filename
stringlengths 16
16
| title
stringlengths 22
107
| text
stringlengths 132
2.1k
| softlabel
stringlengths 15
740
|
---|---|---|---|
2016-020-13.json | Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri | Perkasa di Depan Kapal Asing, Susi Pudjiastuti Kesulitan di Depan Kapal Dalam Negeri | Berkaitan dengan kapal markdown, Himawan mengatakan, sebagian besar kapal yang melakukannya berukuran 30 gros ton (GT) ke bawah. Sementara, untuk kapal yang melakukan pengukuran ulang, dari jumlah total 18 ribu kapal yang harus melakukannya, tercatat baru 2.227 kapal saja yang sudah melakukannya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2016-021-16.json | Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | [CLS] Nusa Penida, sebuah kawasan kepulauan di Kabupaten Klungkung, Bali meniadakan semua aktivitas di laut selama 24 jam tiap tahunnya dengan sebutan Nyepi Segara sebagai penghormatan pada laut pemberi kesejahteraan. Kali ini dirayakan pada Minggu (17/10/16).Nyepi berarti sepi, hening. Sementara Segara artinya laut. Suasana penghentian segala aktivitas laut nampak di titik-titik penyeberangan dari dan menuju Nusa Penida yang terdiri dari tiga pulau Nusa Ceningan, Lembongan, dan Nusa Penida ini.Misalnya titik penyeberangan kapal di Pantai Sanur, Denpasar. Sejumlah speedboat yang rutin bekerja bolak balik menyeberangkan penumpang terlihat ditambatkan. Biasanya penyeberangan sudah ramai sejak pukul 7.30 pagi sampai sore sekitar pukul 4. Hari itu, mesin-mesin speedboat istirahat. Perjalanan dengan kapal cepat biasanya dilalui sekitar 30-50 menit dari Sanur menuju Nusa Penida tergantung kondisi gelombang.Hanya warga yang tak merayakan Nyepi Segara di Sanur yang sedang menikmati pantai dengan mandi atau bermain pasir. Sementara di pesisir Kusamba, Kabupaten Klungkung warga sekitar turut menghormati Nyepi Segara ini dengan meniadakan aktivitas di perairan.Nyoman Widana, salah satu warga di Nusa Penida merayakan Nyepi Segara dengan sembahyang di pura Segara. Pura ini umum dan cukup banyak tersebar terutama di pesisir. Tempat ritual penghormatan sang Baruna, simbol penguasa laut.Menurutnya warga sangat menghormati Nyepi Segara ini dengan cara meniadakan semua aktivitas di laut. Misalnya tak mencari ikan, rehat dari rutinitas merawat lahan rumput laut, termasuk meniadakan segala aktivitas wisata air yang menjadi primadona di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida ini.“Desa adat menerapkan sanksi bagi pelanggar, ada yang sanksinya denda ada juga beras. Tergantung desa adat masing-masing,” ujar Widana yang menjadi humas Badan Pengawas Desa Ped di Nusa Penida ini. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645] |
2016-021-16.json | Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Nyepi Segara adalah kearifan lokal yang diwarisi turun temurun. Warga pesisir Nusa Penida menyadari laut sudah memberikan berkah dan kini saatnya pengendalian diri dengan merehatkan selama sehari. “Agar penguasa laut tak mengusik. Kami percaya kekuatan niskala dan tak berani melanggar,” tambahnya tentang keyakinan ini.Secara ritual, Nyepi Segara bertolak dari Hari Raya Nyepi peringatan tahun baru Saka umat Hindu di Bali yang diperingati secara nasional tiap tahun. Ada upacara penyucian benda-benda sakral dan pengambilan air suci di laut untuk ditaruh di pura-pura lalu diberikan ke warga yang sembahyang. Kemudian ritual simbol pengorbanan dengan menghaturkan sejumlah hewan ke laut. Diakhiri dengan hening untuk introspeksi diri sendiri dan penyucian alam.Saat Hari Nyepi, Bali menjadi senyap karena seluruh aktivitas dihentikan, terutama fasilitas publik termasuk bandara dan pelabuhan selama 24 jam penuh.Ada empat hal yang dianjurkan tak dilakukan. Empat pantangan tersebut antara lain Amati Karya, Amati Geni, Amati Lelungan dan Amati Lelaungan. Amati Karya atau tidak bekerja dan tidak menjalankan aktivitas lainnya. Amati Geni, yakni tidak menyalakan api maupun lampu penerang, Amati Lelungan tidak bepergian dan Amati Lelanguan tidak mengumbar hawa nafsu atau bersenang-senang.Selain Nyepi di laut, sejumlah desa lain juga melakukan ritual Nyepi versi lainnya dengan cara berbeda. Desa-desa adat di Bali menerapkan Desa Kala Patra artinya menghormati tiap ritual sesuai keyakinan dan waktunya. Untuk menyederhanakan, Nyepi diseragamkan waktunya oleh pemerintah di era Orde Baru dan menjadi hari libur nasional.Jembatan RobohNyepi Segara tahun ini riuh karena sebuah jembatan yang menghubungkan pulau terkecil Nusa Ceningan dengan Nusa Lembongan di kawasan perairan Nusa Penida ini ambrol. Laporan sementara pemerintah pada pukul 23.00 WITA menyebut sedikitnya 9 korban meninggal dan 30 luka-luka. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.6666666865348816] |
2016-021-16.json | Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Sejumlah warga yang dikonfirmasi dari Denpasar menyebut aktivitas di jembatan yang selalu berderak dan goyang ketika dilewati kendaraan ini sedang ramai karena ada upacara agama di sebuah pura di ujung jembatan di Pulau Ceningan.Jembatan ini lebarnya sekitar 1,5 meter dan panjang sekitar 100 meter. Motor yang melewati harus bergantian dari arah Ceningan dan Lembongan. Karena sering goyang, diplesetkan menjadi jembatan cinta.Pemandangan sekitarnya indah dengan perahu nelayan dan aktivitas petani rumput laut sehingga kerap menjadi lokasi selfie juga.Jembatan Kuning, sebutan lain warga karena catnya kuning ini roboh pada Minggu (16/10/2016) pukul 18.30 Wita. Berdasarkan laporan sementara Pusdalops BPBD Bali yang diterima dari Puskesmas Nusa Penida 2 dan Puskesmas Pembantu Ceningan terdapat 9 orang meninggal dunia dan 30 orang luka-luka.Sebanyak 8 korban meninggal yang sudah berhasil diidentifikasi adalah I Wayan Sutamat, 49, asal Jungut Batu.Putu Ardiana, 45, Lembongan.Ni Wayan Merni, 55, Jungut Batu.I Putu Surya, 3, Jungut Batu, I Gede Senan, 40, Kutampi Nusa Penida, Ni Wayan Sumarti, 56, Dusun Klatak, Ni Putu Krisna Dewi, 9, dan Ni Kadek Mustina, 6.Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam laporna publiknya merilis hingga pukul 21.00 Wita pencarian korban dihentikan karena kondisi gelap. Selain itu juga sudah tidak ada laporan dari masyarakat setempat yang anggota keluarganya hilang. Namun demikian evakuasi akan dilanjutkan besok pagi.Berdasarkan laporan sementara semua korban adalah masyarakat lokal. Tidak ada warga asing. Pencarian dilakukan oleh masyarakat dan aparat setempat. Petugas Basarnas, BPBD dan lainnya belum dapat menjangkau pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan. Kapal Basarnas akan diberangkatkan pada Senin (17/10/2016) pagi pukul 06.00 Wita. | [0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2016-021-16.json | Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida | Laporan ini menyebut saat roboh diatas jembatan terdapat banyak warga karena sedang melakukan upacara keagamaan di Pura Bakung Ceningan yaitu Hari Nyepi Segara dimana tidak melakukan aktivitas di laut sehingga jalur darat ramai. Sebelum runtuh sudah goyang-goyang kemudian ambruk.Beberapa pengendara motor dan orang sehingga jatuh ke laut yang sedang surut. Beberapa warga yang ada di lokasi langsung berusaha menyelamatkan korban. Beberapa korban yang jatuh ada yang langsung berenang dan berjalan di selat. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah warga yang jatuh saat jembatan ambruk.Diduga karena kelebihan beban karena banyaknya masyarakat di atas jembatan sehingga seling jembatan putus dan jatuh ke laut. Selain itu beberapa kali juga pernah rusak dan sudah mendapat perbaikan. Lokasi di kepulauan menyebabkan kesulitan untuk melakukan evakuasi.Kepala UPT Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Gede Jaya Serataberana yang dikonfirmasi mengatakan Senin pagi pencarian akan dilanjutkan. Termasuk tindak lanjut jembatan ambrol, satu-satunya penghubung darat dua pulau Nusa Lembongan dan Ceningan.“Semua korban baik meninggal dan luka sudah diambil keluarganya masing-masing. Besok semua pihak akan ke lokasi,” katanya. Ia menyebut Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat yang menjadi lokasi pelayanan kesehatan bisa menangani korban. [SEP] | [0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.6666666865348816] |
2021-064-10.json | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | [CLS] Para petani di Desa Makatakeri, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) antusias dengan hadirnya program Food Estate atau lumbung pangan. Joni Gombukada petani di desa itu mengaku senang karena hasil produksi meningkat. Dengan begitu sebutnya, pendapatan pun meningkat dan bisa menjadikan kehidupan keluarganya sejahtera.“Kalau dulu hasil panen kurang banyak tapi sekarang lebih banyak.Dulu kami tidak pakai pupuk tapi sekarang dibantu pupuk dan traktor dari Kementrian Pertanian,” ujar Joni seperti dikutip dari situs pertanian.go.id.Joni mengaku sebelum ada program lumbung pangan, petani harus sewa traktor untuk membajak lahan sawah sebesar Rp.700 ribu. Dia pun berharap tahun 2022 program ini tetap berjalan.Bupati Sumba Tengah, Paulus Limu mengakui hadirnya program food estate mampu mempercepat masa tanam dan masa panen menjadi berlipat-lipat. Menurut dia, program ini juga berkontribusi besar terhadap peningkatan indeks perekonomian di wilayahnya.Paulus sebutkan hadirnya food estate, benih yang dulunya 2 bulan bisa dipercepat menjadi 21 hari. Pihaknya pun mendapatkan bantuan 100 unit Alsintan untuk menggarap lahan.Program food estate di Sumba Tengah terbagi menjadi 5 zona. Zona 1 ada di Desa Umbu Pabal, zona 2 di Desa Umbu Pabal Selatan, zona 3 di Desa Elu, zona 4 di Desa Makatakeri dan zona 5 di Desa Tanamodu, Kecamatan Katikutana Selatan.baca : Bangun Tujuh Bendungan di NTT, Apakah Bisa Menjawab Krisis Air? Ketahanan PanganSaat mengunjungi lokasi lumbung pangan di Sumba Tengah, Selasa (23/2/2021) Presiden Joko Widodo menyebutkan luas lahan lumbung pangan yang baru dikerjakan seluas 5 ribu hektare.Dari luas areal yang ada, 3 ribu hektare ditanami padi dan 2 ribu hektare ditanami jagung. Jokowi meminta ke depan diperluas lagi menjadi 10 ribu hektare. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2021-064-10.json | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | “Nantinya diperluas jadi 10 ribu hektare. Dibagi 5.600 hektare untuk padi dan 4.400 hektare untuk jagung. Data yang saya miliki, 34 persen kemiskinan ada di sini,” ungkapnya.Jokowi menyebutkan lumbung pangan di daerah ini setahun baru sekali panen padi. Ia meminta agar setahun bisa dua kali panen padi dan sekali panen jagung atau kedelai.Dirinya mengakui sejak 2015-2018 telah dibangun sumur bor dan embung. Tapi masih jauh dari cukup. Ia sudah perintahkan Menteri PUPR melihat kemungkinan dibangun bendungan atau waduk.“Embung dan sumur bor juga ditambah termasuk membantu kekurangan alat mesin pertanian atau Alsintan,” ucapnya.Jokowi yakin bila lumbung pangan di NTT dan beberapa daerah lainnya dikerjakan dengan baik maka bisa membangun ketahanan pangan negara yang baik.“Nanti akan kita terapkan seperti ini untuk di provinsi-provinsi yang lain yang memiliki kesiapan,” tuturnya.baca juga : COVID-19 Berdampak pada Petani dan Ketahanan Pangan di NTT. Apa Solusinya? Mayoritas Lahan KeringData BPS Provinsi NTT menyebutkan,luas lahan pertanian bukan sawah di NTT tahun 2017 sebesar 3.638.029,7 hektare dan tahun 2018 turun menjadi 3.615.142,9 hektare. Tahun 2019 meningkat mencapai 3.852.726 hektare.Sementara luas panen padi sawah di NTT tahun 2017 mencapai 220.790 hektare dan tahun 2018 bertambah menjadi 247.759 hektare. Untuk tahun 2019 turun menjadi 233.252 hektare.Tahun 2017 produksi Gabah Kering Giling (GKG) berjumlah 886.560 ton dan meningkat menjadi 1.067.121 ton GKG di tahun 2018. Produksi menurun menjadi 993.791 ton GKG di tahun 2019.Sementara itu, tahun 2017, total produksi jagung di NTT telah mencapai 809.830 ton dan tahun 2018 mencapai 848.998 ton dan tahun 2019 bertambah menjadi 884.326 ton.Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) Carolus Winfridus Keupung kepada Mongabay Indonesia, Sabtu (27/2/2021) menyebutkan, NTT didominasi areal perbukitan yang mayoritas merupakan pertanian lahan kering. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2021-064-10.json | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | Menurut Win sapaannya, sebenarnya lahan kering bisa mendukung banyak hal. Namun ia menyayangkan fokus proyek pemerintah pusat ke lahan basah semua.“Saluran irigasi setiap tahun ada pembangunan tetapi untuk lahan kering tidak ada. Benih dan pupuk pun sama. Kita harap ada upaya lain dari pemerintah untuk mendorong agar pertanian lahan kering bisa mendapatkan porsi yang sama dengan lahan basah atau sawah,” pintanya.perlu dibaca : Pemerintah Berencana Kembangkan Sorgum secara Komprehensif di NTT. Seperti Apa? Win mengatakan konsep food estate selama ini telah dikembangkan. Disebutkannya, konsepnya bagaimana membangun keterpaduan, keberlanjutan pertanian.Ia menambahkan di Sumba Tengah food estate mencakup areal persawahan dan lahan kering. Diharapkannya, teknologi yang dikembangkan ini perlu diterapkan di wilayah lahan kering lainnya di NTT“Lahan kering juga butuh air karena di bulan-bulan tertentu lahan pertanian terancam akibat kemarau panjang. Padahal tanaman perdagangan bisa bertahan lama dan menguntungkan,” tuturnya.Win menyarankan perlu dipikirkan membangun pipa-pipa yang melintasi lereng atau punggung bukit. Sesudahnya,di setiap titik lahan pertanian ada semacam bak penampung dan air bisa dialirkan ke lahan pertanian.Dia menjelaskan tanaman pertanian di lahan kering memang saat musim kemarau pasti terdampak dan produktifitas menurun. Dia mencontohkan tanaman kakao yang terdampak saat musim kemarau.“Kalau padi gagal panen maka petani hanya rugi 3 bulan. Tapi kalau kakao mati maka petani mengalami kerugian 5 tahun. Bagaimana mengalirkan air untuk untuk penyiraman di areal lahan kering harus dipikirkan,” pintanya.Win meyakini semua bisa dilakukan hanya butuh terobosan. Untuk listrik yang menggerakan mesin pompa bisa memakai tenaga matahari atau air. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2021-064-10.json | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | “Apabila sumberdaya airnya berada di dataran rendah maka tentu butuh teknologi untuk memompa airnya ke bagian yang lebih tinggi. Tapi kalau sumber mata air di areal ketinggian maka butuh gravitasi untuk mengalirkannya,” tuturnya.baca juga : Rahmat Adinata dan Mimpi Jadikan Sumba Pulau Organik Prioritas Petani TradisionalSementara itu, Direktur WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi kepada Mongabay Indonesia, Rabu (24/2/2021) menyebutkan, program food estate pengalaman di tempat lain banyak yang gagal.Umbu Wulang mengatakan kegagalan terjadi karena konflik lahan, degradasi lingkungan, alih fungsi lahan dan ada krisis air di beberapa tempat.Ia menyarankan program food estate di NTT harusnya dalam kerangka mengurangi ketergantungan pangan dari luar. Juga dalam rangka melestarikan pangan lokal NTT seperti sorgum dan lainnya.WALHI NTT melihat lumbung pangan di Sumba Tengah tidak transparan sebab tidak ada narasi yang menjelasan kepada publik apa itu food estate, siapa aktornya dan tujuan spesifiknya seperti apa.“Tata kepemilikan lahan di kawasan tersebut bagaimana. Jangan sampai petani tradisional dan miskin yang menjadi subyek dari program ini diabaikan sebab salah satu manfaat dari food estate yakni mengentaskan kemiskinan,” ucapnya.Putra Sumba ini memaparkan, di Pulau Sumba, tingkat gadai sawah di masyarakat kecil sangat tinggi. Sawah digadai kepada orang berada dan mampu. Maka perlu dicek kepemilikan lahannya.baca juga : Sius, Petani Difabel Pelopor Pertanian Organik yang Diundang Makan Malam Jokowi Ia menanyakan apakah telah ada kajian daya dukung lingkungan. Hal ini mengingat di lokasi lahan kering tersebut akan di bor 200 sumur.Menurutnya sumur bor punya dampak merusak hidrologi bawah tanah, rongga-rongga bawah tanah dan menimbulkan dampak ekologi. Apakah sudah memperhitungkan daya dukung dan daya tampung lingkungan. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2021-064-10.json | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | Food Estate di NTT Jangan Hanya di Lahan Basah. Kenapa? | “Perlu diketahui apakah food estate ini skemanya murni negara dan masyarakat ataukah melibatkan korporasi. Kita tahu ada korporasi yang menyediakan bibit, pupuk bahkan distribusi pasca panennya. Ini kan tidak dijelaskan ke publik,” sebutnya.Dia mengkhawatirkan food estate ini tidak memikirkan petani-petani lokal dan lebih mengedepankan industrialisasi dan menguntungkan pemodal.Dia meminta perlu dipikirkan juga potensi peternakannya. Ia tegaskan,ini harus jadi prioritas karena Sumba sejak dahulu sudah dikenal sebagai wilayah peternakan.“Harus ada pola pengembangan pangan dengan mengakomodir kearifan lokal di daerah tersebut,” pintanya.Umbu Wulang berharap lumbung pangan di NTT tidak hanya untuk padi, tetapi memprioritaskan lokal yang biasa dikonsumsi masyarakat dan lebih banyak berada di lahan kering.“Jangan sampai ini lebih kepada pemenuhan kebutuhan pangan industrial bukan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat di NTT yang masih tinggi angka stunting dan gizi buruk,” tegasnya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2015-017-04.json | Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir | Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir | [CLS] Beberapa hari terakhir, sebagian besar wilayah Aceh kembali diselimuti kabut asap. Bencana banjir dan tanah longsor juga menghantam Aceh yang menyebabkan Gayo Lues terisolir akibat jalan yang menghubungkan ke kabupaten tersebut amblas.Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, kabut asap yang menyelimuti Aceh berasal dari provinsi lain seperti Riau dan Sumatera Selatan. Kabut asap ini menyelimuti Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie Jaya, Banda Aceh, hingga Sabang dan Aceh Tenggara.“Di Aceh tidak ditemukan titik api, bahkan dalam beberapa hari ke depan, Aceh berpotensi hujan,” sebut Kasi Data dan BMKG Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Zakaria, Minggu (25/10/15).Menurut Zakaria, akibat pekatnya kabut asap, jarak pandang di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar sekitar 800 meter. Terparah di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, jarak pandang hanya 200 meter.”Supir angkutan umum jurusan Banda Aceh – Medan, Sumatera Utara, Muhammad mengatakan, kabut asap begitu mengganggu perjalanan darat. “Kami harus hati-hati, biasanya perjalanan hanya 12 jam kini menjadi 15 jam.”Aktivitas nelayan juga terganggu. Nelayan di Aceh Timur dan Aceh Utara terpaksa tidak melaut karena jarak pandang di Selat Malaka yang pendek. “Sudah tiga hari lebih kami tidak melaut karena penglihatan tertutup asap,” sebut Zulkarnaini, nakhoda kapal nelayan dari Idi Rayeuk, Aceh Timur.Zulkarnaini menyebut, jika kabut asap tidak berkurang, ribuan nelayan di Aceh akan kelaparan karena tidak bisa mencari nafkah. “Orang lain yang bakar hutan, kami yang menderita,” ujarnya.BanjirSelain Gayo Lues yang terisolir, banjir pun merendam Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Barat, Kota Subulussalam, Nagan Raya, Pidie, Aceh Utara dan Aceh Tengah. | [0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2015-017-04.json | Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir | Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir | Rasyid, Warga Blangkeujeren, Kabupaten Gayo Lues, mengaku cukup menderita dengan bencana longsor dan jalan amblas akibat banjir. “Asal hujan lebat, jalan akan tertimbun longsoran. Ini sudah tahunan terjadi.”Rasyid menyebut, sebagian besar masyarakat Gayo Lues sudah sering terjebak di jalan. “Jika terjadi longsor atau jalan putus, kami harus menunggu petugas membersihkan lumpur. Jika longsornya sore, petugas baru membersihkan jalan pagi hari. Masyarakat harus menunggu di tengah hutan.”“Sudah empat hari jalan yang menghubungkan Kabupaten Aceh Tengah dan Gayo Lues tidak bisa dilalui karena longsor. Di Kecamatan Rikit Gaib, jalan putus total dihantam banjir,” ujar Anwar, juru mudi angkutan umum Gayo Lues – Banda Aceh.Anwar mengatakan, ada tiga jalur menuju Gayo Lues yaitu melalui Aceh Tengah, Aceh Barat Daya, dan Aceh Tenggara. Namun ketiga jalur itu tidak bisa dilalui karena rusak parah.“Hampir dua hari kami terperangkap longsor, penumpang juga tidak bisa melanjutkan perjalanan. Biasanya, perjalanan bisa dialihkan, tapi kali ini tidak karena sejumlah ruas jalan amblas,” ungkap Anwar.Wakil Bupati Aceh Tenggara Ali Basra menjelaskan, di Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, 50 meter badan jalan putus setelah amblas ke Sungai Alas. Sementara di Kecamatan Rikit Gaib, jalan yang baru dua bulan diperbaiki juga putus.“Saat ini, seluruh alat berat dikerahkan untuk membersihkan jalan dan membangun jalan darurat. Polisi, TNI, dan masyarakat ikut serta mempercepat pembersihan dan pembangunan jalan darurat,” ungkapnya.Camat Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Salamuddin menyebut, data sementara kerusakan rumah akibat banjir adalah enam rumah masyarakat hanyut, delapan rumah rusak berat, dan seratus lebih rumah terendam lumpur. “Kami masih sulit melakukan pendataan karena banyak ruas jalan yang putus. Air sungai juga cukup deras, sulit dilalui,” ujar Salamuddin. [SEP] | [0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2018-066-09.json | Demi Madu Alami Hutan Harus Lestari, Mengapa? | Demi Madu Alami Hutan Harus Lestari, Mengapa? | [CLS] Suasana tenang menyelimuti Rumah Pilpil, desa yang dihuni masyarakat suku Karo dengan berbagai marga. Letak desa ini bertetangga dengan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.Ada yang menarik di sini, Senin (19/3/2018) malam, beberapa warga bersiap memanen madu lebah liar. Kegiatan kali ini, berlokasi di camp Indonesian Species Conservation Program (ICSP). Ada tujuh sarang besar lebah yang siap dipetik di pohon tualang.Peralatan sederhana telah disiapkan. Ada paku, alat penerangan, hingga daun sirih hutan dalam satu ikatan besar yang berguna untuk mengusir lebah yang hinggap di sarangnya. Daun sirih yang dibakar akan mengeluarkan asap dan bara yang sangat tidak disenangi lebah.Adalah Cornelius Sembiring (37) yang terbiasa memanjat pohon. Sejak kelas 2 SMP, dia sudah keluar masuk hutan bersama ayahnya, mencari sarang lebah liar. “Untuk memanjat, saya gunakan paku besar yang digunakan sebagai pijakan. Saat dekat sarang madu, daun sirih hutan dibakar. Berikutnya madu diturunkan dengan ember,” jelasnya yang sudah kebal disengat lebah.Dia menjelaskan, sedikit banyaknya madu yang diperoleh, tergantung musim bunga di hutan. Semakin banyak bunga semakin banyak madu yang dihasilkan, karena lebah ini menghisap madu bunga. “Lebah hanya membuat sarang di beberapa jenis pohon saja, seperti pohon sililis, tualang, dan kesumpat.Baca juga: Geliat Budidaya Lebah Trigona di Desa Penyangga Tesso Nilo, Seperti Apa? Ada beberapa jenis madu yang diperoleh. Jika madu berwarna hitam, lebah liar itu menghisap bunga dadap, jika warna kuning berasal dari bunga kayu hutan. Pastinya, madu tersebut tetap lezat untuk dikonsumsi.Cornelius mengatakan, bersama warga desa, mereka tidak menjual madu secara komersil. Biasanya, setelah panen, madu dibawa kerumah, diperas dan dipisahkan dari lebah yang masih terikut sarang. Setelah itu, dibagi dengan keluarga dan tetangga. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2018-066-09.json | Demi Madu Alami Hutan Harus Lestari, Mengapa? | Demi Madu Alami Hutan Harus Lestari, Mengapa? | Namun begitu, tidak sedikit warga luar kabupaten datang ke desa mereka mencari madu asli ini. Harga dipatok Rp200.000 untuk satu botol ukuran sedang. “Madu ini bagus untuk kesehatan dan stamina. Buat anak-anak bisa jadi obat flu, demam, batuk, dan sebagainya,” ungkapnya. Bagi warga Rumah Pilpil, menjaga hutan akan memberi keuntungan besar. Madu lebah liar akan tetap bisa dipanen, tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun, bila hutan tetap ada.“Yang kami ingin sampaikan adalah, jika hutan terjaga maka akan memberikan sumber kehidupan juga untuk kita. Mari kita jaga alam, bersahabat dengan alam, sebab leluhur kami juga melakukan hal yang sama,” tutur Cornelius sembari memeras madu lebah alami di rumahnya. Rudianto Sembiring, Direktur ISCP mengatakan, pohon tualang menjadi kegemaran lebah liar untuk membuat sarang. Saat ini, lebah liar mulai sulit ditemukan akibat pembalakan liar, perambahan yang masif, dan alih fungsi lahan yang menyebabkan lebah liar sulit mencari pohon sesuai standarnya untuk bersarang. Belum lagi, penggunaan pupuk pestisida untuk buah-buahan yang membuat menu utama lebah liar berkurang.Lebah, menurutnya, merupakan penyerbuk tanaman khususnya buah-buahan seperti jeruk, durian dan jenis buah agroforestry di Rumah Pilpil. Juga, daerah lain yang masih memiliki tutupan hutan yang baik.“Itu sebabnya, berbagai jenis pohon yang ada di camp ISCP tetap kami jaga. Lebah liar yang membuat sarang di sini cukup banyak. Kami kampanyekan kepada masyarakat agar menjaga hutan sehingga bisa mendapatkan madu berlimpah seperti sekarang ini,” jelasnya. Terkait panen, menurut Rudi, pengambilan dilakukan saat cuaca cerah. Jika musim hujan, hasilnya tidak akan bagus, sebab madu akan bercampur air. “Bagi kami di ISCP, kampanye pelestarian hutan dengan memanfaatkan apa yang ada di dalamnya tanpa harus merusak, menjadi target utama. Bila hutan terjaga, kita bisa memanfaatkan hasilnya,” tandasnya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2020-083-01.json | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | [CLS] Pemerintah Indonesia mengejar target penambahan kawasan konservasi dari total luas 23,14 juta hektare menjadi minimal 30 juta ha pada 2030. Luasan kawasan konservasi yang sudah ada itu mencakup 196 kawasan konservasi yang dikelola bersama oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Pemerintah Provinsi.Dari semua kawasan yang sudah ada itu, terdapat potensi keragaman hayati laut yang harus senantiasa dijaga dan dilindungi. Untuk pengelolaannya, lautan yang luas dengan beragam keanekaragaman hayati laut itu dilakukan dengan implementasi berbasis wilayah, baik regional, nasional, ataupun global.Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP Aryo Hanggono mengatakan, potensi keanekaragaman hayati laut yang ada di Nusantara saat ini menyebar di atas lautan seluas 325 juta ha dan harus dijaga kelestariannya.baca : Bertemu LSM Lingkungan, Menteri Kelautan Tegaskan Perikanan Berkelanjutan dan Kawasan Konservasi Untuk menjaga seluruh potensi tersebut, KKP melibatkan berbagai pihak yang kompeten pada bidangnya masing-masing, termasuk salah satu lembaga non Pemerintah yang fokus pada isu lingkungan, Wildlife Conservation Society (WCS). Pelibatan WCS, menjadi bagian upaya mengelola kawasan berbasis wilayah namun dalam bentuk non kawasan konservasi.Menurut Aryo, pengelolaan dengan metode tersebut dikenal dengan sebutan Other Effective area-based Conservation Measures (OECM) dan menjadi bagian dari target 11 yang sudah disepakati oleh negara anggota Konferensi Para Pihak (COP) The Convention on Biological Diversity (CBD) yang diselenggarakan pada 2010.Dia mengungkapkan, pengelolaan OECM menjadi bagian dari target 11 untuk melindungi (konservasi) 10 persen wilayah pesisir dan laut, serta menjadikannya sebagai bagian dari kerangka kerja keanekaragaman hayati (biodiversity framework). | [0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2020-083-01.json | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | “OECM sendiri merupakan area selain dari Kawasan Lindung yang secara geografis ditetapkan, diatur dan dikelola melalui suatu cara/measure, dan dalam jangka panjang mencapai hasil yang positif dan berkelanjutan untuk konservasi keanekaragaman hayati,” ungkap dia pekan lalu di Jakarta.Sebelum mengelola kawasan OECM, Aryo menyebutkan bahwa Indonesia sudah memiliki kawasan konservasi yang dikelola bersama antara KKP, KLHK, dan Pemprov. Namun dengan luas 23,14 juta ha yang ada sekarang, maka luas kawasan konservasi milik Indonesia baru mencapai 7,12 persen.Untuk mencapai target 10 persen atau mencapai 30 juta ha, maka Indonesia memerlukan waktu minimal 10 tahun lagi dari sekarang. Pada tahun tersebut, diharapkan kawasan konservasi wilayah laut yang ada di Indonesia luasnya sudah mencapai target yang ditetapkan dari sekarang.baca juga : Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Harus Dilakukan Tepat, Seperti Apa? KonservasiDengan target yang ditetapkan itu, Aryo merasa yakin dan optimis bahwa Indonesia bisa melakukannya pada 2030 mendatang. Terlebih, saat ini banyak masyarakat lokal, tradisional, dan adat yang sudah memiliki wilayah dan perangkat pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang termasuk adalah pengelolaan perikanan.“Selain itu, lokasi-lokasi pengelolaan wisata bahari, kawasan konsesi migas di laut, dan wilayah latihan militer yang tertutup untuk publik juga memiliki dampak positif bagi keanekaragaman hayati laut,” jelas dia.Di sisi lain, Aryo melihat sebelum ini pembahasan OECM di Indonesia sampai 2019 masih banyak terfokus pada kawasan darat. Sementara, untuk wilayah laut sampai 2019 tidak ada pembahasan yang jelas. Untuk itu, KKP merasa harus ikut serta untuk melaksanakan inisiasi proses pengelolaan keanekaragaman hayati laut berbasis wilayah dengan pendekatan OECM. | [0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2020-083-01.json | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | “Inisiasi dilakukan melalui diskusi dan sekaligus untuk menjaring masukan dan rekomendasi untuk modifikasi atau penyesuaian kriteria penilaian kelayakan OECM yang sesuai dengan konteks Indonesia,” tutur dia.Sementara, Fisheries Program Manager WCS Indonesia Irfan Yulianto menjelaskan bahwa pengelolaan dengan pendekatan OECM adalah pengelolaan wilayah yang tidak masuk dalam kawasan konservasi kelautan, namun masih memiliki dampak yang signifikan terhadap konservasi yang sudah ada di sekitarnya.“Tujuan awalnya itu bisa konservasi atau tidak, namun dia bukan wilayah konservasi yang legal. Itu adalah sebuah wilayah yang dikelola bukan untuk konservasi, tapi berdampak pada konservasi,” papar dia.Namun demikian, Irfan mengaku kalau sampai saat ini pembahasan OECM masih terus dilakukan dengan KKP dan pihak-pihak lain yang terlibat. Pembahasan itu, mencakup juga tentang penetapan definisi OECM untuk wilayah laut di Indonesia dengan lebih jelas dan detil.perlu dibaca : Kewenangan Beralih, Bagaimana Pemda Mengelola Kawasan Konservasi Perairan? Selain WCS, masih ada LSM lain yang tergabung dalam Forum Komunikasi Konservasi Indonesia (FKKI) yang ikut memberikan sumbangan pemikiran terhadap rencana konservasi kawasan laut di Nusantara. Mereka itu, adalah Burung Indonesia, Conservation International Indonesia, Greenpeace Indonesia, Pusat Transformasi Kebijakan Publik, The Nature Conservancy, Wetlands International Indonesia, World Resources Institute Indonesia, WWF Indonesia, dan Yayasan KEHATI.Seluruh LSM tersebut ikut memberikan sumbangan pemikiran, karena salah satu fokus pembangunan ekonomi kelautan dan kemaritiman di Indonesia untuk rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah peningkatan pengelolaan kemaritiman dan kelautan. Fokus | [0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2020-083-01.json | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Untuk mewujudkannya, Pemerintah Indonesia akan melaksanakan program kerja melalui peningkatan ekosistem kelautan dan pemanfaatan jasa kelautan; peningkatan pengelolaan wilayah pengelolaan perikanan (WPP) RI, penataan ruang laut dan rencana zonasi pesisir; peningkatan produksi, produktivitas, standardisasi mutu dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan.Kemudian, ada juga program kerja melalui peningkatan fasilitasi usaha, pembiayaan, dan akses perlindungan usaha kelautan dan perikanan; dan peningkatan sumber daya manusia (SDM), riset kemaritiman, dan kelautan, serta database kelautan dan perikanan.Diketahui, konservasi menjadi bagian dari komitmen global dalam Aichi Target dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) butir 14 yang menargetkan luas kawasan konservasi 10 persen dari luas perairan Indonesia pada tahun 2020.Vice President CI Indonesia Ketut Sarjana Putra mengungkapkan bahwa saat ini sedang terjadi perubahan aturan perizinan pengelolaan kawasan konservasi yang berdampak secara lokal dan global. Tak hanya dari sisi konservasi, perubahan aturan akan memengaruhi ekonomi sebuah negara, seperti Indonesia yang merupakan negara kepulauan.baca juga : Indonesia Hadapi Tantangan Besar Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut, Seperti Apa? Sebelumnya, Sekretaris Direktorat Jenderal PRL KKP Agus Dermawan menyatakan bahwa Indonesia akan terus berkomitmen untuk ikut menjaga keberlanjutan laut dunia dengan terlibat dalam kerja sama regional yang melibatkan banyak negara. Komitmen itu termasuk dengan menjaga wilayah segitiga karang dunia yang meliputi enam negara di kawasan Asia Pasifik.Selain Indonesia, lima negara lain yang juga ikut terlibat adalah Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Kerja sama dengan negara-negara tersebut meliputi upaya pengelolaan sumber daya, lautan berkelanjutan, perlindungan terumbu karang, dan ketahanan pangan. | [0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2020-083-01.json | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Babak Baru Pengelolaan Wilayah Kelautan di Nusantara | Untuk keterlibatan dalam pengelolaan wilayah segitiga karang dunia, Indonesia diberikan target untuk melaksanakan national plan of action (NPOA) hingga sebanyak 40 aksi. Dari jumlah tersebut, 30 aksi diketahui sudah berhasil diselesaikan dengan baik sampai 2019 ini.“Sementara, sepuluh aksi lain masih berjalan dan optimis pasti dapat selesai pada tahun 2020 mendatang,” tuturnya.Sementara, Direktur Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP Andi Rusandi menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia siap untuk bekerja sama dengan negara berkembang lain di dunia. Kerja sama tersebut, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fisik dan kemanusiaan untuk mengeksplorasi laut.“Melalui kerja sama itu, diharapkan kemandirian ketahanan pangan bisa terwujud sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) pada 2030,” jelas dia. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2018-007-17.json | Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | [CLS] Tidak semua jenis karang dijadikan target dalam perdagangan karang hias. Meski spesiesnya sama, namun hanya karang yang memiliki warna yang eksotik, ukuran yang pas dan bentuk yang menarik yang umumnya akan diambil dari alam oleh nelayan.Menurut penelitian Green & Shirley (1999), ada beberapa jenis karang hias yang menjadi target utama dalam perdagangan. Diantaranya Cynarina lacrymalis, Tracyphyllia geoffroyi, Nemenzophyllia turbida, Physogyra lichtensteini, Plerogyra spp, Euphyllia spp, Blastomussa spp, Acanthastrea spp, dan Scolymia spp. Masing-masing spesies itu telah memiliki batasan kuota pengambilan tiap tahunnya oleh pemerintah, yang diatur oleh otoritas manajemen dan otoritas keilmuan.Lalu apa yang membuat karang berbeda, meski masih tergolong satu spesies yang serupa?Ternyata, keindahan warna karang tergantung pada spesies algae bersel satu simbiosisnya, yaitu zooxanthellae. Karang jenis yang sama bisa saja memiliki jenis zooxanthellae yang berbeda, demikian juga untuk jenis clade (kelompok zooxanthellae yang memiliki ciri yang sama). Berdasarkan hasil penelitian, dalam 1 cm2 polip karang, dapat dijumpai 10 milyar sel zooxanthellae!Ada beberapa jenis zooxanthellae yang sudah teridentifikasi hingga saat ini, diantaranya: Symbiodinium microadriatum, sementara dalam suatu jenis terdapat lagi beberapa jenis clade lagi, saat ini sudah diketahui ada 9 clade yaitu clade A – clade I.Para peneliti mengelompokkan clade berdasarkan kemampuan beradaptasi zooxanthellae terhadap sinar matahari, sinar UV, dan suhu. Spesies yang paling banyak dijumpai berada pada clade A. Keberadaan Karang Hias di Perairan Indonesia | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2018-007-17.json | Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Dari beberapa lokasi dimana penulis pernah terlibat melakukan survei diantara tahun 2002-2018, yaitu perairan Lampung, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Jawa Tengah, karang hias dapat dijumpai di berbagai kedalaman dan tipe habitat seperti reef plate (dataran terumbu), reef crest (tubir), reef slope (lereng terumbu), dan gosong (patch reefs).Biasanya penelitian kondisi karang secara saintifik sering dilakukan pada kedalaman 3, 5, dan 10 meter pada dataran terumbu dan tubir. Namun terumbu karang hias target perdagangan bisa saja tidak dijumpai di kedalaman ini. Bisa jadi lebih dalam.Di dataran terumbu, yang umumnya memiliki kedalaman antara 1-3 meter, karang hias umumnya memiliki karakteristik pertumbuhan cepat dan populasi yang berlimpah. Karang di lokasi ini memiliki sifat sensitif terhadap perubahan suhu seperti pemutihan (coral bleaching) dan rentan terhadap kematian.Namun sebaliknya, karang dataran terumbu memiliki sifat cepat tumbuh dan pulih cepat dalam waktu kurang dari empat tahun. Dengan syarat, selama substrat dan kondisi lingkungan mendukung untuk pertumbuhan. Jenis karang cepat tumbuh berasal dari kelompok yang memiliki pertumbuhan (life form) bercabang (branching), lembaran (folious) dan mengerak (encrusting). Jenis karang hias di lokasi ini diantaranya Acropora, Seriatopora, Pocillopora, Montipora dan Fungia. Semuanya sudah berhasil dibudidayakan untuk tujuan karang hias akuarium, kecuali jenis Fungia.Karang di perairan tubir umumnya berada pada kedalaman 3-7 meter. Karang hias yang bisa dijumpai di perairan ini, diantaranya Euphyllia, Scolymia, serta beberapa jenis karang yang dijumpai di dataran terumbu. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2018-007-17.json | Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Lereng terumbu berada pada kedalaman diatas 8-12 meter. Di kedalaman inilah biasanya banyak ditemukan karang dari kelompok polip besar seperti Cynarina lacrymalis, Tracyphyllia geoffroyi, Nemenzophyllia turbida, Physogyra lichtensteini, Plerogyra spp, Euphyllia spp, Blastomussa spp, Acanthastrea spp, dan Scolymia spp. Beberapa jenis ini ada juga yang dijumpai pada daerah lebih dangkal atau lebih dalam.Sebaliknya, tak semua perairan tubir merupakan habitat karang ini. Pada saat survey, belum tentu semua jenis karang target berada di dalam satu kawasan secara lengkap dalam jumlah banyak.Karang jenis Cynarina lacrymalis dan Trachyphillia geoffroyi sering ditemukan bersamaan dalam satu kawasan. Sebaliknya, karang jenis Catalaphyllia jardenei dan Nemenzophyllia turbida sangat jarang ditemukan. Sebuah perkecualian, dalam sebuah penyelaman di suatu area di Sulawesi Tengah, penulis menjumpai karang Catalaphyllia jardenei dalam luasannya bagai hamparan. Hal serupa dijumpai untuk karang genera Euphyllia yang hidup berkelompok dalam hamparan yang luas. Sebagai catatan, lokasi ini dirahasiakan oleh para nelayan dan pencari karang hias alam. Hanya pada tim peneliti yang dipercaya saja, akan mereka hantar ke lokasi ini.Berbeda dengan lokasi lainnya, maka gosong umumnya berkondisi ekstrim, yaitu memiliki arus yang kencang dan cepat berubah arah dan kecepatan. Kedalamannya mulai dari dangkal hingga 30 meter atau lebih, bersubstrat pasir dan lumpur halus.Di lokasi ini sering ditemukan karang polip besar tergeletak di atas pasir. Karang jenis ini tidak bisa menempel ke substrat dan tidak membentuk terumbu karena terhalang pasir. Nelayan dengan sangat mudah mengambilnya tanpa menggunakan alat bantu. Langsung dipungut masuk keranjang dan dibawa ke kapal. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2018-007-17.json | Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya | Habitat karang hias polip besar umumnya ditemukan pada perairan dalam diatas 14 meter, substrat biasanya berpasir hingga lumpur. Kadangkala penyelam membutuhkan teknik penyelaman yang hati-hati, agar substrat lumpur dan pasir tidak teraduk yang dapat mengakibatkan perairan menjadi keruh.Selain itu karang polip besar sering ditemukan pada perairan yang berarus. Hal ini karena banyak sumber makanan karang yang dibawa arus. Sifat perairan cepat menjadi jernih, karena air keruh akan terbawa arus dengan cepat. Hingga saat ini, pemanfaatan karang hias polip besar umumnya masih bersumber dari alam. Karena sifatnya yang memerlukan waktu tumbuh lama, belum ada teknologi budidaya yang efisien dari sisi ekonomi untuk karang ini. Para ilmuwan masih melakukan pengkajian lebih lanjut tentang potensi budidaya secara seksual agar pemanfaatan karang dapat dilakukan di masa depan.Agar tetap lestari, maka perlu ekstra kehati-hatian dalam pemanfaatan karang hias dari alam, juga lewat pengaturan dan pengawasannya yang ketat, karena belum semua jenis karang hias berhasil dibudidayakan. * Dr. Ofri Johan, M.Si. penulis adalah peneliti pada Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Kementerian Kelautan dan Perikanan. [SEP] | [0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.2857142984867096, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2012-007-06.json | Orang Rimba Jambi akan Dapatkan Tanah Adat Mereka | Orang Rimba Jambi akan Dapatkan Tanah Adat Mereka | [CLS] Warga lain yang berada di kawasan konsesi perusahaan akan diajak bermitra.AKSI masyarakat adat Orang Rimba ke Jakarta mulai mendapatkan lampu hijau. Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyatakan, lahan masyarakat adat Orang Rimba Jambi akan dikeluarkan dari kawasan konsesi perusahaan melalui proses sesuai ketentuan. Namun, tidak bagi warga kampung lain. Untuk mereka, Kemenhut menawarkan opsi kemitraan.“Tidak ada janji Kemenhut untuk para perambah kawasan hutan baik di areal HTI antara lain PT. Agronusa dan PT. Wanakasita serta HPH restorasi ekosistem PT. Reki di Jambi,” kata Sekretaris Jenderal Kemenhut, Hadi Daryanto kepada Mongabay.co.id, Rabu(21/11/12).Berbeda dengan masyarakat adat Orang Rimba (disebut juga Suku Anak Dalam) yang telah turun menurun berada di kawasan itu. “Tentu diperhatikan untuk di-enclave sesuai peraturan.”Sumarto Suharno, Kepala Humas Kemenhut mengatakan, pertemuan dengan warga tiga kampung yang aksi ke Jakarta, Senin(19/11/12), ada beberapa poin penting. Pertama, Orang Rimba akan mendapatkan dampingan dari Kemenhut dan pemerintah daerah (pemda), sampai mendapatkan peraturan daerah (Perda) Kelembagaan Hukum Adat. “Hingga, kebijakan kehutanan akan tepat, baik enclave dan atau jelajah hutan berkehidupan masyarakatnya,” ucap Sumarto.Kedua, warga setempat, akan ditawarkan kemitraan setara kedua pihak, dengan pengawasan pemda dan Kemenhut. Kemitraan ini, akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan perusahaan. “Khusus masyarakat, akan memperoleh kemudahan modal, manajemen, teknologi dan pasar.” Ketiga, bagi, warga di luar itu, penegakan hukum secara terpadu baik pusat maupun daerah akan dijalankan jika merambah hutan.Sampai Rabu(21/11/12), warga tiga kampung dari dua kabupaten di Jambi, masih mendirikan tenda di depan kantor Kemenhut. Mereka membawa bekal hasil panen seperti ubi, singkong dan nangka untuk konsumsi sehari-hari saat di Jakarta. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-007-06.json | Orang Rimba Jambi akan Dapatkan Tanah Adat Mereka | Orang Rimba Jambi akan Dapatkan Tanah Adat Mereka | Kawasan itu disulap bak perkampungan cilik, tenda, lengkap dengan tungku tempat memasak. Aksi yang sudah berlangsung sejak Senin(19/11/12) ini pun menjadi peluang tersendiri bagi para pedagang asongan, pedagang pakaian sampai pedagang makanan dan minuman.Warga akan terus bertahan sampai ada keputusan. “Kami tak akan pulang sampai ada surat keputusan dari Menteri Kehutanan atas kejelasan lahan kami,” kata Kutar Syafii Jenggot, Ketua Adat Orang Rimba Kelompok 113 kepada Mongabay.co.id, Selasa(20/11/12).Menurut dia, jika tanah ulayat tak diakui, mereka akan kesulitan. Saat ini saja, meskipun mereka telah menduduki lahan dan bercocok tanam di sana, tetapi tetap tidak tenang karena masih ada teror dan intimidasi. “Kami mau lahan kami diakui.” “Jangan hanya janji-janji sajo.”Berita terkait sebelumnya…Notulen rapat warga Jambi dan Kementerian Kehutanan, 16 Desember 2011 [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.4000000059604645, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-027-06.json | Pertanian Organik Jogja: Alternatif Raih Ketahanan Pangan dan Ramah Lingkungan (Bagian I) | Pertanian Organik Jogja: Alternatif Raih Ketahanan Pangan dan Ramah Lingkungan (Bagian I) | [CLS] Pertanian Organik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini terus berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan ramah lingkungan. Hal ini didukung permintaan pasar yang semakin bertambah, serta nilai jual produk yang lebih tinggi . Sayangnya, saat ini luas lahan yang digunakan untuk pertanian organik di DIY masih dibawah 3% dari 57.540 hektar luas tanah pertanian yang ada.Salah satu perusahaan yang mengelola restoran cepat saji terkenal di Indonesia yang setahun terakhir menggunakan beras organik, dari 370 gerai, 117 gerai di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jakarta memanfaatkan beras organik. Perusahaan ini menggunakan beras organik karena konsumen sekarang lebih melek kesehatan, kata salah seorang brand manager perusahaan tersebut. Pada sebuah gerai yang menyajikan nasi organik dan nonorganik, 80% konsumen memilih nasi organik.Pertanian organik adalah pertanian ramah lingkungan yang memanfaatkan bahan alami lokal di sekitar lokasi pertanian, seperti limbah produk pertanian sebagai bahan baku pembuatan pupuk untuk mereduksi penggunaan pupuk, pestisida, fungisida dan insektisida kimia yang tidak ramah lingkungan.Saat ini Dinas Pertanian DIY telah memiliki beberapa area pertanian organik. Untuk wilayah Kabupaten Kulon Progo di Desa Kali Bawang, Kabupaten Bantul di Desa Mangunan, Kabupaten Gunung Kidul di Desa Pondang dan Kabupaten Sleman di Desa Prambanan dan Pakem.Menurut Kepada Dinas Pertanian Provinsi DIY, Ir. Nanang Suwandi, MMA, tren permintaan terhadap produk pertanian organik terus mengalami peningkatan setiap tahun, namun petani di DIY belum mampu memenuhi permintaan tersebut. Saat ini dinas pertanian DIY sedang mengupayakan target 5% lahan pertanian organik dari luas lahan pertanian yang ada pada tahun 2012. | [0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-027-06.json | Pertanian Organik Jogja: Alternatif Raih Ketahanan Pangan dan Ramah Lingkungan (Bagian I) | Pertanian Organik Jogja: Alternatif Raih Ketahanan Pangan dan Ramah Lingkungan (Bagian I) | Kendala utama mengembangkan pertanian organik karena lahan yang digunakan harus terkonsentrasi pada satu area yang jelas batasnya dan terpisah dengan pertanian konvensional. Hal ini untuk menekan terjadinya kontaminasi bahan-bahan kimia, baik dari air irigasi maupun udara. Kendala lainnya adalah hasil yang sedikit, akibat sudah rusaknya kondisi tanah di Indonesia akibat penggunaan pestisida dan pupuk kimia selama bertahun-tahun. Selain itu masalah pemasaran produk organik yang masih terbatas, membuat harga jualnya masih sangat tinggi di pasaran.Sisi lainnya adalah belum dibentuknya Lembaga Sertifikasi yang memberikan jaminan terhadap segala produk pertanian organik untuk meningkatkan kepercayaan publik. “Oleh karena itu, untuk mengembangkan pertanian organik perlu ketelatenan, termasuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Lembaga sertifikasi akan kami bentuk, untuk mensertifikasi produk hasil pertanian organik,” ungkap Nanang pada Mongabay Indonesia.Pentingnya pertanian organik pernah dibahas oleh ahli pertanian Amerika Serikat Laurie Drinkwater ahli manajemen tanah dan ekologi Rodale Institute di Kutztown, Pennsylvania. Dia yakin pertanian organik adalah cara baru mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Hasil yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature bulan Desember 1998 mengatakan, jika pupuk organik digunakan dalam kawasan pertanian kedelai utama di AS, setiap tahun, karbon dioksida di atmosfer dapat berkurang 1% hingga 2 %.Selain itu, Drinkwater dalam penelitiannya juga menemukan, pertanian organik menggunakan energi 50% lebih kecil dibandingkan dengan metode pertanian konvensional. Artinya, pelaku sistem pertanian organik tidak merusak keberlanjutan komponen lingkungan yang terdiri atas tanah, air, udara, tanaman, binatang, mikroorganisme, dan tentunya manusia. [SEP] | [0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.10000000149011612, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.10000000149011612, 0.0, 0.10000000149011612, 0.10000000149011612, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2017-071-09.json | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | [CLS] Keputusan Syahbandar Jayapura yang memberikan izin kapal MV Caledonian Sky keluar perairan Indonesia menuju Filipina, menjadi salah satu sorotan dalam rapat bersama yang digelar Kementerian Koordinator Kemaritiman, Rabu (15/3/2017) petang. Keputusan tersebut, dinilai sangat aneh karena kapal diketahui sudah merusak terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat.Hal itu dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Kemenko Maritim Ridwan Djamaludin saat ditemui Mongabay di Jakarta, Rabu, seusai rapat. Menurut dia, keputusan dikeluarkannya izin berlayar ke Filipina, menjadi pertanyaan besar dari semua anggota tim bersama yang terlibat dalam penanganan kerusakan terumbu karang di Selat Dampir, Kabupaten Raja Ampat. Kata Ridwan, izin pelayaran untuk sebuah kapal laut memang harus dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan dalam hal ini adalah Syahbandar Kepelabuhan. Berkaitan dengan itu, izin pelayaran kapal MV Caledonian Sky dikeluarkan oleh Kantor Syahbandar dan Otorita Pelabuhan Laut Klas II A Jayapura di Provinsi Papua.“Memang ada yang berbicara (saat rapat), dokumen kapal itu tadi diperlihatkan. Memang kapal tersebut ternyata boleh masuk ke kawasan perairan tersebut. Itu sudah sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan),” jelas dia.Untuk kawasan tersebut, Ridwan memastikan, sesuai regulasi, itu adalah kawasan yang masuk zona pemanfaatan. Dengan demikian, kapal laut dipastikan boleh masuk ke dalamnya. Yang jadi persoalan, kata dia, kapal seberat apa yang seharusnya boleh dan tidak masuk ke dalam kawasan perairan.“Itu yang jadi pembahasan juga. Kita sedang belajar dari kelemahan ini. Kita juga belajar dari Great Barrier Reef yang ada di Australia. Di sana ada pembatasan kapal dan beratnya masuk ke dalam kawasan tersebut,” tutur dia. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2017-071-09.json | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Tentang keputusan Syahbandar mengeluarkan izin berlayar ke Filipina, Ridwan menjelaskan, bahwa hal itu juga sudah melalui prosedur dan hukum yang tepat. Mengingat, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, hanya dua hal yang bisa menahan sebuah kapal untuk tetap berada di tempat dan tidak melanjutkan pelayaran.“Dua hal itu adalah karena perintah pengadilan, dan juga karena alasan cuaca. Nah, dua hal tersebut tidak ada pada saat mereka mengajukan izin keluar lagi. Karenanya, surat pun keluar dari Syahbandar,” ucap dia. Namun demikian, Ridwan berjanji, tim bersama akan menyelidik alasan pasti kenapa Syahbandar mengeluarkan izin kapal tersebut untuk keluar dari perairan Raja Ampat. Kata dia, itu yang menjadi evaluasi dari tim bersama saat ini dan akan diperbaiki untuk kepentingan di masa mendatang.“Ada yang mengatakan, ini bukan soal menahan atau tidak menahan, tapi ini mengizinkan berlayar sekarang atau tidak? Ini yang menjadi perdebatan. Kita akan cari tahu lebih lanjut alasannya,” ungkap dia. Tuntutan Ganti RugiBerkaitan dengan keberadaan kapal yang sekarang ada di perairan Filipina, Ridwan Djamaludin mengaku bahwa itu juga menjadi salah satu kendala yang akan dihadapi. Karena, menurut dia, dengan kapal berada di luar wilayah Indonesia, maka Pemerintah Indonesia tidak bisa melakukan penahanan secara langsung.“Kita tidak punya kewenangan untuk menangkap kapal ataupun nakhodanya, karena itu di luar wilayah Indonesia. Yang bisa kita lakukan adalah tuntutan ganti rugi dan juga tuntutan pidana dan disipliner,” urai dia.Untuk memuluskan proses penuntutan secara hukum, Ridwan menyebutkan, pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan pihak Kedutaan Besar. Namun, dia tidak menyebut Kedubes mana yang sudah diajak komunikasi tersebut, mengingat kapal MV Caledonian Sky adalah kapal berbendera Bahama, namun bermarkas dan bernakhoda warga negara Inggris. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2017-071-09.json | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | “Ini kan kompleks. Karenanya kita secara informal sudah melakukan koordinasi dengan Kedubes juga,” tutur dia. Sementara itu, Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno mengatakan, pihakya sudah memanggil perwakilan pemilik kapal MV Caledonian Sky dan perwakilan asuransi kapal di Indonesia yaitu SPICA Services Indonesia.Arif menyebut, ada dua hal yang ditanyakan dalam pertemuan itu. Pertama, apakah asuransi menanggung ganti rugi kerusakan terumbu karang dan kerugian terkait lainnya saja. Kemudian, apakah asuransi juga menanggung tanggung jawab pidana kapten kapalnya atau tidak.Branch Manager SPICA Services Indonesia Dony yang langsung hadir dalam pertemuan tersebut, menjawab pertanyaan Arif dengan jelas. Menurut dia, pihaknya akan memberikan ganti rugi atas klaim yang diajukan oleh pihak ketiga. Tetapi, syaratnya harus ada survei dan verifikasi data lapangan.“Intinya, kami tidak akan mengabaikan masalah ini dan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah,” ujar dia.Mendapat tantangan tersebut, Arif kemudian menjelaskan, Pemerintah saat ini sudah menurunkan tim survei yang baru akan kembali ke Jakarta pada Sabtu (18/3/2017) mendatang. Untuk itu, kedua pihak akhirnya menyepakati untuk melakukan survei bersama di Raja Ampat.“Pihak asuransi menjanjikan akan mendatangkan surveyor independen yang merupakan ahli coral reef (terumbu karang) dari Universitas Indonesia atau dari kawasan,” jelas Arif.Menurut Arif, survei bersama yang dilakukan mulai Jumat (17/3/2017) akan melihat dan menyepakati luas area kerusakan. Sementara, untuk valuasi kerugian itu akan dilakukan pada tahap selanjutnya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2017-071-09.json | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | “Proses valuasi harus dilakukan secara hati-hati dan cermat dengan memperhitungkan berbagai aspek, antara lain ekosistem, keragaman hayati, nilai wisata, kehilangan kesempatan ekonomi, kerugian masyarakat sekitarnya dan hal-hal lain yang penting dalam valuasi kerugian kerusakan terumbu karang,” papar dia. Arif menambahkan, mengingat asuransi tidak menanggung aspek tanggung jawab pidana kapten kapal, maka Indonesia menyampaikan kepada wakil pemilik kapal bahwa Indonesia mempertimbangkan dengan serius tuntutan pidana sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.“Kita ingin mencari tanggung jawab kapten kapal yang telah merusak lingkungan laut di kawasan konservasi,” ucap dia.Sesuai ketentuan International Maritime Organisation dan juga kode etik awak dan nakhoda kapal, Arief mengatakan, kapten memiliki tanggung jawab dalam bidang perlindungan lingkungan hidup. Selain itu, dalam Code of Conduct of Merchant Navy yang dikeluarkan Inggris, perusakan lingkungan hidup merupakan salah satu bentuk pelanggaran berat yang dapat berakibat dicabutnya izin berlayar.Seperti diketahui, kandasnya Kapal Pesiar MV Caledonia Sky terjadi pada Sabtu (4/3/2017) pukul 12.41 WIT di sekitar Pulau Manswar, Distrik Meos Manswar, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Raja Ampat. Kapal tersebut mengangkut 79 orang kru kapal dan 102 penumpang dari berbagai negara.Dari informasi sementara, kapal tersebut diduga kandas akibat nakhoda hanya memonitor Global Positioning System (GPS) dan radar tanpa memperhitungkan pasang surut air laut. Karena itu, kapal akhirnya terjebak di perairan dangkal dan baru bisa ditarik keluar setelah air kembali naik. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2017-071-09.json | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Izin Berlayar dari Syahbandar Jayapura Dipertanyakan Tim Bersama | Terjebaknya kapal berukuran besar tersebut di perairan dangkal, mengakibatkan terumbu karang disekitarnya mengalami mengalami kerusakan. Dari hasil pemeriksaaan, terumbu karang diperkirakan mengalami kerusakan fisik mencapai lebar 300-400 meter dan panjang 100 meter dengan kedalaman perairan sekitar 5 meter.Sedangkan hasil pemeriksaaan lapangan dari Tim Pusat Penelitian Sumber Daya Perairan Pasifik Universitas Papua pada minggu kedua Maret 2017, menunjukkan kapal Caledonia Sky kandas dan merusak terumbu karang seluas 13.533 meter persegi atau 1,35 hektar. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2019-033-08.json | Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | [CLS] Suasana sunyi mengiringi sepasang owa jawa keluar kandang habituasi menuju hutan tepian Situ Patenggang, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tirai kabut yang perlahan ditembus sinar matahari di akhir Juli 2019, menjadi penanda berakhirnya masa karantina primata anggota anggota suku Hylobatidae ini.Tanpa suara, dua individu Hylobates moloch itu langsung bergelayutan di dahan-dahan pohon. Melihat pemandangan itu, wajah Sigit Ibrahim bersama para pegiat lingkungan lainnya tampak puas. Inge dan Boris sudah bebas. Koordinator Perawat Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation, telah merehabilitasi keduanya hampir setahun.Inge merupakan betina 6 tahun hasil sitaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam [BBKSDA] Jawa Barat. Sedangkan Boris, jantan 9 tahun hasil breeding di Bali Zoo.Baca: Kisah Mudiknya 6 Owa Jawa ke Tanah Pasundan Sigit mengatakan, proses menjodohkan mereka terjadi di kandang karantina. Bila tidak, owa tak dapat dilepasliarankan, alias tidak akan bertahan jika tak memiliki pasangan.Di kadang berukuran 25 x 25 meter, mereka melewati beragam terapi pemulihan. Mengembalikan insting alami yang hilang akibat terbiasa dipelihara manusia menjadi hal terlama. Terapi lain yang dilakukan adalah meletakkan variasi makanan, hingga memperbanyak tempat bergelantung.Jika owa memenuhi indikator “liar” langkah selanjutnya pelepasliaran. Tandanya, mereka galak dan waspada setiap ada manusia atau obyek lain mendekat. “Owa pun mulai meninggalkan kebiasaan berjalan di tanah, lebih sering bergelanyut,” terang Sigit.Baca: Berbagi Kawasan di Gunung Tilu : Antara Manusia Dan Primata Owa tak berekor. Tubuhnya langsing, berbulu halus lebat kelabu keperakan. Mukanya kelilingi rambut kehitaman. Di habitat alaminya, ia piawai bergelayut [brachiating] di dahan pucuk pohon tinggi. Bunyi suaranya khas hut-hut-huuuot- huuuot. | [0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2019-033-08.json | Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | Sayangnya, nasib owa jawa berada di jurang kepunahan. Kera yang kedua tangannya lebih panjang hampir dua kali dari badannya ini, perlahan kehilangan daya sebagai penguasa hutan-hutan Jawa.Bukti itu, diceritakan Sigit. Ia mengatakan, masyarakat sekitar kawasan Cagar Alam Situ Patengang terakhir kali mendengar suara owa pada 1980-an. “Setelah itu tak hilang,” ucapnya.Inge dan Boris menjadi owa pertama yang dilepasliarakan di kawasan konservasi berstatus cagar alam seluas 86 hektar tersebut. Keberadaannya bakal membuat hutan ini lebih bernyawa setelah 39 tahun senyap.Baca: Foto: Hidup Owa Memang Seharusnya di Hutan Habitat tergangguSejak didirikan 2012, Aspinal fokus melakukan kajian kawasan sekaligus pelepasliaran di wilayah Bandung Selatan, terutama Cagar Alam Gunung Tilu. Sudah 37 owa dikembalikan ke alam.Kabar baiknya, hasil monitoring Aspinal mencatat ada pasangan owa yang kawin dengan owa liar. Ada pula yang setia dengan pasangan sejak karatina. Bahkan, terpantau empat anakan owa lahir di alam.Umumnya, owa hidup berkelompok dalam suatu keluarga terdiri induk dan jantan berikut anakan yang belum disapih. Rata-rata, berpopulasi antara 2 sampai 4 individu tiap kelompok.Sang induk, melahirkan anak sekitar 220-an hari. Bayi owa akan tetap berada di kelompoknya dan disampih setelah remaja. Usia matang seksual, kata Sigit, antara 6-7 tahun. Setelah itu owa pra-dewasa harus meninggalkan teritori kelompoknya. Pergi merantau sekaligus mencari jodoh untuk membuat kelompok baru. Setidaknya, owa membutuh 33 hektar kawasan sebagai teritori.Baca juga: Owa, Primata Dilindungi Ini Ada Saja yang Pelihara! Kata peneliti Suci Utami yang hadir pada pelepasliaran, di alam bebas, seperti di sisa hutan yang ada tingkat harapan, hidup owa cuma belasan tahun. Itu pun kalau tidak dibunuh pemangsa buas, termasuk manusia. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224] |
2019-033-08.json | Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | “Tetapi yang dominan terganggunya habitat. Di Jawa, tak ada hutan yang tak dirambah. Bahkan saat meneliti, saya menemukan owa terkurung di salah satu kawasan yang sudah habis dibabat,” ungkap Suci yang juga meneliti orangutan.Ia menuturkan, kedua satwa endemik ini memiliki kesamaan. Sama-sama menghadapi ancaman besar, kehilangan habitat yang mempersempit ruang hidup mereka. Upaya konservasiUpaya konservasi owa jawa bukan hal gampang. Selain karena kejahatan perburuan dan perdagangan, habitat primata ini pun terancam hilang akibat degradasi dan pembukaan hutan.“Tidak menutup kemungkinan daya jelajah owa terdesak, lalu hidup di hutan mendekati puncak gunung,” ujar Sigit. Biasanya owa hidup di hutan berketinggian 600-an meter di atas permukaan laut.Hasil pengamatan di lapangan menunjukan, owa yang telah beranak-pinak seolah mengajarkan anaknya untuk bermain ke arah puncak dari teritorinya. Mereka memilih tidak mendekati kaki gunung yang berpeluang bersinggungan dengan aktivitas manusia.“Nasibnya bertahan bila pemerintah berpihak mempertahankan habitatnya.”Direktur Eksekutif Aspinal, Made Wedana, berpandangan, rehabilitasi bukanlah opsi paling baik menyelamatkan owa jawa. Menurutnya, pilihan terbaik justru menjaga kawasan sebagai habitatnya.“Opsi tersebut jauh lebih murah dan efektif ketimbang dimulai penangkapan, rehabilitasi yang diakhiri pelepasliaran. Proses ini panjang dan sulit,” terangnya.Wedana bilang, pertama kali melakukan kajian kawasan di Gunung Tilu terdapat 15 kelompok atau sekitar 40 individu owa. Kini, populasinya di kawasan seluas 8.000 hektar itu mencapai 77 individu.“Kami tidak melepas di banyak tempat. Kami fokus di wilayah ini dengan upaya optimal. Terutama pengamanan kawasan,” tuturnya.Pada 2008, Wedana meneliti persebaran owa dan memprediksi populasinya masih pada kisaran angka 2.000 hingga 2.500 individu. Namun, angka itu masih belum pasti, terhenti pada keterbatasan pendanaan. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2019-033-08.json | Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | Inge dan Boris, “Penguasa Baru” Situ Patenggang | Ikhwal populasi owa jawa, Kepala BBKSDA Jabar Ammy Nurwati mengaku belum mengetahui pasti. Belum ada data keseluruhan. Ia mengatakan hanya mengetahui jumlahnya berdasarkan kantong populasi di beberapa side monitoring saja.Pemerintah memang memiliki upaya ingin menambah populasi di alam. Salah satu upaya melalui rencana aksi yang dibuat berkala. “Upaya itu sudah membuahkan hasil,” tuturnya. Namun, Ammy enggan merinci indikator peningkatan tersebut. Indonesia merupakan rumah besar 7 jenis owa dari 19 jenis yang ada di Asia. Ada Hylobates moloch [owa jawa] yang tersebar di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah; Hylobates lar [serudung] yang berada di Sumatera bagian utara; Hylobates agilis [ungko] di Sumatera bagian tengah ke selatan; juga Symphalangus syndactylus [siamang] di seluruh Sumatera.Berikutnya, Hylobates klosii [bilou] di Pulau Mentawai, Sumatera Barat; Hylobates muelleri [kelempiau] di seluruh Kalimantan; serta Hylobates albibarbis [ungko kalimantan atau kalaweit] yang berada di Kalimantan bagian barat. Seluruh owa dilindungi Permen LHK P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0] |
2021-040-02.json | Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | [CLS] Pagi itu, Soron, tengah perbaiki pipa saluran air di Jorong Pinagar di dekat rumahnya. Tiba-tiba ada yang mendorong dan mencakarnya. Lelaki 62 tahun ini terkejut, ternyata ada beruang madu di belakangnya. Kejadian ini terjadi di Jorong Pinagar, Nagari Persiapan Pinagar Aur Kuning, Kecamatan Pasaman, Pasaman Barat, Sumatera Barat, 16 Juni lalu.Pipa air itu merupakan saluran air dari bukit menuju rumah warga. Usai hujan, pipa tersumbat dan Soron pun coba perbaiki.Rusdian Ritonga, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Pasaman Barat, mengatakan, masyarakat memang memanfaatkan mata air di perbukitan untuk keperluan sehari-hari dengan menyalurkan lewat pipa. Saat memperbaiki pipa itulah, Soron, kena cakaran dari satwa dengan nama latin Helarctos malayanus itu.“Rumahnya pakai air dari mata air gunung, jadi itu yang sedang diperbaiki. Tiba-tiba dari belakang seperti ada yang mendorong. Setelah dia balikkan badan ada beruang badan besar dan ada warna putih di dada. Beruang mencoba mencakar,” katanya.Soron sempat melawan dan berupaya menghalau beruang madu itu tetapi dia tetap kena cakaran di dekat mata dan telinga kanan. Setelah mendapatkan perlawanan, beruang pergi.Sekretaris Nagari pun melaporkan kejadian ini kepada BKSDA melalui Resor Pasaman. Petugas mendatangi lokasi kejadian.Hasil verifikasi lapangan menunjukkan, lokasi berada cukup jauh atau sekitar tujuh kilometer dari hutan terdekat di kaki Gunung Talamau, yang diperkirakan sebagai habitat beruang madu.Untuk mencegah jatuh korban, petugas BKSDA Resor Pasaman Barat dan masyarakat bersama-sama coba menghalau beruang madu. Kemudian juga memasang kandang jebak (kerangkeng) dengan beri umpan nangka matang tetapi belum ada tanda-tanda dari beruang.Kalau beruang masuk kandang, katanya, akan relokasi ke habitat mereka yang jauh dari aktivitas manusia. Konflik tinggi? | [0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-040-02.json | Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | Konflik satwa liar dengan manusia di Sumatera Barat akhir-akhir terus terjadi. Sebelum di Pasaman, kemunculan beruang madu juga terjadi di Kabupaten Agam, pada 19 Mei lalu, tepatnya di Nagari Ampek Koto Palembayan, Kecamatan Palembayan.Warga menyatakan, sudah dua kali bertemu sosok misterius saat hendak melihat ternak sapi di belakang rumah pada malam hari.Setelah tim BKSDA memasang kamera pengintai, barulah diketahui sosok berbulu hitam itu adalah beruang madu.Berdasarkan data BKSDA Sumbar pada 2018 ada 693 konflik satwa liar dengan manusia. Rinciannya, biawak 32, buaya muara 131, buaya senyulong 42, harimau dahan satu kasus, dan harimau Sumatera kucing hutan 10 kasus. Kemudian, penyu hijau 81, penyu lekang (2), penyu sisik (117), rusa (39), sanca batik (188).Pada 2019. tercatat 41 konflik antara satwa liar dengan manusia. Yakni, dengan beruang madu (8), beruk (1), binturung (1), buaya muara (13), harimau Sumatera (2), kera (2), dan sanca batik (15 ). Kemudian pada 2020, ada 33 kasus. Rinciannya, beruang madu (5), ular python (2), buaya muara (5), harimau Sumatera (11), kucing emas (1), monyet ekor panjang (1), kukang (1), kucing hutan (3), burung beo (1), trenggiling (2) dan kera (1).Wilson Novarino, dosen jurusan Biologi dari Universitas Andalas mengatakan, sumber daya makin terbatas hingga memicu konflik.“Secara konseptual ekologi, konflik hampir sama dengan kompetisi yakni terjadi akibat ada kebutuhan pemanfaatan sumberdaya yang terbatas, baik itu makanan, ruang bahkan waktu,” katanya.Dia pun mengaitkan angka konflik satwa liar dan manusia ini dengan habitat berkurang atau deforestasi (ruang), pakan berkurang (degradasi habitat) maupun aktivitas meningkat. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-040-02.json | Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | Beruang Madu Muncul Dekat Pemukiman Warga di Sumatera Barat | Dari sisi sosiologi, katanya, literasi terhadap satwa yang jauh berkurang bisa juga jadi pemicu. Zaman dulu, orang yang beraktivitas di hutan, memahami satwa dan aktivitasnya baik dari pengalaman sendiri atau orang sekitar. Jadi mereka bisa menghindari bahkan berteman dengan satwa.Hal macam ini, katanya, mungkin jauh berkurang sekarang karena pola sosial yang berubah. Jadi, setiap kehadiran satwa dianggap ancaman.Untuk mengurangi konflik ini, katanya, manusia harus menyadari kalau manusia itu bagian dari ekosistem. Jadi, perlu berbagi ruang, waktu dan empati. “Konkritnya, membatasi keinginan membuka lahan hutan, aktivitas pada waktu aktivitas satwa rendah, dan tidak memasang perangkap satwa. Pengendalian hama dengan lebih elegan,” katanya.Untuk penanganan konflik satwa pun, katanya, harus sesuai regulasi dan protokol standar. “Ini yang perlu lebih disosialisasikan dan diterapkan. Satwa bisa diusir, dipantau lagi, jika masih datang dan ada potensi bahaya bisa ditranslokasi.” ******Foto utama: Beruang madu. Foto: Rhett Butler/Mongabay [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-011-15.json | Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | [CLS] Meski Presiden Joko Widodo secara tegas telah menyatakan komitmennya untuk ikut terlibat aktif dalam penurunan emisi, namun itu belum menjadi jaminan bahwa target tersebut bisa tercapai. Salah satu kendalanya, adalah karena belum ada pendanaan yang jelas untuk program tersebut.Demikian diungkapkan Direktur Ekskekutif Kemitraan Monica Tanuhandaru di Hotel Oria, Jakarta, dalam pertemuan Dialog Pemerintah dengan Ormas Sipil Menuju COP 21 Paris, Senin (16/11/2015).Menurut Monica, permasalahan inti yang sekarang sedang dihadapi adalah masalah pembiayaan. Jika komitmen penurunan emisi bisa terus berjalan, maka dibutuhkan dana yang jelas dan itu harus berjalan di semua lini.“Bagaimana financing-nya, itu harus dibicarakan,” ungkap dia.Dijelaskan dia, jika memang Pemerintah benar-benar serius untuk berkomitmen, maka masalah pembiayaan bisa dibicarakan mekanismenya secara detil. Bisa saja, mekanismenya itu ada di Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan nasional, dan atau koperasi yang tersebar di daerah-daerah.Menurut Kepala Departemen Kajian dan Pengelolaan Sumber Daya WALHI Khalisah Khalid, masalah pendanaan memang harus menjadi perhatian semua pihak. Karena, jika melihat kondisi sekarang, pendanaan masih sangat terbatas, sementara eksplorasi alam terus dilakukan sampai menghasilkan emisi yang banyak.“Masalahnya, kebijakan politik uang di negara kita juga masih seperti itu saja. Kita semua sudah tahu sendiri. Sementara, produksi emisi juga terus berjalan dari waktu ke waktu. Itu yang menjadi khekawatiran kami,” tutur dia.Salah satu kekhawatiran itu, kata Khalisah, adalah karena batu bara juga akan menjadi penyumbang emisi pada 2019. Jika itu dibiarkan, maka batu bara bisa menjadi salah satu penyumbang emisi terbanyak.Peran Jokowi | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-011-15.json | Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | Ketua Dewan Pengarah Penanganan Perubahan Iklim Sarwono Kusumaatmadja dalam kesempatan yang sama mengatakan, persoalan emisi saat ini memang menjadi perhatian serius di Indonesia. Keberangkatan Presiden Joko Widodo ke KTT G-20 yang digelar di Turki saat ini dan Konferensi Perubahan Iklim (COP 21) yang akan digelar akhir November ini di Paris, Perancis, diharapkan bisa menjadi momen untuk mereposisi Indonesia di dunia internasional.“Ada beberapa isu penting yang ikut dalam COP 21 nanti. Isu-isu tersebut bisa menjadi trigger untuk Indonesia dalam mengawal isu perubahan iklim ini,” ucap Sarwono.Adapun, isu yang dinilai penting untuk dibawa Indonesia ke pertemuan COP 21 nanti, adalah pengembangan REDD+ atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (Pengurangan emsisi dari deforestasi dan degradasi hutan), dan mekanisme pendanaan perubahan iklim.Selain itu, menurut dia, isu yang penting untuk dibawa ke COP 21 di Paris, adalah monitoring, reporting, and verification (MRV), baik dalam pengertian koherensi terkait perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK), maupun MRV dalam arti luas meliputi isu good governance dan komunikasi masal.Isu terakhir yang harus dibawa ke COP 21 di Paris, menurut Sarwono, adalah isu tentang energi. Isu tersebut menjadi isu penting karena di Indonesia praktiknya sudah sangat luas. Itu semua ada dalam dokumen INDC (Intended National Determined Contribution) Indonesia.“INDC Indonesia ini adalah dokumen komprehensif yang diusahakan lengkap sekaligus singkat dan mempunyai karakter berupa “policy brief”,” tandas dia.Sementara itu Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar mengemukakan, walau Indonesia berstatus sebagai negara berkembang dan ekonominya belum sebagus negara maju, namun Indonesia harus berani untuk terus maju. Indonesia harus bisa terus mengawal isu perubahan iklim dan mengimplementasinya sesegera mungkin. | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-011-15.json | Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | Harus Diperjelas Mekanisme Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia | Agar bisa diterapkan di semua lini, isu perubahan iklim harus bisa dipahami oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa kecuali. Jangan sampai, isu perubahan iklim hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu saja.Untuk diketahui, Conference of Parties (COP) atau konferensi perubahan iklim ke-21 yang akan dilaksanakan di Paris, Perancis, 30 November – 12 Desember 2015 mendatang, merupakan momen dimana sebuah kesepakatan baru akan diluncurkan. Kesepakatan baru ini diharapkan dapat merangkul 196 negara yang tergabung dalam United Nations Framework on Climate Change Convention (UNFCCC) untuk bersama-sama berbagi upaya (sharing the effort) dalam berkontribusi pada pencapaian tujuan tertinggi konvensi, yaitu untuk mencegah kenaikan temperatur rata-rata dunia di atas 2 C. Perjanjian yang mengandung prinsip Applicable to All Parties ini diharapkan dapat diimplementasikan di tahun 2020 oleh seluruh pihak terkait.Berbeda pada saat UNFCCC ditetapkan 1992, peta negara-negara di tahun 2015 ini banyak yang berubah. Tiongkok, India, Brasil, Afrika Selatan, dan Indonesia, dinilai sebagai negara-negara dengan ekonomi berkembang (emerging economy) dengan kemampuan ekonomi berbeda ketimbang negara yang berkembang lainnya. Negara-negara ini pun mengalami pertumbuhan emisi gas rumah kaca yang cukup pesat dalam 2 dekade terakhir dan menjadi emitter besar menyaingi sejumlah negara maju. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-035-09.json | Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | [CLS] Peristiwa kepunahan massal pernah terjadi di Bumi. Kejadian itu terkenal dengan nama Kepunahan Permian-Triassic atau Kepunahan Permian Akhir. Terjadi pada akhir periode Permian, sekitar 257-299 juta tahun lalu. Periode ini adalah era akhir Paleozoikum [kehidupan purba].Kepunahan massal Permian-Triassic sangat menguras keanekaragaman hayati. Ketika itu 95 persen spesies laut dan 70 persen spesias darat punah.Lalu bagaimana seluruh ekosistem dibangun kembali?Baca: Ikan Purba Hidup yang Melebihi Era Dinosaurus Ini Ada di Indonesia Tulisan berjudul Resilience of Infaunal Ecosystems During The Early Triassic Greenhouse Earth, karya Xueqing Feng, Zhong-Qiang Chen, Michael J. Benton dan kolega dalam Jurnal Science Advances, Vol 8, issue 26, 29 Juni 2022, memaparkan bahwa hewan pertama yang pulih dari kejadian tersebut adalah pengumpan deposit seperti cacing dan udang.Sedangkan pemulihan pengumpan suspensi seperti brakiopoda, bryozoa, dan banyak bivalvia membutuhkan waktu lebih lama.Para peneliti dari China, Amerika Serikat, dan Inggris itu menduga pengumpan deposit membuat dasar laut berantakan sehingga airnya tercemar lumpur.“Lumpur yang bergejolak berarti pengumpan suspensi tidak bisa mengendap dengan baik di dasar laut,” tulis peneliti.Sedangkan beberapa hewan, seperti karang, telah menghilang sepenuhnya.“Terumbu karang tidak kembali sampai beberapa saat kemudian.”Penelitian ini berfokus di China Selatan. Di beberapa daerah tersebut, sejumlah besar temuan fosil sangat menakjubkan, pengawetan secara alami terjadi sangat baik. Bentuk detilnya bisa dilihat dan dapat menunjukkan perilaku rekayasa ekosistem yang tidak wajar.“Salah satu aspek yang paling luar biasa dari data ini adalah luasnya lingkungan kuno yang bisa dijadikan sampel,” tulis peneliti.Fosil ini menjadi jejak yang menunjukkan kapan dan di mana hewan bertubuh lunak tumbuh subur di era tersebut. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-035-09.json | Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | “Misalnya, suhu yang meningkat dan anoksia yang diperpanjang bertepatan dengan nilai keragaman perilaku dan ekologi yang rendah di seluruh batas Permian-Triassic. Butuh sekitar 3 juta tahun untuk pemulihan ekologis hewan bertubuh lunak agar sesuai dengan tingkat pra-kepunahan.”Baca: Penampakan Udang Purba yang Bertahan di Gelapnya Gua Melacak data fosilJejak fosil yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan lapangan dan spesimen yang dikumpulkan selama 10 tahun terakhir. Sebagian besar lokasi fosil telah dikunjungi lebih dari tiga kali.“Selalu membutuhkan waktu sekitar 5 hari atau 1 minggu untuk mengerjakan suksesi yang mengandung fosil pada masa Permian Akhir hingga Trias Awal untuk sebagian besar bagian yang dipelajari. Waktu yang dihabiskan untuk pengumpulan fosil sekitar 2 hari di setiap lokasi,” tulis peneliti dalam jurnalnya.Selain itu, peneliti juga mengumpulkan dataset dari semua genera invertebrata laut yang diketahui dengan menggunakan data range-through yang mencakup Permian Akhir hingga akhir Trias Awal.“Kami menggunakan model ecospace hewan laut sebagai dasar analisis kuantitatif ekologi dari semua genus laut bentik yang diketahui. Analisis refraksi juga digunakan untuk menguji bias pengambilan sampel menggunakan kekayaan generik versus kemunculan fosil.”Baca juga: Bukan Monster, Memang Begini Penampakan Kepiting Purba Kehidupan di laut pulih Analisis ini penting untuk mengetahui bagaimana kehidupan di laut pulih dari peristiwa kepunahan tersebut.“Pemulihan kehidupan di Bumi membutuhkan waktu jutaan tahun bagi keanekaragaman hayati untuk kembali ke tingkat sebelum kepunahan.”Awalnya, hanya ada beberapa yang selamat, dan pemulihan dimulai di perairan yang lebih dalam. Pemulihan nekton terjadi pada saat yang sama dengan rebound penuh dari kegiatan rekayasa ekosistem infaunal. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2022-035-09.json | Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian | Lalu dengan memeriksa jejak dan liang di dasar laut China Selatan, tim lintas negara ini dapat mengumpulkan kapan kebangkitan kehidupan hewan di laut terjadi.Mengapa penting untuk memahami kepunahan massal ini?Jawabnya adalah bahwa krisis Permian Akhir yang begitu menghancurkan kehidupan di Bumi, disebabkan oleh pemanasan global dan pengasaman laut, tetapi hewan yang membuat jejak dapat diseleksi oleh lingkungan dengan cara yang sama seperti organisme kerangka.“Data fosil jejak kami mengungkapkan ketahanan hewan bertubuh lunak terhadap CO2 tinggi dan pemanasan. Para insinyur ekosistem ini mungkin telah memainkan peran dalam pemulihan ekosistem bentik setelah kepunahan massal yang parah, yang berpotensi, misalnya, memicu inovasi dan radiasi evolusioner di awal masa Trias,” jelas peneliti. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-024-06.json | Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | [CLS] Akhirnya setelah tiga jam perjalanan darat dari ibukota Sulteng, Palu tibalah kami di Namo, sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan. Namo sendiri merupakan pemekaran dari Desa Bolapapu yang berpisah sebelas tahun yang lalu dari desa induknya ini. Desa ini secara administratif bagian dari Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi.“Silakan masuk, jangan sungkan, para tokoh sudah menunggu,” sembari menyalami kami, Basri Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LTHD) mempersilakan kami untuk masuk ke lobo, atau nama setempat untuk rumah adat, tempat dimana masyarakat membicarakan seluruh permasalahan adat dan desa. Lobo di Namo memiliki ukuran 4 x 6 meter, beratap rumbia, berlantai papan, dengan setengah bagian dindingnya tertutup papan yang berfungsi sebagai sandaran.Desa Namo, merupakan desa yang telah berhasil memperoleh pengakuan pengelolaan hutan desa. Berdasarkan keputusan Menhut nomor 64/2011, desa ini mengelola wilayah Hutan Desa seluas 490 hektar, yang merupakan bagian dari sistem daerah aliran sungai (DAS) Palu, sub DAS Miu. Dari 490 hektar, 400 hektar dialokasikan sebagai zona lindung dan sisanya 90 hektar diperuntukkan untuk fungsi pemanfaatan.Fungsi kawasan lindung di area ini menjadi penting, jika hutan lindung di Namo dan desa-desa sekitarnya rusak, maka dapat dipastikan Palu dan daerah di wilayah hilir akan mendapatkan ancaman banjir limpasan saat musim penghujan.“Secara turun temurun sebenarnya masyarakat menganggap hutan yang ada diwilayah Namo adalah hutan adat, saat itu kami belum mengetahui bahwa secara status kawasan itu adalah hutan lindung,” tutur Tau Hamid, Mantan Kades Namo. | [0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-024-06.json | Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | Menurutnya persoalan mulai muncul saat itu, ketika masyarakat tidak bisa lagi meluaskan area garapan. “Masyarakat ketika itu bingung tidak tahu harus kemana lagi memperluas lahan untuk bertahan hidup. Wilayah kami terhimpit, Taman Nasional Lore Lindu di timur dan hutan lindung di barat,” kenangnya. “Meskipun dalam pemahaman masyarakat kawasan tersebut adalah wilayah hutan adat.”Langkah pertama yang dilakukan oleh Kades Namo adalah melakukan negosiasi dengan desa tetangga, Tangkolowi, untuk menjadikan sebagian kapling wilayah desa tetangga untuk dijadikan bagian hutan Namo. Saat itu tahun 2007.“Proses negosiasi berjalan lebih kurang tiga bulan. Mereka setuju, tapi syaratnya kami harus buatkan pesta adat untuk memasuki rumah adat yang mereka buat. Jadi semua kebutuhan yang diperlukan untuk ritual pesta adat tersebut harus disiapkan masyarakat Namo,” terangnya. “Saat serah terima hutan adat, acara dihadiri wakil pemerintah Kulawi, aparat desa dan lembaga adat serta tokoh-tokoh masyarakat, mereka semua menyaksikan dan ikut menandatangani persetujuan itu.”Langkah kedua yang dilakukan oleh Desa Namo adalah meminta hak pengelolaan hutan di hutan lindung, lewat program Hutan Desa. Hamid mengaku pihaknya banyak dibantu oleh Yayasan Jambata (Jagalah Alam Maka Bumi Akan Tetap Abadi), sebuah LSM yang bergerak dalam pendampingan masyarakat. “Tidak saja lewat bantuan konsep, bahkan hingga menyediakan kerbau untuk pesta adat pun dibantu Jambata,” tuturnya.Menurut Zarlif, Direktur Jambata, kawasan Hutan Desa penting bagi masyarakat, karena merupakan aset masyarakat Namo untuk mengelola hutan dari produk bukan kayu. Tantangan terbesar dalam proses yang tersebut adalah ketika masih sedikit warga yang paham dengan berbagai macam aturan dan terbatasnya sumber daya finansial. | [0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-024-06.json | Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | “Pada tahun 2010, kami mengajukan proposal ke Kemenhut melalui Dishut Kabupaten Sigi untuk mendapatkan Hutan Desa. Pada tanggal 21 Maret 2011, Kemenhut menerbitkan SK areal kerja hutan desa di kawasan hutan lindung,” jelas Zarlif.“Hal yang paling sulit adalah memberikan pemahaman terhadap masyakat dalam mengelola area Hutan Desa agar masyarakat mampu memperoleh kehidupan yang layak dari sana,” jelas Basri menambahkan. “Untunglah ada Jambata yang setia mendampingi, sehingga semua tercapai,” tukasnya.“Saat ini kami belum bisa bicara langkah kedepan tentang hasil putusan MK nomor 35/2013. Belum ada peraturan pendukungnya. Harusnya kan ada PP, setelah PP akan muncul Perda dan turunannya. Kami disini tidak mau melanggar aturan karena masyarakat disini adalah masyarakat adat, kami sangat menghargai aturan,” tambah Basri saat ditanya langkah kedepan setelah proses legalitas Hutan Desa disetujui oleh pemerintah di Desa Namo.Kearifan Lokal Pengelolaan Lahan Masyarakat NamoTau Hamid menjelaskan hutan bagi masyarakat Namo tidak sembarang diperlakukan, bahkan jauh sebelum Kemenhut pada tahun 1999 menetapkan kawasan di area tersebut sebagai Hutan Lindung yang mendukung fungsi daerah aliran sungai. “Hutan primer tidak boleh diganggu gugat oleh masyarakat adat, sedangkan yang kami katakan hutan sekunder itulah milik adat menurut pemahaman masyarakat adat,” terangnya.Menurutnya, sejak dahulu masyarakat telah mengenal praktek gilir lahan dalam sebuah siklus antara lima hingga sepuluh tahun. “Kalau tahun pertama kami kerja buka kebun di utara, tahun ke dua kami mengelola ditengah, dan tahun ketiga kami mengelola di selatan. Lima sampai 10 tahun kembali lagi ketempat semula. Kearifan semacam inilah yang dilakukan orang tua kita dulu.”Karena lahan sudah semakin terbatas, intensifikasi lahan-lahan pekarangan menjadi pilihan masyarakat, termasuk menanami pekarangan dengan kacang tanah dan pohon coklat. | [0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2014-024-06.json | Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | Mengapa Pilihan Desa Namo Adalah Ajukan Hutan Desa? | Sedangkan dari dalam hutan, masyarakat mengolah hasil non kayu seperti rotan, damar, aren, bambu, madu hutan serta berbagai tumbuhan obat. “Untuk rotan kami dapat hasilkan dan jual 40 ton setiap tahunnya,” tutur Rusdin, Sekdes Namo menjelaskan. Setidak-tidaknya terdapat delapan nomenklatur jenis rotan hutan yang dia sebutkan. Rusdin menambahkan pula bahwa masyarakat Namo telah mulai memproduksi kursi bambu yang bahannya diperoleh dari lahan kebun dan hutan.Di kawasan hutan yang ada di wilayah Namo pun masih terdapat satwa endemik yang dijumpai. “Anoa, babirusa, burung alo, tarsius, maleo, musang dan masih banyak lagi satwa yang hidup di kawasan itu,” tutur Rusdin mengakhiri keterangan. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2013-019-10.json | Ratusan Titik Api Kembali Membakar Sumatera | Ratusan Titik Api Kembali Membakar Sumatera | [CLS] Sekitar 500 titik api kembali membakar hutan tropis Sumatera, dan kembali mengirimkan kabut asap tak hanya bagi warga setempat, namun juga ke beberapa tetangga di Singapura dan Malaysia.Titik-titik api yang disebabkan oleh pembukaan lahan untuk perkebunan tersebut terkonsentrasi di Propinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Mirip dengan kebakaran yang terjadi dua bulan sebelumnya, sebagian besar titik api ini muncul di lahan gambut yang membuatnya sangat sulit untuk dipadamkan.Namun, berbeda dengan kasus di bulan Juni silam, kebakaran yang terjadi saat ini tidak didorong oleh angin ke Semenanjung Malaya, dan lebih terkonsentrasi di Propinsi Riau dan Sumatera bagian Utara.Kebakaran hutan menjadi sesuatu yang semakin sering terjadi di Sumatera dalam satu dekade terakhir seiring dengan maraknya pembukaan hutan untuk keperluan perkebunan Hutan Tanaman Industri dan kelapa sawit. Lahan-lahan gambut yang dalamnya lebh dari 3 meter banyak dikeringkan untuk perkebunan tersebut, dan menjadi semakin mudah terbakar. Dari analisis lembaga Eyes on the Forest, ditemukan bahwa 90 persen titik api yang menyebabkan kebakaran terjadi di lahan gambut. Sementara 87% deforestasi yang terjadi di Propinsi Riau -dan menjadi sumber utama munculnya titik api- antara tahun 2007 hingga tahun 2012 disebabkan oleh konversi hutan menjadi perkebunan.Secara keseluruhan Sumatera kehilangan 7,5 juta hektar hutan tropis atau sekitar 36% dri seluruh tutupan hutannya antara tahun 1990 hingga tahun 2010. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0] |
2012-023-16.json | Warga Jambi Berlebaran Bersama Kabut Asap Kebakaran Lahan | Warga Jambi Berlebaran Bersama Kabut Asap Kebakaran Lahan | [CLS] Akibat pembakaran lahan yang terus terjadi hingga menjelang hari raya Idul Fitri, warga Jambi mendapat kiriman hadiah lebaran berupa asap pekat tanpa henti sejak awal bulan ini. Gangguan akibat asap ini bahkan sempat mengganggu penerbangan sejak tanggal 12 Agustus silam, setelah Pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT 0601 tujuan Jakarta-Jambi, gagal mendarat di landasan Bandara Sultan Thaha, Kota Jambi.Pesawat tersebut dijadwalkan mendarat pukul 07.20 WIB, namun, jarak pandang di bawah 2 km membuat pesawat terpaksa mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatra Selatan. Pesawat yang padat penumpang mudik ke Jambi terbang kembali ke Jambi agak siang, setelah landasan bandara Sultan Thaha Jambi bebas dari kabut asap di atas pukul 09.00 WIB.Akibat pekatnya kabut asap ini, Dinas Kesehatan Kota Jambi menyiapkan sedikitnya 70 ribu masker untuk pengendara mudik lebaran bersamaan kabut asap saat musim kemarau. Masker tersebut nantinya bisa juga diberikan kepada para pemudik saat musim lebaran. Mengingat, gangguan asap menjadi salah satu penyebab terjadinya infeksi saluran pernafasan atas atau ISPA. “Apalagi masker sangat berguna bagi warga yang sedang diluar rumah. Khususnya adalah para pemudik,” ujar Kasi Pemberantasan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi, Kemas Azmi di Jambi kepada Republika.co.id.Dari pantauan ANTARA, kondisi asap di Jambi terlihat tebal saat pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB. Akibat kondisi asap tersebut bahkan pihak Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi terpaksa menunda pendaratan pesawat saat pagi hari.Kondisi ini terus berjalan hingga menjelang hari raya Idul Fitri. Dari pantauan VivaNews.com, kota Jambi dihujani debu yang diduga bekas kebakaran hutan sejak malam takbiran, Sabtu 18 Agustus 2012. Masyarakat di sana resah, karena debu berterbangan cukup banyak hingga Minggu 19 Agustus. | [0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-023-16.json | Warga Jambi Berlebaran Bersama Kabut Asap Kebakaran Lahan | Warga Jambi Berlebaran Bersama Kabut Asap Kebakaran Lahan | Kabid Pengendalian Hama dan Kebakaran Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sucipto mengakui debu yang berterbangan di Kota Jambi diperkirakan berasal dari kebakaran lahan atau hutan. “Belum bisa kami pastikan di mana lokasi kebakaran ini, tapi pasti tidak jauh dari Kota Jambi,” kata Sucipto kepada Vivanews Minggu 19 Agustus 2012.Sedangkan mengenai titik panas atau hot spot diketahuinya baru terjadi pada satu titik, yaitu di Kabupaten Tebo. “Kami akan terus memantau aksi pembakaran hutan di musim kemarau ini,” katanya. Namun berdasarkan pantauan satelit NOAA di Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, jumlah titik api di Provinsi Jambi hingga Selasa hari ini tercatat 30 titik. Paling banyak berada di Kabupaten Sarolangun yakni mencapai 16 titik api.Berdasarkan pantauan BMKG Provinsi Jambi, kondisi cuaca di Kota Jambi dalam keadaan berasap. Jarak pandang pada pagi hari hanya bisa menembus 2.000 meter, dengan arah angin dari Selatan dan kecepatan angin 05 knot. “Tapi pada pukul 08.00 WIB tadi jarak pandang sudah bisa menembus 3.500 meter,” kata Kurnianingsih, Prakirawan BMKG Provinsi Jambi.Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi ketika dihubungi masih belum mengetahui Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Jambi. “Sebagian pegawai kami masih libur Lebaran,” kata Resmanysah, Staf BLHD Provinsi Jambi.Sementara itu, Kurnia Ningsih, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi, menjelaskan, kabut asap kemungkinan masih akan terus menyelimuti karena kemarau di Jambi akan terus berlanjut hingga Oktober 2012. Dan pada Agustus 2012 ini merupakan puncak kemarau di Jambi. “Kalau tidak ada hujan sampai Oktober, maka titik panas di Jambi diperkirakan akan terus bertambah,” jelasnya kepada Waspada.co.id. [SEP] | [0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.2222222238779068, 0.1111111119389534, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534] |
2019-068-01.json | Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | [CLS] Lomba calon legislatif (caleg) menulis artikel yang diselenggarakan oleh WALHI NTT sejak 3 Maret 2019 telah berakhir pada 16 Maret 2019. Lomba menulis itu bertema “Politik Lingkungan Hidup dan Perlindungan Wilayah Kelola Rakyat dalam Ruang Legislatif”.Dalam rentang waktu itu, WALHI NTT menerima 10 artikel dari 9.964 caleg yang terdaftar di KPU. 10 artikel itu berasal dari 2 orang caleg DPRD provinsi dan 8 orang caleg DPRD kabupaten dan kota.10 artikel itu berarti mewakili 0% dari 180 caleg DPR RI, 0% dari 36 caleg DPD, 0,21% dari 932 caleg DPRD provinsi dan 0,9% dari 8816 caleg DPRD Kabupaten/Kota.“Artikel itu kemudian melalui proses penilaian oleh tiga orang dewan juri yang berasal dari unsur akademisi ilmu politik, komunikasi dan jurnalis media. Artikel dinilai dalam hal kesesuaian tema dan atau subtema, kesesuaian tugas dan fungsi parlemen, gagasan dan tata cara penulisan,” jelas Dominikus Karangora, Divisi Media dan Komunikasi WALHI NTT kepada Mongabay Indonesia, Minggu (24/3/2019).baca : Walhi NTT Gelar Lomba Menulis Politik Lingkungan bagi Para Caleg, Bagaimana Responnya? Dari 8 artikel untuk kategori caleg DPRD kabupaten/kota, jelasnya, telah dipilih 3 artikel terbaik sebagai pemenang.Juara pertama jatuh kepada artikel berjudul “Investasi Tebu di Ekologi Sabana, Berkat atau Bencana di Masa Depan?” karya Stepanus Makambombu, caleg DPRD Kabupaten Sumba Timur dari Partai Nasdem.Juara kedua berjudul “Pentingnya Peraturan Daerah tentang Hutan Adat di Kabupaten Malaka” karya Fransiskus Xaverius Taolin, caleg DPRD Kabupaten Malaka dari Partai Gerinda.Dan artikel berjudul “Pengelolaan Hutan di Kabupaten TTS” karya Thimatius Benu, caleg DPRD Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) dari partai PKPI pada posisi ketiga.Untuk kategori caleg DPRD provinsi, sebut Dominikus, 2 artikel yang dikirimkan secara otomatis menempati juara 1 dan 2 dalam kategori ini. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-068-01.json | Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | Artikel berjudul “Awololong, Antara Budaya, Spiritual dan Pariwisata” oleh Vinsensius Bellawa Making, caleg DPRD Provinsi NTT Dapil 6 (Flotim-Lembata-Alor) dari Partai PSI menempati juara pertama.Sedangkan juara kedua ditempati caleg DPRD Provinsi NTT Dapil 7 (TTU-Belu-Malaka) asal Partai Demokrat, Anselmus Tallo, dengan artikel berjudul “Pembangunan Tanpa Perencanaan”.“WALHI NTT memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada 10 orang caleg yang telah berpartisipasi dalam lomba ini dan proficiat kepada 5 caleg yang artikelnya telah terpilih sebagai pemenang lomba ini,” tutur Dominikus.Selain itu, apresiasi juga diberikan kepada tiga orang dewan juri yakni Didimus Dedi Dhosa,S.Fil,MA., akademisi ilmu sosial politik Universitas Widya Mandira Kupang, Maria Via Dolorosa Pabba Swan,S.Sos,M.Med.Kom, akademisi ilmu komunikasi Universitas Nusa Cendana Kupang dan Irvan Kurniawan, Pemimpin Redaksi VoxNTT.com.baca juga : Caleg Berkomitmen Lingkungan Minim, Berintegritas Rendah Tinggi Pilih Caleg Peduli LingkunganSebelumnya, Dominikus pada Senin (18/2/2019) menjelaskan ada dua alasan dilaksanakan lomba menulis artikel yaitu untuk mengetahui rekam jejak para caleg yang kurang diketahui karena masyarakat lebih terfokus melihat pasangan calon presiden dalam pilpres yang dilaksanakan serentak dengan pemilu legislatif.Alasan kedua, isu lingkungan hidup dan wilayah kelola rakyat mendapat ruang yang minim dalam pemilihan legislatif. WALHI NTT melihat narasi kampanye para caleg lebih didominasi oleh pecitraan personal, kedekatan kekeluargaan atau pertemanan hingga slogan abstrak soal keberpihakan pada rakyat, termasuk isu lingkungan.Melihat hasil lomba menulis artikel itu, Direktur Eksekutif Daerah WALHI NTT, Umbu Wulang Tanamahu Paranggi meminta masyarakat NTT untuk memilih caleg yang peduli pada pelestarian lingkungan hidup dan perlindungan wilayah kelola rakyat. | [0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-068-01.json | Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | “Rakyat NTT harus memastikan adanya kesepakatan dengan para caleg dalam mendukung agenda rakyat untuk kelestarian alam dan penghentian alih fungsi lahan di NTT. Lewat lomba menulis ini, rakyat bisa menilai bahwa perhatian para caleg pada isu lingkungan seperti apa,” tuturnya.Hal tersebut penting mengingat NTT tengah mengalami krisis sosial ekologis mulai dari bencana lingkungan hingga penguasaan lahan yang begitu luas oleh korporasi. Ditambah krisis air dan krisis kehutanan yang terjadi bakal mengancam kehidupan warga NTT kedepannya.Umbu juga menambahkan bahwa para pemilih di NTT diharapkan bisa memilih para caleg yang telah ikut lomba penulisan ini. Karena para caleg ini setidaknya sudah menunjukkan itikad baik dan menunjukkan keberpihakannnya pada urusan lingkungan hidup kepada publik.“WALHI NTT akan mempublikasikan seluruh tulisan para calon legislatif yang telah mengirimkan tulisannya untuk dimuat di media massa. Harapannya publik bisa membaca dan tahu keberpihakan para caleg terhadap pelestarian lingkungan hidup di NTT,” tegasnya.perlu dibaca : Gubernur NTT Moratorium Tambang, Apa Pendapat Pegiat Lingkungan? Isu Lingkungan Belum PrioritasWALHI Eksekutif Nasional mengapresiasi positif lomba caleg NTT menulis artikel yang digekar oleh WALHI NTT.Khalisah Khalid, Koordinator Isu Politik WALHI Eksekutif Nasional memandang bahwa lomba ini dapat menjadi ruang bagi publik untuk mengetahui sejauh mana komitmen, kapasitas dan integritas para caleg di dalam isu lingkungan.“Publik pun, memiliki referensi untuk menentukan hak pilihnya terhadap caleg yang peduli dengan agenda penyelamatan lingkugan hidup dan sumber-sumber penghidupan,” sebutnya.Akan tetapi, melihat jumlah pengirim yang sedikit, Khalisah menyayangkan bahwa caleg-caleg di NTT tidak cukup antusias untuk merespon isu lingkungan sebagai agenda pokok mereka. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0] |
2019-068-01.json | Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT | Menurutnya ada beberapa poin yang bisa dilihat disini. Pertama, para caleg masih berjarak dengan isu lingkungan dan penyelamatan sumber-sumber penghidupan sehingga mungkin mereka tidak percaya diri untuk menyampaikan pandangannya dalam tulisan.Kedua, isu lingkungan belum menjadi isu prioritas bagi para kontestan politik, bukan hanya di NTT, tetapi juga hampir di seluruh Indonesia.“Jadi isu lingkungan hidup adalah isu yang masih sub-pinggiran. Demikian juga publik masih belum melihat bahwa isu lingkungan hidup bukanlah sebuah isu politik yang penting untuk dibahas dan diperdebatkan dalam momentum politik elektoral,” kata Khalisah.Sedangkan Direktur WALHI Eksekutif Nasional, Nurhidayati berharap agar caleg yang sudah menjadi pemenang dalam lomba ini konsisten dalam memperjuangkan agenda politik keadilan ekologis dan memastikan kembalinya kedaulatan pada masyarakat untuk mengelola wilayahnya ketika terpilih.“Kami berharap, caleg pemenang lomba menulis bisa konsisten memperjuangkan agenda politik keadilan ekologis serta ikut memastikan kembalinya wilayah kelola rakyat kepada komunitas masyarakat lokal dan adat di NTT, jika terpilih sebagai anggota DPRD,” harapnya.perlu dibaca : Gubernur NTT Wacanakan Penutupan TN Komodo, Ada Apa? ***Keterangan foto utama : Seekor komodo di Pulau Komodo dalam kawasan TN Komodo, Flores, NTT. Foto : indonesia.travel/Mongabay Indonesia [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2018-039-04.json | Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | [CLS] Pembunuhan ratusan buaya di Distrik Aimas, Sorong, Papua Barat, jadi viral di media sosial, Facebook Sabtu (14/7/18) atau sehari setelah seorang warga, Sugito meninggal diterkam buaya di lokasi penangkaran Jumat (13/7/18).Kasus di Kelurahan Klamalu, Distrik Mariat, Kabupaten Sorong, Papua Barat ini, mendapat banyak sorotan hingga mendorong Kepolisian Resor Sorong menyelidiki kasus itu meskipun korban dan penangkaran disebut-sebut telah bersepakat tak menempuh jalur hukum.Penangkaran buaya itu milik Andreas Siahaan dikelola dengan nama CV. Mitra Lestari Abadi (MLA). Dalam informasi yang dikeluarkan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sorong, disebutkan buaya dibantai tercatat 292 ekor.Kapolres Sorong AKBP Dewa Made Sidan Sutrahna kepada Mongabay menyatakan, proses hukum tetap lanjut karena kasus itu sudah jadi viral. “Kita tetap proses hukum. Ini kan sudah viral,” kata Dewa Made, Selasa (17/7/18).Kepolisian, katanya, memisahkan kasus itu jadi tiga bagian, kelalaian pihak perusahaan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, perusakan fasilitas penangkaran dan pembantaian buaya.Untuk seluruh kasus, kata Made, polisi telah memeriksa 10 saksi. “Kita tetap proses (ketiga kasus itu). Kami sudah mengidentifikasi orang yang kemungkinan menjadi terduga tersangka,” katanya.Secara terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Sorong Basar Manullang kepada Mongabay menyatakan, berkomitmen penuh mendukung kepolisian mengungkap kasus pembantaian itu.“Kami bersama-sama Kepolisian sedang fokus menyusun anatomy crime hingga kasus sangat diharapkan lanjut ke perkara,” katanya. KronologiDalam siaran pers BBKSDA Sorong, disebutkan, korban Sugito masuk ke penangkaran tanpa diketahui pengelola penangkaran Kamis (13/7/18). Sugito berteriak meminta tolong setelah diterkam buaya. | [0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2018-039-04.json | Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Petugas yang melihat korban setelah mendengar teriakan, juga ikut berteriak meminta tolong kepada warga sekitar, kemudian bersama-sama menolong korban.BKSDA menyebut, penangkaran dan keluarga korban telah bertemu dan disepakati perusahaan akan memberi uang duka sebelum pemakaman.Usai pemakaman, sekitar pukul 11.15, warga disebut secara tidak terduga menuju penangkaran dan membunuh buaya-buaya disana, termasuk merusak kantor dan mes.Padahal, sebelum itu Ketua Ikawangi Sorong telah meminta warga dalam sambutan sebelum pemakaman, agar tidak melakukan tindakan anarkis dan menyerahkan kasus itu kepada kepolisian.“Warga membawa senjata tajam, palu, pemecah batu, balok kayu dan sekop. Di antara kerumunan massa dikenali salah satu pejabat publik,” kata BKSDA dalam rilis.BKSDA menyatakan, ada 292 buaya dibunuh massa, yaitu sepasang indukan dan 290 berukuran 8–12 inci. Sebagian massa juga disebut menjarah anakan buaya berukuran kurang empat inci.Manullang menyayangkan pembantaian buaya yang terdiri dari buaya muara dan buaya air tawar ini. Kedua satwa itu dilindungi dan pembunuhan melanggar UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Gambaran lokasiSementara itu, dalam video dan gambar yang diambil pada hari ketiga setelah pembataian, seperti diperoleh Mongabay, suasana di sekitar penangkaran buaya sudah kondusif. Tidak ada warga di lokasi.Dalam gambar itu terlihat enam kolam penangkaran buaya sesuai umur. Kolam-kolam itu berdinding tembok berukuran paling pendek sekitar satu meter lebih, untuk anakan buaya. Paling tinggi sekitar 2,5 meter untuk induk buaya.Sisi lain, petugas terlihat sedang menggali tanah untuk mengubur buaya-buaya mati. Bagian lain tampak garis polisi.Bangkai sebagian besar dibakar, disisakan sekitar 10 buaya untuk barang bukti. | [0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548] |
2018-039-04.json | Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Video itu juga memperlihatkan, beberapa bagian kolam rusak setelah diamuk massa. Ada juga sisa-sisa kayu yang dipakai masuk ke areal kolam, termasuk untuk memukul buaya hingga mati.Luas lokasi penangkaran buaya itu, diperkirakan sekitar satu hektar di kelilingi pagar seng. Di luar pagar di kelilingi rawa yang ditumbuhi rerumputan.Lokasi penangkaran berada tak jauh dari jalan utama. Untuk ke sana dari jalan utama, masih harus melewati jalan lingkungan sekitar 500 meter terbuat dari beton.Untuk masuk ke penangkaran, harus melalui jalan timbunan di atas rawa sepanjang 100 meter. Lokasi penangkaran sedikit di atas bukit.Kepolisian menyebut, jarak penangkaran buaya dengan pemukiman warga, sekitar 200 meter.Di lokasi pembantaian juga masih terpasang beberapa spanduk cetak yang mendesak penangkaran buaya CV. Mitra Lestari Abadi ditutup.Keliopas Krey, Pakar Herpetologi Universitas Papua mengatakan, sebenarnya di Papua Barat, sudah banyak kasus manusia diterkam buaya, bahkan terbunuh, termasuk kasus gigitan buaya di Manokwari pertengahan Mei lalu.Buaya, katanya, merupakan spesies soliter (suka menyendiri dan tertutup), tetapi soal makanan merupakan reptil sosial yang memakan mangsa bersama-sama. Perilaku-perilaku ini mempengaruhi respon buaya terhadap manusia. Jadi banyak kasus gigitan, katanya, bukan karena buaya berada di habitat manusia tetapi sebaliknya, manusia di ‘rumah’ buaya.Untuk kasus di Sorong, katanya, orang-orang di penangkaran buaya tentu mereka yang memahami perilaku satwa ini atau orang-orang terlatih. Meski begitu, katanya, bisa jadi warga sekitar merasa terintimidasi dan keberadaan penangkaran menganggu aktivitas sosial, apalagi sampai berujung korban jiwa.“Akibatnya, warga melakukan respon negatif,” katanya. “Dalam kasus di Sorong kita cukup prihatin, karena menimbulkan korban jiwa,” kata Keliopas. | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2018-039-04.json | Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Pembunuhan Ratusan Buaya di Sorong Lanjut ke Proses Hukum, Berikut Foto-foto dan Videonya | Dia mengatakan, pengelolaan penangkaran harus diawasi ketat oleh pemilik penangkaran dan pemerintah guna menghindarkan korban jiwa.“Bisa jadi ada unsur-unsur kelalaian dan keamanan yang kurang diperhatikan dengan baik oleh manajemen penangkaran dan pihak terkait,” katanya.BKSDA menyatakan, penangkaran buaya CV. Mitra Lestari Abadi, salah satu penangkaran di Papua Barat, yang mengantongi Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor: SK. 264/IV-SET/2013 tertanggal 9 Desember 2013. Itu surat perpanjangan izin usaha penangkaran buaya air tawar (Crocodylus novaeguineae) dan buaya muara (Crocodylus porossus). Mitra Lestari juga mengantongi surat keterangan tidak menimbulkan gangguan bagi manusia. Keterangan foto utama: Buaya-buaya yang mati dibantai dikumpulkan untuk dibakar lalu akan dikuburkan di lokasi penangkaran. Foto: Istimewa untuk Mongabay Indonesia [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.25, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2019-010-01.json | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | [CLS] Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama musim kemarau 2019 diberbagai wilayah di Indonesia terus terjadi. Efek dari kebakaran cukup banyak dan luas, juga memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan, ekonomi, warisan dan struktur sosial daerah pedesaan, dan juga kota terdekat maupun negara tetangga.Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), berdasarkan citra satelit landsat sampai pada bulan September 2019 ini kebakaran hutan dan lahan mencapai 857.755 hektare. Untuk lahan mineral 630.451 hektare, dan lahan gambut 227.304 hektare.Raffles B. Pandjaitan, Plt Direktur Pengendali Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Selasa (22/10/2019) menjelaskan, total luasan itu terdiri 66.000 hektare di Hutan Tanaman Industri (HTI), 18.465 hektare hutan alam, 7.545 hektare Restorasi Ekosistem (RE), dan 7.312 hektare di areal pelepasan kawasan hutan. Terbanyak di wilayah yang dikeluarkan Kementerian ATR/BPN yang sudah bersertifikat, seluas 110.476 hektare.baca : Kebakaran Hutan dan Lahan Sampai September 2019 Hampir 900 Ribu Hektar Sementara di Jawa Timur pada rentang bulan Juli dan Agustus, Walhi Jatim mencatat ada beberapa titik kawasan hutan di Jatim yang mengalami kebakaran cukup luas. Meliputi hutan di teritori Kabupaten Tuban, Bondowoso, Situbondo, Madiun, Nganjuk, Malang dan Batu. Beberapa kawasan hutan yang terbakar itu menurut Walhi Jatim keluasannya cukup masif, yaitu wilayah gunung Panderman, gunung Arjuno dan gunung Welirang. Ketiga gunung ini masuk di kawasan Malang Raya yaitu Batu, Malang, sebagian Mojokerto dan Pasuruan.Adapun, total luasan hutan yang terbakar di gunung Panderman 2.452 hektare, kemudian gunung Arjuno sekitar hampir 3.000 hektare. | [0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-010-01.json | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Walhi Jatim menilai, kebakaran hutan di provinsi terluas di Pulau Jawa ini cukup stabil, tidak ada penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2016 yang tidak ada kebakaran di beberapa kawasan hutan ini. Di tahun 2014 Walhi Jatim mencatat, kawasan hutan yang terbakar ada sekitar 4.995 hektare, kemudian di tahun 2015 meningkat menjadi 7.996 hektare, pada tahun 2016 dinilai tidak ada kebakaran di kawasan hutan.Di tahun selanjutnya, 2017 mereka mencatat ada 5.116 hektare hutan yang terbakar. Angka itu dikatakan naik kembali di tahun 2018, dengan keluasan area hutan yang terbakar sekitar 7.279 hektare. Di tahun ini, menurut Walhi Jatim ada beberapa kawasan lindung yang terbakar, yakni kawasan Taman Nasional Baluran di Situbondo dan beberapa kawasan hutan di Probolinggo dan Pasuruan.baca juga : Menyibak Problem Kebakaran Hutan dan Lahan yang Tak Kunjung Usai Lebih MurahAda banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Salah satunya yaitu pembukaan lahan yang dilakukan masyarakat petani. Selain itu, kebakaran hutan juga bisa terjadi karena olah oknum korporasi. Hingga 16 September 2019 polisi sudah menetapkan 185 tersangka perseorangan dan empat korporasi dalam kasus karhutla yang terjadi di Riau, Kalbar dan Kalteng. KLHK mengklaim, telah menyegel sebanyak 42 perusahaan yang diduga menjadi otak di balik pembakaran hutan dan lahan.Selain di Kalimantan dan Sumatra, praktik pembakaran hutan dan lahan juga terjadi di sejumlah titik di Kabupaten Lamongan, Jatim. Di Kabupaten berjuluk tahu campur ini masih banyak petani yang membersihkan lahan dengan cara membakar, baik itu di lahan pribadi maupun lahan milik Perhutani. | [0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-010-01.json | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Sujarwo salah satunya, pria kelahiran 1935 ini mengaku membersihkan lahan dengan cara membakar itu lebih mudah dan praktis. “Sebelum memasuki hujan lahan dibakar dulu, nanti kalau sudah datang musim hujan baru ditanami jagung,” ujar pria 4 anak ini saat ditemui Mongabay di lahan garapanya di Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Jatim, Selasa (29/10/2019).Hal sama juga dikatakan Suhanis (52), perempuan ini mengaku lahanya bisa lebih bersih setelah dibakar, selain itu juga tidak terlalu memakan banyak biaya dibandingkan sewa jasa orang. “Kalau memakai jasa orang paling tidak harus mempersiapkan biaya kurang lebih Rp5 juta,” kata petani penggarap lahan Perhutani ini.Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengemukakan, dari 328.724 hektare luas karhutla di tahun 2019 ini 99% terjadi karena ulah manusia.menarik dibaca : Kesiapsiagaan Masyarakat Hadapi Karhutla Rendah, Siapa Pendana Konsesi Terbakar? Solusi Saat di konfirmasi, Acep Akbar, peneliti utama Bidang Kebakaran Hutan dan Silvikultur dari Balai Peneliti dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Banjarbaru, menjelaskan ada banyak faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan.Dia menilai untuk penyebab kebakaran hutan ini sudah umum. Termasuk masyarakat perorangan, seperti warga sekitar hutan yang membuka lahan untuk berladang. Perusahaan yang tidak berizin usaha ketika membuka lahan untuk ditanami kelapa sawit. Ada juga pembakaran arsonis (yang direncanakan), atau bermotif kriminal.“Kebakaran juga bisa terjadi saat orang membuka akses untuk memanfaatkan sumber daya alam di dalam hutan. Bisa ikan, hutan, bisa hasil hutan, kayu atau lebah madu,” jelas Acep yang dihubungi Mongabay Indonesia, Selasa (05/11/2019). | [0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1111111119389534, 0.0, 0.0] |
2019-010-01.json | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Menurut dia, untuk saat ini isu yang sedang ramai yaitu kebakaran hutan di lahan gambut. Karena kebakaran di lahan mineral itu dirasa tidak menghasilkan asap tebal, pada umumnya bahan bakarnya kering, dan kadar airnya rendah. Sehingga pembakaranya dinilai sempurna, tidak menghasilkan koloid asap. Karena itu, untuk saat ini yang menjadi perhatian oleh banyak kalangan itu justru lebih kepada lahan gambut.Profesor riset bidang kebakaran hutan dan silvikultur ini melanjutkan, untuk solusinya harus ada pembinaan ke para pengguna api. Karena menurutnya, pada dasarnya manusia hanya bisa melakukan pencegahan dan pemadaman sejak dini.Jika sudah terlanjur luas, itu sudah dianggap sebagai bencana anthropogenic disasters yang dibuat oleh manusia. “Atau strategi seperti apa yang saya sebut dengan pengelolaan atau pencegahan kebakaran berbasis masyarakat sekitar hutan,” katanya.baca juga : Kala Satwa Menderita karena Kebakaran Hutan dan Lahan Menurut dia, keterlibatan masyarakat sekitar hutan sangat dibutuhkan. Seperti pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Masyarakat Peduli Api. Selain itu, juga harus ada pelatihan, fasilitas, biaya operasional secara intensif. “Saya mengusulkan, kalau misalkan dana desa dianggarkan untuk itu kan sebenarnya lebih praktis dan juga efektif,” kata pria penulis buku ‘Pemahaman dan Solusi Masalah Kebakaran Hutan di Indonesia’ itu.Lanjutnya, di masyarakat tertentu kearifan lokal dalam mencegah kebakaran hutan itu sebenarnya sudah terbentuk. Beberapa desa seperti Kalimantan Selatan, Desa Mawangi, Suku Banjar. Kemudian di Desa Loksado, Suku Dayak, di sekitar kampung mereka tidak ada kebakaran hutan. “Mereka tertib sekali, tetap membakar tetapi terkendali. Lahannya dikeringkan dulu sehingga tidak menghasilkan asap, kemudian disekat, dan mereka bergiliran, tidak serentak,” ujarnya. | [0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-010-01.json | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Terjadi, Bagaimana Solusinya? | Untuk solusi berikutnya yaitu pembuatan teknologi yang sifatnya bisa dipakai untuk lahan organik sisa-sisa kebakaran seperti tunggak kayu. Teknologi itu harus bisa digunakan untuk membuat bahan yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. “Kalau misalkan itu bisa dimanfaatkan, saya yakin pembakaran yang biasa dilakukan akan berkurang, tapi sekali lagi itu juga harus didukung dengan sistem pemasaran, lebih-lebih bisa sampai ekspor,” pungkasnya.. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2023-005-02.json | Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | [CLS] Burung flamingo begitu mudah dikenali. Lehernya membentuk huruf S, badan ramping, dengan kaki panjang. Paruhnya melengkung ke bawah dengan ujung berwarna hitam. Warna bulunya merah muda.Burung ini sangat populer terutama di Amerika. Patungnya banyak dipakai sebagai ornamen taman. Itu semua berkat karya seniman Don Featherstone yang mendapat hadiah Ig Nobel pada 1996 untuk bidang seni. Ig Nobel yang diselenggarakan di Universitas Harvard itu merupakan parodi dari penghargaan Nobel.Flamingo memang burung mengagumkan. Bukan saja karena keindahan bulunya, namun juga keunikan perilakunya. Sudah lama burung ini mengundang penasaran dan menjadi objek penelitian para ahli. Belum lama ini misalnya, peneliti berhasil menjelaskan mengapa flamingo suka berdiri satu kaki, bahkan saat tidur.Penelitian tersebut mendapati bahwa sendi kaki flamingo memiliki posisi istirahat terkunci selama berdiri satu kaki, sehingga lebih sedikit energi yang dikeluarkan. Peneliti juga menggunakan flamingo yang sudah mati untuk mengungkap rahasia ini. Hasilnya, bisa berdiri satu kaki tanpa bantuan sama sekali, fenomena yang dinamakan berdiam gravitasional pasif.Baca: Mengapa Burung Flamingo Sering Berdiri Satu Kaki? Warna merahFlamingo berasal dari Bahasa Spanyol dan Latin flamenco, yang berarti api. Ini merujuk warna merah bulunya. Meski kenyataannya, tidak semua jenis flamingo berwarna merah karena ada pula yang oranye.Burung flamingo juga bisa menari. Terutama saat mencari pasangan. Sang jantan akan menari dengan gerakan maju mundur atau ke samping secara teratur dengan leher tegak bersama. Jika betina terkesan dengan gerakan itu, dia akan menjadikannya pasangan seumur hidup.Saat menetas dari telur, anak flamingo berwarna abu-abu. Lantas mengapa bulunya saat dewasa menjadi merah muda? | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2023-005-02.json | Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | Ini karena pengaruh dari yang mereka makan. Seperti diketahui, makanan di alam mengandung pewarna alami yang membuatnya berwarna kuning, oranye, atau merah. Namanya carotenoid. Nah, zat ini juga terdapat pada aneka makanan yang dikonsumsi flamingo.Baca: 10 Jenis Burung dengan Paruh Menakjubkan Flamingo termasuk pemakan segala atau omnivora. Selain tumbuhan, dia juga makan makan daging, molusca [hewan lunak], crustacea [udang], dan ikan kecil. Semakin banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pigmen merah, semakin merah pula warna bulunya.Ini juga menjelaskan mengapa flamingo di daerah kaya makanan warnanya lebih merah dibanding kawanan yang hidup di kawasan sedikit makanan. Ini dikarenakan tingkat kandungan carotenoid pada hewan dan tumbuhan di beberapa wilayah di dunia juga berbeda.Sehingga, spesies flamingo yang mendiami daerah tersebut memiliki warna yang berbeda dibanding spesies flamingo lain. Saat flamingo berhenti makan makanan yang mengandung carotenoid maka bulu baru yang tumbuh akan berwarna lebih pucat.Baca juga: Mengapa Beberapa Jenis Burung Memiliki Kecerdasan Luar Biasa? Penelitian terbaru memperlihatkan, flamingo dengan warna merah lebih cerah cenderung lebih sehat dan mudah mendapatkan pasangan.Paul Rose, seorang pakar perilaku ekologis pada University of Exeter, United Kingdom, mengatakan bahwa warna memainkan peran penting dalam hubungan sosial satwa ini.Baik jantan maupun betina cenderung memilih pasangan berwarna lebih terang. Warna merah muda menjadi penanda bahwa seekor flamingo berbadan sehat dan fit. Laporan dalam jurnal Ethology itu menyebutkan, semakin terang warnanya juga semakin agresif. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2023-005-02.json | Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | Mengapa Bulu Burung Flamingo Merah Muda? | Rose dan rekan membuat 210 video, masing-masing berdurasi 1 menit yang merekam aktivitas 45 burung flamingo di WWT Slimbridge Wetland Centre, Gloucestershire, England. Mereka membuat rangking warna burung dan perilaku yang ditunjukannya. Peneliti menemukan, flamingo yang lebih terang cenderung agresif dan mudah menantang berkelahi.Di dunia ada enam spesies flamingo. Empat spesies menyebar di Amerika, dan dua spesies di Asia, Eropa, dan Afrika. Keenam spesies itu adalah Flamingo Greater [Phoenicopterus roseus], Flamingo Chile [Phoenicopterus chilensis], Flamingo Lesser [Phoeniconaias minor], Flamingo Andes [Phoenicoparrus andinus], Flamingo James [Phoenicoparrus jamesi], dan Flamingo Amerika atau Karibia [Phoenicopterus ruber].Flamingo menyukai daerah hangat dan lembab, sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Di Asia, flamingo bisa ditemukan di India, Iran, Uni Emirat Arab. Di Eropa, flamingo ada di Spanyol, Italia, dan Prancis. Sementara di Afrika, tersebar di Kenya, Tanzania, Botswana. Di Indonesia, flamingo hanya bisa dilihat di kebun binatang. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-010-01.json | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | [CLS] “Pembangunan besar-besaran era Presiden Jokowi tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon atau atas nama deforestasi.” Begitu bunyi cuitan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, dalam akun Twitter-nya.Publik patut tercengang dengan komentar Siti Nurbaya Bakar pada 3 November lalu itu. Menteri yang seyogyanya bertugas menjaga hutan dan kealamian alam malah terkesan mendukung pembangunan skala besar yang berpotensi merusak lingkungan hidup.Logika tidak lazim tentu dari seseorang yang didaulat sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bagaimana bisa menteri yang memiliki fokus kerja melakukan pengendalian atas pencemaran-kerusakan lingkungan dan pengendalian terhadap perubahan iklim, larut dalam wacana dekonstruksi alam atas nama pembangunan?Pernyataaan itu menggambarkan seolah-olah memang sudah semestinya pembangunan harus jadi prioritas dan alam dikesampingkan. Alih-alih sebaliknya. Destruksi kapitalisme Sang menteri lupa, kehidupan manusia bersumber dari alam. Tanpa alam manusia bisa apa? Air minum dari alam, oksigen dari alam, pangan dari alam, bahkan kalau merunut kerangka penciptaan manusia, manusia terbentuk dari rantai makanan yang bersumber dari alam. Itu semua merupakan bukti betapa penting alam dalam eksistensi kehidupan manusia. Jadi, sudah semestinya alam menjadi prioritas utama dalam proyeksi pembangunan ekonomi, bukan sebaliknya. Alam ini bukan sepenuhnya milik manusia. Hewan-hewan perlu tempat untuk hidup, tanaman butuh lahan untuk tumbuh.Ruang pikir yang terkungkung dalam fatamorgana ekonomi kapitalisme lewat visualisasi gedung-gedung menjulang dan tol panjang berjuta-juta kilometer yang tampak dalam pembangunan jor-joran era ini, ditambah keyakinan besar itu semua merupakan simbol kesejahteraan, sudah sepenuhnya salah.Kapitalisme mendorong produktivitas ekonomi tanpa batas hingga mengorbankan alam sampai habis ke akarnya merupakan ilusi kesejahteraan yang menyesatkan. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-010-01.json | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Mari sejenak membayangkan semesta ini tergantikan oleh beton-beton megah nan mewah. Cerobong pabrik dengan asap hitam pekat dan aspal-aspal panas yang membentang jauh terhampar dengan dalih pembangunan untuk kesejahteraan. Kita tidak bisa hidup dalam semesta seperti itu. Alam sejak dulu sudah menyediakan apa yang kita butuhkan sebelum revolusi industri mengubah perilaku manusia menjadi makin tamak.Mengejar pembangunan ekonomi tanpa mengharmonisasikan dengan alam justru hanya akan menciptakan kehancuran. Kiamat semesta tercipta karena ulah manusia itu sendiri. Seperti disampaikan Stephen Hawking dalam sebuah tulisan di The Guardian pada 2016, “mungkin dalam beberapa ratus tahun kita akan membangun koloni manusia di antara (tengah) bintang-bintang, tapi saat ini kita hanya memiliki satu planet, kita perlu bekerja sama untuk melindunginya.”Komentar ini Hawking tujukan untuk mengkritisi kerusakan lingkungan karena eksploitasi sumber daya alam besar-besaran, yang terkonsentrasi hanya pada segelintir orang. Yang secara bersamaan juga menyebabkan ketimpangan sosial ekstrem, dimana masyarakat kelas kaya dengan aset membumbung hingga jomplang dibandingkan akumulasi kepemilikan harta orang-orang miskin.Bagi Hawking, saat ini merupakan momen paling kritis umat manusia dengan tantangan paling sulit adalah bagaimana menghadapi perubahan iklim, (mengatasi berkurangnya) produksi pangan, ada kelebihan populasi, penipisan varian spesies, muncul penyakit epidemik serta pengasaman laut.Semua itu terjadi lagi-lagi karena ulah manusia yang serakah – tak terkontrol untuk terus menimbun kekayaan secara maksimal. Ekososialisme, solusi arah pembangunanBelajar dari fenomena itu, maka kapitalisme ekonomi tanpa batas sebenarnya bukanlah kunci kesejahteran, justru pembuka jalan menuju kehancuran. Kapitalisme sarat dengan logika akumulasi untung besar (nilai tukar) hingga melupakan esensi hidup sesuai kebutuhan (nilai guna). | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-010-01.json | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Dampaknya, alam tak dihiraukan. Untuk itu, tipikal pembangunan ekonomi yang harmoni bersama alam adalah pembangunan yang bersandar pada ekososialisme. Ekososialisme menurut James O’connor merupakan sebuah gerakan sekaligus teori yang berupaya mendegradasi dan menggantikan logika nilai tukar menjadi nilai guna. Hingga produksi ekonomi berlandaskan hanya kepada kebutuhan sosial (bukan akumulasi rente individualisme) dengan berdasarkan persyaratan perlindungan pada lingkungan sekitar (Michael Lowy, What is Ecosocialism). Tujuan ekososialisme itu adalah membangun masyarakat sadar lingkungan dengan berpegang pada kontrol demokrasi, terwujud kesetaraan sosial, dan infiltasi prinsip kerja ekonomi berdasarkan nilai guna.Menurut Michael Lowy, secara intrinsik, rasionalitas kapitalisme yang menitikberatkan profitabilitas ekonomi dan persaingan sengit nyatanya sangat bertolak belakang dengan rasionalitas ekologis yang memperhitungkan keseimbangan alam.Ekososialisme merupakan sebuah prinsip hidup bersama antar masyarakat yang menganut nilai demokratis atas asas koeksistensi manusia dan alam. Realita pembangunanTanpa bersandar pada ekososialisme, pembangunan hanya menjadi tameng rente belaka, di mana wujud pembangunan besar-besaran “belum tentu” menyasar rakyat sebagai tujuan utama pembangunan. Faktanya, berbagai suara penolakan pembangunan di tanah-tanah adat, misal, soal Waduk Lambo di Nagekeo dan geothermal Wae Sano di Manggarai Barat, tidak mendapat respon berarti dari pemerintah (Mongabay, 16/10/21). | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-010-01.json | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Mengabaikan suara rakyat dalam proses pembangunan berarti menyimpan kepentingan elit dan oligarki di sana. Hingga kita selalu melihat pembangunan bersifat destruktif. Hutan terbabat habis, laut tercemar, gunung dikeruk, tanah adat tereksploitasi. Tambah lagi, proses pembangunan tanpa pelibatan publik maka tak aneh kalau banyak proyek pemerintah terbengkalai. Karena ia tak bersumber dari aspirasi dengan skema kebijakan demokratis seperti tercermin dalam pembangunan ekososialisme – yang mengharuskan peran serta rakyat-melainkan hanya investasi kapitalisme yang memuaskan kantong-kantong oligark semata.Sekalipun memang ada niat baik pemerintah guna mengejar pertumbuhan ekonomi di sana. Pertanyaannya, siapa yang lebih diuntungkan atas itung-itungan pembangunan macam itu?Data BPS mengejutkan. Angka kemiskinan per Maret 2021 masih besar, mencapai 27,54 juta orang, naik 1,12 juta orang dari 2020. Sedang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021, tumbuh 7,07% (Detik, 5/8/21). Ketidaksesuaian antara angka pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan harus dicermati dengan seksama. Tak lain ada yang salah dalam format pembangunan ekonomi kita. Kita harus selalu pegang kata-kata Federico Demaria, ekonom ekologi dalam tulisannya “Why Economic Growth Is Not Compatible With Environmental Sustainability.”Dia mengatakan, pertumbuhan GDP ekonomi bukanlah penentu satu-satunya ukuran kesejahteraan (hidup yang baik), karena sebenarnya, angka harapan hidup tinggi itu berasal dari wujud lingkungan sehat (angka karbon rendah) bukan dari pendapatan tinggi. Investor VS rakyat | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0] |
2021-010-01.json | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Salah Kaprah dan Konsep Ekososialisme | Ironi pembangunan yang membabat habis alam tengah terjadi lambat laun akan menjadi petaka bagi kita. Siapa yang paling rugi atas peristiwa itu? Tentu rakyat. Rakyat tidak lagi memiliki sungai bersih untuk sekadar berlibur, atau pantai indah tempat mereka berpiknik bersama keluarga, atau gunung sebagai tempat biasa mencari hasil hutan. Rakyat hidup dengan banjir, longsor, dan menderita berbagai penyakit saluran pernapasan.Sisi lain, para investor pembangunan yang merusak alam, hidup di tempat-tempat mewah dan bersih, plesiran ke tempat-tempat nan indah dengan panorama alam masih asri. Mereka berlibur menikmati keindahan alam dan menghirup udara segar. Mereka jauh dari hingar bingar industri dan debu debu bukit yang diruntuhkan.Paradoks nyata ini terpampang di depan mata dan kadang kita tidak menyadari. Saat alam rusak, rakyat kecil yang pertama kali merasakan dampak… Penulis: Ahmad Nurcholis adalah master politik internasional di Universitas Shandong, China dengan fokus pada isu politik, ekonomi pembangunan, lingkungan dan hubungan internasional. Tulisan ini merupakan opini penulis. ******Foto utama: Perusahaan yang membuka kebun sawit dan berkonflik lahan dengan masyarakat adat Laman Kinipan di Kalteng. Hanya demi ‘pembangunan’ deforestasi dan masalah sosial muncul tak masalah? Benarkah? Foto: Safrudin Mahendra-Save Our Borneo [SEP] | [0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0] |
2018-017-20.json | Perburuan Walabi Marak di Merauke | Perburuan Walabi Marak di Merauke | [CLS] Perburuan kangguru atau walabi di Merauke, Papua, mengkhawatirkan. Berburu bukan lagi untuk konsumsi sendiri tetapi sudah diperdagangkan di pasaran. Fremensius Obe Samkakai, tokoh masyarakat Marind, sedih menyaksikan kangguru (walabi) atau nama lokal saham, marak diburu untuk dagangan di Merauke.Dia minta, perburuan satwa ini dihentikan. Obe khawatir, kalau terus menerus diburu, walabi akan punah.Bagi sebagian orang Marind saham ini sebagai totem atau hewan suci, terutama klen Samkakai. Dalam adat Marind , walabi biasa jadi penutup kandara atau tifa.Dia bilang, sebagai totem seharusnya satwa ini terjaga bukan jadi buruan. Apalagi, katanya, kangguru satwa dilindungi dan logo Pemerintah Merauke.“Ini aset bangsa,” katanya. Untuk itu, katanya, perlu kesadaran semua untuk menghargai satwa endemik seperti saham ini.Irwan Effendi, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Merauke mengatakan, pemburuan membuat saham makin berkurang di alam. Terlebih setelah akses Jl. Trans Papua, ada, perburuan makin menggila.Satwa endemik Papua ini, katanya, memang jadi satu sumber protein bagi warga. Namun, katanya, tradisi Marind berburu dengan alat tradisional seperti panah, dan parang, dan untuk keperluan sendiri. Kalau sudah berburu, lalu daging dijual ke pasar, katanya, bisa membahayakan keberlangsungan satwa ini.Walabi, katanya, satwa dilindungi tetapi masyarakat lokal masih bisa memanfaatkan secara tradisional. “Jangan terlalu banyak sampai mengancam mereka dan keseimbangan alam.”Dia bilang, satwa dilindungi ini bisa ditemukan di beberapa hutan konservasi seperti Cagar Alam Bupul, Suaka Marga Satwa Mbian dan Taman Nasional Wasur.“Kami bertugas melindungi satwa ini dari pemburu asing yang biasa membunuh satwa walabi,” katanya.Dia mengajak semua pihak mengawasi perburuan satwa ini. Tak bisa hanya mengandalkan BKSDA, karena personil polisi hutan terbatas, bisa dihitung dengan jari. | [0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2018-017-20.json | Perburuan Walabi Marak di Merauke | Perburuan Walabi Marak di Merauke | “Hentikan perburuan ilegal untuk dijual. Semua harus sadar. Satwa ini totem Samkakai,” katanya. Ronny Tethool WWF Indonesia, Kantor Merauke, mengatakan, walabi jadi kebanggaan orang Merauke. Satwa ini ikon Merauke.Saham biasa hidup berkelompok dan tak suka kebisingan alias sangat terganggu dengan bunyi.Saat savanna habis, dan tumbuh rumput baru, kala itulah pakan mereka tersedia lagi. Satwa ini, katanya, sangat takut rumput terbakar, bila teganggu pasti mereka pindah.Saham sulit perkembangan biak. Mamalia berkantong ini saat melahirkan akan membiarkan anak dalam kantong untuk mendapatkan asupan susu. Bagi betina yang sudah beranak satu, misal, belum tentu semasa hidup punya anak lagi.“Cara membedakan betina, tinggal menghitung putingnya saja dan ada kantong.” Sebenarnya, kata Ronny, kalau walabi terjaga, bisa jadi obyek ekowisata tetapi dalam kondisi alami bukan buatan manusia. Bila kandang buatan manusia, katanya, harus ada izin dari BKSDA.Dengan ekowisata, katanya, bisa membantu mata pencarian masyarakat, salah satu jadi pemandu wisata. “Misal, mereka menjelaskan seputar kangguru, masa hamil dan membesarkan anak, kangguru itu apa, bagaimana perkembangbiakan, pola hidup. Pakan bagaimana,” katanya.Donald Hutasoit, Kepala Balai Taman Nasional Wasur, menyesalkan, pihak-pihak yang memburu satwa ini hingga populasi terancam.Kearifan lokal Marind, sebenarnya mengatur, pemanfaatan terbatas satwa ini, misal, kapan berburu, usia, berapa banyak, larangan bunuh betina. Tampaknya, hal ini mulai luntur, katanya, mereka banyak berburu tanpa tradisi adat lagi.Bilang satwa ini diburu, harus memakai alat tak sembarang, secara tradisonal seperti panah dan busur, parang. Orang dari luar, katanya, memiliki kemampuan senjata angin untuk membunuh satwa bahkan jadi pajangan di media sosial. | [0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2018-017-20.json | Perburuan Walabi Marak di Merauke | Perburuan Walabi Marak di Merauke | Keterangan foto utama: Kala hutan Papua, terbabat jadi sawit, di manakah kangguru pohon ini bisa tinggal? Mereka menanti kepunahan…Foto dari laporan Mighty, SKP-KAM Merauke, Yayasan Pusaka, dan Federasi Eropa untuk Transportasi dan Lingkungan dan Federasi Korea untuk Gerakan Lingkungan. [SEP] | [0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0] |
2016-095-12.json | Amphipoda, Satwa Mungil dari Bawah Laut | Amphipoda, Satwa Mungil dari Bawah Laut | [CLS] Nama seperti lumba-lumba, paus, anjing laut, ikan clownfish atau nemo mungkin akrab di telinga anda, atau bahkan anda telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Tetapi pernahkah anda mendengar atau bahkan melihat hewan laut yang bernama amphipoda ?Amphipoda adalah krustasea malacostracan tanpa karapas dengan badan lateral terkompresi. Kebanyakan amphipod ini mempunyai ukuran yang cukup kecil, yaitu antara 1-340 milimeter, meski ada yang berukuran cukup besar.Ada lebih dari 9.500 spesies amphipoda yang diketahui, dan kebanyakan adalah hewan laut, walaupun juga ditemukan di hampir semua lingkungan perairan. Beberapa spesies, yaitu sekitar 1.900 hidup di air tawar, dan bahkan ada juga yang termasuk hewan darat dan sandhoppers seperti Talitrus saltator.Tubuh sebuah amphipod dibagi menjadi 13 segmen, yang dapat dikelompokkan ke dalam kepala, dada dan perut. Kepala menyatu dengan dada, dan terdapat dua pasang antena dan sepasang mata majemuk sessile, dan bagian mulutnya sebagian besar tersembunyi di bawah kepala.Thoraks dan abdomen biasanya cukup berbeda dan terdapat berbagai jenis kaki. Thoraks ini terdapat delapan pasang pelengkap uniramous, yang pertama digunakan sebagai aksesori mulut, empat pasang berikutnya diarahkan ke depan, dan tiga pasang terakhir yang diarahkan ke belakang. Penyerapan dan ekskresi garam dikendalikan oleh kelenjar khusus antena.Perut dibagi menjadi dua bagian yaitu pleosome yang terdapat kaki berenang dan urosome, yang terdiri dari telson dan tiga pasang uropods yang tidak berbentuk kipas ekor, seperti yang terdapat pada hewan udang kebanyakan.Amphipod biasanya berukuran kurang dari 10 milimeter panjangnya, tapi amphipods terbesar yang pernah hidup dan tercatat mempunyai panjang 28 cm dan ini difoto pada kedalaman 5.300 meter di Samudera Pasifik. Dan ada pula sampel dari Samudera Atlantik dengan panjang yang 34 cm telah ditetapkan untuk spesies yang sama, yaitu Alicella gigantea. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2016-095-12.json | Amphipoda, Satwa Mungil dari Bawah Laut | Amphipoda, Satwa Mungil dari Bawah Laut | Sedangkan amphipod terkecil diketahui panjangnya kurang dari 1 milimeter .Ukuran amphipod ini dibatasi oleh ketersediaan oksigen yang terlarut, dan ini membuat amphipoda di Danau Titicaca, yang berada di ketinggian 3.800 meter hanya bisa tumbuh hingga 22 milimeter saja, ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan panjang amphipod dari Danau Baikal yang berada di ketinggian 455 meter di atas permukaan air laut yang bisa mencapai panjang 90 milimeter.Betina dewasa mempunyai kantong di perutnya yang berisi telur yang akan dibuahi oleh jantan dewasa. Persentase kematian telurnya adalah sekitar 25 – 50%. Amphipod tidak mempunyai tahap larva, telur yang menetas langsung dalam bentuk remaja, dan kematangan seksual umumnya tercapai setelah mengalami 6 kali moulting.Amphipod ditemukan dihampir semua lingkungan perairan, dari air tawar sampai air yang mempunyai kadar salinitas yang sangat tinggi. Mereka merupakan komponen penting dari ekosistem perairan, sering bertindak sebagai mesograzers. Sebagian besar spesiesnya ada di sub ordo Gammaridea yang epibenthic, meskipun mereka sering juga dikelompokan ke dalam sampel plankton, dan anggota Hyperiidea dari semua planktonik dan kelautan.Sejumlah 1.900 spesies, atau 20% dari total keragaman amphipoda, hidup di air tawar atau air non-laut lainnya. Terutama kaya fauna endemik amphipod yang ditemukan di Danau Baikal kuno dan perairan cekungan Laut Kaspia.Sekitar 750 spesies dalam 160 marga, dan 30 keluarga yang tergolong troglobitic, ditemukan di Mediterania Basin, Amerika tenggara Utara dan Karibia.Dalam populasi yang ditemukan di ekosistem bentik, amphipod memainkan peran penting dalam mengendalikan pertumbuhan ganggang coklat. Perilaku mesograzer dari amphipod sangat berkontribusi terhadap penyebaran alga coklat yang mendominasi ditambah dengan tidak adanya predator amphipod. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2016-095-12.json | Amphipoda, Satwa Mungil dari Bawah Laut | Amphipoda, Satwa Mungil dari Bawah Laut | Dibandingkan dengan kelompok krustasea lainnya, seperti Isopoda, Rhizocephala atau Copepoda, relatif hanya sedikit amphipoda yang menjadi parasit bagi hewan lain. Contoh yang paling terkenal dari amphipod yang menjadi parasit adalah kutu ikan paus (keluarga Cyamidae), tidak seperti amphipod yang lainnya , ini adalah dorso-bagian perut rata, dan memiliki badan besar dan cakar yang kuat. mereka menempel paus balin. Mereka adalah satu-satunya krustasea parasit yang tidak bisa berenang selama setiap bagian dari siklus hidup mereka.Kebanyakan amphipods yang detritivores, dan beberapa menjadi grazers alga, omnivora atau predator serangga kecil dan krustasea. Makanannya digenggam dengan bagian depan dua pasang kaki, yang dipersenjatai dengan cakar besar. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-018-07.json | Seekor Paus Terdampar Lagi di Pantai Selatan Jawa | Seekor Paus Terdampar Lagi di Pantai Selatan Jawa | [CLS] Seekor paus terdampar lagi di pantai selatan Jawa. Peristiwa ini terjadi duahari lalu di Pantai Santolo, Garut, 19 September 2012. Hiu paus ini sudah terlihat oleh para nelayan sejak Selasa, 18 September malam di perairan terdekat, dan pagi harinya ditemukan oleh para nelayan sudah terdampar di pantai.Mamalia besar berukuran sekitar 15 meter ini diduga terhempas dan terhimpit karang di pantai selatan. Menurut laporan dari Tempo.co, bagian tubuh paus ini mengalami luka lecet. Paus berbobot sekitar 7 ton ini kemungkinan sedang mencari makan, karena banyaknya plankton dan berbagai ikan kecil di sekitar pantai Santolo tersebut. Paus ini masih berada di pantai dan menjadi tontonan warga setempat.Paus yang telah menjadi bangkai ini belum ditindaklanjuti oleh aparat setempat. Warga lokal, tidak mengonsumsi bangkai paus ini. “Masyarakat di garut ini beda dengan daerah lain, mereka tidak memanfaatkan daging paus, jadi dibiarkan utuh,” ungkap Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kebupaten Garut, Lukman Nurhakim kepada Merdeka.com.Kasus terdamparnya paus di pantai Jawa ini adalah yang keempat kalinya sejak dua bulan terakhir. Sebelumnya di bulan Agustus, seekor paus terdampar di pantai utara Jawa, di wilayah Karawang dan sempat diselamatkan sebelum akhirnya mati di perairan Bekasi. Selang beberapa hari kemudian, dua ekor paus terdampar di perairan Yogyakarta.Menurut Juswono Budisetiawan, S.Si, M.Sc, Peneliti Lingkungan Pesisir dan Laut, Pusat Studi Sumber Daya dan Teknologi Kelautan, Universitas Gajah Mada mengatakan, kematian paus di pantai Selatan Jogja dimungkinkan karena beberapa faktor. Pertama, paus termasuk mamalia yang selalu melakukan migrasi dan sudah memiliki jalur tetap ketika melakukan migrasi. Kemungkinan, pengaruh dari kenaikan permukaan air laut sehingga ada perubahan jalur migrasi. | [0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2012-018-07.json | Seekor Paus Terdampar Lagi di Pantai Selatan Jawa | Seekor Paus Terdampar Lagi di Pantai Selatan Jawa | Pada prinsipnya jalur migrasi mereka menggunakan tanda alam yang ada di laut itu sendiri dan tidak akan berubah untuk waktu lama, selama tidak ada pengaruh besar yang mengubahnya. Kedua, sebagai pemakan Plankton, paus dalam migrasi ada kepentingan untuk mengejar dan mendapatkan makanannya yang berada di jalur migrasi itu. Sehingga ada indikasi ketika mereka mengejar makanan yang keluar jalur tersebut sehingga terbawa arus ombak. Ketiga, pengaruh faktor perubahan iklim, Ikan paus biasanya mencari lokasi yang aman dan nyaman untuk melakukan kawin untuk waktu yang lama. Sehingga mereka keluar dari jalur migrasi untuk kawin dan mereka membesarkan anak mereka.“Sehingga dimungkinkan faktor minor seperti perubahan iklim yang membuat paus tersebut kesulitan menemukan tempat kawin dan selain itu faktor pengaruh kenaikan permukaan air laut, menyebabkan hiu keluar dari jalur migrasi mereka hingga terbawa arus ombak,” tambah Juswono kepada Mongabay Indonesia. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5] |
2019-003-11.json | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | [CLS] Wacana untuk melegalkan pengiriman benih lobster (BL) ke luar Indonesia melalui jalur ekspor, mendapat penolakan keras dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA). Rencana tersebut, meski diklaim bertujuan bagus untuk menghentikan aksi penyelundupan BL, tetapi dinilai sebagai rencana yang tidak masuk akal.Pernyatan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal KIARA Susan Herawati menanggapi isu yang berkembang dalam beberapa hari terakhir tentang rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengizinkan ekspor BL.Menurut dia, jika wacana ekspor BL berhasil diwujudkan, maka itu akan berdampak negatif bagi perekonomian nasional dan bukan sebaliknya, yakni memberikan dampak positif. Untuk itu, KIARA mendesak agar rencana tersebut bisa segera dihentikan dan menggantinya dengan rencana lain yang lebih baik dan bermanfaat untuk publik.“Alasannya, hal itu akan mendorong eksploitasi sumberdaya perikanan di perairan Indonesia semakin tidak terkendali,” ucapnya di Jakarta, Rabu (18/12/2019).baca : Pro dan Kontra Pelegalan Jual Beli Benih Lobster Bagi KIARA, kebijakan larangan ekspor BL yang selama ini sudah dijalankan oleh KKP, menjadi kebijakan yang tepat dan patut mendapatkan apresasi dari semua pihak. Terlebih, selama kebijakan tersebut dijalankan, devisa Negara yang berhasil diselamatkan nilainya mencapai Rp635,59 miliar yang berasal dari 6.669.134 BL.“Itu terjadi selama periode 2014 sampai 2018,” tuturnya.Susan mengatakan, agar rencana tersebut bisa diwujudkan, Edhy Prabowo bahkan disebut akan melaksanakan revisi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.56/2016 tentang Larangan Penangkapan dan atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, dan Rajungan dari Indonesia. Rencana itu, dinilai tidak perlu dilakukan karena KKP masih memiliki tugas lain yang tak kalah penting. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-003-11.json | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Meski berdampak bagus, tetapi Susan menilai, penerbitan Permen tersebut tidak diikuti dengan skema transisi yang jelas. Akibatnya, pasca diterbitkan Permen, timbul masalah yang besar karena masih banyaknya pembudi daya lobster yang terjebak dalam situasi tersebut dan tidak bisa beralih profesi dengan proses yang cepat.Bagi Susan, kekurangan seperti itu harus bisa diperbaiki oleh Edhy sebagai Menteri KP untuk lima tahun mendatang. Dengan cara seperti itu, maka Pemerintah sudah melaksanakan pembangunan keberlanjutan sumber daya perikanan dengan memastikan manfaat yang besar untuk perekonomian Indonesia bisa diwujudkan.“Bukan justeru sebaliknya membuka keran ekspor benih lobster yang jelas akan berdampak bagi keberlanjutan sumber daya perikanan sekaligus perekonomian Indonesia,” tegasnya.baca juga : Sebanyak Rp1,37 Triliun Potensi Kerugian Negara Diselamatkan Dari Penyelundupan Benih Lobster Bukan SolusiOleh karena itu Susan berpendapat, jika KKP memiliki tujuan ingin memberantas praktik penyelundupan BL dari berbagai wilayah Indonesia ke negara tujuan seperti Singapura dan Vietnam, maka yang harus dilakukan adalah dengan memberantas praktik tersebut sampai ke akarnya.Sementara, jika tujuan itu dilakukan dengan membuka jalur ekspor secara langsung, maka diyakini akan memicu kontraproduktif di masyarakat. Dengan demikian, dari pada terus membangun wacana ekspor BL yang jelas kontra produktif, Edhy Prabowo sebaiknya fokus untuk memastikan keberlanjutan sumber daya perikanan Indonesia tetap terpelihara selama tiga bulan pertama masa kerjanya.“Baik ketegasan hukum dalam pemberantasan penyelundupan, mau pun pemberdayaan ekonomi nelayan,” pungkasnya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.20000000298023224, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-003-11.json | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Sebelumnya, pada Senin (16/12/2019), Menter KP Edhy Prabowo menyatakan bahwa rencana penerbitan izin untuk melaksanakan ekspor BL, sampai saat ini masih sebatas wacana yang terus dikaji. Wacana tersebut muncul, karena Pemerintah ingin menyelamatkan sumber daya lobster yang ada di lautan dan sebelumnya dieksploitasi untuk kemudian diselundupkan ke negara lain.Tetapi, melakukan pelarangan untuk tidak memanfaatkan BL secara langsung, menurut Edhy juga bukan merupakan kebijakan yang tepat. Mengingat, sampai sekarang ada banyak nelayan di Indonesia yang masih memanfaatkan BL sebagai mata pencaharian mereka.“Untuk itu, kita kaji dan merumuskan ulang peraturan terkait hal ini, bersama para stakeholder dan ahli-ahli,” ungkapnya.perlu dibaca : Sampai Kapan Penyelundupan Benih Lobster Terus Terjadi? Melalui pembahasan dan kajian dengan melibatkan para pakar dan praktisi, Edhy berharap akan muncul kebijakan perdagangan BL yang tepat dan bisa tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan untuk menjaga laut dan sumber daya ikan yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, ada keseimbangan antara mata pencaharian dengan kelestarian lingkungan.Berdasarkan komunikasi yang sudah dilakukan dengan para ahli, Edhy mengklaim bahwa tingkat kelulushidupan (survival rate/SR) BL saat berada di alam sampai mencapai usia dewasa hanya mencapai 1 persen saja. Hasil riset tersebut dipublikasikan sebelumnya oleh Carribean Sustainable Fisheries dan Australian Center for International Agriculture Research.Di sisi lain, Edhy menyebutkan, upaya untuk melaksanakan pelestarian lingkungan di sekitar lokasi habitat BL, juga harus mempertimbangkan keberlangsungan hidup masyarakat yang selama ini masih bergantung pada pemanfaatan BL untuk mendapatkan penghasilan. Untuk itu, harus ada kebijakan yang tepat agar pemanfaatan BL bisa berjalan baik. Legalisasi | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-003-11.json | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Dari sekian banyak opsi yang sudah didiskusikan dengan para pakar, Edhy mengatakan bahwa opsi legalisasi pembesaran BL dan ekspor BL menjadi opsi yang paling mengemuka. Akan tetapi, dia memastikan kalau opsi tersebut sampai sekarang masih dipelajari lebih dalam dan belum diputuskan menjadi kebijakan yang tetap.“Ada opsi untuk ekspor, apakah solusi itu benar? Apakah tepat ekspor 100 persen? Saya tidak akan setuju kalau mau tanya sikap saya. Saya maunya dibesarkan 100 persen di Indonesia, karena itulah potensi kita dan akan mendapatkan nilai tambah yang besar,” tegasnya.baca juga : Benih Lobster Senilai Lebih Rp 5 Milyar Hendak Diselundupkan ke Vietnam Menurut Edhy, dengan fakta SR yang sangat rendah, maka jika tidak dilaksanakan pembesaran, BL berpotensi akan mengalami kematian. Sementara, jika dibesarkan, maka BL akan berpotensi memiliki SR hingga mencapai 70 persen, walau diakuinya ada juga yang kisarannya mencapai 40 persen.Akan tetapi, sekali lagi Edhy menegaskan bahwa prinsip yang paling penting dalam pemanfaatan BL adalah bagaimana untuk mempertahankan para pencari nafkah tidak kehilangan mata pencahariannya. Selama ini, pemanfaatan BL dilakukan oleh nelayan pengambil BL dan nelayan penangkap lobster dewasa.“Kedua profesi nelayan ini harus bisa hidup berdampingan, tanpa kehilangan mata pencahariannya. Dua sisi mata pedang ini harus saya temukan dalam satu kesempatan yang sama,” sebutnya.Untuk memastikan kelangsungan lobster di alam, Edhy mengungkapkan kalau KKP saat ini sudah menerapkan beberapa aturan untuk pembesaran BL. Di antara aturan itu, adalah mewajibkan pelaku pembesaran BL untuk mengembalikan sedikitnya 5 persen hasil dari pembesaran BL untuk dikembalikan ke alam.“Kelulushidupan BL di alam akan meningkat dari 1 persen menjadi sedikitnya 5 persen,” tutur dia. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.5, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2019-003-11.json | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Adakah Cara Lain Pemanfaatan Benih Lobster, Selain Ekspor? | Selain melalui metode tersebut, Edhy menyebutkan upaya untuk mempertahankan lobster di alam adalah dengan menjaga wilayah perairan dari praktik penangkapan ikan dengan cara merusak (destruktif). Praktik seperti itu, biasanya akan melibatkan bahan kimia yang berbahaya seperti sianida dan akan mengakibatkan kerusakan pada ekosistem perairan laut, terutama pada terumbu karang.“Intinya adalah dalam langkah satu kebijakan yang akan kami ambil harus mempertimbangkan aspek ekonomi, tetap mempertahankan lapangan pekerjaan yang dulunya ada agar tetap ada, dan menghasilkan devisa negara, namun lingkungannya juga terjaga,” pungkasnya. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2012-025-04.json | Singkawang Canangkan Sekolah Harmoni Hijau | Singkawang Canangkan Sekolah Harmoni Hijau | [CLS] KOTA Singkawang, Kalimantan Barat, sudah dikenal dengan Kota 1001 Kelenteng. Kini, kota ini bikin terobosan dengan pendidikan lingkungan hidup lewat program Sekolah Harmoni Hijau yang diresmikan Wali Kota Hasan Karman, Selasa(7/8/12).Program bagi guru dan siswa sekolah dasar ini digagas atas kerja sama Dinas Pendidikan Singkawang dengan Wahana Visi Indonesia. Ia bertujuan menebar virus cinta alam di sekolah.Communitty Development Coordinator WVI Singkawang, Novita Tan, mengatakan pilot project program ini di SDN 2 Singkawang Timur dan SDN 4 Singkawang Utara. “Kita mencoba mengail bakat dan menciptakan karakter anak didik agar memiliki kemampuan berinteraksi dengan alam sekitar,” katanya di Singkawang, Rabu(8/8/2012).Program ini mendidik anak-anak SD mampu berinteraksi dengan lingkungan. Guru sebagai pendidik bertugas mengintegrasikan lingkungan dan budaya kontekstual. Tujuan utama, belajar mencintai sesama manusia, dan memperlakukan alam dengan ramah.Ia juga menekankan kemampuan mempersiapkan pembelajaran di dalam dan luar sekolah. Kemampuan membuat media pembelajaran dari alam sekitar dengan mengajak siswa keluar kelas. “Misal, guru mengajak siswa belajar di sekitar sungai. Di sana dijelaskan bagaimana longsor bisa terjadi.” ,”WVI juga berupaya menciptakan fasilitator andal. Dari situ mereka bisa membawa metode menebar harmoni hijau ini ke sekolah lain di Singkawang. Saat ini, sudah ada 20 fasilitator terpilih. Salah satu, Kepala SDN 4 Singkawang Utara, Nurhasanah.Tahapan yang diajarkan WVI adalah bagaimana menjadi guru kreatif. “Kita dilatih bagaimana cara meningkatkan keterampilan anak-anak melalui media dari alam,” kata Nurhasanah.Mereka juga dilatih memilih strategi pembelajaran menyenangkan hingga anak tidak bosan. “Menciptakan lingkungan sekolah rindang, hijau, sejuk hingga menjadi tempat nyaman bagi anak didik.” | [0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204] |
2012-025-04.json | Singkawang Canangkan Sekolah Harmoni Hijau | Singkawang Canangkan Sekolah Harmoni Hijau | Manajer Regional WVI Kalbar, Untung Sidupa berharap, sekolah hijau menjadi percontohan di Singkawang, sekaligus di Kalbar. Wali Kota Singkawang, Hasan Karman menilai, sekolah ini sangat strategis di kalangan usia sekolah. Hasan Karman berharap, generasi yang dipupuk sejak dini dapat menjadi generasi peduli alam dan lingkungan. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2016-085-17.json | Menyedihkan, Ribuan Burung Dijual di Pasar Bebas Kalimantan Barat | Menyedihkan, Ribuan Burung Dijual di Pasar Bebas Kalimantan Barat | [CLS] Yayasan Planet Indonesia Kalimantan Barat mendeteksi sebanyak 4.892 individu burung diperdagangkan di pasar bebas Kalimantan Barat (Kalbar). Data tersebut diperoleh dari hasil survei di 75 toko burung yang tersebar di delapan kota di Kalbar, yakni Pontianak, Singkawang, Sambas, Bengkayang, Ketapang, Sanggau, Sintang, dan Putussibau.Terungkap pula sekitar 60 jenis dari ribuan jumlah burung yang diperdagangkan tersebut selama kurun waktu Agustus hingga Desember 2015. Burung kacer atau kucica kampung menempati peringkat terbanyak, disusul murai batu, dan kenari.Direktur Eksekutif Yayasan Planet Indonesia, Adam Miller mengatakan, maraknya perdagangan burung ini tidak terlepas dari budaya masyarakat. “Ada kalimat populer yang berlaku bagi masyarakat Jawa. Bunyinya, seorang lelaki akan sungguh-sungguh menjadi lelaki jika ia memiliki sebuah rumah, istri, kuda, keris, dan burung peliharaan,” katanya di Pontianak, Jumat (12/2/2016).Dia juga menjelaskan sistem distribusi burung di Indonesia. Melalui hasil pengamatan yang ia lakukan, Jawa adalah pulau terbesar bagi pemasaran burung. Sedangkan pulau-pulau lain berfungsi sebagai penyuplai.“Hasil survei ini cukup mengejutkan. Ternyata pasar burung juga berkembang di daerah penyuplai. Kita tidak pernah membayangkan sebelumnya akan menemukan lebih dari empat ribu burung dijual di pasar lokal,” jelas Adam.Selain mendata jumlah dan spesies burung yang diperjualbelikan, Planet Indonesia coba menganalisa pola pemasokan dan suplai burung. Untuk pasar lokal, angka tersebut hanyalah persentase kecil yang diperjualbelikan. Diperkirakan lebih banyak lagi yang dijual ke Pulau Jawa.Untuk pasokan burung, sebut Adam, selain dari hutan Kalimantan, burung-burung juga diperoleh dari pulau lainnya seperti Papua. Bahkan, tidak sedikit burung dipasok dari luar negeri, khususnya Malaysia. | [0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2016-085-17.json | Menyedihkan, Ribuan Burung Dijual di Pasar Bebas Kalimantan Barat | Menyedihkan, Ribuan Burung Dijual di Pasar Bebas Kalimantan Barat | Di salah satu pintu perlintasan batas Indonesia-Malaysia, Planet Indonesia juga pernah menemukan aktivitas penyelundupan yang mamasok sekitar 6.000 individu burung setiap bulannya ke Indonesia.“Keseluruhan adalah jenis songbird. Bayangkan, jika terdapat sepuluh penyelundup, berapa jumlah burung ilegal yang masuk ke sini? Alasan penyelundup, burung di hutan Kalimantan sudah habis. Terpaksa ambil dari luar negeri,” terangnya.Adam membandingkan kondisi ini dengan pengalamannya ketika melakukan survei burung di kawasan Gunung Palung. Di taman nasional itu, ternyata lebih mudah bertemu dengan orangutan dibandingkan melihat cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus).“Jika kondisi ini dikaji dalam skala nasional, perdagangan burung ternyata sudah masuk kategori marak. Bahkan, hampir tidak terkendali. Ini perlu perhatian para pihak terkait,” jelas Adam.Dalam konferensi di Singapura September 2015, sejumlah lembaga yang memonitor perdagangan satwa menyatakan bahwa tingkat perdagangan satwa di Asia, khususnya burung, mencapai titik tertinggi. Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara dengan tingkat perdagangan dan penyelundupan tertinggi.“Ini sudah menjadi masalah nasional. Penangkapan dan penyelundupan burung akhir-akhir ini di Jawa Timur telah digalakkan. Pada November 2015, pemerintah berhasil menangkap penyelundup yang membawa lebih dari 2.500 burung di Surabaya. Harus ada tindakan sesegera mungkin, atau akan banyak spesies burung yang punah,” tegas Adam.Penegakan hukumManaging Director Planet Indonesia Kalimantan Barat, Novia Sagita menambahkan, maraknya perdagangan burung, bukan hanya disebabkan oleh budaya, namun juga masalah hukum. “Meskipun Indonesia memiliki hukum konservasi yang memadai, penegakan hukum di daerah-daerah habitat burung hampir tidak ada,” jelasnya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25] |
2016-085-17.json | Menyedihkan, Ribuan Burung Dijual di Pasar Bebas Kalimantan Barat | Menyedihkan, Ribuan Burung Dijual di Pasar Bebas Kalimantan Barat | Dalam monitoring, kata Novia, ditemukan bahwa para penangkap dan penjual burung tidak merasa takut. Mereka tanpa segan menginformasikan lokasi, proses penangkapan, dan penjualannya.Sebagai contoh adalah Pak Lek Sumo. Pedagang burung di Kota Singkawang ini tidak segan menjelaskan asal-usul 50 individu burung yang dijualnya. “Kebanyakan berasal dari Sanggau Ledo dan Bengkayang. Sebagian saya beli, sebagian hanya burung titipan. Kita yang menjualkan,” katanya ketika ditemui Planet Indonesia, Kamis (30/7/2015).Pria 58 tahun ini mengaku menampung burung dari anaknya yang juga membuka toko burung di Kabupaten Bengkayang. Jenis burung yang ia jual mayoritas adalah jenis kacer dan murai.Burung-burung tersebut cukup digemari para hobiis. Apalagi jika kicauannya dipertandingkan. “Saya hanya menjual burung yang kicauannya dipertandingkan. Burung yang dilarang seperti elang, tidak pernah masuk ke toko saya,” ucap Pak Lek Sumo.Ia juga menuturkan bahwa alasannya membuka toko burung adalah atas dasar hobi, tidak semata-mata karena bisnis. Makanya, berbagai piagam perhagaan ia terima dari hasil kompetisi kicau burung.Toko miliknya adalah satu di antara belasan toko burung di Kota Singkawang. Beberapa toko bahkan menjual burung dalam jumlah ratusan. Ini dapat dijumpai di sepanjang Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Pajintan. Tidak hanya di kota seribu kelenteng, perdagangan burung juga marak dan mudah ditemui di kota-kota lain di Kalimantan Barat. [SEP] | [0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408] |
2015-067-03.json | Pyrosome, Unicorn Bawah Laut yang Mempesona | Pyrosome, Unicorn Bawah Laut yang Mempesona | [CLS] Apa yang anda pikirkan jika mendengar kata “unicorn” yang diasosiasikan dengan legenda kuda dengan satu tanduk panjang menjulang dikepalanya. Bagaimana jika unicorn tersebut berada di dalam lautan?Beberapa waktu lalu, seorang penyelam bernama Michael Baron berhasil mendokumentasikan makhluk bawah laut yang langka, ganjil dan misterius, yang disebut pyrosome. Saking langka dan bentuknya yang unik, pyrosome sering dianggap sebagai unicorn bawah laut oleh para penyelam. Baron berhasil mendokumentasikan pyrosome di lepas semenanjung Tasmania, AustraliaApa yang tampak seperti tabung raksasa ini sebenarnya adalah ratusan ribu satwa invertebrata zooids yang masing-masing dihubungkan dengan jaringan yang tertanam di dalam tabung yang lentur seperti agar-agar.“Satu pyrosome yang panjang sebenarnya adalah kumpulan dari ribuan klon zooids, dengan masing-masing individu mampu menyalin dirinya sendiri dan menambah anggota koloni,” tulis ahli biologi kelautan Rebecca Helm di Deep Sea News.Koloni yang saling terkait dan menjadi pyrosome ini, membentuk tabung panjang yang lentur yang terbuka di salah satu ujungnya, dan terbuka di ujung yang lain. Makluk ini menyedot air yang penuh dengan plankton melalui ujungnya yang terbuka dan kemudian dicerna di dalam tubuhnya.Secara harafiah, pyrosome berarti “tubuh yang menyala-nyala”, memiliki tubuh yang mengeluarkan cahaya hijau-biru terang yang akan menyala ketika merasa terancam atau disentuh, atau saat merespon cahaya lain. Tak seperti organisme plankton lain, cahaya yang keluar dari tubuh pyrosome ini lebih kuat dan terang, menyala terus menerus dan dapat terlihat dari jarak jauh.Tubuh pyrosome yang dijuluki unicorn laut ini dapat tumbuh hingga ukuran ‘raksasa’, kadang-kadang melebihi dua belas meter, bahkan konon ada yang bisa mencapai tigapuluh meter. Pyrosome mampu menyelam hingga kedalaman 500-700 meter di bawah permukaan laut. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.3333333432674408, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-067-03.json | Pyrosome, Unicorn Bawah Laut yang Mempesona | Pyrosome, Unicorn Bawah Laut yang Mempesona | Pyrosome bergerak dengan bantuan arus air laut, tetapi mereka juga mampu menggerakkan diri dengan bantuan air yang mereka saring, meskipun mereka bergerak sangat lambat. Menurut beberapa penyelam yang berhasil menyentuhnya, satwa ini memiliki tubuh yang sangat lembut dan halus. [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
2015-042-08.json | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | [CLS] Sulawesi tengah mengalami krisis ruang. Sekitar 54 persen dari seluruh daratan Pulau Sulawesi telah habis dibagi untuk perizinan tambang, hak guna usaha, HPH dan HTI. Tambang menempati peringkat pertama sebanyak 25 persen atau 4,78 juta hektar. Kedua untuk migas sebesar 2,2 juta ha. Pertambangan ada di seluruh jazirah Sulawesi dengan jumlah terbesar di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.Demikian laporan hasil riset yang diselenggarakan oleh Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) pada ekspos hasil riset di Hotel Ibis Makassar, pada akhir Juni 2015.Riset yang selama enam bulan ini dilaksanakan oleh JKPP bekerjasama dengan simpul layanan pemetaan partisipatif (SLPP) wilayah Sulawesi.Menurut riset ini, berdasarkan hasil pengolahan data spasial, 18 juta total luasan Pulau Sulawesi, sekitar 38 persen atau sekitar 7 juta ha lebih merupakan areal penggunaan lain (APL), dan 26 persen (4,7 juta) adalah hutan lindung, dan 20 persen (3,7 juta ha) hutan produksi terbatas serta hutan produksi konservasi 20 persen (3,7 juta ha). Sisanya diisi oleh kawasan pelestarian dan konservasi alam sebayak 10 persen.“Persentase ruang tersebut menunjukan porsi alokasi yang besar bagi investasi baik dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan melalui APL. Menelusuri bagaimana dan jenis apa saja penggunaan APL dan Kawasan Hutan bisa menunjukan bagaimana kerusakan ekologi maupun penyingkiran petani dimulai yang berujung pada krisis,” ungkap Diarman, peneliti dari JKPP, dalam paparannya.Kerusakan yang terjadi selalu berawal dari pemberian konsesi pada industri ektraktif atau perkebunan skala besar. Di Pulau Sulawesi, tambang dan sawit menjadi penyebab utama dalam kontribusi merusak dan memiskinkan masyarakat.“Dalam catatan triwulan BKPM pada periode 2010 – 2012, menyebutkan sektor pertambangan dan perkebunan merupakan sektor yang dalam tiga tahun terakhir masuk sebagai sektor dominan dalam investasi di koridor ekonomi Sulawesi,” katanya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0] |
2015-042-08.json | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Terkait izin tambang sendiri, riset ini menemukan bahwa terdapat 1.256 IUP di Sulawesi, masing-masing adalah emas, nikel, besi, logam dasar, batu bara. Sementara untuk jumlah konsesi terbanyak untuk komoditas, masing-masing adalah nikel, emas, batuan dasar, berupa batuan andesit, kerikil, pasir dan tanah timbunan, besi dan aspal.Salah satu daerah sasaran riset terkait tambang berada di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, dan Pulau Wamonii, Kabupaten Kolaka, Sultra, dan Minahasa, Sulut.Untuk Kabupaten Maros, keseluruhan luas daerah ini adalah 146 ribu hektar, dimana terdapat juga hutan lindung 10 persen, hutan produksi 10,5 persen, HPT 6,5 persen, taman nasional 20 persen. Untuk tambang luas wilayah yang diberikan izin sekitar 9,668 hektar.“Ironisnya, dari luasan tersebut sebanyak 53 persen, mengambil ruang hutan produksi, yaitu 5.170 hektar. Tambang juga mengambi wilayah hutan lindung sebesar 14 persen atau sekitar 1.398 hektar, hutan produksi terbatas sekitar 504,99 hektar atau sekitar 5 persen,” katanya.Sementara Pulau Wawonii, meski luasnya hanya 1.513,98 km, namun di pulau ini terdapat 18 IUP. Salah satunya adalah PT Derawan Barjaya Mining, luas IUP 10,070 hektar dimana sekitar 342,17 hektar masuk dalam kawasan hutan lindung.“Sebagai pulau kecil dengan keterbatasan daratan dan air, ancaman terhadap pulau ini adalah ketersediaan pangan,” katanya.Di Minahasa, Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Utara yang ditetapkan tahun 2014 semakin mempertegas bahwa daerah ini merupakan surga bagi penambang emas. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0, 0.0, 0.25, 0.0] |
2015-042-08.json | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Dokumen ini menunjukkan bahwa sebanyak tujuh wilayah diperuntukkan sebagai kawasan pertambangan yakni Tapal Batas Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Manado, tapal batas Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung, tapal batas Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa, tapal Batas Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupate Minahasa Selatan, tapal batas Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, tapal Batas Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Selatan dan tapal Batas Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kota Kotamobagu.“Sejak tahun 2010 hingga saat ini, sebanyak 74 persen dari total propinsi Sulawesi Utara telah dikapling untuk pertambangan emas.”Riset ini juga memberi perhatian pada pemanfaatan ruang untuk perkebunan sawit. Konsesi untuk sawit ini mengalami kenaikan hampir di seluruh wilayah di Sulawesi. Secara nasional penguasaan perkebunan besar pada tahun 2008 didominasi oleh perkebunan sawit yang mencapai 4,5 juta hektar atau sekitar 79 persen dari luasan perkebunan yang ada.“Luas perkebunan sawit dikuasai oleh perkebunan besar sebanyak 61 persen dan hanya 39 persen yang dikuasai oleh rumah tangga petani. Menurut Data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan sawit tersebar di 17 provinsi meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.”Khusus untuk Sulawesi, di Sulawesi Barat luas perkebunan sawit mencapai 1,66 juta hektar. Izin perkebunan sawit sebanyak 19 izin dengan luas lahan 102 ribu hektar.Di Sulbar sendiri terdapat sekitar 153 Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan peta analisis diketahui bahwa 19 DAS dengan total luasan 902 ribu hektar terancam tercemar limbah dari pabrik CPO. DAS yang terancam oleh tambang diperkirakan seluas 1,03 juta hektar meliputi 60 DAS. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0] |
2015-042-08.json | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Tidak hanya berdampak pada krisis ruang, keberadaan tambang juga ternyata berdampak bagi kualitas kesehatan di daerah sekitar tambang. Ada dua lokasi yang menjadi contoh dalam riset ini yaitu di Kabupaten Maros, Sulsel dan di Pomala, Kolaka, Sultra.Di Kabupaten Maros, penderita penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) hingga tahun 2013 berjumlah 10.885 orang. Sementara di Pomala, Kolaka, Sultra, berdasarkan hasil penelitian Puspaham dan Walhi Sutra menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita ISPA, TB Paru selama periode 2005-2009. Pada tahun 2009, penderita ISPA telah mencapai 20.588 orang.Wilayah Kelola Rakyat dan Penyingkiran PetaniRiset ini juga membahas tentang wilayah kelola rakyat dan penyingkiran petani. Hasil Pemetaan Partisipatif (PP) di Pulau Sulawesi yang terdokumentasi seluas 829.659 ha yang sebagian besar tersebar di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.Berdasarkan hasil tumpang susun wilayah pemetaan partisipatif dengan semua ijin konsensi yang ada di Pulau Sulawesi diperoleh hampir setengah dari wilayah PP tersebut tumpang tindih atau sekitar ijin konsesi pertambangan, migas, perkebunan dan kehutanan. Sekitar 43,5 persen wilayah masyarakat yang tumpang tindih dengan ijin tambang, 6 pesen tumpang tindih dengan ijin migas, 4,3 persen tumpang tindih dengan HGU termasuk di dalamnya ijin perkebunan sawit dan HPH sebesar 3 persen.“Proses pelepasan atau penurunan produktivitas petani terhadap lahan tidak hanya disebabkan secara langsung oleh pengkaplingan ruang untuk ijin atau penetapan kawasan hutan, melainkan turut disebabkan dari dampak pengelolaan ijin usaha ektraksi sumberdaya alam skala luas yang mendorong terjadinya bencana alam maupun krisis air.” | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1428571492433548, 0.1428571492433548, 0.0] |
2015-042-08.json | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Seperti diketahui, 60 persen rumah tangga di Sulawesi merupakan rumah tangga pertanian dimana 26,04 persen merupakan rumah tangga buruh tani. Dari hasil pengolahan data sebaran persentase keluarga pertanian, keluarga buruh pertanian, dan ijin IUP menunjukkan adanya korelasi yang cukup signifikan perubahan sumber pendapatan utama rakyat pedesaan akibat perluasan konsesi industri ekstraktif skala luas.“Pada sebagian kasus, kehadiran konsesi industri ekstraktif menyebabkan penurunan jumlah rumah tangga pertanian disatu sisi dan disisi lain menambah jumlah keluarga buruh tani di pedesaan.”Menurut Deny Rahadian, Direktur JKPP, pemilihan Pulau Sulawesi sebagai daerah sasaran riset karena bentuknya yang unik. Secara bentang alam bentuknya tipis, bentang alamnya lengkap, bayak pegunungan yang tinggi, ada dataran, pesisir dan pulau-pulau kecil.“Di antara bentuk tipis tersebut, intervensi dan masuknya investasi yang berskala besar cukup banyak karena potensi sumber daya alam yang melimpah, tambang, perkebunan dan lainnya,” katanya.Menurutnya, hasil riset ini memang menunjukkan bahwa Pulau Sulawesi cukup krisis dalam hal penguasaan ruang dilihat dari penggunaan ruang yang ada. Dari seluruh luas Pulau Sulawesi, hanya 37 persen yang dialokasikan untuk masyarakat dan itu pun kemudian banyak bermasalah dengan kawasan-kawasan hutan.“Dengan hasil temuan dan fakta yang telah dijelaskan tadi menunjukkan adanya masalah besar di sini, sehingga kemudian kami menyampaikan sejumlah rekomendasi sebagai bagian dari solusi.”JKPP merekomendasikan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota agar segera menyelesaikan tumpang tindih alokasi ruang dan konflik agraria akibat kebijakan dan praktek ekstraksi sumberdaya lahan di wilayah kelola masyarakat.“Kami juga merekomendasikan segera bentuk badan penyelesaian konflik ruang dan sumberdaya alam dan revisi RTRWP dan RTRWK di tingkat provinsi yang bersifat ad-hoc dan sistematis,” katanya. | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.125, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.125, 0.0] |
2015-042-08.json | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | Sulawesi Alami Krisis Ruang, Tambang Mendominasi | JKPP juga merekomendasikan pemerintah melibatkan secara penuh partisipasi rakyat dan organisasi masyarakat sipil di wilayah konflik dalam menata ulang hak penguasaan dan pengelolaan wilayah kelola dan sumberdaya alam secara lestari dan berkelanjutan.Selain itu, juga diperlukan komitmen politik pemulihan krisis atas ruang tertuang dalam dokumen kebijakan dan RPJMD di suluruh pemerintah daerah.“Terakhir, kami mendorong agar seluruh instansi pemerintah terkait di tingkat pusat dan daerah untuk dapat mengintegrasikan peta dari hasil pemetaan patisipatif dan perencanaan tata guna lahan berkelanjutan secara partisipatif dalam perumusan perencanaan pembangunan wilayah.” [SEP] | [0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0] |
2021-049-06.json | Di Saat Industri Kayu Anjlok, Pembalakan Liar di Sulsel Justru Meningkat | Di Saat Industri Kayu Anjlok, Pembalakan Liar di Sulsel Justru Meningkat | [CLS] Industri kayu dan kehutanan di Sulawesi Selatan anjlok di masa pandemi COVID-19, pendapatan industri kayu berkurang antara 30 sampai 70 persen. Di saat yang sama pembalakan liar justru semakin meningkat, terjadi peningkatan kasus illegal logging hingga 70 persen pada periode 2020 – 2021.“Pada tahap pertama hasil pemantauan yang dipresentasikan Januari 2021 lalu, kami menemukan terjadi peningkatan kejahatan pembalakan liar cukup signifikan di Sulawesi Selatan pada masa pandemi. Sementara pada tahap kedua ini kami menemukan industri kayu, terutama industri kecil menerima dampak pandemi cukup signifikan,” ungkap Mustam Arif, Direktur JURnal Celebes, pada diskusi yang dilaksanakan di Kafe Baca, Makassar, Jumat (30/4/2021).Menurut Mustam, kondisi ini menimbulkan kondisi dilema yang bisa menimbulkan anomali dalam tata kelola kehutanan berkelanjutan dan pengembangan industri di bidang kehutanan.“Industri kayu atau usaha di bidang kehutanan anjlok, sebabnya antara lain kekurangan bahan baku permintaan pembeli yang menurun. Sebaliknya, kejahatan pembalakan liar meningkat kemungkinan memanfaatkan pembatasan kegiatan pemantauan aparat di masa pandemi, terkait kebijakan pembatasan aktivitas,” tambahnya.Dijelaskan Mustam bahwa pada pemantauan tahap pertama mereka menemukan indikasi kejahatan pembalakan liar dilakukan pihak perusahaan, cukong-cukong kayu yang memanfaatkan masyarakat lokal di sekitar hutan, yang sebagian karena terdesak kebutuhan ekonomi di masa pandemi.“Ketika tindakan pembalakan liar ini ditindak, yang tertangkap justru hanya pelaku-pelaku lapangan masyarakat lokal, dan para cukong kerap tidak tersentuh proses hukum.”baca : Operasi Gakkum LHK Wilayah Sulawesi, dari Perdagangan Satwa Labi-labi Moncong Babi dan Burung Beo hingga Pembalakan Liar | [0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.1666666716337204, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0] |
Subsets and Splits
No community queries yet
The top public SQL queries from the community will appear here once available.