yang salah dalam penggunaannya. Ini perlu ditata, perlu energi, sinergi dari semua kementerian di Indonesia  dan juga semua pelaku bisnis dan nelayan,” kata Susi dalam jumpa pers di kantor KKP di Jakarta, pada Jumat pagi (21/10/2014).Dia bakal melakukan evaluasi dan penataan terhadap peraturan agar program kerja dan pelaksanaannya bisa dilakukan optimal dan efisien, serta memberikan pendapatan bagi negara yang besar.Hasil dari koordinasi dengan jajarannya, Susi merasa kaget mengetahui konsumsi bahan bakar minyak (BBM) oleh industri kelautan sekitar 2,1 juta kilo liter setahun yang setara subsidi negara Rp11,5 triliun, tetapi penerimaan engara bukan pajak (PNBP) hnaya Rp300 miliar per tahun.“Dilihat jumlah dari total kapal 5329 kapal dengan alokasi BBM 2,1 juta kiloliter per tahun.  (Dengan konsumsi BBM 2,1 juta kiloliter per tahun berarti) pemerintah subsidi industri penangkapkan ikan ini sebesar Rp11,5 triliun dan PNBP (penerimaan negara bukan pajak) yang didapat hanya Rp300 miliar. Jelas negara kita dirugikan hampir Rp11 triiliun.  Ini satu hal yang tidak boleh terjadi. Kita ingin hasil yang setara dengan cost (subsidi) yang dikeluarkan negara. Secara commercial sense, it doesnt make sense,” tegas Susi.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2014-016-14.json
Menteri : Negara Rugi Rp11 Triliun Per Tahun Dari Sektor Kelautan
Menteri : Negara Rugi Rp11 Triliun Per Tahun Dari Sektor Kelautan | Oleh karena itu, dia membuat gebrakan dengan membuka semua data yang ada di KKP secara online melalui website kementerian agar bisa diakses oleh seluruh pihak termasuk masyarakat, sehingga semua pihak bisa ikut mengawasi kerja KKP. “Saya minta seluruh data KKP accessible oleh semua stakeholder. Dari pemda, media massa, pelaku perikanan dan semuanya,” katanya.Pada kesempatan yang sama, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan Syarif Wijaya menjelaskan pihaknya siap membuka semua data yang dimiliki KKP, terutama terkait penangkapan ikan, potensi stok ikan sampai dengan jumlah kapal yang beroperasi dan izinnya.Syarif menjelaskan wilayah laut Indonesia dibagi 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP). “Indonesia memiliki potensi stok ikan. Wilayah laut terbagi menjadi 11 WPP dari Natuna sampai Merauke. Masing-masing WPP mempunyai potensi stok ikan. Dari situ, KKP mengeluarkan izin kapal berdasarkan potensi stok perikanan yang ada,” katanya.Kementerian mengeluarkan dua izin kapal tangkap ikan yaitu izin untuk kapal dengan bobot kurang dari 30 gross tonnage (GT) dan izin kapal dengan bobot lebih dari 30 GT.“Izin kapal dibawah 30 GT, ada 630.000 kapal dari seluruh kapal,  baik yang memiliki mesin dan tidak ada mesin. Per kapal rata-rata berlayar 12 mil dari pesisir,” jelas Syarif. Sedangkan izin kapal tangkap ikan diatas 30 GT, dikeluarkan oleh KKP, berjumlah 5329 kapal.  Sehingga subsidi BBM oleh negara sebesar Rp11,5 triliun digunakan oleh seluruh kapal yang berjumlah 635.329 kapal.Masyarakat dapat mengakses data jumlah kapal, izin kapal yang dikeluarkan KKP sampai dengan posisi kapal dan rekaman jelajah kapal melalui laman Ditjen Perikanan Tangkap KKP.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2014-016-14.json
Menteri : Negara Rugi Rp11 Triliun Per Tahun Dari Sektor Kelautan
Menteri : Negara Rugi Rp11 Triliun Per Tahun Dari Sektor Kelautan | Berdasarkan pengawasan terhadap kapal penangkap ikan, KKP telah mencabut izin sebanyak 119 kapal di wilayah Indonesia barat dan 100 kapal di Indonesia bagian timur. “Kalau dari sisi ilegal fishing, KKP total menangkap 115 kapal untuk 2014.  Kira-kira 100 kapal ditangkap per tahun,” katanya.Syarif menjelaskan untuk kapal diatas 30 GT, seluruhnya dilengkapi dengan Vessel Monitoring System (VMS) yang memungkinkan KKP memantau pergerakan dan rute kapal. “Dengan VMS kita memonitoring posisi kapal saat ini, rute kapal dan wilayah operasi. Kala (posisi dan rute kapal) tidak sesuai izin, kita bisa track dan intercept. Kalau terbukti kapal itu tidak sesuai izin, maka itu ilegal fishing,” jelas Syarif.Menteri KKP mengatakan akan memperbaiki sistem VMS kapal agar tidak bisa dinonaktifkan dan bakal menggunakan sistem satelit yang tidak ada area blankspot, sehingga kapal bisa diawasi secara terus menerus.Susi menjelaskan karena pengawasan terhadap kapal yang kurang, baik dari sisi pelaporan produksi penangkapan ikan, rute dan operasional kapal. Hal tersebut membuat PNBP dari sektor kelautan menjadi minim.Pengawasan dari KKP minim, dikarenakan sarana berupa kapal patroli dan anggaran untuk operasional kapal tersebut minim. “Kalau kita meningkatkan PNBP, maka kita juga bisa meningkatkan pengawasan,” katanya.Oleh karena itu, Susi menargetkan peningkatana PNBP dari KKP minimal sama dengan subsidi BBM untuk industri kelautan yaitu Rp11,5 triliun. “Negara subsidi industri kelautan, maka target saya sesuai subsidi itu. Impian saya, KKP bisa menyumbang APBN sebesar Rp7 triliun dan subsidi seluruhnya ada Rp19 triliun. Saya harap KKP lebih dari itu,” katanya.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2014-016-14.json
Menteri : Negara Rugi Rp11 Triliun Per Tahun Dari Sektor Kelautan
Menteri : Negara Rugi Rp11 Triliun Per Tahun Dari Sektor Kelautan | Mengenai pencurian ikan, Susi secra tegas akan mengusir kapal berbendera asing yang tidak mempunyai izin melakukan penangkapan ikan di wilayah Indonesia. “Kalau mereka (kapal asing)tidak mau ikut aturan, ya keluar, dan tidak boleh melakukan penangkapan ikan di Indonesia,” katanya. [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2019-043-13.json
Perdagangan Satwa Liar Dilindungi Digagalkan, Polisi: Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Buron
Perdagangan Satwa Liar Dilindungi Digagalkan, Polisi: Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Buron | [CLS]   Tipidter Bareskrim Polri bersama Direktorat Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan [KLHK], dibantu beberapa pihak melakukan operasi tangkap tangan tindak pidana jual beli satwa liar dilindungi, di Jawa Tengah. Tiga orang ditangkap di Kudus, Pati, dan Jepara. Semua ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka, di antaranya berinisial MUA alias G, KG, dan AM.“Jumat [14/6/2019], Tipidter Bareskrim Polri mendapatkan informasi jual beli seekor beruang madu di terminal bus Rembang. Tim bergerak ke lokasi pukul 17.30 WIB. Di sana terlihat seseorang menunggu bus dan membawa satwa dillindungi itu,” kata Kasubdit I Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri Kombes Adi Karya Tobing, dalam konferensi pers di aula Tipidter Bareskrim Polri Jakarta, Rabu [03/7/2019].“Saat penyergapan, pukul 18.30 WIB, tersangka S melarikan diri. Tim mengamankan barang bukti dan sebuah handphone milik S yang jatuh,” katanya.Adi mengatakan, dari telpon genggam diketahui S membeli beruang madu hidup dari tersangka MUA alias G, tanpa dokumen. Jual beli dilakukan melalui online dan rekening bersama. Pada 20 Juni 2019 pukul 01.00 WIB, tim menangkap MUA di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.“Di lokasi, diamankan satu unit handphone Oppo gold, sebuah buku tabungan Mandiri beserta kartu ATM, satu unit motor Vario merah beserta STNK, 15 ekor burung tiong emas atau beo beserta kandangnya dan uang tunai Rp6 juta pecahan seratus ribuan.”Baca: Kementerian Lingkungan Perkuat Pengawasan Perdagangan Satwa Liar Lewat Sosial Media  Hari yang sama, pukul 03.00 WIB, tim bergerak ke kediaman KG di Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, yang ditengarai sebagai pemilik dan penjual satwa dilindungi. “Dari sini, disita 5 ekor kanguru tanah atau pelandu Aru [Thylogale brunii], 3 dewasa dan 2 anakan. Serta satu unit handphone HTC silver.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2019-043-13.json
Perdagangan Satwa Liar Dilindungi Digagalkan, Polisi: Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Buron
Perdagangan Satwa Liar Dilindungi Digagalkan, Polisi: Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Buron | Pada 21 Juni 2019, sekitar pukul 19.00 WIB, tim menangkap tersangka AM. Ia kedapatan membawa satwa dilindungi dan diamankan di SPBUI Bumi Rejo, Kabupaten Pati. Barang bukti yang diamankan, dua ekor kakatua jambul kuning, dua ekor nuri kepala hitam, 1 ekor nuri kelam, uang hasil penjualan Rp500 ribu, satu handphone Xiaomi gold, dan 3 karung putih beserta sebuah kardus.Semua barang bukti dititipkan di Pusat Penyelamatan Satwa [PPS] Cikananga di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sementara tersangka S, masuk daftar pencarian orang [DPO].“Pidana yang dikenakan kepada para tersangka pasal 21 ayat 2 huruf a Jo pasal 40 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan ancaman paling lama lima tahun dan denda paling banyak 100 juta,” ujarnya.Baca: Perdagangan Satwa Liar Dilindungi Menggila, Polisi: 41 Ekor Komodo Sudah Dijual ke Luar Negeri  Adi mengatakan, penggunaan rekening bersama merupakan modus baru. Biasanya, antara si penjual dan pembeli bertransaksi langsung. Pertama, melibatkan tiga pihak, penjual, pembeli, dan penyedia jasa rekening bersama. Dana yang disepakati akan dikirim penyedia rekening ke penjual setelah barang diterima pembeli.Kedua, melibatkan empat pihak, penjual, broker, pembeli, dan penyedia rekening bersama. Terhadap penyedia rekening bersama, Bareskrim Polri sudah mempidana yang bersangkutan,   dianggap ikut membantu kejahatan.“Tahun 2019, Direktur Tipidter mengambil kebijakan, penindakan kejahatan TSL sebagai prioritas,” ujarnya.Adi menegaskan, para pelaku merupakan satu jaringan. Mereka mendatangkan satwa liar dilindungi menggunakan kapal nelayan melalui Pelabuhan Juwana, Kabupaten Pati, yang merupakan pelabuhan kecil. “Satwa-satwa tersebut akan diperjualbelikan kembali ke penadah lain.”Baca juga: Jual Kulit Harimau, Anggota Jaringan Perdagangan Satwa Liar Ini Ditangkap Aparat  Atensi besar
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2019-043-13.json
Perdagangan Satwa Liar Dilindungi Digagalkan, Polisi: Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Buron
Perdagangan Satwa Liar Dilindungi Digagalkan, Polisi: Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Buron | Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri Brigjen Fadil Imran mengatakan, jual beli satwa liar dilindungi mendapatkan atensi besar dari Pemerintah dan juga dunia internasional. Pihaknya bersama Gakkum KLHK terus memantau jaringan penjualan satwa liar mulai dari Aceh hingga Papua.“Pengungkapan ini merupakan proses panjang. Jaringan ini memiliki koneksi cukup luas dan beberapa kali bertransaksi dengan jaringan yang sebelumnya sudah ditangkap,” katanya.Menurut Fadil, keanakaramagaman hayati sangat dilindungi dunia. Ini menjadi isu tak kalah menarik dibandingkan narkotika atau perdagangan manusia. “Jika ada gajah atau burung kakatua ditemukan di negara lain akan jadi pertanyaan, mengapa satwa-satwa tersebut diperdagangkan? Kita sudah jadi anggota perlidnungan satwa interansional, bekerja sama dengan semua negara yang ada di bawah PBB,” paparnya.Baca juga: Bukan Hanya Konflik, Perdagangan Satwa Liar Dilindungi Harus Ditangani  Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Ditjen Penegakan Hukum KLHK Sustyo Iriyono, mengapresiasi terungkapnya kasus tersebut. Menurut dia, kerja sama KLHK dengan Bareskrim Polri dan berbagai pihak sudah berjalan baik. Pihaknya berkomitmen meneruskan sekaligus memperkuat kerja sama yang sudah terjalin.“Ini operasi bersama, memberantas tindakan kejahatan tumbuhan dan satwa liar yang merugikan ekosistem alam,” paparnya.Pihaknya mengusulkan untuk melakukan valuasi beberapa satwa prioritas sehingga diketahui berapa nilai kerugian yang ditumbulkan akibat perdagangan ilegal.“Butuh dukungan serta perhatian Polri dan semua pihak. Tantangan semakin besar, modusnya beragam. Banyak hal yang harus kita kembangkan, tak hanya penegakan hukum tetapi juga memperbaiki tata kelola satwa,” pungkasnya.   [SEP]
[0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634]
2015-010-11.json
Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan
Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan | [CLS] Reptil endemik Kalimantan itu, tiba-tiba muncul ke permukaan. Di balik batu perhuluan Sungai Kapuas, Lanthanotus borneensis ini, menampakkan diri setelah sekian lama hilang dari radar pengetahuan.Cerita berawal ketika warga di sebuah perkampungan kecil di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, sedang bergotong royong membangun bendungan untuk kebutuhan air bersih desa, 22 September 2014. Di tengah kesibukan kerja, tiba-tiba Faulunsius Atet berteriak lantang: “Biawak… ada biawak…”Spontan, warga lainnya berlarian ke arah suara itu. Di sana, Atet sedang mengamati makhluk aneh di balik bebatuan sungai. Sesuai pengamatannya, kulit satwa itu bergerigi dari kepala hingga ekor. Menyerupai buaya dengan warna kecokelatan. Panjang tubuhnya diperkirakan mencapai 50 sentimeter.Melihat adegan itu, aparat desa setempat, Jeaksen Thungku, tak ingin melepaskan momentum langka tersebut. Di tengah kerumunan warga, sebuah kamera saku miliknya dia manfaatkan. Satwa itu pun direkam sebelum dihalau ke tempat yang lebih aman dari aktivitas manusia.Adalah Sodik Asmoro (35), warga Kapuas Hulu yang menceritakan kembali kisah itu. “Terus terang, saya sendiri belum pernah melihat satwa macam ini. Bentuknya memang seperti biawak. Tapi kulitnya bergerigi seperti kulit buaya,” katanya saat berkunjung ke Pontianak, Selasa (17/11/15).Menurutnya, warga sudah mulai khawatir akan terjadi sesuatu di kampung. Biasanya kejadian aneh seperti itu selalu dikaitkan dengan hal berbau mistik. Ini sangat beralasan. Sebab, warga memang tak pernah berjumpa dengan makhluk yang menyerupai biawak.Bahkan, dalam rentang waktu bersamaan mereka dapat melihat satwa itu sebanyak dua ekor dalam satu hamparan yang sama di sekitar sungai. “Ya, yang terlihat saat itu ada dua ekor. Setelah difoto, kami coba halau ke tempat yang lebih aman. Tapi satwa ini kurang respon,” katanya.
[0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492]
2015-010-11.json
Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan
Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan | Sodik menegaskan bahwa satwa itu enggan melarikan diri meski sudah diusir warga. “Jika dilihat dari bentuk badannya, semua mirip biawak. Kecuali kepalanya yang lebih menyerupai kadal. Tapi satwa itu terkesan jinak. Berbeda dengan biawak yang biasa kita lihat. Kalau itu sangat agresif. Terlebih ketika melihat manusia,” tuturnya.Tak hanya itu, Sodik juga menjelaskan bagian-bagian tubuh satwa tersebut. Hidungnya yang tumpul, dan daun telinga yang tak terlihat sama sekali. Ekornya panjang dan berkaki empat dengan lima jari di setiap kakinya.Secara umum, kata Sodik, satwa ini lebih menyerupai biawak. “Makanya, kami kira itu memang biawak. Satwa ini kami temukan sekitar pukul 14.00 WIB. Saat itu, dia berada di antara bebatuan yang terendam air sungai sedalam 20 sentimeter,” ucapnya.Berdasarkan sejumlah literatur, satwa yang ditemukan warga di Kapuas Hulu ini tak lain adalah Lanthanotus borneensis. Kadal endemik Kalimantan ini lebih dikenal dengan sebutan biawak tak bertelinga.Seperti ditulis Mongabay Indonesia sebelumnya, perilaku satwa ini terbilang unik. Ia hanya aktif malam hari (nokturnal). Termasuk dalam hewan semiaquatik, kadang-kadang hidup di air dan sesekali di darat.Lanthanotus borneensis pertama kali ditemukan pada 1878 oleh Franz Steindachner, ahli zoologi asal Austria. Tak banyak data pendukung yang bisa dijadikan sebagai literatur.Penelusuran Mongabay Indonesia melalui WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat, literatur reptil ini ditemukan di Sarawak Museum Journal yang ditulis oleh Robert G. Sprackland, Jr pada 1970.Borneo Earless Monitor ini tergabung dalam Genus Lanthanotus. Dia masuk dalam famili Lanthanotidae  dan superfamili Varanoidea. Para peneliti menjulukinya fosil hidup lantaran ia masih eksis alias hidup saat satwa lain seumurannya sudah punah.Dilindungi
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2015-010-11.json
Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan
Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan | Terpisah, Amir Hamidy, peneliti bidang Herpetologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), membenarkan bahwa satwa yang ditemukan Faulunsius Atet tersebut biawak tak bertelinga. Menurutnya, ciri satwa yang ada di foto tersebut sama dengan tanda-tanda umum yang dimiliki Lanthanotus borneensis. Misal, tidak ada telinga pada bagian luar tubuhnya, serta kulit tubuhnya yang berwarna cokelat dipenuhi gerigi seperti biawak. “Benar, ini Lanthanotus borneensis,” jelas Amir, Minggu (22/11/15).Mengutip dari Reptile Database, satwa ini persebarannya memang hanya ada di Kalimantan Barat, dan Sarawak. Aktif di malam hari, tempat hidupnya kadang  di darat dan tak jarang main ke air. “Penelitian lebih lanjut, terutama sistem pernafasannya, memang harus dilakukan mengingat informasinya yang minim.”Amir mengingatkan upaya perlindungan satwa endemik Kalimantan ini harus dilakukan sebagaimana kasus penyelundupan yang terjadi 11 Oktober 2015. Adalah Holger Pelz, warga Jerman, yang ditangkap petugas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, karena coba menyelundupkan biawak tanpa telinga ini. Pelz lolos dari pemeriksaan di Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat, namun tersangka berhasil dibekuk di Pintu 3, Terminal II keberangkatan ke luar negeri saat pemeriksaan x-ray.Fakta menunjukkan, satwa langka ini diburu karena harga di pasar internasional yang tinggi. Dua tahun lalu, sepasangnya dijual sekitar 14 ribu Dollar AS. Saat ini, seekornya dibandrol sekitar 5 ribu Dollar AS. Kenapa harganya selangit? Karena, sejak terakhir dideskripsikan 1878, tak lebih dari 6 spesimen yang ada. Namun, pada 2008, ditemukan kembali di Indonesia. “Sejak itu, penyelundupan di pasar gelap marak. Bahkan, di Jerman ditemukan 23 pasang yang diyakini dari Indonesia.”
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2015-010-11.json
Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan
Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan | Mengapa penyelundupan terjadi? Menurut Amir, meski reptil ini dilindungi PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa atas nama Varanus borneensis atau Biawak Kalimantan, namun nama ilmiah yang digunakan saat ini adalah Lanthanotus borneensis. Nah, para pelaku bisnis haram ini coba berkelit dengan menggunakan nama ilmiah tersebut. Padahal, nama V. Borneensis jelas-jelas adalah Lanthanotus borneensis. “Ini yang belum diketahui betul oleh para penegak hukum Indonesia. Jadi, apapun nama ilmiahnya, yang selalu berubah setiap saat, dalam PP No 7/1999 jelas dituliskan, Biawak Kalimantan merupakan jenis yang dilindungi. Nama bisa berubah, spesies tidak.”Hukuman berat harus diberikan kepada para pemburu satwa liar dilindungi di Indonesia. Baik lokal maupun warga asing yang tertangkap. Ingat, jaringan mereka internasional. Ini harus jadi prioritas nasional. “Pastikan, keragaman hayati itu tidak ternilai harganya. Terlalu naif untuk dikonversi dalam Rupiah atau Dollar Amerika. Punahnya jenis satwa tertentu adalah kerugian luar biasa bagi ekosistem kita, Indonesia,” tandas Amir. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | [CLS]   Juni tahun ini, pilkada serentak 2018 akan berlangsung di 171 kabupaten dan kota dan provinsi di Indonesia. Idealnya, jutaan warga di negara demokrasi terbesar ketiga ini akan diberikan hak memilih pemimpin yang kelak menentukan dan membawa arah nasib mereka ke depan.Kenyataannya, sebagian besar dari mereka dihadapkan pada para pasangan calon yang tengah menggadaikan sesuatu untuk kepentingan korporasi secara sembunyi-sembunyi. Banyak warga tak sadar, bahwa, mereka sebetulnya sedang memilih kandidat yang didukung perusahaan pelanggar hak asasi manusia (HAM) dan melakukan kerusakan hebat lingkungan.Keterlibatan yang sepatutnya tak dilakukan korporasi terhadap pendanaan kampanye itu merupakan persoalan global. Dari negara-negara rapuh di Afrika Barat,  sampai negara demokrasi mapan seperti Amerika Serikat, proses pengambilan kebijakan oleh pemerintah kerapkali dibelokkan oleh hubungan antara politisi dan korporasi. Dalam dua dekade proses demokrasi di Indonesia, fenomena ini mengakar, sistemik, dan mendasari berbagai tantangan paling serius yang sedang dihadapi.Menemukenali bagaimana kepentingan politik dan korporasi bisa bersatu, adalah kunci memahami mengapa begitu sedikit kemajuan dicapai dalam penyelesaian dua masalah paling mengerikan di Indonesia, yakni penghancuran lingkungan dan kian marak kemunculan (proliferasi) konflik lahan dan sumber daya alam.Kedua krisis yang tak dapat terpisahkan itu tampaknya kian meluas karena tekanan korporasi terhadap politisi di daerah dan hubungan saling menguntungkan di antara mereka. Itu dimulai saat Indonesia memasuki tahun-tahun politik, terutama pilkada. Kebangkitan dan skala politik uangTransisi Indonesia menuju demokrasi mulai tahun 1998 dengan tumbangnya rezim diktator militer. Ketika itu, Presiden Soeharto menerapkan kontrol sangat ketat dan sentralistik, termasuk dalam urusan politik dan penguasaan sumber daya alam di Indonesia.
[1.0, 7.340871799321746e-10, 7.751746466944098e-10]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Setelah era Orde Baru,  tumbang dan hegemoni pemerintah pusat ikut menyusut, giliran elit politik lokal bersama investor berlomba-lomba merebut kendali atas sumber daya yang bernilai miliaran dolar. Di masa lalu, para gubernur dan bupati/walikota yang muncul untuk memimpin di masing-masing daerah (kabupaten/kota maupun provinsi) di seluruh nusantara, awalnya dipilih Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Pemilihan gubernur di Kalimantan Tengah (Kalteng) pada Januari 2000, menampilkan potret nyata dari politik uang yang terjadi di dalam persaingan sengit antara para calon kepala daerah. Kalteng sendiri adalah provinsi kaya potensi sumber alam dan hutan di Pulau Kalimantan yang menjadi paru-paru dunia. Saat itu, lawan dari kandidat yang menang, membocorkan daftar 31 nama anggota dewan yang menerima cek perjalanan masing-masing Rp100 juta untuk memenangkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur tertentu.Pada malam sebelum pemilihan, ada uang Rp50 juta dibagikan ke setiap anggota DPRD, bahkan masih ada lagi uang ngucur di hari pemilihan kepada mereka yang masih ragu dan hendak menggoyahkan pilihan.Menurut laporan dari sebuah konsorsium lembaga swadaya masyarakat setempat, dikutip dari sebuah makalah akademis, pemodal yang mendanai kampanye itu ialah Abdul Rasyid. Setelah itu, pengusaha ini dengan leluasa mengambil kayu dari taman nasional di Kalteng.  Tahun 2005, perubahan besar terjadi dan mengubah wajah demokrasi di Indonesia dengan ada pilkada langsung. Rakyat mempunyai hak memilih sendiri kepala daerah masing-masing. Harapan bahwa kandidat tidak akan sanggup membeli suara dari konstituen seperti yang pernah mereka lakukan terhadap anggota parlemen, tampaknya keliru.
[0.9999937415122986, 2.917031679317006e-06, 3.314325113024097e-06]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Justru, terjadi perpindahan kekuasaan secara dramatis terhadap kontrol atas tanah, tambang, maupun sumber alam lain dari para pemegang kebijakan di Jakarta kepada “raja-raja kecil” di daerah. Hal itu malah menyebabkan, nilai “upeti” yang diberikan makin membengkak. Dana-dana kampanye pun dilihat layaknya investasi yang berpotensi memberikan keuntungan bagi para pengusaha dan korporasi.Kini, setelah 13 tahun berjalan, para pakar politik dan pengamat mendokumentasikan sejauh mana proses pemilu berlangsung, termasuk peran kunci dari permainan uang yang menyertai.Sebuah buku berjudul Electoral Dynamics (2016), memperlihatkan proses pemilu legislatif tahun 2014. Pada buku itu diungkapkan, “Anggapan umum yang berkembang di media adalah bahwa para kandidat perlu memberikan uang tunai kepada pemilihnya, membagi-bagikan barang atau hadiah, dan menyuap… para pejabat di berbagai tingkatan di mana hal itu sebelumnya tidak pernah terjadi dalam sejarah politik elektoral di Indonesia.”Sementara itu, dikutip dari buku lain berjudul Democracy for Sale yang akan diluncurkan tahun ini, mengutarakan, “Pertukaran berbagai dukungan maupun keuntungan material di seluruh tahapan siklus politik elektoral telah melekat kuat, hingga amat tepat mengatakan,  bahwa demokrasi di Indonesia memang sedang dijual.”Proses itu melibatkan banyak tindakan mahal dan melanggar hukum. Untuk mendapatkan surat suara, para kandidat harus memperoleh dukungan partai politik (parpol) mewakili sedikitnya seperlima kursi di DPRD. Ada saja oknum dari parpol yang mengenakan biaya terlampau tinggi. Secara halus, mereka menyebutnya dengan “mahar politik.”
[0.9999998211860657, 5.5008300137160404e-08, 5.497557609146497e-08]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Ward Berenschot, salah satu penulis buku Democracy for Sale, memprediksi, harga di daerah kaya sumber daya alam dapat mencapai nominal Rp1 miliar (sekitar US$72.000) untuk setiap kursi di parlemen. Pada Januari lalu, seorang calon gubernur mengakui kalau diminta membayar mahar politik Rp40 miliar (sekitar US$2,9 juta) untuk mendapatkan dukungan sebuah parpol.Mereka yang ingin menghindari praktik mahar politik, dapat maju sebagai calon independen. Untuk bisa merealisasikan, kandidat independen harus sanggup mengumpulkan tanda tangan 6,5 sampai 10% dari jumlah pemilih terdaftar di daerah pemilihan. Pekerjaan itu tentu sangat menantang mengingat luasan dan jumlah populasi berbeda-beda di Indonesia.Kenyataannya, hanya segelintir calon independen yang mampu memenuhi syarat itu. Pada provinsi yang relatif besar, misal, target tanda tangan dan salinan KTP yang harus dikumpulkan bisa mencapai 800.000 orang.Abdon Nababan, aktivis senior dalam gerakan masyarakat adat, berjuang untuk maju sebagai calon independen di daerah asalnya, Sumatera Utara. Dia gagal mengumpulkan tanda tangan sesuai target dalam waktu sangat terbatas.“Jika saya maju melalui parpol, akan ada banyak uang yang dibutuhkan,” kata Abdon. “Karena hampir semua parpol di Indonesia itu tidak benar-benar berlandaskan pada ideologi, melainkan transaksi-transaksi politik.”Sebuah survei terhadap para calon kandidat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mengidentifikasi, mahar politik merupakan komponen paling mahal dari sebuah kampanye politik. Pada proses awal, sejumlah calon berusaha mendapatkan dukungan dari berbagai pihak untuk memenangkan persaingan dengan nama-nama calon yang bakal muncul.Tahapan selanjutnya,  bisa jadi sama mahal karena mereka akan membagi-bagikan uang dan hadiah kepada para pemilih. Meski jumlah per kepala mungkin relatif kecil, tetapi biaya kumulatif dari praktik ilegal itu sangatlah mahal.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | “Ternyata masyarakat melihat politik itu siapa yang suka kasih uang, kasih materi — itu lebih dominan,” kata Alfridel Jinu, mantan wartawan yang pernah maju dalam pilkada di Kabupaten Gunung Mas, Kalteng, tahun 2013. Dari tempatnya, dia mengutarakan dengan lantang, “Jadi siapa yang bisa memberi suplai konsumtif itu maka akan menjadi pilihan.”Kandidat yang menang dalam pertarungan itu adalah Hambit Bintih yang kemudian dipenjara karena korupsi. Dia diduga telah “membeli” suara Rp300.000 per kepala (setara US$26). Di kabupaten dengan jumlah sekitar 60.000 pemilih, total biaya yang dikeluarkan lebih US$1,5 juta.Di Sumatera Utara, provinsi di mana Abdon Nababan gagal mengumpulkan target suara sebagai calon independen.Jadi, perkiraan biaya pemenangan kepala daerah dalam pilkada, bisa dibilang mencapai puluhan miliar rupiah atau setara jutaan dolar. Menurut kajian KPK tahun 2016, prediksi biaya itu antara Rp20-Rp30 miliar.Mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas pernah mengungkapkan,  pada majalah Tempo bahwa pemilihan kepala daerah di Jawa Tengah memerlukan biaya hingga Rp52 miliar.Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo memperkirakan,  biaya pemenangan pilkada menelan angka hingga Rp75 miliar.Tak ada batasan untuk belanja kampanye, kecuali hal itu berlaku lokal tetapi ada batas untuk donasi kampanye, yaitu Rp1 miliar per individu dan Rp4 miliar per lembaga atau perusahaan. Meski begitu, pada kenyataan, kontribusi bisa jauh melampaui ketentuan.Berbagai kelemahan dan banyak celah luput dalam pemantauan, menyebabkan muncul situasi yang diibaratkan oleh Marcus Mietzner dengan “even the most blatant violations are not investigated.” (Bahkan, pelanggaran paling mencolok sekali pun tidak diselidiki.)
[0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Satu parpol, ungkap profesor dari Australian National University (ANU) itu, bisa membelanjakan uang hingga Rp100 miliar untuk iklan televisi saja pada pemilihan legislatif 2009. Parpol menggandakan sendiri seluruh anggaran yang dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu). Sedangkan sumber uang, tampaknya tetap tersembunyi dan dirahasiakan secara aman.Tidak jarang, para calon mempertaruhkan tabungan mereka sendiri sebagai modal kampanye atau ada pula yang sampai berutang. Kalaupun ada, sangat sedikit dari mereka yang cukup kaya untuk memodali sendiri keseluruhan biaya kampanye politik.“Mustahil bagi mereka menutupi biaya dari kantong sendiri,” kata Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi. “Itu pasti dari donor korporat.” Dana kampanye dan persekongkolanKPK mewawancarai 450 dari hampir 800 pasangan calon yang ikut dalam pilkada 2015. Dua pertiganya melaporkan, para pemodal yang membiayai kampanye politik mereka, meminta balasan sebagai imbal jasa. Hal itu dapat berupa kontrak-kontrak dengan pemerintah, pekerjaan, kebijakan, dan izin bisnis.Sejalan diutarakan Mietzner. “Kandidat yang berhasil menduduki jabatan… menganggap ‘pos baru’ mereka itu sebagai utang yang penting atau suatu kewajiban untuk melayani kepentingan sponsor mereka.”Ketika kepentingan para calon terkonsentrasi pada jumlah pemilih atau area tertentu (konstituen), wakil perusahaan atau bisnis keluarga sudah siap menaruh orang di sana. Saat dua kepentingan berbeda (politik dan bisnis), bertemu pada suatu titik, sesungguhnya ia bisa jadi momentum korporasi mendapatkan dan memainkan kekuasaannya. Perusahaan bisa efektif mengambil jabatan politik itu sendiri.  Gubernur Kalteng yang menjabat sekarang, Sugianto Sabran, adalah keponakan Abdul Rasyid. Kini, Rasyid dikenal sebagai miliarder dengan sumber kekayaan dari perkebunan sawit.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Contoh lain, ada Gubernur Lampung, Muhammad Ridho Ficardo. Dia tak lain putra direktur di Sugar Group Companies, sebuah perusahaan induk dari perkebunan dan pabrik gula.“Kedekatan dengan perusahaan, saya bukan dekat, itu keluarga saya,” kata Ridho menanggapi pertanyaan tentang sangkut paut dirinya dengan perusahaan itu. “Tidak ada yang minta dilahirkan jadi anak raja.”Setelah Ridho menang pilkada pada 2014, bisa jadi angin segar bagi kelanjutan izin-izin perusahaan perkebunan itu,  di mana karung-karung gula berukuran besar berhias foto dirinya dibagi-bagikan kepada pemilih disertai uang tunai. Pengamat setempat memperkirakan bahwa proses pilkada telah menelan biaya hingga Rp500 miliar.Begitu menjabat, ada banyak cara bagi pemenang yang duduk di tampuk kepemimpinan mengatur pembayaran “balas jasa” kepada para donatur sekaligus mempersiapkan amunisi untuk pemenangan pada kampanye politik di putaran kedua.Mereka bisa saja menggelembungkan harga-harga proyek infrastruktur dan memberikan kontrak-kontrak yang menguntungkan perusahaan yang berada di bawah kendali sanak keluarga maupun kroni-kroninya. Mereka dapat mengeruk uang melalui penggelembungan biaya pengadaan alkes (peralatan rumah sakit) atau tanker minyak. Politisi di daerah-daerah yang kaya tambang dan mineral, telah memainkan kendali strategis atas izin-izin yang dikeluarkan untuk pertambangan.Bagi para bupati yang mengambil alih kendali di daerah-daerah dengan ekonomi yang relatif stagnan dan pembangunan infrastruktur lemah, tanah merupakan komoditas paling berharga yang bisa mereka gadaikan. Izin-izin perusahaan perkebunan sawit di Kalimantan, biasa dijual pada kisaran US$400-US$1.200 per hektar atau sekitar Rp5,2 juta sampai 15,6 juta per hektar. Para bupati dapat menerbitkan izin-izin terhadap ribuan hektar lahan sekaligus kepada siapa saja yang mereka inginkan.
[1.0, 8.754291735968422e-10, 8.769549530995846e-10]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Jadi, bukanlah suatu kebetulan jika pada awal penyelenggaraan pilkada langsung disertai praktik pembelian suara secara massal tahun 2005, diikuti juga fenomena yang membuntuti, yaitu ledakan perkebunan sawit. Tingkat ekspansi perkebunan sawit di Kalimantan setelah tahun 2005, terbukti menunjukkan peningkatan hingga empat kali lipat lebih 3.750 kilometer persegi per tahun.  Korupsi, transaksi lahan, dan pemiluEkspansi perkebunan sawit punya konsekuensi lain yang harus dibayar dengan harga tak ternilai. Kebun sawit memicu penghancuran hutan hujan di Indonesia dan membawa negara ini masuk dalam peringkat atas daftar penghasil emisi karbon global. Ekspansi sawit juga menjerumuskan ribuan desa ke konflik dengan desa-desa tetangga mereka, dengan pemerintah, dan perusahaan yang telah merampas tanah mereka.Mongabay dan The Gecko Project menyelidiki seluk beluk korupsi yang mendorong penerbitan izin-izin untuk perusahaan perkebunan. Dalam dua kasus yang kami paparkan ini, kami menemukan ada hubungan langsung antara ekspansi lahan perkebunan dan korupsi dalam politik elektoral. Temuan ini menunjukkan,  situasi yang mempertegas ada praktik-praktik korupsi berakar kuat pada persoalan deforestasi dan konflik lahan selama ini.Kasus pertama yang kami telusuri, adalah kasus Bupati Seruyan, Kalimantan Tengah, yang menerbitkan izin-izin kepada 18 perusahaan cangkang yang didirikan keluarga dan kroni-kroninya. Perusahaan cangkang adalah sebutan bagi perusahaan aktif, tetapi terlihat tak memiliki operasi bisnis maupun aset signifikan dan dicurigai sebagai tempat persembunyian atas usaha lain. Pada waktu relatif cepat, perusahaan-perusahaan ini berpindah tangan jadi milik dua perusahaan sawit terbesar di Indonesia dengan nilai mencapai jutaan dolar. Anak dari bupati itu, menjual salah satu perusahaan hanya dalam waktu tiga bulan sebelum ayahnya maju. Pertarungan di daerah pun dirusak tuduhan politik uang.
[0.9999998807907104, 4.642326345560832e-08, 5.286939597226592e-08]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Pada kasus kedua, seorang bendahara kampanye Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah, diketahui menjual lima perusahaan ke perusahaan sawit Malaysia pada bulan-bulan mendekati pemungutan suara. Dugaan biaya kampanye politik membengkak hingga Rp97,2 miliar. Sebagian dari uang itu kemungkinan besar untuk menyuap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar agar mengeluarkan keputusan yang menguntungkan pihak bupati.Tak dapat dibantah lagi. Dua kasus yang dipaparkan itu setidaknya memberikan bukti bahwa korupsi memainkan peran begitu luar biasa dalam mendorong deforestasi dan konflik lahan.Di Seruyan, korupsi berujung pada perluasan lahan untuk perusahaan perkebunan sawit secara dramatis. Namun, masyarakat tak mendapat manfaat ekonomi dari kehadiran sawit. Sedangkan di Gunung Mas, bupati menerbitkan izin-izin di banyak kawasan perbatasan desa. Masyarakat desa pun memprotes perkebunan yang hendak merampas hutan-hutan tempat hidup mereka.Ada indikasi kuat, praktik serupa tersebar luas di berbagai penjuru Indonesia. Tampaknya hal itu masih ditutup rapat dan seolah jadi “rahasia” umum. Belum ada data komprehensif menguatkan indikasi ini.Meski begitu, belakangan KPK mengadili para kepala daerah yang memperdagangkan izin-izin melalui suap. Baru-baru ini, pada Oktober lalu, Rita Widyasari, Bupati Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, jadi terdakwa kasus gratifikasi perizinan perusahaan perkebunan Rp6 miliar. Ibu dari Rita, Dayang Kartini, adalah pemegang saham terbesar di perusahaan berbeda yang mengoperasikan banyak pertambangan batubara di kabupaten sama.  
[1.0, 1.7746996580636498e-11, 1.6860046345157365e-11]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Íyang maju menggantikan ayahnya sebagai bupati, Morkes Effendi, diyakini membiayai kampanye politik dengan menjual izin-izin pertambangan yang melekat pada sejumlah perusahaan cangkang. Lalu, ada pula seorang bupati di Sumatera, Tengku Azmun Jaffar, menggunakan perusahaan cangkang dan memandatkan anggota keluarga (sebagai proksi)-dengan kekuasaan yang dipegangnya-untuk memuluskan jalan bagi serangkaian perkebunan kayu.Dari kasus-kasus yang terungkap maupun wawancara dengan sejumlah pejabat pemerintah, eksekutif perusahaan, dan pengacara, dapat disimpulkan, korupsi terjadi tampak dari, antara lain,  pertama, penggunaan perusahaan cangkang tak bisa ditelusuri asal-usul aktivitas bisnis. Perusahaan cangkang ini sebagai saluran menjual izin-izin kepada investor yang sesungguhnya.Kedua, izin dipercepat atau diterbitkan tanpa pemenuhan prasyarat sesuai hukum, seperti analisis dampak lingkungan. Ketiga, sejumlah besar izin untuk anak perusahaan dari satu grup bisnis dalam waktu singkat. Keempat, izin keluar oleh politisi yang kemudian divonis bersalah atas pelanggaran korupsi lain. Kelima, izin yang diterbitkan atau dijual saat kampanye menjelang pencoblosan.Mungkin bisa jadi ada alasan yang masuk akal dalam beberapa hal tetapi dari kasus-kasus yang dipaparkan, jadi sangat jelas bahwa memang ada persekongkolan antara politisi, perusahaan, dan perantara yang melakukan pemindahan aset antara mereka.Analisis kami terhadap basis data izin-izin yang dikeluarkan pemerintah dan sejumlah dokumen perusahaan, menunjukkan, mereka tersebar luas di seluruh kabupaten yang paling banyak ditargetkan oleh perusahaan-perusahaan sawit raksasa sebagai pemain utama.
[1.0, 8.754291735968422e-10, 8.769549530995846e-10]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Berbagai ancaman paling signifikan terhadap hutan Indonesia yang muncul beberapa tahun terakhir, sebetulnya sudah jadi peringatan keras yang tak bisa diabaikan. Di Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, Bupati Theddy Tengko mengeluarkan izin 28 perkebunan tebu di lahan 4.800 kilometer persegi. Ia terjadi rentang waktu lima bulan menjelang pemungutan suara– di mana dia berharap mempertahankan kursi.Lalu, izin terakhir datang lima hari sebelum pencoblosan. Izin-izin ini tampak begitu dipaksakan segera terbit dan keluar tanpa ada analisis dampak lingkungan sesuai aturan hukum.Theddy kemudian divonis bersalah karena menggelapkan uang Rp43 miliar dari anggaran daerah.Ekspansi sawit jadi ancaman terbesar bagi hutan Indonesia. Di Papua, izin-izin untuk perkebunan sawit dikeluarkan Bupati Yusak Yaluwo yang kemudian dipenjara karena kasus penggelapan dana Rp67 miliar. Sementara rencana proyek di Kepulauan Aru berhasil dikalahkan gerakan massif masyarakat sipil di kalangan akar rumput. Sedang,  proyek di Papua terus berlanjut. Sejauh ini, belum ada tindakan hukum yang diambil. Jalan tempuh berbedaDi balik potret politik kotor, harapan masih tetap ada. Sejumlah kepala daerah lain bermain dengan melawan arus. Mereka melakukan kampanye dengan program dan kebijakan yang populer, seperti subsidi layanan kesehatan. Mereka juga tak segan-segan untuk menolak bujuk rayu korporasi ketika menjabat. Para kepala daerah seperti itu, sayangnya, relatif lebih banyak di kawasan perkotaan yang memiliki corak ekonomi campuran atau relatif beragam,  di mana tak ada satu kepentingan terlihat mendominasi.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Contoh nyata itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memulai karier politik sebagai Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah, kemudian sebagai Gubernur Jakarta. Para penulis buku Democracy for Sale, berpendapat, pemimpin-pemimpin serupa Jokowi sangat kecil kemungkinan muncul di tempat-tempat yang memiliki corak ekonomi terkonsentrasi pada satu atau segelintir sektor utama.Kondisi itu, menurut mereka, cenderung terjadi di daerah perdesaan maupun kawasan hutan di mana agribisnis dan industri ekstraktif tampak begitu menonjol.Ada beberapa bukti untuk menunjukkan bahwa kandidat yang lebih mementingkan kepentingan rakyat atau publik memiliki peluang untuk menang. Mereka yang berhasil mengambil hati rakyat, dapat menyingkirkan kepentingan perusahaan yang sudah mengakar. Untuk bisa mendukung situasi itu dan memecah hegemoni persekongkolan mafia-mafia di daerah, perlu intervensi jauh lebih besar. Itu tak hanya dilakukan KPK, juga partisipasi masyarakat sipil. Beberapa perkembangan progresif di bidang hukum belakangan ini bisa mendukung kerja-kerja melawan korupsi.Saat ini, banyak pejabat publik, termasuk lebih dari 70 kepala daerah, dipenjara atas kasus penyuapan. Tetapi, masih belum banyak penyidikan dan penyelidikan mampu mengungkap perusahaan-perusahaan yang menjadi ujung tombak dari praktik-praktik korupsi di daerah.Masalah ini sebetulnya diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak Pidana oleh Korporasi (Perma 13/16). Perma 13/16 bisa dikatakan membawa perubahan radikal dalam penegakan hukum. Peraturan ini, menghilangkan hambatan hukum yang dihadapi KPK dalam meminta pertanggungjawaban perusahaan-perusahaan yang selama ini banyak melarikan diri atau berdalih dari konsekuensi atas bukti keterlibatan mereka dalam kasus-kasus korupsi.
[1.0, 9.411081913768271e-10, 1.0164515895638715e-09]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Peraturan Presiden No. 13/2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (Perpres 13/18) keluar Maret ini. Ia bisa digunakan untuk mengungkap siapa sesungguhnya penerima manfaat dari perusahaan dan mengurangi kemampuan politisi kongkalikong dengan perusahaan maupun kroni-kroni yang tak lain adalah sanak keluarga mereka sendiri. Perpres ini diharapkan dapat memandatkan peninjauan situasi terhadap izin-izin perkebunan sawit.Investigasi kami menunjukkan, hambatan penegakan hukum sebetulnya tak melulu mengacu pada keterbatasan payung hukum, ada juga tekanan politik dialami KPK. Jadi, amat penting mempertimbangkan kapasitas dan beban yang diemban lembaga ini dalam memburu para pelaku kejahatan tindak pidana korupsi.Bisikan-bisikan dari perusahaan perkebunan untuk bisa melanggengkan ekses-ekses bisnis, tampaknya sama-sama kuat dengan gerakan masyarakat sipil yang tanpa henti melawan upaya perusakan hutan dan perampasan lahan.Pertanyaannya, apakah dengan situasi carut marut antara politik elektoral maupun krisis lingkungan dan sosial ini, bisa berdampak pada impunitas yang terus berlanjut?  ***Tulisan ini bagian pertama dari tiga analisis akan diterbitkan The Gecko Project dan Mongabay, seputar pilkada Serentak yang dijadwalkan berlangsung akhir Juni 2018. Rangkaian artikel itu merupakan bagian dari seri “Indonesia for Sale.”Artikel kedua akan membahas mengenai berbagai peraturan dan implementasi yang sejauh ini memberikan kontribusi pada berlangsungnya praktik korupsi di daerah. Artikel ini akan memaparkan berbagai contoh terkait intervensi yang bisa dilakukan masyarakat sipil dalam memerangi praktik serupa di negara-negara lain, seperti India, Chili, dan Amerika Serikat. Artikel berbahasa Inggris bisa ditemukan di Mongabay.com 
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2018-045-04.json
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam
Pesta Demokrasi yang Korup Picu Gadaikan Sumber Daya Alam | Keterangan foto utama: Hutan berubah jadi kebun sawit di Sare Rangan, Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Pilkada korup memicu izin-izin konsesi lahan keluar sebagai modal kampanye politik. Foto: Sandy Watt untuk The Gecko Project.  [SEP]
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2014-043-19.json
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri | [CLS] Tujuh warga sempat diamankan, lalu dilepas. Ibu-ibu yang aksi ada yang dilempar ke semak belukar dan dicekik aparat.Tak kurang 500-an warga desa menolak tambang karst dan pembangunan pabrik PT Semen Indonesia (SI) di Kawasan Gunung, Kendeng, Rembang Jawa Tengah, pada Senin (16/6/14). Warga yang didominasi para perempuan ini menduduki rencana lokasi tapak pabrik.  Sekitar tujuh orang sempat diamankan TNI/Polri, termasuk ibu-ibu.Warga protes karena tidak mendapatkan sosialisasi ataupun informasi seputar tambang dan pembangunan pabrik itu. Penolakan sudah dilakukan sejak awal tetapi tak mendapatkan tanggapan.Aan Hidayah, warga yang ikut aksi kepada Mongabay mengatakan, sejak pagi sekitar 100-an pesonil Polres Rembang dan TNI siaga menghalangi dan mengintimidasi warga. Warga yang bersembunyi di semak-semak sekitar pertigaan pabrik semen di-sweeping aparat.“Aksi ini menjadi pilihan terakhir setelah warga tidak pernah diberi untuk menyuarakan berbagai pelanggaran yang dilakukan selama persiapan proyek pembangunan pabrik semen di Rembang,” katanya mewakili  Aliansi Warga Rembang Peduli Pegunungan Kendeng (AWRPPK).Menurut dia, warga tidak pernah dilibatkan sama sekali oleh SI. Tak ada sosialisasi akan dibangun pabrik semen. Perusahaan selalu menutupi berbagai hal  dan warga khawatir dampak penambangan semen ini.“Tadi terakhir sempat ada ditangkap aparat tujuh orang warga, satu perempuan, enam laki-laki. Kini sudah dibebaskan.”Ming Lukiarti,  warga dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng di Rembang mengatakan, ada dua ibu-ibu, Murtini dan Suparmi pingsan karena intimidasi dan sweeping aparat. Ada juga warga lecet di badan karena terkena duri semak belukar. “Ibu-ibu  dilempar aparat ke semak blukar, ada ibu-ibu dicekik.”
[1.0, 1.718947317819186e-09, 1.4937721060093168e-09]
2014-043-19.json
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri | Dalam catatan dari AWRPPK, dokumen Amdal tidak pernah disampaikan kepada warga. Tidak pernah ada penjelasan mengenai dampak-dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen.Intimidasi sering terjadi seiring gerakan warga yang ingin memperjuangkan hak memperoleh informasi jelas dan lingkungan hidup sehat.Aliansi juga mencatat ditemukan dugaan pelanggaran hukum antara lain penggunaan kawasan cekungan air tanah Watuputih sebagai area penambangan batuan kapur untuk bahan baku pabrik semen. Ini melanggar Perda RTRW Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 pasal 63 yang menetapkan area ini kawasan lindung imbuhan air. Juga Perda RTRW Rembang Nomor 14 Tahun 2011 pasal 19 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung geologi.Ditemukan juga dugaan penebangan kawasan hutan tidak sesuai persetujuan prinsip tukar menukar kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan, surat Nomor S. 279/Menhut-II/2013 tertanggal 22 April 2013. Dalam surat itu menyatakan, kawasan yang diizinkan ditebang adalah hutan KHP Mantingan, secara administrasi pemerintahan terletak di Desa Kajar dan Desa Pasucen,  Kecamatan Gunem, Rembang. Fakta di lapangan, SI menebang kawasan hutan Kadiwono,  Kecamatan Bulu kurang lebih 21,13 hektar untuk tapak pabrik.Dalam Perda no 14 tahun 2011 tentang RTRW Rembang, Bulu bukan buat industri besar.Dari pendataan aliansi, bukti-bukti lapangan seperti 109 mata air, 49 goa, dan empat sungai bawah tanah yang masih mengalir dan mempunyai debit bagus, serta fosil-fosil yang menempel pada dinding goa, makin menguatkan keyakinan kawasan karst Watuputih harus dilindungi.“Proses produksi semen berpotensi merusak sumber daya air yang berperan sangat penting bagi kehidupan warga sekitar dan warga Rembang serta Lasem. PDAM mengambil air dari Gunung Watuputih.”
[0.979743480682373, 0.01992865651845932, 0.0003278783697169274]
2014-043-19.json
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri | Kebutuhan lahan sangat luas untuk perusahaan-perusahaan semen akan berdampak pada kehilangan lahan pertanian, hingga petani dan buruh tani akan kehilangan lapangan pekerjaan. Kondisi ini, akan menurunkan produktivitas pertanian pada wilayah sekitar, karena dampak buruk timbul, misal, sumber mata air mati, polusi debu, dan keseimbangan ekosistem alamiah terganggu. Akhirnya, semua akan melemahkan ketahanan pangan daerah dan nasional.Dalam UU 32 tahun 2009  tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur, bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Ia bisa berupa peran pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan dan dan menyampaikan informasi dan atau laporan.“Namun ketidaktransparan dan ketidakadilan di lapangan saat ini mengakibatkan terjadi perampasan hak rakyat atas informasi terkait rencana pembangunan pabrik semen,” kata Aan.Tak hanya itu, temuan Komnas HAM ada pelanggaran HAM di Kecamatan Gunem Rembang. “Ini harus segera ditindak tegas dan aparat. Polri dan TNI harus membela pada rakyat bukan para perusahaan yang jelas-jelas merugikan rakyat.”Dalam aksi itu, aliansi menuntut beberapa hal.  Antara lain, menuntut pemerintah Jawa Tengah dan pemerintah Rembang menghentikan semua kegiatan SI karena melanggar peraturan. Lalu, menuntut Kementerian Lingkuhan Hidup evaluasi terhadap Amdal dan mendesak Kementerian Kehutanan evaluasi izin prinsip kawasan.Data temuan dari Jatam menyebutkan, hingga 2013, tambang karst di Jawa, mencapai 76 izin, tersebar di 23 kabupaten, 42 kecamatan dan 52 desa dengan total konsesi tambang karst 34.944,90 hektar. Kondisi ini bisa menjadi ancaman serius bagi lingkungan di Jawa.
[1.0, 1.718947317819186e-09, 1.4937721060093168e-09]
2014-043-19.json
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri | Dari analisis Jatam, eksploitasi karst di Jateng sebagian besar dipicu legalisasi daerah seperti Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRWP 2009-2029. Lalu, Perda RTRW Kabupaten Kebumen nomor 23 tahun 2012 menyebutkan bentang alam karst Gombong memiliki luas lebih kurang 4.894 hektar dan lain-lain.Ki Bagus Hadi Kusuma, Manajer Kampanye Jatam mengatakan, Jatam mengecam tindakan kekerasan TNI/Polri kepada petani di Rembang yang menolak eksploitasi dan pndirian pabrik semen di Kendeng.“Seharusnya aparat brsikap netral dan tak represif karena warga hanya pendudukan bukan perusakan. Apalagi dalam masa kampanye dan mnjelang pilpres, aparat seharusnya menjaga situasi kondusif, bukan menyulut konflik akar rumput,” katanya.Menurut dia, sudah berkali-kali warga, akademisi maupun masyarakat sipil pegiat lingkungan mengingatkan Gubernur Jateng dan Bupati Rembang mengenai bahaya eksplotasi karst di kawasan kendeng.“Sudah sewajarnya gubernur dan bupati tahu risiko prtambangan di kawasan karst. Dengan menyetujui pnambangan dan pembangunan pabrik semen ini berarti mereka merelakan warga menderita kekeringan, banjir dan longsor.”Untuk itu, Jatam mendesak Pemerintah Jateng dan Rembang membatalkan seluruh perizinan tambang di pegunungan Kendeng. Sebab, katanya, daya dukung alam dan lingkungan jika terjaga terbukti mampu meghidupi ekonomi Rembang. “Pemda harus berpikir ribuan kali sebelum menerima investor merusak. PAD sektor pertanian rakyat seharusnya diselamatkan pemda.”Konsorsium Pembaruan Agraria pun mengutuk aksi aparat ini. Iwan Nurdin, sekretaris jenderal KPA mendesak Gubernur Jateng menghentikan dan mencabut rencana dan izin penambangan karst dan pabrik semen di Pegunungan Kendeng. Lalu, menuntut SI menarik alat berat yang sedang menambang karst di Rembang. “Ini mengancam penghidupan warga,” kata Iwan.
[0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06]
2014-043-19.json
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri | KPA juga mendesak mengusut tuntas kekerasan aparat keamanan kala aksi blokde yang menyebabkan petani luka-luka. KPA juga meminta aparat kepolisian dan TNI menghentikan cara-cara kekerasan dan tindakan represif terhadap warga. “Ini keterlibatan kepolisian dalam proses penanganan konflik agraria di Jateng.”Iwan juga mendesak Gubernur Jateng menyelesaikan konflik agraria di daerah itu hingga tuntas dan menyeluruh, khusus di Kebumen, Sragen dan Rembang. “Ini agar tercipta keadilan sosial dan kemakmuran bagi petani di Jateng.”Kecaman sama juga datang dari Walhi Nasional. Walhi menyayangkan insiden ini dan mendesak negara segera mengusut para pelaku yang bertindak sewenang-wenang dan menangkap warga.Edo Rachman, pengkampamye Walhi Nasional mengatakan, insiden ini dampak pengabaian peran negara melindungi hak lingkungan sebagai bagian dari HAM.“Warga mempertahankan kawasan karst untuk kepentingan kehidupan mereka dan generasi yang menjadi sumber air bagi kehidupan warga,” katanya.Seharusnya, katanya,  negara melindungi warga yang memperjuangkan lingkungan hidup sehat. “Insiden ini bentuk pembiaran negara yang tidak melibatkan warga dalam mewujudkan hak veto rakyat. Hak terlibat dalam pengambilan keputusan. Negara wajib meminta pendapat warga terkait perencanaan dan peruntukkan kawasan budidaya.”Dia mengatakan, dasar hukum warga sangat kuat menolak SI karena kawasan itu buat perlindungan.  “Ini tertuang dalam Perda RTRW Rembang.”Menurut dia, insiden ini membuktikan pemerintah lebih berpihak kepada investor dibandingkan kehidupan warga yang tergantung dengan keberadaan karst ini.Seharusnya, kata Edo, pemerintah dan aparat lebih cerdas menyikapi situasi politik saat ini, bukan justru bertindak yang bisa berdampak buruk bagi proses demokrasi.
[1.0, 1.718947317819186e-09, 1.4937721060093168e-09]
2014-043-19.json
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri
Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri | “Walhi mendesak, pemerintah Rembang segera mencabut izin perusahaan dan mengeluarkan dari kawasan karst. Kawasan ini jauh lebih bermanfaat bagi masyarakat sebagai sumber-sumber kehidupan.Tokoh Agama Ikut Tolak TambangSebelum itu, pada 25 Mei 2014, kalangan tokoh agama terkemuka di Jateng juga menolak rencana pembangunan pabrik ini. Mereka antara lain, K.H. A. Mustofa Bisri, K.H. Yahya Staquf, K.H. Zaim Ahmad Ma’sum,  K.H. Syihabuddin Ahmad Ma’sum,  K.H. Imam Baehaqi dan K.H. Ubaidillah Ahmad.Dikutip dari website Omahkendeng, menyebutkan, diadakan istighosah atau doa bersama di tapak pabrik Semen Indonesia, hutan Perhutani KPH Mantingan, Rembang. Dalam istighosah ini, warga delapan desa yakni, Suntri, Tegaldowo, Bitingan, Dowan, Timbrangan, Pasucen, Kajar, dan Tambakselo, sepakat menolak penambangan dan pendirian pabrik semen di Rembang.Istighosah ini dibarengi pertemuan di Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang pada 25 Mei 2014 dihadiri berbagai organsisasi. Antara lain, Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Pengurus NU Rembang, Lasem, Pondok Pesantren Ngadipurwo Blora, Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumberdaya Alam.Pertemuan ini sepakat menolak penambangan dan pendirian pabrik semen di Rembang dengan berbagai alasan, seperti temuan ratusan mata air, gua, dan sungai bawah tanah yang masih mengalir dan mempunyai debit bagus. Lalu fosil-fosil sampai RTRW Jateng yang dilanggar.Tambang ini dinilai melanggar prinsip kaidah fikih “dar’ul mafasid muqoddamun ‘ala jalbil mashalih.” Bahwa, kerusakan lingkungan akibat pembangunan pabrik semen lebih besar daripada manfaat.Mongabay menghubungi Semen Indonesia melalui telpon humas di Gresik, Jawa Timur. Namun diberikan kontak person, Farid yang berada di lokasi. Sayangnya, saat dihubungi nomor tidak aktif. Kami juga mengirimkan pesan pendek namun belum juga balasan. [SEP]
[1.0, 1.718947317819186e-09, 1.4937721060093168e-09]
2016-036-18.json
Berjibaku dengan Kotoran Demi DNA Gajah
Berjibaku dengan Kotoran Demi DNA Gajah | [CLS] Bagi Sunarto dan tim, menemukan gajah sumatera di hutan bukan pekara mudah. Sekali pun, gajah-gajah tersebut berbadan besar dan ada yang dilengkapi kalung pendeteksi lokasi (Global Positioning System/GPS). Sejak 2012, Sunarto dan tim dari World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia bergerak menjelajahi hutan Tesso Nilo, Riau. Mereka mencari kelompok-kelompok gajah, meski terkadang kotoran raksasa di sela semak yang didapat.“Gajah ini berkelompok dan pintar menyamarkan diri. Meski begitu, relatif lebih mudah mendapatinya ketimbang badak atau harimau,” ujar Sunarto, Ekolog Satwa Liar WWF-Indonesia kepada Mongabay Indonesia, Ahad (14/8/2016).Tim tak “rela” tumpukan kotoran gajah yang ditemukan itu mengonggok begitu saja. Tak ketemu gajah, kotoran pun tetap berguna. Memang tak sembarangan, harus yang segar. Tidak lebih 24 jam. Sampel inilah yang nantinya dikirim ke laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman untuk diteliti. Tujuannya, mendapatkan data deoxyribonucleic acid (DNA) individu gajah bersangkutan.Studi DNA memang bermanfaat untuk beragam tujuan, seperti menghitung populasi dan kekerabatan individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya. Tingginya perkawinan sedarah menyebabkan satwa ini rentan terhadap penyakit, dikarenakan variasi genetiknya yang rendah. Juga, dapat digunakan untuk kegiatan mitigasi konflik gajah dan manusia, serta forensik dalam hal penegakan hukum kejahatan satwa liar.Tim memang harus berpayah-payah masuk hutan, mengejar Elephas maximus sumatranus dan kotorannya demi melakukan ‘sensus’. Mengingat, pemetaan dan data DNA gajah sumatera yang masih minim. Tim juga harus ambil risiko dari sulitnya air bersih dan tempat berlindung akibat kondisi hutan yang habis dibabat.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-036-18.json
Berjibaku dengan Kotoran Demi DNA Gajah
Berjibaku dengan Kotoran Demi DNA Gajah | Kegiatan ini, diharapkan jadi model pemetaan di tempat lain. Pemetaan atau pendataan DNA, kata Sunarto yang merupakan doktor lulusan Virginia Tech (USA), bertujuan untuk menghitung populasi, sebaran, dan aspek ekologi lain. “Keberhasilan ekstraksi dan amplifikasi DNA di Tesso Nilo mencapai 100 persen.”Meski begitu, usaha pendataan tersebut menghadapi masalah serius, yakni ancaman perburuan dan hilangannya habitat gajah, khususnya di Riau dan Aceh. “Kalau tak cepat diantisipasi, Aceh dalam 10-20 tahun ke depan bisa lebih parah dari Riau sekarang,” ujarnya.Penelitian kotoran gajah ini menunjukkan hasil, sebanyak 113 individu gajah teridentifikasi. Diperkirakan, jumlah minimal populasi gajah sumatera di Tesso Nilo saat sampel diambil sekitar 154 individu. “Selain  mengetahui jumlah populasi, studi ini juga menunjukkan pergerakan beberapa individu gajah di beberapa lokasi yang belum diketahui sebelumnya” terang Sunarto.Studi DNA ini juga diperkuat dengan hasil pantauan pergerakan gajah melalui kalung GPS. Terlihat jelas, adanya kelompok gajah di Tesso Nilo yang berkeliaran di luar taman nasional, yaitu di hutan industri. Dugaan awal menunjukkan, tingginya aktivitas manusia terutama perambahan yang berlangsung di taman nasional itu, memaksa gajah untuk menyingkir.KondisiProf. Dr Herawati Sudoyo, Wakil Kepala Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman menuturkan, data  genetika sangatlah akurat untuk mengenali setiap individu gajah. Sehingga, dapat membantu penanganan kasus kejahatan satwa, seperti pembunuhan gajah Yongki di Lampung, September 2015.“DNA Yongki tersimpan di lembaga ini. Bila ada temuan, bisa dicocokkan apakah gading itu milik Yongki atau bukan. Sehingga, bisa dilacak siapa pelakunya.”
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2016-036-18.json
Berjibaku dengan Kotoran Demi DNA Gajah
Berjibaku dengan Kotoran Demi DNA Gajah | Menurut Hera, teknik genetika molekular untuk konservasi satwa di Indonesia, baru dilakukan untuk gajah sumatera di Tesso Nilo, Bukit Tigapuluh, Way Kambas dan Bukit Barisan Selatan. Kombinasi teknik tersebut, dengan pengambilan sampel non-invasif (tidak menyakiti satwa) akan menguntungkan studi populasi satwa yang terancam punah. “Ukuran  populasi, profil  genetik  individu,  keragaman genetik, rasio  seks, serta distribusi dapat diketahui,” paparnya.Terkait keberadaan gajah sumatera, Dedi Chandra, dari Pusat Konservasi Gajah Way Kambas menjelaskan, saat ini sebagian besar gajah tersebut berada di luar kawasan lindung seperti lahan perkebunan dan pemukiman. Kondisi yang sangat riskan akan terjadinya konflik. “Kontribusi lembaga ex-situ untuk mendukung konservasi gajah memang terus dilakukan. Namun begitu, kami tidak bisa terus menampung gajah liar dari alam, selain kewalahan biaya perawatan juga besar,” paparnya.Ditemui terpisah, Chairul Saleh yang merupakan Species Coordinator WWF-Indonesia menuturkan, hampir 80 persen gajah sumatera hidup di luar kawasan dilindungi. Fakta lainnya adalah, dalam satu generasi atau 25 tahun, habitat gajah telah hilang seluas 70 persen dan sebanyak 50 persen populasinya lenyap. “Berdasarkan Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) 2011, statusnya Kritis (Critically Endangered/CR). Status ini naik satu peringkat yang sebelumnya dikategorikan Genting (Endangered/EN).”Menurut Chairul, keterancaman hidup gajah sumatera merupakan indikasi terancamnya ekosistem Pulau Sumatera. Diperkirakan, jumlah gajah sumatera saat ini sebanyak 1.700 individu. Padahal, tahun 2007, berdasarkan data WWF-Indonesia diestimasikan antara 2.400-2.800 individu. “Habitat yang hilang memaksa gajah masuk permukiman warga yang tak jarang berakhir dengan konflik. Makin lengkap dengan gencarnya pembunuhan.”
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-036-18.json
Berjibaku dengan Kotoran Demi DNA Gajah
Berjibaku dengan Kotoran Demi DNA Gajah | Penilaian yang salah terhadap gajah sumatera sudah sepatutnya dihilangkan. Misal, gajah merupakan sumber konflik dengan manusia. Gajah ‘menghambat’ proses pembangunan sehingga hanya dinilai dari status perlindungan saja. Serta, terbatasnya pengetahuan masyarakat akan fungsi ekologi gajah di habitat alaminya. “Perlindungan gajah memang harus dilakukan, termasuk yang di luar kawasan lindung. Berikutnya, kita rancang tata ruang wilayah untuk habitat satwa,” paparnya, Selasa (16/8/2016).Gajah sumatera merupakan ‘spesies payung’ yang mewakili keanekaragaman hayati di ekosistem habitatnya. Dalam sehari, ia mengonsumsi 150 kilogram makanan dan 180 liter air dengan areal jelajah 20 kilometer persegi per hari. Biji tanaman yang ada di kotorannya akan tersebar di wilayah jelajahnya yang begitu membantu proses regenerasi hutan. Mamalia besar ini dilindungi Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetaan Jenis Tumbuhan dan Satwa. [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2022-073-14.json
Menanti Adanya Kawasan Bentang Alam Karst di Aceh
Menanti Adanya Kawasan Bentang Alam Karst di Aceh | [CLS]   Bentang alam karst sungguh unik. Kawasan ini terjadi akibat proses pelarutan batuan karbonat atau batu gamping, yang menghasilkan berbagai bentuk di wilayah permukaannya.Ketua Karst Aceh, Abdillah Imron Nasution, yang juga pemerhati gua mengatakan, karst merupakan bentukan khas bentang alam yang berwujud bukit, lembah, dolina [lekukan], dan gua.“Karst memiliki karakteristik relief dan drainase unik, disebabkan larutnya batuan di air. Relief pada bentang alam ini berada pada areal berbatu yang mudah larut,” terangnya, Selasa [28/12/2021].Kawasan karst rentan rusak ketika ada kegiatan di sekitarnya, seperti pertambangan. Ini dikarenakan, batuan dasarnya yang mudah larut menyebabkan terbentuknya gua-gua bawah tanah dari celah dan retakan.“Terlebih, karst merupakan sumber daya alam tidak terbarukan, artinya ketika rusak tidak bisa diperbaiki. Semua kawasan karst di Aceh harus dijaga,” ujarnya.Wilayah karst tidak hanya penting untuk kehidupan manusia, sebagai penyimpan air, tetapi juga bermanfaat sebagai habitat [gua] satwa liar seperti kelelawar dan burung walet.“Kelelawar penting sebagai pengendali hama pertanian dan juga membantu penyerbukan durian,” ujarnya.Taufiqurrahman Setiawan, dari Balai Arkeologi Sumatera Utara dalam makalahnya, Potensi Hunian Gua dan Ceruk di Kabupaten Aceh Besar menjelaskan, Aceh adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki wilayah karst terluas.Risetnya di Jurnal Berkala Arkeologi edisi Mei 2020, menyebutkan, karst di Aceh terbagi dua kelompok besar, yaitu karst bagian barat dan karst bagian tengah.“Karst bagian barat tersebar sepanjang pesisir barat Aceh dan terputus yang terdiri Karst Lam Badeuk, Karst Mata Ie, Karst Lampuuk, Karst Lhok Nga, Karst Leupung, Karst Lamno, Karst Teunom, Karst Labuhan Haji, dan Karst Tapak Tuan.”
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2022-073-14.json
Menanti Adanya Kawasan Bentang Alam Karst di Aceh
Menanti Adanya Kawasan Bentang Alam Karst di Aceh | Taufiqurrahman juga menyebutkan, bentang alam karst bagian tengah ini terbentang dari Laweung, Gunung Peut Sagoe, Danau Laut Tawar, Isaq, Pining, Serbajadi, hingga Tamiang Hulu.“Pada kedua bentang alam karst tersebut telah diperoleh informasi adanya sejumlah gua, antara lain Lhok Mata Ie, Apamani, Mon, Kameng, Landak, Celah, Kemenyan, dan Gua Atu Janggut,” tulisnya.Foto: Pucok Krueng, Karst Potensial Kelas 1 di Aceh Besar yang Sepi Perhatian  SurveiLembaga swadaya masyarakat Kawasan Ekosistem Mangrove Pantai Timur Aceh [Kempra], sebelumnya pada 1 Agustus 2021 menyebutkan, karst sepanjang 1.140 meter ditemukan di Kampung Kaloy, Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang.“Dari survei yang kami lakukan, gua terpanjang yang ditemukan adalah Gua Sarang Burung karena di dalamnya banyak sarang walet. Namun, dalam rencana induk pengembangan pariwisata daerah [Rippda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah [Bappeda] Kabupaten Aceh Tamiang, disebut gua karst,” sebut Manajer Riset Kempra, Andi Nur Muhammad, baru-baru ini.Andi menambahkan, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah merencanakan kawasan bentang alam karst tersebut sebagai kawasan cagar alam geologi, bagian kawasan lindung geologi.“Tertuang dalam rencana tata ruang wilayah [RTRW] Kabupaten Aceh Tamiang 2012-2032 yang telah ditetapkan dalam qanun atau peraturan daerah. Luas bentangan karst itu mencapai 37 ribu hektar lebih. Di wilayah ini banyak ditemukan satwa dan juga spesies dilindungi,” jelasnya.Baca: Keluarkan Izin di Kawasan Ekosistem Leuser, Bupati Aceh Tamiang Digugat  Karst terancamSebagian kawasan karst di Aceh terancam keberadaannya, terutama rencana pembangunan pabrik semen.Di Kampung Kaloy, Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, pada 2016 dan 2017 direncanakan pembangunan pabrik semen PT. Tripa Semen Aceh, seluas  2.549,2 hektar. Nilai investasinya  mencapai Rp2,5 triliun dengan target produksi 1,5 juta ton semen curah per tahun.
[0.5366199016571045, 0.45439717173576355, 0.008982938714325428]
2022-073-14.json
Menanti Adanya Kawasan Bentang Alam Karst di Aceh
Menanti Adanya Kawasan Bentang Alam Karst di Aceh | Di Laweung, Kabupaten Pidie, pada 2017 juga direncanakan pembangunan pabrik semen. Namun, karena konflik lahan yang tak kunjung selesai, proyek investasi tersebut tidak terlaksana.Di Kabupaten Aceh Selatan, juga direncanakan pembangunan pabrik semen. Beberapa tempat yang dalam proses penelitian adalah Kecamatan Kluet Tengah dan Pasie Raja. Sementara di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, pengambilan batu gamping untuk bahan baku semen terus dilakukan.Tahun 2017 lalu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia [Walhi] Aceh mendesak diberlakukannya perlindungan kawasan bentang alam karst di Aceh. Tujuannya, menjaga kelestarian karst dari eksploitasi industri yang berlebihan.Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia [Walhi] Aceh Muhammad Nur, saat itu menyampaikan, luas kawasan karst di Aceh sekitar 800.000 hektar.“Dari luasan itu, belum ada yang ditetapkan sebagai kawasan bentang alam karst [KBAK]. Padahal, adanya penetapan menjadi landasan dalam menyusun rencana tata ruang daerah menyangkut pelestarian alam. Ini penting guna menjaga sumber air masyarakat dan satwa di sekitar,” ungkapnya.  Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang sendiri, melalui Dinas Lingkungan Hidup, pada 2019 telah mengusulkan penetapan KBAK di Aceh Tamiang.“Tujuan penetapan agar pemanfaatan karst terkendali, karena berfungsi sebagai pengatur alami tata air. Karst juga penting sebagai objek penelitian,” terang Sekretaris Daerah Aceh Tamiang, Basyaruddin, baru-baru ini.Basyaruddin mengatakan, perilaku manusia sangat berperan dalam perlindungan karst dan dan pelestarian lingkungan“Harapan kami, kawasan bentang alam karst di Kabupaten Aceh Tamiang, dapat ditetapkan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,” paparnya.   [SEP]
[0.27853596210479736, 0.3501799404621124, 0.3712840676307678]
2022-011-20.json
Miris! Paus Biru Bisa Memakan 10 Juta Keping Mikroplastik Setiap Harinya
Miris! Paus Biru Bisa Memakan 10 Juta Keping Mikroplastik Setiap Harinya | [CLS]  Sampah partikel mikro, seperti mikroplastik dan serat mikro, sudah ditemukan di mana-mana, dari laut yang terdalam hingga puncak gunung tertinggi. Bahkan pada organ serta darah manusia sudah ditemukan dua benda itu. Termasuk bagi megafauna laut pemakan plankton seperti paus biru yang berisiko besar terpapar mikroplastik.Penelitian Stanford University menganalisis data mikroplastik terhadap ekosistem laut di lepas pantai California. Mereka memasang 191 alat ‘tag noninvatif’ pada paus biru (Balaenoptera musculus), paus sirip  (Balaenoptera physalus), dan paus bungkuk (Megaptera novaeangliae) untuk mengukur tingkat konsumsi mikroplastik dan pergerakannya.Diketahui, paus sebagian besar mencari makan pada kedalaman antara 50 hingga 250 meter (165-820 kaki). Itulah ‘rumah’ bagi konsentrasi mikroplastik terbesar di kolom air. Kedalaman tersebut juga merupakan tempat favorit paus memangsa karena ketersediaan krill (crustacea berukuran kecil) yang melimpah di sana.Analisis polusi plastik laut dan perilaku mencari makan paus pun dilacak dengan menyebarkan 191 alat tag yang menempel pada tubuh paus menunjukkan hampir semua mikroplastik masuk ke tubuhnya berasal dari hewan yang mereka makan. Bukan air yang mereka teguk atau telan.Dari studi itu, peneliti memperkirakan bahwa paus pemakan ikan lebih sedikit mengkonsumsi mikroplastik daripada paus pemakan krill. Hal tersebut diketahui dari kebiasaan per hari paus biru pemakan krill dapat menelan 10 juta keping mikroplastik, sementara paus bungkuk pemakan ikan kemungkinan menelan 200.000 keping mikroplastik.baca : Studi: Memprihatikan, Hiu di Lautan pun Kini Terpapar Mikroplastik  
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2022-011-20.json
Miris! Paus Biru Bisa Memakan 10 Juta Keping Mikroplastik Setiap Harinya
Miris! Paus Biru Bisa Memakan 10 Juta Keping Mikroplastik Setiap Harinya | Matthew Savoca, peneliti dari Stanford University di California, Amerika Serikat menjelaskan, tingkat konsumsi mikroplastik kemungkinan bahkan lebih tinggi untuk paus yang mencari makan di daerah yang lebih tercemar, seperti Laut Mediterania. Jumlah ini sangat besar, dan menjadi perkiraan konsumsi harian terbesar dari spesies mana pun yang belum pernah diteliti.“Tentu saja, hewan-hewan itu sangat besar, jadi kita juga perlu mempertimbangkan dengan ukurannya yang sangat besar untuk mulai melihat potensi efek dari sejumlah besar plastik yang tertelan ke dalam tubuh mereka,” kata Savoca seperti artikel yang dipublikasikan di Jurnal Nature Communications.Ini adalah penemuan yang meresahkan. Pasalnya, menunjukkan paus mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk berkembang, kata penulis utama studi Shirel Kahane-Rapport, yang bekerja pada penelitian sebagai mahasiswa Ph.D., di Goldbogen Lab di Stanford University.Hal tersebut berarti setiap paus melahap makanannya, hanya menghasilkan lebih sedikit kalori. Kondisi yang tidak sebanding dengan ukuran tubuh besar mereka.“Mereka telah memakan sesuatu yang pada dasarnya adalah sampah. Ini seperti berlatih maraton dan hanya makan kacang jeli,” imbuh Kahane-Rapport.baca juga : Manta dan Mola Rentan Memakan Mikroplastik di Manta Bay  Memanfaatkan TeknologiPenelitian ini memanfaatkan berbagai teknologi, termasuk drone dan perangkat sarat sensor yang dikenal sebagai tag biologging. Alat tersebut dikembangkan oleh tim Goldbogen Lab. Fungsi alat tag biologging di punggung paus untuk mengumpulkan data gerakan dan fisiologis. Mereka juga mengerahkan echosounder memanfaatkan menggunakan gelombang suara untuk memetakan kedalaman dan kepadatan ikan mangsa di lokasi tempat paus makan.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2022-011-20.json
Miris! Paus Biru Bisa Memakan 10 Juta Keping Mikroplastik Setiap Harinya
Miris! Paus Biru Bisa Memakan 10 Juta Keping Mikroplastik Setiap Harinya | Para ilmuwan terus menyelidiki apa yang terjadi dengan mikroplastik yang dicerna oleh paus. Selanjutnya muncul pertanyaan, apakah kondisi ini bisa memengaruhi gizi yang diserap oleh paus?Kendati demikian, temuan ini memberikan saran untuk mengembangkan sistem yang lebih baik dalam menyaring pecahan plastik dan bahan lainnya. Tujuannya memberikan rekomendasi terhadap pengaturan limbah plastik industri. Setidaknya, agar pihak industri bisa kembali mendaur ulang sebelum bermuara ke laut.“Kami perlu memahami lebih lanjut tentang biologi dasar paus dan ekosistemnya. Penelitian ini penting untuk mengetahui seberapa parah pencemaran mikroplastik,” kata penulis laporan senior Jeremy Goldbogen, dosen kelautan di Stanford Doerr School of Sustainability.Mengingat penelitian ini merupakan langkah pertama yang penting untuk memahami potensi efek kimia dan fisiologis mikroplastik pada paus dan hewan filter feeding besar lainnya. Selanjutnya, adalah tentang bagaimana mikroplastik mempengaruhi nilai gizi spesies mangsa utama tidak hanya untuk paus tetapi juga berbagai spesies laut yang penting secara ekonomi dan ekologis.baca juga : Peneliti : Dampak Mikroplastik Terhadap Kesehatan Manusia Perlu Kajian Lebih Lanjut  Sumber : news.stanford.edu dan Nature Communications, DOI: 10.1038/s41467-022-33334-5  [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-068-14.json
Minimnya Pengetahuan Kita Tentang Kerbau
Minimnya Pengetahuan Kita Tentang Kerbau | [CLS]  Siapa yang tidak tahu kerbau? Hewan bertanduk ini memang dekat dengan budaya masyarakat kita dan dunia. Salah satu bukti adalah kerbau dijadikan shio dalam sistem penanggalan lunar China, sebagaimana tahun 2021 ini.Ya, kerbau dilambangkan sebagai bentuk semangat kerja keras atau pantang menyerah. Namun, kerbau yang digambarkan tersebut justru lebih mengacu pada jenis hewan yang telah didomestifikasi.Sementara dalam Bahasa Inggris, tahun kerbau lebih dikenal sebagai tahun lembu atau The Year of Ox. Penekanan simbolisasinya, tidak khusus mengarah ke kerbau sebagai spesies atau genus [Bubalus spp], namun lebih pada binatang pekerja secara umum. Khususnya, dari subfamili Bovinae.Kerbau, lembu, atau sapi memang biasa digunakan sebagai hewan pekerja, penyubur, sekaligus sumber protein untuk menyokong kehidupan manusia di berbagai belahan dunia.Baca: Kenapa Anoa Dijuluki Kerbau Kerdil?  Tradisi dan ekologi kerbauKehidupan tradisional kita di berbagai wilayah Nusantara, memang lekat dengan kerbau. Ada wujudnya dalam beragam artefak, juga di berbagai aktivitas budaya menakjubkan sebagaimana di Minangkabau dan Toraja. Sementara di Jawa dan wilayah lain, kerbau pernah menjadi hewan yang sangat umum digunakan untuk membajak sawah.Meski begitu, seluk-beluk ekologi dan status konservasi kerabat kerbau di alam, sejauh ini belum banyak kita pahami.Kerbau, selama ini dianggap bukan termasuk satwa liar yang perlu mendapat perhatian khusus. Kemudahannya di sekitar kita, setidaknya untuk jenis domestik, membuatnya semakin dianggap biasa.Baca: Melacak Leluhur Anoa di Sulawesi  Apakah kerbau merupakan satwa biasa yang tidak perlu kita pedulikan? Tentu saja tidak.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2021-068-14.json
Minimnya Pengetahuan Kita Tentang Kerbau
Minimnya Pengetahuan Kita Tentang Kerbau | Di alam, kerbau merupakan salah satu ecosystem engineers yang dapat menentukan kondisi habitat bagi banyak spesies lain. Sebagai grazer yang hobi berkubang, kerbau berperan membentuk ekosistem khas. Keberadaan dan populasinya pun menjadi faktor penting penentu kelangsungan hidup beberapa satwa predator.Saya beruntung, pernah melihat langsung dan memotret kerbau liar maupun yang semi liar di beberapa wilayah. Sebut saja Afrika, India dan tentunya Indonesia.Baca: Jalan Sunyi Abdul Haris Mustari Meneliti Anoa  Kerabat kerbau di NusantaraBerdasarkan sejumlah literatur, kerbau air yang ada di Indonesia faktanya tidak dianggap sebagai spesies asli, yang sepenuhnya alami.Ini juga termasuk kerbau liar yang hidup di Taman Nasional Baluran dan juga sebagian wilayah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Meski saya tidak menemukan catatan pasti kapan hewan tersebut mulai ada, namun diduga sebagai populasi feral atau awalnya dipelihara manusia namun kemudian lepas, baik sengaja atau tidak, yang selanjutnya berkembang biak di alam.Secara ilmiah, kerbau yang hidup liar di berbagai wilayah Indonesia, sampai saat ini tidak dianggap spesies berbeda dengan kerbau domestik [Bubalus bubalis] yang dipelihara masyarakat di kampung/desa.Jenis yang merupakan hasil penjinakan dan pemeliharaan/domestikasi dari versi spesies liar dan alami [Bubalus arnee], yang sebarannya ada di India, Bhutan, Nepal, Kamboja, serta Thailand.Namun, kepastian ini layak ditelusuri, terlebih terkait perlindungan dan pengelolaan populasinya. Sejak kapan masyarakat Indonesia memelihara kerbau, dan bagaimana awal mendapatkannya?Baca: Kerbau Pampangan, Sumber Daya Genetik Menjanjikan di Rawa Gambut  Faktanya, di Sulawesi kita justru memiliki anoa, kerabat kerbau paling unik di dunia, yang tidak ditemukan di tempat lain. Bukan hanya satu, tetapi dua jenis, yakni anoa dataran rendah [Bubalus depressicornis] dan anoa gunung [Bubalus quarlesi].
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2021-068-14.json
Minimnya Pengetahuan Kita Tentang Kerbau
Minimnya Pengetahuan Kita Tentang Kerbau | Bila kita anggap daratan utama Asia sebagai tempat awal asal-usul kerbau, tentunya hewan ini pernah tersebar hingga wilayah lain di Nusantara. Khususnya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang di masa lalu pernah terhubung.Jika tidak, bagaimana mungkin kerabat kerbau berevolusi dan kemudian mencapai Sulawesi, menjadi anoa seperti yang sekarang kita miliki.Baca juga: Inilah Nasib Si Belang, Kerbau Seharga Miliaran Rupiah Dalam Ritual Adat Toraja  Temuan fosilBerdasarkan temuan fosil, ada beberapa jenis satwa kerabat kerbau yang pernah hidup di Jawa dan telah lama punah. Namun, tampaknya terjadi jauh sebelum manusia moderen [Homo sapiens] tiba di Nusantara, sekitar 50 ribu tahun silam. Termasuk di antaranya adalah kerbau purba [Bubalus palaekerabu] yang penampilannya mirip kerbau air saat ini.Selain memahami kerabat kerbau purba yang pernah hidup di Jawa dan Kalimantan, asal-usul anoa mungkin juga bisa diteliti melalui kerabatnya di Pulau Mindoro, Filipina, yaitu tamaraw [Bubalus mindorensis]. Tentu saja, kerbau air liar yang ada di daratan utama Asia dan kerbau liar di Afrika [Syncerus caffer] juga dipelajari.  Penelitian mengenai kerbau, sebaiknya dilakukan ketika populasinya masih banyak sehingga prosesnya relatif mudah. Perhatian kita terhadap kerbau liar dan kerabatnya, anoa, sudah selayaknya ditingkatkan.Beberapa kasus menunjukkan, spesies yang jumlahnya banyak dan umum tiba-tiba menjadi sulit ditemukan. Ini sebagaimana terjadi pada burung gelatik jawa [Padda oryzivora], cucak rowo [Pycnonotus zeylanicus], dan merpati liar atau Passenger Pigeon [Ectopistes migratorius]. * Sunarto, Ekolog Satwa Liar & Lanskap. Artikel ini pendapat pribadi penulis.   [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2022-067-04.json
Kepada Tanah, Karya 22 Seniman Merespon Hasil Bumi Wadas
Kepada Tanah, Karya 22 Seniman Merespon Hasil Bumi Wadas | [CLS]  Desa Wadas di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah masih berkecamuk karena konflik rencana penambangan jutaan ton batu andesit di desa subur ini. Puluhan warga ditangkap sejak dimulainya aktivitas pengukuran lahan 8 Februari lalu.Konflik terbuka ini sudah berlangsung beberapa tahun karena sebagian warga Desa Wadas menolak penambangan batu di desanya untuk material rencana pembangunan waduk terbesar oleh pemerintah. Sebanyak 22 seniman lintas disiplin memilih mendukung warga untuk terus menjaga hasil buminya, mulai dari hasil perkebunan seperti durian dan kopi, sampai persawahan, dan hutan desa.Para seniman ini merespon kantong biji kopi dari petani kopi Desa Wadas. Mereka membuat gambar, ilustrasi, doodle, dan sebutan lain untuk seni visual yang lekat di tembok-tembok jalanan. Kini gambar itu menempel di kantong bungkusan biji kopi dari kebun-kebun Wadas yang sedang bergejolak.Mereka adalah Agygn, Agung Prayogi, Bambang Nurdiansyah, Beneny Ibrahim, Bobomagz, Bodhi IA, Chrisna Fernand, Gegerboyo, Ican Harem, Melaju Studio, Morrgth, Mufti Priyanka, Muhammad Fatchrofi, Rio Krisma, Ruth Marbun, Sirin Farid Stevy, Suvi Wahyudianyo, Taring Padi, Timoteus Anggawan Kusno, Toni Malakian, Uji Handoko, Ykha AmelzSeluruh karya dipamerkan sampai akhir Februari di enam daerah, dan perjalanannya dimulai dari Bali pada 8-15 Februari ini. Taring Padi, lembaga kebudayaan Yogyakarta ini membuat gambar ala seni mencukil kayu, ciri khas mereka. Sepasang tangan mengulur ke aneka hasil bumi seperti padi dan buah-buahan dengan latar belakang gunung. Wong Tani, Sing Ngratani. Demikian teks yang menguatkan energi karya ini.baca : Kasus Desa Wadas, Pakar: Cara Pembangunan Rawan Rugikan Rakyat  
[0.5002273321151733, 0.01127683836966753, 0.4884958565235138]
2022-067-04.json
Kepada Tanah, Karya 22 Seniman Merespon Hasil Bumi Wadas
Kepada Tanah, Karya 22 Seniman Merespon Hasil Bumi Wadas | Rio Krisma muncul dengan gambarnya berjudul Yang Ada Hanyalah Merah Membara, Sampai Benih Tumbuh Menghidupi. Sebuah tangan merah muncul dari batu berlumur darah dan meraih udara dengan sebuah benih yang menggapai matahari. Simbolik situasi konflik saat ini karena warga tidak mau lahan pertaniannya hancur karena penambangan material kuari dengan cara dibom.Farid Stevy, seniman yang bersuara dengan font dan teks khasnya tentang konstitusi dasar Republik Indonesia Pasal 33 bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Semua kantong biji kopi robusta yang tumbuh di sekitar 400 mdpl Desa Wadas ini dijual dan hasilnya diberikan sepenuhnya untuk warga yang sedang berjuang mempertahankan alam desanya. Ada juga aneka merchandise sekantong biji kopi tanpa gambar seniman dan karya-karya seni Taring Padi merespon masalah-masalah lingkungan di Wadas.Pameran ini juga diisi pembacaan puisi dan diskusi yang berlangsung di Uma Seminyak, Badung, pada 10 Februari 2022.Eloops dan Reno dalam pembacaan puisi merespon ilustrasi salah satu seniman, Bodhi yang juga menulis puisi. “Untuk setiap perempuan pejuang yang menjaga kehidupan di garis depan. Yang berada di segala keriuhan demonstrasi dan jalur setapak gerilya. Untuk perempuan pejuang yang setia memprotes definisi perempuan dalam kamus Bahasa Indonesia. Untuk perempuan pejuang yang tetap memilih menanam di ladang dan memasak di dapur solidaritas. Untuk perempuan pejuang yang menulis keresahannya jadi bara api. Kalian lah yang mengajarkanku kata setara, kalian bara api yang menjaga nyala api kehidupan.”Demikian kutipan puisinya yang makin menyemangati pengunjung untuk merasakan perjuangan warga Wadas.baca juga : Kasus di Wadas dan Keseriusan Komnas HAM  
[0.979743480682373, 0.01992865651845932, 0.0003278783697169274]
2022-067-04.json
Kepada Tanah, Karya 22 Seniman Merespon Hasil Bumi Wadas
Kepada Tanah, Karya 22 Seniman Merespon Hasil Bumi Wadas | Keduanya juga membacakan satu puisi titipan dari warga Bali yang merefleksikan keresahannya. “Bangun Bali dan Lupakan Petani. Yes yes yes, aku bangga Bali penyumbang devisa terbesar di pariwisata. Ayo investor berinvestasi untuk bangun resor, hotel, agar anak cucu kami bisa bekerja sebagai pelayan dan security. Sebentar lagi tanahnya aku sewa, beli airnya galonan.”Ditayangkan juga dua film tenang perjuangan warga Desa Wadas mempertahankan tanah dan hutan desanya oleh Gerakan Masyarakat Peduli Alam.Judulnya Wadas Tetap Waras. Dibuka dengan panorama sungai bersih, sawah, dan hutan desa yang terjaga di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah namun kini berubah mencekam.Mutmainah, salah satu perempuan desa paruh baya ini mengatakan warganya hidup makmur dari hasil pertanian. “Ada warga kebun punya durian bisa menghasilkan Rp50 juta di satu musim,” katanya. Samsul, warga lain menyebut membuat gula aren dan mengiris pohon aren adalah hasil harian warga. Sedangkan hasil bulanan dan tahunan ada hasil dari penyadapan getah karet, panen pohon kelapa, dan lainnya.“Kalau ditambang nanti kualat,” ingat pria lanjut usia ini. Sejarah lisan untuk menjaga kawasan perkebunan juga terpahat di kisah Pohon Randu Alas. Diyakini, nenek moyang mereka berpesan pohon besar dan tinggi tidak boleh ditebang. “Desa hilang tinggal nama. Kalau longsor lumpur orangnya hilang kocar kacir. Jangan merusak lingkungan, seperti lagu kebangsaan itu hiduplah tanahku, hiduplah negeri. Masak hancurlah tanahku,” seorang tokoh masyarakat menyindir.perlu dibaca : Warga Terus Berjuang Demi Keberlangsungan Hidup di Wadas  Dalam jurnal ESDM ini , tambang kuari adalah satu di antara jenis tambang selain mineral dan batubara. Dalam operasi penambangan, kegiatan tambang kuari perlu memerhatikan aspek geoteknik. Kestabilan lereng merupakan isu penting dalam analisis geoteknik. Karena itu warga khawatir dengan dampak penambangan terbuka ini.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2022-067-04.json
Kepada Tanah, Karya 22 Seniman Merespon Hasil Bumi Wadas
Kepada Tanah, Karya 22 Seniman Merespon Hasil Bumi Wadas | Film kedua lebih dramatis karena dibuat dari kumpulan voice note, rekaman pesan suara oleh warga yangs edang bersembunyi karena dikejar aparat. Ia hanya bisa kirim voice note untuk mengabari kondisinya. “Kepolisian masuk menggunakan mobil, tameng, bersenjata lengkap. Ribuan masuk dengan jalan kaki. Ibu yang buat besek itu, pisaunya diambil.”Ruth Onduko dari Uma Seminyak mengatakan pameran dan diskusi ini oleh Jaringan Solidaritas Jogja. Sejumlah kantong kopi sudah terjual di Bali. Tiap kemasan, tidak ada gambar yang sama, dan setiap seniman menyiapkan materi desainnya untuk enam daerah.Bintang, salah seorang tim solidaritas mengatakan menjelang keberangkatan ke Bali, tiga warga Wadas batal berangkat karena susana desa mencekam akibat ribuan petugas keamanan mengepung desa dan menangkap puluhan warga terutama anak mudanya. “Perjalanan emosional seolah meninggalkan saudara yang berjuang mempertahankan ruang hidupnya,” keluhnya.Ia berharap warga luar Wadas menikmati kopi petani Wadas. “Bisa menikmati semangat warga yang berjuang, saat pagi mencecap kopi, merasakan semangat perjuangan mereka,” imbuhnya.Irawan, satu-satunya warga Wadas yang bisa hadir berkisah, sejak 7 Februari listrik di desanya dipadamkan, akses komunikasi dan akses masuk dibatasi. “Sebelum berangkat kampung saya kedatangan ribuan polisi. Jalan ditutup, warga disergap, puluhan pemuda ditangkap sekarang sudah dibebaskan. Ada yang sedang mujahadah di masjid, dikepung dan ditangkap tanpa pemberitahuan. Tadi pagi didatangi lagi 10 truk. Menangkap dengan kekerasan, termasuk anak kecil dan ibu,” kisah anak muda Wadas ini.baca juga : Warga Wadas Bertahan, Tolak Penambangan buat Proyek Bendungan Bener  Pembangunan di Bali
[0.979743480682373, 0.01992865651845932, 0.0003278783697169274]