filename
stringlengths 16
16
| title
stringlengths 22
107
| text
stringlengths 132
2.1k
| softlabel
stringlengths 15
740
|
---|---|---|---|
2020-045-09.json | Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Bersama anak-anaknya, MLC kian mantap. MLC kini tak ubahnya sekolah. Gurunya, adalah Firhan, Fuad, dan Fiani. Siswa dari berbagai sekolah di Majene, saban pekan datang belajar sambil berkemah. Ibu-ibu sekitar MLC juga diajak. Menanam dan merawat. Berkat ini, pada 2015, Yayasan Keragaman Hayati Indonesia (Kehati) memberi penghargaan buat Aziil sebagai kategori Prakarsa Lestari Kehati dalam KEHATI Award VIII. Dua tahun berselang, Aziil pensiun sebagai PNS. Ekowisata dan produk mangroveSekarang, sambil fokus edukasi, MLC juga mengembangkan ekowisata dan pemberdayaan masyarakat. Dari mangrove, jadi produk olahan macam teh, kopi, dan bakso.Selama tiga dekade mangrove yang ditanam sudah seluas 60-an hektar. Lima tahun terakhir, burung-burung singgah ke Baluno. Ada si migran pelikan. Burung-burung kecil. Banyak macam. Itulah, dengan ekosistem ini, pesisir Baluno bakal ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).KEE adalah, kawasan yang dilindungi dan dikelola dengan prinsip konservasi ala hutan konservasi. Penetapannya, berguna untuk melindungi ekosistem esensial dalam kawasan. “Tapi progresnya seperti apa, tidak ditahu. Mungkin fokus ke corona ini dulu,” kata Aziil.Amran Saru, dalam buku ‘Mengungkap Potensi Emas Hijau’ (2013) mengutip hasil penelitian di Florida, bahwa 90% kotoran dari hutan mangrove menghasilkan 35-60% unsur hara. Hutan mangrove selain pengendali iklim mikro, juga habitat bagi satwa, macam burung, primata, dan reptil.Tak hanya itu, tiap individu mangrove menyerap ratusan gram karbon dioksida, salah satu gas penyebab efek rumah kaca. Maka itu, mangrove juga penting dalam pencegahan perubahan iklim, yang satu dekade belakangan menghentak dunia. | [0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2020-045-09.json | Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Aziil Anwar, Tiga Dekade Merawat Mangrove Majene | Mangrove juga punya peran pencegahan bencana. Ia bisa melindungi suatu kawasan dari abrasi, intrusi air laut, dan pengaruh oseanografi. Kestabilan garis pantai juga terjaga dan menumbuhkan daratan baru bila mangrove tumbuh di pesisir. Di Binanga, orang-orang sudah merasakannya.“Secara lingkungan hasilnya mantap sekali!” kata Aziil. “Dulu, di sini kalau musim ombak habis lagi kelapa satu jejer. Permukiman makin berkurang. Ombak lari sampai ke jalanan. Sekarang, Alhamdulillah aman.”Mangrove di Baluno akan terus bertambah, pembibitan tidak berhenti. Orang di pulau sebelah bisa terlibat melalui skema pengasuhan bibit. Bibit itu dibeli lalu ditanam pengasuh atau anak-anak Binanga. “Jadi orang itu seperti punya ikatan dengan mangrovenya,” kata Firhan, kini duduk sebagai Direktur YPMMD.Firhan senang bisa meneruskan perjuangan Aziil. Sebagai anak, dia bangga punya ayah seperti Aziil. Itulah kenapa Aziil menyematkan ‘rimbawan’ di nama Firhan. “Itu doa saja. Supaya dia lanjutkan kegiatan di sini. Karena kalau diharapkan orang lain, kegiatan di sini tidak ada gaji. Susah cari orang yang mau memelihara ini secara tulus,” kata Aziil.Jelang petang, kami duduk di tepi pantai. Anak dan cucunya memungut serakan sampah yang dibawa badai sehari sebelumnya. Mereka kemudian angkut pakai gerobak.Makin langit gelap, makin dingin dan deras pula angin menerpa. Rencananya, kami ingin menyaksikan kalelawar dan burung yang terbang meninggalkan Baluno. Keterangan foto utama: Aziil Anwar, di hutan mangrovenya. Foto: Agus Mawan/ Mongabay IndonesiaJelang petang di tempat pembibitan MLC. Foto: Agus Mawan/ Mongabay Indonesia [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.25] |
2014-035-12.json | Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan | Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan | Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan | [CLS] Pembalakan liar dan pembukan lahan merupakan tantangan berat bagi pengelolaan hutan desa di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan. Terutama, di Hutan Desa Muara Merang dan Hutan Desa Kepayang.Hutan Desa Muara Merang yang luasnya 7.250 hektar terus terdegradasi. Berdasarkan peta citra landsat 2002, tutupan hutan kerapatan tingginya sebesar 62 persen dan kerapatan rendahnya 27 persen. Sisanya, semak belukar, kebun, dan lahan terbuka. Sedangkan tahun 2009, hutan kerapatan tingginya menurun menjadi 36 persen, dan kerapatan rendah 24 persen. Sementara, belukar yang tahun 2002 hanya 2 persen meningkat menjadi 20 persen pada 2009.Kondisi ini makin parah pada 2013. Hasil investigasi Wahana Bumi Hijau (WBH) menunjukkan, penebangan liar masih terjadi di areal Hutan Desa Muara Merang dan sekitarnya yang termasuk dalam Hutan Produksi Lalan.Padahal, sejak SK Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Muara Merang tahun 2010, upaya pemberantasan illegal logging telah dilakukan. Lembaga Pengelola Hutan Desa Muara Merang pun telah membentuk Satuan Tugas Hutan Desa dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk patroli bersama. Namun, hal tersebut belum menghentikan laju para penebang liar.Adiosyafri, pegiat dari WBH Sumatera Selatan, menuturkan bahwa hutan desa memberi akses kepada masyarakat untuk mengelola hutan secara lestari. “Pengawasan dan pengendalian terhadap kerusakan penting untuk dilakukan, “ucapnya.Demikian halnya dengan Hutan Desa Kepayang, yang letaknya di kawasan Hutan Produksi Lalan, Musi Banyuasin. Studi degradasi hutan yang dilakuan WBH Sumsel menunjukan, Hutan Desa Kepayang yang luasnya enam ribu hektar dengan hutan kerapatan tinggi sebesar 29 persen pada 2010 turun drastis menjadi 12 persen pada 2013. Sedangkan hutan kerapatan sedangnya mengalami peningkatan dari 21 persen pada 2010, menjadi 32 persen pada 2013. | [0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125] |
2014-035-12.json | Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan | Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan | Degradasi Hutan Desa di Musi Banyuasin Memprihatinkan | “Kalau dahulu hutan masih dipenuhi kayu meranti dan ramin dengan ketinggian mencapai puluhan meter, kini pohon yang tersisa dengan kualitas racuk (rendah) pun menjadi sasaran para pebalok,”ucap Adiosyafri.Amsyahrudin, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Lalan, menuturkan bahwa Hutan Desa Muara Merang dan Kepayang masuk dalam kawasan Hutan Produksi Lalan, yang secara umum memiliki tantangan berat terkait pembalakan.“Pembalak liar sudah berani menggunakan alat berat. Bahkan, sebuah kanal yang membelah Hutan Desa Muara Merang sepanjang empat kilometer sudah memasuki zona lindung hutan desa ,”katanya.Menurut Amsyahrudin, akses yang digunakan para pembalak liar di Hutan Desa Muara Merang adalah jalan dari perbatasan Jambi menuju Hutan Tanaman Industri (HTI) Sinar Mas Group. Selain itu juga dari jalur Sungai Muara Merang.Sedangkan akses yang digunakan menuju Hutan Desa Kepayang dan sekitarnya adalah Sungai Kritak, Nuaran, Kepayang, serta parit-parit yang berada di areal tersebut. Disinyalir, mereka masuk melalui perkebunan hutan tanaman industri yang berbatasan dengan Hutan Desa Kepayang melalui kanal-kanalnya.Degradasi hutan di Kabupaten Musi Banyuasin tidak hanya terjadi di hutan desa. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin mengakui sekitar 50 persen dari 719.976 hektar luas hutan di sana mengalami kerusakan.Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2012-030-07.json | Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade | Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade | Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade | [CLS] Indonesia dan Malaysia kehilangan lebih dari 11 juta hektar hutan tropis dalam satu dekade antara tahun 2000 dan 2010. Hal ini diungkapkan dalam sebuah publikasi yang diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology. Wilayah ini sama luasnya dengan negara Denmark atau negara bagian Virginia di Amerika Serikat.Sejumlah besar hutan yang hilang adalah di hutan dataran rendah, yang musnah seluas 7.8 juta hektar atau 11% dibanding tutupan hutan di tahun 2000. Hutan gambut mengalami persentase kehilangan yang terbesar, yaitu 19.7%. Hutan dataran rendah secara historis menjadi target pertama dalam penebangan hutan sebelum diubah menjadi laan pertanian. Konversi lahan gambut semakin meningkat dari masa ke masa untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan indystri kertas.Penelitian ini juga membagi perubahan tutupan hutan berdasar pulau. Kalimantan, yang terbagi antara Indonesia, Malaysia dan Brunei, memuncaki daftar area yang hilang dengan 5 juta hektar sepanjang periode tersebut, atau sekitar 12 persen dari tutupan hutan tahun 2000. Namun, kecepatan kemusnahan hutan yang tertinggi terjadi di Sumatera, yang terpapas sekitar 23.7% dari luas tutupan hutan atau sekitar 3.5 juta hektar.Sabah dan Sarawak, yang juga ada di wilayah Kalimantan, kehilangan lebih dari 15% hutannnya sepanjang satu dekade tersebut.Satu-satunya pulau yang terpantau terjadi reforestasi adalah Jawa, yang bertambah 37.000 hektar atau 4 persen dari jumlah tutupan hutan tahun 2000.Hutan gambut adalah wilayah yang paling banyak hilang. Sumatera kehilangan 41% lahan gambutnya sepanjang dekade tersebut, sementara Kalimantan kehilangan seperempat lahan gambut mereka. Malaysia sendiri kehilangan 45.3% lahan gambut antara 2000 hingga 2010. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0] |
2012-030-07.json | Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade | Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade | Data: Indonesia Kehilangan 8.8 Juta Hektar Hutan Dalam Satu Dekade | Data ini dibuat berdasar analisis dari data satelit Landsat oleh Jukka Miettinen, Chenghua Shi dan Soo Chin Liew dari Center for Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP) di Universitas Nasional Singapura (NUS).Secara keseluruhan para peneliti memperkirakan kehilangan hutan di Indonesia mencapai 8.8 juta hektar atau 9.3% dalam kurun waktu di dalam studi ini. Malaysia kehilangan 2.3 juta hektar hutan, atau 13.2%. Hasil ini sangat berbeda dari terbitan resmi yang dirilis oleh PBB tahun lalu, dimana hutan di Indonesia hilang seluas 4.9 juta hektar dan sekitar 1 hingga 1.3 juta hektar di Malaysia. Badan PBB, FAO secara tradisional bergantung pada data yang mereka miliki terkait tutupan hutan, dan tidak bergantung pada analisis satelit. Namun pendekatan itu kini berubah saat FAO merilis perkiraan tutupan hutan berbasis satelit.CITATION: Jukka Miettinen, Chenghua Shi and Soo Chin Liew. Deforestation rates in insular Southeast Asia between 2000 and 2010. Global Change Biology (2011) 17, 2261–2270, doi: 10.1111/j.1365-2486.2011.02398.x [SEP] | [0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-047-05.json | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | [CLS] Kampung Karst Rammang-rammang kian dikenal masyarakat luas dengan segala keindahan dan keunikannya. Menawarkan pemandangan batu kapur atau gamping menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.Kehadiran obyek wisata yang terletak di dua dusun yakni Dusun Rammang-rammang dan Dusun Salenrang, Desa Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan itu, tidak lepas dari inisiasi masyarakat setempat dan pemerintah desa menuju ekowisata Rammang-rammang.Berbasis masyarakat, kawasan karst terbesar kedua di dunia ini telah banyak dikunjungi wisatawan domestik hingga mancanegara sejak 2015. Bahkan telah disambangi para ilmuwan dan peneliti sejak tahun 90-an.Dalam konsep pengembangan wisata Rammang-rammang, masyarakat lokal memilih konsisten terhadap konsep desa wisata, memanfaatkan potensi wisata desa lewat potensi yang dimiliki masyarakatnya.Saat ini, masyarakat Rammang-rammang didukung pemerintah Desa Salenrang sedang meniti dan menapaki jalan-jalan menuju kemandirian guna mendorong pijar pariwisata tetap menyala.Komunitas masyarakat yang ada pun terus melakukan pemberdayaan untuk peningkatan kapasitas warga setempat, hingga regenerasi. Mulai dari gerakan pendidikan melalui kelas belajar dan tematik, pengembangan produk melalui rumah produksi, serta konservasi.baca : Kawasan Wisata Rammang-rammang, Bentuk Perlawanan Warga terhadap Tambang Muhammad Ikhwan atau yang lebih dikenal dengan panggilan Iwan Dento sebagai penggagas objek wisata Kampung Karst Rammang-rammang mengakui bahwa menuju kemandirian masyarakat bukan sesuatu hal yang mudah, namun bukan berarti tidak bisa direalisasikan.Seperti belajar menerima orang asing, berbaur dengan pengunjung dari latar belakang yang beragam, menjaga tingkah dan laku di hadapan wisatawan, belajar menyapa menggunakan bahasa asing dan masih banyak lagi. | [0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548] |
2022-047-05.json | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Mental perlu dilatih, berinteraksi dengan orang luar menjadi hal baru dan membuat terbiasa, itu butuh waktu. Terlebih, latar belakang masyarakat dipengaruhi tingkat pendidikan dan kultur masyarakat yang terbilang baru menapaki pelayanan jasa.“Soal ada kekurangan menjadi tugas bersama. Kelemahan masyarakat semisal kapasitasnya, jalan terbaik ialah meningkatkan bukan meninggalkan,” kata Iwan Dento yang ditemui awal April 2022.Pengembangan objek wisata batu kapur ini telah menjadi sumber penopang ekonomi masyarakat. Hanya saja, masih ada kekhawatiran di antara mereka ketika harus tergerus oleh para penguasa maupun pengusaha.baca juga : Iwan Dento, Sang ‘Hero’ Penyelamat Karst Rammang-rammang Kendati, mereka membutuhkan ruang dan waktu lebih untuk melakukan langkah maksimal dalam peningkatan destinasi wisata yang kini menjadi penopang hidupnya. Masyarakat harus tetap jadi tuan rumah untuk menjalani proses di rumah sendiri.Istilah investor, menjadi hal yang dikhawatirkan sebab dipastikan akan meninggalkan kemandirian masyarakat. Maka secara tegas Iwan bersama komunitas di Rammang-rammang menghendaki adanya kepastian pelibatan masyarakat untuk jangka panjang dalam pengelolaan wisata Karst Rammang-rammang.Terkait investor, Pemerintah Kabupaten Maros sepakat bahwa dalam penentuan kebijakan pengembangan wisata Karst Rammang-rammang harus menjamin konservasi wilayah tetap terjaga, salah satunya sangat hati-hati menerima investor.“Investor bisa saja hadir di sana, tapi memang kita harap ada grand desain perencanaan secara utuh, kita harus hati-hati terima investor,” ujar Bupati Maros Chaidir Syam pada awal April 2022.Apalagi, Pemerintah Indonesia saat ini sedang mempersiapkan wisata Karst Rammang-rammang dengan pesona pegunungan kapurnya, menjadi bagian dari warisan Geopark Dunia oleh UNESCO. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2022-047-05.json | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Geopark Maros Pangkep adalah salah satu kawasan strategis pengembangan pariwisata di Sulawesi Selatan, khususnya wisata alam dan petualangan yang didasari oleh kekayaan alam geodiversity (geologi), biodiversity (flora fauna) dan cultural diversity (budaya) yang bertaraf Internasional.perlu dibaca : Jalan Panjang Karst Rammang-Rammang menuju Ekowisata Pemerintah Kabupaten Maros memiliki harapan besar dari sejumlah pihak yang disebut key persons atau orang-orang kunci dalam menjaga konservasi pada wilayah Rammang-rammang. “Bukan hanya Maros, tapi kita berharap semua pihak yang cinta Rammang-rammang dan lingkungan hidup, itu menjaga kelestariannya,” kata Chaidir.Pengembangan wisata tentunya tidak lepas dari peran serta pemerintah desa, khususnya menggerakkan inisiasi masyarakat lokal menuju kemandirian. Pemerintah Desa Salenrang menargetkan mandiri air, mandiri pangan, dan pengembangan pariwisata. Pertanian organikPertanian organik menjadi salah satu inisiasi masyarakat Desa Salenrang, dalam mewujudkan ekowisata. Lebih dari menuai hidup sehat, langkah ini digadang-gadang akan menjadi daya tarik tersendiri guna mendukung pariwisata Rammang-rammang.Kampung Berua sebagai pusat obyek wisata Karst Rammang-rammang yang menyuguhkan pemandangan sawah dikelilingi tebing-tebing karst akan semakin pas ketika hamparan sawah itu dikelola dengan cara-cara alami oleh tangan petani lokal nan berbudaya.Bertani menjadi sumber utama mata pencaharian masyarakat Desa Salenrang, maka pertanian organik dipilih menjadi bagian dari inisiasi warga, utamanya bagi sejumlah petani milenial.Salah satunya ialah Darwis, yang telah mencoba sistem budidaya pertanian organik pada sebidang sawah milik kedua orang tuanya yang berada di Kampung Berua.Tidak mudah melakukannya, selain harus lebih banyak belajar dalam mengaplikasikan bertani secara alami, keluarganya juga khawatir usaha Darwis mencoba pertanian organik gagal. Belum lagi masyarakat sekitar. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2022-047-05.json | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | menarik dibaca : Gemerlap Kunang-kunang, Pesona Wisata Malam Rammang-Rammang Pria berusia 37 tahun itu tetap gigih melakukan pertanian organik yang dinilai memiliki banyak manfaat dan menghasilkan produk pertanian yang unggul hingga mampu menopang perekonomian dan pariwisata Rammang-rammang.“Saya pikir kalau itu bisa dikembangkan maka bisa menjadi daya tarik tersendiri, meski agak sulit beralih karena sekitar sawah kami menggunakan bahan kimia, masih model pertanian konvensional,” ujar Ketua RT Kampung Berua tersebut.Memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, menjadi hal yang mutlak bagi Darwis. Sebab masyarakat cenderung mau berubah bila melihat langsung hasilnya terlebih dahulu dibanding asas manfaat yang bisa diperoleh dari setiap langkah awal yang berbeda.Alhasil, percobaan pertanian organik yang dimulai sejak 2020 ini memiliki hasil sama dengan pertanian konvensional secara kuantitas, namun kualitasnya tentu lebih baik dan terjamin lebih sehat.“Warga rata-rata mau serius jika sudah melihat hasil, jadi harus ada contoh. Tidak akan bisa kalau tidak ada yang mulai, sementara hasilnya kurang lebih sama. Cuma butuh proses untuk memurnikan lahannya,” urai mantan Ketua Kelompok Sadar Wisata Rammang-rammang.Lebih jauh, hasil pertanian organik ini rencananya diperuntukkan bagi pelancong yang datang ke Desa Salenrang sebagai buah tangan khas Wisata Karst Rammang-rammang.Bersama inisiasi warga, pertanian organik turut menjadi fokus utama pengembangan Desa Salenrang dalam mewujudkan kemandirian desa. Terlebih desa ini telah dinobatkan sebagai Desa Ketahanan Pangan pada 2017 lalu dan menjadi Desa Wisata pada 2021.baca juga : Kampung Berua, ‘Surga’ Rammang-rammang Itu Makin Sering Banjir [1] Sekretaris Desa Salenrang Sumantri menyebut bahwa visi sebagai Desa Lumbung Pangan dan Desa Wisata sangat bisa jalan beriringan untuk saling mendukung pengembangan masyarakat ekowisata. | [0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2022-047-05.json | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Pengembangan pertanian organik menjadi sebuah proses yang harus dicoba dan dilakukan masyarakat Salenrang guna menghasilkan produk pertanian unggul dan berkualitas sekaligus mempertahankan predikat Desa Ketahanan Pangan.Sejak 2020, uji coba telah dilakukan dan masih dalam proses belajar pengembangan pertanian organik. Masyarakat Desa Salenrang dinilai masih harus memperoleh pengetahuan soal budi daya pertanian organik.Menurut Sumantri, alih fungsi lahan pertanian diakui menjadi kendala mewujudkan swasembada pangan sejak beberapa tahun terakhir. Lahan pertanian disulap menjadi pemukiman, gudang, pabrik, dan fasilitas umum.Rel kereta api menambah krisis lahan pertanian di Desa Salenrang. Rel kereta api mengambil ruang bertani sekitar 7 hektar untuk satu jalur dan menjadi lebih ketika dibangun penambahan jalur.“Kalau ada poros ke Bosowa lagi, itu sudah dua kali lipat. Jadi bagaimana menyiasatinya, mereka harus didorong beralih ke pertanian organik. Kuantitas sedikit tapi menjanjikan kualitas dan harga yang relatif lebih mahal,” ujarnya.Meski demikian, Kampung Berua dan Desa Salenrang pada umumnya memiliki potensi mengembangkan pertanian organik karena dikelilingi oleh dua sungai yakni Sungai Pute dan Sungai Barua sehingga kontaminasi dari luar bisa lebih diminimalisir.baca juga : Gemerlap Kunang-kunang, Pesona Wisata Malam Rammang-Rammang Melibatkan milenial Selain pemerintah dan masyarakat secara umum, kaum milenial juga ikut andil dalam mewujudkan kemandirian masyarakat Rammang-rammang guna mengembangkan pariwisata karst kebanggaan Maros, Sulawesi Selatan itu.Salah satunya Basir, seorang pengelola homestay yakni penginapan dari kamar rumahnya yang secara khusus disiapkan untuk pengunjung wisata Rammang-rammang.Basir melangsungkan usahanya secara mandiri, pemberdayaan diperoleh dari pemerintah desa melalui diskusi ringan, termasuk menerima masukan dari pengunjung dalam membenahi pelayanan jasa yang diberikan. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125] |
2022-047-05.json | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Basir memanfaatkan potensi wisata di daerahnya dalam meraup untung dan meningkatkan perekonomian. Bersama dengan warga sekitar, terhitung sebanyak 10 homestay telah hadir di wilayah wisata Rammang-rammang, menawarkan harga Rp200 ribu hingga Rp250 ribu.Terkadang, Basir bahkan menjadi pemandu wisata untuk sejumlah wisatawan domestik hingga mancanegara. Karena itu, dia mulai belajar bahasa Inggris untuk memaksimalkan perannya.Selain Basir, ada pula Uni, milenial Rammang-rammang yang baru menyelesaikan kuliahnya. Uni terbilang sangat kreatif memanfaatkan sampah menjadi produk bernilai ekonomis. Seperti kantong plastik yang disulap menjadi tas telefon genggam dan produk lainnya.Uni juga aktif dalam kepengurusan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Youth Hub Kreatif Rammang-rammang yang dibentuk dalam mendorong pengembangan Kampung Karst Rammang-rammang.baca juga : Dukungan Ragam Kuliner Kembangkan Ekowisata Rammang-Rammang UMKM ini hadir untuk memanfaatkan potensi pangan desa untuk dikelola menjadi produk yang memiliki nilai jual di masyarakat. Seperti tanaman daun paku yang diolah menjadi keripik yang diberi nama “Peyek Pappa”, ada juga anak ikan mujair menjadi “keripik ikan Jabiro”. Pengelolaannya dilakukan oleh milenial Rammang-rammang melalui Rumah Produksi Jabiro sebagai salah satu Badan Usaha Milik Des (Bumdes) Salenrang.Sejumlah milenial yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Tani (KPT) Kunjungmae Rammang-rammang juga mengajak para ibu rumah tangga (IRT) melakukan budidaya tanaman pangan guna memperkuat ketahanan pangan keluarga.Kegiatan berbasis masyarakat ini bertujuan mengembangkan potensi warga dalam memanfaatkan lahan dan pekarangan rumahnya bercocok tanam, yang dipastikan berdampak pada ketahanan ekonomi keluarga. | [0.10000000149011612, 0.10000000149011612, 0.0, 0.10000000149011612, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612] |
2022-047-05.json | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | Cerita Kemandirian Masyarakat Rammang-rammang | “Setidaknya mengurangi pengeluaran, karena hasil tanamnya mereka konsumsi. Jadi tidak beli sayur lagi, cabe, tomat, itu semua dari hasil tanamannya sendiri,” ungkap Masriani selaku Ketua KPT Kunjungmae Desa Rammang-rammang. Hasil tanaman dari pekarangan rumah tangga ini ditujukan untuk konsumsi para wisatawan, utamanya wisatawan luar negeri yang melakukan kunjungan dan menggunakan jasa homestay masyarakat setempat.Jadi semua hasil tanamannya alami. Cuma saat pandemi COVID-19, banyak di antara IRT berhenti menanam, akhirnya bibit yang ada itu habis, dan sekarang tidak ada,” ujarnya.Sementara bagi yang masih aktif menanam tersisa sebagian dan hasilnya masih tahap konsumsi pribadi.Meski demikian, pemberdayaan perempuan masih tetap dilakukan kendati semangat budidaya tanaman pangan tampak menurun, apalagi semenjak merebaknya virus COVID-19. Ini dipengaruhi oleh tingkat kunjungan yang berkurang dan tentu berpengaruh terhadap penghasilan masyarakat sekitar.“Kalau dari kami rencananya mau mengembangkan pertanian alami ini, mau tambah bibit, bisa juga dari kelompok pertanian ini menjual bibit nantinya, sehingga masyarakat bisa makin giat menanam,” urainya. *** *Nur Suhra Wardyah, jurnalis LKBN ANTARA Sulawesi Selatan Tulisan ini merupakan seri liputan Rammang-rammang yang didukung oleh Mongabay Indonesia [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2020-046-03.json | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | [CLS] Suara burung paruh bengkok bersahut-sahutan. Ada 53 burung ditampung dalam kandang besar di kawasan puncak Desa Domato Jailolo Selatan, Halmahera Barat, Maluku Utara, awal Juli itu sebelum lepas liar oleh petugas Kantor Seksi Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah I Ternate. Burung-burung ini sitaan dan pengembalian sukarela warga di Maluku Utara.Lepas liar di masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) ini dengan menggunakan protocol kesehatan, pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan. “Karena melibatkan banyak orang dengan protokol kesehatan ketat, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan,” kata Abas Hurasan, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Ternate.Sebanyak 53 paruh bengkok ini terdiri dari 35 kasturi Ternate (Lorius garrulus), sembilan nuri kalung ungu (Eos squamata) dan sembilan kakatua putih (Cacatua alba).Burung-burung itu , katanya, sudah menjalani karantina dan rehabilitasi di Kandang Transit Seksi Konservasi Wilayah I Ternate sekitar tiga tahun.Sebelum pelepasliaran, burung-burung itu terlebih dahulu diperiksa kesehatan oleh dokter hewan SKW I Ternate dan Karantina Pertanian Kelas II Ternate. Pemeriksaan burung yang akan lepas liar dan berbagai pihak yang hadir dalam acara itu. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia “Pemeriksaan kesehatan burung wajib untuk mengetahui kondisi kesehatan, prilaku serta sifat liar. Ini sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal KSDAE tertanggal 20 Mei 2020 tentang petunjuk teknis pelepasliaran satwa liar di masa pandemi COVID-19.”Pemilihan di Desa Domato, kata Abas, karena kondisi hutan sangat bagus dan terjaga dengan potensi sumber pakan alami melimpah. Hutan ini, katanya, cocok untuk habitat nuri dan kakatua. Selain itu , dukungan dan perhatian berbagai pihak, seperti camat, polsek dan kepala desa begitu tinggi hingga burung bisa lebih aman dari gangguan para pemburu. | [0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2020-046-03.json | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Abas bilang, pelestarian paruh bengkok perlu kerjasama semua pihak. Dia mengajak semua pihak menjaga burung endemik dengan tidak menangkap, membeli, memperdagangkan maupun memelihara.“Biarkan di hidup bebas di alam. Apabila ada masyarakat atau TNI, Polri serta aparatur sipil lain yang memiliki. memelihara satwa dilindungi agar menyerahkan kepada Seksi Konservasi Wilayah 1 Ternate untuk dilakukan rehabilitasi,” katanya.Kalau ada masyarakat yang menemukan ada penangkapan maupun perdagangan burung , katanya, agar melaporkan melalui pusat pengaduan Balai KSDA Maluku nomor 085244440772. Lokasi pelepasliaran di hutan Desa Domato, Jailolo Selatan, Halmahera Barat, Maluku Utara Maluku Utara, merupakan kantong paruh bengkok. Perburuan burung banyak terjadi. Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Maluku-Maluku Utara mengakui, kendala wilayah kerja luas membuat pengawasan sangat sulit. Pintu masuk dan keluar banyak, terutama bandara dan pelabuhan laut. Akses terbuka ini lebih sulit terpantau dan membuat penyelundupan makin rawan.Awal Desember 2019, sejumlah satwa endemik Maluku dan Malut juga dipulangkan BKSDA Sulawesi Utara (Sulut). Satwa liar itu masing-masing diserahkan ke Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata, ada 23 paruh bengkok.Dari mana asal-usul burung-burung itu? BKSDA mengatakan, satwa hasil sitaan, temuan, dan penyerahan masyarakat di wilayah kerja BKSDA Sulut.Satwa ini melalui perawatan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki. Untuk empat yaki merupakan hasil penyerahan masyarakat di Kota Ternate kepada petugas Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Maluku dan dititipkan di PPS Tasikoki. | [0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2020-046-03.json | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Puluhan Paruh Bengkok Ini Kembali Hidup Bebas di Hutan Desa Domato | Mohtar Amin Ahmadi, Kepala BKSDA Maluku- Malut waktu itu, mengatakan, sebagai daerah kepulauan, Maluku dan Malut, memiliki banyak pintu masuk dan keluar, terutama pelabuhan laut dan udara. Ada 45 pelabuhan resmi, 21 di Maluku dan 24 Malut. Ada juga 15 bandara di Maluku dan sembilan di Malut. Dari begitu banyak pintu masuk dan keluar itu, katanya, sulit mereka awasi sendiri.Untuk itu, perlu sinergi semua pihak dalam menyelamatkan paruh bengkok dari perburuan, pencurian, pengambilan serta perdagangan.Khusus Malut, sangat rawan satwa liar ke luar negeri. BKSDA pernah tangani kasus, upaya penyelundupan ke Filipina melalui Pelabuhan Bitung, lalu ke Davao. Keterangan foto utama: Pemilihan lokasi lepas liar di Desa Domato, karena kondisi hutan sangat bagus dan terjaga dengan potensi sumber pakan alami melimpah. Selain itu, aparat pemerintah desa dan warga mendukung hingga lebih aman dalam melindungi burung-burung ini dari buruan. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia [SEP] | [0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2013-027-16.json | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | [CLS] Negara-negara yang tidak memiliki pendanaan yang cukup untuk melindungi keragaman hayati mereka, ternyata justru negara dengan keragaman hayati yang sangat luar biasa. dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan dan mitra mereka dari University of Georgia terungkap bahwa sekitar 40 negara dengan pandanaan konservasi paling sedikit justru menjadi rumah bagi sekitar 32% mamalia yang terancam.Sebagian besar negara-negara yang membutuhkan pendanaan konservasi tersebut adalah negara-negara berkembang, jadi langkah-langkah yang efisien harus dilakukan untuk memberikan pendanaan dan melindungi berbagai spesies terancam tersebut. “Dengan mengetahui dimana negara-negara yang paling membutuhkan dana konservasi, maka bisa membantu mengarahkan pendanaan untuk upaya konservasi ke tempat yang semestinya,” ungkap salah satu penulis penelitian ini, Daniel Miller dari Graham Sustainability Institute di University of Michigan.Dalam studi yang dipublikasikan tanggal 1 Juli 2013 di journal Proceedings of the National Academy of Sciences, penelitian ini merekomendasikan agar sejumlah upaya konservasi harus diubah untuk menunjang tujuan yang ditetapkan oleh PBB tahun 2020 untuk menekan laju kepunahan.Para peneliti mengompilasi dua database dalam penelitian ini. Pertama adalah mempelajari data pendanaan konservasi yang bisa dirunut di seluruh dunia antara tahun 1990 hingga 2008. Mereka menemukan bahwa sekitar 22 miliar dollar dihabiskan dalam upaya konservasi keragaman hayati setiap tahunnya antara tahun 2001 hingga 2008. Para peneliti berhasil merunut balik sekitar 17 miliar dollar dana konservasi ke sejumlah negara. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.2857142984867096, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2013-027-16.json | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Dari mana saja sumber pendanaan konservasi tersebut? dalam penelitian ini pemerintah dari negara-negara maju sebagai pendonor disebut-sebut sebagai penyumbang terbesar -sekitar 14,5 miliar dollar- dari seluruh dana yang ada, dengan sekitar 94% masuk dalam kategori “upper-income’ dalam catatan Bank Dunia.Penyumbang kedua terbesar adalah lembaga-lembaga donor besar dunia seperti misalnya Global Environment Facility yang menghabiskan sekitar 1 miliar dollar ke sejumlah negara-negara berkembang. Sementara lembaga sejenis “conservation trust fund” dan sumber lainnya menyumbang sekitar 500 juta dollar. Donor dari sejumlah LSM internasional diperkirakan mencapai 1 miliar dollar, namun tidak dimasukkan sebagai bagian dari analisis penelitian ini karena kurangnya detail dalam laporan yang mereka berikan.Data base kedua yang digunakan oleh penelitian ini adalah kumpulan data yang keragaman hayati mamalia di setiap negara yang berbeda. Para peneliti kemudian menggabungkan empat sumber data global yang ada -yaitu tentang resiko kepunahan, biaya ekonomi, politik pemerintah dan kawasan-kawasan lindung- untuk membuat sebuah odel yang bisa menjelaskan bagaimana pendanaan konservasi dialokasikan secara global. Dari hasil analisis yang dilakukan, negara-negara yang seharusnya menerima dana konservasi keragaman hayati, ternyata menerima lebih sedikit dari jumlah yang semestinya.Dari análisis yang dihasilkan juga terlihat bagaimana level ekstrem dari kurangnya investasi bahkan terlihat secara geografis. Negara-negara seperti Indonesia, Australia dan Malaysia yang secara ekstrem memiliki kekayaan hayati yang luar biasa, semuanya tidak memiliki pendanaan yang cukup dalam upaya konservasi mereka. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2013-027-16.json | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Penelitian: Alokasi Pendanaan Konservasi Global Tidak Tepat Sasaran | Fakta lain yang cukup unik, ternyata alokasi pendanaan konservasi tidak hanya berdasar kekayaan hayati negara-negara penerima donor. Para peneliti juga mempelajari bagaimana pola pendanaan juga merefleksikan bias regional dan politik. Salah satu pola yang paling kentara terlihat adalah pendanaan konservasi untuk negara-negara yang mayoritas Muslim adalah sekitar 49% dibanding negara-negara lain yang mayoritas non-muslim.“Pola pendanaan yang diteliti sejak tahun 2001, dimana peristiwa 11 September terjadi, merupakan sebuah ujicoba yang baik untuk melihat fenomena ini,” ungkap Anthony Waldron Universidade Estadual de Santa Cruz di Brasil. “Namun demikian, kami harus menekankan bahwa, kami belum secara luas melihat donor bias ini. Kami hanya memperlihatkan sebuah pola dimana pendanaan di negara-negara yang didominasi Muslim seperti di negara-negara Arab dan sekitar Afghanistan mendapat dana lebih rendah. Banyak alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Kami hanya memperlihatkan pola ini kepada para pendonor sehingga bisa menjadi refleksi untuk mereka, mengapa hal ini bisa muncul.”Bagi Waldron dan John Gittleman, Dekan dari Odum School di University of Georgia dan salah satu penulis peneltian ini, mengatakan bahwa penelitian mereka memiliki pesan yang positif. “Masyarakat di dunia berkomitmen untuk menekan laju kepunahan di tahun 2020,” ungkap Waldron. “Hasil penelitian ini memberikan perkiraan yang cepat dan ringkas bagaimana mendistribusikan pendanaan konservasi yang lebih baik di masa mendatang untuk mewujudkan hal tersebut.”Bukti belum efektifnya pendanaan konservasi ini terlihat dari fakta dimana sekitar 40% dari negara-negara yang mendapat pendanaan sangat kurang, justru memiliki kekayaan keragaman hayati sebesar 32% dari seluruh keragaman hayati mamalia yang ada di dunia, dan hal ini bisa diubah dengan menargetkan di beberapa area tertentu. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2015-044-17.json | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | [CLS] Raja Ampat di Papua dan Kepulauan Galapagos di Ekuador disebut sebagai kawasan wisata yang berhasil menggalang dan mengelola dana konservasi lingkungan. Bali sebagai pulau wisata kini juga terus menjajaki apakah pelancong mau membayar insentif pelestarian alamnya.Sedikitnya dua riset tentang ini dibuat oleh sejumlah lembaga konservasi pesisir. Pertama riset kolaborasi Coral Reef Alliance, Whale Stranding Indonesia, dan Reef Check Indonesia pada 2013 pada turis di empat objek wisata perairan terkenal di Bali yakni Amed, Tulamben, Pemuteran, dan Lovina. Hasilnya sebagian turis bersedia membayar inisiatif konservasi (willingness to pay/WTP) sekitar 4-5 USD per orang asalkan dikelola transaparan dan akuntabel oleh konsorsium, tak hanya pemerintah.Riset paling anyar berjudul “Tingkat Kepuasan, Jumlah Pengeluaran, dan Kesediaan Membayar Wisatawan untuk Inisiatif Konservasi di Wilayah Perairan Padangbai – Candidasa, Karangasem, Bali” yang dilaporkan Juni 2015 ini. Hasil penelitian kerjasama antara Conservation International (CI) Indonesia dengan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana (Unud) Bali, yang dilakukan pada Januari – April di dua kawasan wisata di Bali timur itu.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepuasan wisatawan dan nilai ekonomi dari aktivitas wisata bahari yang berpotensi menunjang pengelolaan kawasan konservasi di Kabupaten Karangasem, khususnya di wilayah Padangbai – Candidasa.Wilayah pesisir Padangbai – Candidasa merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Pesisir (KKP) Karangasem, yang telah dikembangkan secara intensif sejak 2013, karena memiliki keragaman hayati yang tinggi dan menjadi salah satu prioritas konservasi di Bali. Aktivitas wisata bahari di Padangbai diperkirakan menghasilkan Rp236,4 miliar, sementara dari Candidasa sebesar Rp50,4 miliar. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-044-17.json | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Padangbai dan Candidasa yang berjarak sekitar 15 kilometer di timur Bali, mempunyai karakteristik berbeda. Padangbai merupakan lokasi penyebarangan ke pulau di timur Bali, dengan beberapa titik penyelaman seperti Baong Turtle Neck, Blue Lagoon, GIli Mimpang dan Shark Point. Ditemukan juga jenis terumbu karang Jepun yang sangat khas di kawasan ini.Sementara ada abrasi pantai di Candidasa. Pusat akomodasi sudah kehilangan pantai tapi masih menjadi pusat akomodasi untuk wisata alam dan budaya di Karangasem.Hasil penelitian menunjukkan ada dua faktor kesediaan wisatawan membayar dana insentif konservasi. Pertama faktor produk pariwisata, seperti kualitas kebersihan, kualitas akomodasi, landscape, fasilitas wisata, dan faktor komunitas lokal. Kedua, adanya informasi mengenai pencemaran dan tingkat keintiman wisatawan dengan masyarakat lokal. Terdapat variasi tinggi besarnya nilai ekonomi dan kesediaan membayar di kedua lokasi penelitian.“Ada dua faktor yakni keintiman dan fasilitas pariwisata. Yang bersedia membayar punya keinginan terlibat pelestarian lingkungan,” kata Adikampana, salah seorang peneliti. Sementara yang tak bersedia kebanyakan karena sudah bayar di destinasi lain entah di Indonesia atau luar Indonesia. Juga ada ada keraguan bagaimana pengelolaan dana konservasi itu. “Ada ketidakpercayaan dalam akuntabilitas pengelolaan,” lanjutnya.Wisatawan pada umumnya merasa puas terhadap kegiatan wisata bahari khususnya dalam hal pelayanan jasa guide. Sementara untuk aspek lainnya seperti, fasilitas pendukung, kebersihan, dan akomodasi kepuasan wisatawan tergolong masih rendah hingga sedang.Wisatawan mau membayar dana konservasi di Padangbai sebesar Rp42.500 dan Rp70.400 di Candidasa. Tetapi, wisatawan kurang percaya pengelolaan dana WTP oleh pemerintah, dan dikelola langsung masyarakat lokal dan organisasi non pemerintah. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-044-17.json | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Bagi wisatawan yang tidak bersedia membayar secara material, mereka bersedia menggantinya dalam bentuk kontribusi tenaga dan pemikiran dalam aktivitas konservasi (volunteer tourist). “Ini menarik, ada peluang mereka menjadi relawan untuk pengembangan kawasan konservasi,” tambah Sukma Arida, koordinator riset ini.Penelitian merekomendasikan pemerintah untuk mendukung komunitas pesisir guna lebih meningkatkan kualitas lingkungan di pesisir, dan dukungan kebijakan tata kelola ruang laut dan pesisir secara berkelanjutan, serta meningkatkan profesionalitas aparatur birokrasi.Untuk masyarakat pesisir khususnya masyarakat di sekitar Candidasa dan Padangbai agar meningkatkan upaya konservasi berbasis kemampuan lokal dan meningkatkan kapasitas dalam menangkap peluang ekonomi dari industri pariwisata.Sejumlah LSM dan akademisi menggagas perlunya dana konservasi lingkungan yang independen dan akuntabel bagi turis ke Bali. Tantangan dan degradasi lingkungan Bali dinilai makin parah sehingga perlu upaya konservasi yang makin massif.Sedangkan I Ketut Sarjana Putra, Direktur Eksekutif CI Indonesia mengatakan inisiatif memulai mekanisme Bali Conservation Funds (BCF) ini penting karena Bali menghadapi perubahan besar. “Di satu sisi antisipasi belum ada secara nyata. Bagaimana Bali akan tetap bisa menjaga alam dan budaya?” tanyanya.Banyak pihak bertanya, apakah Bali masih seindah ini di masa depan? Berapa kebutuhan dana untuk mengajegkan Bali. Berapa pemerintah mengalokasikan dana untuk konservasi?Sarjana mengusulkan empat pilar utama alokasi BCF berkonsep kearifan lokal, yaitu Wana Kertih (forest landscape conservation), Danu Kertih (bagaimana sumber air seperti sungai, danau bisa terjaga), Segara Kertih (coastal and marine concervation) dan Jana – Atma Kertih (untuk peningkatan kapasitas manusianya). | [0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-044-17.json | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Turis Bali Mau Bayar Dana Konservasi, Asal Dikelola Transparan. Kenapa? | Ia mencontohkan inisiatif entrance fee system saat mendarat di Galapagos sebesar USD 100 dan footprint fee USD 48 saat keluar. “Hanya untuk menikmati kepulauan di Ekuador sebagai kawasan taman nasional,” kata Sarjana yang mengaku terlibat dalam pembuatan sistemnya. Alokasi dana konservasi yang didapat 40% untuk Galapagos National Park dan 25% untuk Galapagos Munincipalities.Sedangkan di Raja Ampat, Papua, ada dive fee system sebesar USD 50 untuk WNA, 25 untuk domestik. Didistribusikan ke kas pemerintah lokal dan pengelola Raja Ampat.Mobilisasi dana konservasi ini didasari isu kualitas lingkungan hidup di Bali yang perhatian serius yaitu tingginya alih fungsi lahan, meningkatnya lahan kritis, menurunnya kualitas udara, kritisnya penyediaan air bersih, meningkatnya aktivitas di kawasan pesisir, pantai dan laut; tingginya pertumbuhan penduduk, dan meningkatnya sampah dan limbah (SLHD Bali 2013).Alokasi dana konservasi ini dinilai sangat kecil dibanding angka dalam dokumen isian pelaksanaan anggaran (DIPA) Bali yang nilainya terus meningkat dari tahun ke tahun. DIPA Bali tahun 2011 sebesar Rp6,37 triliun, tahun 2012 sebesar Rp6,97 triliun dan tahun 2013 sebesar Rp7,47 triliun. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0] |
2017-006-18.json | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | [CLS] Ancaman terhadap ekosistem karst makin menggila di negeri ini. Kalangan pegiat lingkungan pun mendesak, pemerintah segera mengesahkan rancangan peraturan pemerintah soal ekosistem karst yang sudah dibahas sejak bertahun-tahun lalu.Wahyu A. Perdana Manajer Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Walhi Nasional menjabarkan, di Jawa Barat, misal, 40% karst terancam pertambangan. Sedangkan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, dari 7.250.000 hektar karst, 2.918.000 hektar terancam pertambangan dan perkebunan sawit.Di Maros Pangkep, Sulawesi Selatan, pertambangan mengancam 19.066 hektar karst, di Aceh Tamiang 2.549 hektar karst terancam tambang semen. Di Pasaman Barat, Sumbar, 650 hektar karst terancam pertambangan batu gamping.Adapun data lain dihimpun Walhi, di Karst Gunung Sewu yang membentang dari Bantul dan Gunungkidul (Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah) dan Pacitan (Jawa Timur), kerusakan bukit karst terlihat jelas karena pembangunan infrastruktur jalan jalur lintas selatan (JJLS), dan tambang batu gamping baik legal maupun ilegal. Juga pengembangan industri pariwisata dengan konsep pembangunan skala besar seperti hotel, resort dan villa, serta wisata massal.“Perlu regulasi dan lembaga atau badan khusus berwenang mengatur fungsi, pemanfaatan serta perlindungan ekosistem karst yang berkarakter unik, multi fungsi, dan multi sektor,” katanya, baru-baru ini dalam pertemuan sekitar 70 mahasiswa pecinta alam (mapala ) anggota Walhi 19 provinsi di Indonesia, pada 17-23 November 2017 di Wonogiri, Jawa Tengah.Mapala ini berkumpul ikut mendesak pemerintah segera melahirkan kebijakan perlindungan dan pengelolaan ekosistem esensial karst.Regulasi, kelembagaan, dan kebijakan karst saat ini, kata Wahyu, sangat parsial, bias geologi, dan banyak bertentangan dengan kebutuhan masyarakat sekitar karst hingga memunculkan konflik sosial dan potensi pelanggaran hak asasi manusia. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0] |
2017-006-18.json | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Untuk itu, katanya, perlu percepatan pembahasan dan pengesahan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Ekosistem Karst (RPP Karst).RPP ini, katanya, akan mengatur kawasan karst dan pemanfaatannya berdasarkan zonasi untuk menjamin kepastian hukum baik bagi kelestarian karst, dan hak asasi.“Kebijakan ini harus komprehensif dalam pengelolaan dan perlindungan karst.”Kebijakan itu, wajib berprespektif keadilan ekologis dan bukan eksploitatif. Pada sisi kebijakan kelembagaan, katanya, wewenang pengelolaan karst harus pada satu lembaga atau ementerian dengan prespektif perlindungan. Jadi, upaya perlindungan bisa menyeluruh dan terkoordinasi tanpa terpengaruh ego sektoral antara lembaga atau kementerian.Selain itu, kebijakan pengelolaan dan perlindungan itu harus mengakui wilayah kelola rakyat. Hal ini, katanya, bisa tercapai jika dalam penyusunan melibatkan multi-pihak seluas-luasnya, terutama kelompok masyarakat terdampak.Petrasa Wacana dari Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) mengatakan, RPP Karst harusnya bisa jadi kebijakan memperkuat upaya perlindungan kawasan karst sesuai UU No 32/2009 dan PP No 26/2008 tentang rencana tata ruang dan tata wilayah nasional.Saat ini, katanya, hanya ada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mieral (ESDM) No 17/2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK). Obyeknya, lebih fisik geologi, dan sampai sekarang metode penetapan karst masih dalam perdebatan.“Pentingnya RPP Karst ini supaya bisa melihat perlindungan karst bukan dari aspek pemanfaatan sumberdaya geologi semata, tapi dapat jadi acuan bersama bagaimana melihat sistem ekologi karst dan bagaimana menilai kerusakan dan melindungi karst dan sistem ekologinya,” ucap Petra. Dalam pembahasan RPP Karst sejak 2010, katanya, RPP ini sudah berkali-kali revisi dan masuk ke Sekretariat Negara. Penghambatnya, tak ada persamaan persepsi tentang pengelolaan karst. | [0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2017-006-18.json | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | KESDM dan Asosiasi Semen Indonesia (ASI) tetap melihat pengelolaan dari sisi pemanfaatan karst, KLHK dan praktisi speleologi melihat pengelolaan karst dari sisi perlindungan dan ekosistem. “RPP Karst jelas ditolak ESDM dan ASI,” katanya.Petra menyebutkan, soal pendefinisian karst, KESDM masih mempertahankan definisi geologi bahwa karst identik dengan kawasan kering dan tandus. Sementara dalam perkembangan ilmu karst di dunia, bahwa karst memiliki keunikan sistem hidrologi.“Jika tak kunjung ada kebijakan tegas dalam perlindungan ekosistem karst, kerusakan akan meluas dan ancaman bencana ekologi makin besar, terutama kekeringan air.”Halik Sandera, Direktur Walhi Yogyakarta mengatakan, perlindungan sangat penting mengingat ekosistem karst makin terancam industri ekstraktif, maupun investasi merusak lingkungan seperti villa, jalan, tambang, resort sampai hotel. Aktivitas lain, eksplorasi pada enam goa di sekitar Pegunungan Sewu.“Belum ada keseriusan pemerintah menyelesaikan, salah satu peraturan mandat UU Lingkungan Hidup,” katanya kepada Mongabay, Senin, (27/11/17).Karst, katanya, ekosistem terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun, tersusun atas batuan karbonat (batu kapur/batu gamping) yang mengalami proses pelarutan hingga membentuk kenampakan morfologi dan tatanan hidrologi yang unik dan khas.Di Indonesia, prakiraan luas kawasan karst mencapai hampir 20% dari luas wilayah. PBB memperkirakan ketersediaan air pada 25% penduduk dunia dipenuhi oleh ekosistem karst.Dengan aturan tak kunjung selesai, katanya, akan memperbesar ancaman karst dan konflik di tapak.“Memahami ekosistem karst tak bisa parsial, harus utuh. Setidaknya sumbangsih dan dampak perubahan ekosistem terhadap lingkungan, valuasi ekonomi, sosial budaya, serta jasa lingkungan,” katanya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0] |
2017-006-18.json | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Pemerintah Didesak Segera Selesaikan Aturan Perlindungan Ekosistem Karst | Saat ini, ancaman terbesar ekosistem karst adalah industri ekstraktif, khusus semen. Batu gamping dan kapur sebagai komponen utama karst, bahan baku utama industri semen.Ancaman lain, dari aktivitas manusia seperti pembukaan perkebunan monokultur skala luas, dan industri pariwisata, yang tak mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.Berdasar data proyeksi Asosiasi Semen Indonesia pada Oktober 2017, yang dihimpun Walhi, kapasitas pabrik semen mencapai 107.971480 ton, padahal proyeksi konsumsi domestik hanya 65,1 juta ton. Angka proyeksi ini masih lebih besar dibandingkan realisasi kebutuhan semen hingga Agustus 2017 sebesar 41.128.780 ton.Kehilangan ekosistem karst, katanya, bakal mengancam keseimbangan iklim dengan kerusakan satu ekosistem penyeimbang siklus karbon. Parahnya, sisi lain pertambahan industri ekstraktif, khusus semen dicatat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai penyumbang emisi karbon terbesar 48%, berdasarkan Laporan Investigasi Gas Rumah Kaca KLHK 2014.Tiongkok, katanya, justru menutup banyak industri semen atau lebih tepat memindahkan ke luar negeri- setelah menyadari industri semen menaikkan emisi CO2 dari 57% pada 1994 jadi 72% pada 2005.Saat bersamaan, Kementerian Perlindungan Lingkungan Tiongkok berencana mengurangi produksi semen hingga 37 juta ton pada 2015. Industri semen juga berpotensi penyumbang pencemaran udara terbesar, karena memproduksi sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (Nox), karbon monoksida (CO), serta debu dan karbon dioksida (CO2) sebagai penyumbang polusi terbesarnya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-082-16.json | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | [CLS] Ancaman kepunahan spesies tidak saja terjadi untuk spesies yang hidup di daratan, tetapi juga terjadi bagi spesies yang hidup maupun yang tergantung hidupnya pada lautan. Para peneliti menyebutkan bahwa dalam 500 tahun terakhir telah terjadi kepunahan satwa yang berasosiasi dengan ekosistem laut.Kepunahan ini diperkirakan terjadi bertambah cepat karena berbagai faktor, seperti semakin banyaknya bahan pangan manusia yang diambil dari laut, eksploitasi laut untuk berbagai keperluan bahan bakar fosil, mineral dan energi, pencemaran laut dan semakin meningkatnya transportasi samudera.Para peneliti mengindikasikan bahwa berbagai sepesies laut semakin terancam dalam laju yang meningkat sejalan dengan industralisasi dan revolusi industri sejak abad ke-19.Berikut adalah daftar beberapa spesies laut yang telah punah dalam 500 tahun terakhir yang dikumpulkan oleh Mongabay.com. Mudah-mudahan laut dan pesisirnya tidak akan menjadi tempat yang “kosong dan sepi” karena kehilangan para penghuninya.Sapi Laut StellerSapi laut steller (Hydodamalis gigas) adalah mamalia besar yang telah punah. Spesies ini sebelumnya dapat ditemukan di pantai laut Bering. Satwa ini diidentifikasikan oleh Georg Steller dan pada saat ditemukan hanya tersisa sekitar 1500 saja. Sapi laut steller diburu oleh pelaut, pemburu dan pedagang bulu sebagai bahan makanan dan lemaknya sebagai lampu minyak. Hanya dalam 27 tahun setelah ‘ditemukan’ satwa ini dinyatakan punah.Cerpelai LautCerpelai laut (Neovison macrodon) adalah mamalia yang dapat dijumpai di pesisir timur Amerika Utara. Jenis ini telah punah diburu untuk memenuhi permintaan pasar bulu di Eropa secara besar-besaran, meskipun sebelumnya penduduk asli Amerika juga memburu satwa ini untuk bulu dan dagingnya. Satwa ini dinyatakan punah pada akhir abad ke-19.Bebek Labrador | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-082-16.json | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Populasi bebek labrador (Camptorhynchus labradorius) tidak pernah berlimpah, namun kemungkinan perburuan dan pengambilan telur berpengaruh terhadap kepunahan bebek ini di akhir dekade abad ke-19. Namun demikian, para peneliti belum bersepakat tentang penyebab utama kepunahan spesies ini, beberapa ahli menyebutkan menyempitnya habitat karena meningkatnya populasi manusia di pesisir timur Amerika Utara dan masalah berkurangnya sejenis kerang-kerangan yang menjadi sumber makanan utama bebek ini.New Zealand GraylingNew Zealand grayling (Prototroctes Oxyrhynchus) adalah satu-satunya jenis ikan laut yang diketahui telah punah dalam 500 tahun terakhir. Spesies ini bertelur di sungai, tetapi tumbuh dan hidup di lautan lepas Selandia Baru. Pemanenan yang berlebihan, ikan invasif, dan deforestasi diperkirakan telah menyebabkan kepunahan.Anjing Laut KaribiaAnjing laut karibia atau Caribbean monk seal (Monachus tropicalis) dinyatakan punah oleh IUCN Red List pada tahun 2008, meski sejak tahun 1950-an sudah tidak ditemukan lagi. Anjing laut ini punah karena diburu, meski faktor berkurangnya makanan akibat industrialisasi penangkapan ikan mungkin juga menjadi penyebab utama satwa ini kehilangan sumber mangsanya.Burung Kormoran PallasKormoran Pallas (Phalacrocorax perspicillatus) adalah jenis burung kormoran yang terbesar yang pernah ada. Jenis ini hanya ditemukan di timur utara Rusia, dinyatakan punah akibat tekanan perburuan yang terjadi. Burung ini juga disebut sebagai kormoran kacamata karena daerah seputar matanya yang unik seperti orang berkacamata.Auk BesarAuk besar (Pinguinus impennis) disebut juga dengan julukan “pinguin dari belahan utara” meski sebenarnya bukan bagian dari keluarga pinguin. Spesies pernah tersebar di belahan bumi utara dari Canada, Norwegia, Greenland dan Islandia. Perburuan menjadi faktor kepunahan jenis ini. Auk besar terakhir di Islandia diburu pada tahun 1844.Singa Laut Jepang | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-082-16.json | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Inilah Satwa Laut yang Telah Punah | Singa laut jepang (Zalophus japonicus) sebelumnya dianggap sebagai sub spesies dari Singa laut california (Z. californianus). Pada akhir abad ke-19 singa laut jepang diburu oleh para nelayan jepang secara besar-besaran dalam skala industri. Pada akhir tahun 1940-an spesies ini sudah tidak terlihat lagi di laut Jepang. Selain perburuan, pengambilan ikan sumber pakan singa laut dalam skala industri juga menjadi sebab yang mendorong kepunahan spesies ini. Perburuan singa laut ditujukan sebagai bahan makanan, minyak dan bagian tubuh yang digunakan dalam pengobatan tradisional.Burung Oystercatcher Pulau KenariBurung Oystercatcher asal Pulau Kenari (Haematopus meadewaldoi), sebuah pulau di lepas lautan Atlantik, Spanyol terakhir diketahui keberadaanya pada tahun 1913 oleh para nelayan lokal dan penjaga mercusuar. Burung ini dinyatakan punah secara resmi oleh IUCN Red List pada tahun 1994, setelah terlihat terakhir pada tahun 1950. Hilangnya sumber pakan yaitu sejenis invertebrata dari pesisir laut dan telur yang dimangsa oleh predator seperti kucing dan tikus dianggap sebagai faktor yang mendorong kepunahan jenis ini. Faktor perburuan saat jenis ini bermigrasi juga dianggap sebagai faktor yang mendorong kepunahannya.Burung Petrel Pulau Saint HelenaPetrel Saint Helena (Pseudobulweria rupinarum), adalah spesies burung laut yang hanya dijumpai di pulau Saint Helena, yang berada di selatan lautan Atlantik. Menurut IUCN Red List burung ini dinyatakan punah pada tahun 2004, setelah sebelumnya merupakan spesies terancam punah sejak tahun 1988. Meskipun belum dinyatakan faktor utama dari kepunahan spesies ini, tetapi para peneliti menyebutkan bahwa perubahan habitat tempat hidup dan desakan manusia menjadi faktor utama kepunahannya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-007-17.json | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | [CLS] Amin Suwarno adalah warga Pontianak kelahiran Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sehari-hari, lelaki jebolan Fakultas Pertanian Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Pancabhakti, Pontianak, ini berbisnis barang elektronik. Kini, nama Amin identik dengan Aben-gas, nama paten perahu dua bahan bakar: 15 liter bensin dan gas elpiji 3 kilogram, yang ia ciptakan.Sekarang, mesinnya dirakit oleh warga, termasuk pembuatan tubuh perahunya. “Tidak perlu dibangun pabrik. Kita berdayakan masyarakat setempat, yang tadinya nelayan untuk merakit mesin perahu motor Aben-gas ini,” ujar lelaki kelahiran 24 Februari 1970 ini, akhir pekan lalu.Alih teknologi dilakukan Amin kepada siapa saja yang tertarik untuk membuat perahu dual fuel. Piranti buatannya menghemat ongkos BBM, terutama solar. “Lahirnya konverter kit ini berawal dari keluhan nelayan akan sulitnya mendapatkan BBM. Konverter ini aman dan sangat layak digunakan, karena keamanan yang berlapis. Kemungkinan bocor kecil.”Amin mengatakan, belum lama ini Provinsi Sulawesi Utara memanfaatkan Aben-Gas, melalui Bidang Penangkapan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P3H) Perikanan DKP Provinsi Sulut. Konverter kit ciptaannya dibagikan kepada nelayan dan kelompok tani di Kota Manado.Terlebih, dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil, makin mengukuhkan penemuan Amin sebagai solusi nelayan tangkap pesisir. Dalam Perpres disebutkan, sasaran penyediaan dan pendistribusian LPG untuk kapal perikanan nelayan kecil hanya yang menggunakan mesin motor tempel dan/atau mesin dalam yang beroperasi harian. “Saya sangat berharap, temuan ini bisa berdaya guna. Termasuk menambah pendapatan perkapita nelayan.”Akrab perahu motor | [0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125] |
2015-007-17.json | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Amin mengaku tidak pernah belajar khusus tentang mesin atau elektronik. Sebagai anak yang tinggal di tepi sungai, sejak kecil ia sudah akrab dengan perahu motor. Dari utak atik mesin, Amin sedikit banyak tahu cara kerja mesin dan onderdil yang menyertainya. Terlebih, dia punya pengalaman memperbaiki perahu motor tempel keluarganya yang kerap mogok.Menurut Amin, program konversi minyak tanah ke elipiji, mengilhaminya membuat perahu berbahan bakar bensin dan gas. Elpiji jauh lebih mudah didapat ketimbang solar, begitu pula bensin. Biaya operasional untuk perahu motor yang menggunakan bensin atau gas, pastinya lebih murah.Percobaan membuat Aben-gas dilakukannya lima tahun terakhir. Jika dirupiahkan, uji cobanya itu menghabiskan Rp50 hingga Rp100 juta yang dirogoh dari kantong pribadinya. Mixer, salah satu piranti konverter milik Amin, terinspirasi dari mixer yang sering digunakan para ibu untuk membuat adonan kue.Bedanya, mixer buatan Amin berfungsi untuk mencampurkan gas dan udara yang masuk ke bagian mesin, sebelum menjadi tenaga yang dapat memacu perahu. Mixer dibentuk menggunakan mesin bubut dengan bahan dasar aluminium. Bahan ini diyakini tidak mudah korosi dibanding besi atau tembaga. Prosesnya memang butuh keahlian. “Selisih nol koma sekian milimeter, hasilnya akan beda. Jelas, akan berpengaruh pada kecepatan putaran dan penggunaan bahan bakar,” kata Amin.Boleh dikata mixer kit jantungnya sistem kerja perahu hemat energi ini. Karena, alat ini berfungsi untuk menempatkan spuyer dan stud bolt agar bisa menyambung pipa saluran bahan bakar untuk menghidupkan mesin. Sehingga, sistem mesin membentuk model dual fuel. Artinya, alat ini bekerja untuk mengubah bahan bakar gas dari elpiji menjadi sumber energi. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2015-007-17.json | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Penemuan mixer kit atau perangkat pencampur, yang dimodifikasi dengan mesin perahu motor, mengorbankan belasan mesin sebagai kelinci percobaan. Awalnya, Amin merakit mixer kit single hole. Sewaktu dicoba, hasilnya tidak maksimal lantaran perahu yang menggunakan bahan bakar gas elpiji tidak mampu mendorong perahu yang berisikan beban. Selain itu penggunaan gas elpiji sangat boros. Tak menyerah sampai disitu, Amin kemudian mengembangkan mixer kit multi hole. “Hasilnya tenaga mesin lebih besar dan hemat bahan bakar hingga lima kali lipat,” jelasnya.BinaanAmin mempunyai daerah binaan di Dusun Sejahtera, Desa Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya. Jaraknya dari Pontianak, berkisar 1 – 1,5 jam lewat sungai. Jarak ini lebih singkat dibanding jalan darat sekitar 2 – 2,5 jam. Di dusun ini, mayoritas nelayannya juga berwirausaha membuat perahu. Bedanya, perahu yang dibuat dari bahan fiber glass.“Saya menekankan warga agar tidak menggunakan kayu sebagai bahan dasar. Penggunaan fiber glass mempunyai banyak kelebihan, selain tidak adanya penebangan pohon, juga lebih tahan lama,” katanya. Jika menggunakan kayu, satu perahu butuh satu hingga dua pohon dengan diameter minimal satu meter. Dalam setahun biasanya terjadi pergantian dua kali. Dengan fiber, jika bocor hanya keluar biaya Rp20 ribu.Sekitar 80 pembuat sampan aktif di daerah tersebut. Mereka berasal dari Desa Punggur, Telok Pakedai, Sungai Kakap, Sungai Tekong dan sekitarnya. Rata-rata, mereka tadinya nelayan tangkap. Sampan-sampan buatan warga itu nantinya akan digerakkan dengann motor dual fuel, ciptaan Amin. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2015-007-17.json | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno | Saat ini, teknologi konverter kit baru dipasang untuk mesin 160 cc dan 200 cc. Dua tabung gas elpiji 3 kg diletakkan pada badan perahu lalu dialirkan melalui selang untuk diatur melalui mekanisme tee joint. Sebelum masuk ke mekanisme bracket dan acceleration, pengamanan gas dilakukan pada mekanisme ball valve (bola katup). Gas yang masuk ke mekanisme mixer diubah menjadi tenaga penarik perahu nelayan. Butuh dua tabung sekaligus guna mencegah pembekuan.Estimasi penghematan dalam beberapa uji coba cukup menggembirakan. Mesin standar dengan bahan bakar bensin untuk satu jam perjalanan, volume pemakaiannya 2,75 liter bensin. Bila dirupiahkan menjadi Rp20,350 dengan putaran maksimal 5.600 rpm. Sementara mesin yang menggunakan konverter kit selama satu jam perjalanan butuh 7 ons elpiji. Bila dirupiahkan hanya sekitar Rp5.326. Satu tabung gas bisa digunakan untuk perjalanan sepuluh jam dengan jarak tempuh lebih 20 kilometer.Ciptaan kreatif Amin ini telah diapresiasi Bupati Kubu Raya saat dijabat oleh Muda Mahendrawan. Penemuannya juga mendapat perhatian dari Institut Teknologi Bandung dan Kementerian ESDM. Amin diikutkan dalam pameran teknologi menggunakan gas untuk transportasi. Amin juga menjadi pembicara di FGD dengan para profesor di ITB pada 2012.Amin berharap, konverter kit ciptaannya ini bisa dirasakan manfaatnya oleh nelayan. Dia tidak ingin dikomersialisasi. Hak patennya telah terdaftar 15 Maret 2012 dengan nama Amin Ben-Gas di Kementerian Hukum dan HAM dengan Nomor S00210300051. “Pemerintah daerah harus menganggarkan dana untuk pengadaan alat, lalu dibagikan gratis kepada nelayan. Terlebih, konverter ini bisa dipasang dengan beragam jenis mesin perahu. Baik solar maupun premium,” ujarnya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2017-015-09.json | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | [CLS] Sejumlah titik api kembali muncul di Aceh. Di Kabupaten Aceh Barat, titik api yang bersumber dari pembukaan lahan untuk perkebunan dengan cara dibakar, menyebabkan jalan nasional yang menghubungkan kabupaten tersebut dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kota Banda Aceh diselimuti asap.“Sore atau pagi hari, asapnya sangat tebal, jarak pandang sangat terbatas. Warga sangat terganggu dengan kebakaran ini,” sebut Dedi Gunawan, warga Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, pada 24 Oktober 2017.Dedi mengatakan, kebakaran hutan khususnya hutan gambut di Aceh Barat sudah sering terjadi. Asap muncul akibat pembakaran hutan gambut untuk dijadikan kebun kelapa sawit. “Penegakan hukum untuk pelaku harus dilakukan, banyak warga yang harus menanggung akibatnya,” tambahnya. Baca: Api Berkobar di Lahan Gambut Aceh Barat, Bencana Tahunan yang Kembali Terulang Kepala BPBD Aceh Barat, Syahluna Polem kepada wartawan menjelaskan, kabut asap yang menyelimuti beberapa daerah di Kabupaten Aceh Barat terjadi karena kebakaran lahan gambut. “Ada pemilik lahan yang membersihkan dengan cara membakar. Petugas BPBD Aceh Barat dibantu kepolisian dan TNI telah memadamkan api di beberapa tempat, khusunya di Kecamatan Kaway XVI dan Johan Pahlawan,” terangnya kemarin.Syahluna menambahkan, dibeberapa tempat, tim pemadam kesulitan memadamkan api karena lokasi yang jauh dari jalan. Tidak ada sumber air yang bisa diambil. “Pompa air jadi tidak berguna karena tidak ada sumber air, akhirnya tim memamdamkan api dengan cara manual,” ujarnya. Titik api akibat pembersihan lahan gambut untuk dijadikan kebun juga terdeteksi di hutan gambut Rawa Tripa, Kabupaten Nagan Raya, dan di hutan gambut Suaka Margasatwa Rawa Singkil. | [0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204] |
2017-015-09.json | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | Di Rawa Singkil, titik api yang jumlahnya belasan, tersebar di Kecamatan Trumon Selatan, Kabupaten Aceh Selatan. Titik api paling banyak terlihat di Desa Ie Meudama, yang sebagian besar telah menjadi perkebunan sawit. Pada Juni 2017, belasan hektar hutan SM Rawa Singkil juga dibakar di desa ini. “Lahan itu memang sengaja dibakar untuk dijadikan kebun sawit, umumnya sang pemilik berasal dari luar Trumon,” sebut Imran, warga setempat. Baca juga: Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Gambut yang Terus Dirambah Pembukaan lahan di Suaka Margasatwa Rawa Singkil ini diakui oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo. Di depan kepala desa yang berbatasan langsung dengan SM Rawa Singkil, Sapto menyebutkan, dirinya menemukan warga yang mengaku membuka lahan, karena tidak memiliki lahan. Tapi, setelah lahan dibuka, dijual ke pengusaha.“Saya memiliki bukti kejadian, pembukaan lahan dilakukan untuk mencari keuntungan dengan menjual ke orang lain. Setelah itu, warga kembali mengaku butuh lahan pertanian atau perkebunan,” terangnya, pada 19 September 2017.Sapto menambahkan, Rawa Singkil merupakan hutan gambut layaknya sponse yang ketika air datang akan diserap dan di simpan. Namun, saat tidak ada air, sedikit-sedikit air dilepaskan. Keberadaannya sangat penting, salah satunya untuk menjaga agar daerah tersebut tidak banjir.“Jika Rawa Singkil terus rusak akibat pembukaan lahan, banjir lebih parah akan terjadi. Belum lagi daerah-daerah itu akan kekurangan air saat kemarau,” ujarnya. Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh mengungkapkan, pada Selasa, 24 Oktober 2017, tercatat ada 60 titik api yang tersebar di 12 kabupaten/kota di Aceh. | [0.125, 0.125, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0] |
2017-015-09.json | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | Titik Api Kembali Bermunculan di Aceh, Apa Penyebabnya? | “Nagan Raya (16 titik), Aceh Barat (15 titik), Aceh Tengah (10 titik), Bireun (7 titik), dan Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Selatan (4 titik),” jelas Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Blang Bintang, Zakaria.Sementara, hasil pantaun satelit yang dilakukan Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) mencatat dari 16-23 Oktober 2017, di Aceh muncul sekitar 662 titik api yang tersebar di 17 kabupaten/kota.Sekretaris HaKA, Badrul Irfan mengatakan, jumlah titik api tersebut diketahui berdasarkan data yang didapat pada portal Global Forest Watch (GFW). Portal ini dapat diakses siapapun untuk memantau jumlah titik api.“Titik api dipantau melalui data Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS). HAkA mendeteksi menggunakan satelit Suomi-NPP. Sementara nama produknya adalah VIIRS yang melengkapi data MODIS,” jelasnya.Badrul mengatakan, dari 662 titik api, jumlah terbanyak terdeteksi di Nagan Raya, yaitu 107 titik. Disusul Aceh Barat (106 titik), Aceh Tengah (86 titik), Aceh Selatan (72 titik) dan Gayo Lues (53 titik). “Pemerintah dan semua pihak harus terus menekankan larangan pembakaran lahan di musim kemarau seperti sekarang ini,” tandasnya. [SEP] | [0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2023-003-19.json | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | [CLS] “Menyatakan terdakwa, Surya Darmadi, terbukti sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan pencucian uang sebagaimana dakwaan kesatu primer dan dakwaan ketiga primer penuntut umum. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa, pidana penjara selama 15 tahun dan denda Rp1 miliar. Dengan ketentuan apabila denda tidak dibayarkan akan diganti pidana kurungan selama enam bulan,” kata Fahzal Hamzah, Ketua Majelis Hakim saat membacakan vonis kepada Surya Darmadi, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (23/2/23).Selain pidana itu, Surya Darmadi, bos sawit PT Duta Palma Group, juga mendapatkan ganjaran pidana tambahan uang pengganti Rp2, 238 triliun dan membayar kerugian perekonomian negara Rp39, 751 triliun. Mendengar putusan majelis hakim ini, Surya Darmadi pun menyatakan banding.Sebelumnya, Surya Darmadi dituntut penjara seumur hidup, dirampas aset untuk mengganti kerugian negara Rp4,7 trilun dan mengganti kerugian perekonomian negara R73,9 triliun.“Jika terpidana tak membayar uang pengganti, paling lama dalam satu bulan sesudah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta benda dapat disita jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti. Kemudian dalam hal terpidana tidak mempunyai harta yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka dipidana dengan pidana penjara selama lima tahun,” kata Fahzal yang didampingi hakim anggota Susanti Arsi Wibawani dan Sukartono.Untuk aset yang disita Kejaksaan, katanya, seperti tanah atau kebun sawit dikembalikan kepada Surya Darmadi karena bukan berasal dari tindak pidana korupsi yang dilakukan. Beberapa aset tanah dan kebun lain dirampas negara untuk membayar kerugian perekonomian negara.Barang lain yang disita adalah kapal dan helikopter dan asset di Singapura dan Australia. Sementara kendaraan bermotor atas nama anak, menantu dan istri dikembalikan. | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0] |
2023-003-19.json | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | “Kalau yang ada HGU (hak guna usaha), tidak masuk dalam kerugian negara. Kemudian kerugian perekonomian negara, tadinya Rp78 triliun, jadi Rp39 triliun setelah kami hitung-hitung. Tidak termasuk yang PT Kencana Amal Tani sama PT Banyu Bening Utama karena itu sudah ada HGU.”Hakim menilai, walau proses kedua perusahaan itu menurut penuntut umum mungkin ilegal, tetapi sebelum ada pembatalan atau pencabutan oleh pemerintah maka hakim anggap sah dan legal.Dia bilang, dari pemeriksaan perkara di persidangan, Surya Darmadi sudah mendapatkan keuntungan dari PT Siberita Subur, PT Panca Agro Lestari, PT Banyu Bening Utama, PT Kencana Amal Tani, minus PT Palma I sebesar Rp1,238 triliun. Termasuklah di sana tak menerapkan sawit plasma rakyat 20% senilai Rp555,086 miliar.Perusahaan-perusahaan itu tak pernah memenuhi kewajiban kepada negara berupa dana berboisasi, provisi sumber daya hutan, sampai kompensasi penggunaan Kawasan hutan dari 2004-2022 hingga menyebabkan kerugian keuangan negara. Dia pun dapat pidana tambahan.Selain itu, hakim mengatakan, perkebunan sawit Duta Palma Group di Indraguna Hulu, Riau yang tidak dilengkapi izin-izin menyebabkan kerugian keuangan negara dan perekonomian negara Rp 39,751 triliun. Baca juga: Akhir Perburuan Sang Taipan Sawit Surya Darmadi Dalam pembelaan, tim hukum Surya Darmadi mengatakan, telah melakukan tanggung jawab social berupa membangun SD, SMP, SMK serta perumahan untuk karyawan. Juga, membangun tempat ibadah, poliklinik kesehatan buat perusahaan sekaligus untuk melayani masyarakat sekelilingnya. Ia jadi pertimbangan yang meringankan bagi Surya Darmadi. Faktor usia Surya Darmadi sudah memasuki 72 tahun dan sakit jantung juga jadi pertimbangan hakim menetapkan vonis 15 tahun penjara. | [0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0] |
2023-003-19.json | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Yang memberatkan, kata hakim, tindakan Surya Darmadi tidak membantu program pemerintah dalam tindak pidana korupsi. Perkebunan sawit Duta Palma Group belum menerapkan plasma dan terjadi konflik dengan masyarakat.Sebelumnya, pada 13 Februari 2023, majelis hakim juga menerima surat dari Koperasi Tani Rahmat Usaha berisikan pengembalian kebun sawit kemitraan plasma seluas 1.954 hektar dari Duta Palma Group.Majelis hakim berpendapat, bukan kewenangan mereka menetapkan pengembalian kebun sawit pola kemitraan plasma seluas 1.954 hektar karena sudah berstatus HGU. Jadi, kewenangan pemberi HGU untuk menyerahkan lahan kepada masyarakat.Hendro Dewanto, Direktur Penuntutan Jaksa Agung Muda bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung mengatakan, putusan majelis hakim merupakan hal fenomenal terutama terkait pembuktian unsur perekonomian negara.“Itu dibebankan secara mutlak kepada terdakwa. Yang meliputi kerugian kerusakan lingkungan, kerugian rumah tangga, dan multiplier effectterhadap petani plasma. Ini penting hingga bisa mendorong ke depan terkait usaha pemerintah untuk memperbaiki tata kelola industri sawit.”Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi ke depan, katanya, semestinya mengarah kepada pembuktian unsur kerugian perekonomian negara karena ini efek lebih kepada perang terhadap korupsi.“Kalau hanya kerugian negara, sebagaimana misal, uang yang ada di APBN, saya kira kecil. Tapi ini bisa jadi besar. Terkait aset-aset nanti perkebunan, yang dulu diperoleh melawan hukum, akan dikembalikan kepada negara. Tentu penuntut umum segera berkoordinasi dengan kementerian terkait,” katanya. Baca juga: Proses Hukum Surya Darmadi, Jalan Jerat Kasus Kebun Sawit Serupa di Indonesia | [0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0] |
2023-003-19.json | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Mengenai upaya banding Surya Darmadi, katanya, sah-sah saja. Dia berharap, publik bisa mengawal kasus ini mulai dari pengadilan tinggi hingga Mahkamah Agung. Jadi, soal pembuktian unsur perekonomian negara yang telah diperjuangkan jaksa, bisa dipertahankan.Juniver Girsang, pengacara Surya Darmadi, mengatakan, langsung banding .Dengan ada putusan ini, Kejaksaan Agung harus memperlakukan equality for the law terhadap 1.192 perusahaan yang juga beroperasi di dalam Kawasan hutan. “Jangan ada diskriminasi.”Uli Arta Siagian, Manager Kampanye Hutan dan Kebun Walhi Nasional menyayangkan vonis hakim jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa.“Alasannya itu karena Surya Darmadi sudah tua, sakit, bersikap baik selama proses persidangan dan membayar CSR. Kami lihat sebenarnya, itu tidak cukup kuat untuk jadi alasan meringankan vonis terhadap Surya Darmadi,” katanya.Surya Darmadi, katanya, melalui perusahaan-perusahaannya sudah beraktivitas ilegal di kawasan hutan sejak 2004 hingga 2022. Periode itu, katanya, melampaui vonis hakim 15 tahun.“Kalau kita ngomongin soal apa yang hilang dan diambil paksa oleh Surya Darmadi oleh aktivitas perkebunan, dari Masyarakat Adat Talang Mamak, misal, itu jauh lebih lama ketimbang vonis yang dijatuhkan.”Meski begitu, Uli mengapresiasi kinerja majelis hakim. Menurut dia, majelis hakim cukup progresif terlebih Surya Darmadi ini adalah kasus pertama korupsi sektor sumber daya alam dengan hakim merekognisi kerugian perekonomian negara.“Sebelumnya belum pernah ada. Ini langkah baik dan berani hakim mengakui ada konsep kerugian perekonomian negara dari korupsi di sektor sumber daya alam. Ini preseden baik untuk ke depan ketika tangani kasus-kasus korupsi sumber daya alam.” | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0] |
2023-003-19.json | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Setelah vonis hakim itu, katanya, KLHK dan Kementerian ATR/BPN harus segera bertindak. “Proses peridangan dengan semua argumentasi-argumentasi hukum, saksi, ahli dan putusan, itu jadi basis sangat kuat untuk dua kementerian ini menindaklanjuti sesuai tupoksi masing-masing.” Baca juga: Terseret Kasus Korupsi Surya Darmadi, Duta Palma Bermasalah Sejak Lama ATR/BPN, katanya, harus segera evaluasi empat perusahaan Surya Darmadi yang beroperasi di Riau karena sudah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum.Dia juga meminta KLHK melakukan hal serupa. Selain memastikan PSDH-DR terbayar, KLHK juga harus bisa merekognisi wilayah itu sebagai wilayah Masyarakat Adat Talang Mamak.Dia bilang, ada banyak kasus dengan model sama seperti Surya Darmadi. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ada keluarkan surat keputusan yang berisi antara lain, inventarisasi target hukum yang beraktivitas tanpa izin dalam kawaan hutan. Ada 800-an target hukum teridentifikasi, hampir 90% perusahaan sawit.“Artinya, ketika ratusan korporasi sawit ini bisa beroperasi dalam kawasan hutan secara ilegal dengan aman dan nyaman, ada dugaan praktik korupsi di sana. Logikanya enggak mungkin mereka bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman kalau peraturan soal perlindungan kehutanan itu diimplementasikan pemerintah.”Dia pun mendesak Kejaksaan Agung, KPK, dan kepolisian melihat fakta-fakta dalam kasus ini lebih dalam. Dengan begitu, katanya, bisa membongkar perusahaan lain yang juga melakukan praktik ilegal di dalam kawasan hutan.Jeffri Sianturi, dari Senarai, mengapresiasi Kejaksaan Agung dan majelis hakim yang berani menghukum kejahatan Surya Daramdi dengan instrumen korupsi dan tindak pidana pencucian uang. | [0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0] |
2023-003-19.json | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | Bos Sawit Surya Darmadi Kena Penjara 15 Tahun, Desak Proses Hukum Kasus Serupa | “Putusan perkara Surya Darmadi ini fenomenal. Pertama kali dalam sejarah jaksa dan hakim karena berhasil membuktikan kerugian negara dan perekonomian negara, salah satunya berupa kerugian ekologis. Juga berhasil membuktikan korupsi perizinan ilegal sawit dalam kawasan hutan dan tindak pidana pencucian uang,” katanya. Baca juga: Sidang Surya Darmadi: Kupas Kasus Kebun Sawit Dalam Kawasan Hutan ******** [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0] |
2014-017-17.json | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | [CLS] Bila kita mengunjungi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2010, di sekitar Bandara Internasional Lombok (BIL) yang waktu itu baru dibuka, dan di sepanjang jalan dari bandara hingga menjelang kota Mataram, terlihat begitu gersang dan hampa karena minimnya jumlah pepohonan. Tidak terlihat sama sekali Lombok sebagai salah satu lumbung padi nasional.Kini kondisinya sangat berbeda. BIL tak lagi terkesan gersang, dan ribuan pohon juga sudah terlihat membesar di sepanjang jalan menuju kota Mataram yang berjarak sekitar 40 km.Perkembangan penghijauan yang begitu cepat dan massif tersebut membuat banyak orang penasaran, karena pekerjaan besar ini tentu tak hanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, akan tetapi juga komitmen lingkungan hidup yang kuat.Ternyata jawabannya bisa ditemukan di sebuah tempat di Lombok Barat, tepatnya di Desa Leubak, sebuah desa yang dekat dengan Pura Narmada. Dia adalah Tuan Guru (TG) Hasanain Juaini. Istilah ‘tuan guru’ yang berkembang di kalangan masyarakat Sasak adalah sebutan bagi seorang tokoh agama Islam yang dipandang menguasai berbagai ajaran agama dalam segala aspeknya. Dan sebutan yang disematkan padanya bukan tanpa alasan.TG Hasanain adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Haramain di Desa Lembuak, Lombok Barat, NTB yang beliau dirikan sejak 18 tahun lalu. Di pesantren yang mengasuh 2500 santri inilah motivasi dan energi besarnya muncul untuk menjadikan pesantrennya sebagai aktor penggerak dalam upaya penghijauan kembali Pulau Lombok. Tiap tahun mereka menanam sekitar tiga juta pohon. Kini namanya harum berkat kegigihannya menghijaukan Pulau Lombok, dan membagikan jutaan bibit pohon secara gratis. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2014-017-17.json | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Sejak 9 tahun terakhir, Hasanain beserta ribuan santrinya dan didukung oleh masyarakat berhasil menghijaukan kembali 56 hektar lahan gundul di Pulau Lombok dan Sumbawa, termasuk 36 hektar lahan gundul dan gersang yang dia beli pada 2003 yang dia sulap menjadi kawasan konservasi hutan yang dinamai Desa Madani.Selain itu, di pesantrennya dikembangkan pembibitan pohon dengan jumlah yang fantastis setiap tahunnya, yakni sekitar 1 juta hingga 1,5 juta bibit pohon yang semuanya dikerjakan sendiri oleh para santrinya. Seluruh bibit pohon tersebut dibagikan secara gratis kepada siapapun yang ingin menanamnya.Bibit-bibit pohonnya sudah tertanam di berbagai pulau di Indonesia, bahkan hingga Thailand, Malaysia, China dan India. Bibit pohon jenis jati, mahoni, albasia, trembesi, ketapang, tanjung, mimba, gamelina, nangka, mangga, hingga pepaya, cabai, dan semangka, semua dibagikannya gratis kepada siapa saja. Secara periodik dia mengumumkan di media massa bahwa bibit-bibit pohonnya sudah tersedia, dan bisa diambil segera. Bahkan sekali waktu dia membawa ribuan bibit pohon ke tempat hajatan pernikahan dan meminta panitia membagikannya kepada para tamu undangan.Bagi Hasanain, menanam pohon adalah salah satu kewajiban dan tanggung jawab manusia. Apalagi kearifan terhadap lingkungan sudah diatur dalam Quran. “Kita sudah mendapatkan begitu banyak dari alam ini, maka kita harus tanya pada diri seberapa banyak yang kita berikan kepada alam,” ungkapnya.Saat ini, dia berkeinginan untuk menanam ratusan ribu pohon asam di gurun pasir di Mekkah , seperti yang dilakukan Bung Karno yang menanam pohon seluas 225 hektar di padang Arafah (20 km dari pusat kota Mekkah). Baginya, kesadaran masyarakat untuk menanam pohon adalah salah satu rahmat terbesar.Keberhasilannya bukan tanpa tantangan | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645] |
2014-017-17.json | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Saat bertemu dengan tim Mongabay, dia bercerita mengenai betapa sulit menyakinkan warga sekitar tentang nilai ekonomi jika mereka mau melakukan penghijauan. Pemahaman agama, juga kultur Suku Sasak, tidak cukup untuk membuat warga sekitar pesantren mengikuti sarannya. “Saya terpaksa membawa kalkulator ke mana-mana,” kenangnya.Pohon harus membawa manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat sekitarnya. Memahamkan masyarakat tentang arti penting pohon takkan bisa diterima masyarakat jika tidak dibarengi ‘iming-iming’ keuntungan ekonomis. Dan tantangannya tak hanya di situ. Bagi warga, gagasannya dianggap tidak masuk akal karena tanah yang akan mereka garap umumnya berpasir, tanpa hara, dengan keberadaan sumber air yang juga langka.Kerja kerasnya meyakinkan masyarakat akhirnya membuahkan hasil. Masyarakat pun mulai tergerak membantunya menanam ratusan ribu pohon dengan bibit yang disediakan oleh pesantren yang diasuh oleh Hasanain.“Boleh dicek di Google Earth, sebelum dan sesudah penanaman. Kini Lombok jauh lebih hijau” katanya. Ia bosan dengan diskusi-diskusi, dengan teori-teori yang akhirnya berhenti di wacana saja. Selain berhasil membujuk masyarakat untuk aktif menanam pohon, pola keberhasilannya pun direplikasi oleh ratusan pesantren di NTB. Kini 500-an pesantren di Lombok dan Sumbawa telah terlibat langsung dalam gerakan pembibitan dan penanaman, dan puluhan pusat pembibitan pun telah tersebar di berbagai penjuru NTB.“Sekarang warga yang mau menanam bahkan mengambil bibit sendiri ke pusat-pusat pembibitan. Dulu, bibit masih kami antar ke rumah mereka, dan mereka pun harus kami bayar agar mau menanam,” kenang Hasanain sambil tertawa. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2014-017-17.json | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | “Kuncinya di pendekatan. Orang jangan sampai dilarang menebang pohon, karena manusia hidup pada dasarnya kan butuh pohon,” tuturnya. Menurutnya, orang boleh menebang pohon asalkan mau menanam lebih banyak daripada jumlah yang ditebangnya. “Kalau menebang satu, ya tanam 100” lanjut Hasanain.Dia juga setuju hutan lindung tidak boleh diganggu. Kepada masyarakat perlu dijelaskan pohon mana yang boleh ditebang, mana yang tidak boleh. Sebagai contoh ia menyebut pohon asam. Pohon asam sulit untuk ditanam dan membutuhkan waktu lama untuk tumbuh. “Saya ingin agar mereka mencintai pohon asam, agar mereka tidak menebangnya. Selama ini pohon asam banyak ditebangi untuk membakar tembakau,” katanya.Masyarakat kini mulai memanen pohon di lahan dan pekarangannya sendiri, sehingga hutan menjadi aman dari perambahan. Mahoni, jati, jati putih, sengon, ketapang, kenari, dan berbagai tanaman kayu kini pun banyak tumbuh di lahan-lahan warga yang dulunya lahan kosong dan gersang. Puluhan sumber air yang dulu punah kini juga bermunculan lagi, dan beberapa mata air debitnya membesar. Sistem tumpang sari yang dikembangkan kemudian juga memungkinkan masyarakat mendapat hasil dari tanaman-tanaman jangka pendek, bahkan mereka bisa berternak.Meski upayanya sudah berhasil dan mendapat dukungan luas, Hasanain masih terus menanam pohon. Ia masih terlihat mencangkul bersama para santrinya hingga tengah malam. “Kami menanam pohon setiap hari. Tiada hari tanpa menanam. Kalau belum selesai akan terus kami lanjutkan, walau sampai malam hari,” katanya.Bagi Hasanain, manusia diciptakan dengan memegang dua amanah yakni memelihara dan melestarikan alam, dan eribadah di atasnya. “Dua-duanya harus berjalan, tidak bisa salah satu”. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645] |
2014-017-17.json | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Tuan Guru Hasanain Juaini, Bung Karno dari Timur | Hasanain juga sudah menghitung, selama hidup, seorang manusia membutuhkan 172 pohon untuk mendukung hidupnya, yang digunakan seperti untuk membuat tempat tidur, lemari, meja, dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap orang selayaknya bertanggungjawab menanam setidaknya 172 pohon selama hidupnya.Filosofi yang diikuti kerja kerasnya ternyata direkam dan diakui oleh Ramon Magsaysay Foundation, yang kemudian menganugerahinya Ramon Magsasay Award tahun 2011, sebuah penghargaan prestisius yang disebut-sebut sebagai Nobel-nya Asia. Kini namanya sejajar dengan tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid, Mochtar Lubis, atau Pramoedya Ananta Toer, yang juga pernah meraih penghargaan Ramon Magsaysay. Semuanya adalah tokoh-tokoh yang membawa ide dan inspirasi besar bagi masyarakat luas. Dan selayaknya, kita juga meniru apa yang telah mereka lakukan. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0] |
2021-033-14.json | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | [CLS] Setiap tanggal 29 Juli, kita memperingatinya sebagai Global Tiger Day.Dalam cerita fabel, harimau didaulat sebagai raja rimba. Ia mempunyai semua atribut sebagai pemimpin yang penuh kekuasaan, berwibawa, disegani bahkan menakutkan. Badannya besar, gigi taring tajam, cakarnya mampu mengoyak mangsa, raungannya keras, serta penjelajah wilayah luas yang memiliki kecepatan berlari.Namun atribut itu membuat si raja rimba dipersonifiasikan dengan sifat sombong. Hanya bisa dikalahkan oleh kecerdikan binatang seperti kancil.Kenyataannya, kehidupan harimau di hutan sangat terancam. Harimau bukanlah binatang yang mudah ditaklukkan, tapi justru diburu oleh pemburu liar, untuk diperdagangkan seluruh bagian tubuhnya.Faktor apa yang membuat kehidupan harimau di Indonesia begitu terancam?Peneliti mamalia dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Profesor Gono Semiadi menilai, manusialah yang sebenarnya menjadi “harimau” seperti dalam kisah fabel itu, sombong, serakah, dan dzalim. Sedangkan harimau yang sebenarnya, tidak demikian adanya. Bahkan, pada dasarnya, harimau menghindari pertemuan dengan manusia.“Dari tiga subspesies harimau yang pernah dimiliki Indonesia, dua subspesies sudah punah, penyebabnya adalah kesombongan dan keserakahan manusia,” terang Profesor Gono Semiadi kepada Mongabay Indonesia, Selasa [27/7/2021].Dua subspesies yang punah itu adalah harimau jawa [Panthera tigris sondaica] dan harimau bali [Panthera tigris balica]. Sedangkan harimau sumatera [Panthera tigris sumtrae] saat ini statusnya Kritis [satu langkah menuju kepunahan di alam liar].Baca: Wawancara Profesor Gono Semiadi: Harimau Jawa Sudah Punah Secara Ilmiah Kedatangan kolonial Saat kolonial Belanda datang ke Nusantara, ketika itu harimau dianggap sebagai hewan pengganggu untuk kegiatan berkebun. Lalu diadakan perburuan untuk ajang olaraga sekaligus menunjukkan kehebatan. | [0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-033-14.json | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Padahal, sebelumnya harimau adalah satwa yang sangat ditakuti sekaligus dihormati oleh penduduk lokal. Masyarakat jawa misalnya, terbukti mereka menyebut kucing besar ini dengan nama terhormat, yaitu simbah, kyai, loreng, gembong, maung, hingga lodhaya.Simbah ini pernah hidup di sejumlah hutan di Pulau Jawa, mulai di Jampang Kulon, Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Pangrango, Yogyakarta, Probolinggo, Blitar, Banyuwangi, Tulungagung, hingga Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur.“Kini, tak satu pun hewan karnivora besar itu bisa dilihat lagi. Ia sudah dinyatakan punah secara ilmiah.”Bahkan, pemerintah melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI] hanya menyimpan dua spesimen kulit harimau jawa, juga dua harimau bali. Itupun peninggalan Belanda tahun 1910.Gono mengatakan, kepunahan harimau jawa dipercepat dengan masuknya senjata api ke Nusantara pada era kolonial Belanda.“Dorongan berburu karena ada citra figuratif harimau, bahwa yang bisa menaklukkannya atau memiliki bagian tubuhnya, maka akan ada “kekuatan lain” yang menyertai. Terutama, berkaitan dengan kewibawaan dalam memimpin, hingga kehormatan bak raja. Perasaan “I’m the king” yang memotivasi perburuan harimau,” tuturnya.Baca: Peneliti LIPI: Satwa yang Tertangkap Kamera Itu, Lebih Tepat Macan Tutul Ketimbang Harimau Jawa Dalam kebudayaan Nusantara, ada juga kebiasan membunuh harimau, yaitu ‘rampogan sima’. Seperti gladiator, harimau jawa atau macan tutul dilepas di tengah massa yang membawa tombak untuk membunuh binatang itu.Rampogan ini dilaksanakan untuk menyambut tamu kehormatan termasuk pejabat Belanda. Makna tersiratnya adalah memperlihatkan kekuatan rakyat yang bisa mengalahkan kekuasaan penjajah, yang disimbolkan harimau atau macan.“Tapi itu hanya budaya, tidak sampai memusnahkan. Pemusnah yang efektif ketika itu adalah senjata api yang dibawa Belanda,” tutur Gono. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-033-14.json | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Namun penyebab terbesar kepunahan harimau jawa adalah pembukaan lahan hutan di Jawa, pada awal tahun 1800 hingga 1990-an, untuk dijadikan perkebunan [kopi, teh, karet] hingga ke wilayah pegunungan. Kondisi ini, menyebabkan habitat harimau jawa kehilangan wilayah jelajahnya, kemudian menimbulkan konflik antara harimau dengan manusia.“Banyaknya konflik tersebut berakibat perburuan menjadi semakin masif.”Puncaknya, hewan ini dinyatakan punah sekitar tahun 1980-an.Baca: Mungkinkah Harimau Sumatera, Jawa, dan Bali Sebagai Satu Subspesies? Bagaimana nasib harimau bali? Mengutip kompas.com harimau ini awalnya tidak terancam hingga permukim Eropa pertama hadir di Bali, sekitar abad ke-16. Orang-orang Eropa tersebut memulai pembangunan di Bali dan menganggap harimau bali sebagai penganggu. Banyaknya orang Eropa yang datang mengurangi habitat harimau, belum lagi mereka melakukan perburuan sebagai olahraga.Sub-spesies ini kemudian dinyatakan punah pada 1940-an.Saat ini yang tersisa di Indonesia hanya harimau sumatera. Nasibnya juga mengalami perburuan, alasannya sama, demi citra figuratif harimau menambah kewibawaan dalam memimpin, hingga kehormatan bak raja bagi yang memilikinya.Kondisi ini berbanding terbanding dengan masyarakat lokal yang tinggal berdekatan dengan habitat harimau. Mereka menghormati raja hutan itu, terbukti dengan sebutan datuk, puyang, inyiak hingga ompung.“Keberlangsungan hidup harimau ini berada di tangan kita. Dari kisah fabel ini, yang sebenarnya sombong, serakah dan dzalim adalah manusia. Harimau pada faktanya adalah korban justifikasi. Kita harus merevisi pesan moral fabel harimau. Kita yang sesungguhnya menjadi ancaman dari luar [eksternal] bagi harimau,” tutur Gono.Baca: Catatan Akhir Tahun: Melindungi Harimau Sumatera Harus Ada Strategi Komunikasi Ancaman harimau dari internal | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2021-033-14.json | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Namun, ancaman dari luar seperti perburuan dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan, pertambangan, dan permukiman bukan menjadi potensi kepunahan harimau satu-satunya. Menurut Dewan Penasihat HarimauKita, Darmawan Liswanto saat ini ada ancaman internal yang mengintai harimau, yaitu penyakit menular.“Selama ini kita melihat ancaman dari luar, tapi kita belum banyak membahas faktor intrinsik dalam populasi atau ekosistem tersebut,” kata Dermawan dalam webinar HarimauKita The Invisible Threats, Rabu [28/7/2021].Dalam webinar yang sama, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Indra Eksploitasia mengatakan, penyebaran penyakit pada satwa dilindungi memang harus menjadi perhatian. Indra meminta kolaborasi multidisiplin untuk mengatasi masalah tersebut.“Keterlibatan medis konservasi sangat penting. Ini akan memastikan kesehatan satwa dan lingkungan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan,” ujarnya.Salah satu yang harus ditangani, menurut Indra, adalah virus babi afrika yang terkonfirmasi masuk Indonesia sejak Desember 2019. Setelah sebelumnya memasuk Vietnam pada Februari 2019, lalu menyebar ke Kamboja, Laos, Philipina, Myanmar, Timor Leste, kemudian Indonesia.“Pertama kali terkonfirmasi di Sumatera Utara, menyebabkan matinya 47 babi domestik.”Bahkan beberapa peneliti, lanjut Indra, mengatakan virus babi afrika juga ditemukan pada babi celeng. Hal itu menjadi alarm karena dapat mempengaruhi keberadaan populasi harimau di habitat alam.Baca juga: Harimau Sumatera Itu Bagian dari Peradaban Masyarakat Muliakan alamGuru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor [IPB], Profesor Hadi S. Alikodra dalam buku “Lampung dan Masa Depan Sumatera: Konservasi di Mata Jurnalis” yang diterbitkan Mongabay Indonesia [Mei, 2021], menegaskan cara efektif melindungi satwa liar [harimau sumatera], yaitu dengan memuliakan alam. | [0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0] |
2021-033-14.json | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan | Dia menekankan dengan pendekatan bentang alam. Dengan demikian, banyak satwa liar terlindungi.“Apa yang terjadi saat ini, rusaknya hutan dan alam Indonesia, saya pikir merupakan masalah mental manusia dan etika konservasi yang kurang.”Kita butuh manusia-manusia yang konsen, yang mempunyai moral, integritas, dan berwawasan lingkungan.“Manusia yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi, tapi juga peduli pada pelestarian lingkungan,” tuturnya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2023-003-02.json | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | [CLS] Raungan gergaji mesin (chain saw) membelah belantara hutan konservasi Pulau Salawati Utara, Papua Barat. Sekelompok aktivis lingkungan menambah ritme langkah kaki menyusuri papan kayu yang dihampar sebagai jalan setapak. Sinombre, bukan nama sebenarnya, anggota rombongan, tak sabar segera menemukan sumber suara.Mendekati ujung jalan, raungan itu tiba-tiba senyap. Suara mesin berganti suara burung yang sesekali melengking dari puncak pohon. Suara gergaji tak lagi terdengar. Hamparan jalan papan kayu sudah pada ujungnya.“Kami tak tahu dari arah mana suara chain saw itu berasal,” kata Sinombre, anak adat dari Sorong, tahun lalu.Mujur, saat rombongan ini diambang putus asa dan hendak berbalik arah pulang, suara mesin itu kembali meraung dan terdengar makin nyaring. Tak bisa lagi mengandalkan papan kayu sebagai penunjuk jalan, Sinombre dan tiga kawannya menyelinap di antara pohon-pohon kecil menuju sumber suara.“Beruntung kami menemukannya,” katanya.Untuk memergoki pengolah kayu di tengah belantara ini, mereka harus berjalan kaki sejauh sekitar 10 kilometer atau selama dua jam dari tempat perahu tambat. Jejak pembalak hutan konservasi Pulau Salawati Utara itu mulai ditelisik dari tempat penampungan kayu di tepi sungai.Sepanjang perjalanan, banyak terlihat tunggak kayu merbau masih segar. Belum lama batang yang berdiri tegak kena tebang. Potongan kayu sudah diolah jadi balok juga banyak di pinggiran jalan papan. Kayu-kayu ini siap angkut ke tempat penampungan.Sinombre bilang, titik pembalakan di hutan konservasi di Pulau Salawati Utara ini perlu kejelian. Muara sungai yang jadi pintu masuk, katanya, begitu tersamar oleh mangrove nan rimbun. Mungkin tak menyangka ternyata celah di antara pepohonan itu sebagai gerbang utama.Dari penelusuran itu, Sinombre mencatat tak kurang lima titik tunggak kayu merbau sisa penebangan. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2023-003-02.json | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Soni, bukan nama sebenarnya, pengolah kayu mengaku kayu-kayu itu untuk memenuhi kebutuhan lokal pesanan warga kampung. Sinombre ragu dengan keterangan ini, mengingat potongan kayu olahan Soni ukuran standar ekspor ( 20 cm x 20 cm) atau (17 cm x 17 cm) dengan panjang rata-rata dua meter.Keterangan dari pengolah lain, kayu merbau itu disetor ke tempat penampungan kayu (TPK) tak jauh dari lokasi penebangan. TPK terdekat dari hutan konservasi Pulau Salawati Utara ada di Kampung Dulbatan, Distrik Salawati Selatan.Saat dia datangi ke TPK Maret tahun lalu, banyak tumpukan kayu ukuran ekspor siap dikemas dalam peti besi.Siapakah pemilik TPK ini? Sinombre belum tahu. Pembalakan liar memang jadi ancaman bagi kawasan konservasi ini. Pada 2020, Direktorat Jenderal Penegakan Hukum, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pernah memproses kasus pembalakan liar di Kawasan Konservasi Pulau Salawati. Kala itu, salah satu terduga pelaku adalah. FW Wiliyanto (FW). dengan nama usaha, PT Bangun Cipta Mandiri (BCM).Catatan media, FW pernah meringkuk di sel Polsek Sorong Timur setelah Gakkum KLHK Papua Barat menangkap di Jakarta pada 16 Juli 2020. FW diduga terlibat pembalakan liar di kawasan konservasi Pulau Salawati dan ditetapkan sebagai tersangka 31 Maret 2020.Perkara ini berawal dari operasi pengamanan dan peredaran hasil hutan oleh Tim Operasi Balai Gakkum KLHK Maluku Papua, di perairan Kampung Kalwal awal Februari 2020. Sebuah Kapal KLM Sumber Harapan III yang bermuatan kayu olahan jenis merbau (Intsia bijuga) sebanyak 103,434 m3 berbagai ukuran, diamankan.Dua awak kapal, Haji Nurdin dan Sudirman menjadi pesakitan. Nurdin sebagai tersangka saat ditangkap petugas Gakkum KLHK, mengaku sebagai pemilik kayu. Sedangkan Sudirman adalah nahkoda kapal yang memuat kayu itu. Dalam dakwaan jaksa Wahyudi Eko Husodo terhadap FW, disebutkan peran Nurdin sebatas penyedia jasa. | [0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2023-003-02.json | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Peran Nurdin berawal pada 20 Januari 2020, saat dia mendatangi FW di BCM, untuk menawarkan jasa mengolah kayu stock opname di Kampung Kalwal dan mengangkut ke tempat BCM di Kampung Dulbatan, Distrik Salawati Selatan, Sorong.Nurdin dan FW bersepakat upah Rp3.8 juta/m3, dan telah dibayar uang muka untuk operasional Rp50 juta serta panjar pinjaman kepada Nurdin Rp113,6 juta.FW juga memberikan uang panjar sewa kapal Rp20 juta kepada Sudirman. Pekerjaan itu kandas di perairan Kampung Kalwal, setelah Tim Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum wilayah Maluku Papua, menangkap keduanya pada 3 Februari 2020 sekitar pukul 13.30 waktu setempat.Dalam persidangan terpisah, Nurdin dan Sudirman, keduanya vonis bebas oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sorong yang diketuai William Marco Erari. Petikan putusan ini bernomor 76/Pid.Sus/2020/PN.Son, tertanggal 16 Juli 2020.Sedang FW, JPU dari Kejaksaan Tinggi Papua Barat, Wahyudi Eko Husodo mendakwa dengan Undang-undang No 18/2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.FW diancam hukuman pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp2,5 miliar. Ketika diwawancara sesaat sebelum persidangan di Pengadilan Negeri Sorong, FW mengaku tak bersalah.Kayu yang jadi barang bukti di pengadilan, bukan dia yang tebang melainkan kayu-kayu dari masyarakat. Mereka jual ke BCM.FW bilang, sangkaan para penyidik Gakkum KLHK Maluku Papua ini salah alamat. Sebab, 103,434 m3 kayu merbau yang menjadi barang bukti dalam perkara ini, adalah kayu resmi berdokumen.“Kalau aku salah, pasti aku ini ada takut. Ini aku takut sedikit pun tidak. Satu bulu pun tidak berdiri, karena saya tidak lakukan itu.”“Terkecuali saya melakukan, mungkin saya takut. Mungkin tidak sampai hari ini saya di sini. Pasti bagaimana caranya, harus selesai. Tidak mungkin saya mau masuk penjara,” kata FW. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2023-003-02.json | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Pria kelahiran Ujung Pandang 20 Juli 1964 ini, lantas mengurai peristiwa pada 2005. Awalnya, dalam program 10 hari pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono, gabungan aparat penegak hukum melakukan operasi hutan lestari II. Hasilnya, 221.211,92 m3 kayu ilegal disita, termasuk milik masyarakat adat di Kampung Kalwal, Distrik Salawati Selatan, Raja Ampat.Saat itu, status kayu ini disebut sebagai kayu non police line (NPL). Sebelum akhirnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menghapus staus NPL pada 2018. Masa itu, dengan mempertimbangkan nilai kayu yang terus menyusut, Menteri Kehutanan saat itu MS Ka’ban, membuat kesepakatan bersama Gubernur Papua Barat, Abraham O. Atururi. Kesepakatan bernomor PKS.2/Menhut-VI/2009 dan nomor 522.2./277.GPB/2009 ini, ditandatangani di Jakarta pada 17 April 2009.Pada poin satu dari lima poin kesepakatan, Menteri Kehutanan menyerahkan penyelesaian pemanfaatan kayu NPL itu kepada Gubernur Papua Barat. Pemanfaatan kayu ini, diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dengan terbit Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) Dinas Kehutanan.Penyelesaian pemanfaatan kayu NPL ini, paling lambat lima bulan sejak kesepakatan bersama ini ditandatangani, dengan melibatkan bupati atau walikota serta kepala dinas yang diserahi tanggungjawab bidang kehutanan.Gubernur menyerahkan pemanfaatan kayu itu ke masyarakat sebagai pemilik, agar menjual melalui koperasi masyarakat (kopermas). “Siapa yang mau membeli kayu itu, harus memiliki fasilitas alat berat dan kemampuan financial cukup.”Saat itu, katanya, BCM mengajukan permohonan, mendapatkan rekomendasi gubernur. Perusahaan ini bersama masyarakat pemilik kayu, menginventarisir jumlah kayu berserak di dalam hutan itu, dan mendapati 9.587,47 m3. | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2023-003-02.json | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kayu oleh perusahaan dan masyarakat pemilik, Dinas Kehutanan Sorong menurunkan tim verifikasi dan uji petik pengukuran, dengan melibatkan kepolisian, kejaksaan serta petugas Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP).“Dari situ terbitlah LPH dari Dinas Kehutanan untuk kayu 9.587,47 m3,” kata FW.Tuntas verifikasi dan uji petik, Dinas Kehutanan Sorong menerbitkan surat perintah pembayaran (SPP) sumber daya hutan dan dana reboisasi (PSDHDR) kepada Kopermas Marthen Kalapain sebagai pemilik kayu.SPP PSDHDR, pertama diterbitkan pada 18 Maret 2013 dengan volume kayu merbau 5.563,43 m3 dan nilai PSDH yang harus dibayar Rp834, 514 juta dan dana reboisasi US$72.324,59. Kewajiban kepada negara ini dibayar BCM melalui transfer ke rekening Bank Mandiri tertanggal 18 dan 26 Maret 2013.Sedang SPP PSDHDR kedua, diterbitkan pada 23 Desember 2013, dengan volume 4.024.04 m3 senilai Rp603, 606 juta (PSDH) dan US$52.312,52 dana reboisasi, dibayar BCM dengan transfer ke rekening Bank Mandiri pada 3 Januari 2014.“Itu saya bayar dua kali. Semua kewajiban saya ke negara sudah saya bayar lunas. Semua saya ikuti prosesnya, sesuai petunjuk teknis Dinas Kehutanan. Sekarang, barang itu tinggal saya angkut. Saya uangkan semuanya. Jadi saya bukan pelaku ilegal,” katanya. Bukti pelunasan itu yang kemudian jadi dasar penerbitan surat keterangan sahnya kayu bulat (SKSKB) oleh Dinas Kehutanan Sorong. Secara bertahap, BCM memindahkan kayu yang telah stock opname itu dari Kampung Kalwal ke industri BCM di Kampung Dulbatan, Distrik Salawati Selatan, Sorong.Pada 11 September 2017, sertifikat legalitas kayu (SLK) BCM ini pernah dibekukan PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo). Dari hasil audit surveillance sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK), perusahaan ini tak dapat menunjukkan dokumen laporan mutasi kayu bulat (LMKB) dan laporan mutasi kayu olahan (LMKO). | [0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125] |
2023-003-02.json | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Surat pembekuan yang ditandatangani Yerry Taizar, Kepal SBU Serco Sucofindo ini, berlaku sejak 11 September -10 Desember 2017. Sertifikasi akan aktif kembali apabila perusahaan dapat memenuhi LMKB dan LMKO, paling lambat satu bulan sebelum masa penangguhan berakhir. “Dokumen itu sudah kami penuhi,” ujar FW.Legalitas itu, katanya, juga dibuktikan surat klarifikasi penyampaian setok kayu bulat dan kayu olahan izin usaha industri primer hasil hutan kayu (IU-IPHHK) dari Dinas Kehutanan Papua Barat, nomor 522.2/231/Dishut-PB/3/2018 tertanggal 29 Maret 2018.Dalam surat yang ditandatangani Runaweri F.H, Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat, mengatakan, kayu-kayu pada BCM adalah benar kayu NPL sisa operasi hutan lestari yang telah mendapatkan izin pemungutan kayu masyarakat adat (IPKMA) pada 2013.Kayu itu secara legal jadi setok kayu olahan milik BCM, serta telah di upload ke dalam SI-PUHH Online.Meski kebijakan pemanfaatan kayu bulat NPL dilarang sejak 2018, untuk kayu yang sudah dimanfaatkan sebelumnya dan jadi setok olahan di BCM, dianggap memenuhi syarat untuk diperdagangkan.Dari total kayu yang sudah dibeli itu, di Kampung Kalwal masih tersisa sekitar 2.715,82m2 yang belum digeser ke BCM di Dulbatan. Jumlah ini termasuk 103.434m3 kayu yang disita Gakkum KLHK pada 3 Februari 2020 di perairan Kampung Kalwal, dan jadi barang bukti.Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Sorong 17 Desember 2020, FW vonis bebas. Majelis Hakim persidangan diketuai Willem Marco Erari. Kayu NPL Operasi hutan lestari (OHL) II pada 2005 di Tanah Papua, merupakan operasi penegakan hukum terbesar sektor kejahatan kehutanan oleh polisi. Sasaran OHL II mencakup enam wilayah di Irian Jaya—kala itu–, kini Yapen Waropen, Nabire, Sorong, Sorong Selatan, Manokwari, dan Fakfak. | [0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2023-003-02.json | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Jejak Pembalak Liar di Hutan Konservasi Pulau Salawati [1] | Hasil OHL II, markas besar polisi mengedepankan penindakan pelaku pembalakan liar. Dari lima hari operasi, polisi mengamankan 40.679 batang atau 188.488 m3 kayu bulat, 5.669 m3 kayu olahan. Ada juga alat berat 496, empat kapal, 16 mobil, satu tongkang dan dua tug boat.Barang bukti kayu tersebar di empat wilayah OHL II di Manokwari, Sorong, Sorong Selatan dan Fak fak, ditandai dengan garis polisi yang disebut kayu NPL.Polisi juga mengamankan 173 pembalak liar jadi tersangka. Mereka berlatar belakang sebagai operator penebang kayu, manajer pengusahaan hutan, dan pemodal. Juga, staf pemerintah dan penegak hukum polisi yang diketahui berhubungan para pelaku pembalakan liar.Catatan Yayasan Auriga Nusantara, dari 173 pelaku ditangkap hanya 27 maju ke pengadilan. Pelaku dihukum 13 orang dengan vonis dua tahun penjara. Sisanya, 146 orang sebagian bebas melalui vonis hakim dan tanpa proses hukum.“Parahnya lagi, pemodal utama yang membiayai kejahatan kehutanan tidak pernah disentuh dengan hukum, ini jadi potret kasus kejahatan kehutanan terus marak dan berulang,” kata Demianus Safe, Regional Nodes Yayasan Auriga Nusantara.Jangka waktu pemanfaatan kayu NPL pada poin ke empat dalam Surat Kesepakatan Bersama Menteri Kehutanan dan Gubernur Papua Barat, paling lambat lima bulan sejak April 2009. Pembatasan ini memperhatikan nilai kayu yang terus menyusut, melindungi hak-hak negara berupa penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan bergeraknya perekonomian masyarakat.“Faktanya, pada 2018, 2019 dan 2020 kayu NPL masih marak beredar di Papua Barat hingga Surabaya,” kata Demianus.Peredaran kayu NPL selalu berhubungan erat dengan kasus penangkapan kayu ilegal baik di Sorong dan Surabaya.Demi bilang, Dinas Kehutanan Papua Barat harus membuka data kayu NPL yang masih tersisa dan tersebar. Hal ini, katanya, untuk memperjelas kayu NPL OHL II tahun 2005. (Bersambung) ******** [SEP] | [0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2017-063-11.json | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | [CLS] Bangkai satu individu kukang kalimantan (Niycticebus menagensis) bergelantung di pohon. Tubuhnya hanya menyisakan belulang dengan bulu yang melekat. Pemandangan ini terlihat saat tim evakuasi satwa dari Yayasan Internasional Animal Rescue Indonesia (YIARI) bersama petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat tiba di Resort Camar Bulan, Desa Temajok, Kecamatan Paloh, Sambas, Kalimantan Barat, Kamis (13/04/2017).Bangkai lainnya teronggok di tanah, di atas daun-daun akasia yang gugur. Bagian tubuhnya relatif utuh. Keberadaan tim di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia ini memang untuk mengevakuasi 17 kukang yang menjadi satwa peliharaan di tempat wisata tersebut. Saat tim tiba lokasi, sang pemilik tidak di tempat.Menuju lokasi tidaklah mudah. Tim harus menempuh sekitar 10 jam perjalanan, dua kali penyeberangan. Tempat peristirahatan ini belakangan dikenal dengan ikon rumah terbalik yang diklaim sebagai konsep pertama di Kalimantan Barat.Petugas mencatat penyerahan dari NN Setiawan, seorang pelajar, yang berada di tempat tersebut sekaligus penjaga resort. “Menurut pemilik, kukang dibeli dari masyarakat seharga Rp100 ribu. Telah dipelihara empat bulan, diberi makan pisang,” ujar Kepala BKSDA Kalbar, Margo Utomo.Kukang-kukang tidak dipelihara di kandang. Mereka menempati area terbuka yang ditumbuhi dua pohon. Lokasinya bersebelahan dengan genset yang menyala 24 jam. Di Desa Temajok, listrik hanya menyala malam hari. Tenaga listrik di pasok dari PLTD dan tenaga surya. Resort tersebut memiliki beberapa pondok dengan bentuk seperti tenda, terbuat dari kayu. Dua pohon tersebut diberi lampu. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2017-063-11.json | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Tim YIARI menduga kuat, kukang-kukang tersebut stres, sehingga tidak mau makan. Dari 17 individu kukang, hanya 7 yang bisa dievakuasi. Tiga individu mati, sementara 7 lainnya tidak diketahui. “Saat ini, satwa berada di kandang transit BKSDA Kalbar di Pontianak, untuk mendapatkan perawatan tim dokter dari YIARI sebelum dibawa ke Ketapang,” tambah Margo. Sebelumnya, pada 8 April 2017, BKSDA Kalbar juga telah mengamankan dua individu kukang dari pemelihara di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Ketua YIARI, Tantyo Bangun, berharap ada tindakan hukum terkait kasus-kasus pemeliharaan satwa dilindungi itu.“Selayaknya ada sanksi serius. Tidak saja dari sisi penegakan hukum, tetapi masyarakat luas harus mengutuk tindakan ini. Memelihara satwa liar dilindungi, sama saja dengan menyiksa. Tindakan tegas sesuai UU 5 Tahun 1990 layak diterapkan.”Tantyo menuturkan, perdagangan untuk pemeliharaan berperan besar mendorong kepunahan kukang. Sebanyak 30 persen kukang hasil perburuan mati dalam perjalanan dari pemburu ke pedagang. Kukang mati karena stres, dehidrasi, atau terluka akibat transportasi yang buruk.Saat di pedagang, kukang mengalami penderitaan, yaitu pemotongan gigi taring. Pemotongan ini kerap menyebabkan infeksi mulut yang berujung pada kematian karena kukang kesulitan makan. “Rata – rata kukang hanya berumur enam bulan saja saat diperdagangan atau dipelihara,” katanya. Happy Hendrawan, aktivis lingkungan dan peneliti dari Swandiri Institute menyatakan hal senada. “Petugas masih menggunakan bahasa penyerahan, bukan penyitaan. Penindakan pada kasus-kasus tertentu, mutlak dilakukan,” katanya. Pemilihan kata dapat menjadi preseden sifat permisif pemerintah terhadap pemeliharaan satwa dilindungi. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2017-063-11.json | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Kasus pemeliharaan satwa dilindungi juga menjadi hal yang berulang. Happy mengatakan, hal ini didorong oleh beberapa aspek. “Bisa informasi, sumber daya manusia, atau tren,” katanya. Dari aspek informasi, bisa jadi hal perlindungan dan larangan tidak sampai ke masyarakat. Walau diakui, upaya penyadartahuan dari pemangku kebijakan sudah dilakukan.Bisa jadi, proses penyadartahuan yang dilakukan tidak sistematis dan sektoral. Upaya ini memang membutuhkan waktu dan kerja sama para pihak hingga aparatur pemerintah level desa. “Cuma nanti argumennya; dana dan personil.”Disisi lain, lanjut Happy, pemeliharaan satwa dilindungi juga terkait syahwat pemenuhan hobi yang tak terbendung. Akibatnya, pemahaman atas perlindungan dan larangan melihara terlebih berburu satwa langka diabaikan. “Ini lintas kelas sosial, cenderungnya menengah ke atas yang suka melihara satwa dilindungi. Masyarakat kecil lebih ke pemenuhan pasokan.”Kukang (Nycticebus sp) atau yang dikenal dengan nama lokal malu-malu merupakan primata nokturnal (aktif malam hari) dilindungi Undang-undang No 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999. Kukang memiliki peran penting di habitat sebagai penyeimbang ekosistem alam. Kukang membantu penyerbukan dan penyebaran tumbuhan di alam serta mengendalikan hama serangga yang berpotensi menyerang tanaman produktif masyarakat atau tumbuhan hutan itu sendiri. Perburuan tinggiData Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi IAR Indonesia menunjukkan, pada 2015 sekurangnya 200 – 250 individu kukang ditawarkan di tujuh pasar besar di empat kota besar Indonesia. Sementara hasil pemantauan online 2015 menunjukkan sebanyak 400 individu kukang dipelihara oleh pemilik media sosial. | [0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2017-063-11.json | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | Menyedihkan, Tiga Individu Kukang Jadi Bangkai di Resort Wisata Camar Bulan | “Data 2016, sebanyak 625 individu kukang diperdagangkan oleh 50 grup jual beli hewan di Facebook. Rata-rata, harga pasaran kukang dijual seharga 350 – 500 ribu Rupiah,” kata Risanti, staff media YIARI. Sementara dari penelusuran online tim @kukangku di media instagram, ditemukan sekitar 500 postingan negatif mengenai kukang. Konten negatif tersebut berupa foto/video ‘pamer kukang peliharaan’, selfie bareng kukang, dan penggunaan kata pets/peliharaan pada caption. Sepanjang 2015-2016, lebih dari 1.500 individu kukang diambil paksa dari alam. Dengan angka perputaran uang di pasar mencapai lebih 500 juta Rupiah dalam setahun. Angka tersebut belum termasuk biaya rehabilitasi hingga pelepasliaran terhadap kukang hasil sitaan penegak hukum dan penyerahan masyarakat.Biaya yang dikeluarkan oleh lembaga konservasi untuk rehabilitasi satu individu kukang sebesar Rp20.000.000. Dengan begitu, dapat diasumsikan negara mengalami kerugian material sebesar Rp30 miliar.Pemeliharaan disebut sebagai salah satu penyebab yang mendorong kepunahan kukang, karena jual beli tetap berlangsung. Pemeliharaan akan menjadi contoh dan daya tarik bagi orang sekitar untuk melakukan hal yang sama.“Efek penggunaan media sosial dengan pamer foto tersebut secara tidak langsung menjadi faktor yang membuat pemeliharaan kukang menjadi tren di masyarakat,” tutur Risanti. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | [CLS] Gerimis turun pagi hingga malam hari. Tiada henti. Pendakian menuju kampung di Puncak Gunung Tembaga, makin sulit, harus ekstra hati-hati. Lengah sedikit, terpeleset ke jurang, atau masuk lubang bekas tambang di sekitar jalur pendakian.Jalan setapak berbatu dan berundak. Tampak ratusan lubang bekas tambang mengangga, berdiameter satu meter, hanya tertutup potongan kayu. Banyak pula tak tertutup. Selama perjalanan terlihat pohon cengkih, kayu putih, pala dan sagu.Di setengah pendakian, puluhan pondok beratap terpal biru dibangun. Setiap pondok punya lubang tambang. Anak-anak bermain di depan pondok. Tampak para pengangkut batuan tambang hilir mudik, bergantian naik dan turun. Mereka saling menyapa, dan sesekali belanja di warung, di pinggir jalur pendakian.Meto Alkatiri dan keluarga asal Ambon. Sejak 2016, mereka memutuskan tinggal di Gunung Tembaga, Dusun Hulung, Desa Iha, Kecamatan Huamual, Seram Bagian Barat, Maluku.Pria berusia 34 tahun ini kala datang jadi pemikul batu cinnabar, bahan utama membuat merkuri atau air raksa. “Dulu pemikul hasil tambang di Gunung Botak. Ketika ditutup, pindah ke Gunung Tembaga,” katanya.Sore, pertengahan Juli lalu, Meto baru naik dari lubang tambang miliknya pada kedalaman 15 meter. Istrinya, Indah, tampak mendulang batu cinnabar di depan halaman pondok, sembari mengawasi kedua anak mereka bermain.Pondokan beratap dan berdinding terpal warna biru, berukuran 5 x 10 meter, berlantai tanah.Kala itu, musim angin timur. Hujan angin dan udara dingin terasa setiap hari. Di dalam pondok, ada lubang sedalam 12 meter tertutup papan tebal 10 sentimeter. Berjarak satu meter, ada tiga tempat tidur dari jahitan karung plastik.Di bagian depan, dua kamar berukuran 2,5 meter x 2,5 meter tersekat terpal. Ketika hujan, lantai becek dan licin. Kedinginan, kehujanan dan panas terik matahari, mereka rasakan.“Tidur di sini (dekat lubang), termasuk masak dan mandi,” ucap Meto. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Di pondok, Meto tak hanya bersama anak dan istri. Adik laki-lakinya beserta istri juga tinggal bersama. Mereka ikut menambang dan mendulang. Awalnya, tahun lalu, kala tambang emas Gunung Botak, Pulau Buru, ditutup pemerintah Maluku, dia terpaksa ke Ambon jadi buruh kayu.Sebulan kemudian, dia mendengar dari kawan soal penambangan batu cinnabar di Gunung Tembaga. Bersama adik laki-lakinya, dia berangkat.Awal tiba, tak ada sanak saudara, hanya ikut kawan. Dia jadi bekijang atau pemikul hasil tambang. Memikul dari gunung ke kampung di pesisir pantai Desa Iha.Setiap bulan dia terima bagi hasil Rp950.000. Berbeda jauh ketika Meto memikul hasil galian tambang di Gunung Botak, setiap hari bisa meraup Rp3.000.000.Berbekal pengamatan harian, dia mulai mendulang di pinggir pantai. Akhirnya Meto nekat menggali lubang, mencari pinjaman modal dari pengepul. Bersamaan itu, anak dan istri, dia ajak menambang.“Semua hasil tambang dijual ke pemodal, dipotong pinjaman. Sampai sekarang belum lunas,” katanya.Meto, punya tiga lubang tambang. Hanya satu lubang aktif sedalam 35 meter. Kalau beruntung, dia dapat puluhan kilogram cinnabar perhari.Di dalam lubang, tiap hari Meto dan keempat rekan harus bertaruh nyawa. Dia mengikis tanah dan batuan, mencari reff (urat) batu cinnabar. Tak ada alat pengaman di lubang tambang. Hanya lampu di kepala, tanpa helm pelindung.Sistem penambangan cinnabar hampir semua sama, mulai vertikal, lalu horizontal, kembali vertikal, kemudian horizontal. Begitu terus hingga kedalaman dirasa cukup. Tak ada penyangga di setiap lorong horizontal yang sudah tergali.Kayu hanya terpasang sebagai penopang. Di empat sisi pinggir lubang vertikal. Meto terkadang takut bahaya reruntuhan batu selama bekerja di lubang tambang itu. Meskipun begitu, bagi Meto dan penambang lain, lebih takut pulang tak bawa uang daripada terpendam di dalam lubang tambang. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Kala hujan deras, Meto, memilih tak menambang karena takut longsor. Dia dan istri hanya mendulang di depan pondok. Setiap hari, dapat sekitar dua kilogram cinnabar dari hasil berdulang. Harga sekilogram cinnabar di gunung Rp115.000 dan pesisir Rp120.000.“Kami jual seminggu sekali. Jika uang belanja habis, hasil tambang langsung dijual,” katanya.Setiap hari, Meto, dan keluarga habiskan uang untuk keperluan konsumsi. Dia harus membeli air bersih Rp6.000 untuk lima liter. Juga mengeluarkan uang belanja harian. Harga barang di atas gunung tiga kali lipat harga di pesisir. Dia juga harus membeli solar Rp70.000 buat lima liter untuk genset (listrik).Dalam lubang, mereka hanya hanya angin blower plastik. Sesekali pewangi disemprotkan di mesin blower agar tak melulu menghirup udara lembab di lubang. Meto tahu cinnabar untuk membuat merkuri tetapi tak tahu bahaya terkena paparan cinnabar dan merkuri bagi kesehatan. Baginya, duit hasil tambang lebih penting, dibandingkan memikirkan dampak.Dari pondok Meto, ada puluhan pondok penambang lain. Ada pula pondokan hancur berikut lubang tambang yang sudah ditinggal pergi.Kala kepala menengadah, terlihat lereng, dan tebing curam. Ada juga pondok-pondok penambang, di Puncak Gunung Tembaga. Ratusan bangunan semi permanen. Ada berdinding papan, anyaman bambu, sampai sebagian semen.“Penambang datang tak hanya dari Maluku. Ada dari Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan,” kata Meto.Meto punya rencana kembali ke Gunung Botak di Namlea, Pulau Buru. Dia mendengar Gunung Botak kembali dibuka untuk penambang. Penghasilan di Namlea, lebih besar dibandingkan di Gunung Tembaga. Apapun risiko dia hadapi, demi biayai anak sekolah dan keluarga.“Jika pemerintah ada alternatif tak menambang dan menghasilkan uang saya mau. Jika tak ada, jangan larang kami,” katanya. | [0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Bertaruh nyawa demi cinnabar juga dilakukan Ghani Matdoam. Pria dari Maluku Tenggara ini sudah lebih lama setahun menambang di Gunung Tembaga. Dia tahu tambang cinnabar dari rekannya.Ghani belum punya modal bikin lubang. Dia hanya mendulang di lubang-lubang bekas tambang, atau bekas urukan tambang. “Sehari dapat tiga kilogram. Dikumpulkan dulu, baru dijual,” katanya.Sebelum di Gunung Tembaga, Ghani jadi pemikul bahan galian emas di Gunung Botak, Pulau Buru. Dia tak tak tahu bahaya batu cinnabar dan merkuri. Dia hanya tahu cinnabar bahan bikin merkuri, dan mengikat emas.Pondok biru ‘perkampungan’ tambang, hanya berjarak satu hingga lima meter. Warung-warung memutar musik bervolume keras. Antarwarung dan pondok saling memutar. Suara musik bercampur teriakan anak-anak bermain di sekitar lubang-lubang bekas tambang dan pondok mereka.Ada pemikul hasil tambang, hanya pekerja dan ada pemilik lubang-lubang sekaligus penambang. Maswan Kaisupi, warga Desa Iha, penambang yang memilki lubang galian. Dia termasuk penambang lama di Gunung Tembaga.Maswan punya tiga lubang tambang aktif. Dua lubang punya hasil baik. Setiap lubang bisa dapat hingga 100 kilogram, bahkan ada sampai 500 kilogram. Pencatatan Maswan, sudah lebih dari empat ton cinnabar dari kedua lubang itu.Lubang tambang Maswan mulai 50-70 meter dengan sembilan pekerja. Mereka dari Ternate dan Buton. Mereka hanya memakai lampu kelapa (head lamp), dan sarung tangan. Blower dari plastik panjang masuk ke lubang, hanya bantuan udara agar tak lelah dan cukup oksigen.Para pekerja ini mendapat bayaran dengan bagi hasil. Total penjualan tambang dikurangi biaya makan dan minum, dan beli solar. Sisanya, bagi rata.“Ada 1.000 lebih penambang di sini (Desa Iha). Mereka dari Jawa, Makassar, Manado dan Ternate,” kata Maswan. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Maswan bisa menjual cinnabar langsung ke pengepul di Gunung Tembaga. Dia tak berkontak langsung dengan pembeli besar di Jakarta, Ambon, Sukabumi atau di Surabaya.Menurut dia, pengepul yang berhubungan langsung dengan pembeli besar. Di pesisir, ada pembeli eceran maupun besar.Dia bercerita, awal mula cinnabar ditemukan masyarakat sekitar akhir 2010. Sebelum ada tambang, masyarakat bekerja tani sagu dan mencari ikan di laut.“Sekarang semua beralih jadi penambang. Di Desa Luhu masih banyak bertani dan nelayan.”Dia dengar banyak pembeli ditangkap, dengan alasan cinnabar dilarang. Maswan tahu, operasi penambangan mereka di Gunung Tembaga ilegal. Warga, katanya, siap mengurus izin, asal tak ditutup.Di Gunung Tembaga, ada aturan bagi penambang. Mereka bebas menggali lubang, namun tak boleh ada meminum keras, dan berjudi.Aturan adat ini jika ada yang melanggar kena hukum cambuk tujuh kali. Jika tiga kali melanggar dicambuk 21 kali dan keluar dari kampung.“Di Gunung Tembaga, dilarang dompeng. Selain merusak lingkungan, risiko longsor besar,” ucap Maswan.Sepemahaman dia, nambang pakai dompeng dengan menyemprotkan air ke badan gunung. Air ambil dari laut. Tak hanya gunung rusak, laut juga rusak. Maswan tahu risiko menambang di lubang berisiko kematian. Tahun 2014, satu orang meninggal, empat selamat. Peristiwa itu karena penambang tak mendengarkan nasihat penambang lain, bahwa lubang di bawah sudah luas dan dalam, hingga rentan runtuh.“Jika hujan tak ada menambang di lubang. Hanya berdulang, risikonya besar,” kata Maswan.Aturan lain bagi penambang, setiap kilogram penjualan kena retribusi 5.000 untuk desa. Per bulan, setiap lubang tambang kena retribusi Rp100.000.Uang itu, katanya, untuk keperluan bersama. Ketika ada musibah pada penambang, dana dapat dipakai. | [0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Bagaimana kalau ada perusahaan masuk? Maswan berharap, tak ada perusahaan masuk di Gunung Tembaga. Walau dia tahu beberapa kali orang asing dari Tiongkok dan Korea datang dan melihat langsung kualitas batu dan penambangan.“Penambang tak masalah membayar retribusi. Saya setuju pemerintah mengatur penambangan, tapi tidak ditutup,” katanya.Para penambang, kata Maswan, ingin pemerintah mengatur penambangan cinnabar di Gunung Tembaga. Ada koperasi atau izin penambangan rakyat, hingga hasil tambang yang keluar satu pintu.Dengan begitu, katanya, warga tetap mendapatkan penghasilan dari tambang, dan pemerintah dapat memberikan aturan hukum jelas.“Jika tambang ditutup, perekonomian warga mati. Pemerintah punya solusi apa agar penambang sejahtera?”Sama seperti Maswan, Ahmad Marinda dari Desa Loki dan Emiyanti dari Toraja tetap ingin penambangan cinnabar lanjut. Ahmad sudah habis modal Rp100 juta untuk membuat lubang, dan belum balik modal.Saat ini, dia berjualan di Gunung Tembaga. Emiyanti meninggalkan anak-anak sekolah di Ambon untuk mendulang cinnabar demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak.Mayoritas penambang tak tahu dampak paparan batu cinnabar dari aktivitas menambang di lubang, maupun berdulang. Bagi mereka terpenting dapat uang, risiko mereka akan hadapi.“Jika pemerintah tutup tambang, berikan kami kerja yang menghasilkan untuk membiayai hidup dan anak-anak kami,” ucap Emiyanti.Tak hanya di gunung, penambangan cinnabar juga ada di pesisir. Para penambang biasa disebut bekodok.Pondok-pondok dari papan dan tembok semen berdiri di Pantai Dusun Hulung, Desa Iha, Kecamatan Huamual. Berjarak 50 meter dari bibir pantai, jika air pasang, hanya 20 meter. Puluhan tumbuhan mangrove rusak dan mati. Sampah-sampah berserakan di bibir pantai, dari plastik, kaleng, batang kayu hingga pakaian. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Diran, mendulang cinnabar di pinggir pantai. Dia mengeruk pasir pakai wajan, mencampurkan dengan air dan memutar-mutarkan.“Cinnabar berat, ia akan ada di bagian bawah. Warna merah hitam,” katanya.Perempuan 49 tahun asal Wakatobi, Buton, ini belasan tahun berjualan makanan ringan di Pelabuhan Liang, Ambon, sebelum memutuskan menambang cinnabar.Dia dan suami bikin kamp berukuran 3×3 meter. Berjarak 25 meter dari bibir pantai. Atap daun sagu dan dinding papan.Suaminya terlebih dahulu menambang cinnabar di Pulau Seram, setahun lalu. Iming-iming penghasilan besar menambang, Diran mencari peruntungan di Pulau Seram. Dia tinggalkan anak yang sedang bersekolah di Ambon.Jika tekun, sehari dia dapat dua kilogram cinnabar. Kalau tak musim hujan dan ombak tak besar, Diran akan mendulang di pantai. Suaminya menambang di gunung. Terkadang turun membawa hasil, kadang sudah membawa uang.Diran tak menjual cinnabar harian ke pengepul, kalau uang belanja habis, baru akan jual.Kalau membandingkan antara jual makanan di pelabuhan dan mendulang, katanya, pendapatan tak jauh beda. Seminggu, dapat Rp1 juta dari mendulang cinnabar.“Pada bulan puasa sekilo (kilogram-red) sampai Rp150.000, karena penambang sedikit,” katanya. Abdul Rajab Paltiha, warga Desa Iha, sejak 2012, mendulang cinnabar di Pantai Hulung. Awal tahu cinnabar dari tetangga. Tawaran pendapatan besar dari menambang, membuat Abdul tergiur sampai mengurangi jadwal mengajar di sekolah.Dia guru kontrak mata pelajaran olah raga, di SD, SMP hingga SMA di Desa Iha dan Desa Luhu. Setiap Senin-Kamis, dia naik ke Gunung Tembaga, menambang lubang milik temannya.“Jumat dan Sabtu total mengajar di sekolah. Sisanya menambang, termasuk hari libur sekolah,” kata Abdul.Sehari dia dapat dua kilogram cinnabar, sekitar Rp 220.000 perhari. Gaji guru honor Rp300.000 perbulan. | [0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Pendapatan menjanjikan itulah yang bikin Abdul lebih mengutamakan menambang dibandingkan mendidik siswa di sekolah. “Sehari saya menambang, setara gaji sebulan sebagai guru,” katanya.Abdul tahu bahaya cinnabar dan merkuri tetapi dia merasa masih sehat dan tak terdampak. Tak semua penambang tahu bahaya cinnabar dan merkuri macam Abdul.Meto, Ghani, Diran dan hampir semua penambang, tak tahu bahaya cinnabar maupun merkuri bagi kesehatan. Mereka tak pernah dapatkan sosialisasi dari pemerintah.Kini, ada sekitar 2.000an penambang di Gunung Tembaga. Jumlah ini sudah berkurang dari sebelumnya, karena sebagian mereka kembali ke Gunung Botak, yang mulai buka lagi. ***Namanya Indra Sukawatiningsih, berambut ikal dan panjang. Para penambang memanggil dia, Mama Indra. Sejak 2014, Indra jadi pengepul dan pembeli cinnabar di Dusun Hulung, Desa Iha.Dia dari Jawa Timur, ikut suami ke Pulau Seram. Di Desa Iha, ada lima pengepul cinnabar besar, kebanyakan warga asli Ambon.“Saya salah satu pengepul besar disini,” kata Mama Indra, bercerita.Awal jadi pengepul dan pembeli, karena ada kenalan bos besar atau pembeli dari Ambon. Kala itu, dia menjual cinnabar merah 500 kilogram, ketika harga perg Rp45.000. Sebulan dia bisa menyiapkan cinnabar 16 ton.“Tergantung pembeli dan pemesanan. Sistem saya ada duit, ada barang,” katanya. Pengiriman cinnabar dilakukan Indra, sehari hingga dua hari sekali, ketika pesanan melimpah. Indra tak akan mengirim cinnabar jika pembeli tak membeli tunai. Baginya, model ada uang ada barang memudahkan dia membeli cinnabar dari penambang.Pembeli cinnabar Mama Indra datang dari Sukabumi, Bogor, Bekasi, Jakarta dan Surabaya. Awalnya, pemesan hanya dari Ambon dan Jakarta. Tanpa dia ketahui, nomor handphone tersebar ke para pembuat merkuri.Tak semua pembeli cinnabar Mama Indra kenal. Baginya, tak penting. Terpenting, mau bayar kontan, barang akan dia kirim. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Dulu, cinnabar merah lebih dicari dan harga tinggi. “Cinnabar ada dua, merah dan hitam. Dulu harga merah tinggi, saat ini disamakan.”Mama Indra membeli cannabar siapapun asal bagus. Tak hanya membeli di pesisir, karyawan dia akan membeli cinnabar dari penambang di gunung.Adapun sistem pengiriman cinnabar Indra, melalui berbagai cara. Dulu dia dengan leluasa mengirim melalui jasa cargo pesawat Garuda Indonesia.Dia mengirim dua ton, tiap dua hari sekali untuk pembeli di Jakarta dan Bogor. Kala itu, katanya, perputaran uang cepat, tak seperti kini. Sekarang, dia was-was barang kiriman tertangkap dan kena sita polisi maupun tentara.“Jika barang ditahan, bos tak bisa beli lagi, kami mati rezeki,” katanya.Dia tahu para pembeli cinnabar adalah para pengolah dan pembuat merkuri. Indra menyebut beberapa nama mereka.Indra pernah datang dan melihat sendiri pembuatan merkuri di Bogor, dua dua tahun lalu.Dia ceritakan cara olah merkuri, dengan keringkan cinnabar terlebih dahulu, lalu giling jadi bubuk. Kemudian campur kapur dan biji besi dan bakar pakai kayu. Tetesan uap pembakaran mengalir ke wadah besi dan jadi merkuri.Kini banyak penangkapan pedagang cinnabar. Indra tak mau alami kerugian. Tekan risiko, cinnabar di gudang dia keluar jika sudah pembayaran kontan.Mekanisme pengantaran melalui pelabuhan seperti Pelabuhan Liang, Hitu atau pelabuhan besar, ditentukan pembeli. Cinnabar akan diturunkan di pinggiran pantai lain di Ambon, tergantung koordinasi pembeli dengan pemilik speedboat.“Pembeli yang atur semua. Jika mereka minta jasa keamanan atau apapun, mereka yang atur,” katanya.Indra sering pakai jasa perahu cepat milik warga Iha. Biasa, cinnabar kirim ke Pelabuhan Hitu. Saat ini, tempat penurunan cinnabar dirahasiakan pembeli. Setiap pengantaran pakai dua perahu paling sedikit lima ton. Saat itu, lima ton cinnabar Indra siap kirim kepada pemesan di Jakarta. | [0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | “Tinggal dikirim saja, pemesan sudah ada. Tunggu koordinasi.” BerbahayaJossep William, pendiri Medicuss Foundation sudah lakukan penelitian dampak merkuri pada darah warga Desa Iha dan Desa Luhu. Temuan penelitian mereka memperlihatkan, sampel sudah melampaui ambang batas sembilan mikrogram per liter.Sebanyak 21 warga yang diambil sampel darah, hanya satu kandungan merkuri dianggap normal.William bilang, paparan penambangan cinnabar tetap ada. Dalam bentuk batu, dampak tidak terlalu hebat, dibandingkan sudah merkuri. Kala terpapar lama, pelahan pasti muncul efek. Perbandingannya, jika keracunan merkuri sekitar lima hingga 10 tahun, cinnabar lebih panjang.Temuan mereka, banyak terkena dampak merkuri di usia tua. “Cinnabar jangan diubah merkuri, dampak sepanjang massa. Paparan berbahaya bagi manusia, tumbuhan dan hewan.”Menurut dia, pemeriksaan dilakukan Kodam Patimura pada penduduk di Desa Iha dan Desa Luhu, menunjukkan pada tubuh mereka mengandung kadar merkuri tinggi. Walaupun mereka tak pernah membakar cinnabar menjadi merkuri. Pemaparan langsung dari cinnabar terjadi.Tambang di Seram ini, katanya, mulai akhir 2010, berarti sudah sekitar tujuh tahun mereka terpapar.“Ancaman merkuri tak hanya penambang yang menggadaikan nyawa, melainkan ancaman kemanusiaan bagi banyak orang.Dia menceritakan, untuk membuat merkuri dari cinnabar perlu suhu pembakaran dari 100-500 derajat celcius. Meskipun begitu, paparan panas matahari bisa membuat racun merkuri keluar.Memang, katanya, belum ada pembuktian, terkait berapa persen racun keluar dari cinnabar terkena matahari. Tak hanya matahari, penambangan di lubang juga berisiko orang terkena paparan racun merkuri.Selama ini, menekan merkuri tak menyebarkan racun dengan memasukkan ke tong plastik, lalu dicor beton dengan ketebalan tertentu. Baginya, lebih baik kalau setop pembakaran merkuri. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0] |
2017-024-14.json | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Fokus Liputan: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Batu Cinnabar (Bagian 1) | Medicuss Foundation juga penelitian di Gunung Botak, Pulau Buru pada 2015. Mereka tak dapat menghitung pemakaian merkuri setiap bulan karena begitu banyak tong merkuri dan tromol di lokasi. Perhitungan pemakaian merkuri hanya bisa di Desa Gogrea, dari menghitung gelundung tromol yang beroperasi.“Di Gogrea sebulan memerlukan enam ton merkuri. Jika dibandingkan Gunung Botak satu banding 30,” kata William.Dua bulan lalu dia penelitian melalui google earth, melihat Teluk Namlea. Di sana, tampak robekan seperti selaput susu. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sependapat dengan dia kalau robekan itu bukan benda padat. Di Google Earth tak menjelaskan soal itu. Mereka duga kuat paparan limbah merkuri. “Perlu pembuktian lebih lanjut, apakah itu merkuri atau bukan.”William meyakini dampak merkuri di Pulau Buru, sudah parah. Temuan Medicus dari keterangan warga, buaya di Sungai Namlea, banyak mati, bahkan sapi. Dugaan karena paparan merkuri.Sampel Medicus dan Kodam Patimura pada 40 warga, 21 dari penambang di gunung. Hasilnya, warga di bagian pantai terpapar racun lebih tinggi dibandingkan warga gunung.“Harus ada tindakan cepat dan tepat dari pemerintah terkait cinnabar dan merkuri. Jika lambat, makin banyak racun masuk ke tubuh manusia dan dampak meluas,” ucap William. Bersambung [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0] |
2019-033-12.json | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | [CLS] Para pakar agraria, akademisi, gerakan tani, gerakan masyarakat adat dan berbagai organisasi masyarakat sipil sampai organisasi agama, mengkritisi Rancangan Undang-undang Pertanahan, yang sedang dibahas DPR dan pemerintah dan rencana pengesahan pada September tahun ini. Berbagai kalangan ini memberikan poin-poin catatan kritis sekaligus penolakan terhadap RUU Pertanahan ini.Indonesia, tengah mengalami lima pokok krisis agraria, yakni, pertama, ketimpangan struktur agraria tajam, kedua, konflik agraria struktural. Ketiga, kerusakan ekologis meluas, keempat, laju cepat alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian, kelima, kemiskinan akibat struktur agraria yang menindas. Sayangnya, RUU Pertanahan malah absen membahas berbagai persoalan pokok agraria ini.Mereka nyatakan, RUU Pertahanan seharusnya menjawab lima krisis pokok agraria itu yang semua dipicu masalah-masalah pertanahan.Baca juga: RUU Pertanahan, Sudahkan Menjawab Persoalan AgrariaBerbagai kalangan ini menilai, RUU Pertanahan tak memenuhi syarat ideologis, sosiologis dan bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945 dan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) 1960 serta RUU ini nyata-nyata berwatak kapitalisme.“Dengan pertimbangan itu, kami menolak RUU Pertanahan yang tengah digodok DPR dan pemerintah, serta mendesak Ketua DPR dan presiden membatalkan rencana pengesahan RUU Pertanahan,” bunyi pernyataan sikap bersama mereka pada Selasa (13/8/19).Tokoh-tokoh dan pakar agraria ini antara lain, Gunawan Wiradi (IPB), Endriatmo Soetarto (IPB), Achmad Sodiki (Universitas Brawijaya), dan Maria Rita Roewiastoeti (Konsorsium Pembaruan Agraria).Baca juga: RUU Pertanahan, Bagaiman Perkembangannya?Ada juga Hariadi Kartodihardjo (IPB), Bonnie Setiawan (KPA), Ida Nurlinda (Universitas Padjajaran), Muhammad Maksum Mahfoedz (PB NU), Busyro Muqoddas (PP Muhammadiyah), Noer Fauzi Rachman (Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa & Kawasan). | [0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0833333358168602, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-033-12.json | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Kemudian, Rikardo Simarmata dan Laksmi Adriani Savitri dari Universitas Gadjah Mada, Nurhidayati, (Walhi), Mujahid Hizbullah (Sekjend Serikat Tani Indramayu), Dahniar Ramanjani, (HuMa), David Sitorus (Indonesian Human Rights Committee for Social Justice) serta banyak lagi.Baca juga: RUU Pertanahan Target Selesai 2019, Berbagai Kalangan Minta TundaPara pakar dan tokoh dari berbagai lembaga ini menyoroti beberapa poin yang mengindikasikan RUU bermasalah.Pertama, mereka nilai, RUU Pertanahan bertentangan dengan UU Pokok Agraria 1960. “Meskipun dalam konsideran dinyatakan RUUP hendak melengkapi dan menyempurnakan hal-hal yang belum diatur UUPA, tetapi substansinya makin menjauh, bahkan bertentangan dengan UUPA 1960,” bunyi pernyataan yang rilis Selasa (13/8/19 di Jakarta.Kedua, dalam draf RUU Pertanahan ada poin hak pengelolaan (HPL) dan penyimpangan hak menguasai dari negara (HMN). HPL, selama ini menimbulkan kekacauan penguasaan tanah dan menghidupkan kembali konsep domein verklaring, yang tegas dihapus UUPA 1960.” Ketiga, soal hak guna usaha (HGU). Dalam RUU Pertanahan, HGU tetap prioritas bagi pemodal besar, pembatasan maksimum konsesi perkebunan tak mempertimbangkan luas wilayah, kepadatan penduduk dan daya dukung lingkungan.Masalah lain, kata pernyataan sikap itu, RUU Pertanahan mengatur impunitas penguasaan tanah skala besar (perkebunan) apabila melanggar ketentuan luas alas hak.“RUU Pertanahan juga tak mengatur keharusan keterbukaan informasi HGU, sebagaimana amanat UU tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Putusan Mahkamah Agung.”Keempat, kontradiksi dengan agenda dan spirit reforma agraria. Mereka menilai, ada kontradiksi antara semangat reforma di dalam konsideran dan ketentuan umum dan batang tubuh RUU Pertanahan, seperti reforma agraria dalam RUU Pertanahan dikerdilkan jadi sekadar program penataan aset dan akses. | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-033-12.json | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | RUU, juga tak memuat prinsip, tujuan, mekanisme, lembaga pelaksana, pendanaan untuk menjamin reforma agraria sejati, di mana operasi negara menata ulang struktur agraria Indonesia yang timpang secara sistematis, terstruktur dan memiliki kerangka waktu jelas.Lalu, tak ada prioritas obyek dan subyek reforma agraria untuk memastikan sejalan dengan tujuan-tujuan reforma agraria di Indonesia. Belum lagi, spirit reforma agraria dalam RUU itu sangat parsial– sebatas bab reforma agraria. Ia tak tercermin di bab-bab lain terkait rumusan-rumusan baru mengenai hak atas tanah–hak pengelolaan, hak milik, HGU, HGB, hak pakai– dan pendaftaran tanah, pengadaan tanah, bank tanah, maupun pengadilan pertanahan.Kelima, kekosongan penyelesaian konflik agraria. RUU ini, tak mengatur penyelesaian konflik agraria struktural di semua sektor. RUU ini menyamakan konflik agraria dengan sengketa pertanahan biasa, yang rencana penyelesaian melalui mekanisme win-win solution atau mediasi, dan pengadilan pertanahan.Padahal, menurut mereka, karakter dan sifat konflik agraria struktural bersifat extraordinary crime. Ia berdampak luas secara sosial, ekonomi, budaya, ekologis dan memakan korban nyawa. “Perlu sesegera mungkin, terobosan penyelesaian konflik agraria dalam kerangka reforma agraria. Bukan melalui pengadilan pertanahan.”Keenam, masalah sektoralisme pertanahan dan pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah dalam RUU ini bukan terjemahan dari pendaftaran tanah seperti UUPA 1960 yang berisi tentang kewajiban pemerintah mendaftarkan seluruh tanah di wilayah Indonesia, mulai desa ke desa. Tujuannya, Indonesia memiliki data agraria akurat dan lengkap guna penetapan arah strategi pembangunan nasional dan pemenuhan hak-hak agraria masyarakat. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-033-12.json | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Dalam RUU Pertanahan ini, semata-mata percepatan sertifikasi tanah dan diskriminatif terhadap wilayah konflik agraria, wilayah adat, dan desa-desa yang tumpang tindih dengan konsesi kebun dan hutan.Masalah lain, sebut pernyatan ini, cita-cita administrasi pertanahan yang tunggal–satu pintu, single land administration— sulit dicapai, bila RUU tak berlaku di seluruh wilayah Indonesia.Ketujuh, pengingkaran hak ulayat masyarakat adat. Dalam RUU Pertanahan ini, tak memiliki langkah konkrit dalam administrasi dan perlindungan hak ulayat masyarakat adat atau serupa dengan itu.Kedelapan, bahaya pengadaan tanah dan bank tanah. RUU Pertanahan ingin membentuk bank tanah, tampaknya, hanya menjawab keluhan investor soal hambatan pengadaan dan pembebasan tanah untuk pembangunan infrastruktur.Andai terbentuk, bank tanah berisiko memperparah ketimpangan, konflik, melancarkan proses-proses perampasan tanah atas nama pengadaan tanah dan meneruskan praktik spekulan tanah.“Ironisnya, sumber tanah bank tanah justru dari tanah negara hingga berpotensi menghalangi agenda reforma agraria.” Jauh dari keadilan agraria dan ekologisSebelumnya, Dewi Kartika, Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) di Jakarta, baru-baru ini mengatakan, merujuk draf RUU Pertanahan per 22 Juni 2019, substansi makin jauh dari prinsip-prinsip keadilan agraria dan ekologis bagi keberlangsungan hajat hidup rakyat Indonesia.“Dari sepanjang proses perumusan dan pembahasan, kami melihat draf terakhir ini secara kualitas bukan makin membaik, justru mengkhawatirkan,” katanya.Awalnya, KPA mengapresiasi RUU Pertanahan. Dari sisi konsideran, posisi RUU Pertanahan tetap mengacu pada UUPA1960. Sayangnya, kata Dewi, antara konsideran dengan batang tubuh RUU ini banyak inkonsistensi dan kontradiktif.“Dari sisi konsideran semangatnya cukup progersif, kalau dibaca pasal-per pasal justru banyak yang bertentangan dengan prinsip-prinsip UUPA.” | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-033-12.json | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Dalam RUU ini, katanya, belum menjamin perlindungan hak-hak atas tanah dari petani, masyarakat adat, nelayan, masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan atas keberlanjutan wilayah hidup mereka.Begitu juga soal reforma agraria dan redistribusi tanah kepada rakyat. RUU Pertanahan, kata Dewi, belum jelas dan konsisten hendak menata kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pengelolaan tanah serta sumber-sumber agraria lain yang timpang jadi berkeadilan.“Reforma agraria itu selalu jadi bungkusan besar dalam RUU Pertanahan. Kalau kita melihat betul-betul, itu baru cangkang saja. RUU Pertanahan, bahkan tidak eksplisit menyatakan apa tujuan reforma agraria,” katanya, meskipun dalam konsideran menyatakan, menyadari ada ketimpangan struktur agraria, konflik agraria bersifat struktural, kerusakan ekologis dan lain-lain.Dalam batang tubuh, katanya, terutama pasal mengenai reforma agraria, sama sekali tak tercermin dan sangat teknis. “Tidak ada upaya reforma agraria itu dikembalikan ke tujuan semula untuk mengatasi ketimpangan dan menjaga keberlangsungan wilayah masyarakat.”Berdasarkan sensus 2013, petani gurem di Indonesia ada 11,5 juta keluarga. Dari tahun ke tahun, katanya, makin banyak petani gurem bahkan yang tak memiliki tanah atau hanya jadi buruh tani. Sisi lain, segelintir kelompok pengusaha perkebunan sawit menguasai tanah melalui HGU dan izin lokasi sekitar 14 juta hektar.Selain itu, RUU Pertanahan juga tak disusun untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik agraria struktural di sektor pertanahan. Dalam 11 tahun terakhir, katanya terjadi 2.836 konflik agraria dengan luasan 7.572.431 hektar. Ada puluhan ribu desa, kampung, pertanian dan kebun rakyat masih belum keluar dari konsesi-konsesi perusahaan.“Tidak ada satu pasal pun dalam RUU Pertanahan ini hendak menyelesaikan konflik-konflik agraria. Pembentukan pengadilan pertanahan untuk sengketa pertanahan bukanlah jawaban,” katanya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0] |
2019-033-12.json | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Rukka Sombolinggi, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengatakan, draf RUU Pertanahan banyak masalah. Dia melihat dari judul saja, tak layak untuk dilanjutkan.“RUU ini tidak memiliki sensitivitas terhadap penyelesaian masalah agraria pada wilayah adat.”RUU Pertanahan, katanya, mengatur pengukuhan hak ulayat dimulai dari usulan pemerintah daerah dan ditetapkan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri.“Skema seperti ini, sama sekali tak menjawab persoalan. Pengakuan hak ulayat sulit karena sangat politis melalui tindakan-tindakan penetapan pemerintah.”Padahal, katanya, UUPA memandatkan ada pengakuan terhadap hal ulayat. Sampai sekarang, dari 10 juta hektar lebih wilayah adat yang diserahkan kepada pemerintah belum terakomodir dengan baik. Bahkan, dalam kebijakan satu peta, tidak ada kementerian yang bersedia jadi wali data.Muhammad Rifai, Ketua Departemen Penataan Produksi dan Usaha Tani Aliansi Petani Indonesia (API) mengatakan, draf RUU Pertanahan bertentangan dengan misi Presiden Joko Widodo, yang ingin membangun kedaulatan pangan dan petani.Kedaulatan pangan, katanya, bisa tercapai kalau pemerintah menjamin ketersediaan lahan untuk petani. Kondisi ini, katanya, betolak belakang dengan isi RUU Pertanahan, malah bisa membuat petani sulit memperoleh tanah.“Isi RUU ini tidak menjawab permasalahan mengenai berapa banyak cadangan tanah untuk pertanian. Apalagi dengan ada wacana pembentukan bank tanah. Saya khawatir, ini justtru mempersulit distribusi tanah bagi pertanian.”Bank tanah, kata Rifai, ibarat pisau bermata dua. “Kalau dijalankan oleh orang baik, akan baik. Begitu pun sebaliknya.” Dia khawatir, bank tanah justru membuat petani sulit mendapatkan hak atas tanah. | [0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.10000000149011612, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-033-12.json | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Para Pakar Agraria sampai Organisasi Masyarakat Sipil Kritik RUU Pertanahan | Keterangan foto utama: Pada Kamis 13 Juli 2017, Ibrahim, 72 tahun, warga Mantadulu, transmigran dari Lombok Tengah mempelihatkan sertifikat tanah yang diklaim PTPN XIV. Konflik lahan antara warga dan perusahaan, termasuk perusahaan negara, banyak terjadi. Foto: Eko Rusdianto/ Mongabay Indonesia [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.2857142984867096, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2020-045-14.json | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | [CLS] Kabar duka datang dari Lampung. Tiga bocah tewas tenggelam di kolam bekas galian tambang batu di Jalan Pangeran Tirtayasa, Camping Jaya, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung, pada Selasa [23/6/2020], pukul 14.30 WIB.Kejadian berawal saat tujuh bocah dari Kampung Kecapi mencari ikan di kolam galian tambang batu tersebut. Lama menunggu karena kail tidak dimakan ikan, mereka pun bergeser ke tempat lebih dalam. Mereka berenang, menyeberangi kolam itu.“Ternyata, tiga bocah tak bisa berenang, tenggelam,” terang Kepala Kepolisian Sektor [Polsek] Sukarame, Kompol Evinater Sialagan, dikutip dari Lampung Post.Warga Kampung Kecapi langsung bergerak, setelah mengetahui kabar tersebut. Mereka langsung ke lokasi, mencari Iman [12], Putra [10], dan Novan (10) di kolam itu.Setengah jam pencarian, seorang korban ditemukan terapung. Sementara, dua korban lain ditemukan di dasar kolam kedalaman sekitar tiga meter dengan posisi terjepit di antara batu.Para korban segera dibawa ke Rumah Sakit Immanuel dan pusat kesehatan masyarakat [puskesmas] terdekat. Namun, nyawa mereka tidak dapat diselamatkan.Baca: Setelah Angin Puting Beliung, Cuaca Ekstrim Berpotensi Terjadi di Lampung Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri menjelaskan, kejadian akibat aktivitas pertambangan legal maupun ilegal sudah beberapa kali terjadi di Lampung. Sebelumnya, Senin [13/1/2020], terjadi tanah longsor di Bukit Kaliawi yang menimbun rumah warga.Begitu juga pada Rabu [30/10/2019], aktivitas pertambangan di Bukit Gunung Perahu yang terletak di Gang Onta, Kelurahan Sukamenanti, Kecamatan Kedaton, menyebabkan tanah longsor.“Kini aktivitas pertambangan menewas tiga anak,” terangnya kepada Mongabay Indonesia, awal Juli 2020. | [0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0] |
2020-045-14.json | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | Walhi Lampung menegaskan, semestinya pemerintah provinsi dan pemerintah kota mempertahankan keberadaan bukit-bukit yang ada di Kota Bandar Lampung. Pengawasan dan penertiban aktivitas pertambangan di bukit-bukit yang ada di kota ini juga harus diperketat. Bila perlu, pembekuan izin pengelolaan tambang bagi perusahaan yang melanggar dan merusak lingkungan hidup diterapkan.“Peran negara harus terlihat dan tegas terhadap kegiatan pertambangan,” tuturnya.Tujuannya, agar fungsi lingkungan hidup dapat dipertahankan. Juga, jaminan kesehatan dan keselamatan masyarakat serta meminimalisir terjadinya bencana ekologis, memang diprioritaskan Pemerintah Lampung.“Bila pengelolaan dan pengawasan di bukit-bukit lemah, dan pertambangan di Kota Bandar Lampung tetap ada, selama itu potensi bencana hingga berujung nyawa akan nyata,” paparnya.Baca juga: Kehilangan 22 Bukit, Walhi Siap Gugat Pemkot Bandar Lampung Pemilik lubang tambangDinas Energi dan Sumber Daya Mineral [ESDM] Provinsi Lampung, melalui Staf Sub Bidang Mineral dan Batubara, Abraham Pawakan, mengatakan kolam tambang itu memiliki izin usaha pertambangan [IUP] atas nama Kardoyo.“Oleh Kardoyo, sebanyak dua kali IUP itu diperpanjang, dan saat ini izin itu masih aktif,” kata dia kepada Mongabay Indonesia, Senin [29/6/2020].Pihak ESDM Provinsi Lampung mengaku sangat menyayangkan kejadian tersebut. Abraham menegaskan, seharusnya bila lokasi galian tambang masih beroperasi, maka harus dibuat larangan tidak ada aktivitas masyarakat di sana. “Diberi rambu-rambu peringatan,” tutur dia.Tetapi, jika sudah tidak beroperasi lagi, maka harus melaksakan reklamasi pasca-tambang. “Seharusnya sesuai prosedur, ada tanda atau direklamasi bila sudah tutup,” paparnya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.4000000059604645, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0] |
2020-045-14.json | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | 3 Bocah Tewas Tenggelam, Walhi: Pemerintah Lampung Harus Perketat Aktivitas Pertambangan | Dia juga mengatakan, pihak ESDM akan mengambil langkah pengawasan setelah kejadian ini. ESDM juga meminta pihak perusahaan melakukan kegiatan penambangan sesuai SOP yang berlaku, kemudian memastikan adanya perizinan yang berkaitan dengan laporan dan pajak. “Kami juga meminta para petambang mengikuti aturan,” jelasnya. Saat Mongabay Indonesia mongkonfirmasikan kepada Polisi Sektor Sukarame apakah Kardoyo telah dipanggil, Kapolsek Sukarame, Kompol Evinater Sialagan menjawab sudah.Dalam pesan WhatsApp, Evinatern menegaskan, bekas galian itu sudah lama tak beroperasi. “Di TKP, bekas galian sudah tidak digunakan puluhan tahun,” tulisnya.Dia juga menjelaskan, dulu ada plang informasi larangan di kolam tersebut, terbuat dari seng dengan cat putih. “Namun sudah usang dan rusak dimakan usia,” paparnya.Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung M Rizki, dikutip Antara Lampung menyatakan, mengimbau agar para orangtua lebih memperhatikan anak-anaknya. “Kejadian seperti ini jangan terulang lagi. Peristiwa tenggelam atau hanyutnya bocah di bawah umur di Lampung bukan hanya kali ini saja,” tandasnya. [SEP] | [0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0] |
2022-054-03.json | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | [CLS] Sejak Juni 1982 hingga 21 Juni 2021,terdapat 680 kejadian bencana alam yang melanda 22 kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bencana hidrometeorologi berjumlah 643 kejadian atau 95 persen sementara bencana non hidrometeorologi mencapai 37 kejadian atau 5 persen.Hal itu diungkapkan Norman Riwu Kaho, pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) NTT dalam Workshop Pelibatan Media dan Jurnalisme Warga untuk Advokasi Bencana dan Cuaca Ekstrim di NTT, Rabu (23/3/2022).Norman memaparkan,dari 22 kabupaten dan kota, Kabupaten Sikka menempati peringkat kelima kejadian bencana. Bencana hidrometeorologi sebanyak 38 kejadian dan non hidrometeorlogi 15 kejadian.“Kekeringan dan banjir merupakan 2 jenis bencana yang terjadi pada semua kabupaten dan kota di NTT serta angin kencang di 20 kabupaten dan kota. Sebaliknya, tsunami hanya dilaporkan terjadi pada 2 kabupten yakni Sikka dan Flores Timur,” ungkapnya.Di tahun 2022 saja telah terjadi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi. Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sikka selama 1,5 jam, mengakibatkan 16 rumah warga Dusun Pedan Poar, Desa Kolidetung, Kecamatan Lela, terendam banjir.Kepala Desa Kolidetung Wilhelmus Isolus menyebutkan, hujan dengan intensitas tinggi membuat air disertai lumpur mengalir dari atas bukit di sekitar desa mereka. Rumah warga pun terendam air dan lumpur namun tidak ada korban jiwa.Banjir juga menggenangi puluhan rumah warga, jalan negara Trans Utara Flores dan puluhan hektar sawah, Kamis (24/2/2022).Banjir dari gunung membawa material lumpur membuat 3 kecamatan terdampak.baca : Supermarket Bencana di NTT dan Bagaimana Peran Jurnalis Kejadian teranyam berlangsung menjelang Paskah, hari raya umat Kristen. Umat Katolik di Paroki Habi, di Dusun Lurunduna, Kamet, Desa Langir, Kecamatan Kangae terjebak banjir ketika hendak ke gereja mengikuti ibadat Jumat Agung (15/4/2022) sore. | [0.125, 0.125, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-054-03.json | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Hujan yang turun sejak siang harinya membuat material banjir dari wilayah perbukitan terbawa melintasi kali. Warga yang hendak ke gereja pun terpaksa banyak yang mengurungkan diri akibat sulit menyeberang kali. Selama sekitar sejam, warga terjebak banjir. Pertobatan EkologisUsai memimpin ibadat Jumat Agung di Gereja Tua Sikka, Paroki St.Ignatius Loyola, Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu,Pr kepada Mongabay Indonesia menyampaikan pesan soal merawat kehidupan.Uskup Maumere menerangkan dalam menyongsong Pra Paskah dan Sinode Kedua Keuskupan Maumere, telah diterbitkan surat gembala Uskup Maumere yang mengusung tema Duc in Altum (bertolaklah ke tempat yang dalam), menuju komunitas perjuangan merawat kehidupan.Edwaldus menyebutkan, pesan ini sebenarnya juga berkaitan dengan konsep Paus Fransiskus mengenai Laudato Si. Lanjutnya, tujuannya untuk mengajak kita semua menjaga lingkungan hidup dan bumi kita yang sekarang ini menjadi perhatian dunia dan perhatian kita sekalian.“Jadi kita mengambil bagian dalam keprihatinan itu dan akan kita lakukan itu dalam Sinode bersama umat di Keuskupan Maumere,” ungkapnya.Dalam surat gembalanya, Uskup Edwaldus menerangkan, Pada tahun 2015, Paus Fransiskus mempublikasikan Ensiklik Laudato Si. Ini adalah suatu ensiklik yang berfokus pada pemeliharaan bumi, sebagai rumah bagi semua makhluk ciptaan. Paus mendorong adanya pertobatan ekologis dan melakukan aksi global untuk memelihara dan menyelamatkan bumi.“Tujuannya bukan untuk mengumpulkan informasi atau untuk memuaskan rasa ingin tahu kita, tetapi lebih untuk menerima kesadaran yang menyakitkan akan apa yang sedang terjadi pada dunia, dan berani mengubahnya menjadi penderitaan kita sendiri dan dengan demikian menemukan sumbangsih apa yang dapat kita berikan masing-masing,” (Laudato Si, No. 19).baca juga : Pemerintah Daerah di NTT Diminta Benahi Sistem Penanggulangan Bencana. Kenapa? Merawat dan Memelihara Bumi | [0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-054-03.json | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Dalam surat gembala Uskup Maumere yang diterbitkan 22 Februari 2022 dikatakan,pada Pesta St. Fransiskus dari Asisi 4 Oktober 2021, telah dicanangkan 7 tahun Rencana Aksi Laudato Si.Uskup Edwaldus mengatakan,ini adalah gerakan global (gerakan bersama di seluruh dunia). Tujuan gerakan ini adalah untuk menciptakan dunia lebih inklusif, bersaudara, damai dan berkelanjutan.Tema rencana aksi tiap tahun secara berurutan ialah menanggapi tangisan bumi, menanggapi seruan orang miskin, ekonomi yang ekologis, adopsi cara hidup ekologis, pendidikan ekologis, kerohanian ekologis dan keterlibatan komunitas dan aksi-aksi partisipatoris.“Karena melibatkan diri dalam upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian bumi bukanlah pilihan tetapi suatu kewajiban, maka kita di keuskupan Maumere mewajibkan diri kita untuk mengambil tanggung jawab pastoral untuk terlibat secara konkret dalam Rencana Kerja Laudato Si tersebut,” pesannya.Uskup Maumere meminta umat Katolik terlibat melalui doa dan liturgi, edukasi atau pendidikan, kampanye dan aksi-aksi konkret. Juga terlibat dalam upaya-upaya advokasi untuk memelihara dan menyelamatkan lingkungan.Beliau katakana mulai tahun 2022 ini selama tujuh tahun ke depan, komisi-komisi Keuskupan Maumere akan menyiapkan bahan katekese Prapaskah tahunan sesuai tema-tema Rencana Aksi Laudato Si yang telah ditetapkan.Bahan-bahan ini untuk membantu umat Katolik merencanakan dan menjalankan program kerja Laudato Si tersebut.“Semoga kita terlibat aktif membangun Komunitas-Komunitas Basis Gerejawi sebagai Komunitas Perjuangan. Dan juga, bertanggungjawab dalam merawat dan memelihara bumi yang adalah rumah kita bersama,” harapnya.baca juga : Ancaman Bencana Ekologi dari Permasalahan Tanah dan Hutan di Flores dan Lembata Resolusi LingkunganDirektur WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi kepada Mongabay Indonesia, Rabu (20/1/2021) menyarankan agar pemerintah perlu melakukan resolusi lingkungan. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-054-03.json | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi | Umbu Wulang katakana makin dominannya urusan ekonomi yang menempatkan sumber daya alam sebagai bahan baku eksploitasi, akan berdampak pada makin memburuknya kualitas lingkungan hidup.Dia meminta pemerintah melakukan audit lingkungan di setiap kabupaten dan kota untuk kepentingan perlindungan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta upaya penegakan hukum serta upaya pemulihan lingkungan.Terkait perubahan iklim dan pemanasan global,dirinya ingin adanya kebijakan konservasi kawasan pesisir untuk mengurangi dampak kenaikan air laut terhadap masyarakat.“Perlu adanya kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang dapat diterapkan di masyarakat mulai dari tingkat provinsi hingga desa. Terutama terkait dengan urusan pangan dan air dan kelestarian keanegaragaman hayati di NTT,” tegasnya.Umbu Wulang juga minta pemerintah hrus menerapkan kebijakan pembangunan yang tidak memperparah dampak perubahan iklim dan pemanasan global di NTT. Misalnya menghentikan dan minimal mengurangi pembangunan infrastruktur yang rakus energi fosil, rakus lahan, rakus air. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-049-11.json | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | [CLS] Lebih dari 380 perempuan dewasa (mama) terlibat dalam program pembibitan dan penanaman bambu sejak 2021 di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka sudah menghasilkan lebih dari 2,5 juta bibit yang digunakan untuk menghijaukan lahan kritis di kampungnya. Sekaligus melestarikan tradisi dan budaya bambu yang lekat dengan kehidupan warga.Memotong bakal bibit bambu di kebun, merawat, sampai menanam bukan perjalanan mulus. Banyak mama yang awalnya tidak percaya diri karena untuk kali pertama membuat bibit, terlebih jika tak didukung suami. Ada juga yang bekerja sendiri tanpa pasangan. Tak sedikit yang tekun dan berusaha menjaga bibit tetap hidup saat minim akses air di desa.Perjuangan para mama bambu ini diperdengarkan di Kampus Bambu Turetogo, Desa Ratogesa, Ngada pada peringatan Hari Kartini, 21 April 2022. Dalam program Bamboo Collaborative Learning bertajuk Perempuan Penyelamat Alam: Cerita dari Desa Bambu yang dihelat Yayasan Bambu Lestari (YBL).Mama Erna dari Desa Beja, Kabupaten Ngada bermimpi desanya tak lagi sulit air. Ia mukim di perbukitan, jauh dari mata air. Ketika YBL mengenalkan program pembibitan ini, ia mengira akan mudah. “Saya kira mudah, dikira ambil ranting saja. Kalau jenis bambu petung kan susah memotongnya,” katanya.Desa Beja terlihat hijau, berada di perbukitan, sekitar 40 menit dari Kota Bajawa. Namun, sebagian warga kesulitan air. Erna juga khawatir tidak bisa membuat bibit karena ia sendiri harus membeli air. “Apalagi kami mulai menanam bibit di musim panas, harus beli air,” lanjutnya.baca : Ribuan Bibit Bambu ditanam di Bendungan Napun Gete, NTT. Untuk Apa? Pengalaman yang tak pernah ia lupakan adalah ketika ia dan beberapa mama lain salah memotong bambu. Mereka mengambil rumpun orang lain, sehingga mendapat sanksi menggotong empat batang bambu yang sudah dipotong ke atas bukit. | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2022-049-11.json | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Dengan bersemangat, Erna menceritakan suka dukanya belajar mengenal bambu yang cocok jadi bibit, cara memotong mata bilah bambu dengan parang, membuat alat penyiram sendiri dari kaleng susu bekas, sampai gotong royong menanam ribuan bibit dalam beberapa minggu. Semangat mama bambu di desa ini diapresiasi dengan alokasi dana desa untuk penanaman di lahan-lahan kritis sekitarnya.“Penanaman bibit dengan dana desa, bibit dari mama, ditanam oleh mama,” urainya sumringah. Ia memberi usulan ke YBL agar program berikutnya jangan hanya pembibitan, karena dampaknya tak dirasakan langsung saat itu tapi beberapa tahun lagi seperti menambah debit air.Erna mengatakan selama ini bambu hanya buat kandang, atap dan dinding rumah, belum dimanfaatkan untuk menambah nilai ekonomi lain. Ia minta pelatihan pemanfaatan bambu seperti anyaman dan kerajinan. Selain itu pengolahan rebung. “Selama ini hanya untuk sayur dan sambal, kami berharap juga bisa memperkenalkan rebung secara internasional,” harap mama dengan satu anak ini.Semangatnya memulai sesuatu yang baru dilakukan seorang diri karena suaminya pergi merantau dan tidak pernah berkabar lagi. Syukurnya, para mama di kelompok ibu pelopor bambu di desanya kompak bekerja sama, mulai membuat bibit sampai dengan memikul bibit ke bebukitan untuk ditanam.baca juga : Pande Ketut Diah Kencana, Peneliti Bambu Tabah untuk Konservasi dan Olahan Pangan Maria Lewa, Ketua PKK Desa Beja yang juga menjadi mama bambu menambahkan desanya terkendala air, sehingga harus cari solusi biar air lebih banyak. Ia mencontohkan, melanjutkan program penghijauan di sekitar mata air untuk keberlanjutan anak cucu ke depan. “Secara ekonomi, membuat bibit menambah penghasilan ibu untuk keluarga kami. Mereka berusaha timba air di kali, beli air tangki untuk siram. Tapi kami berharap tak hanya penanaman saja juga pengolahan bambu,” paparnya. | [0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.2857142984867096] |
2022-049-11.json | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Program pelestarian bambu untuk penyelamatan lingkungan di NTT sebelumnya juga dirintis perempuan. Salah satunya, Linda Garland yang memulai pada 1992 saat gempa dan tsunami di Flores, kemudian mendirikan YBL. Pada 1995, YBL bekerja sama dengan pemerintah daerah membat gerakan penanaman satu juta bambu. Program ini dikembangkan anaknya, Arief Rabik dengan program 1000 bambu agroforestri didukung pemerintah dan sejumlah lembaga kolaborasi lainnya. Strateginya melalui pengarusutamaan gender dan inklusi.Harapannya mampu merestorasi 8% lahan kritis di Indonesia, menyerap 16% emisi karbondioksida per tahun, menghasilkan 6-9 miliar USD/tahun, dan menciptakan peluang 1 juta lahan kerja.Sejak 2021, kerjasama dengan Pemprov NTT meliputi pengembangan desa wanatani bambu melalui pemberdayaan perempuan dan pengembangan hasil hutan bukan kayu. Pemprov NTT mengalokasikan anggaran 8,6 miliar, di antaranya untuk pemberdayaan perempuan menyemai 2,8 juta bibit bambu di 7 kabupaten yaitu Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Nagakeo, Ende, dan Sikka.baca juga : Merawat Hutan Bambu, Memanen Beragam Manfaat Sedangkan Valeria, akrab dipanggil mama Leri mengatakan program pembibitan ini sangat membantu kala pandemi karena selama itu anak perempuannya yang didiagnosis epilepsi kerap kambuh dengan gejala kejang, batuk, dan pilek. Ia takut anaknya dinyatakan positif Covid-19, karena itu ia merawat anaknya sambil membuat bibit bambu. Dari setiap bibit hidup, ia mendapat insentif Rp2500. Ini jadi penghasilan tambahan selain bekerja di ladang dan sawah setiap hari. Apalagi ia single parent dengan 3 anak.“Saya tidak hanya ibu rumah tangga, juga kepala keluarga. Sangat bersyukur YBL membantu selama ini dalam pembibitan. Sekitar satu tahun menanam bibit, ada mama menolak, tapi saya membantu mereka cari bibit,” urianya dalam sesi berbagi cerita. | [0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2022-049-11.json | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Hal paling sulit buatnya adalah susah air. “Ada mata air di bawah, tapi susah ditarik pompa karena terlalu jauh, rumah saya jauh dari sungai,” ungkapnya. Jika sudah 3 hari tidak hujan, ia berusaha beli air tangki. Harganya Rp70 ribu, ia membeli seminggu beli dua kali, termasuk untuk masak dan mandi. Ia juga bersyukur karena saling kerja sama dan berkelompok cari anakan bambu seminggu dua kali.Mama lain, Albina juga senang karena menambah pembiayaan anak sekolah. Awalnya ia merasa sulit merawat bibit, tapi setelah penyuluhan mulai berjalan ia berlatih mencampur tanah dan abu sekam dalam polybag. Kemudian menghitung berapa lama waktu bertunas. “Kami merasa bangga karena tidak pernah tahu bambu bisa dibibitkan. Hanya tahu bambu nenek moyang,” urainya. Para mama membawa parang ke kebun, memilih bambu yang tidak terlalu muda dan tua, lalu memotong untuk mencari mata tangkainya.Percobaan membuat bibit juga menghadapi masalah. Tidak semua bibit hidup. Sebagian mama memilih menyulam kembali bibit mati dalam polybag. Para mama diminta menumbuhkan 25 helai daun dalam tiap bibit. Mereka mengatakan belajar merendam tangkai bakal bibit ke air kulit bawang selama beberapa jam sebelum ditanam. Ada juga yang menyiram dengan air cucian beras.Albina juga mengaku bangga karena untuk pertama kali bisa ke bank untuk menarik uang insentif. “Pegawai bank tanya, mama buat apa ramai ke bank? Kenapa mama, bukan bapak? Karena kelompok mama, ini bukti hasil dari bambu. Saat bencana Seroja, kemiri habis karena dahannya patah. Karena bambu bisa beli gula, beras, dan uang rokok untuk bapak,” ceritanya sumringah.baca juga : Taman Bambu, Penyelamat Mata Air Sekaligus Tempat Wisata Edukasi Dalam acara mama bambu bercerita ini, hadir juga akademisi, aktivis lingkungan, dan pemimpin agam untuk merespon cerita mama. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.6666666865348816] |
2022-049-11.json | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Prof Elizabeth Widjaja, pensiunan LIPI, ahli taksonomi bambu mengatakan masalah krisis air harus segera dicari strateginya. “Kita harus menampung air, dari satu ruas bambu dalam satu hari bisa memenuhi plastik 1 kg,” ajaknya. Dampak penanaman bambu juga jangka panjang. Ia mencontohkan, sebuah desa menanam 14 hektar di suatu bukit, baru keluar air dan mengaliri tak hanya satu desa, juga 8 desa. Menanam bambu juga penting di lahan kritis seperti rawan longsor. Pengembangan bambu menurutnya sangat banyak misal daun bambu bisa jadi teh dan ulat bambu sebagai bahan pangan.Desy Ekawati dari Badan Standarisasi Instrumen LHK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut apa yang dilakukan para mama adalah bagian dari gerakan besar desa bambu. Mama menjadi bagian penting untuk penanaman dan pengelolaan. Menurutnya perlu ada kelanjutan program seperti pemanfaatan. “Perlu membangun visi desa bambu. Bagaimana jadi produk lebih beragam?” tanyanya. Program ini menurutnya meningkatkan peran mama dalam keluarga dan lingkungan.Yuvensius Nonga dari Walhi NTT mengapresiasi upaya mama bambu karena tanaman ini bagian dari budaya Flores. Melestarikan bambu menurutnya melestarikan kuasa perempuan sebagai pewaris dan pengelola rumah adat di Ngada. Di sisi lain, ia menyayangkan cara pandang patriarki menganggap perempuan tidak menghasilkan.Pendeta Mery Kolimon, Gereja Masehi Injili di Timor berkeinginan mengundang para mama bambu untuk mengajari mama lain di daerah lain seperti Timor, Alor, Rote, dan Sabu. Menurutnya gereja memiliki tanggungjawab pada pelestarian alam. | [0.0, 0.0833333358168602, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0833333358168602, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2022-049-11.json | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores | “Saya mau belajar dari mama bambu. Siklon Seroja merusak alam, ratusan rumah rusak. Bagaimana berdamai dengan alam, gereja juga melakukan pemulihan alam,” katanya. Ia tak hanya ingin belajar tanam bambu, juga membangun desa-desa bambu lain di NTT. Tantangan saat ini yakni akses air, menurutnya jadi beban ganda perempuan. Tak sedikit perempuan NTT harus keluar kampung jadi buruh migran dan korban perdagangan orang.Demikian juga tokoh agama lain Kandida Longa, Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Bajawa. Awalnya ia mengaku tidak peduli dengan bambu, tapi mendengar keterlibatan mama bambu, ia ingin melibatkan jadi anggota dan pengurus WKRI dan membantu proses pembibitan. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2012-038-05.json | Kematian Empat Gajah Aceh Diselidiki | Kematian Empat Gajah Aceh Diselidiki | Kematian Empat Gajah Aceh Diselidiki | [CLS] BALAI Konservasi Sumber Daya Alam masih menyelidiki kematian empat gajah di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Timur.“Tim sedang bekerja menyelidiki kematian empat gajah, masing-masing dua jantan dan betina pada Mei dan Juni 2012 di dua lokasi terpisah di Aceh,” kata Kepala BKSDA Abubakar Cekmad di Banda Aceh, Jumat(8/6/12) seperti dikutip dari Antara.Abubakar menanggapi kematian empat ekor gajah yang diduga diracun di kawasan pedalaman di dua kabupaten di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.Dia menyebutkan, tim terpadu melibatkan instansi terkait telah mengambil sampel dari empat ekor gajah sumatera yang mati di dua wilayah itu.“Bahan-bahan atau sampel dari empat ekor gajah mati itu saat ini masih di tangan tim forensik Polda Sumatera Utara. Mudah-mudahan tidak lama lagi akan ada hasil terutama tentang jenis racun yang mengakibatkan kematian gajah itu,” katanya.Dugaan memang kematian gajah itu setelah diracun, namun jenis racun belum diketahui.Dia mengemukakan kecil kemungkinan kematian gajah itu karena aksi pembunuhan masyarakat setempat. “Masyarakat, khusus warga setempat tidak akan membunuh gajah. Bahkan, orang Aceh menyebut gajah itu sebagai Poe Meurah yang harus dilindungi.”Abubakar menyebutkan, populasi gajah Sumatera berkisar 506 ekor tersebar di kawasan hutan provinsi itu. [SEP] | [0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-030-18.json | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | [CLS] Swarno Lumbangaol, lulusan master pariwisata dari perguruan tinggi swasta di Medan, Sumatera Utara. Usai kuliah dia merantau. Setelah 20 tahunan lebih jadi pendidik di Aceh, Kota Meulaboh dan Nagan Raya, Swarno pilih pulang kampung ke Desa Bakkara, Marbun Tongak Dolok.Kembali ke Bakkara, dia ingin melanjutkan usaha turun-temurun keluarga dalam budidaya ikan dalam kolam. Selain budidaya ikan, dia juga pemandu wisata.Kini, dia bercita-cita budidaya ihan Batak. Dia tergerak budidaya ihan Batak karena melihat ikan endemik perairan Danau Toba ini makin langka.Bibit ihan Batak (Neolissochilus thienemann), dia ambil dari sungai-sungai sekitar Humbang Hasundutan dan Samosir.“Ihan Batak adalah ikan khas Batak,” katanya.Ada tiga tingkat kolam berisi Ihan Batak. Bakkara memiliki kontur tanah mengandung banyak sumber air dan bebatuan hingga tak perlu banyak material untuk bikin kolam.Dulu, kakeknya memelihara ikan mas dan ayahnya nila dan mujaer di kolam di sebelah rumah. Dia memilih budidaya ihan batak karena itu jenis endemik perairan Danau Toba.Dinas Perikanan kemudian melihat aksi Swarno dan membantu mengembangkan pelestarian ihan Batak ini. Dia pernah mengenalkan ikan khas Batak ini dalam Pekan Raya Sumatera Utara di Humbang Hasundutan. Gawe ini gelaran Kementerian Pariwisata selama 30 hari dan dihadiri Presiden Joko Widodo. Selain budidaya ihan batak, ia juga melestarikan tumbuhan sebagai pakan ikan ini. “Makanannya adalah azolla, sejenis tumbuhan air yang ada di sekitar sini. Saya juga budidayakan,” katanya.Azolla (Mosquito ferns), sejenis tanaman paku yang hidup mengapung di perairan. Biasa dijumpai di lahan tergenang atau persawahan dengan ukuran 1,5-2,5 centimeter. Bentuk daun kecil saling bertindih dengan warna permukaan daun hijau kemerah-merahan. *** | [0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125] |
2021-030-18.json | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan KepMen Nomor 1/2021 yang menyatakan ihan Batak sebagai ikan endemik dilindungi dengan status perlindungan penuh.Dari penelitian LIPI, ihan Batak memiliki badan pipih memanjang, leher badan empat kali lebih pendek dari panjang standar serta berwarna keperakan. Ada 10 sisik di depan sirip punggung dan 26 sisik di sepanjang gurat sisi. Ikan ini sebagai jenis terancam punah oleh International Union for The Conservation of Nature (IUCN).Selain ihan Batak, adapula ihan dengan marga Tor dan N. Sumatranus yang masih dapat ditemukan di sungai-sungai sekitar Danau Toba, meskipun populasi terus menurun. Genus tor ini, katanya, masyarakat Sumatera Utara mengenal dengan nama ikan jurung.“Memang ada kesamaan dengan jenis ikan jurung, bedanya ada di muncung bagian bawah, dan matanya,” kata Swarno.Ihan Batak dikenal memiliki struktur kuat. Ikan ini berenang melawan arus sungai yang deras hingga memiliki tekstur tulang padat. TradisiIhan Batak dalam budaya Batak merupakan simbol tradisi dan punya peranan penting bagi ritual sakral.Menurut Swarno ihan Batak adalah suguhan untuk raja-raja masa kerajaan dulu.Ihan Batak jadi persembahan kepada Tuhan (mula jadi na bolon) dalam rangkaian acara adat yang diberikan oleh hula-hula (kerabat dari pihak istri). Ia dipercaya mendapat berkat baik kesehatan, memiliki banyak keturuanan, murah rezeki dan bergelimang harta.Dalam perkawinan adat Batak, penganan ini juga diberikan kepada pihak perempuan sebagai balasan pemberian makanan atau disebut dengan istilah tudu-tudu sipanganon. Tujuannya, untuk mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.Dalam setiap upacara adat Batak, ihan Batak dimasak dengan khas arsik. Kini, kebiasaan itu perlahan menghilang karena populasi ikan sudah jarang. Biasanya, ihan Batak diganti ikan mas.“Ikan mas bukan endemik kita. Itu didatangkan Belanda pada masa kolonial. Mereka sebar ke Danau Toba,” katanya. ***** | [0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534] |
2021-030-18.json | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’ | Foto utama:Ihan Batak, ikan endemik perairan Danau Toba. Foto: Barita NL/ Mongabay Indonesia [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2015-032-01.json | 30 Hektar Lahan Konservasi Samboja Lestari Terbakar. Bagaimana Nasib Orangutan? | 30 Hektar Lahan Konservasi Samboja Lestari Terbakar. Bagaimana Nasib Orangutan? | 30 Hektar Lahan Konservasi Samboja Lestari Terbakar. Bagaimana Nasib Orangutan? | [CLS] Fenomena El Nilo yang terjadi di Indonesia saat ini, sangat berdampak pada kebakaran lahan di Kalimantan Timur. Termasuk, kebakaran yang terjadi pada 30 hektar kawasan konservasi orangutan Borneo Orangutan Survival Foundatin (BOSF) Samboja Lestari.Lahan seluas 30 hektar milik BOSF yang berada di Jalan Balikpapan-Handil Km. 44, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Kukar, Senin (31/8/15) terbakar. Meski diduga kebakaran terjadi karena El Nino, namun penyelidikan terus dilakukan guna mengetahui kepastiannya.Akibat kebakaran tersebut, kawasan yang baru akan terbentuk hutan, yang terdiri dari kayu meranti hangus. Bahkan, kebakaran itu hanya berjarak sekitar 300 meter dari kandang orangutan yang baru dalam proses pembanguan.Koordinator Komunikasi BOSF Samboja Lestari, Suwardi mengatakan awal kebakaran terjadi Senin subuh, sekitar pukul 03.00 Wita. Api sempat dipadamkan dengan 46 personil dari BOSF Samboja Lestari.“Orangutan itu tidak tahu kalau ada bencana kebakaran, kecuali kalau individu orangutan berada di pohon dan melihat asap atau api di kejahuan, baru mereka mengerti. Untungnya, kebakaran masih jauh dari kandang utama, sehingga kami dapat meminimalisir keadaan,” kata SuwardiNamun, Senin siang sekitar pukul 11.00 Wita, api kembali berkobar. Para personil BOSF kembali terjun ke lokasi untuk melakukan pemadaman secara tradisional, yakni memukulkan ranting pohon dan menggunakan alat penyemprot tanaman.“Api kembali muncul pukul 11.00 Wita. Sekitar 46 personil kami kembali terjun ke lapangan untuk melakukan pemadaman yang bisa diminimalisir sekitar pukul 17.20 Wita,” papar Suwardi.Staf Komunikasi BOSF, Cantika Adinda, menuturkan titik api ada di beberapa lokasi. Dia dan rekan-rekannya kesulitan memadamkan api sekaligus. Cara manual memukul api menggunakan ranting kayu harus mereka lakukan agar api tidak mendekati bangunan rehabilitasi orangutan. | [0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
Subsets and Splits