title
stringlengths
3
13k
url
stringlengths
26
465
content
stringlengths
61
81.8k
summary_content
stringlengths
49
7.5k
Renungan Aa Gym: Ingat, Semuanya Hanya Titipan…
https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/renungan-aa-gym-ingat-semuanya-hanya-titipan/
Eramuslim – SAUDARAKU, jika kita merasa memiliki sesuatu, bisa harta kekayaan, pangkat jabatan, pasangan, anak-anak, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya dari urusan dunia ini, maka yakinilah bahwa semua itu hanya titipan. Bahkan diri kita pun hanyalah titipan. Kita tidak memiliki apa-apa jika Allah Swt. tidak memberi kepada kita. Kita tidak punya apa-apa jika Allah tidak menghendakinya. Selaiknya sebuah titipan, pasti ada saatnya titipan itu diambil kembali oleh sang pemilik. Dan, juga akan ada saatnya sang pemiliki mempertanyakan apa yang telah terjadi dengan titipannya. Maka, demikian pula dengan titipan Allah Swt. kepada kita. Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.”(HR. Tirmidzi). Mata kita, digunakan untuk apa? Apakah untuk membaca dan merenungi tanda-tanda kebesaran Allah Swt. sehingga makin kuat iman kita kepada-Nya, ataukah justru digunakan untuk bermaksiat? Lisan kita, digunakan untuk apa? Apakah basah dengan dzikir dan ucapan-ucapan yang Allah ridhoi, ataukan sibuk dengan ucapan dusta dan sia-sia? Demikian juga dengan berbagai hal yang menurut kita adalah milik kita, untuk apakah digunakan, apakah untuk mendekat kepada Allah atau malah menjauhi-Nya? Maasyaa Allah.. Setiap segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Allah Swt. berfirman, “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.” (QS. Ali Imron [3] : 109). Semoga Allah Swt. senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita senantiasa menyadari bahwa segala kita yang miliki adalah titipan dari Allah Swt. yang pasti kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Semoga kita termasuk orang yang amanah dalam mengemban amanah tersebut untuk hanya dipergunakan pada urusan-urusan yang Allah ridhoi. Aamiin yaa Robbal aalamiin. (inilah)
Eramuslim SAUDARAKU, jika kita merasa memiliki sesuatu, bisa harta kekayaan, pangkat jabatan, pasangan, anakanak, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya dari urusan dunia ini, maka yakinilah bahwa semua itu hanya titipan. Bahkan diri kita pun hanyalah titipan. Kita tidak memiliki apaapa jika Allah Swt. tidak memberi kepada kita. Kita tidak punya apaapa jika Allah tidak menghendakinya. Selaiknya sebuah titipan, pasti ada saatnya titipan itu diambil kembali oleh sang pemilik. Dan, juga akan ada saatnya sang pemiliki mempertanyakan apa yang telah terjadi dengan titipannya. Maka, demikian pula dengan titipan Allah Swt. kepada kita. Rasulullah Saw. bersabda, Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya dimintai pertanggungjawaban tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.HR. Tirmidzi. Mata kita, digunakan untuk apa Apakah untuk membaca dan merenungi tandatanda kebesaran Allah Swt. sehingga makin kuat iman kita kepadaNya, ataukah justru digunakan untuk bermaksiat Lisan kita, digunakan untuk apa Apakah basah dengan dzikir dan ucapanucapan yang Allah ridhoi, ataukan sibuk dengan ucapan dusta dan siasia Demikian juga dengan berbagai hal yang menurut kita adalah milik kita, untuk apakah digunakan, apakah untuk mendekat kepada Allah atau malah menjauhiNya Maasyaa Allah Setiap segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya. Allah Swt. berfirman, Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan di bumi dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. QS. Ali Imron 3 109. Semoga Allah Swt. senantiasa memberikan hidayahNya kepada kita sehingga kita senantiasa menyadari bahwa segala kita yang miliki adalah titipan dari Allah Swt. yang pasti kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapanNya. Semoga kita termasuk orang yang amanah dalam mengemban amanah tersebut untuk hanya dipergunakan pada urusanurusan yang Allah ridhoi. Aamiin yaa Robbal aalamiin. inilah
Doa Ketika Melipat Pakaian Sesuai Sunnah
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-melipat-pakaian-sesuai-sunnah/
Selain dianjurkan doa ketika melipat pakaian, dalam Islam kita dianjurkan juga untuk melipat pakaian yang tidak dipakai, baik berupa baju, sarung, celana dan lainnya. Selain agar terlihat rapi, juga agar tidak dipakai setan jika dibiarkan tidak dilipat. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Thabrani dari Jabir berikut; Lipatlah pakaian kalian, agar kembali kepadanya roh-roh pakaian itu. Sesungguhnya apabila setan mendapati baju yang terlipat, maka dia tidak akan memakainya. Apabila dia menemuinya berselerak, maka dia akan memakainya. (Baca:Sperma Menempel di Pakaian, Apakah Shalat Sah?) Adapun doa ketika melipat pakaian, baik berupa baju, sarung, celana, dan lainnya, adalah sebagai berikut; Bismillaahil ladzii laa ilaaha illaa huwa. Dengan menyebut nama Allah, yang tiada Tuhan selaian Dia. (Baca:Hukum Memakai Pakaian Serba Hitam Saat Upacara Pemakaman) Ini berdasarkan hadis riwayat Imam Al-Thabrani berikut; Jika kalian melipat pakaian kalian, maka kalian sebutlah nama Allah agar pakaian itu tidak dipakai jin di waktu malam saat kalian berada di waktu siang, (jika sampai dipakai jin), maka pakaian itu akan cepat rusak.
Selain dianjurkan doa ketika melipat pakaian, dalam Islam kita dianjurkan juga untuk melipat pakaian yang tidak dipakai, baik berupa baju, sarung, celana dan lainnya. Selain agar terlihat rapi, juga agar tidak dipakai setan jika dibiarkan tidak dilipat. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam AlThabrani dari Jabir berikut Lipatlah pakaian kalian, agar kembali kepadanya rohroh pakaian itu. Sesungguhnya apabila setan mendapati baju yang terlipat, maka dia tidak akan memakainya. Apabila dia menemuinya berselerak, maka dia akan memakainya. BacaSperma Menempel di Pakaian, Apakah Shalat Sah Adapun doa ketika melipat pakaian, baik berupa baju, sarung, celana, dan lainnya, adalah sebagai berikut Bismillaahil ladzii laa ilaaha illaa huwa. Dengan menyebut nama Allah, yang tiada Tuhan selaian Dia. BacaHukum Memakai Pakaian Serba Hitam Saat Upacara Pemakaman Ini berdasarkan hadis riwayat Imam AlThabrani berikut Jika kalian melipat pakaian kalian, maka kalian sebutlah nama Allah agar pakaian itu tidak dipakai jin di waktu malam saat kalian berada di waktu siang, jika sampai dipakai jin, maka pakaian itu akan cepat rusak.
Hukum Karangan Bunga untuk Ta’ziyah dalam Islam
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/hukum-karangan-bunga-dalam-islam-sebagai-bentuk-taziyah/
Bagaimana hukum karangan bunga dalam Islam sebagai bentuk taziyah. Pasalnya, praktik ini jamak dilakukan umat Islam di Indonesia. (Baca juga: Doa Setelah Memejamkan Mata Mayat) Berbelasungkawa merupakan tuntunan syariah Islam, sebagaimana telah disampaikan dalam sebuah hadits. : Nabi melawati seorang perempuan yang sedang menangis atas kematian anaknya, lalu Beliau berkata kepadanya: Takutlah kepada Allah dan bersabarlah . Kemudian Beliau kembali berkata: Kesabaran yang sempurna ialah disaat goncangan ( shock ) yang pertama (H.R.Bukhari dan Muslim ). Dalam hadits lain disampaikan. Usamah bin Zaid berkata: Kami disisi Nabi shollallohu Alaihi wa Sallam, lalu salah satu putri Rasul memberi kabar kepada Beliau bahwa sesungguhnya putranya meninggal dunia. Kemudian Beliau berkata kepada seorang utusan: Kembalilah kepadanya dan kabarkan bahwa Alloh mengambil dan memberi, dan setiap sesuatu sesuai taqdirnya, lalu berjalanlah kepadanya, bersabar dan intropeksi dirilah. Belasungkawa merupakan ungkapan yang akrab didengar dalam kalangan umat muslim ketika kematian menimpa seseorang baik keluarga, tatangga dan kerabat atau sahabat. Mereka berbondong-bondong mendatangi keluarga mayat dan hal ini seringkali disebut dalam Islam dengan nama Taziyah. Taziyah memiliki pengertian yang luas. Taziyah memberikan dorongan kepada keluarga mayat untuk bersabar atas kematian al-Marhum. Taziyah juga mengingatkan akan adanya pahala atas beban yang menimpa ahli waris tersebut. Sulaiman bin Muhammad mendefinisikan taziyah dalam karyanya Hasyiyah al-Bujairemi juz.02 vol. 306 sebagai bentuk perintah bersabar, adanya pahala atas musibah yang menimpa keluarga mayat dan memintakan ampunan untuk mayat. Taziyah secara bahasa adalah mendorong. Dan dalam pengertian syariah ialah perintah untuk bersabar, mendorong adanya janji pahala,mengingatkan dosa sebab keluh kesah kegelisahan dan mendoakan agar mayat mendapatkan ampunan serta adanya ganti dari tuhan atas musibah yang menimpa. Bentuk taziyah dalam musibah kematian dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Dan di antaranya adalah doa yang disampaikan kepada keluarga mayat. Semoga Allah memberikan pahala yang besar untukmu dan menjadikan kebaikan untukmu serta mengampuni kepada mayat dari keluargamu Demikian dapat dipahami bahwa tuntunan melakukan taziyah dapat dilakukan dengan memberikan doa dan ungkapan belasungkawa kepada keluarga mayat. Hukum Karangan Bunga dalam Islam Mengirimkan karangan bunga dianggap lebih praktis dan menjadi solusi bagi mereka yang dapat maupun tidak bisa menghadiri secara langsung kepada keluarga mayat di hari kematian sang mayat. Karang bunga dijadikan bentuk belasungkawa kepada keluarga mayat yang berisikan dorongan sabar atas musibah yang menimpa serta doa untuk mayat yang telah meninggal dunia. Sehingga karangan bunga tersebut dapat dikategorikan sebagai taziyah yang mendapatkan pahala dalam kacamata syariah, sebagaimana telah disampaikan di atas bahwa taziyah ialah dorongan untuk bersabar, belasungkawa dan doa untuk mayat. Dan semua kandungan dari maksud dan tujuan taziyah terkandung dalam karangan bunga walaupun pemilik karangan bunga tersebut tidak menghadiri langsung kepada keluarga mayat. Syihabuddin Ahmad bin Salamah al-Qulyubi menyampaikan dalam salah satu karyanya Hasyiyah al-Qulyubi juz.01 vol.343. Taziyah dapat dihasilkan dengan tulisan atau kiriman atau sesamanya. Demikian pemaparan terkait hukum karangan bunga dalam Islam sebagai bentuk taziyah. Semoga memberikan manfaat. Wallahu Alam. (Baca juga: Hukum Ahli Waris Memakai Uang Takziah).
Bagaimana hukum karangan bunga dalam Islam sebagai bentuk taziyah. Pasalnya, praktik ini jamak dilakukan umat Islam di Indonesia. Baca juga Doa Setelah Memejamkan Mata Mayat Berbelasungkawa merupakan tuntunan syariah Islam, sebagaimana telah disampaikan dalam sebuah hadits. Nabi melawati seorang perempuan yang sedang menangis atas kematian anaknya, lalu Beliau berkata kepadanya Takutlah kepada Allah dan bersabarlah . Kemudian Beliau kembali berkata Kesabaran yang sempurna ialah disaat goncangan shock yang pertama H.R.Bukhari dan Muslim . Kemudian Beliau berkata kepada seorang utusan Kembalilah kepadanya dan kabarkan bahwa Alloh mengambil dan memberi, dan setiap sesuatu sesuai taqdirnya, lalu berjalanlah kepadanya, bersabar dan intropeksi dirilah. Belasungkawa merupakan ungkapan yang akrab didengar dalam kalangan umat muslim ketika kematian menimpa seseorang baik keluarga, tatangga dan kerabat atau sahabat. Taziyah memberikan dorongan kepada keluarga mayat untuk bersabar atas kematian alMarhum. Taziyah juga mengingatkan akan adanya pahala atas beban yang menimpa ahli waris tersebut. Sulaiman bin Muhammad mendefinisikan taziyah dalam karyanya Hasyiyah alBujairemi juz.02 vol. Dan dalam pengertian syariah ialah perintah untuk bersabar, mendorong adanya janji pahala,mengingatkan dosa sebab keluh kesah kegelisahan dan mendoakan agar mayat mendapatkan ampunan serta adanya ganti dari tuhan atas musibah yang menimpa. Semoga Allah memberikan pahala yang besar untukmu dan menjadikan kebaikan untukmu serta mengampuni kepada mayat dari keluargamu Demikian dapat dipahami bahwa tuntunan melakukan taziyah dapat dilakukan dengan memberikan doa dan ungkapan belasungkawa kepada keluarga mayat. Hukum Karangan Bunga dalam Islam Mengirimkan karangan bunga dianggap lebih praktis dan menjadi solusi bagi mereka yang dapat maupun tidak bisa menghadiri secara langsung kepada keluarga mayat di hari kematian sang mayat. Dan semua kandungan dari maksud dan tujuan taziyah terkandung dalam karangan bunga walaupun pemilik karangan bunga tersebut tidak menghadiri langsung kepada keluarga mayat. Syihabuddin Ahmad bin Salamah alQulyubi menyampaikan dalam salah satu karyanya Hasyiyah alQulyubi juz.01 vol.343. Taziyah dapat dihasilkan dengan tulisan atau kiriman atau sesamanya. Demikian pemaparan terkait hukum karangan bunga dalam Islam sebagai bentuk taziyah. Baca juga Hukum Ahli Waris Memakai Uang Takziah.
5 Hikmah Diharamkannya Judi online dalam Islam
https://islam.nu.or.id/syariah/5-hikmah-diharamkannya-judi-online-dalam-islam-3wILE
Perkembangan teknologi saat ini telah membawa perubahan yang sangat signifikan bagi aktivitas kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah bisa memberikan kemudahan dalam mengakses berbagai aktivitas secara online. Kecanggihan teknologi mampu memberikan peluang besar bagi setiap orang untuk berdakwah, mengajak kebaikan, menyebarkan ilmu, dan lainnya. Namun beberapa orang justru tidak memanfaatkan kecanggihan ini untuk hal positif. Mereka justru memanfaatkannya untuk melakukan berbagai praktik-praktik yang dilarang agama, sebut saja misal di antaranya adalah judi online. Dalam Islam, praktik judi dengan bentuk apa pun tidak dibenarkan sama sekali; baik secara online maupun secara offline. Larangan ini sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah, Allah swt berfirman: Artinya: “Mereka menanyakan kepadaMu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, ‘Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” (QS Al-Baqarah, [2]: 219). Merujuk penjelasan Syekh Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, pada ayat di atas, Allah swt sebenarnya menyinggung bahwa praktik perjudian sebenarnya memiliki manfaat, misal di antaranya adalah berpotensi menguntungkan pemainnya dan bisa mendapatkan harta yang banyak tanpa harus susah payah. Akan tetapi Allah juga menegaskan bahwa bahaya yang ditimbulkan lebih besar dari manfaat yang akan didapatkan. Salah satu bahayanya adalah akan menyebabkan banyak kerugian bagi mereka yang kalah, menimbulkan permusuhan, hingga terjadinya percekcokan antar orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan yang paling besar tentu adalah akan mendapatkan dosa dan siksa yang sangat pedih. (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir fil Aqidah was Syari’ah wal Manhaj, [Damskus: Darul Fikr, 1418], juz II, halaman 269). Syekh Syihabuddin al-Alusi menjelaskan bahwa diturunkannya ayat ini bertepatan ketika Rasulullah saw mendatangi kota Madinah. Saat itu, khamar dan judi belum diharamkan dalam Islam. Sesampainya di Madinah, banyak para sahabat yang sedang melakukan praktik judi dan bermabuk-mabukan. Kemudian mereka bertanya, “Jelaskan kepada kami hukum khamar dan judi. Karena keduanya menghilangkan akal (mabuk) dan merusak harta.” Kemudian Allah menurunkan ayat ini. (Syekh al-Alusi, Ruhul Ma’ani fi Tafsiril Qur’anil Azhim, [Beirut: Darul Ihya, tt], juz II, halaman 240). Selain ayat di atas, larangan tentang judi juga ditegaskan dalam surat Al-Ma’idah, Allah swt berfirman: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban) untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS Al-Ma’idah, [5]: 90). Dari dua ayat di atas, maka sudah sangat jelas bahwa larangan judi dalam Islam memiliki landasan hukum yang kuat, dan tentunya juga terdapat hikmah di balik larangan tersebut. Berikut beberapa hikmah yang disebutkan oleh para ulama perihal alasan diharamkannya judi: Hikmah pertama di balik keharaman judi adalah akan menjadi penyebab permusuhan antar sesama. Sebab, praktik perjudian seringkali memicu konflik, perselisihan, dan permusuhan di antara individu atau kelompok yang terlibat. Hal ini disebabkan oleh sifat persaingan, ketidakadilan, dan ketegangan yang sering muncul dalam lingkungan di mana judi terjadi. Dan judi ini merupakan salah satu upaya setan untuk menciptakan permusuhan antar manusia, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an: Artinya: “Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah kamu mau berhenti?” (QS Al-Ma’idah, [5]: 91). Hikmah kedua di balik larangan perjudian adalah bahwa pemenang yang terlibat dalam praktik judi akan memperoleh harta yang batil atau tidak sah. Dalam praktiknya, harta yang didapatkan oleh pemenang berasal dari hasil taruhan, yang sebagian besar diperoleh secara tidak adil, merugikan pihak lain, dan tentu tidak sesuai dengan prinsip keadilan. Berkaitan dengan hal ini, Imam Nawawi dalam kitabnya menyebutkan: Artinya: “Sungguh Allah telah mengharamkan judi karena ia (pemenang) akan memakan dari hasil harta yang tidak benar, serta judi juga menjadi penyebab permusuhan dan kebencian.” (Imam Nawawi, Majmu’ Syarhil Muhadzab, [Maktabah al-Irsyad: tt], juz XIII, halaman 102). Hikmah di atas berlandaskan salah satu firman Allah swt dalam Al-Qur’an, yaitu: Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah, [2]: 188). Hikmah ketiga diharamkannya judi adalah karena manusia pada seyogyanya diciptakan untuk bekerja, berusaha, dan bersusah payah untuk mencari nafkah. Dari hasil pekerjaan itulah kemudian ia bisa menikmati hasilnya. Maka tentu, perjudian tidak selaras dengan hal ini, karena hasil keuntungan judi tidak dari hasil bekerja, keuntungannya pun masih dalam angan-angan dan sebatas khayalan. Syekh Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam kitabnya mengatakan: Artinya: “Sesungguhnya manusia itu diciptakan untuk bekerja dan berusaha, sedangkan spekulasi sama sekali tidak ada hal itu (bekerja dan berusaha), karena ia dalam mencari nafkah berpedoman pada angan-angan, dan mencari rezeki dengan cara khayalan.” (Syekh Ali al-Jurjawi, Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, [Beirut, Darul Fikr: tt], juz II, halaman 93). Hikmah keempat di balik keharaman judi adalah karena pihak-pihak yang terlibat dan praktik perjudian berada di antara dua hal, yaitu untung dan rugi. Orang yang untung akan tamak (rakus) dalam urusan harta, sehingga dia akan terus bermain judi. Sementara orang yang rugi, dia juga akan terus-menerus bermain judi, dengan harapan modal yang telah hilang darinya akan kembali. Dengan hal ini, maka setiap orang yang sudah nyaman dengan judi, akan enggan untuk bekerja, sehingga dunia akan mendapatkan musibah dan kehancuran, Artinya: “Ketika (praktik perjudian) sudah seperti itu, di mana manusia sibuk dengan spekulasi, sehingga masing-masing darinya yang bermain spekulasi terhalang untuk bekerja, maka dunia akan mengalami malapetaka dan siksa.” (Syekh Ali al-Jurjawi, Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, [Beirut, Darul Fikr: tt], juz II, halaman 94). 5. Penjudi Berpotensi menjadi Maling Hikmah yang kelima tidak diperbolehkannya perjudian dalam Islam adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Ali Ahmad al-Jurjawi adalah karena ketika orang-orang yang sudah terbiasa bermain judi, kemudian ia selalu meraih kesialan atau rugi dalam permainan tersebut hingga semua hartanya habis, maka akan berpotensi besar ia akan melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya seperti mencuri, mencopet, merampok dan lain sebagainya. Karena itu, Islam melarangnya, agar hal-hal seperti ini tidak lagi terjadi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Islam hendak mencegah terjadi konflik, permusuhan antar sesama, memakan harta dengan cara yang batil, kerugian, terjerumus menjadi pencuri dan lain sebagainya yang ditimbulkan gara-gara perjudian atau spekulasi. Judi online tidak hanya menimbulkan mafsadah pada diri sendiri, namun juga kepada banyak pihak. Wallahu a’lam. Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Perkembangan teknologi saat ini telah membawa perubahan yang sangat signifikan bagi aktivitas kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah bisa memberikan kemudahan dalam mengakses berbagai aktivitas secara online. Kecanggihan teknologi mampu memberikan peluang besar bagi setiap orang untuk berdakwah, mengajak kebaikan, menyebarkan ilmu, dan lainnya. Namun beberapa orang justru tidak memanfaatkan kecanggihan ini untuk hal positif. Mereka justru memanfaatkannya untuk melakukan berbagai praktikpraktik yang dilarang agama, sebut saja misal di antaranya adalah judi online. Larangan ini sebagaimana telah ditegaskan dalam AlQuran surat AlBaqarah, Allah swt berfirman Artinya Mereka menanyakan kepadaMu Muhammad tentang khamar dan judi. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Merujuk penjelasan Syekh Wahbah bin Musthafa azZuhaili, pada ayat di atas, Allah swt sebenarnya menyinggung bahwa praktik perjudian sebenarnya memiliki manfaat, misal di antaranya adalah berpotensi menguntungkan pemainnya dan bisa mendapatkan harta yang banyak tanpa harus susah payah. Akan tetapi Allah juga menegaskan bahwa bahaya yang ditimbulkan lebih besar dari manfaat yang akan didapatkan. Salah satu bahayanya adalah akan menyebabkan banyak kerugian bagi mereka yang kalah, menimbulkan permusuhan, hingga terjadinya percekcokan antar orangorang yang terlibat di dalamnya, dan yang paling besar tentu adalah akan mendapatkan dosa dan siksa yang sangat pedih. Syekh Syihabuddin alAlusi menjelaskan bahwa diturunkannya ayat ini bertepatan ketika Rasulullah saw mendatangi kota Madinah. Sesampainya di Madinah, banyak para sahabat yang sedang melakukan praktik judi dan bermabukmabukan. Karena keduanya menghilangkan akal mabuk dan merusak harta. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu beruntung. Hal ini disebabkan oleh sifat persaingan, ketidakadilan, dan ketegangan yang sering muncul dalam lingkungan di mana judi terjadi. Hikmah kedua di balik larangan perjudian adalah bahwa pemenang yang terlibat dalam praktik judi akan memperoleh harta yang batil atau tidak sah. Dalam praktiknya, harta yang didapatkan oleh pemenang berasal dari hasil taruhan, yang sebagian besar diperoleh secara tidak adil, merugikan pihak lain, dan tentu tidak sesuai dengan prinsip keadilan. Berkaitan dengan hal ini, Imam Nawawi dalam kitabnya menyebutkan Artinya Sungguh Allah telah mengharamkan judi karena ia pemenang akan memakan dari hasil harta yang tidak benar, serta judi juga menjadi penyebab permusuhan dan kebencian. Imam Nawawi, Majmu Syarhil Muhadzab, Maktabah alIrsyad tt, juz XIII, halaman 102. Hikmah di atas berlandaskan salah satu firman Allah swt dalam AlQuran, yaitu Artinya Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui. Dari hasil pekerjaan itulah kemudian ia bisa menikmati hasilnya. Syekh Ali Ahmad AlJurjawi dalam kitabnya mengatakan Artinya Sesungguhnya manusia itu diciptakan untuk bekerja dan berusaha, sedangkan spekulasi sama sekali tidak ada hal itu bekerja dan berusaha, karena ia dalam mencari nafkah berpedoman pada anganangan, dan mencari rezeki dengan cara khayalan. Syekh Ali alJurjawi, Hikmatut Tasyri wa Falsafatuh, Beirut, Darul Fikr tt, juz II, halaman 93. Orang yang untung akan tamak rakus dalam urusan harta, sehingga dia akan terus bermain judi. Karena itu, Islam melarangnya, agar halhal seperti ini tidak lagi terjadi. Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren AlHikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Cara Termudah Meraih Lailatul Qadar
https://www.harakatuna.com/cara-termudah-meraih-lailatul-qadar.html
Salah satu cara yang bisa dianggap paling mudah untuk mendapatkan kemuliaan lailatul qadar adalah dengan melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah terutama shalat Isya’ dan shalat Subuh yang mempunyai keutamaan lebih. Lebih-lebih lagi jika shalat jamaah dilaksanakan di masjid. Ini berlandaskan beberapa riwayat-riwayat yang bersumber dari para sahabat dan tabiin. Pendiri madzhab Maliki, Malik bin Anas dalam kitabnya al-Muwaththa’ mencamtumkan sebuah riwayat menyebutkan bahwa Said bin al-Musayyib pernah mengatakan: Siapapun yang melaksanakan shalat Isya’ pada malam lailatul qadar, maka ia telah mengambil bagiannya dari lailatul qadar. Al-Baihaqi dalam Syuʻab al-Îmân meriwayatkan sebuah hadis marfûʻ dari Abu Hurairah ra, Barangsiapa yang shalat Isya secara berjamaah di bulan Ramadan maka sungguh ia telah mendapatkan lailatul qadar. Dalam Sahîh Muslim diceritakan bahwa suatu ketika setelah shalat Maghrib Utsman bin Affan masuk masjid kemudian duduk menyendiri. Lalu didatangi oleh Abdurrahman bin Abi Amrah, Utsman bin Affan pun berkata, wahai keponakanku, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang shalat Isya secara berjamaah, maka seakan-akan ia telah qiyamul lail selama setengah malam itu. Siapapun yang shalat Subuh secara berjamaah, seakan-akan ia telah menghabiskan seluruh malam itu dengan ibadah shalat. Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathâif al-Maʻârif merncamtumkan hadis mursal dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali, bahwa Nabi saw pernah bersabda: Barangsiapa ketika datang Ramadan dalam keadaan sehat dan Muslim, siangnya berpuasa, malamnya terbiasa shalat, menutup pandangannya dari hal-hal yang haram, menjaga kemaluan, lidah dan tangannya, selalu shalat secara berjamaah, dan berangkat shalat Jumat pagi-pagi, maka ia sungguh telah berpuasa sebulan penuh, menyempurnakan pahala, mendapatkan lailatul qadar, dan beruntung memperoleh hadiah dari Allah swt. Al-Tirmidzi dalam kitab Sunan-nya meriwayatkan bahwa suatu ketika ibunda Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, jika aku tahu kapan lailatul qadar, doa apa yang aku panjatkan? Rasulullah saw menjawab, ucapkanlah doa;
Salah satu cara yang bisa dianggap paling mudah untuk mendapatkan kemuliaan lailatul qadar adalah dengan melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah terutama shalat Isya dan shalat Subuh yang mempunyai keutamaan lebih. Lebihlebih lagi jika shalat jamaah dilaksanakan di masjid. Ini berlandaskan beberapa riwayatriwayat yang bersumber dari para sahabat dan tabiin. Pendiri madzhab Maliki, Malik bin Anas dalam kitabnya alMuwaththa mencamtumkan sebuah riwayat menyebutkan bahwa Said bin alMusayyib pernah mengatakan Siapapun yang melaksanakan shalat Isya pada malam lailatul qadar, maka ia telah mengambil bagiannya dari lailatul qadar. AlBaihaqi dalam Syuʻab alÎmân meriwayatkan sebuah hadis marfûʻ dari Abu Hurairah ra, Barangsiapa yang shalat Isya secara berjamaah di bulan Ramadan maka sungguh ia telah mendapatkan lailatul qadar. Dalam Sahîh Muslim diceritakan bahwa suatu ketika setelah shalat Maghrib Utsman bin Affan masuk masjid kemudian duduk menyendiri. Lalu didatangi oleh Abdurrahman bin Abi Amrah, Utsman bin Affan pun berkata, wahai keponakanku, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda Barangsiapa yang shalat Isya secara berjamaah, maka seakanakan ia telah qiyamul lail selama setengah malam itu. Siapapun yang shalat Subuh secara berjamaah, seakanakan ia telah menghabiskan seluruh malam itu dengan ibadah shalat. Ibnu Rajab alHanbali dalam kitab Lathâif alMaʻârif merncamtumkan hadis mursal dari Abu Jafar Muhammad bin Ali, bahwa Nabi saw pernah bersabda Barangsiapa ketika datang Ramadan dalam keadaan sehat dan Muslim, siangnya berpuasa, malamnya terbiasa shalat, menutup pandangannya dari halhal yang haram, menjaga kemaluan, lidah dan tangannya, selalu shalat secara berjamaah, dan berangkat shalat Jumat pagipagi, maka ia sungguh telah berpuasa sebulan penuh, menyempurnakan pahala, mendapatkan lailatul qadar, dan beruntung memperoleh hadiah dari Allah swt. AlTirmidzi dalam kitab Sunannya meriwayatkan bahwa suatu ketika ibunda Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw Wahai Rasulullah, jika aku tahu kapan lailatul qadar, doa apa yang aku panjatkan Rasulullah saw menjawab, ucapkanlah doa
Hukum Tebus Murah di Alfamart, Indomart dan Semisalnya, Bolehkah?
https://bimbinganislam.com/hukum-tebus-murah-di-alfamart-indomart-dan-semisalnya-bolehkah/
Hukum Tebus Murah di Alfamart, Indomart dan Semisalnya, Bolehkah? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Hukum Tebus Murah di Alfamart, Indomart dan Semisalnya, Bolehkah? selamat membaca. [lwptoc] Promo tebus murah merupakan promo yang sedang dijalankan oleh merchant atau supplier di Indomaret/Alfamart. Saya yakin Anda pasti pernah ditawarkan promo tebus murah ini oleh kasir Indomaret/Alfamart, kurang lebihnya seperti ini contohnya: Karena Bapak sudah berbelanja lebih dari 100 ribu untuk produk Unilover, maka bapak berhak untuk promo tebus murah minyak goreng tropicol satu liter dengan harga 7 ribu saja, apakah bapak berminat? Jadi konsep tebus murah itu adalah pembelian bersyarat, yakni pembeli dapat membeli barang yang dipromokan dengan harga murah dengan syarat ia berbelanja terlebih dahulu dengan batas minimal nominal tertentu yang ditetapkan oleh pihak toko, jika pembeli memenuhi syarat tersebut maka ia berhak untuk membeli barang yang dipromokan dengan harga miring, nah apakah demikian diperbolehkan? 1. Bantahan Bagi Yang Mengatakan Transaksi ini Tidak Boleh Sebagian ustadz ada yang berpendapat bahwa transaksi seperti ini tidak diperkenankan alias haram, beliau berargumen bahwa transaksi ini adalah penggabungan dua akad dalam satu akad transaksi (shafqataini fi shafqah wahidah/baiataini fi baiah) atau dua kesepakatan dalam satu kesepakatan, yang mana hal ini dilarang oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam beberapa hadist di antaranya: : Dari Abu Hurairah radiyallaahu anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam melarang dua jual beli dalam satu jual beli. [HR. Tirmidzi no. 1231, Ahmad no. 9582, 10153; An-Nasai no. 4632] Juga hadist dalam riwayat yang lain: Barangsiapa yang menjual dengan dua penjualan dalam satu transaksi, maka baginya harga yang terendah atau riba. [HR. Abu Dawud no. 3461, Ibnu Hibban no. 4974, Al-Haakim no. 2292] Para ulama memiliki beberapa tafsiran makna atas larangan Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam hadist tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut: 1.1. Tafsir Hadits Larangan Menggabungkan Dua Akad 1.1.1. Tafsir Hadits Menurut Imam At-Tirmidzi Berkata al-Imam al-Tirmidzi: Sebagian ulama telah menafsirkannya, mereka berkata bahwa dua akad transaksi dalam satu akad itu misalnya seperti engkau mengatakan: saya jual baju ini padamu dengan kontan harganya 10 tapi kalau tunda (nyicil/kredit) harganya 20, kemudian ia berpisah dengan tanpa memilih salah satu akad yang ada, jika ia berpisah dengan sebelumnya memilih salah satunya maka boleh, boleh jika akadnya atas salah satu dari dua transaksi. (Jami al-Tirmidzi, bab ma jaa fi al-nahyi an baiatain fi baiah juz:2 hal:513) Menurut tafsiran yang dibawakan oleh al-Imam al-Tirmidzi, bentuk transaksi yang terlarang dalam hadist adalah jika ada seorang menjual barang kemudian menawarkan dua harga kepada calon pembeli, harga kontan misalnya 10 ribu, harga kredit 20 ribu, kemudian konsumen mengatakan sepakat dengan penjual dalam transaksi lantas pergi namun belum memilih harga mana yang ia ridhoi, nah yang demikian ini yang terlarang, dan gambaran ini tidak didapati dalam kasus tebus murah. 1.1.2. Tafsir Hadits Menurut Syaikh bin Baz Makna kedua yang dipahami oleh ulama dalam hadist di atas adalah jual beli inah/jual beli yang hakikatnya riba, Syaikh Abdul Aziz bin Baz mantan mufty Saudi Arabia dahulu mengatakan: () Di antara makna dua akad transaksi dalam satu akad adalah seorang menjual produk dengan cara non cash (nyicil) kepada konsumen, kemudian barang tersebut dibeli lagi oleh penjual dengan harga lebih murah cash, inilah dua akad dalam satu akad, dan dinamakan jual beli inah (riba) hukumnya haram, seorang menjual produk dengan harga seratus misalnya, kemudian ia beli lagi dari pembeli seharga 80 kontan, atau 60 cash, ini adalah tipu muslihat pada riba, seakan sama saja ia memberi uang 60 kontan sampai kemudian ia mengembalikannya 100 dengan cara nyicil, inilah dua akad jual beli dalam satu akad, dan ini adalah pokok transaksi riba. Lihat: Tafsiran kedua yang dipaparkan oleh ahli ilmu dalam memahami hadist di atas adalah maksudnya larangan jual beli inah, yakni jual beli yang hakikatnya adalah pinjaman uang berbunga, pinjam uang 80 misalnya, kemudian ia bayar tunda/nyicil sebanyak 100, hanya saja transaksinya dibungkus dengan akad jual beli yang mengesankan seakan itu jual beli, padahal hakikatnya adalah transaksi ribawi, dan kalau kita lihat makna seperti ini dalam tebus murah, yang demikian tidak kita dapati. 1.1.3. Tafsir Hadits Menurut Ibnu Qayyim Makna ketiga yang dipahami oleh para ulama dari hadist larangan melakukan dua transaksi dalam satu akad adalah kedua pelaku mempersyaratkan jual beli dengan jual beli, lebih jelasnya seperti yang disampaikan oleh Ibnu al-Qayyim berikut: : : Dikatakan salah satu makna hadistnya adalah kedua pelaku transaksi mempersyaratkan sebuah transaksi dengan terlaksananya sebuah transaksi terlebih dahulu, pihak yang menafsirkannya dengan sudut pandang ini adalah al-Syafii, beliau mengatakan: yakni seperti seorang penjual mengatakan saya akan menjual kuda ini padamu dengan harga 1000 tapi syaratnya engkau menjual rumahmu padaku dengan harga sekian, yakni jika berlaku bagimu milikku, maka juga berlaku bagiku milikmu. Lihat: Dari pemaknaan ketiga hadist yang kita perbincangkan, makna yang ketiga ini juga tidak berlaku pada gambaran transaksi tebus murah, sehingga sejatinya tidak ada larangan dalam gambaran transaksi tebus murah. 2. Syaikh Al-Utsaimin Pernah Ditanya Kasus Serupa dengan Program Tebus Murah, Beliau Memperbolehkan Dalam hal ini ada gambaran khusus yang serupa dengan kasus tebus murah yang pernah ditanyakan kepada Syaikh Muhammad bin Solih al-Utsaimin, dan beliau memperbolehkannya, beliau tidak memasukkan gambaran transaksi tebus murah pada pemaknaan larangan hadist melakukan dua transaksi dalam satu transaksi, justru beliau memasukkannya pada jual beli bersyarat dengan syarat yang mubah/diperbolehkan. Pertanyaan: Berikut ini pertanyaan yang pernah dilontarkan kepada beliau: Bagaimana pandangan syariat terkait penjual yang menjual suatu produk pada Anda dan mempersyaratkan atas Anda untuk melakukan perkara yang lain jika Anda ingin mengambil produk tersebut (produk pertama), dengan melihat karena orang-orang tidak terlalu tertarik dengan jenis produk itu (yang pertama), bagaimana hukum transaksinya, apakah sah? apakah ada dosa ketika membeli produk tersebut? Jawaban: Syaikh al-Utsaimin menjawab: . : : : : Iya, yang demikian tidak mengapa, maksudnya tidak mengapa jika penjual mengatakan kepada Anda sebagai konsumen saya tidak akan menjual pada Anda barang niaga tertentu melainkan Anda harus membeli terlebih dulu barang yang lain, jika Anda ridho/setuju dengan persyaratan tersebut tidak mengapa, ini berdasarkan keumuman firman Allah taala: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (Al-Maidah:1) Juga atas dasar sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam: Kaum muslimin harus memenuhi syarat-syarat yang telah mereka sepakati kecuali syarat yang mengharamkan suatu yang halal atau menghalalkan suatu yang haram. (HR. Ahmad 2/366, Abu Dwud no. 3594). Juga atas dasar sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam: Syarat yang paling layak untuk dipenuhi adalah apa menyebabkan kemaluannya menjadi halal bagi kalian (syarat dalam pernikahan). (HR. Bukhari, 2721 dan Muslim, 1418). Hukum asal terkait syarat sebagaimana hukum asal akad yakni halal dan mubah sampai ada dalil yang melarangnya. Lihat: 3. Kesimpulan Kesimpulannya adalah program promo tebus murah yang dilakukan oleh beberapa toko retail atau merchant dan semisalnya adalah halal dan boleh, dan bukan termasuk dalam makna larangan hadist menggabungkan dua akad dalam satu akad, justru hal tersebut adalah termasuk jual beli dengan akad bersyarat yang masih diperbolehkan oleh syariat sebagaimana paparan dari Syaikh Muhammad bin Solih al-Utsaimin, jadi silakan masyarakat bisa memanfaatkan promo tersebut dan tidak perlu ragu, demikian sedikit paparan dari kami, wallahu alam bis showab. Baca juga: Bolehkah Kasir Alfam*rt/Indom*rt Membeli Tebus Murah Yang Tidak Diambil Pembeli Disusun oleh: Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Rabu, 5 Rabiul Akhir 1443 H/ 10 November 2021 M Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I klik disini
Hukum Tebus Murah di Alfamart, Indomart dan Semisalnya, Bolehkah Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Hukum Tebus Murah di Alfamart, Indomart dan Semisalnya, Bolehkah selamat membaca. lwptoc Promo tebus murah merupakan promo yang sedang dijalankan oleh merchant atau supplier di IndomaretAlfamart. Bantahan Bagi Yang Mengatakan Transaksi ini Tidak Boleh Sebagian ustadz ada yang berpendapat bahwa transaksi seperti ini tidak diperkenankan alias haram, beliau berargumen bahwa transaksi ini adalah penggabungan dua akad dalam satu akad transaksi shafqataini fi shafqah wahidahbaiataini fi baiah atau dua kesepakatan dalam satu kesepakatan, yang mana hal ini dilarang oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam beberapa hadist di antaranya Dari Abu Hurairah radiyallaahu anhu ia berkata Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam melarang dua jual beli dalam satu jual beli. 4632 Juga hadist dalam riwayat yang lain Barangsiapa yang menjual dengan dua penjualan dalam satu transaksi, maka baginya harga yang terendah atau riba. 2292 Para ulama memiliki beberapa tafsiran makna atas larangan Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam hadist tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut 1.1. Tafsir Hadits Larangan Menggabungkan Dua Akad 1.1.1. Tafsir Hadits Menurut Imam AtTirmidzi Berkata alImam alTirmidzi Sebagian ulama telah menafsirkannya, mereka berkata bahwa dua akad transaksi dalam satu akad itu misalnya seperti engkau mengatakan saya jual baju ini padamu dengan kontan harganya 10 tapi kalau tunda nyicilkredit harganya 20, kemudian ia berpisah dengan tanpa memilih salah satu akad yang ada, jika ia berpisah dengan sebelumnya memilih salah satunya maka boleh, boleh jika akadnya atas salah satu dari dua transaksi. Jami alTirmidzi, bab ma jaa fi alnahyi an baiatain fi baiah juz2 hal513 Menurut tafsiran yang dibawakan oleh alImam alTirmidzi, bentuk transaksi yang terlarang dalam hadist adalah jika ada seorang menjual barang kemudian menawarkan dua harga kepada calon pembeli, harga kontan misalnya 10 ribu, harga kredit 20 ribu, kemudian konsumen mengatakan sepakat dengan penjual dalam transaksi lantas pergi namun belum memilih harga mana yang ia ridhoi, nah yang demikian ini yang terlarang, dan gambaran ini tidak didapati dalam kasus tebus murah. Lihat Tafsiran kedua yang dipaparkan oleh ahli ilmu dalam memahami hadist di atas adalah maksudnya larangan jual beli inah, yakni jual beli yang hakikatnya adalah pinjaman uang berbunga, pinjam uang 80 misalnya, kemudian ia bayar tundanyicil sebanyak 100, hanya saja transaksinya dibungkus dengan akad jual beli yang mengesankan seakan itu jual beli, padahal hakikatnya adalah transaksi ribawi, dan kalau kita lihat makna seperti ini dalam tebus murah, yang demikian tidak kita dapati. Lihat Dari pemaknaan ketiga hadist yang kita perbincangkan, makna yang ketiga ini juga tidak berlaku pada gambaran transaksi tebus murah, sehingga sejatinya tidak ada larangan dalam gambaran transaksi tebus murah. Syaikh AlUtsaimin Pernah Ditanya Kasus Serupa dengan Program Tebus Murah, Beliau Memperbolehkan Dalam hal ini ada gambaran khusus yang serupa dengan kasus tebus murah yang pernah ditanyakan kepada Syaikh Muhammad bin Solih alUtsaimin, dan beliau memperbolehkannya, beliau tidak memasukkan gambaran transaksi tebus murah pada pemaknaan larangan hadist melakukan dua transaksi dalam satu transaksi, justru beliau memasukkannya pada jual beli bersyarat dengan syarat yang mubahdiperbolehkan. Pertanyaan Berikut ini pertanyaan yang pernah dilontarkan kepada beliau Bagaimana pandangan syariat terkait penjual yang menjual suatu produk pada Anda dan mempersyaratkan atas Anda untuk melakukan perkara yang lain jika Anda ingin mengambil produk tersebut produk pertama, dengan melihat karena orangorang tidak terlalu tertarik dengan jenis produk itu yang pertama, bagaimana hukum transaksinya, apakah sah apakah ada dosa ketika membeli produk tersebut Jawaban Syaikh alUtsaimin menjawab . Iya, yang demikian tidak mengapa, maksudnya tidak mengapa jika penjual mengatakan kepada Anda sebagai konsumen saya tidak akan menjual pada Anda barang niaga tertentu melainkan Anda harus membeli terlebih dulu barang yang lain, jika Anda ridhosetuju dengan persyaratan tersebut tidak mengapa, ini berdasarkan keumuman firman Allah taala Hai orangorang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu. AlMaidah1 Juga atas dasar sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam Kaum muslimin harus memenuhi syaratsyarat yang telah mereka sepakati kecuali syarat yang mengharamkan suatu yang halal atau menghalalkan suatu yang haram. Juga atas dasar sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam Syarat yang paling layak untuk dipenuhi adalah apa menyebabkan kemaluannya menjadi halal bagi kalian syarat dalam pernikahan. Hukum asal terkait syarat sebagaimana hukum asal akad yakni halal dan mubah sampai ada dalil yang melarangnya. Kesimpulan Kesimpulannya adalah program promo tebus murah yang dilakukan oleh beberapa toko retail atau merchant dan semisalnya adalah halal dan boleh, dan bukan termasuk dalam makna larangan hadist menggabungkan dua akad dalam satu akad, justru hal tersebut adalah termasuk jual beli dengan akad bersyarat yang masih diperbolehkan oleh syariat sebagaimana paparan dari Syaikh Muhammad bin Solih alUtsaimin, jadi silakan masyarakat bisa memanfaatkan promo tersebut dan tidak perlu ragu, demikian sedikit paparan dari kami, wallahu alam bis showab. Baca juga Bolehkah Kasir AlfamrtIndomrt Membeli Tebus Murah Yang Tidak Diambil Pembeli Disusun oleh Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Rabu, 5 Rabiul Akhir 1443 H 10 November 2021 M Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab LIPIA Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I klik disini
Apakah Air Ketuban Najis? Ayah dan Bunda Wajib Tahu!
https://pecihitam.org/apakah-air-ketuban-najis-ayah-dan-bunda-wajib-tahu/
Pecihitam.org – Air ketuban yaitu air yang berada dalam kantung ketuban. Air ini berwarna bening kekuningan yang mengelilingi janin dalam kandungan. Air ketuban ini berfungsi sebagai air minum janin dalam kandungan yang juga merupakan urine si janin. Lalu apakah air ketuban termasuk najis? berikut ini adalah penjelasannya. Bagi perempuan yang akan melahirkan biasanya di dahului dengan pecahnya kantung ketuban yang membuat air ketuban keluar, yang membuka jalan bagi janin. Lalu bagaimana status air ketuban sebenarnya, apakah suatu yang najis ataukah suci? dalam kitab Fath Al-Mu’in karya Syekh Zainuddin menerangkan tentang status hukum dari air ketuban, beliau menjelaskan bahwa: . (: ) “Cairan yang terdapat dalam kelamin perempuan (jalan depan) dihukumi suci. cairan tersebut berwarna putih yang merupakan kombinasi antara air madzi dan air keringat. Cairan tersebut keluar dari dalam rahim yang tidak wajib dibasuh (ketika mandi besar). Berbeda halnya hukumnya dengan cairan yang keluar dari Rahim (kelamin) yang wajib dibasuh, maka cairan tersebut sangat dipastikan dihukumi suci. sedangkan cairan yang keuar dari belakang bagian dalam Rahim maka secara pasti dihukumi najis, seperti halnya setiap cairan yang keluar dari bagian dalam (tubuh) dan seperti cairan yang keluar bersamaan dengan janin atau cairan yang keluar sebelum keluarnya janin, maka sesungguhnya cairan ini dihukumi najis.” (Syekh Zainuddin al-Maliabari, Fath al-Mu’in, juz 1, hal. 104) Dalam Jawahir Al-Iklil juga disebutkan Wajib wudhu karena keluarnya air ketuban yaitu cairan putih yang keluar dari kemaluan perempuan menjelang kelahiran. Imam Al-Dasuqi dalam kitabnya Hasyiyah Al-Dasuqi ‘Ala Syarh Al-Kabir, sebab hal itu menyerupai air seni sebab keluarnya sama-sama dari kemaluan . Dan wajib wudhu sebab air ketuban yaitu darah putih yang keluar menjelang kelahiran karena air ketuban seperti air kencing. Menurut pendapat Ibnu Rusd tidak ada kewajiban wudhu karena keluarnya air ketuban bukanlah hal yang biasa, pendapat ini perlu dilihat lagi, dan Pendapat yang paling jelas dari dua pendapat tadi adalah pendapat yang pertama. Namun secara jenis air ketuban dibedakan dengan darah nifas, ketika seseorang yang mengeluarkan air ketuban yang berarti ia melahirkan, maka apabila ia tidak mengeluarkan darah nifas maka hukumnya adalah dengan segera bersuci dengan membersihkan air ketubannya cukup di bersihkan. Setelah tidak ada air ketuban padanya maka ia diwajibkan untuk melaksanakan sholat, berbeda ketika seseorang mengeluarkan darah nifas, yang membuatnya tidak wajib bahkan dilarang melaksanakan sholat apabila ia masih dalam keadaan nifas. Juga cara bersucinya berbeda dengan nifas, jika nifas wajib bersuci dengan mandi besar yang diniatkan untuk menghilangkan hadats nifas, sedangkan air ketuban cukup disiram, air ketuban dihukumi sama dengan air kencing. Setelah kita membaca penjelasan di atas kita jadi tau apakah air ketuban itu najis ataukah tidak, Sehingga dalam penyikapannya apabila mengenai pakaian tidak sah jika digunakan untuk sholat sebelum dibersihkan. Wallahua’lam.
Pecihitam.org Air ketuban yaitu air yang berada dalam kantung ketuban. Air ini berwarna bening kekuningan yang mengelilingi janin dalam kandungan. Bagi perempuan yang akan melahirkan biasanya di dahului dengan pecahnya kantung ketuban yang membuat air ketuban keluar, yang membuka jalan bagi janin. Cairan yang terdapat dalam kelamin perempuan jalan depan dihukumi suci. cairan tersebut berwarna putih yang merupakan kombinasi antara air madzi dan air keringat. Berbeda halnya hukumnya dengan cairan yang keluar dari Rahim kelamin yang wajib dibasuh, maka cairan tersebut sangat dipastikan dihukumi suci. Syekh Zainuddin alMaliabari, Fath alMuin, juz 1, hal. Imam AlDasuqi dalam kitabnya Hasyiyah AlDasuqi Ala Syarh AlKabir, sebab hal itu menyerupai air seni sebab keluarnya samasama dari kemaluan . Dan wajib wudhu sebab air ketuban yaitu darah putih yang keluar menjelang kelahiran karena air ketuban seperti air kencing. Setelah tidak ada air ketuban padanya maka ia diwajibkan untuk melaksanakan sholat, berbeda ketika seseorang mengeluarkan darah nifas, yang membuatnya tidak wajib bahkan dilarang melaksanakan sholat apabila ia masih dalam keadaan nifas. Juga cara bersucinya berbeda dengan nifas, jika nifas wajib bersuci dengan mandi besar yang diniatkan untuk menghilangkan hadats nifas, sedangkan air ketuban cukup disiram, air ketuban dihukumi sama dengan air kencing. Setelah kita membaca penjelasan di atas kita jadi tau apakah air ketuban itu najis ataukah tidak, Sehingga dalam penyikapannya apabila mengenai pakaian tidak sah jika digunakan untuk sholat sebelum dibersihkan.
Hukum Sedekah Kepada Orang Kaya, Siapa Orang yang Berhak Menerima Sedekah?
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/hukum-sedekah-kepada-orang-kaya
Sedekah dalam Islam adalah bentuk amalan yang memiliki pahala besar. Seorang muslim yang menyedekahkan harta bendanya sebagian akan mendapat pahala berlipat ganda dan Allah SWT tidak akan mengurangi harta bendanya sama sekali melainkan akan dilipat gandakan lagi.Biasanya penerima harta sedekah adalah orang yang kurang mampu yang membutuhkan bantuan dari kita. Lantas bagaimana jika kita bersedekah kepada orang kaya yang mampu dan bagaimana Islam memandang fenomena ini?Sebelum membahas mengenai apa hukum bersedekah kepada orang kaya, kita akan membahas mengenai apa itu sedekah dan orang yang berhak menerima sedekah. Sedekah adalah memberikan sebagian harta kita dengan mengharap ridha Allah SWT. Sedekah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Sedekah merupakan amal shaleh yang ganjarannya sangat besar yang diberikan Allah SWT kepada pelakunya, Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah, Artinya : “Perumpamaan golongan yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah adalah seperti satu biji benih yang menumbuhkan tujuh batang tangkai. Dan di setiap satu batang tangkai itu terdapat seratus biji benih. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki dan Allah itu Maha Memberi Keluasan lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 2 : 261).Biasanya orang yang menerima sedekah adalah orang yang kurang mampu atau fakir dan miskin karena mereka merupakan golongan yang memang memerlukan bantuan. Dalam sudut pandang pun, yang berhak menerima sedekah adalah orang yang mempunyai anafnya sendiri.Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surah Al-Baqarah, Artinya : “Dan sekiranya kamu menyembunyikan (sedekah) dan memberikan sedekah kepada golongan fakir, maka itu aadalah lebih baik buat kamu serta akan menghapus dosa-dosa kamu.” (QS. Al-BAqarah 2 : 271).Adapun orang-orang yang berhak menerima sedekah adalah antara lain sebagai berikut :Anak-anaknyaOrang tuaKerabat dekatAnak yatimOrang miskin, danMusafirItu lah orang-orang yang berhak menerima sedekah dan orang kaya tidak termasuk ke dalam orang-orang yang menerima sedekah karena mereka adalah golongan orang yang bisa menafkahi dan sanggup atas kebutuhan apapun.Menurut Imam al-Nawawi mengatakan bahwa, Halal (dibolehkan) untuk bersedekah sunat kepada golongan kaya tanpa khilaf (akan keharusannya di sisi para ulama). Maka, boleh untuk memberikan (sedekah) kepada golongan kaya dan diberi pahala kepada yang memberi sedekah tersebut. Akan tetapi (sedekah yang diberikan kepada) golongan yang memerlukan adalah lebih afdal. Para ashab kami berkata : “Dan disunatkan bagi orang yang kaya membersihkan diri (daripada mengambilnya) serta dimakruhkan untuk berusaha ke arah mendapatkannya.”Jadi hukum bersedekah kepada orang kaya dibolehkan, hanya saja lebih afdal jika diberikan kepada orang fakir dan miskin yang lebih membutuhkan. Karena tujuan dari sedekah adalah membantu meringankan beban seseorang yang sedang kesulitan, baik dari segi finansial dan material. Bersedekah kepda orang kaya juga merupakan pelajaran agar mereka sadar terhadap kepentingan orang lain bukan hanya keperluan diri sendiri saja. Dari situ timbul perilaku atas perbuatan sedekah yang menyadarkan mereka.Sedekah juga bisa membuat kita belajar, seperti dikutip dalam hadits, mengatakan bahwa, “Sedekah kamu kepada pencuri itu mudah-mudahan akan menyebabkan dia berhenti mencuri. Sedekah kepada pezina pula mudah-mudahan menyebabkan dia berhenti dari perbuatan zina. Manakala sedekah kepada orang kaya pula mudah-mudahan dia akan mengambil penganjaran, lalu dia juga turut membelanjakan apa yag telah Allah kurniakan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari).Jadi bisa disimpulkan bahwa sedekah kepada orang kaya adalah boleh dan tidak ada larangannya. Malah bisa membuat mereka menggerakan hatinya untuk mengikuti sedekah karena sesungguhnya perbuatan sedekah adalah sebuah anjuran bagi seorang mukmin. Sesuatu yang dilakukan dengan kebaikan akan mendapatkan kebaikan pula kelak, dan tidak ada yang sia-sia atas harta yang diberikan atas dasar mengharap ridha Allah SWT.Siapapun sasaran sedekahnya, tidak akan mengurangi harta dari keluarnya bersedekah tersebut. Dan harta yang keluar dari kantong kita dengan tujuan bersedekah tidak akan membuat kita menjadi manusia miskin. Salah satu ayat yang menerangkan keutamaan sedekah ada dalam firman Allah SWT surah Saba’, Artinya : “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ : 39)Sedekah pun tidak harus dalam wujud uang bisa dalam wujud tenaga atau jasa. Sedekah dalam bentuk uang bisa meringankan beban ekonomi seseorang, sedangkan sedekah tenaga atau jasa bisa membantu meringankan masalah seseorang.Sedekah kepada orang kaya pun bisa jadi bukan perkara uang saja, namun sedekah tenaga dan jasa. Karena tidak perlu menjadi kaya (bermateri) untuk bisa sedekah, namun karena bersedekahlah kita akan dikayakan oleh Allah SWT.Semoga Allah SWT memberikan kita semua rejeki yang cukup agar senantiasa dipermudah dalam menebarkan kebaikan.
Sedekah dalam Islam adalah bentuk amalan yang memiliki pahala besar. Seorang muslim yang menyedekahkan harta bendanya sebagian akan mendapat pahala berlipat ganda dan Allah SWT tidak akan mengurangi harta bendanya sama sekali melainkan akan dilipat gandakan lagi. Lantas bagaimana jika kita bersedekah kepada orang kaya yang mampu dan bagaimana Islam memandang fenomena iniSebelum membahas mengenai apa hukum bersedekah kepada orang kaya, kita akan membahas mengenai apa itu sedekah dan orang yang berhak menerima sedekah. Sedekah adalah memberikan sebagian harta kita dengan mengharap ridha Allah SWT. Dan di setiap satu batang tangkai itu terdapat seratus biji benih. Allah melipat gandakan ganjaran bagi sesiapa yang Dia kehendaki dan Allah itu Maha Memberi Keluasan lagi Maha mengetahui. Menurut Imam alNawawi mengatakan bahwa, Halal dibolehkan untuk bersedekah sunat kepada golongan kaya tanpa khilaf akan keharusannya di sisi para ulama. Maka, boleh untuk memberikan sedekah kepada golongan kaya dan diberi pahala kepada yang memberi sedekah tersebut. Para ashab kami berkata Dan disunatkan bagi orang yang kaya membersihkan diri daripada mengambilnya serta dimakruhkan untuk berusaha ke arah mendapatkannya. Karena tujuan dari sedekah adalah membantu meringankan beban seseorang yang sedang kesulitan, baik dari segi finansial dan material. Dari situ timbul perilaku atas perbuatan sedekah yang menyadarkan mereka. Sedekah juga bisa membuat kita belajar, seperti dikutip dalam hadits, mengatakan bahwa, Sedekah kamu kepada pencuri itu mudahmudahan akan menyebabkan dia berhenti mencuri. Sedekah kepada pezina pula mudahmudahan menyebabkan dia berhenti dari perbuatan zina. Sesuatu yang dilakukan dengan kebaikan akan mendapatkan kebaikan pula kelak, dan tidak ada yang siasia atas harta yang diberikan atas dasar mengharap ridha Allah SWT.Siapapun sasaran sedekahnya, tidak akan mengurangi harta dari keluarnya bersedekah tersebut. Dan harta yang keluar dari kantong kita dengan tujuan bersedekah tidak akan membuat kita menjadi manusia miskin. Salah satu ayat yang menerangkan keutamaan sedekah ada dalam firman Allah SWT surah Saba, Artinya Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaikbaiknya. Saba 39Sedekah pun tidak harus dalam wujud uang bisa dalam wujud tenaga atau jasa. Sedekah kepada orang kaya pun bisa jadi bukan perkara uang saja, namun sedekah tenaga dan jasa.
Posisi Duduk Tahiyat Akhir pada Sholat Tarawih
https://bimbinganislam.com/posisi-duduk-tahiyat-akhir-pada-sholat-tarawih/
Posisi Duduk Tahiyat Akhir Pada Sholat Tarawih Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Posisi Duduk Tahiyat Akhir Pada Sholat Tarawih, selamat membaca. Pertanyaan: Afwan ustadz, bagaimana posisi duduk tahiyat akhir pada sholat taraweh yang masing masing di kerjakan 2 rakaat salam yang di akhiri witir 3 rakaat, apakah dengan duduk iftirash atau tawaruk ustadz? Syukron Jazakumullah Khairan Jawaban: Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Duduknya dalam shalat ini dikembalikan dengan permasalah seputar duduknya bagi seseorang yang melakukan shalat, apakah shalatnya menggunakan satu tasyahud atau dua tasyahud, terdapat perbedaan dalam masalah ini. Dengan dalil dalil yang ada maka dipersilahkan untuk memilih posisi yang diyakini lebih rajih, walaupun yang kuat menurut kami adalah pendapat yang melakukannya dengan posisi tawarruk (seperti tasyahud akhir) sebagaimana riwayat An Nasaai (1262): Jika Nabi shallallahu alaihi wa sallam duduk pada shalat dua rakaat yang diakhiri dengan salam, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan beliau duduk tawarruk di sisi kiri. Namun begitu hendaknya yang memilih pendapat ini tidak perlu mencela atau membidahkan posisi duduk yang memilih selainnya, begitu sebaliknya. Wallahu a`lam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA.
Posisi Duduk Tahiyat Akhir Pada Sholat Tarawih Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Posisi Duduk Tahiyat Akhir Pada Sholat Tarawih, selamat membaca. Pertanyaan Afwan ustadz, bagaimana posisi duduk tahiyat akhir pada sholat taraweh yang masing masing di kerjakan 2 rakaat salam yang di akhiri witir 3 rakaat, apakah dengan duduk iftirash atau tawaruk ustadz Syukron Jazakumullah Khairan Jawaban Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Duduknya dalam shalat ini dikembalikan dengan permasalah seputar duduknya bagi seseorang yang melakukan shalat, apakah shalatnya menggunakan satu tasyahud atau dua tasyahud, terdapat perbedaan dalam masalah ini. Dengan dalil dalil yang ada maka dipersilahkan untuk memilih posisi yang diyakini lebih rajih, walaupun yang kuat menurut kami adalah pendapat yang melakukannya dengan posisi tawarruk seperti tasyahud akhir sebagaimana riwayat An Nasaai 1262 Jika Nabi shallallahu alaihi wa sallam duduk pada shalat dua rakaat yang diakhiri dengan salam, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan beliau duduk tawarruk di sisi kiri. Namun begitu hendaknya yang memilih pendapat ini tidak perlu mencela atau membidahkan posisi duduk yang memilih selainnya, begitu sebaliknya. Wallahu alam. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mutashim, Lc. MA.
Kemiskinan merupakan ujian Tuhan
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Kemiskinan-merupakan-ujian-Tuhan
QS.Surat Al-Fajr[89]:16 () 16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: Tuhanku menghinakanku[1576]. [1576] Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.
QS.Surat AlFajr8916 16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata Tuhanku menghinakanku1576. 1576 Maksudnya ialah Allah menyalahkan orangorang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hambahambaNya.
Apakah dibolehkan memberikan zakat mal kepada organisasi Islam seperti organisasi sosial keislaman yang mengalokasikan 20 % nya untuk biaya administrasi ?
https://islamqa.info/id/answers/216434/bagaimanakah-hukumnya-kepada-instansi-yang-mengkhususkan-alokasi-tertentu-untuk-kebutuhan-administrasi
Alhamdulillah.Kami pernah menanyakan pertanyaan di atas kepada Syeikh Abdurrahman al Barrak, seraya beliau menjawab: “Jika organisasi atau yayasan tersebut telah ditunjuk oleh pemerintah agar membayarkan zakat kepadanya, maka tidak masalah membayarkan zakat kepadanya, meskipun sebagian penyalurannya untuk biaya administrasi, karena mereka pada kondisi seperti itu termasuk para amil zakat dari (wali amri) pemerintah, dan amil zakat berhak menerima zakat sebagaimana yang telah Alloh sebutkan dalam kitab-Nya. Adapun yayasan dan organisasi swasta yang merupakan cabang dari instansi sosial dari kantor pusat untuk menyalurkan zakat kepada mereka yang berhak menerimanya, maka mereka tidak boleh mengalokasikan biaya administrasi dari harta zakat, karena sebutan “amil zakat” tidak termasuk mereka. Baca juga jawaban soal nomor: 128635 dan 178684. Wallahu a’lam
Alhamdulillah.Kami pernah menanyakan pertanyaan di atas kepada Syeikh Abdurrahman al Barrak, seraya beliau menjawab Jika organisasi atau yayasan tersebut telah ditunjuk oleh pemerintah agar membayarkan zakat kepadanya, maka tidak masalah membayarkan zakat kepadanya, meskipun sebagian penyalurannya untuk biaya administrasi, karena mereka pada kondisi seperti itu termasuk para amil zakat dari wali amri pemerintah, dan amil zakat berhak menerima zakat sebagaimana yang telah Alloh sebutkan dalam kitabNya. Adapun yayasan dan organisasi swasta yang merupakan cabang dari instansi sosial dari kantor pusat untuk menyalurkan zakat kepada mereka yang berhak menerimanya, maka mereka tidak boleh mengalokasikan biaya administrasi dari harta zakat, karena sebutan amil zakat tidak termasuk mereka. Baca juga jawaban soal nomor 128635 dan 178684. Wallahu alam
Istri Hendak Puasa Dzulhijjah 9 Hari, Apakah Harus Izin Suami?
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/nisa/istri-hendak-puasa-dzulhijjah-9-hari-apakah-harus-izin-suami/
Istri Hendak Puasa Dzulhijjah 9 Hari, Apakah Harus Izin Suami Dulu? Pasalnya, Ketika memasuki bulan Dzulhijjah, banyak di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, baik laki-laki maupun perempuan, yang berstatus sebagai suami atau istri. Mereka berpuasa terkadang tidak hanya di hari Tarwiyah dan hari Arafah saja, melainkan selama 9 hari sejak awal Dzulhijjah. Jika andaikan seorang istri hendak berpuasa Dzulhijjah selama 9 hari, apakah dia harus minta izin suami terlebih dahulu? Hukum Istri Hendak Puasa Dzulhijjah 9 Hari Menurut ulama Syafiiyah, ketika seorang istri hendak melakukan puasa sunnah yang hanya terjadi sekali dalam setahun, misalnya puasa Dzulhijjah, maka dia boleh melakukannya tanpa harus minta izin suaminya terlebih dahulu. Tidak masalah baginya melakukan puasa Dzulhijjah hingga 9 hari meskipun tanpa minta izin pada suaminya terlebih dahulu. Puasanya tetap dinilai sah dan tidak haram. Hal ini karena puasa 9 hari bulan Dzulhijjah tidak termasuk puasa sunnah yang harus minta izin suami terlebih dulu saat istri hendak melakukannya. Menurut ulama Syafiiyah, puasa sunnah 9 hari bulan Dzulhijjah hanya terjadi sekali dalam setahun sehingga jika seorang istri hendak melakukannya, maka dia tidak perlu minta izin pada suaminya. Meski tidak harus minta izin suami terlebih dahulu. Namun jika ada larangan jelas dari suaminya agar jangan berpuasa Dzulhijjah 9 hari kerena terlalu lama misalnya, maka seorang istri harus mengikuti perintah suaminya. Ini karena mengikuti perintah suami termasuk bagian ibadah yang juga bernilai pahala dalam Islam. Ini sebagaimana dalam kitab Hasyiatul Jamal berikut; Hukum Istri Hendak Puasa Sunnah yang Tak Berulang-ulang Adapun puasa sunnah yang tidak terjadi berulang-ulang, seperti puasa Arafah dan Asyura, maka istri boleh mempuasainya kecuali jika suaminya melarangnya. Dalam kitab Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah juga disebutkan sebagai berikut; Jika seorang istri menjalankan puasa tanpa izin suaminya, maka puasanya tetap sah, namun ia telah melakukan keharaman. Demikian pendapat kebanyakan ulama fiqih. Ulama Hanafiyah menganggapnya makruh tahrim. Hanya saja ulama Syafiiyah mengkhususkan keharaman jika puasa tersebut terjadi berulang kali. Adapun jika puasa tersebut tidak terjadi berulang-ulang, seperti puasa Arafah, puasa Asyura, puasa enam hari di bulan Syawal. Maka dia boleh melakukannya tanpa izin suaminya, kecuali jika memang suaminya melarangnya. Demikian penjelasan hukum istri hendak puasa Dzulhijjah 9 hari, apakah harus izin suami dulu? Semoga bermanfaat. (Baca: Bolehkah Istri Melarang Suaminya Melakukan Puasa Sunnah?).
Istri Hendak Puasa Dzulhijjah 9 Hari, Apakah Harus Izin Suami Dulu Pasalnya, Ketika memasuki bulan Dzulhijjah, banyak di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, baik lakilaki maupun perempuan, yang berstatus sebagai suami atau istri. Mereka berpuasa terkadang tidak hanya di hari Tarwiyah dan hari Arafah saja, melainkan selama 9 hari sejak awal Dzulhijjah. Jika andaikan seorang istri hendak berpuasa Dzulhijjah selama 9 hari, apakah dia harus minta izin suami terlebih dahulu Hukum Istri Hendak Puasa Dzulhijjah 9 Hari Menurut ulama Syafiiyah, ketika seorang istri hendak melakukan puasa sunnah yang hanya terjadi sekali dalam setahun, misalnya puasa Dzulhijjah, maka dia boleh melakukannya tanpa harus minta izin suaminya terlebih dahulu. Tidak masalah baginya melakukan puasa Dzulhijjah hingga 9 hari meskipun tanpa minta izin pada suaminya terlebih dahulu. Puasanya tetap dinilai sah dan tidak haram. Hal ini karena puasa 9 hari bulan Dzulhijjah tidak termasuk puasa sunnah yang harus minta izin suami terlebih dulu saat istri hendak melakukannya. Menurut ulama Syafiiyah, puasa sunnah 9 hari bulan Dzulhijjah hanya terjadi sekali dalam setahun sehingga jika seorang istri hendak melakukannya, maka dia tidak perlu minta izin pada suaminya. Meski tidak harus minta izin suami terlebih dahulu. Namun jika ada larangan jelas dari suaminya agar jangan berpuasa Dzulhijjah 9 hari kerena terlalu lama misalnya, maka seorang istri harus mengikuti perintah suaminya. Ini karena mengikuti perintah suami termasuk bagian ibadah yang juga bernilai pahala dalam Islam. Ini sebagaimana dalam kitab Hasyiatul Jamal berikut Hukum Istri Hendak Puasa Sunnah yang Tak Berulangulang Adapun puasa sunnah yang tidak terjadi berulangulang, seperti puasa Arafah dan Asyura, maka istri boleh mempuasainya kecuali jika suaminya melarangnya. Dalam kitab AlMausuah AlFiqhiyah AlKuwaitiyah juga disebutkan sebagai berikut Jika seorang istri menjalankan puasa tanpa izin suaminya, maka puasanya tetap sah, namun ia telah melakukan keharaman. Demikian pendapat kebanyakan ulama fiqih. Ulama Hanafiyah menganggapnya makruh tahrim. Hanya saja ulama Syafiiyah mengkhususkan keharaman jika puasa tersebut terjadi berulang kali. Adapun jika puasa tersebut tidak terjadi berulangulang, seperti puasa Arafah, puasa Asyura, puasa enam hari di bulan Syawal. Maka dia boleh melakukannya tanpa izin suaminya, kecuali jika memang suaminya melarangnya. Demikian penjelasan hukum istri hendak puasa Dzulhijjah 9 hari, apakah harus izin suami dulu Semoga bermanfaat. Baca Bolehkah Istri Melarang Suaminya Melakukan Puasa Sunnah.
Sunah Nabi, Lakukan Shalat Sunah 2 Rakaat Sebelum Bepergian
https://www.harakatuna.com/sunah-nabi-lakukan-shalat-sunah-2-rakaat-sebelum-bepergian.html
Harakatuna.com – Sebagai umat Islam, kita selalu diwajibkan untuk berperilaku sesuai sunah Nabi. Nabi menganjurkan untuk selalu melakukan perbuatan sunah atau ketaatan sesuai dengan kemampuannya. Tentu melakukan sunah Nabi ini harus dalam segala lini kehidupan, jangan pilih-pilih dengan mengikuti hawa nafsunya. Dan perlu diketahui bahwa salah satu sunah Nabi Muhammad adalah melakukan shalat sunah 2 rakaat sebelum bepergian. Shalat sunah 2 rakaat sebelum bepergian ini merupakan salah satu etika Islam ketika seseorang hendak bepergian. Tentu banyak tujuan melakukan etika ini, selain meminta keselamatan ketika bepergian, juga saat bepergian dijauhkan dari segala mara bahaya. Nabi Muhammad sendiri, seperti yang dituturkan oleh sahabat Anas bin Malik tidak pernah absen melakukan shalat sunah 2 rakaat sebelum bepergian. : Artinya: “Sahabat Anas menceritakan bahwa Nabi Muhammad tidaklah meninggalkan rumah sebelum shalat dua rakaat. (HR Al-Hakim). Adapun tatacara melakukan shalat 2 rakaat ini adalah pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca Surat Al-Kafirun. Dan pada rakaat kedua membaca surat-Al-Ikhlas. Hal ini sebagaimana yang diterangkan Imam Nawawi dalam kitabnya, Majmu’ Syarhu Muhazab ( ) ( ) . : ( ) Artinya: ”Disunahkan shalat dua rakaat menjelang keluar rumah. Pada rakaat pertama, disunahkan membaca surat Al-Kafirun dan membaca surat Al-Ikhlas untuk rakaat kedua. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW mengatakan: Tidak ada amalan yang lebih utama ketika keluar rumah kecuali shalat dua rakaat. Sahabat Anas menceritakan bahwa Nabi SAW tidaklah meninggalkan rumah sebelum shalat dua rakaat. (HR Al-Hakim). Setelah shalat, dianjurkan membaca ayat Kursi dan surat Quraisy” Semoga kita semua bisa mengamalkan dan membiasakan sunah Rasul ini ketika hendak bepergian, Amin.
Harakatuna.com Sebagai umat Islam, kita selalu diwajibkan untuk berperilaku sesuai sunah Nabi. Nabi menganjurkan untuk selalu melakukan perbuatan sunah atau ketaatan sesuai dengan kemampuannya. Tentu melakukan sunah Nabi ini harus dalam segala lini kehidupan, jangan pilihpilih dengan mengikuti hawa nafsunya. Dan perlu diketahui bahwa salah satu sunah Nabi Muhammad adalah melakukan shalat sunah 2 rakaat sebelum bepergian. Shalat sunah 2 rakaat sebelum bepergian ini merupakan salah satu etika Islam ketika seseorang hendak bepergian. Tentu banyak tujuan melakukan etika ini, selain meminta keselamatan ketika bepergian, juga saat bepergian dijauhkan dari segala mara bahaya. Nabi Muhammad sendiri, seperti yang dituturkan oleh sahabat Anas bin Malik tidak pernah absen melakukan shalat sunah 2 rakaat sebelum bepergian. Artinya Sahabat Anas menceritakan bahwa Nabi Muhammad tidaklah meninggalkan rumah sebelum shalat dua rakaat. HR AlHakim. Adapun tatacara melakukan shalat 2 rakaat ini adalah pada rakaat pertama setelah AlFatihah membaca Surat AlKafirun. Dan pada rakaat kedua membaca suratAlIkhlas. Hal ini sebagaimana yang diterangkan Imam Nawawi dalam kitabnya, Majmu Syarhu Muhazab . Artinya Disunahkan shalat dua rakaat menjelang keluar rumah. Pada rakaat pertama, disunahkan membaca surat AlKafirun dan membaca surat AlIkhlas untuk rakaat kedua. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW mengatakan Tidak ada amalan yang lebih utama ketika keluar rumah kecuali shalat dua rakaat. Sahabat Anas menceritakan bahwa Nabi SAW tidaklah meninggalkan rumah sebelum shalat dua rakaat. HR AlHakim. Setelah shalat, dianjurkan membaca ayat Kursi dan surat Quraisy Semoga kita semua bisa mengamalkan dan membiasakan sunah Rasul ini ketika hendak bepergian, Amin.
Doa yang Diajarkan Nabi Kepada Abu Bakar
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-yang-diajarkan-nabi-kepada-abu-bakar/
Sejarah Islam mencatat bahwa Abu Bakar r.a. adalah seorang laki-laki yang sangat dekat dengan Nabi saw. Bahkan ia adalah salah satu orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki dewasa. Tidak hanya menjadi sahabat Nabi saw. Abu Bakar juga adalah mertua Nabi saw. setelah putrinya Aisyah r.a. dinikahi Nabi saw. Oleh karena kedekatan dengan Nabi saw. tersebut, Abu Bakar r.a. pernah meminta kepada Nabi saw. agar diajarkan sebuah doa yang dapat ia baca ketika di dalam shalat. : . . Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, bahwasannya ia berkata pada Rasulullah saw., Ajarilah aku sebuah doa yang dapat aku baca di dalam shalatku. Beliau menjawab, Bacalah Allahumma Inni Dzalamtu Nafsi Dzulman Katsiran wala yaghfirudz dzunuba illa anta faghfirli maghfiratan min indika war hamni inna antal ghafuurur rahiim/ ya Allah sungguh aku telah mendzalimi diriku dengan kedzliman yang banyak. Dan Engkaulah yang dapat mengampuni dosa-dosa, maka berikanlah untuku ampunan dari Mu, dan kasihanilah aku. Sungguh Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha penyayang. (HR. At-Tirmidzi). Doa yang diajarkan Nabi saw. kepada Abu Bakar r.a. tersebut dibaca setelah membaca bacaan tasyahud akhir dan sebelum salam. Sebuah doa tentang pengakuan dosa seorang hamba kepada Allah, dan permohonan ampunan dan rahmat kepada Nya. Semoga kita dapat mengamalkannya. Aamiin. Wa Allahu Alam bis Shawab.
Sejarah Islam mencatat bahwa Abu Bakar r.a. adalah seorang lakilaki yang sangat dekat dengan Nabi saw. Bahkan ia adalah salah satu orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan lakilaki dewasa. Tidak hanya menjadi sahabat Nabi saw. Abu Bakar juga adalah mertua Nabi saw. setelah putrinya Aisyah r.a. dinikahi Nabi saw. Oleh karena kedekatan dengan Nabi saw. tersebut, Abu Bakar r.a. pernah meminta kepada Nabi saw. agar diajarkan sebuah doa yang dapat ia baca ketika di dalam shalat. . . Dari Abu Bakar AshShiddiq, bahwasannya ia berkata pada Rasulullah saw., Ajarilah aku sebuah doa yang dapat aku baca di dalam shalatku. Beliau menjawab, Bacalah Allahumma Inni Dzalamtu Nafsi Dzulman Katsiran wala yaghfirudz dzunuba illa anta faghfirli maghfiratan min indika war hamni inna antal ghafuurur rahiim ya Allah sungguh aku telah mendzalimi diriku dengan kedzliman yang banyak. Dan Engkaulah yang dapat mengampuni dosadosa, maka berikanlah untuku ampunan dari Mu, dan kasihanilah aku. Sungguh Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha penyayang. HR. AtTirmidzi. Doa yang diajarkan Nabi saw. kepada Abu Bakar r.a. tersebut dibaca setelah membaca bacaan tasyahud akhir dan sebelum salam. Sebuah doa tentang pengakuan dosa seorang hamba kepada Allah, dan permohonan ampunan dan rahmat kepada Nya. Semoga kita dapat mengamalkannya. Aamiin. Wa Allahu Alam bis Shawab.
Ketika Kitab Suci Tak Lagi Dihormati
https://muslim.or.id/9381-ketika-kitab-suci-tak-lagi-dihormati.html
Daftar Isi Allah taala berfirman (yang artinya), Alif lam mim. Ini adalah kitab yang tidak ada keraguan sama sekali padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. al-Baqarah: 2) Imam Ibnu Katsir rahimahullah telah mengungkapkan makna kata-kata laa raiba fiih ini di dalam tafsirnya, dengan suatu penafsiran yang sangat ilmiah, kuat, dan gamblang. Beliau rahimahullah berkata, Makna kalimat ini dalam konteks ini adalah bahwasanya kitab ini yaitu al-Quran tidak ada keraguan padanya bahwa ia benar-benar turun dari sisi Allah. Sebagian ulama menjelaskan bahwa kalimat ini adalah berita yang mengandung larangan; maksudnya adalah janganlah kalian meragukan tentangnya. (lihat Tafsir al-Quran al-Azhim [1/52]) al-Quran, sebuah kitab suci yang turun dari Allah, bukan produk pemikiran manusia ataupun buah proses kebudayaan yang mereka ciptakan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Allah taala berfirman (yang artinya), Turun membawanya ar-Ruh al-Amin/malaikat Jibril, dan diwahyukan kepada hatimu, agar kamu menjadi salah seorang pemberi peringatan. (QS. asy-Syuara: 193-194) al-Quran ini datang dari sisi Allah, bukan hasil rekayasa otak seorang manusia, sesosok tokoh revolusi atau pujangga arab tempo dulu, sejenius dan sehebat apapun dia. Allah taala berfirman (yang artinya), Dia lah yang telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Kitab itu… (QS. Ali Imran: 7). Allah taala -dan Dia adalah sejujur-jujur pemberi perkataan- telah menegaskan (yang artinya), Tidak datang kepadanya kebatilan, dari arah depan maupun dari arah belakang, itu adalah sesuatu yang diturunkan dari Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS. Fushshilat: 42) Di dalam al-Quran itulah, Allah memberikan berbagai ketetapan hukum dari sisi-Nya -bukan dari sisi manusia- karena Allah lah Yang Maha Mengetahui segalanya, sebab Dia lah yang telah menciptakan Adam beserta keturunannya, begitu pula jin dan seluruh bagian jagad raya. Alaa yalamu man khalaq, wa huwal lathiiful khabiir. Tidakkah Dia mengetahui, yaitu Dzat yang telah menciptakan itu semua, dan Dia adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Mulk: 14) Oleh sebab itu Allah memberikan peringatan keras bagi orang-orang yang tidak mau mengakui hukum tuhan. Allah taala berfirman (yang artinya), Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah itu maka mereka itulah orang-orang kafir. (QS. al-Maaidah: 42). Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah itu maka mereka itulah orang-orang zalim. (QS. al-Maaidah: 45). Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah itu maka mereka itulah orang-orang fasik. (QS. al-Maaidah: 47) Pembaca yang budiman, sesungguhnya sekarang ini kita tidak sedang menghakimi seseorang atau sebuah pemikiran yang oleh para pencetusnya dianggap sebagai refleksi kebangkitan neo-modernisme atau pembaruan Islam dalam pandangan mereka. Apa yang ingin kita kritisi di sini adalah dampak sebuah pemikiran -sebenarnya lebih layak disebut sebagai pembodohan- yang pada hakikatnya tidak pantas untuk didiskusikan dalam wacana ilmu Islam baik di masa dahulu maupun sekarang, apalagi untuk dikembangkan dan diajarkan di berbagai institusi pendidikan. Namun, kenyataannya tidak sedikit orang yang tertipu bahkan menikmati kerancuan ini. Mereka lebih suka larut dalam buaian slogan palsu aktualisasi dan kontekstualisasi ajaran Islam, meskipun harus menempuh cara-cara yang keji dan tak malu-malu lagi untuk merusak kehormatan kitab suci. Tepat sekali, anda tentu bisa menebaknya. Siapa gerangan yang kini sedang kita bicarakan. Mereka tidak lain adalah sebuah kelompok yang merasa paling benar dan paling canggih dalam menafsirkan teks-teks keislaman serta paling bisa menjawab tantangan jaman. Dengan berbagai gaya pengungkapan dan terkadang disembunyikan dengan sedikit rasa malu, mereka telah menobatkan dirinya sebagai panglima ijtihad dan generasi pembebas umat dari belenggu taklid yang menghinggapi mayoritas umat Islam dewasa ini, sebagaimana yang mereka kira. Inilah misi usang yang mereka perjuangkan. Sesungguhnya bagi mereka, kitab suci -dalam artian yang sesungguhnya- sudah tidak ada. Yang ada adalah teks masa lalu, sebuah produk budaya (muntaj tsaqafi) yang halal dan bahkan mustahab (dianjurkan) untuk direinterpretasikan oleh siapa saja; bahkan dengan metode buatan musuh-musuh Islam sekalipun! Jaringan Islam Liberal (JIL) !!! Itulah rupanya gerakan pengacau keagamaan yang tak henti-hentinya menebar kerisauan dan kegelisahan di tengah-tengah kehidupan umat Islam di tanah air. Tentu saja apa yang dilakukan oleh JIL bersama sekutu-sekutunya (baca: firqah-firqah sesat) meresahkan hati umat Islam, terkhusus para ulama dan cendekiawan muslim dari berbagai lapisan masyarakat. Wajarlah jika kemudian muncul berbagai tanggapan negatif dari umat Islam atas keganjilan dan kelancangan JIL -dengan beraneka ragam wajah dan rupa- dalam mengkritisi nash-nash/dalil-dalil agama. Bagi JIL, hal itu -mengkritisi dan mempertanyakan firman Allah dan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam– adalah sesuatu yang biasa dan sah-sah saja. Bagi JIL agama tak ubahnya suatu organisme atau makhluk hidup yang berkembang dan berubah dari jaman ke jaman menuju tingkat kedewasaan. Dan konsekuensi dari cara berpikir semacam ini -entah mereka lupa atau pura-pura tidak tahu- adalah para pemeluk agama ini (baca: umat Islam) kelak harus menerima kenyataan sangat pahit bahwa agama yang telah mereka yakini selama ribuan tahun akan mengalami kepikunan dan pada akhirnya harus mati! Mungkin itulah sebenarnya yang dicita-citakan oleh musuh-musuh Islam penggagas pluralisme dan liberalisasi ajaran Islam. Sebab, sebagaimana yang sering dilontarkan oleh Ulil (koordinator JIL), bahwa Islam yang dia bawa adalah islam yang tidak mengenal adanya tembok pembatas antara kita (umat Islam) dengan mereka (non Islam). Sebuah pemahaman Islam yang tidak lagi mengenal konsep pengkafiran; karena semua agama -dalam pandangan mereka- adalah benar dan tepat di jalannya masing-masing. Dengan bahasa yang sederhana, sebenarnya Ulil dan teman-temannya ingin meracuni akal kita dengan sebuah logika berpikir yang sesungguhnya menunjukkan kebodohan dalam memahami takdir dan kehendak-Nya. Logika berpikir mereka itu adalah; karena Allah yang telah menciptakan agama-agama itu (baca: pluralisme) dan menghendaki mereka ada di muka bumi ini, lantas mengapa kita harus mempermasalahkan keyakinan mereka terhadap agamanya. Justru, kitalah yang seharusnya mempertanyakan keyakinan yang selama ini dianut oleh umat ini (bahwa Islam satu-satunya agama yang benar). Sebab, seandainya Allah tidak mencintai agama-agama itu sungguh tidak masuk akal dan tidak bijaksana apabila Dia membiarkan mereka bebas hidup dan menjaring sekian banyak pengikut dengan mengatasnamakan tuhan. Kalau agama-agama lain bisa menerima kritik, mengapa agama kita tidak?! Inilah inti logika berpikir (baca: kerancuan) yang bisa kita simpulkan dari berbagai produk pemikiran yang mereka hembuskan. Cara berpikir semacam itulah yang ingin dikembangkan dan disebarluaskan oleh JIL dengan seluruh daya dan kekuatan mereka. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedangkan Allah enggan melainkan menyempurnakan cahaya-Nya. Meskipun orang-orang kafir tidak suka. Sebenarnya, sebagaimana sudah kita singgung di depan, apa yang mereka lontarkan adalah tindak pembodohan dan kemalasan berpikir itu sendiri. Sesuatu yang Ulil dan rekan-rekannya berusaha lari darinya namun mereka justru terjebak berkali-kali di dalamnya. Suatu ekspresi kebingungan yang tidak selayaknya seorang yang berakal apalagi seorang muslim terpengaruh oleh hal-hal seperti ini. Berangkat dari pola berpikir yang kacau semacam itulah muncul berbagai gagasan untuk merevisi ajaran Islam dan meninjau ulang tatanan agama yang sudah baku dan mapan. Muncullah gagasan untuk menerbitkan al-Quran edisi kritis. Tidak hanya itu, bahkan praktek perkawinan sejenis pun mereka halalkan dengan dalih bahwa hal itu adalah sesuatu yang wajar secara genetis dan bagian dari sikap menunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan kebebasan. Begitu pula masalah jilbab, yang menurut mereka tidak lebih daripada ekspresi budaya arab yang bersifat sementara dan tidak universal. Sehingga menurut mereka, batasan jilbab sebenarnya adalah kepantasan menurut adat setempat. Muncul pula penolakan terhadap berbagai hukum syariat dengan anggapan bahwa hukum-hukum itu tidak lagi relevan dengan jaman dan bertentangan dengan semangat dasar Islam -menurut mereka- yaitu pembebasan. Bahkan, menurut Ulil, hukum tuhan itu tidak ada. Kebebasan telah menjelma menjadi dewa dan berhala yang dipuja-puja oleh mereka. Kaidah para ulama pun mereka plesetkan demi memuluskan niat mereka. Misalnya, ungkapan hifzhud din dan hifzhul aql -yang artinya adalah memelihara agama (Islam) dan menjaga akal- yang termasuk dalam cakupan maqashid syariah (tujuan-tujuan pokok syariat) pun mereka selewengkan artinya menjadi kebebasan beragama dan kebebasan berpikir alias liberalisme dan pluralisme yang mereka eluk-elukkan. Orang Jawa biasa menyebut tingkah mereka ini sebagai dagelan (lelucon). Namun sayangnya, dagelan ini tidak lucu, bahkan mengenaskan! Sebagaimana para pendahulu mereka penyeru kebebasan -dari kalangan Sosialis Komunis- yang konon katanya pernah mementaskan ketoprak dengan judul Patine Gusti Allah (kematian tuhan) dan pada akhirnya lakon yang memainkan peran sebagai tuhan pun benar-benar mati di atas panggung. Subhanallah! Adakah pelecehan terhadap agama yang lebih keji dan lebih kotor daripada cara-cara semacam ini?! Supaya anda tidak mengira bahwa apa yang telah diungkapkan di atas sekedar omong kosong tanpa bukti, berikut ini akan kami bawakan tulisan-tulisan mereka sendiri yang berusaha mengkritisi -kalau tidak mau dikatakan mengingkari- al-Quran dan ajaran-ajarannya. Ini semua akan menunjukkan kepada kita sejauh mana gerakan pemikiran ini telah berusaha menanamkan benih-benih pluralisme dan liberalisasi Islam kepada kaum muslimin. Dan yang sangat perlu diwaspadai oleh kita bersama adalah bahwasanya yang menjadi target utama serangan pemikiran ini adalah para generasi muda penerus bangsa, terkhusus lagi kalangan terpelajar yang duduk di bangku-bangku perguruan tinggi di berbagai penjuru negeri. Aduhai, andaikata kaumku mengetahui… Dalam situs Islam Liberal, Ahmad Fuad Fanani menulis, Al-Quran sebagai sebuah teks, menurut Nasr Hamid Abu Zayd, pada dasarnya adalah produk budaya. (Tekstualitas Al-Quran, 2000) Hal ini dapat dibuktikan dengan rentang waktu terkumpulnya teks Al-Quran dalam 20 tahun lebih yang terbentuk dalam realitas sosial dan budaya. Oleh karena itu, perlu adanya dialektika yang terus-menerus antara teks (Al-Quran) dan kebudayaan manusia yang senantiasa berkembang secara pesat. Jika hal ini tidak dilakukan, maka teks Al-Quran akan hanya menjadi benda atau teks mati yang tidak berarti apa-apa dalam kancah fenomena kemanusiaan. (lihat artikelnya yang berjudul Metode Hermeneutika Untuk Al-Quran yang dimuat oleh situs resmi JIL) Ulil berkata, Teks Quran dan sunnah harus dibaca dalam konteks tantangan yang dihadapi oleh umat Islam sekarang. Jika ada ajaran dan doktrin dalam kedua sumber itu yang tak relevan dengan keadaan sekarang, maka kita tak boleh segan-segan untuk melakukan penafsiran ulang. Slogan kaum salafiyyah, bahwa tak ada ijtihad jika sudah ada jawaban yang eksplisit dalam teks agama (la ijtihada fi mahall al-nass), menjadi tak relevan. Ijtihad justru dan tetap diperlukan walaupun sudah ada teks yang jelas. Tantangan yang kita hadapi adalah menjawab pertanyaan pokok: apakah teks yang ada itu masih relevan dengan keadaan sekarang atau tidak. (lihat Merekonstruksi Kembali Gerakan Salafiyyah, artikel Ulil di situs pribadinya yang diposting tanggal 27-8-2008) Tokoh JIL yang lain Abdul Moqsith Ghazali berkata, Kita mesti memilah-milih antara teks yang relevan dan yang tak relevan. Kita tak bisa mengawetkan tafsir-tafsir lama yang cenderung menistakan perempuan dan umat agama lain. Kita tak mungkin mempertahankan pandangan ulama yang melarang perempuan menjadi pejabat publik atau menghalalkan penumpahan darah umat agama lain. Tafsir yang demikian tak boleh mendominasi percakapan intelektual kita hari ini. Betapun canggihnya sebuah pemikiran jika berujung pada tindak kekerasan, maka ia batal dengan sendirinya. Karena itu, sekiranya mungkin, kita perlu mencari tafsir lama lain yang lebih mengapresiasi perempuan dan menghargai umat lain. Jika tak mungkin, kita seharusnya memproduksi tafsir baru yang memanusiakan kaum perempuan dan menghargai umat non-Muslim. (lihat makalah ceramahnya yang berjudul Menegaskan Kembali Pembaruan Pemikiran Islam yang dimuat di situs resmi JIL) Ulil berkata, Masyarakat kita saat ini tampaknya sedang hidup dalam era taklid baru. Dulu semangat yang menonjol dalam gerakan salafiyyah adalah mendobrak tradisi bermazhab dengan cara mengkritik praktek taklid. Saat ini, kita menyaksikan praktek taklid baru yang jauh lebih menakutkan, sebab taklid di sana dilakukan atas nama kembali kepada Quran dan sunnah sehingga seolah-olah memiliki wibawa suci yang kedap atas kritik. (lihat Merekonstruksi Kembali Gerakan Salafiyyah, artikel Ulil di situs pribadinya yang diposting tanggal 27-8-2008) Seorang mahasiswa UNSYIAH Banda Aceh Muhammad Mirza Adi, menuturkan, Secara garis besar, inti dari ajaran Islam ada dua, yaitu mencintai satu Tuhan dengan segenap hati dan mencintai sesama manusia tanpa memandang agama, ras, serta latar belakang budaya sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Karena itu, tidak pernah sempurna iman seorang muslim kepada Allah sebelum dia mencintai orang lain layaknya ia mencintai dirinya sendiri. (lihat artikelnya yang berjudul Tiga Pilar Kebebasan Beragama yang dimuat oleh situs resmi JIL) Ahmad Wahib -salah satu tokoh penggagas pluralisme bersama Nurcholish Madjid dan lain-lain- memberikan pengakuan yang sangat jujur dalam catatan hariannya, Aku belum tahu apakah Islam itu sebenarnya. Aku baru tahu Islam menurut Hamka, Islam menurut Natsir, Islam menurut Abduh, … Islam menurut yang lain-lain. Terus terang, Aku tidak puas. Yang kucari belum ketemu, belum kudapat, yakni Islam menurut Allah, pembuatnya. Bagaimana? Langsung dari studi al Quran dan Sunnah? Akan kucoba. Tapi, orang-orang lain pun beranggapan bahwa yang kudapat itu adalah Islam menurut Aku sendiri. Tapi biar, yang penting adalah keyakinan dalam akal sehatku bahwa yang kupahami adalah Islam menurut Allah. Aku harus yakin itu! (lihat artikel berjudul Mencari Islam Kontekstual: Menggumuli Spirit Ahmad Wahib (Refleksi Seorang Muallaf) ditulis oleh Sunlie Thomas Alexander sebagaimana tercantum dalam buku Pembaruan Tanpa Apologia, hal. 50-51) Editor JIL sekaligus dosen Paramadina yang bernama Luthfi Asysyaukanie mengatakan, Sebagian besar kaum Muslim meyakini bahwa Alquran dari halaman pertama hingga terakhir merupakan kata-kata Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara verbatim, baik kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (manan). Kaum Muslim juga meyakini bahwa Alquran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam. Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan sejarah penulisan Alquran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa yang delicate (rumit), dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik, dan rekayasa. Alquran dalam bentuknya yang kita kenal sekarang sebetulnya adalah sebuah inovasi yang usianya tak lebih dari 79 tahun. (lihat artikelnya yang berjudul Merenungkan Sejarah Alquran yang dimuat oleh situs resmi JIL) Meskipun demikian, Luthfi tidak ingin mengesankan bahwa dirinya meragukan bahwa al-Quran merupakan kalamullah. Oleh sebab itu dia mengatakan, Saya cenderung meyakini bahwa Alquran pada dasarnya adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi tapi kemudian mengalami berbagai proses copy-editing oleh para sahabat, tabiin, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan. Proses-proses ini pada dasarnya adalah manusiawi belaka dan merupakan bagian dari ikhtiyar kaum Muslim untuk menyikapi khazanah spiritual yang mereka miliki. Saya kira, varian-varian dan perbedaan bacaan yang sangat marak pada masa-masa awal Islam lebih tepat dimaknai sebagai upaya kaum Muslim untuk membebaskan makna dari kungkungan kata, ketimbang mengatribusikannya secara simplistis kepada Tuhan. Seperti dikatakan seorang filsuf kontemporer Perancis, teks—dan apalagi teks-teks suci—selalu bersifat repressive, violent, and authoritarian. Satu-satunya cara menyelamatkannya adalah dengan membebaskannya. (lihat artikelnya yang berjudul Merenungkan Sejarah Alquran yang dimuat oleh situs resmi JIL) Berbeda dengan pendahulunya Ahmad Wahib yang secara berani meyakini bahwa al-Quran bukan kalamullah. Sunlie Thomas Alexander menulis, Al-Quran bagi Wahib bukan kalam Allah. Dengan mengidentikkan al-Quran dengan kalam Allah, justru kita telah menghina Allah, merendahkan Allah dan kehendak-kehendakNya… (sebab) Dia adalah yang tak terucapkan.. Dia dan kalamNya adalah Dia yang tersembunyi bagi potensi dan ekspresi akal budi kita… Dia menemui manusia dalam akal budi dan iman manusia, tapi Dia sendiri jauh lebih agung daripada akal budi dan iman itu sendiri… Tulis Wahib dalam catatan 15 September 1971 (lihat artikel Mencari Islam Kontekstual: Menggumuli Spirit Ahmad Wahib (Refleksi Seorang Muallaf) dalam buku Pembaruan Tanpa Apologia, hal. 35) Seorang mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis IAIN Walisongo Semarang bernama Muhammad Zubair Hasan menulis dalam situs Islam Liberal, Dalam tataran eksklusif, kalau ditanya agama mana yang paling benar, sebagai umat Islam tentu kita akan mengatakan kalau agama kitalah yang paling benar. Umat dari agama lain pun akan mengatakan hal yang sama kalau diberi pertanyaan serupa. Umat Kristen akan mengatakan Kristenlah yang paling benar, dan seterusnya. Tapi dalam tatanan inklusif, ketika kita hidup dalam suatu masyarakat yang kompleks, yang di dalamnya terdapat berbagai jenis masyakat berbeda agama yang menjadi satu kesatuan menjadi sebuah kelompok sosial, truth claim terhadap agama masing-masing harus dihilangkan. Pada saat berada dalam posisi tersebut, kita harus mengakui agama lain sebagai agama yang benar. Tetapi walapun begitu, bukan berarti Islamlah agama yang paling selamat. Tak ada jaminan orang Islam akan masuk surga kelak, karena memasukan seseorang ke dalam surga adalah hak prerogatif Allah. Allah milik semua umat manusia. Setiap umat manusia, apapun agama mereka, berhak memasuki surga yang telah Allah janjikan bagi setiap manusia yang melakukan kebaikan. (lihat artikelnya yang berjudul Memeluk Islam Bukan Garansi Keselamatan yang dimuat oleh situs resmi JIL) Mahasiswa tersebut juga mengatakan tanpa malu-malu, Apabila Allah hanya milik orang Islam sehingga hanya mereka yang akan mendapat kenikmatan surga di akhirat kelak, lalu dimana letak keadilan-Nya sebagai Tuhan? Apakah bisa dikatakan adil kalau ada orang yang beragama Islam yang selalu membuat kerusuhan dan kejahatan di dunia bisa masuk Surga, sementara ada orang yang tak pernah melakukan sesuatu, kecuali hal tersebut adalah suatu kebajikan, dalam setiap nafas kehidupannya kelak akan mendapat siksa-Nya di akhirat, hanya karena Islam tidak menjadi agama pilihannya ketika hidup di dunia. Kalau kita mempercayai hal tersebut, berarti secara tidak langsung kita telah melanggar agama kita sendiri dengan tidak percaya pada keadilan Allah. (lihat artikelnya yang berjudul Memeluk Islam Bukan Garansi Keselamatan yang dimuat oleh situs resmi JIL) Sekali lagi, dia ingin menyatakan pemikirannya yang amat kacau. Dia mengatakan, Islam memang agama terakhir, agama penyempurna dari agama-agama yang telah ada sebelumnya. Tapi masuk Islam tidak bisa dijadikan jaminan utama untuk mencapai keselamatan akhirat, tidak juga dengan membaca dan mempercayai bahwa al-Quran adalah kitab yang membawa risalah terakhir Tuhan. Keselamatan akan didapat dengan menjalankan apa yang al-Quran sampaikan. Dan inti dari al-Quran ajarkan adalah al amru bi al-maruf wa an-nahyu an al-munkar. Tidak ada yang mengetahui apa rencana dan apa yang diinginkan Tuhan. Tetapi yang jelas, bukan Islam yang akan selamat, tetapi orang yang melaksanakan ajaran suatu agama yang mengajarkan segala bentuk kebaikan dan melarang kemungkaran yang akan selamat dan mendapatkan ridho-Nya. Bahkan seorang pelacur bisa masuk surga karena telah memberi minum seekor anjing yang hampir mati kehausan. (lihat artikelnya yang berjudul Memeluk Islam Bukan Garansi Keselamatan yang dimuat oleh situs resmi JIL) Abdul Moqsith Ghazali berkata, Akal yang dimiliki manusia merupakan anugerah Allah paling berharga. Ia tak hanya berguna untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang yang baik dan yang buruk, tapi juga untuk menafsirkan kitab suci. Tanpa akal, kitab suci tak mungkin bisa dipahami. Menurut Ibn Rushd, dalam agama, akal berfungsi untuk menakwilkan kitab suci ketika teks kitab suci tak bisa dikunyah akal sehat. Sebuah hadits menyebutkan, al-din aql la dina li man la aqla lahu [agama itu adalah akal, tak ada agama bagi orang yang tak berakal]. Maka benar ketika para ulama menyepakati bahwa kebebasan berfikir (hifdzl al-aql) termasuk salah satu pokok ajaran Islam (maqashid al-syariah). Dengan demikian seharusnya Islam lekat dengan kebebasan berfikir. (lihat makalahnya Menegaskan Kembali Pembaruan Pemikiran Islam yang dimuat di situs resmi JIL) Dalam rangka membela penafsiran liberal yang mereka tawarkan, Ulil mengatakan dengan nada penuh percaya diri, Ciri lain dalam demokratisasi penafsiran: terkikisnya kecenderungan untuk menganggap bahwa tafsir yang berbeda secara mendasar dengan tafsir ortodoks sebagai tafsir sesat. Tradisi menyesatkan tafsir yang berbeda harus digantikan dengan tradisi lain yang lebih demokratis, yaitu dialog antar penafsiran yang berbeda. Sebutan yang pas untuk tafsir yang bertentangan dengan tafsir dominan bukan tafsir sesat tetapi tafsir yang berbeda. Konsep atau etos yang perlu dikembangkan bukan ethos of deviation, sebaliknya ethos of difference. Yang perlu dikembangkan adalah cara pandang yang melihat tafsir yang tidak sama sebagai tafsir berbeda, bukan tafsir menyimpang. Hanya dengan cara seperti inilah kita bisa mengembangkan tradisi pemikiran dan kehidupan keagamaan yang sehat di masa mendatang. (lihat artikelnya yang berjudul Tentang Penafisran Quran dan Demokratisasi Tafsir, dimuat dalam situs pribadinya tanggal 9-7-2010) Inilah bukti-bukti nyata yang menunjukkan bahwa sebenarnya pemikiran yang diusung oleh JIL hanyalah pembodohan, bahkan suatu bentuk pelecehan terhadap Islam dan al-Quran. Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi Artikel Muslim.Or.Id
Daftar Isi Allah taala berfirman yang artinya, Alif lam mim. Beliau rahimahullah berkata, Makna kalimat ini dalam konteks ini adalah bahwasanya kitab ini yaitu alQuran tidak ada keraguan padanya bahwa ia benarbenar turun dari sisi Allah. Allah taala berfirman yang artinya, Turun membawanya arRuh alAminmalaikat Jibril, dan diwahyukan kepada hatimu, agar kamu menjadi salah seorang pemberi peringatan. Alaa yalamu man khalaq, wa huwal lathiiful khabiir. Tidakkah Dia mengetahui, yaitu Dzat yang telah menciptakan itu semua, dan Dia adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah itu maka mereka itulah orangorang zalim. Dengan berbagai gaya pengungkapan dan terkadang disembunyikan dengan sedikit rasa malu, mereka telah menobatkan dirinya sebagai panglima ijtihad dan generasi pembebas umat dari belenggu taklid yang menghinggapi mayoritas umat Islam dewasa ini, sebagaimana yang mereka kira. Bagi JIL, hal itu mengkritisi dan mempertanyakan firman Allah dan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah sesuatu yang biasa dan sahsah saja. Dengan bahasa yang sederhana, sebenarnya Ulil dan temantemannya ingin meracuni akal kita dengan sebuah logika berpikir yang sesungguhnya menunjukkan kebodohan dalam memahami takdir dan kehendakNya. Cara berpikir semacam itulah yang ingin dikembangkan dan disebarluaskan oleh JIL dengan seluruh daya dan kekuatan mereka. Orang Jawa biasa menyebut tingkah mereka ini sebagai dagelan lelucon. Ini semua akan menunjukkan kepada kita sejauh mana gerakan pemikiran ini telah berusaha menanamkan benihbenih pluralisme dan liberalisasi Islam kepada kaum muslimin. Tekstualitas AlQuran, 2000 Hal ini dapat dibuktikan dengan rentang waktu terkumpulnya teks AlQuran dalam 20 tahun lebih yang terbentuk dalam realitas sosial dan budaya. Jika ada ajaran dan doktrin dalam kedua sumber itu yang tak relevan dengan keadaan sekarang, maka kita tak boleh segansegan untuk melakukan penafsiran ulang. Kita tak bisa mengawetkan tafsirtafsir lama yang cenderung menistakan perempuan dan umat agama lain. lihat makalah ceramahnya yang berjudul Menegaskan Kembali Pembaruan Pemikiran Islam yang dimuat di situs resmi JIL Ulil berkata, Masyarakat kita saat ini tampaknya sedang hidup dalam era taklid baru. lihat artikelnya yang berjudul Tiga Pilar Kebebasan Beragama yang dimuat oleh situs resmi JIL Ahmad Wahib salah satu tokoh penggagas pluralisme bersama Nurcholish Madjid dan lainlain memberikan pengakuan yang sangat jujur dalam catatan hariannya, Aku belum tahu apakah Islam itu sebenarnya. Yang kucari belum ketemu, belum kudapat, yakni Islam menurut Allah, pembuatnya. Seperti dikatakan seorang filsuf kontemporer Perancis, teksdan apalagi teksteks suciselalu bersifat repressive, violent, and authoritarian. Satusatunya cara menyelamatkannya adalah dengan membebaskannya. lihat artikelnya yang berjudul Merenungkan Sejarah Alquran yang dimuat oleh situs resmi JIL Berbeda dengan pendahulunya Ahmad Wahib yang secara berani meyakini bahwa alQuran bukan kalamullah. Pada saat berada dalam posisi tersebut, kita harus mengakui agama lain sebagai agama yang benar. Tetapi walapun begitu, bukan berarti Islamlah agama yang paling selamat. Tanpa akal, kitab suci tak mungkin bisa dipahami. Maka benar ketika para ulama menyepakati bahwa kebebasan berfikir hifdzl alaql termasuk salah satu pokok ajaran Islam maqashid alsyariah. lihat makalahnya Menegaskan Kembali Pembaruan Pemikiran Islam yang dimuat di situs resmi JIL Dalam rangka membela penafsiran liberal yang mereka tawarkan, Ulil mengatakan dengan nada penuh percaya diri, Ciri lain dalam demokratisasi penafsiran terkikisnya kecenderungan untuk menganggap bahwa tafsir yang berbeda secara mendasar dengan tafsir ortodoks sebagai tafsir sesat.
Langsung Dikabulkan, Jangan Lupa Berdoa Ketika Bangun Tidur
https://www.harakatuna.com/langsung-dikabulkan-jangan-lupa-berdoa-ketika-bangun-tidur.html
Harakatuna.com – Tidur adalah aktivitas yang selalu dilakukan oleh manusia untuk menghilangkan penat dan lelah. Hampir sebagian besar orang tidur dimalam hari, walaupun ada orang yang menjadikan malam untuk tetap bekerja dan menjadikan siangnya untuk beristirahat. Namun demikian jangan lupa berdoa ketika bangun tidur, niscaya doanya akan segera dikabulkan. Nabi Muhammad dalam hadisnya menjelaskan bahwa diantara doa yang segera dikabulkan adalah berdoa ketika bangun tidur. Dan sholat yang dilakukan setelah bangun tidur tiada tertolak asalkan melakukan hal berikut ini. Nabi Muhammad bersabda : . . : . . Artinya: “Barangsiapa yang bangun dari (tidur) malam lalu mengucapkan, ‘Tiada tuhan -yang berhak disembah- kecuali Allah satu-satu-Nya tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya segala kerajaan. Hanya milik-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji hanya milik Allah. Mahasuci Allah,Tiada tuhan -yang berhak disembah- kecuali Allah. Allah Mahabesar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan -pertolongan- Allah.’ Kemudian dia mengucapkan ‘Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku.’ atau dia berdoa (apa saja), niscaya dia akan dikabulkan. Jika dia berwudu, maka salatnya pasti diterima.” (HR. Bukhari no. 1154) Dari sini menjadi jelas bahwa saat bangun tidur agar doanya dikabulkan, sholatnya diterima dan diampuni dosanya adalah membaca doa bangun tidur lantas berdoa. Adapun doa yang dibaca adalah sebagai berikut . Setelah membaca doa tersebut maka sangat dianjurkan untuk meminta ampunan, berdoa dan melakukan sholat. Berdoa Ketika bangun tidur setelah memabaca doa tersebut niscya doanya akan segera dikabulkan. Wallahu A’lam
Harakatuna.com Tidur adalah aktivitas yang selalu dilakukan oleh manusia untuk menghilangkan penat dan lelah. Hampir sebagian besar orang tidur dimalam hari, walaupun ada orang yang menjadikan malam untuk tetap bekerja dan menjadikan siangnya untuk beristirahat. Namun demikian jangan lupa berdoa ketika bangun tidur, niscaya doanya akan segera dikabulkan. Nabi Muhammad dalam hadisnya menjelaskan bahwa diantara doa yang segera dikabulkan adalah berdoa ketika bangun tidur. Dan sholat yang dilakukan setelah bangun tidur tiada tertolak asalkan melakukan hal berikut ini. Nabi Muhammad bersabda . . . . Artinya Barangsiapa yang bangun dari tidur malam lalu mengucapkan, Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah satusatuNya tiada sekutu bagiNya. Hanya milikNya segala kerajaan. Hanya milikNya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji hanya milik Allah. Mahasuci Allah,Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Allah Mahabesar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Kemudian dia mengucapkan Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku. atau dia berdoa apa saja, niscaya dia akan dikabulkan. Jika dia berwudu, maka salatnya pasti diterima. HR. Bukhari no. 1154 Dari sini menjadi jelas bahwa saat bangun tidur agar doanya dikabulkan, sholatnya diterima dan diampuni dosanya adalah membaca doa bangun tidur lantas berdoa. Adapun doa yang dibaca adalah sebagai berikut . Setelah membaca doa tersebut maka sangat dianjurkan untuk meminta ampunan, berdoa dan melakukan sholat. Berdoa Ketika bangun tidur setelah memabaca doa tersebut niscya doanya akan segera dikabulkan. Wallahu Alam
Hukum Kredit Rumah dan Jual Beli Saham
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/11/26/hukum-kredit-rumah-dan-jual-beli-saham/
Hukum Kredit Rumah dan Jual Beli Saham Pertanyaan: Assalamu ‘alaikum wr. wb. Pengelola Majelis Tarjih yang saya hormati, mohon informasi apakah ada buku fatwa dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait 2 hal, 1) kredit rumah; 2) jual beli saham di pasar saham. Kalau ada bagaimana saya agar mendapatkannya, atau dapatkah saya dibantu dengan mengirimkan ke tempat tinggal saya? Untuk biaya pengiriman dan biaya cetak saya bersedia menggantinya atau berkenan kiranya menjelaskan melalui surat elektronik ini. Terima kasih. Awaludien Indra Waskita (Disidangkan pada Jum‘at, 3 Rabiulawal 1441 H / 1 November 2019 M) Jawaban: Wa ‘alaikumussalam wr. wb. Terima kasih atas pertanyaan saudara. Sebelumnya perlu disampaikan bahwa mengenai dua hal yang saudara tanyakan belum pernah dibahas secara khusus dalam Buku Tanya Jawab Agama Jilid 1-8 maupun pada rubrik Tanya Jawab Agama Majalah Suara Muhammadiyah. Oleh karena itu kami akan mencoba menjawabnya. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Mengenai hal pertama, yakni kredit rumah, perlu diketahui bahwa kredit adalah transaksi yang biasa dilakukan masyarakat yang tidak dibayarkan secara tunai, namun dengan pembayaran non tunai. Dalam literatur lain kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “credere” yang berarti kepercayaan. Kredit yang diberikan harus dapat dikembalikan ke pemberi kredit sesuai waktu dan syarat yang telah disepakati bersama. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 ayat (11), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga. Kredit rumah, atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR), merupakan salah satu jenis pelayanan kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabah yang menginginkan pinjaman khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam pembangunan rumah. Secara umum ada tiga jenis KPR, yaitu KPR subsidi, non subsidi, dan syariah. Yang dimaksud KPR subsidi adalah suatu kredit yang diperuntukkan kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah ke bawah. Bentuk subsidi yang diberikan berupa: subsidi meringankan kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh pemerintah. Selanjutnya KPR non subsidi atau bisa disebut KPR konvensional merupakan KPR yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat tanpa adanya campur tangan pemerintah. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank itu sendiri, sehingga penentuan besarnya kredit dan suku bunga dilakukan sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Sedangkan KPR syariah merupakan salah satu produk pembiayaan Bank Syariah yang membiayai kebutuhan nasabah dalam hal mengadaan rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun bekas. Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. Perbedaan antara produk KPR Bank Konvensional dengan Bank Syariah ada pada konsep bagi hasil dan kerugian (profit dan loss sharing). Hal yang perlu diperhatikan antara KPR Konvensional dengan KPR Syariah adalah perbedaan akad yang berlaku pada keduanya. Dari definisi di atas diketahui bahwa akad yang berlaku pada KPR Konvensional itu terdapat bunga yang merupakan unsur riba, tentu riba dalam syariat Islam diharamkan, sebagaimana firman Allah swt dalam surah Ali-‘Imron (3): 130, [ : 130] . “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan riba dengan berlipat ganda, dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” Firman Allah swt yang lain dalam surah Al-Baqarah (2):275, [ : 275] . “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” Hadis Nabi Muhammad saw riwayat Abu Dawud, : [ ] . “Dari Sulaiman Ibn ‘Amr, dari ayahnya (diriwayatkan bahwa) ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda pada waktu Haji Wadak, ketahuilah bahwa setiap bentuk riba Jahiliah telah dihapus; bagimu pokok hartamu, kamu tidak menzalimi dan tidak dizalimi [H.R. Abu Dawud No 3334]. Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No 08 Tahun 2006 tentang bunga bank memutuskan bahwa bunga (interest) adalah riba karena (1) merupakan tambahan atas pokok modal yang dipinjamkan, padahal Allah berfirman “Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu” (2) tambahan itu bersifat mengikat dan diperjanjikan, sedangkan yang bersifat suka rela dan tidak diperjanjikan tidak termasuk riba. Sedangkan KPR Syariah di dalamnya tidak menganut sistem riba, namun menganut sistem murabahah yaitu suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Murabahah dilaksanakan atas dasar saling rela atau suka sama suka dengan tidak keluar dari aturan agama Islam. Adapun prosedur pembiayaan murabahah dapat dijelaskan sebagai berikut, Nasabah melakukan pemesanan barang yang akan dibeli kepada Bank Syariah, dan dilakukan negosiasi terhadap harga barang dan keuntungan, syarat penyerahan barang dan syarat pembayaran barang. Setelah diperoleh kesepakatan dengan nasabah, Bank Syariah mencari barang yang dipesan (melakukan pengadaan barang kepada pemasok). Bank Syariah juga melakukan negosiasi terhadap harga barang, syarat penyerahan, dan syarat pembayaran. Pengadaan barang yang dipesan nasabah merupakan tanggung jawab bank sebagai penjual. Setelah diperoleh kesepakatan antara Bank Syariah dan pemasok, dilakukan proses jual barang dan penyerahan barang dari pemasok ke Bank Syariah. Setelah barang secara sah menjadi milik Bank Syariah, dilakukan proses akad jual beli murabahah. Penyerahan dari penjual yaitu Bank Syariah kepada pembeli yaitu nasabah, dengan memperhatikan syarat penyerahan barangnya. Tahap akhir adalah dilakukan pembayaran yang dapat dilakukan dengan tunai atau tangguh sesuai kesepakatan Bank Syariah dengan nasabah. Bank Konvensional dan Bank Syariah Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persyaratan administrasi dalam proses pembiayaan KPR antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah secara umum hampir sama, akan tetapi terdapat hal-hal yang mendasar yang membuat bank tersebut berbeda. Di antaranya perlakuan nasabah jika terlambat membayar angsuran dan ketika nasabah menginginkan melunasi kewajibannya sebelum jatuh tempo. KPR Syariah pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama dengan KPR Konvensional, yaitu sebagai salah satu pembiayaan yang bertujuan untuk membantu para nasabah mewujudkan keinginan mereka untuk memiliki sebuah rumah. Perbedaan dari akad/perjanjian antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah terletak pada perhitungan angsuran, yang Bank Konvensional menetapkan sistem bunga dalam perhitungan angsuran, sedangkan Bank Syariah menetapkan margin keuntungan yang disampaikan terlebih dahulu kepada nasabah sebelum nasabah menandatangani akad perjanjian. Selain dapat dilakukan dengan sistem murabahah, kredit rumah bisa juga dilakukan dengan sewa menyewa yang berakhir pada kepemilikan (ijarah muntahiah bit-tamlik) dan ishtishna’. Ijarah muntahiah bit-tamlik menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Peraturan Bank Indonesia, akad ijarah muntahiah bit-tamlik adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan barang. Sedangkan ishstishna’, Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia menjelaskan bai’ al-istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Kaitannya dengan pembahasan ijarah muntahiah bit-tamlik, dapat diambil contoh tentang pemindahan kepemilikan rumah antara pemerintah selaku penyedia dan penyewa sebagai orang yang ingin memiliki rumah namun tidak bisa membayar secara cash. Sedangkan istishna’ contohnya adalah seseorang membutuhkan rumah dengan spesifikasi yang diinginkan kemudian bekerja sama dengan Bank Syariah selaku pihak yang dimintai jasa untuk mencarikan rumah sesuai spesifikasi yang diminta. Jual Beli Saham Mengenai hal kedua, yaitu jual beli saham, saham merupakan surat berharga yang dapat dibeli dan dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan. Menurut Darmadji dkk, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Sesuai fatwa yang telah dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia, saham adalah bukti kepemilikan seseorang/pemegang saham atas aset perusahaan sehingga penilaian atas saham seharusnya berdasarkan atas nilai aset. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai surat berharga keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang atau modal. Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya. Sedangkan perbedaaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum, konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan, saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi. Wallahu a‘lam bish-shawab Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan TajdidPimpinan Pusat Muhammadiyah Sumber: Majalah SM No 7 Tahun 2020
Hukum Kredit Rumah dan Jual Beli Saham Pertanyaan Assalamu alaikum wr. Kalau ada bagaimana saya agar mendapatkannya, atau dapatkah saya dibantu dengan mengirimkan ke tempat tinggal saya Untuk biaya pengiriman dan biaya cetak saya bersedia menggantinya atau berkenan kiranya menjelaskan melalui surat elektronik ini. Awaludien Indra Waskita Disidangkan pada Jumat, 3 Rabiulawal 1441 H 1 November 2019 M Jawaban Wa alaikumussalam wr. Sebelumnya perlu disampaikan bahwa mengenai dua hal yang saudara tanyakan belum pernah dibahas secara khusus dalam Buku Tanya Jawab Agama Jilid 18 maupun pada rubrik Tanya Jawab Agama Majalah Suara Muhammadiyah. Oleh karena itu kami akan mencoba menjawabnya. Dalam literatur lain kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan. 10 Tahun 1998 Perubahan atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 ayat 11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga. Yang dimaksud KPR subsidi adalah suatu kredit yang diperuntukkan kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah ke bawah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh pemerintah. Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. Hai orangorang beriman, janganlah kamu makan riba dengan berlipat ganda, dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Firman Allah swt yang lain dalam surah AlBaqarah 2275, 275 . Hadis Nabi Muhammad saw riwayat Abu Dawud, . Dari Sulaiman Ibn Amr, dari ayahnya diriwayatkan bahwa ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda pada waktu Haji Wadak, ketahuilah bahwa setiap bentuk riba Jahiliah telah dihapus bagimu pokok hartamu, kamu tidak menzalimi dan tidak dizalimi H.R. Abu Dawud No 3334. Sedangkan KPR Syariah di dalamnya tidak menganut sistem riba, namun menganut sistem murabahah yaitu suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Murabahah dilaksanakan atas dasar saling rela atau suka sama suka dengan tidak keluar dari aturan agama Islam. Setelah diperoleh kesepakatan antara Bank Syariah dan pemasok, dilakukan proses jual barang dan penyerahan barang dari pemasok ke Bank Syariah. Bank Konvensional dan Bank Syariah Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persyaratan administrasi dalam proses pembiayaan KPR antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah secara umum hampir sama, akan tetapi terdapat halhal yang mendasar yang membuat bank tersebut berbeda. KPR Syariah pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama dengan KPR Konvensional, yaitu sebagai salah satu pembiayaan yang bertujuan untuk membantu para nasabah mewujudkan keinginan mereka untuk memiliki sebuah rumah. Ijarah muntahiah bittamlik menurut UndangUndang No. Sedangkan ishstishna, Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia menjelaskan bai alistishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan pembeli, mustashni dan penjual pembuat, shani. Kaitannya dengan pembahasan ijarah muntahiah bittamlik, dapat diambil contoh tentang pemindahan kepemilikan rumah antara pemerintah selaku penyedia dan penyewa sebagai orang yang ingin memiliki rumah namun tidak bisa membayar secara cash. Sedangkan istishna contohnya adalah seseorang membutuhkan rumah dengan spesifikasi yang diinginkan kemudian bekerja sama dengan Bank Syariah selaku pihak yang dimintai jasa untuk mencarikan rumah sesuai spesifikasi yang diminta. Jual Beli Saham Mengenai hal kedua, yaitu jual beli saham, saham merupakan surat berharga yang dapat dibeli dan dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan. Menurut Darmadji dkk, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Secara umum, konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan, saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.
Apa Tujuan berkurban? Apakah dia wajib atau sunah?
https://islamqa.info/id/answers/36432/definisi-kurban-dan-hukumnya
Alhamdulillah.Kurban adalah: Sembelihan hewan ternak pada hari Idul Adha karena datangnya hari raya sebagai ibadah kepada Allah Azza wa Jalla. Dia termasuk syiar Islam yang disyariatkan berdasarkan Kitabullah Ta’ala dan sunah Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam serta ijmak kaum muslimin. Adapun berdasarkan Alquran; -Firman Allah Ta’ala, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” SQ. Al-Kautsar: 2) * “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (SQ. Al-An’am: 162-163). Yang dimaksud () dalam ayat ini adalah sembelihan. Hal ini dinyatakan oleh Said bin Jabir. Adapula yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah seluruh ibadah, di antaranya menyembelih. Ini lebih menyeluruh. “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (SQ. Al-Hajj: 34) Dari sunah: 1-Diriwayatkan dalam shahih Bukhari (5558) dan Muslim (1966), dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, dia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkuran dengan dua ekor domba gemuk. Keduanya disembelih dengan tangannya, dia membaca basmalah dan bertakbir. Dia letakkan kakinya di atas kedua leher hewan tersebut.” 2-Dari Abdullah bin Umar radhillahu anhuma dia berkata, ( 4935 1507 1475 ) “Nabi shallallahu alaihi wa sallam menetap di Madinah selama sepuluh tahun beliau selalu berkurban.” (HR. Ahmad, no. 4935, Tirmizi, no. 1507, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Misykatul Mashabih, no. 1475) 3-Dari Uqbah bin Amir radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam membagi hewan kurban kepada para shahabatnya, maka Uqbah mendapatkan jaza’ah, lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah, saya mendapatkan jaza’ah (kambing usia sekitar 8 bulan).” Maka beliau bersabda, “Berkurbanlah dengannya.” (HR. Bukhari, no. 5547) 4-Dari Barra bin Azib radhiallahu anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 5545) “Siapa yang Menyembelih (kurban) setelah shalat (Idul Adha) maka ibadahnya sempurna dan sesuai dengan ajaran kaum muslimin.” (HR. Bukhari, no. 5545) Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah berkurban dan para shahabatnya juga berkurban. Dia mengabarkan bahwa kurban adalah sunah kaum muslimin maksudnya adalah jalan kehidupan mereka. Karena itu, kaum muslimin sepakat disyariatkannya berkurban, sebagaimana kesimpulan lebih dari seorang ulama. Namun mereka berbeda pendapat, apakah kurban merupakan sunah mu’akadah atau kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan? Jumhur ulama berpendapat bahwa dia merupakan sunah mu’akadah, ini merupakan mazhab Syafii, serta pendapat yang masyhur dari imam Malik dan Ahmad. Yang lainnya berpendapat bahwa berkurban merupakan kewajiban. Ini merupakan mazhab Abu Hanifah dan salah satu riwayat dari pendapat Ahmad. Pendapat ini dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah. Dia berkata, “Ini merupakan salah satu pendapat dari dua pendapat dalam mazhab Malik, atau pendapat Malik yang zahir.” (Risalah Ahkam Udhiyah Wa Az-Zakaah, Ibnu Utsaimin rahimahullah) Syekh Muhamad bin Utsaimin rahimahullah berkata, “Berkurban merupakan sunah mu’akadah bagi orang yang mampu, seseorang dapat berkurban untuk dirinya dan keluarganya.” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 2/661).
Kurban adalah Sembelihan hewan ternak pada hari Idul Adha karena datangnya hari raya sebagai ibadah kepada Allah Azza wa Jalla. Dia termasuk syiar Islam yang disyariatkan berdasarkan Kitabullah Taala dan sunah RasulNya shallallahu alaihi wa sallam serta ijmak kaum muslimin. Adapun berdasarkan Alquran Firman Allah Taala, Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. AlKautsar 2 Katakanlah Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertamatama menyerahkan diri kepada Allah. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah sembelihan. Adapula yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah seluruh ibadah, di antaranya menyembelih. Dan bagi tiaptiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan kurban, supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepadaNya. dan berilah kabar gembira kepada orangorang yang tunduk patuh kepada Allah. AlHajj 34 Dari sunah 1Diriwayatkan dalam shahih Bukhari 5558 dan Muslim 1966, dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkuran dengan dua ekor domba gemuk. Keduanya disembelih dengan tangannya, dia membaca basmalah dan bertakbir. Dia letakkan kakinya di atas kedua leher hewan tersebut. 2Dari Abdullah bin Umar radhillahu anhuma dia berkata, 4935 1507 1475 Nabi shallallahu alaihi wa sallam menetap di Madinah selama sepuluh tahun beliau selalu berkurban. 1507, dinyatakan hasan oleh AlAlbany dalam Misykatul Mashabih, no. 1475 3Dari Uqbah bin Amir radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam membagi hewan kurban kepada para shahabatnya, maka Uqbah mendapatkan jazaah, lalu dia berkata, Wahai Rasulullah, saya mendapatkan jazaah kambing usia sekitar 8 bulan. Maka beliau bersabda, Berkurbanlah dengannya. 5547 4Dari Barra bin Azib radhiallahu anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 5545 Siapa yang Menyembelih kurban setelah shalat Idul Adha maka ibadahnya sempurna dan sesuai dengan ajaran kaum muslimin. Dia mengabarkan bahwa kurban adalah sunah kaum muslimin maksudnya adalah jalan kehidupan mereka. Karena itu, kaum muslimin sepakat disyariatkannya berkurban, sebagaimana kesimpulan lebih dari seorang ulama. Namun mereka berbeda pendapat, apakah kurban merupakan sunah muakadah atau kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan Jumhur ulama berpendapat bahwa dia merupakan sunah muakadah, ini merupakan mazhab Syafii, serta pendapat yang masyhur dari imam Malik dan Ahmad. Yang lainnya berpendapat bahwa berkurban merupakan kewajiban. Ini merupakan mazhab Abu Hanifah dan salah satu riwayat dari pendapat Ahmad. Pendapat ini dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah. Dia berkata, Ini merupakan salah satu pendapat dari dua pendapat dalam mazhab Malik, atau pendapat Malik yang zahir.
Makna Hijab, Khimar dan Jilbab
https://muslim.or.id/26725-makna-hijab-khimar-dan-jilbab.html
Daftar Isi Hijab, khimar dan jilbab. Ketika kata ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun sudahkah kita mengetahui maknanya dengan benar? [lwptoc] Istilah hijab disebutkan oleh Allah dalam Al Quran: Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik hijab. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka (QS. Al Ahzab: 53). Al Baghawi menjelaskan ayat ini: : – – Maksudnya: dari balik tabir. Maka setelah turun ayat ini, tidak ada seorang pun yang melihat istri-istri Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam baik mereka memakai niqab ataupun tidak (Tafsir Al Baghawi). Secara bahasa, hijab artinya tabir atau penutup. : hijab artinya penutup (Lisaanul Arab). Secara istilah, makna hijab adalah sebagaimana dijelaskan Al Munawi berikut ini: : . Hijab adalah segala hal yang menutupi sesuatu yang dituntut untuk ditutupi atau terlarang untuk menggapainya. Diantara penerapan maknanya, hijab dimaknai dengan as sitr (penutup), yaitu yang mengalangi sesuatu agar tidak bisa terlihat. Demikian juga al bawwab (pintu), disebut sebagai hijab karena menghalangi orang untuk masuk. Asal maknanya, hijab adalah entitas yang menjadi penghalang antara dua entitas lain (At Tauqif ala Muhimmat At Taarif, 1/136). Abul Baqa Al Hanafi juga menjelaskan: setiap yang menutupi hal-hal yang dituntut untuk ditutupi atau menghalangi hal-hal yang terlarang untuk digapai maka itu adalah hijab (Al Kulliyat, 1/360). Maka istilah hijab maknanya sangat luas. Dengan demikian hijab muslimah, adalah segala hal yang menutupi hal-hal yang dituntut untuk ditutupi bagi seorang Muslimah. Jadi hijab muslimah bukan sebatas yang menutupi kepala, atau menutupi rambut, atau menutupi tubuh bagian atas saja. Namun hijab muslimah mencakup semua yang menutupi aurat, lekuk tubuh dan perhiasan wanita dari ujung rambut sampai kaki. Allah Taala menyebutkan istilah khimar dalam firman-Nya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menjulurkan khimar kedadanya… (QS. An Nuur: 31) Secara bahasa, khamara artinya menutupi. kha mim dan ra, asalnya membentuk makna taghthiyyah (menutupi), dan pencampuran sesuatu dalam menutupi sesuatu yang lain (Maqayis Al Lughah). Sedangkan makna khimar secara spesifik, adalah sebagai berikut: : . khimar untuk wanita artinya kerudung. Sebagian ahli bahasa mengatakan, khimar adalah yang menutupi kepala wanita. Jamaknya akhmarah, atau khumr, atau khumur, atau khimirr (Lisaanul Arab). Dalam Tafsir Jalalain, ayat Dan hendaklah mereka menjulurkan khimar ke dadanya dijelaskan maksudnya: yaitu menutup kepala-kepala, leher-leher dan dada-dada mereka dengan qina (semacam kerudung). Ibnu Katsir menjelaskan makna khimar, : yaitu qina (kerudung) yang memiliki ujung-ujung, yang dijulurkan ke dada wanita, untuk menutupi dada dan payudaranya (Tafsir Ibni Katsir, 6/46). Ath Thabari juga menjelaskan hal serupa: khumur adalah jamak dari khimar, dijulurkan ke dada-dada mereka sehingga tertutuplah rambut, leher dan anting-anting mereka (Tafsir Ath Thabari, 19/159). Ringkasnya, para ulama menjelaskan bahwa khimar adalah kerudung yang menutup bagian kepala hingga dada wanita. Allah Taala menyebut istilah jilbab dalam firman-Nya: Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka… (QS. Al Ahzab: 59). Secara bahasa, jilbab berasal dari kata al jalb, : Al Jalb artinya menjulurkan / memaparkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat yang lain (Lisaanul Arab). Sedangkan makna jilbab secara spesifik, . . Jilbab (diantara maknanya) adalah gamis. Dan jilbab itu adalah pakaian yang lebih lebar dari khimar, yang selain rida. Yang dipakai oleh wanita untuk menutupi kepala dan dadanya (Lisaanul Arab). Demikian secara bahasa. Namun para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan makna jilbab dalam surat Al Ahzab di atas. Dalam kitab Fathul Qadir, Asy Syaukani membawakan beberapa penjelasan ulama mengenai jilbab, : : : : : : « » : : . : . : Al Jauhari mengatakan, jilbab adalah milhafah (kain yang sangat lebar). Sebagian ulama mengatakan, jilbab adalah al qina (sejenis kerudung untuk menutupi kepala dan wajah). Sebagian ulama mengatakan, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita. Sebagaimana dalam hadits shahih, dari hadits Ummu Athiyyah, bahwa ia mengatakan: Wahai Rasulullah, diantara kami ada yang tidak memiliki jilbab. Lalu Rasulullah menjawab: hendaknya ada dari kalian yang menutupi saudarinya dengan jilbabnya. Al Wahidi mengatakan: menurut para ulama tafsir jilbab digunakan untuk menutupi wajah dan kepala mereka kecuali satu matanya saja, sehingga diketahui mereka adalah wanita merdeka sehingga tidak diganggu orang. Al Hasan mengatakan: jilbab digunakan untuk menutupi setengah wajah wanita. Qatadah mengatakan: jilbab itu menutupi dengan kencang bagian kening, dan menutupi dengan ringan bagian hidung. Walaupun matanya tetap terlihat, namun jilbab itu menutupi dada dan mayoritas wajah (Fathul Qadir, 4/350). Ibnu Katsir mengatakan: : . . Jilbab adalah rida (selendang untuk menutupi bagian atas) yang dipakai di atas khimar. Ini adalah pendapat Ibnu Masud, Ubaidah, Qatadah, Al Hasan Al Bashri, Said bin Jubair, Ibrahim An Nakhai, Atha Al Khurasani, dan selain mereka. Dan menurut definisi ini maka jilbab itu sebagaimana izaar di zaman sekarang (Tafsir Ibni Katsir, 6/481). As Sadi menjelaskan: : Jilbab adalah yang dipakai di atas pakaian, baik berupa milhafah, khimar, rida atau semacamnya, yang dipakai untuk menutupi wajah dan dada mereka (Taisir Karimirrahman, 671). Dari sini, kita dapati para ulama berbeda pendapat dalam memaknai jilbab. Berikut ini beberapa makna jilbab yang bisa kita simpulkan dari penjelasan para ulama: Dengan mengesampingkan masalah apakah wajah termasuk aurat yang wajib ditutup atau tidak, secara umum kita bisa bagi makna jilbab menjadi tiga: Ringkasnya, para ulama khilaf mengenai makna jilbab. Kita hendaknya bijak dalam memaknai dan menggunakan makna jilbab sesuai dengan konteks yang ada dan dengan menghormati khilaf ulama dalam hal ini. Hendaknya wanita Muslimah yang shalihah tidak sekedar mengetahui makna hijab, khimar dan jilbab, namun juga mempelajari mengenai syarat-syarat hijab yang syari. Misalnya ketika ia mengetahui bahwa salah satu makna jilbab adalah kain yang menutupi kepala, leher, hingga ke dada bukan berarti ia dapat mengenakan kerudung alakadarnya sebatas menutup kepala hingga dada sedangkan hijabnya ketat, transparan, atau masih menampakkan perhiasan-perhiasan wanita yang seharusnya ditutupi. Maka wajib juga bagi seorang muslimah untuk mempelajari bagaimana kriteria hijab muslimah yang syari. Dan sebagaimana telah dijelaskan, hijab mencakup seluruh pakaian wanita dari ujung kepala hingga ujung kaki, ini semua hendaknya memperhatikan syarat-syarat yang ditetapkan oleh syariat. Syarat-syarat hijab Muslimah yang syari adalah sebagai berikut: 1- . 2- . 3- . 4- . 5- . 6- . 7- . 8- (1) Menutupi seluruh tubuh kecuali yang tidak wajib ditutupi (2) Tidak berfungsi sebagai perhiasan (3) Kainnya tebal tidak tipis (4) Lebar tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh (5) Tidak diberi pewangi atau parfum (6) Tidak menyerupai pakaian lelaki (7) Tidak menyerupai pakaian wanita kafir (8) Bukan merupakan libas syuhrah (pakaian yang menarik perhatian orang-orang) (Al Ikhtiyarat Al Fiqhiyyah Lil Imam Al Albani, 394). Penjelasan lebih luas mengenai syarat-syarat hijab Muslimah yang syari dapat pembaca temukan pada artikel-artikel berikut: Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Nas-alullah at taufiq wa sadaad. *** Penulis: Yulian Purnama Artikel Muslim.or.id
Ketika kata ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun sudahkah kita mengetahui maknanya dengan benar lwptoc Istilah hijab disebutkan oleh Allah dalam Al Quran Apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepada mereka isteriisteri Nabi, maka mintalah dari balik hijab. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka QS. Al Baghawi menjelaskan ayat ini Maksudnya dari balik tabir. Maka setelah turun ayat ini, tidak ada seorang pun yang melihat istriistri Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam baik mereka memakai niqab ataupun tidak Tafsir Al Baghawi. Hijab adalah segala hal yang menutupi sesuatu yang dituntut untuk ditutupi atau terlarang untuk menggapainya. Demikian juga al bawwab pintu, disebut sebagai hijab karena menghalangi orang untuk masuk. Namun hijab muslimah mencakup semua yang menutupi aurat, lekuk tubuh dan perhiasan wanita dari ujung rambut sampai kaki. An Nuur 31 Secara bahasa, khamara artinya menutupi. kha mim dan ra, asalnya membentuk makna taghthiyyah menutupi, dan pencampuran sesuatu dalam menutupi sesuatu yang lain Maqayis Al Lughah. Dalam Tafsir Jalalain, ayat Dan hendaklah mereka menjulurkan khimar ke dadanya dijelaskan maksudnya yaitu menutup kepalakepala, leherleher dan dadadada mereka dengan qina semacam kerudung. Ringkasnya, para ulama menjelaskan bahwa khimar adalah kerudung yang menutup bagian kepala hingga dada wanita. Allah Taala menyebut istilah jilbab dalam firmanNya Hai Nabi, katakanlah kepada istriistrimu, anakanak perempuanmu, dan istriistri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka QS. Dan jilbab itu adalah pakaian yang lebih lebar dari khimar, yang selain rida. Dalam kitab Fathul Qadir, Asy Syaukani membawakan beberapa penjelasan ulama mengenai jilbab, . . Sebagaimana dalam hadits shahih, dari hadits Ummu Athiyyah, bahwa ia mengatakan Wahai Rasulullah, diantara kami ada yang tidak memiliki jilbab. Al Wahidi mengatakan menurut para ulama tafsir jilbab digunakan untuk menutupi wajah dan kepala mereka kecuali satu matanya saja, sehingga diketahui mereka adalah wanita merdeka sehingga tidak diganggu orang. Qatadah mengatakan jilbab itu menutupi dengan kencang bagian kening, dan menutupi dengan ringan bagian hidung. Walaupun matanya tetap terlihat, namun jilbab itu menutupi dada dan mayoritas wajah Fathul Qadir, 4350. Ini adalah pendapat Ibnu Masud, Ubaidah, Qatadah, Al Hasan Al Bashri, Said bin Jubair, Ibrahim An Nakhai, Atha Al Khurasani, dan selain mereka. Dan menurut definisi ini maka jilbab itu sebagaimana izaar di zaman sekarang Tafsir Ibni Katsir, 6481. As Sadi menjelaskan Jilbab adalah yang dipakai di atas pakaian, baik berupa milhafah, khimar, rida atau semacamnya, yang dipakai untuk menutupi wajah dan dada mereka Taisir Karimirrahman, 671. Dari sini, kita dapati para ulama berbeda pendapat dalam memaknai jilbab. Syaratsyarat hijab Muslimah yang syari adalah sebagai berikut 1 . 8 1 Menutupi seluruh tubuh kecuali yang tidak wajib ditutupi 2 Tidak berfungsi sebagai perhiasan 3 Kainnya tebal tidak tipis 4 Lebar tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh 5 Tidak diberi pewangi atau parfum 6 Tidak menyerupai pakaian lelaki 7 Tidak menyerupai pakaian wanita kafir 8 Bukan merupakan libas syuhrah pakaian yang menarik perhatian orangorang Al Ikhtiyarat Al Fiqhiyyah Lil Imam Al Albani, 394. Penulis Yulian Purnama Artikel Muslim.or.id
Disalurkan Kemana Uang Suap Yang Terlanjur Diterima?
https://bimbinganislam.com/disalurkan-kemana-uang-suap-yang-terlanjur-diterima/
Disalurkan Kemana Uang Suap Yang Terlanjur Diterima? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Disalurkan Kemana Uang Suap Yang Terlanjur Diterima? selamat membaca. Pertanyaan: Bismillah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustadz, adik saya seorang ASN. Setiap beberapa minggu sekali dia suka dapat uang tambahan dari atasannya (atasannya dapat dari orang lain), terkadang dia juga dapat hadiah dari mitra kerjanya dalam hal ini petani. Apakah dana yang diterimanya termasuk harta Risywah ataukah harta halal? Jika Risywah, dan terlanjur menerima dan tidak bisa menolak pemberiannya, kemanakah harta tersebut harus disalurkan? Jazakallahu khairan, barakallahu fiik Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam Jawaban: Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh Uang risywah/suap adalah tindakan menawarkan, memberikan, menerima, atau meminta nilai dari suatu barang untuk mempengaruhi tindakan pegawai lembaga atau sejenisnya yang bertanggung jawab atas kebijakan umum atau peraturan hukum. ( Sebagian ulama menjelaskan bahwa makna suap adalah: Sesuatu yang diberikan untuk membatalkan kebenaran atau untuk menegakkan atau melakukan kebatilan (kepalsuan; kezhaliman). (al-Mausah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, 22/219] Menyuap hukumnya dosa besar sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberitahukan hukum laknat Allah kepada mereka, sebagaimana hadist berikut: Dari Abdullah bin Amr, dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Laknat Allh kepada pemberi suap dan penerima suap. (Hadits Shahih, HR.Ahmad, no. 6984; Ibnu Majah, no. 2313.] Kemudian ada hal lain yang berdampingan dalam masalah riswah/suap, karena dianggap bagian dari suap itu sendiri. Yaitu hadiah yang diterima oleh seorang pegawai/hadiyatul ummal yang masih terkait dengan pekerjaan yang diembannya. Hadiah seperti ini haram, dan tidak boleh di terima. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam , Hadiah bagi pejabat (pekerja) adalah ghulul (khianat). (HR. Ahmad 5/424) Pernah Nabi shallallahu alaihi wa sallam mempekerjakan seseorang dari bani Asad yang namanya Ibnul Lutbiyyah untuk mengurus zakat. Orang itu datang sambil mengatakan, Ini bagimu, dan ini hadiah bagiku. Secara spontan Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar -sedang Sufyan mengatakan dengan redaksi naik minbar-, beliau memuja dan memuji Allah kemudian bersabda, . Ada apa dengan seorang pengurus zakat yang kami utus, lalu ia datang dengan mengatakan, Ini untukmu dan ini hadiah untukku! Cobalah ia duduk saja di rumah ayahnya atau rumah ibunya, dan lihatlah , apakah ia akan menerima hadiah ataukah tidak? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang datang dengan mengambil hadiah seperti pekerja tadi melainkan ia akan datang dengannya pada hari kiamat, lalu dia akan memikul hadiah tadi di lehernya. Jika hadiah yang ia ambil adalah unta, maka akan keluar suara unta. Jika hadiah yang ia ambil adalah sapi betina, maka akan keluar suara sapi. Jika yang dipikulnya adalah kambing, maka akan keluar suara kambing. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami melihat putih kedua ketiaknya seraya mengatakan, Ketahuilah, bukankah telah kusampaikan? (beliau mengulang-ulanginya tiga kali). (HR. Bukhari no. 7174 dan Muslim no. 1832) Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah juga menjelaskan hal ini dalam fatwanya. Beliau mengatakan, Hadiah bagi pekerja termasuk ghulul (pengkhianatan) yaitu jika seseorang sebagai pegawai pemerintahan, dia diberi hadiah oleh seseorang yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hadiah semacam ini termasuk pengkhianatan (ghulul). Hadiah seperti ini tidak boleh diambil sedikit pun oleh pekerja tadi walaupun dia menganggapnya baik. Lalu Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan lagi, Tidak boleh bagi seorang pegawai di wilayah pemerintahan menerima hadiah berkaitan dengan pekerjaannya. Seandainya kita membolehkan hal ini, maka akan terbukalah pintu riswah (suap/sogok). Uang sogok amatlah berbahaya dan termasuk dosa besar (karena ada hukuman yang disebutkan dalam hadits tadi, pen). Oleh karena itu, wajib bagi setiap pegawai jika dia diberi hadiah yang berkaitan dengan pekerjaannya, maka hendaklah dia mengembalikan hadiah tersebut. Hadiah semacam ini tidak boleh dia terima. Baik dinamakan hadiah, shodaqoh, dan zakat, tetap tidak boleh diterima. Lebih-lebih lagi jika dia adalah orang yang mampu, zakat tidak boleh bagi dirinya sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama. Majmu( Fatawa wa Rosail Ibni Utsaimin, Asy Syamilah, 18/232) Dari penjelasan dan fatwa di atas, maka hadiah apapun yang diterima selama hal tersebut berkaitan dengan posisinyai dari pihak yang berkaitan dengan pekerjaannya, tanpa sepengetahuan pimpinannya atau aturan yang membolehkannya maka hukumnya haram dan ia bagian dari ghulul/hadiyatul ummaal, yang nantinya akan menyeretnya pada pintu risywah/suap. Maka bila uang atau barang tersebut terlanjur diterima oleh pegawai tersebut maka hendaknya dikembalikan kepada pihak yang telah memberikan. Bila tidak memungkinkan maka dapat dilaporkan atau diterimakan kepada atasannya sendiri, untuk diserahkan kewenangan kepada atasannya. Bila barang tersebut diberikan kembali kepadanya oleh atasannya atau dibagi kepada selainnnya atau dibelikan fasilitas lainnya maka insyaallah bukan bagian dari ghulul/penghiatan/suap yang diharamkan di dalam hadist tersebut, karena posisi barang tersebut adalah hadiah dari pimpinan sendiri bukan tips/hadiah dari pihak tertentu yang ditakutkan akan merugikan perusahaannya karena akan lebih cenderung mendahulukan kepentingan pihak pemberi hadiah dengan tanpa sepengetahuan atau aturan dari atasannya yang telah menggajinya. Dengan senantiasa berhati-hati dalam setiap muamalah atau rezeki yang kita usahakan, berharap Allah senantiasa memberikan kemudahan dan kemuliaan setiap urusan serta kehidupan kita.. Wallahu a`lam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA. Rabu, 28 Ramadhan 1444H / 19 April 2023 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam(BIAS), alumusUniversitas Islam Madinahkuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik
Disalurkan Kemana Uang Suap Yang Terlanjur Diterima Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Disalurkan Kemana Uang Suap Yang Terlanjur Diterima selamat membaca. Pertanyaan Bismillah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustadz, adik saya seorang ASN. Setiap beberapa minggu sekali dia suka dapat uang tambahan dari atasannya atasannya dapat dari orang lain, terkadang dia juga dapat hadiah dari mitra kerjanya dalam hal ini petani. alMausah alFiqhiyyah alKuwaitiyah, 22219 Menyuap hukumnya dosa besar sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberitahukan hukum laknat Allah kepada mereka, sebagaimana hadist berikut Dari Abdullah bin Amr, dia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Laknat Allh kepada pemberi suap dan penerima suap. Kemudian ada hal lain yang berdampingan dalam masalah riswahsuap, karena dianggap bagian dari suap itu sendiri. Yaitu hadiah yang diterima oleh seorang pegawaihadiyatul ummal yang masih terkait dengan pekerjaan yang diembannya. Hadiah seperti ini haram, dan tidak boleh di terima. Ahmad 5424 Pernah Nabi shallallahu alaihi wa sallam mempekerjakan seseorang dari bani Asad yang namanya Ibnul Lutbiyyah untuk mengurus zakat. Orang itu datang sambil mengatakan, Ini bagimu, dan ini hadiah bagiku. Secara spontan Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar sedang Sufyan mengatakan dengan redaksi naik minbar, beliau memuja dan memuji Allah kemudian bersabda, . Jika hadiah yang ia ambil adalah unta, maka akan keluar suara unta. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami melihat putih kedua ketiaknya seraya mengatakan, Ketahuilah, bukankah telah kusampaikan beliau mengulangulanginya tiga kali. Beliau mengatakan, Hadiah bagi pekerja termasuk ghulul pengkhianatan yaitu jika seseorang sebagai pegawai pemerintahan, dia diberi hadiah oleh seseorang yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hadiah seperti ini tidak boleh diambil sedikit pun oleh pekerja tadi walaupun dia menganggapnya baik. Lalu Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan lagi, Tidak boleh bagi seorang pegawai di wilayah pemerintahan menerima hadiah berkaitan dengan pekerjaannya. Uang sogok amatlah berbahaya dan termasuk dosa besar karena ada hukuman yang disebutkan dalam hadits tadi, pen. Oleh karena itu, wajib bagi setiap pegawai jika dia diberi hadiah yang berkaitan dengan pekerjaannya, maka hendaklah dia mengembalikan hadiah tersebut. Lebihlebih lagi jika dia adalah orang yang mampu, zakat tidak boleh bagi dirinya sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama. Majmu Fatawa wa Rosail Ibni Utsaimin, Asy Syamilah, 18232 Dari penjelasan dan fatwa di atas, maka hadiah apapun yang diterima selama hal tersebut berkaitan dengan posisinyai dari pihak yang berkaitan dengan pekerjaannya, tanpa sepengetahuan pimpinannya atau aturan yang membolehkannya maka hukumnya haram dan ia bagian dari ghululhadiyatul ummaal, yang nantinya akan menyeretnya pada pintu risywahsuap. Bila tidak memungkinkan maka dapat dilaporkan atau diterimakan kepada atasannya sendiri, untuk diserahkan kewenangan kepada atasannya. Dengan senantiasa berhatihati dalam setiap muamalah atau rezeki yang kita usahakan, berharap Allah senantiasa memberikan kemudahan dan kemuliaan setiap urusan serta kehidupan kita Wallahu alam. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mutashim, Lc. Rabu, 28 Ramadhan 1444H 19 April 2023 M Ustadz Mutashim Lc.,
Bacaan Takbir Idul Fitri dan Idul Adha Sesuai Tuntunan
https://fatwatarjih.or.id/bacaan-takbir-idul-fitri-dan-idul-adha-sesuai-tuntunan/
Pertanyaan: Kami lihat sekarang takbir id itu ada dua macam yang sering dilakukan umat Islam, yaitu ada 3 kali takbir dan ada 2 kali. Mana yang kuat dasar hukumnya? Ada juga menambah kabiran wal hamdu lillahi kasiran dan seterusnya. Mana yang lebih baik afdal dipakai? Masalah waktunya haruskah begitu selesai salam shalat fardhu atau boleh dilaksanakan waktu selesai sunat-sunat lain ba’dal shalat? Mohon jawaban dengan dalil-dalilnya. Terima kasih atas jawaban yang diberikan. Wassalam Pertanyaan Dari:M. Munzir Rowa, NBM. 771505, Ketua Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pagatan Tanah Bumbu Kalsel Jawaban: Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak yang telah mengajukan pertanyaan kepada kami. Namun perlu Bapak ketahui, bahwa pertanyaan yang sama telah sering disampaikan kepada kami sebelumnya dan telah pula kami jawab berikut dengan dalil-dalilnya. Bahkan, masalah Takbir Hari Raya ini telah menjadi Keputusan Musyawarah Nasional Tarjih ke-20 tahun 1396 H / 1976 di Garut Jawa Barat. Untuk itu kami menganjurkan agar Bapak membaca kembali jawaban-jawaban dari kami yang telah dimuat di Buku Tanya Jawab Agama dan Majalah Suara Muhammadiyah sebagai berikut: Buku Tanya Jawab Agama terbitan Suara Muhammadiyah jilid 1 halaman 95 Buku Tanya Jawab Agama terbitan Suara Muhammadiyah jilid 3 halaman 141 Buku Tanya Jawab Agama terbitan Suara Muhammadiyah jilid 5 halaman 71 Majalah Suara Muhammadiyah No. 22 Tahun 2004 Majalah Suara Muhammadiyah No. 12 Tahun 2009 Namun demikian, secara singkat perlu kiranya kami tegaskan kembali di sini sekedar untuk memberi informasi ringkas tentang masalah takbir idul fitri dan idul adha tersebut. 1. Tuntunan takbir yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw menurut Muhammadiyah adalah sebagai berikut: atau: Dalam dua lafadz di atas jelas bahwa jumlah bacaan takbir pada permulaan lafadz adalah dua kali. 2. Tentang tambahan bacaan kabiran wal hamdu lillahi katsiran dan seterusnya, kami belum menemukan dalil yang khusus bahwa ada tambahan lafadz dalam lafadz takbir idul fitri dan idul adha. Majelis Tarjih dan Tajdid memandang bahwa lafadz takbir hari raya adalah bagian dari ibadah mahdlah, sehingga ketentuannya harus dikembalikan kepada dalil-dalil dari as-sunnah al-maqbulah. Oleh sebab itu dalam bertakbir tidak perlu ada tambahan lafadz selain dua lafadz di atas. 3. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang kapan saja takbir dikumdangkan. Oleh sebab itu, yang dipedomanii adalah anjuran memperbanyak takbir. Adapun waktunya dapat dilakukan kapan saja yang memungkinkan asal masih di dalam batas waktu yang diperintahkan; untuk idul fitri mulai terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadan sampai salat Id ditegakkan; dan untuk Idul Adha adalah sesudah salat Subuh pada hari ‘Arafah sampai akhir hari Tasyriq. Wallahu a’lam bish-shawab. Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah, No.7, 2010
Pertanyaan Kami lihat sekarang takbir id itu ada dua macam yang sering dilakukan umat Islam, yaitu ada 3 kali takbir dan ada 2 kali. Mana yang kuat dasar hukumnya Ada juga menambah kabiran wal hamdu lillahi kasiran dan seterusnya. Mana yang lebih baik afdal dipakai Masalah waktunya haruskah begitu selesai salam shalat fardhu atau boleh dilaksanakan waktu selesai sunatsunat lain badal shalat Mohon jawaban dengan dalildalilnya. Terima kasih atas jawaban yang diberikan. Wassalam Pertanyaan DariM. Munzir Rowa, NBM. 771505, Ketua Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pagatan Tanah Bumbu Kalsel Jawaban Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak yang telah mengajukan pertanyaan kepada kami. Namun perlu Bapak ketahui, bahwa pertanyaan yang sama telah sering disampaikan kepada kami sebelumnya dan telah pula kami jawab berikut dengan dalildalilnya. Bahkan, masalah Takbir Hari Raya ini telah menjadi Keputusan Musyawarah Nasional Tarjih ke20 tahun 1396 H 1976 di Garut Jawa Barat. Untuk itu kami menganjurkan agar Bapak membaca kembali jawabanjawaban dari kami yang telah dimuat di Buku Tanya Jawab Agama dan Majalah Suara Muhammadiyah sebagai berikut Buku Tanya Jawab Agama terbitan Suara Muhammadiyah jilid 1 halaman 95 Buku Tanya Jawab Agama terbitan Suara Muhammadiyah jilid 3 halaman 141 Buku Tanya Jawab Agama terbitan Suara Muhammadiyah jilid 5 halaman 71 Majalah Suara Muhammadiyah No. 22 Tahun 2004 Majalah Suara Muhammadiyah No. 12 Tahun 2009 Namun demikian, secara singkat perlu kiranya kami tegaskan kembali di sini sekedar untuk memberi informasi ringkas tentang masalah takbir idul fitri dan idul adha tersebut. 1. Tuntunan takbir yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw menurut Muhammadiyah adalah sebagai berikut atau Dalam dua lafadz di atas jelas bahwa jumlah bacaan takbir pada permulaan lafadz adalah dua kali. 2. Tentang tambahan bacaan kabiran wal hamdu lillahi katsiran dan seterusnya, kami belum menemukan dalil yang khusus bahwa ada tambahan lafadz dalam lafadz takbir idul fitri dan idul adha. Majelis Tarjih dan Tajdid memandang bahwa lafadz takbir hari raya adalah bagian dari ibadah mahdlah, sehingga ketentuannya harus dikembalikan kepada dalildalil dari assunnah almaqbulah. Oleh sebab itu dalam bertakbir tidak perlu ada tambahan lafadz selain dua lafadz di atas. 3. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang kapan saja takbir dikumdangkan. Oleh sebab itu, yang dipedomanii adalah anjuran memperbanyak takbir. Adapun waktunya dapat dilakukan kapan saja yang memungkinkan asal masih di dalam batas waktu yang diperintahkan untuk idul fitri mulai terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadan sampai salat Id ditegakkan dan untuk Idul Adha adalah sesudah salat Subuh pada hari Arafah sampai akhir hari Tasyriq. Wallahu alam bishshawab. Sumber Majalah Suara Muhammadiyah, No.7, 2010
Jawaban atas Anggapan Tumpengan Dapat Menjadi Hindu Seri 2
https://www.laduni.id/post/read/47042/ustadz-maruf-khozin-jawaban-atas-anggapan-tumpengan-dapat-menjadi-hindu-seri-2.html
LADUNI.ID - Syekh Albani dalam kitab Ahkamul Janaiz memang menjadikan "kesamaan dengan tradisi agama lain" sebagai kriteria bidah. Disinilah kemungkinan mereka merujuk pelarangan Tumpeng yang menjadi tradisi agama Hindu. Sedekah Apa yang Utama? Sedekah diakui bagian dari ajaran Islam, teramat banyak di dalam Al-Qur'an dan Sunnah yang menjelaskan tentang Sedekah ini. Namun ternyata sedekah berbentuk makanan yang sudah siap dikonsumsi adalah yang utama: ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺭﺿﻲ ﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺃﻥ ﺭﺟﻼ ﺳﺄﻝ ﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﺃﻱ ﻹﺳﻼﻡ ﺧﻴﺮ ﻗﺎﻝ: «ﺗﻄﻌﻢ ﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﺗﻘﺮﺃ ﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻋﺮﻓﺖ ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﺗﻌﺮﻑ» Abdullah bin Amr berkata bahwa ada seseorang bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam: "Ajaran Islam yang paling baik apa?" Nabi menjawab: "Berilah makan, ucapkan salam kepada orang yang kau kenal atau yang tidak kau kenal" (HR Bukhari) Tumpeng Kan Makanan Non Muslim? Sebagian Shahabat Nabi memang ada yang kurang berkenan dengan makanan non Muslim. Mereka ada yang bertanya: ﺇﻥ ﻣﻦ ﻟﻄﻌﺎﻡ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﺃﺗﺤﺮﺝ ﻣﻨﻪ "Sungguh dari sebagian makanan ada satu makanan yang saya merasa berdosa dengan makanan itu" Redaksi tersebut disampaikan dalam kitab Mirqat Al-Mafatih, yang secara lengkap berbunyi: ﻗﺎﻝ: ﻗﺒﻴﺼﺔ ﺑﻦ ﻫﻠﺐ ﻳﺤﺪﺙ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻗﺎﻝ: ﺳﺄﻟﺖ ﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻦ ﻃﻌﺎﻡ ﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻓﻘﺎﻝ: «ﻻ ﻳﺘﺨﻠﺠﻦ ﻓﻲ ﺻﺪﺭﻙ ﻃﻌﺎﻡ ﺿﺎﺭﻋﺖ ﻓﻴﻪ ﻟﻨﺼﺮﻧﻴﺔ» Qabishah bin Halib bercerita bahwa ayahnya bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam tentang makanan Nasrani. Nabi bersabda: "Jangan ada keraguan di dalam hatimu tentang makanan mereka, bisa jadi kamu seperti agama Nasrani" (HR zi) Maksud hadits ini dijelaskan oleh pensyarah hadits: ﺃﻱ ﻻ ﻳﺪﺧﻠﻦ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ﺿﻴﻖ ﻭﺣﺮﺝ ﻷﻧﻚ ﻋﻠﻰ ﻟﺤﻨﻴﻔﻴﺔ ﻟﺴﻬﻠﺔ ﻟﺴﻤﺤﺔ ﻓﺈﻧﻚ ﺇﺫ ﺷﺪﺩﺕ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻚ ﺑﻤﺜﻞ ﻫﺬ ﺷﺎﺑﻬﺖ ﻓﻴﻪ ﻟﺮﻫﺒﺎﻧﻴﺔ ﻓﺈﻥ ﺫﻟﻚ ﺩﺃﺑﻬﻢ ﻭﻋﺎﺩﺗﻬﻢ "Yakni janganlah merasa kesulitan di dalam hatimu, sebab kamu diatas agama yang lurus, gampang, toleran. Jika kamu berlaku ketat pada dirimu dalam soal ini (makanan) maka kamu serupa dengan kerahiban Nasrani, sebab itu adalah kebiasaan mereka" (Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan zi) Jadi selama makanan dalam tumpeng itu isinya halal semua, nasinya halal, ikannya halal, lauk pauknya halal, sambelnya halal, lalu apanya yang haram? Tasyabbuh Ritual Hindu Tumpengnya sudah jelas berupa sedekah, sedekah sudah pasti karena Allah. Apanya yang haram? Kemiripan dengan sesajen Hindu? Ingat tumpeng itu terbuat dari beras, kenapa sekalian berasnya diharamkan karena beras juga dimakan oleh Hindu, Buddha, Konghucu, Katolik, Protestan, Cina juga? Berkenaan dengan dalil hadis menyerupai dengan kaum lain ada batasnya, tidak semua kesamaan dilarang. Syaratnya dijelaskan oleh Imam Ibnu Najim Al-Hanafi: / : ﺛﻢ ﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﺑﺄﻫﻞ ﻟﻜﺘﺎﺏ ﻻ ﻳﻜﺮﻩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺷﻲ ﻭﺇﻧﺎ ﻧﺄﻛﻞ ﻭﻧﺸﺮﺏ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻌﻠﻮﻥ ﺇﻧﻤﺎ ﻟﺤﺮﻡ ﻫﻮ ﻟﺘﺸﺒﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﺬﻣﻮﻣﺎ ﻭﻓﻴﻤﺎ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻪ ﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﻛﺬ ﺫﻛﺮﻩ ﻗﺎﺿﻲ ﺧﺎﻥ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻟﺠﺎﻣﻊ ﻟﺼﻐﻴﺮ ﻓﻌﻠﻰ ﻫﺬ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﻟﺘﺸﺒﻪ ﻻ ﻳﻜﺮﻩ ﻋﻨﺪﻫﻤﺎ Ketahuilah bahwa Tasyabuh (menyerupai) dengan Ahli kitab tidak makruh dalam semua hal. Kita makan dan minum, mereka juga melakukan hal itu. Keharaman dalam tasyabuh adalah (1) Sesuatu yang tercela (2) Kesengajaan meniru mereka. Sebagaimana disampaikan oleh Qadli Khan dalam Syarah Jami' Shaghir. Dengan demikian jika tidak bertujuan menyerupai ahli kitab maka tidak makruh" (Al-Bahr Ar-Raiq 2/11) Kalau masih ragu tentang sama atau tidaknya, saat tumpengan kita ada yang baca Fatihah, apakah saudara dari Hindu baca Fatihah? Kadang saat tumpengan kita baca shalawatan, apa non Muslim juga cara makannya pakai shalawatan? Kalau tata cara tidak sama maka jelas bukan tasyabbuh. >> Foto Tumpeng saat Harlah NU ke 95 di gedung PWNU Jatim, dihadiri oleh Syuriyah dan ziyah
LADUNI.ID Syekh Albani dalam kitab Ahkamul Janaiz memang menjadikan kesamaan dengan tradisi agama lain sebagai kriteria bidah. Disinilah kemungkinan mereka merujuk pelarangan Tumpeng yang menjadi tradisi agama Hindu. Sedekah Apa yang Utama Sedekah diakui bagian dari ajaran Islam, teramat banyak di dalam AlQuran dan Sunnah yang menjelaskan tentang Sedekah ini. Mereka ada yang bertanya ﺇﻥ ﻣﻦ ﻟﻄﻌﺎﻡ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﺃﺗﺤﺮﺝ ﻣﻨﻪ Sungguh dari sebagian makanan ada satu makanan yang saya merasa berdosa dengan makanan itu Redaksi tersebut disampaikan dalam kitab Mirqat AlMafatih, yang secara lengkap berbunyi ﻗﺎﻝ ﻗﺒﻴﺼﺔ ﺑﻦ ﻫﻠﺐ ﻳﺤﺪﺙ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻗﺎﻝ ﺳﺄﻟﺖ ﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻦ ﻃﻌﺎﻡ ﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻓﻘﺎﻝ ﻻ ﻳﺘﺨﻠﺠﻦ ﻓﻲ ﺻﺪﺭﻙ ﻃﻌﺎﻡ ﺿﺎﺭﻋﺖ ﻓﻴﻪ ﻟﻨﺼﺮﻧﻴﺔ Qabishah bin Halib bercerita bahwa ayahnya bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam tentang makanan Nasrani. Syaratnya dijelaskan oleh Imam Ibnu Najim AlHanafi ﺛﻢ ﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﺑﺄﻫﻞ ﻟﻜﺘﺎﺏ ﻻ ﻳﻜﺮﻩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺷﻲ ﻭﺇﻧﺎ ﻧﺄﻛﻞ ﻭﻧﺸﺮﺏ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻌﻠﻮﻥ ﺇﻧﻤﺎ ﻟﺤﺮﻡ ﻫﻮ ﻟﺘﺸﺒﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﺬﻣﻮﻣﺎ ﻭﻓﻴﻤﺎ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻪ ﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﻛﺬ ﺫﻛﺮﻩ ﻗﺎﺿﻲ ﺧﺎﻥ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻟﺠﺎﻣﻊ ﻟﺼﻐﻴﺮ ﻓﻌﻠﻰ ﻫﺬ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﻟﺘﺸﺒﻪ ﻻ ﻳﻜﺮﻩ ﻋﻨﺪﻫﻤﺎ Ketahuilah bahwa Tasyabuh menyerupai dengan Ahli kitab tidak makruh dalam semua hal. Kita makan dan minum, mereka juga melakukan hal itu. Sebagaimana disampaikan oleh Qadli Khan dalam Syarah Jami Shaghir. Foto Tumpeng saat Harlah NU ke 95 di gedung PWNU Jatim, dihadiri oleh Syuriyah dan ziyah
8 Ayat Pernikahan Dalam Islam dan Haditsnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/ayat-pernikahan-dalam-islam
Menikah merupakan salah satu anjuran yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam kepada umatnya. Ada banyak ayat di dalam kitab suci Al-Qur’an mengenai anjuran untuk menikah. Salah satu ayat yang sering dijadikan dasar untuk menikah karena setiap makhluk diciptakan berpasang – pasangan seperti yang tercantum pada Al – Qur’an. Berikut beberapa Ayat Pernikahan Dalam Islam, seperti surat Az- Zariyat Ayat 49 sebagai berikut : “Dan segala sesuatu Kami Ciptakan Berpasang – pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” Di dalam Ayat Pernikahan Dalam Islam lainnya juga dijelaskan bahwa dijelaskan bahwa pasangan-pasangan ini adalah laki – laki dan perempuan. Di tengah maraknya kisah cinta sesama jenis yang muncul dan terlihat jelas di masyarakat, maka patut diketahui bahwa pasangan yang diridhoi oleh Allah adalah pasangan yang terdiri dari laki – laki dan perempuan, bukan pasangan sesama jenis seperti yang tercantum dalam ayat berikut.  ﴿:﴾“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt. adalah pengawas atas kamu”. (An Nisa: 1) “Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.” (QS.Al-Qiyamah:39)Menikah juga adalah salah satu cara untuk menghindari maksiat di antara laki – laki dan perempuan yang sudah baligh menurut . Akan lebih baik apabila bisa.… “…maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat…”(QS. an-Nisa: 3)Karena dengan menikah, setiap sentuhan yang dilakukan antara sepasang suami – istri menjadi halal dan mendapatkan pahala. Sehingga, yang diperbolehkan adalah setelah menikah. Bukan pacaran sebelum menikah yang bisa mendekatkan diri pada zina. (Baca : ) yang sudah ada di dalam Al-Qur’an juga sangat jelas dan bisa dijadikan dasar dan pedoman untuk memulai sebuah ikatan pernikahan. Untuk bisa mendapatkan ini memang membutuhkan kontribusi dari kedua belah pihak yakni suami dan istri untuk bisa membagi perannya dalam menjalankan bahtera rumah tangga. berikut Ayat Pernikahan Dalam Islam terkait yaitu: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”(QS. an-Nur: 32).Karena, dalam setiap pernikahan ini bisa menghadapi persoalan yang berbeda – beda, maka penyelesaiannya harus dikembalikan lagi pada Al-Qur’an dan Hadits.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Menikah adalah sunnahku, barangsiapa tidak mengamalkan sunnahku berarti bukan dari golonganku. Hendaklah kalian menikah, sungguh dengan jumlah kalian aku akan berbanyak-banyakkan umat. Siapa memiliki kemampuan harta hendaklah menikah, dan siapa yang tidak hendaknya berpuasa, karena puasa itu merupakan tameng.”Pernikahan dalam islam memiliki definisi penyatuan dua lawan jenis anak adam (laki – laki dan perempuan) dalam sebuah ikatan ritual agama yang menghalalkan hubungan biologis di antara keduanya serta menyatukan antara kedua keluarga pasangan, suku, dan negara.Pernikahan yang terjadi ini juga tidak boleh terjadi selain dengan sesama manusia. Tidak diperbolehkan manusia menikah dengan bangsa jin, apalagi melampiaskan hawa nafsu kepada hewan. Dalam suatu ikatan ritual agama yang menghalalkan hubungan biologis antara keduanya juga menunjukkan bahwa menikah itu adalah ibadah. Karena itu, dari awal pernikahan itu harus dilandasi dengan niat ibadah sehingga suka duka yang terjadi bisa dilalui bersama.“…sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.”(QS. an-Nur: 21).Sebelum melakukan pernikahan, ada banyak yang harus dipahami dan dipelajari dari masing – masing pasangan. Seperti ,, juga .Kemudian, kaum laki – laki perlu mengetahui . Mahar juga bisa disebut dengan mas kawin ini adalah harta yang diberikan oleh pihak laki – laki atau keluarganya kepada perempuan atau keluarga pihak perempuan pada saat pernikahan.  Mahar  memiliki bentuk yang bermacam – macam.Di zaman Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, mahar bukan hanya berbentuk harta saja. Ada yang menjadikan hafalan Qur’annya sebagai mahar untuk menikahi wanita. Dan hal itu diperbolehkan pada zaman Rasululluah shallallahu ‘alaihi wasallam. Begitu banyak kemudahan yang bisa dijalani untuk menjalani pernikahan. Karena pada dasarnya tidak ada yang menyulitkan dalam hal ibadah.Sedangkan untuk wanita, banyak hal yang harus diperhatikan. Hal – hal tersebut diantaranya, bagaimana membentuk , cara menghindari , hingga mengetahui cara ,, serta .Terkadang yang membuat keadaan itu sulit adalah pihak calon mempelai itu sendiri yang memberikan syarat-syarat tertentu dalam pernikahan sehingga membuat pernikahan sepertinya menyusahkan dan berbelit – belit. (Baca : ).Terdapat beberapa tujuan pernikahan menurut Islam, diantaranya sebagai berikut :Perluasan HubunganPernikahan tentu akan melibatkan keluarga laki – laki dan perempuan di dalamnya. Dengan bersatunya keluarga laki – laki dan perempuan ini tentu akan memperluas hubungan persaudaraan yang ada di antara keduanya. Sesuai seperti firman Allah terkait Ayat Pernikahan Dalam Islam Surat Al- Hujurat Ayat 13 berikut :“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”Pernikahan juga salah satu cara untuk mendapatkan, sehingga kita mendapat  menurut Islam.Memperoleh KeturunanTujuan menikah lainnya adalah untuk memperoleh keturunan. Untuk memperoleh keturunan ini tentu harus diawali dengan pernikahan sehingga anak – anak yang dilahirkan ini dilahirkan dari seorang ibu dan ayah yang jelas bukan hasil dari berzina atau hubungan gelap. (Baca : ).KetentramanSetiap ibadah tentu akan menghasilkan ketentraman. Sama seperti dengan pernikahan yang juga ibadah. Maka laki – laki dan perempuan yang ingin melangsungkan pernikahan memiliki tujuan untuk mendapatkan ketentraman dari pasangannya masing – masing. ( Baca : ).Firman Allah Subhanahu wa ta’ala pada surat Ar-Rum Ayat 21 juga menunjukkan bahwa kehadiran seorang istri bisa membawa ketentraman pada suami. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” bukanlah hal yang familiar untuk dilakukan. Tunangan atau khitbah terkadang dimaknai jadi satu hal yang sama. Hanya saja, di dalam istilah islam ini lebih dikenal dengan khitbah. Sementara tunangan lebih identik dengan tukar cincin.Keduanya sama – sama merupakan salah satu tahap dari laki – laki dan perempuan yang akan mejadi calon suami atau calon istrinya nanti. Tentunya, apabila ada laki – laki yang ingin melamar atau mengkhitbah perempuan ini harus disesuaikan dengan syariat islam. (Baca : ).Jadi, apabila sudah ada laki – laki dan perempuan yang sudah baligh yang sudah mampu untuk menikah, maka sebaiknya tidak perlu ditunda – tunda lagi. Karena tujuan untuk menikah sendiri sudah jelas banyak memiliki kebaikan. Kemudian sebelum menikah, perlu diperhatikan hal – hal berikut seperti , , , .Apalagi niat untuk menikah ini didasarkan karena ketaatan manusia terhadap Allah, yakni ingin beribadah. Insya Allah dengan niat yang mulia seperti ini pasangan suami istri akan menjadi dan menggapai . (Baca : )
Menikah merupakan salah satu anjuran yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam kepada umatnya. yang dengan namaNya kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Baca yang sudah ada di dalam AlQuran juga sangat jelas dan bisa dijadikan dasar dan pedoman untuk memulai sebuah ikatan pernikahan. Untuk bisa mendapatkan ini memang membutuhkan kontribusi dari kedua belah pihak yakni suami dan istri untuk bisa membagi perannya dalam menjalankan bahtera rumah tangga. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. anNur 32.Karena, dalam setiap pernikahan ini bisa menghadapi persoalan yang berbeda beda, maka penyelesaiannya harus dikembalikan lagi pada AlQuran dan Hadits. Siapa memiliki kemampuan harta hendaklah menikah, dan siapa yang tidak hendaknya berpuasa, karena puasa itu merupakan tameng. Pernikahan yang terjadi ini juga tidak boleh terjadi selain dengan sesama manusia. Tidak diperbolehkan manusia menikah dengan bangsa jin, apalagi melampiaskan hawa nafsu kepada hewan. Mahar juga bisa disebut dengan mas kawin ini adalah harta yang diberikan oleh pihak laki laki atau keluarganya kepada perempuan atau keluarga pihak perempuan pada saat pernikahan. Mahar memiliki bentuk yang bermacam macam. Dan hal itu diperbolehkan pada zaman Rasululluah shallallahu alaihi wasallam. Karena pada dasarnya tidak ada yang menyulitkan dalam hal ibadah. Sedangkan untuk wanita, banyak hal yang harus diperhatikan. Sesuai seperti firman Allah terkait Ayat Pernikahan Dalam Islam Surat Al Hujurat Ayat 13 berikut Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Untuk memperoleh keturunan ini tentu harus diawali dengan pernikahan sehingga anak anak yang dilahirkan ini dilahirkan dari seorang ibu dan ayah yang jelas bukan hasil dari berzina atau hubungan gelap. Sama seperti dengan pernikahan yang juga ibadah. Maka laki laki dan perempuan yang ingin melangsungkan pernikahan memiliki tujuan untuk mendapatkan ketentraman dari pasangannya masing masing. Dan di antara tandatanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir. bukanlah hal yang familiar untuk dilakukan. Tunangan atau khitbah terkadang dimaknai jadi satu hal yang sama. Tentunya, apabila ada laki laki yang ingin melamar atau mengkhitbah perempuan ini harus disesuaikan dengan syariat islam. Kemudian sebelum menikah, perlu diperhatikan hal hal berikut seperti , , , .Apalagi niat untuk menikah ini didasarkan karena ketaatan manusia terhadap Allah, yakni ingin beribadah.
Fatwa Tarjih Tentang Bayar Zakat dengan Kartu Kredit
https://web.suaramuhammadiyah.id/2016/07/02/fatwa-tarjih-tentang-bayar-zakat-dengan-kartu-kredit/
BAYAR ZAKAT DENGAN KARTU KREDIT Pertanyaan Dari: Ssymsull fuuun, via e-mail, [email protected] (disidangkan pada hari Jum’at, 9 Zulkaidah 1435 H / 5 September 2014) Pertanyaan: Assalamu ’alaikum wr. wb. Ustadz, apakah diperbolehkan membayar zakat dengan kartu kredit syariah? Mengingat akad yang digunakan dalam kartu kredit syariah yaitu kafalah, qard, dan ijarah. Yang saya tanyakan adalah akad yang digunakan ketika membayar zakat apakah disamakan dengan akad dalam membeli suatu merchant di suatu toko? Mohon bantuannya. Ssymsull fuuun… <[email protected]> Jawaban: Wa ’alaikumus-salam wr. wb. Terima kasih atas pertanyaan saudara dan berikut ini jawabannya: Kartu kredit ialah alat pembayaran dengan menggunakan kartu, di mana penerbit kartu tersebut memenuhi kewajiban pemegang kartu dalam pembayaran atas transaksi yang dilakukannya dengan pihak lain )penerima kartu yaitu penjual barang atau jasa( dan atau penarikan tunai, lalu setelah itu pemegang kartu melunasi hutangnya kepada penerbit kartu secara angsuran pada waktu yang disepakati. Kartu kredit banyak yang menggunakan sistem riba, yaitu memberlakukan ketentuan bunga bila pelunasan hutang kepada penerbit kartu lewat jatuh tempo pembayaran. Adapun kartu kredit syariah adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit, hanya saja hubungan hukum antara para pihak; yaitu penerbit kartu, pemegang kartu dan penerima kartu berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, akad yang digunakan adalah Kafalah (Penjaminan), Qardh (Penghutangan) dan Ijarah(Pengupahan). Di dalam akad Kafalah, penerbit kartu bertindak sebagai kafil (penjamin) bagi pemegang kartu atas semua transaksi yang dilakukannya dengan penerima kartu. Atas dasar itu penerbit kartu berhak menerimaujrah kafalah (fee penjaminan). Di dalam akad Qardh, penerbit kartu bertindak sebagai muqridh (pemberi pinjaman) kepada pemegang kartu melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank penerbit kartu. Sementara di dalam akad Ijarah, penerbit kartu bertindak sebagai penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Oleh karenanya, penerbit kartu berhak memperolehi rusum al-‘udhwiyah (membership fee) dari pemegang kartu, dan berhak memperolehi ujrah tajir (merchant fee) dari penerima kartu (penjual barang dan jasa). Dalil yang membenarkan akad Kafalah antara lain adalah: Firman Allah: . [ 12: 72] “Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya”.” [QS. Yusuf (12): 72] 2. Hadis Nabi Muhammad : : : : : : : . [ ] “Dari Salamah bin al-Akwa’ ra. [diriwayatkan] bahwa telah dihadapkan kepada Nabi saw. jenazah untuk dishalatkan. Nabi bertanya, ‘Apakah ia mempunyai hutang?’ Para sahabat menjawab, ‘Tidak’. Beliau segera menshalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Nabi pun bertanya, ‘Apakah ia mempunyai hutang?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Rasulullah berkata, ‘Shalatkanlah sahabatmu itu’ (beliau sendiri tidak mau menshalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, ‘Saya menjamin hutangnya wahai Rasulullah’. Maka Nabi pun menshalatkannya.” [HR. al-Bukhari] 3. Hadis Nabi Muhammad saw.: : .  [ ] “Dari Abu Umamah [diriwayatkan] dari Nabi saw.: “Za’iim (penjamin) itu adalah ghaarim (orang yang menanggung utang).” [HR. Ahmad] Adapun dalil yang membenarkan akad Qardh antara lain ialah: Firman Allah: … [ 2: 282] “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya ...” [QS. al-Baqarah (2): 282] 2. Firman Allah: . [ 2: 280] “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [QS. al-Baqarah (2): 280] Sementara dalil yang membenarkan akad Ijarah antara lain ialah firman Allah: . [ 28: 26] “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.” [QS. al-Qashash (28): 26] Penggunaan kartu kredit syariah dibatasi dengan ketentuan-ketentuan berikut: Pemegang kartu harus mempunyai kemampuan finansial melunasi hutangnya kepada penerbit kartu pada waktu yang telah ditentukan; Pemegang kartu tidak menggunakan kartunya untuk melakukan transaksi yang diharamkan oleh syariat Islam; Kartu kredit tidak mendorong pemegang kartu untuk melalukan pengeluaran yang berlebihan; Dan yang paling penting, tidak ada sistem bunga di dalam penerbitan kartu. Oleh sebab itu, karena kartu kredit syariah berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam dan akad-akad yang digunakan berdasarkan dalil-dalil dari al-Quran dan hadis, maka para ulama membolehkan penggunaannya sebagai alat bayar untuk kemudahan, keamanan dan kenyamanan kaum Muslimin. Jadi, hukum penggunaan kartu kredit syariat untuk melakukan transaksi yang sesuai dengan syariat Islam seperti jual beli, sewa-menyewa dan lainnya adalah halal. Oleh karena itu kartu kredit syariah ini juga halal untuk melakukan pembayaran zakat karena akad yang digunakan sama. Hanya saja perlu dipastikan bahwa harta pemegang kartu telah mencapai nishab (yaitu senilai 85 gram emas murni dan telah dimiliki selama haul (satu tahun hijriyyah), karena zakat harta itu wajib apabila telah mencapai nishab dan haul. Perlu ditegaskan di sini bahwa membayar zakat secara tunai lebih afdhal/utama. Hal demikian itu karena membayar zakat secara ‘ayn (tunai) itulah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau tidak pernah membayar zakat dengan dayn (hutang). Selain itu, dengan membayar zakat secara tunai bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dari penggunaan kartu kredit syariah, seperti beban biaya penggunaan kartu yang tinggi dan tidak mampu melunasi hutang kepada penerbit kartu. Wallahu a’lam bish-shawab. —————————————– Semua pertanyaan dijawab oleh Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah e-mail: [email protected]
BAYAR ZAKAT DENGAN KARTU KREDIT Pertanyaan Dari Ssymsull fuuun, via email, fssymsullyahoo.co.id disidangkan pada hari Jumat, 9 Zulkaidah 1435 H 5 September 2014 Pertanyaan Assalamu alaikum wr. Ustadz, apakah diperbolehkan membayar zakat dengan kartu kredit syariah Mengingat akad yang digunakan dalam kartu kredit syariah yaitu kafalah, qard, dan ijarah. Ssymsull fuuun fssymsullyahoo.co.id Jawaban Wa alaikumussalam wr. Oleh karena itu, akad yang digunakan adalah Kafalah Penjaminan, Qardh Penghutangan dan IjarahPengupahan. Di dalam akad Kafalah, penerbit kartu bertindak sebagai kafil penjamin bagi pemegang kartu atas semua transaksi yang dilakukannya dengan penerima kartu. Atas dasar itu penerbit kartu berhak menerimaujrah kafalah fee penjaminan. Sementara di dalam akad Ijarah, penerbit kartu bertindak sebagai penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Oleh karenanya, penerbit kartu berhak memperolehi rusum aludhwiyah membership fee dari pemegang kartu, dan berhak memperolehi ujrah tajir merchant fee dari penerima kartu penjual barang dan jasa. Dalil yang membenarkan akad Kafalah antara lain adalah Firman Allah . 12 72 Penyerupenyeru itu berkata Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat beban unta, dan aku menjamin terhadapnya. diriwayatkan bahwa telah dihadapkan kepada Nabi saw. Nabi bertanya, Apakah ia mempunyai hutang Para sahabat menjawab, Tidak. Rasulullah berkata, Shalatkanlah sahabatmu itu beliau sendiri tidak mau menshalatkannya. Lalu Abu Qatadah berkata, Saya menjamin hutangnya wahai Rasulullah. Zaiim penjamin itu adalah ghaarim orang yang menanggung utang. Ahmad Adapun dalil yang membenarkan akad Qardh antara lain ialah Firman Allah 2 282 Hai orangorang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya QS. 2 280 Dan jika orang yang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian atau semua utang itu, lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. alBaqarah 2 280 Sementara dalil yang membenarkan akad Ijarah antara lain ialah firman Allah . 28 26 Salah seorang dari kedua wanita itu berkata Wahai bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. alQashash 28 26 Penggunaan kartu kredit syariah dibatasi dengan ketentuanketentuan berikut Pemegang kartu harus mempunyai kemampuan finansial melunasi hutangnya kepada penerbit kartu pada waktu yang telah ditentukan Pemegang kartu tidak menggunakan kartunya untuk melakukan transaksi yang diharamkan oleh syariat Islam Kartu kredit tidak mendorong pemegang kartu untuk melalukan pengeluaran yang berlebihan Dan yang paling penting, tidak ada sistem bunga di dalam penerbitan kartu. Oleh sebab itu, karena kartu kredit syariah berdasarkan prinsipprinsip syariat Islam dan akadakad yang digunakan berdasarkan dalildalil dari alQuran dan hadis, maka para ulama membolehkan penggunaannya sebagai alat bayar untuk kemudahan, keamanan dan kenyamanan kaum Muslimin. Hanya saja perlu dipastikan bahwa harta pemegang kartu telah mencapai nishab yaitu senilai 85 gram emas murni dan telah dimiliki selama haul satu tahun hijriyyah, karena zakat harta itu wajib apabila telah mencapai nishab dan haul. Perlu ditegaskan di sini bahwa membayar zakat secara tunai lebih afdhalutama. Beliau tidak pernah membayar zakat dengan dayn hutang. Semua pertanyaan dijawab oleh Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah email tarjih_ppmuhyahoo.com
Lima Syarat Bila Hendak Menarik Mundur Jemaah yang Berada di Shaf Depan
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/menarik-jemaah-yang-berada-di-shaf-depan/
Ketika kita melaksanakan shalat berjemaah, kita dianjurkan untuk bergabung dengan jemaah lain dalam satu shaf. Makruh hukumnya jika kita sendirian dalam satu shaf. Karenanya, jika kita sendirian dalam satu shaf, maka kita disunnahkan untuk menarik jemaah lain yang berada di shaf depan kita agar ia bisa menemani sehingga kita tidak sendirian dalam satu shaf. (Hukum Laki-laki Berada di Belakang Shaf Perempuan) Meski demikian, Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al-Kaf dalam kitabnya Al-Taqriratus Sadidah menyebutkan bahwa ada lima syarat yang harus dipenuhi ketika kita hendak menarika jemaah lain yang berada di shaf depan kita. Lima syarat tersebut sebagai berikut; Pertama, jemaah lain yang ditarik untuk menemani kita harus orang merdeka, bukan budak. Jika budak, maka tidak disunnahkan untuk menariknya untuk menemani kita dalam satu shaf. Tampaknya ini syarat ini untuk saat ini sudah tidak berlaku, karena tidak ditemukan perbudakan lagi. Kedua, jumlah jemaah di shaf depan kita lebih dari dua orang. Jika hanya dua orang, maka tidak boleh menarik satu jemaah yang berada di shaf depan kita. Hal ini karena jika kita menarik satu jemaah di shaf depan kita, maka akan menyebabkan satu jemaah lainnya sendirian. Ketiga, jemaah lain yang hendak ditarik bisa kita duga bahwa dia paham dengan maksud kita sehingga dia bersedia pindah untuk bergabung dalam satu shaf bersama kita. Jika dia bisa kita duga bahwa dia tidak paham dengan maksud kita, maka kita tidak disunnahkan untuk menariknya karena khawatir justru malah menimbulkan fitnah. Keempat, menarik jemaah lain dalam keadaan berdiri. Jika dia dalam keadaan duduk, rukuk atau lainnya, selain dalam keadaan berdiri, maka kita tidak diperbolehkan menariknya. Kelima, menarik jemaah lain ketika kita sudah melakukan takbiratul ihram. Demikian lima syarat yang disebutkan oleh Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al-Kaf dalam kitabnya Al-Taqriratus Sadidah. Jika lima syarat ini tidak terpenuhi, maka kita tidak disunnahkan menarik jemaah lain yang berada di shaf depan kita.
Ketika kita melaksanakan shalat berjemaah, kita dianjurkan untuk bergabung dengan jemaah lain dalam satu shaf. Makruh hukumnya jika kita sendirian dalam satu shaf. Karenanya, jika kita sendirian dalam satu shaf, maka kita disunnahkan untuk menarik jemaah lain yang berada di shaf depan kita agar ia bisa menemani sehingga kita tidak sendirian dalam satu shaf. Hukum Lakilaki Berada di Belakang Shaf Perempuan Meski demikian, Hasan bin Ahmad bin Muhammad AlKaf dalam kitabnya AlTaqriratus Sadidah menyebutkan bahwa ada lima syarat yang harus dipenuhi ketika kita hendak menarika jemaah lain yang berada di shaf depan kita. Lima syarat tersebut sebagai berikut Pertama, jemaah lain yang ditarik untuk menemani kita harus orang merdeka, bukan budak. Jika budak, maka tidak disunnahkan untuk menariknya untuk menemani kita dalam satu shaf. Tampaknya ini syarat ini untuk saat ini sudah tidak berlaku, karena tidak ditemukan perbudakan lagi. Kedua, jumlah jemaah di shaf depan kita lebih dari dua orang. Jika hanya dua orang, maka tidak boleh menarik satu jemaah yang berada di shaf depan kita. Hal ini karena jika kita menarik satu jemaah di shaf depan kita, maka akan menyebabkan satu jemaah lainnya sendirian. Ketiga, jemaah lain yang hendak ditarik bisa kita duga bahwa dia paham dengan maksud kita sehingga dia bersedia pindah untuk bergabung dalam satu shaf bersama kita. Jika dia bisa kita duga bahwa dia tidak paham dengan maksud kita, maka kita tidak disunnahkan untuk menariknya karena khawatir justru malah menimbulkan fitnah. Keempat, menarik jemaah lain dalam keadaan berdiri. Jika dia dalam keadaan duduk, rukuk atau lainnya, selain dalam keadaan berdiri, maka kita tidak diperbolehkan menariknya. Kelima, menarik jemaah lain ketika kita sudah melakukan takbiratul ihram. Demikian lima syarat yang disebutkan oleh Hasan bin Ahmad bin Muhammad AlKaf dalam kitabnya AlTaqriratus Sadidah. Jika lima syarat ini tidak terpenuhi, maka kita tidak disunnahkan menarik jemaah lain yang berada di shaf depan kita.
Menerima Pembayaran Hutang dari Uang Haram Menurut Hukum Islam
https://www.laduni.id/post/read/47127/menerima-pembayaran-hutang-dari-uang-haram-menurut-hukum-islam.html
PERTANYAAN : Salam. Bagaimana hukumnya jika seseorang yang berlainan agama meminjam uang kita lalu dia mengembalikanya uang itu hasil dari uang haram, misalkan togel atau hasil dari mencuri, padahal uang yang kita pinjamkan tadi kita cari dengan jalan halal. Mohon pencerahannya. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Kalau sudah jelas hasil uang haram maka haram diterima pak, beda lagi jika belum jelas maka boleh menerimanya. Wallohu a'lam. - kitab fatawa ibnu hajar : . : Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
PERTANYAAN Salam. Bagaimana hukumnya jika seseorang yang berlainan agama meminjam uang kita lalu dia mengembalikanya uang itu hasil dari uang haram, misalkan togel atau hasil dari mencuri, padahal uang yang kita pinjamkan tadi kita cari dengan jalan halal. Mohon pencerahannya. JAWABAN Waalaikumussalam. Kalau sudah jelas hasil uang haram maka haram diterima pak, beda lagi jika belum jelas maka boleh menerimanya. Wallohu alam. kitab fatawa ibnu hajar . Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Orang bertakwa bersegera pada ampunan Allah
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Orang-bertakwa-bersegera-pada-ampunan-Allah
QS.Surat Ali `Imran[3]:133 () 133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
QS.Surat Ali Imran3133 133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orangorang yang bertakwa,
Saya tidak memungkinkan mengeluarkan zakat fitrah karena sibuk. Apakah saya keluarkan sekarang? Atau apa yang seharusnya saya lakukan?
https://islamqa.info/id/answers/112108/belum-mengeluarkan-zakat-fitrah-apakah-dikeluarkan-sekarang
Alhamdulillah.Zakat fitrah harus dikeluarkan sebelum shalat Id, sebagaimana telah diyatakan dalam Kitab Ash-Shahihain (Bukhori dan Muslim) dari hadits Ibnu Umar radhiallahu anhuma sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk menunaikannya sebelum orang-orang keluar untuk shalat. Kalau seorang muslim belum mengeluarkan sebelum shalat –sebagaimana yang wajib dilakukan- maka tidak gugur darinya, bahkan dia harus mengeluarkan meskipun setelah shalat. Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah telah ditanya, "Saya belum mengeluarkan zakat fitrah, karena kabar hari raya tiba-tiba. Setelah idul fitri yang penuh barokah, saya belum ada waktu kosong untuk bertanya tentang amalan wajib yang harus dilakukan dalam masalah seperti ini. Apakah (kewajiban zakat fitrah) gugur pada diriku atau harus dikeluarkannya?" Beliau menjawab, "Zakat fitrah adalah kewajiban. Ibnu Umar radhiallahu anhuma berkata, 'Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fitrah.’ Maka ia adalah kewajiban kepada setiap orang Islam. Laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, orang merdeka dan budak. Jika ditakdirkan hari raya datangnya tiba-tiba dan anda belum mengeluarkannya. Maka anda harus mengeluarkannya pada hari raya idul fitri meskipun setelah shalat. Karena ibadah wajib, kalau waktunya terlewat karenakan ada uzur. Maka ia harus diqadha ketika uzurnya telah hilang. Bedasarkan sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, "Barangsiapa yang lupa shalat, maka hendaknya dia shalat ketika ingat. Tidak ada kaffarah (tebusan) untuk itu kecuali dengan itu (qadha)." (HR. Bukhari, no. 597 dan Muslim, no. 683), lalu beliau membaca Firman Allah Ta’ala, "Tunaikan shalat untuk mengingat-Ku." (QS. Thaha: 14) Dengan demikian, maka anda saudara penanya, harus mengeluarkannya sekarang.’ (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 20/271) .
Alhamdulillah.Zakat fitrah harus dikeluarkan sebelum shalat Id, sebagaimana telah diyatakan dalam Kitab AshShahihain Bukhori dan Muslim dari hadits Ibnu Umar radhiallahu anhuma sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk menunaikannya sebelum orangorang keluar untuk shalat. Kalau seorang muslim belum mengeluarkan sebelum shalat sebagaimana yang wajib dilakukan maka tidak gugur darinya, bahkan dia harus mengeluarkan meskipun setelah shalat. Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah telah ditanya, Saya belum mengeluarkan zakat fitrah, karena kabar hari raya tibatiba. Setelah idul fitri yang penuh barokah, saya belum ada waktu kosong untuk bertanya tentang amalan wajib yang harus dilakukan dalam masalah seperti ini. Apakah kewajiban zakat fitrah gugur pada diriku atau harus dikeluarkannya Beliau menjawab, Zakat fitrah adalah kewajiban. Ibnu Umar radhiallahu anhuma berkata, Rasulullah sallallahualaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fitrah. Maka ia adalah kewajiban kepada setiap orang Islam. Lakilaki, perempuan, anakanak, dewasa, orang merdeka dan budak. Jika ditakdirkan hari raya datangnya tibatiba dan anda belum mengeluarkannya. Maka anda harus mengeluarkannya pada hari raya idul fitri meskipun setelah shalat. Karena ibadah wajib, kalau waktunya terlewat karenakan ada uzur. Maka ia harus diqadha ketika uzurnya telah hilang. Bedasarkan sabda Nabi sallallahualaihi wa sallam, Barangsiapa yang lupa shalat, maka hendaknya dia shalat ketika ingat. Tidak ada kaffarah tebusan untuk itu kecuali dengan itu qadha. HR. Bukhari, no. 597 dan Muslim, no. 683, lalu beliau membaca Firman Allah Taala, Tunaikan shalat untuk mengingatKu. QS. Thaha 14 Dengan demikian, maka anda saudara penanya, harus mengeluarkannya sekarang. Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 20271 .
Melihat Keutamaan dan Hikmah Puasa Ramadhan
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ibadah/melihat-keutamaan-dan-hikmah-puasa-ramadhan/
Puasa Ramadhan adalah salah satu ibadah yang paling mulia dalam agama Islam. Sejatinya terdapat keutamaan dan hikmah puasa Ramadhan. berikut penjelasan lengkapnya. Hakikatnya, dalam Islam, latihan rohani yang diperlukan manusia itu diberikan dalam bentuk ibadah. Semua dalam Islam baik shalat, puasa, zakat, maupun haji, bertujuan untuk membuat rohani manusia agar tetap ingat kepada Tuhan dan bahkan merasa senantiasa dekat pada-Nya. Keadaan senantiasa dekat dengan Tuhan Yang Suci dapat mempertajam rasa kesucian yang selanjutnya menjadi rem bagi hawa nafsunya untuk tidak melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku. Kewajiban Puasa Syahdan. Ramadhan adalah salah satu nama bulan dalam tahun hijriah. Di bulan ini kaum Muslimin diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh. Kewajiban puasa ini untuk pertama kalinya dikeluarkan pada bulan Syaban tahun kedua Hijriah. Dan, hukum puasa Ramadhan ini wajib kepada setiap muslim dan muslimat yang telah memenuhi syarat-syaratnya. Kewajiban puasa ini didasarkan pada al-Quran, Sunnah, dan Ijma. Karena itu, orang yang mengingkari kewajibannya dianggap kafir dan tidak beriman kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw. Ini sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam al-Quran : Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah [2]: 183). Sekali lagi, bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa, bulan kebaktian, bulan karunia dan rahmat yang penuh berkah. Di mana, amalan (ibadah) di bulan ini memberikan manfaat istimewa bagi pelakunya, baik itu di dunia maupun di akhirat. Amalan terpenting di bulan ini diantaranya sedekah, Shalat Tarawih, Tadarus al-Quran, Itikaf dan Lailatul Qadar. Hikmah Puasa Ramadhan Pertanyaannya adalah apa sebenarnya keutamaan dan hikmah puasa Ramadhan? Kita tahu, di balik ibadah apapun yang diwajibkan kepada manusia, pasti ada hikmah dan manfaat. Hanya saja hikmah tersebut kadang dapat diketahui dan kadang tidak dapat diketahui. Begitu pula dengan ibadah puasa, para ilmuwan, baik dalam bidang agama, akhlak maupun terapan, seperti kedokteran, telah berupaya menafsirkan hikmah tersebut. Penafsiran mereka dapat saja sesuai, namun sebaliknya dapat juga tidak sesuai dengan yang dituju dan dimaksud oleh Sang Pembuat Hukum, Allah Swt. Di antara hikmah dan keutamaan puasa adalah pertama, tazkiyatun nafs (membersihkan jiwa) dari sifat-sifat dusta, berkata kotor, menahan dari makan-minum yang tidak halal dan sebagainya. Puasa adalah ibadah rahasia antara seorang hamba dengan Allah Swt. Seandainya ia tidak jujur, bisa saja ia mengatakan sedang puasa kepada orang-orang, ia bisa makan-minum secara sembunyi-sembunyi, dan bisa melakukan hubungan suami istri. Tetapi, ia berlatih menyingkirkan sifat dusta ini semata-mata karena mencari ridha dan pahala Allah Swt. Maka ia bersabar menahan syahwatnya dari terbit fajar hingga Maghrib datang. Kedua, menumbuhkan kesamaan status sosial antara orang fakir dan orang kaya. Puasa, khususnya Ramadhan, mendidik umat bahwa status mereka adalah sama di hadapan Tuhan. Orang kaya, walaupun dia mampu untuk membeli makanan dan apa saja yang dibutuhkannya, tetapi dia tidak dapat seenaknya menyalahi perintah Tuhan. Dengan puasa, perintah dan larangan bersifat menyeluruh, sehingga orang-orang kaya dan mampu akan merasakan apa yang diderita oleh orang-orang fakir dan miskin. Ibnu Al-Qayyim pernah berkata: Puasa dapat mengingatkan orang-orang kaya akan penderitaan dan kelaparan yang dilanda orang-orang miskin. Ketiga, puasa membiasakan empati dan kasih sayang terhadap kaum fakir miskin dan segera memberikan bantuan. Dalam hal ini ia memperbaiki dirinya dengan amal shaleh. Dengan puasa ia merasakan lapar dan susah. Dengan demikian dalam puasa terdapat solidaritas umat dan rasa persaudaraan dan kasih sayang antara dirinya dan saudara-saudaranya sesama muslim yang telah terhalang oleh kehidupan yang keras. Betapa banyak dalam hidup ini orang-orang fakir miskin yang lebih pandai, lebih tinggi semangatnya, dan lebih banyak ilmunya dari pada orang-orang kaya. Namun, kekerasan masyarakat dan ketidakpedulian negara terhadap nasib mereka menyebabkan mereka merintih di bawah himpitan kemiskinan dan sengsara kehidupan. Keempat, menyehatkan badan. Penelitian kedokteran menetapkan bahwa berlebih-lebihan dalam mengonsumsi makanan bisa berakibat fatal. Karena makanan yang berlebihan itu akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung dan pembuluh darah. Tak ada jalan lain untuk mengantisipasi penyakit tersebut kecuali dengan menghadang penyebab dan gejala-gejalanya. Dengan demikian, lapar pada saat-saat tertentu menjadi keharusan, agar proses pencernaan bagian dalam tubuh dapat bergerak membasmi sel-sel berbahaya. Dengan begitu, fisik menjadi normal kembali setelah terjadinya pembentukan sel-sel baru yang sehat dan kuat.Puasa dapat memberi ruang terbuka bagi perut dan usus untuk menyaring makanan. Kekosongan keduanya dapat meredakan aktivitas-aktivitas yang menyebabkan kotoran dan racun. Kondisi seperti ini mampu memberi ruang yang tepat untuk mengobati luka-luka dengan adanya selaput lendir. Kemudian daya serap itu terhenti dari usus. Pada akhirnya asam amonia tidak sampai pada jantung, glukosa, ataupun zat garam. Demikian penjelasan terkait keutamaan dan hikmah Puasa Ramadhan. Semoga kita sebagai Muslim sukses menjalankan Ramadhan tahun ini, dan mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah. Wallahu alam bishawab.
Puasa Ramadhan adalah salah satu ibadah yang paling mulia dalam agama Islam. Sejatinya terdapat keutamaan dan hikmah puasa Ramadhan. Hakikatnya, dalam Islam, latihan rohani yang diperlukan manusia itu diberikan dalam bentuk ibadah. Keadaan senantiasa dekat dengan Tuhan Yang Suci dapat mempertajam rasa kesucian yang selanjutnya menjadi rem bagi hawa nafsunya untuk tidak melanggar nilainilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku. Kewajiban puasa ini didasarkan pada alQuran, Sunnah, dan Ijma. Karena itu, orang yang mengingkari kewajibannya dianggap kafir dan tidak beriman kepada Allah Swt. Amalan terpenting di bulan ini diantaranya sedekah, Shalat Tarawih, Tadarus alQuran, Itikaf dan Lailatul Qadar. Hanya saja hikmah tersebut kadang dapat diketahui dan kadang tidak dapat diketahui. Penafsiran mereka dapat saja sesuai, namun sebaliknya dapat juga tidak sesuai dengan yang dituju dan dimaksud oleh Sang Pembuat Hukum, Allah Swt. Seandainya ia tidak jujur, bisa saja ia mengatakan sedang puasa kepada orangorang, ia bisa makanminum secara sembunyisembunyi, dan bisa melakukan hubungan suami istri. Tetapi, ia berlatih menyingkirkan sifat dusta ini sematamata karena mencari ridha dan pahala Allah Swt. Maka ia bersabar menahan syahwatnya dari terbit fajar hingga Maghrib datang. Kedua, menumbuhkan kesamaan status sosial antara orang fakir dan orang kaya. Orang kaya, walaupun dia mampu untuk membeli makanan dan apa saja yang dibutuhkannya, tetapi dia tidak dapat seenaknya menyalahi perintah Tuhan. Dengan puasa, perintah dan larangan bersifat menyeluruh, sehingga orangorang kaya dan mampu akan merasakan apa yang diderita oleh orangorang fakir dan miskin. Dalam hal ini ia memperbaiki dirinya dengan amal shaleh. Dengan demikian dalam puasa terdapat solidaritas umat dan rasa persaudaraan dan kasih sayang antara dirinya dan saudarasaudaranya sesama muslim yang telah terhalang oleh kehidupan yang keras. Betapa banyak dalam hidup ini orangorang fakir miskin yang lebih pandai, lebih tinggi semangatnya, dan lebih banyak ilmunya dari pada orangorang kaya. Karena makanan yang berlebihan itu akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung dan pembuluh darah. Tak ada jalan lain untuk mengantisipasi penyakit tersebut kecuali dengan menghadang penyebab dan gejalagejalanya. Dengan begitu, fisik menjadi normal kembali setelah terjadinya pembentukan selsel baru yang sehat dan kuat. Puasa dapat memberi ruang terbuka bagi perut dan usus untuk menyaring makanan. Kekosongan keduanya dapat meredakan aktivitasaktivitas yang menyebabkan kotoran dan racun. Kondisi seperti ini mampu memberi ruang yang tepat untuk mengobati lukaluka dengan adanya selaput lendir. Kemudian daya serap itu terhenti dari usus. Pada akhirnya asam amonia tidak sampai pada jantung, glukosa, ataupun zat garam.
10 Doa Memikat Hati Pria Dalam Islam
https://dalamislam.com/doa-dan-dzikir/doa-memikat-hati-pria-dalam-islam
Rasa suka yang muncul dalam hati kepada lawan jenis adalah sesuatu yang normal. Tidaklah salah apabila ada wanita yang mengagumi pria secara diam-diam. Namun untuk menyikapi perasaan tersebut, tentunya kita harus melakukan hal yang benar sesuai dengan syariat agama. Jangan sampai rasa cinta menjerumuska kita dalam kemaksiatan dan dosa. Cara terbaik mengatasi perasaan tersebut adalah berdoa pada Allah Ta’ala.Doa memiliki peranan penting dalam kehidupan ini. Banyak orang tak menyadari betapa hebatnya kekuatan doa. Selama kita mau berdoa kepada Allah Ta’ala dengan sungguh-sungguh, maka insyaAllah dikabulkan.Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mukmin:60) Apapun permintaan kita, selama masih dalam koridor yang benar Allah Ta’ala pasti akan mempermudah jika kita mau berdoa. Termasuk dalam urusan memikat hati pria.Doa Memikat Hati Pria Dalam IslamTidak ada doa memikat hati pria yang dikhususkan dalam islam. Apabila kita menyukai seseorang maka kita boleh menggunakan bahasa Indonesia. Tidak ada anjuran kita untuk harus berdoa dalam bahasa Arab. Namun sebaiknya, doa haruslah mengikuti adab-adab islam sehingga doa tersebut mudah dikabulkan.Tak perlu khawatir, Allah Ta’ala Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Tanpa berbicara pun, Allah SWT mengerti apa-apa yang tersembunyi dalam hati manusia. Selain itu, masalah jodoh juga sudah diatur oleh Allah Ta’ala. Tidak mungkin jodoh akan tertukar. Maka itu, kita tidak boleh pesimis. Yang terpenting kita harus terus berdoa serambi berusaha. Berikut ini beberapa amalan untuk wanita agar mudah dapat jodoh:Mensucikan diri sebelum berdoaBerdoa yang baik adalah yang dilakukan dalam keadaan suci. Walaupun memang doa bisa dilakukan kapan saja. Tetapi alangkah mulianya jika kita bisa menjaga penampilan saat berdoa kepada Allah Ta’ala. Dengan berwudhu dan mengenakan baju bersih dapat membuat kita merasa lebih tenang, tentram dan nyaman saat berdoa.Membaca Al Furqan ayat 74 “Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiena immaa”. Artinya: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh (isteri-isteri) kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang2 yang bertakwa” (QS Al Furqan : 74)Membaca asmaul husna sebelum berdoaAsmaul husna adalah nama-nama Allah yang Mulia. Apabila kita berdoa dengan diawali membaca asmaul husna maka insyaAllah doa kita mudah terkabulkan. Membaca asmaul husna merupaka bentuk pujian kepada Allah Ta’ala, dimana kita mengakui Keesaan dan KebesaranNya. Anjuran membaca asmaul husna saat berdoa tertuang dalam firman Allah Ta’ala di Al-Quran:“Allah memiliki Asmaul husna, hendaknya kamu berdoa dengannya.” (Al-A’raf: 180) “Katakanlah, berdoalah kepada Allah atau berdoalah kepada Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu berdoa, Dia mempunyai Asmaul husna.” (Al-Isra’: 110)Baca juga :Perbanyak berdizikir“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allâh, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” ( QS: al-Ahzâb 41-42)Berdzikir berarti mengingat Allah Ta’ala. Apabila kita sering mengingat Allah maka Allah SWT pun juga akan mengingat kita. Berdzikir dapat mempermudah dikabulkannya doa, membuat hidup lebih berkah, menenangkan hati dan melapangkan rezeki. Beberapa bentuk dzikir sesuai ajaran nabi shallallahu alaihi wa sallam:Allahumma antassalam waminkassalam tabarakta Ya Dzaljalali wal ikramTasbih (subhanallah) sebanyak 33xTahmid (Alhamdulillah) sebanyak 33x,Takbir (Allahu Akbar) sebanyak 33 x.Laa ilaaha Illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku walahul Hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-inq qodirMemperbanyak sholawatSelain berdizikir, hendaklah memperbanyak bacaan sholawat. Terutama di hari Jumat. Membaca sholawat juga dapat mempemudah dikabulkannya sebuah doa. Sebagai hadist yang berbunyi:Umar bin Khattab Ra. berkata: “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan di antara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas Nabi Muhammad Saw.” (HR. Tirmidzi)“Apabila salah seorang dari kalian berdoa maka hendaklah memulai dengan memuji Allah dan memuja-Nya, lalu hendaknya membaca salawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian setelah itu dia boleh berdoa tentang apa pun yang diinginkannya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)Membaca surat Al-FatihahTidak ada salahnya jika kamu mengawali doamu dengan membaca Al-Fatihah. Surat Al Fatihah adalah surat yang mulia dan dikenal sebagai ummul kitab. Dalam salah satu ayat di surat ini yang berbunyi “Iyyakana’budu wa iyyakanasta’iin” yang artinya “hanya engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan”. Maka ketika seorang hamba mengucapkan demikian, Allah ta’ala akan berkata “Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta.”Sebagaimana dijelaskan dalam hadist Qudsi:  “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta.” Maka jika sang hamba membaca (Alhamdulillahirabbil’alamin) Allah berkata: “Hamba-Ku menyukuri aku,” dan jika membaca (Araahman arrahiim) Allah berkata: “Hamba-Ku memuji Aku,” dan jika membaca (Maalikiyaumiddiin) Allah berkata: “Hamba-Ku pasrah kepada-Ku, dan jika membaca (Iyyakana’budu wa iyyakanasta’iin), Allah berkata: “Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta,” dan jika membaca (Ihdinashiratolmustaqiim shiratoladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi’alaihim waladhoollin), Allah berkata: “Ini untuk hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang ia pinta.” (HR. Muslim)Membaca Al-IkhlasAl-Ikhlas adalah salah satu surat terakhir yang terletak di juz 30 dalam Al-Quran. Membaca surat Al-Ikhlas juga dapat mempermudah dikabulkannya sebuah doa. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Hadist:“Sesungguhnya Rasullah Saw. mendengar seseorang berkata: “Ya, Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwa diriku bersaksi sesungguhnya Engkau (adalah) Allah yang tidak ada ilah yang haq disembah kecuali Engkau Yang Maha Esa, Yang bergantung (kepada-Mu) segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula dipernakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya,” kemudian Rasullah Saw. bersabda: “Sungguh dirimu telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya, yang jika Ia diminta dengannya (pasti akan) memberi, dan jika Ia diseru dengannya, (pasti akan) mengabulkannya.” (HR. Abu Daud)Berdoa di waktu-waktu yang mustajabAda beberapa waktu mustajab untuk mempermudah doa kita dikabulkan. Apabila kita memang ingin memikat hati pria, ingin mendapatkan jodoh atau lainnya, maka usahakan mengutamakan berdoa di waktu ini, yakni:Sepertiga malam terakhir (hendaknya didahului dengan ).Saat berbuka puasa.Pada malam lailatur qadar.Saat adzan berkumandang.Diantara adzan dan iqamah.Diakhir (sebelum salam).Ketika sujud dalam shalat.Waktu antara dzuhur dan ashar pada hari Rabu.Ketika turun hujan.Pada hari jumat.Ketika hari arafah (9 Dzulhijjah).Ketika meminum air zam-zam.Ketika perah berkecamuk.Berdoa dengan khuyuk dan tidak tergesa-gesaSaat kita telah berdoa berulang kali, namun doa-doa kita belum juga dikabulkan. Maka coba direnungkan lagi. Apakah tata cara berdoa kita sudah benar? Dalam berdoa, hendaknya kita melakukan dengan khusyuk, suara dipelankan dan tidak tergesa-gesa. Berdoalah dengan perasaan penuh harap kepada Allah Ta’ala. Bahkan jika ingin menangis maka menangislah.Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) segala kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (Q.S . Al-Anbiya’ : 90).Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda“Akan diijabahi doa kalian, jika tidak berdoa dengan tergesa-gesa. Sungguh kamu telah berdoa, maka atau kenapa tidak diijabahi?” (H. R. ).Memperbanyak membaca Al-Quran dan amalan ibadah sunnahSaat kita menginginkan sesuatu maka hal yang harus dilakukan adalah mendekatkan diri kepada Sang Pemberi sesuatu tersebut, Allah subhanahu wa Ta’ala. Kita bisa memperbanyak amalan-amalan ibadah sunnah, seperti sholat tahajjud, solat dhuha, solat qabliyah dan ba’diyah. Serta jangan lupa untuk memperbanyak membaca Al-Quran. Aktivitas ini hendaknya juga kita lakukan setiap hari. Tak hanya saat ada kepentingan saja. Namun kita harus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di mata Allah Ta’ala.Sikap Wanita yang Dapat Memikat Hati Pria Menurut IslamSelain daripada berdoa, memikat hati pria juga bisa dilakukan dengan perbuatan-perbuatan. Diantaranya:Berpenampilan syar’i, yakni mengenakan pakaian sesuai syariat agama. Berbusana muslim dan memakai hijabBertutur kata lembut dan sopan.Tidak bertingkah genit di depan lelaki.Menjaga pandangan.Gemar mengikuti kajian-kajian islam. Biasanya pria yang baik cenderung mencari calon istri di tempat-tempat yang baik pula. Seperti majelis ilmu atau masjidTidak sombong.Tidak berpacaran.Sejatinya, sebagai seorang wanita akan lebih baik jika kita menunggu daripada menawarkan diri. Kecuali bila ada orang yang menjodohkan maka tidaklah apa-apa. Jika memang kita mengangumi seorang pria, maka jangan disampaikan secara langsung. Mintalah bantuan kepada seseorang untuk menjadi perantara.Dan apabila orang yang kita kagumi tidak menyukai kita, maka kita harus ridho dan ikhlas. Barangkali memang bukan jodoh. Sebab terkadang apa yang menurut kita baik, belum tentu baik untuk kita. Allah-lah yang Maha Mengetahui. Maka itu, mintalah petunjuk kepada Allah Ta’ala dengan bersungguh-sungguh.“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 216)Demikianlah penjelasan mengenai doa memikat hati pria dalam islam. Semoga bermanfaat dan bisa membantu.
Rasa suka yang muncul dalam hati kepada lawan jenis adalah sesuatu yang normal. Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina. Doa Memikat Hati Pria Dalam IslamTidak ada doa memikat hati pria yang dikhususkan dalam islam. Tidak ada anjuran kita untuk harus berdoa dalam bahasa Arab. Tanpa berbicara pun, Allah SWT mengerti apaapa yang tersembunyi dalam hati manusia. Tetapi alangkah mulianya jika kita bisa menjaga penampilan saat berdoa kepada Allah Taala. Membaca Al Furqan ayat 74 Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata ayuniw, wajalna lil muttaqiena immaa. Anjuran membaca asmaul husna saat berdoa tertuang dalam firman Allah Taala di AlQuranAllah memiliki Asmaul husna, hendaknya kamu berdoa dengannya. AlIsra 110Baca juga Perbanyak berdizikirWahai orangorang yang beriman Ingatlah kepada Allâh, dengan mengingat namaNya sebanyakbanyaknya, dan bertasbihlah kepadaNya pada waktu pagi dan petang. Sebagai hadist yang berbunyiUmar bin Khattab Ra. berkata Saya mendengar bahwa doa itu ditahan di antara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas Nabi Muhammad Saw. Surat Al Fatihah adalah surat yang mulia dan dikenal sebagai ummul kitab. Maka ketika seorang hamba mengucapkan demikian, Allah taala akan berkata Ini antara Aku dan hambaKu, dan untuk hambaKu apa yang ia minta. Abu DaudBerdoa di waktuwaktu yang mustajabAda beberapa waktu mustajab untuk mempermudah doa kita dikabulkan. Waktu antara dzuhur dan ashar pada hari Rabu. Apakah tata cara berdoa kita sudah benar Dalam berdoa, hendaknya kita melakukan dengan khusyuk, suara dipelankan dan tidak tergesagesa. Berdoalah dengan perasaan penuh harap kepada Allah Taala. Sungguh kamu telah berdoa, maka atau kenapa tidak diijabahi H. R. .Memperbanyak membaca AlQuran dan amalan ibadah sunnahSaat kita menginginkan sesuatu maka hal yang harus dilakukan adalah mendekatkan diri kepada Sang Pemberi sesuatu tersebut, Allah subhanahu wa Taala. Kita bisa memperbanyak amalanamalan ibadah sunnah, seperti sholat tahajjud, solat dhuha, solat qabliyah dan badiyah. DiantaranyaBerpenampilan syari, yakni mengenakan pakaian sesuai syariat agama. Seperti majelis ilmu atau masjidTidak sombong. Sejatinya, sebagai seorang wanita akan lebih baik jika kita menunggu daripada menawarkan diri. Kecuali bila ada orang yang menjodohkan maka tidaklah apaapa. Mintalah bantuan kepada seseorang untuk menjadi perantara. Dan apabila orang yang kita kagumi tidak menyukai kita, maka kita harus ridho dan ikhlas. Sebab terkadang apa yang menurut kita baik, belum tentu baik untuk kita.
Dua Hal yang Tak Boleh Dilakukan Orang Yang Berqurban
https://www.eramuslim.com/hikmah/dua-hal-yang-tak-boleh-dilakukan-pequrban/
Eramuslim – Umat Islam seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1441 H pada akhir Juli 2020. Di hari besar ini, umat Islam disunnahkan menyembelih hewan qurban. Namun, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh pequrban. Dalam Tuntunan Idain dan Qurban yang ditulis oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah” dijelaskan ada beberapa ayat Alqur’an dan hadis Nabi yang telah membahas masalah pendistribuan kurban, yaitu: QS. al-Hajj (22): 28, QS. al-Hajj (22): 36, dan HR al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Ali bin Abi Thalib. Berdasarkan ayat Alquran dan hadis tersebut setidaknya, ada dua hal yang tidak boleh dan boleh dilakukan oleh pequrban atau shahibul qurban. Pertama, pequrban tidak boleh menjual bagian dari hewan qurban baik daging, kulit dan lainnya. Kedua, pequrban tidak boleh memberikan bagian dari hewan qurban sebagai upah penyembelihan, tetapi boleh diberi sebagai bagian dari penerima daging qurban. Sedangkan yang boleh dilakukan oleh pequrban, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyebutkan lima hal. Pertama, pequrban boleh memakan daging kurbannya. Kedua, pequrban boleh membagikan seluruh bagian dari hewan qurbannya, seperti daging, kulit dan pakaian hewan kurban (dalam hal ini unta yang memiliki pelana, sepatu, dan asesoris lainnya). Ketiga, pequrban juga boleh menyedekahkan daging kurbannya kepada fakir miskin. Keempat, boleh memberikan kepada orang yang berkecukupan. Dan terakhir, pequrban boleh memanfaatkan kulit hewan kurban. (rol)
Eramuslim Umat Islam seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1441 H pada akhir Juli 2020. Di hari besar ini, umat Islam disunnahkan menyembelih hewan qurban. Namun, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh pequrban. Dalam Tuntunan Idain dan Qurban yang ditulis oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dijelaskan ada beberapa ayat Alquran dan hadis Nabi yang telah membahas masalah pendistribuan kurban, yaitu QS. alHajj 22 28, QS. alHajj 22 36, dan HR alBukhari dan Muslim dari shahabat Ali bin Abi Thalib. Berdasarkan ayat Alquran dan hadis tersebut setidaknya, ada dua hal yang tidak boleh dan boleh dilakukan oleh pequrban atau shahibul qurban. Pertama, pequrban tidak boleh menjual bagian dari hewan qurban baik daging, kulit dan lainnya. Kedua, pequrban tidak boleh memberikan bagian dari hewan qurban sebagai upah penyembelihan, tetapi boleh diberi sebagai bagian dari penerima daging qurban. Sedangkan yang boleh dilakukan oleh pequrban, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyebutkan lima hal. Pertama, pequrban boleh memakan daging kurbannya. Kedua, pequrban boleh membagikan seluruh bagian dari hewan qurbannya, seperti daging, kulit dan pakaian hewan kurban dalam hal ini unta yang memiliki pelana, sepatu, dan asesoris lainnya. Ketiga, pequrban juga boleh menyedekahkan daging kurbannya kepada fakir miskin. Keempat, boleh memberikan kepada orang yang berkecukupan. Dan terakhir, pequrban boleh memanfaatkan kulit hewan kurban. rol
Penciptaan Nabi Isa
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Penciptaan-Nabi-Isa
QS.Surat Ali `Imran[3]:47 () 47. Maryam berkata: Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: Jadilah, lalu jadilah dia.
QS.Surat Ali Imran347 47. Maryam berkata Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang lakilakipun. Allah berfirman dengan perantaraan Jibril Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya Jadilah, lalu jadilah dia.
Dua Shalawat Imam Syafi’i: Bacaan dan Keutamaannya
https://islam.nu.or.id/shalawat-wirid/dua-shalawat-imam-syafii-bacaan-dan-keutamaannya-chuup
Sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat kepada Sang Baginda Nabi. Ada banyak shalawat disusun oleh para ulama. Salah satunya adalah shalawat yang disusun oleh Imam Syafi’i. Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani (w. 1932 M), ulama kelahiran Izril, Israel, dalam kitab Afdhalus Shalat ‘ala Sayyiddis Sadat menjelaskan, shalawat Imam Syafi’i ada dua macam. Shalawat yang pertama adalah dengan lafal berikut, Allâhumma shalli ‘alâ muḫammadin bi ‘adadi man shalla ‘alaih. Wa shalli ‘alâ muḫammadin bi ‘adadi man lam yushalli ‘alaih. Wa shalli ‘alâ muḫammadin kamâ amarta bish shalâti ‘alaih. Wa shalli ‘alâ muḫammadin kamâ tuḫibbu an yushallâ ‘alaih. Wa shalli ‘alâ muḫammadin kamâ tanbaghish shalâtu ‘alaih Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat (rahmat) kepada Nabi Muhammad ﷺ sebanyak jumlah orang yang bershalawat kepadanya. Limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ sebanyak jumlah orang yang tidak bershalawat kepadanya. Limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana Engkau perintahkan untuk bershalawat kepadanya. Limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana Engkau suka dibacakannya shalawat atasnya. Limpahkanlah pula shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana selayaknya ucapan shalawat atasnya.” Dalam kitab Syawariqul Anwar karya Syekh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani, shalawat Imam Syafi’i ditulis dalam redaksi yang sedikit berbeda. Ada tambahan kata “sayyidina” di depan lafal “Muhammad”. Terkait shalawat ini, Syekh Hasan al-‘Adawi asy-Syadzili dalam kitabnya Bulûghul Masarrât Syarah Dalâ’ilul Khairât, mengutip riwayat Imam al-Baihaqi berikut: Imam Syafi’i hadir dalam mimpi seseorang. Lalu ia ditanya, “Apa yang telah Allah perbuat padamu?” Imam Syafi’i menjawab, “Allah telah mengampuniku.” “Dengan apa?” “Dengan lima kalimat yang dulu aku bacakan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.” “Kalimat apakah itu?” “Dulu aku membaca, Allâhumma shalli ‘alâ muḫammadin bi ‘adadi man shalla ‘alaih. Wa shalli ‘alâ muḫammadin bi ‘adadi man lam yushalli ‘alaih. Wa shalli ‘alâ muḫammadin kamâ amarta bish shalâti ‘alaih. Wa shalli ‘alâ muḫammadin kamâ tuḫibbu an yushallâ ‘alaih. Wa shalli ‘alâ muḫammadin kamâ tanbaghish shalâtu ‘alaih.” (Syekh Hasan al-‘Adawi asy-Syadzili, Bulûghul Masarrât Syarah Dalâ’ilul Khairât, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 2020], h. 128-129). Baca juga: Imam Syafi’i dan Sejarah Pemikirannya dalam Ushul Fiqh Sementara lafal shalawat kedua adalah sebagai berikut; Shallahu ‘alâ nabiyyinâ muḫammadin kullamâ dzakarahudz dzâkirûna wa ghafala ‘an dzikrihil ghâfilûn(a) Artinya, “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas nabi kami, Nabi Muhammad ﷺ, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai lupa untuk menyebut-Mu.” Terkait shalawat ini, Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Qasim dalam kitabnya, Tadzkiratul Muhibbîn Syarhu Asmâ’i Sayyidil Mursalîn mengutip sebuah riwayat berikut, Artinya: “Ibnul Hakim berkata, ‘Saya bermimpi bertemu Imam Syafi’i, lantas saya bertanya, ‘Apa yang Allah lakukan terhadapmu? Imam Syafi’i menjawab, ‘Allah mengampuniku, merahmatiku, dan memboyong ruhku menuju surga sebagaimana diboyongnya pengantin, juga ditaburi layaknya pengantin’. Lalu ia ditanya, ‘Apa yang membuatmu mencapai semua ini?’ Kemudian aku mendengar seseorang berakata, ‘Dengan sebab menulis nama Nabi Muhammad yang mulia di awal kitab Ar-Risâlah (kitab karya Imam Syafi’i).’ Aku pun bertanya, ‘Bagaimana itu?’ Yaitu, Shallahu ‘alâ nabiyyinâ muḫammadin kullamâ dzakarahudz dzâkirûna wa ghafala ‘an dzikrihil ghâfilûn(a).’ Ketika aku terbangun dan mengecek Ar-Risâlah, dan aku lihat di dalamnya apa yang dikatakan dalam mimpi tadi. Lalu aku himpun orang-orang yang pernah mimpi bertemu Imam Syafi’i, aku temukan sebanyak empat puluh orang. Masing-masing dari mereka menceritakan mimpi bertemu Imam Syafi’i dengan pengalaman yang berbeda. Ada yang mimpi bertemu Nabi Muhammad yang mendoakan Imam Syafi’i. Ada yang bilang Imam Syafi’i tidak akan terkena hisab (perhitungan amal) di hari kiamat nanti. Ada pula yang mengatakan, Allah mengistimewakan Imam Syafi’i dengan tanpa melewati hisab. Dan ada yang bilang disodorkan shalawat yang baru sama sekali. (Syekh Abu Abdillah Muhammad, Tadzkiratul Muhibbin Syarhu Asma’i Sayyidil Mursalin, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 2007], h. 56). Ustadz Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, Alumnus Pesantren KHAS Kempek, Mahasantri Mahad Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta
Sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat kepada Sang Baginda Nabi. Salah satunya adalah shalawat yang disusun oleh Imam Syafii. Wa shalli alâ muḫammadin bi adadi man lam yushalli alaih. Wa shalli alâ muḫammadin kamâ amarta bish shalâti alaih. Wa shalli alâ muḫammadin kamâ tanbaghish shalâtu alaih Artinya Ya Allah, limpahkanlah shalawat rahmat kepada Nabi Muhammad ﷺ sebanyak jumlah orang yang bershalawat kepadanya. Limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana Engkau perintahkan untuk bershalawat kepadanya. Dalam kitab Syawariqul Anwar karya Syekh Sayyid Muhammad Alawi AlMaliki AlHasani, shalawat Imam Syafii ditulis dalam redaksi yang sedikit berbeda. Ada tambahan kata sayyidina di depan lafal Muhammad. Terkait shalawat ini, Syekh Hasan alAdawi asySyadzili dalam kitabnya Bulûghul Masarrât Syarah Dalâilul Khairât, mengutip riwayat Imam alBaihaqi berikut Imam Syafii hadir dalam mimpi seseorang. Lalu ia ditanya, Apa yang telah Allah perbuat padamu Imam Syafii menjawab, Allah telah mengampuniku. Kalimat apakah itu Dulu aku membaca, Allâhumma shalli alâ muḫammadin bi adadi man shalla alaih. Syekh Hasan alAdawi asySyadzili, Bulûghul Masarrât Syarah Dalâilul Khairât, Beirut Darul Kutub alIlmiyyah, 2020, h. 128129. Baca juga Imam Syafii dan Sejarah Pemikirannya dalam Ushul Fiqh Sementara lafal shalawat kedua adalah sebagai berikut Shallahu alâ nabiyyinâ muḫammadin kullamâ dzakarahudz dzâkirûna wa ghafala an dzikrihil ghâfilûna Artinya, Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas nabi kami, Nabi Muhammad ﷺ, selama orangorang yang ingat menyebutMu dan orangorang yang lalai lupa untuk menyebutMu. Lalu ia ditanya, Apa yang membuatmu mencapai semua ini Kemudian aku mendengar seseorang berakata, Dengan sebab menulis nama Nabi Muhammad yang mulia di awal kitab ArRisâlah kitab karya Imam Syafii. Aku pun bertanya, Bagaimana itu Yaitu, Shallahu alâ nabiyyinâ muḫammadin kullamâ dzakarahudz dzâkirûna wa ghafala an dzikrihil ghâfilûna. Ketika aku terbangun dan mengecek ArRisâlah, dan aku lihat di dalamnya apa yang dikatakan dalam mimpi tadi. Lalu aku himpun orangorang yang pernah mimpi bertemu Imam Syafii, aku temukan sebanyak empat puluh orang. Ada yang mimpi bertemu Nabi Muhammad yang mendoakan Imam Syafii. Ada yang bilang Imam Syafii tidak akan terkena hisab perhitungan amal di hari kiamat nanti. Dan ada yang bilang disodorkan shalawat yang baru sama sekali. Ustadz Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, Alumnus Pesantren KHAS Kempek, Mahasantri Mahad Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta
Apakah Jin Bisa Mengetahui Isi Hati Manusia?
https://konsultasisyariah.com/26437-apakah-jin-bisa-mengetahui-isi-hati-manusia.html
Jin Bisa Mengetahui Isi Hati Manusia? Assalamualaikum mau tanya apa kalo didalam hati kita menantang jin apa jin tersebut terus mengikuti kita dan membawa teman temannya? wassalamualaikum Didit Tri W Jawab: Wa ‘alaikumus salam Wa rahmatullah Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Pertama, bahwa makhluk siapapun tidak mengetahui ghaib mutlak. Apa itu ghaib mutlak? Ghaib mutlak adalah Sesuatu yang ghaib, yang hanya diketahui oleh Allah. Allah berfirman, Katakanlah, bahwa tidak ada satupun di langit dan di bumi yang tahu hal yang ghaib kecuali Allah…(QS. an-Naml: 65) Contoh ghaib mutlak adalah semua takdir Allah di masa mendatang atau kapan terjadi kiamat. Selain Allah tidak ada yang tahu, kecuali mereka yang mendapatkan wahyu dari Allah, seperti para nabi atau malaikat yang mendengar ketetapan Allah menetapkan taqdir. Allah berfirman, . (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang hai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. al-Jin: 26 – 27) Kedua, bahwa jin bisa melihat manusia sementara manusia tidak bisa melihat jin Tapi ini bukan berarti jin tahu hal ghaib mutlak atau punya kemampuan luar biasa. Kata Dr. al-Mushlih, Kelebihan ini sama seperti kelebihan antara orang buta dengan orang yang matanya normal. Orang yang matanya normal, dia bisa melihat orang yang buta. Namun tidak sebaliknya, orang yang buta tidak bisa melihat orang yang matanya normal. Ketiga, Apakah jin bisa melihat isi hati manusia? Ada hadis yang mengisyaratkan demikian. Hadis dari Shafiyyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan mengalir di pembuluh darah manusia.” (HR. Bukhari 2038 & Muslim 5807) Abul Hasan al-Asy’ari menyebutkan perbedaan pendapat di kalangan ulama dan ahli kalam, apakah setan bisa mengetahui isi hati manusia ataukah tidak? Pertama, pendapat Ibrahim, Ma’mar, dan Hisyam serta beberapa ulama yang mengikutinya, bahwa setan mengetahui isi hati manusia. dan itu tidak aneh, karena Allah memberikan ruang bagi setan untuk masuk ke dalam hati manusia. Seperti yang terjadi, setan bisa memberi saran kepada manusia, “Lakukan ini…” “Jangan lakukan itu…” sehingga setan tahu apa yang diinginkan manusia. Demikian pula ketika dia hendak melakukan satu perbuatan, setan tahu apa yang dilakukan orang  itu. Ketika jiwanya berkeinginan untuk sedekah atau berbuat baik, setan tahu dengan indikator, lalu dia melarang manusia untuk melakukannya. Demikian keterangan Zarqan. Kedua, pendapat Mu’tazilah dan yang lainnya Bahwa setan tidak bisa mengetahui isi hati manusia. sehingga ketika manusia punya keinginan untuk melakukan kebaikan atau ingin bersedekah, setan mengetahui berdasarkan dugaan dan berusaha melarangnya. Ketiga, bahwa setan bisa merasuk ke hati manusia dan dia mengetahui apa yang diinginkan dalam hatinya. (Maqalat al-Islamiyin, 436 – 437) Hanya saja, sebagian ulama menyatakan bahwa ini masalah ghaib dan tidak ada keterangan yang pasti di sana. Sementara masalah ini tidak ada hubungannya dengan amal manusia. Sehingga sikap yang lebih tepat adalah tidak membahasnya. Kita serahkan ilmu tetang itu kepada Allah. Agar kita tidak termasuk orang yang membebani diri dengan sesuatu yang bukan tanggung jawab kita. Ini seperti yang disarankan Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syinqithi, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Jin Bisa Mengetahui Isi Hati Manusia Assalamualaikum mau tanya apa kalo didalam hati kita menantang jin apa jin tersebut terus mengikuti kita dan membawa teman temannya wassalamualaikum Didit Tri W Jawab Wa alaikumus salam Wa rahmatullah Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu, Pertama, bahwa makhluk siapapun tidak mengetahui ghaib mutlak. Apa itu ghaib mutlak Ghaib mutlak adalah Sesuatu yang ghaib, yang hanya diketahui oleh Allah. Allah berfirman, Katakanlah, bahwa tidak ada satupun di langit dan di bumi yang tahu hal yang ghaib kecuali AllahQS. Selain Allah tidak ada yang tahu, kecuali mereka yang mendapatkan wahyu dari Allah, seperti para nabi atau malaikat yang mendengar ketetapan Allah menetapkan taqdir. Kecuali kepada rasul yang haiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjagapenjaga malaikat di muka dan di belakangnya. alJin 26 27 Kedua, bahwa jin bisa melihat manusia sementara manusia tidak bisa melihat jin Tapi ini bukan berarti jin tahu hal ghaib mutlak atau punya kemampuan luar biasa. Kata Dr. alMushlih, Kelebihan ini sama seperti kelebihan antara orang buta dengan orang yang matanya normal. Orang yang matanya normal, dia bisa melihat orang yang buta. Hadis dari Shafiyyah radhiyallahu anha, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya setan mengalir di pembuluh darah manusia. Ketika jiwanya berkeinginan untuk sedekah atau berbuat baik, setan tahu dengan indikator, lalu dia melarang manusia untuk melakukannya. Ketiga, bahwa setan bisa merasuk ke hati manusia dan dia mengetahui apa yang diinginkan dalam hatinya. Maqalat alIslamiyin, 436 437 Hanya saja, sebagian ulama menyatakan bahwa ini masalah ghaib dan tidak ada keterangan yang pasti di sana. Sementara masalah ini tidak ada hubungannya dengan amal manusia. Sehingga sikap yang lebih tepat adalah tidak membahasnya. Kita serahkan ilmu tetang itu kepada Allah. Agar kita tidak termasuk orang yang membebani diri dengan sesuatu yang bukan tanggung jawab kita. Ini seperti yang disarankan Syaikh Muhammad Mukhtar asSyinqithi, Allahu alam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n.
Hubungan antara Seorang Hamba dengan Rabb dan dengan Sesama Manusia
https://muslim.or.id/60805-hubungan-seorang-hamba-dengan-allah.html
Daftar Isi Menjaga hubungan dengan Allah (hablun minallah) dan menjaga hubungan antar sesama manusia (hablun minannas) merupakan hal yang sangat penting bagi seorang hamba yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Menjaga hablun minallah tentu saja dilakukan dengan memaksimalkan ibadah kepada-Nya dengan mempelajari dan mengamalkan segala konsekuensinya. Sementara menjaga hablun minannaas bukan berarti mencari rida manusia dengan mengorbankan konsekuensi hablun minallah. Menjaga hubungan dengan sesama manusia memang perkara yang penting. Namun, menjaga hubungan dengan Allah Taala adalah perkara yang jauh lebih penting. Tentu saja manusia yang cerdas adalah yang mampu menjaga hubungannya sesama manusia tanpa melanggar segala konsekuensi yang dapat merusak hubungannya dengan Alla Taala. [lwptoc] Kaca yang pecah, jika disusun (disambung) kembali, tetap tidak akan sama dengan semula. Sebuah ungkapan bijak yang populer, khususnya di kalangan remaja yang berada dalam masa pubertas. Menggambarkan perasaan yang hancur karena suatu sebab, baik karena hubungan yang bermasalah dengan orang tua maupun dengan teman-temannya. Kalimat tersebut memang dapat merefleksikan hubungan antar sesama manusia. Akan tetapi, apakah kalimat itu berlaku bagi Allah Taala? Jawabannya tentu saja tidak. Karena Allah Taala adalah Rabb Yang Maha Pengampun atas segala perbuatan dosa-dosa hamba-Nya yang setiap hari berbuat kekeliruan. Akan tetapi, ada sebuah perbuatan dosa yang sangat fatal dan dapat merusak hubungan antara seorang hamba dengan Rabb-Nya. Dosa itu bernama kesyirikan. Itu pun masih ada celah untuk memperbaikinya dengan bertaubat sebelum ajal datang. Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah Taala menciptakan jin dan manusia dengan tujuan agar kedua makhluk ini senantiasa menyembah Rabbnya. Sebagaimana firman Allah Taala, Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56). Konsekuensi yang paling penting dalam hal menyembah kepada Allah Taala adalah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Perbuatan menyekutukan Allah merupakan bentuk kesyirikan yang merupakan dosa yang paling besar dan tidak akan mendapatkan ampunan kecuali dengan bertaubat sebelum ajal menjemput. Allah Taala berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar (QS. An-Nisa: 48). Kaidah-kaidah tentang kesyirikan tersebut tentu menjadi suatu hal yang umum diketahui oleh kaum muslimin. Namun, kaidah-kaidah tentang bentuk-bentuk ibadah secara rinci masih banyak yang tidak diketahui oleh sebagian besar muslimin. Banyak yang melakukan suatu ritual tertentu yang terlihat seperti ritual adat biasa, namun mengandung makna ibadah di dalamnya. Sedangkan maksud dari pelaku ritual tersebut bukanlah untuk ibadah kepada Allah Taala. Maka jatuhlah dia kepada kesyirikan. Seperti ritual sedekah bumi atau sedekah laut dimana di dalamnya ada penyembelihan hewan yang diniatkan untuk persembahan kepada bumi yang subur atau laut yang sedang berlimpahan ikan. Padahal menyembelih merupakan perkara ibadah yang sangat agung dalam agama Islam. Sebagaimana Allah Taala telah berfirman, Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurbanku), hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) (QS. Al-Anam: 162-163). Ketika menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan bahwa termasuk orang musyrik adalah mereka yang menyembelih kepada selain Allah. Beliau Rahimahullah berkata, Allah memberintahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam agar memberi tahu kepada orang-orang musyrik yang menyembah kepada selain Allah dan menyembelih dengan tidak menyebut nama Allah, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyelisihi mereka (tidak sesuai dengan ajaran Islam) (Tafsir Ibn Katsir). Berdasarkan dalil di atas, terdapat 2 (dua) hak Allah Taala yang wajib ditunaikan oleh seorang hamba, yaitu (1) at-tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan) dan (2) menghindari kesyirikan. Apabila dua hak Allah Taala atau salah satunya ini tidak dapat ditunaikan oleh seorang hamba, maka rusaklah hubungan (hablun) antara dia dengan Rabbnya. Hubungan yang rusak tersebut dapat menyengsarakan sang hamba yang sejatinya faqir terhadap rahmat dan kasih sayang Allah Taala. Oleh karenanya, telah jelas bahwa tiada tujuan lain dari penciptaan manusia dan jin selain menyembah hanya kepada Allah Taala. Sebagai seorang hamba, sangat layak bagi kita untuk mendalami secara terperinci konsekuensi dari peribadatan kepada Allah. Hal-hal apa saja yang wajib dan terlarang bagi kita dalam memberikan dua hak Allah tersebut. Tentu hal demikian itu kita lakukan agar hubungan kita dengan-Nya tidak rusak. Karena rusaknya hubungan dengan Allah akan menjerumuskan kita ke dalam kemurkaan dan azab-Nya –waliyadzubillah-. Baca Juga: Hubungan antara Shalat dan Melihat Wajah Allah Taala Sering kita mendengar perjalanan hidup seorang manusia yang dihormati, dihargai, dipuja, dan dipuji baik karena ilmunya yang luas, jabatan yang tinggi, kekayaan yang melimpah maupun karisma dan popularitas yang membawanya pada sebuah titik puncak kesuksesan duniawi. Namun, tidak jarang dalam hitungan detik decak kagum terhadap manusia tersebut berubah menjadi kebencian, caci maki hingga sumpah serapah. Dalam waktu yang bersamaan pula dia kehilangan jabatan, kekayaan dan popularitasnya. Apa sebab hal yang demikian itu terjadi? Jawabannya adalah karena ia tidak menjaga hubungan (hablun) dengan sesama manusia, yaitu adab dan akhlak. Seorang pejabat yang menyelewengkan jabatan atau menjalin hubungan terlarang dengan lawan jenis dapat menghacurkan popularitasnya. Seorang akademisi yang dikenal dengan ilmunya yang tinggi, namun tidak tahan dengan godaan plagiarisme, maka serta merta dia kehilangan reputasinya dari orang-orang yang menghormatinya. Seorang pengusaha kaya raya yang merusak komitmen dengan melakukan penipuan dan kecurangan, maka dia akan kehilangan mitra kerja dan dapat menghancurkan bisnisnya. Allah Taala telah mengajarkan kita tentang bagaimana menghiasi diri dengan akhlak al-karimah agar menjadi amanah dalam kepemimpinannya sebagaimana firman-Nya, Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil (QS. An-Nisa: 58). Dalam urusan bisnis, Allah Taala juga memperingatkan kita agar tidak berbuat curang sebagaimana firman-Nya, , , Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dicukupkan. Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi (QS. Al-Muthaffifin: 1-3). Secara terperinci juga Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam banyak menjelaskan tentang bagaimana menjaga hubungan baik antar sesama manusia, khususnya dalam urusan muamalah dengan mengedepankan adab dan akhlak yang tinggi. Di antaranya adalah sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Menolong semua makhluk bernyawa itu berpahala (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244). Dalam hadis lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah Taala mewajibkan untuk berbuat baik kepada segala sesuatu (HR. Muslim no. 5167). Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Orang mukmin bukan orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, dan berkata kotor (HR. Tirmidzi no. 1977). Dalam hadis lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Mencela seorang muslim itu merupakan kefasikan, dan membunuhnya merupakan kekufuran (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, tidak ada yang dapat melanggengkan hubungan antar sesama manusia kecuali dengan adab dan akhlak yang baik. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai suri tauladan yang sempurna dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam hal adab dan akhlak seharusnya menjadi pedoman kita dalam rangka menjaga hablun minannaas. Sehingga dalam menjalankan prioritas kehidupan kita (yaitu beribadah kepada Allah Taala), kita dapat menjalankan dengan aman dan nyaman karena adanya kasih sayang dan cinta sesama manusia yang sama-sama mengharapkan ridha Rabbnya. Baca Juga: *** Penulis: Fauzan Hidayat, S.STP., M.PA Artikel: Muslim.or.id
Daftar Isi Menjaga hubungan dengan Allah hablun minallah dan menjaga hubungan antar sesama manusia hablun minannas merupakan hal yang sangat penting bagi seorang hamba yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Menjaga hablun minallah tentu saja dilakukan dengan memaksimalkan ibadah kepadaNya dengan mempelajari dan mengamalkan segala konsekuensinya. Menjaga hubungan dengan sesama manusia memang perkara yang penting. lwptoc Kaca yang pecah, jika disusun disambung kembali, tetap tidak akan sama dengan semula. Sebuah ungkapan bijak yang populer, khususnya di kalangan remaja yang berada dalam masa pubertas. Menggambarkan perasaan yang hancur karena suatu sebab, baik karena hubungan yang bermasalah dengan orang tua maupun dengan temantemannya. Akan tetapi, ada sebuah perbuatan dosa yang sangat fatal dan dapat merusak hubungan antara seorang hamba dengan RabbNya. Itu pun masih ada celah untuk memperbaikinya dengan bertaubat sebelum ajal datang. Sebagaimana firman Allah Taala, Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKu QS. Konsekuensi yang paling penting dalam hal menyembah kepada Allah Taala adalah dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apa pun. Namun, kaidahkaidah tentang bentukbentuk ibadah secara rinci masih banyak yang tidak diketahui oleh sebagian besar muslimin. Banyak yang melakukan suatu ritual tertentu yang terlihat seperti ritual adat biasa, namun mengandung makna ibadah di dalamnya. Seperti ritual sedekah bumi atau sedekah laut dimana di dalamnya ada penyembelihan hewan yang diniatkan untuk persembahan kepada bumi yang subur atau laut yang sedang berlimpahan ikan. Sebagaimana Allah Taala telah berfirman, Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, sembelihanku kurbanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya. Beliau Rahimahullah berkata, Allah memberintahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam agar memberi tahu kepada orangorang musyrik yang menyembah kepada selain Allah dan menyembelih dengan tidak menyebut nama Allah, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyelisihi mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam Tafsir Ibn Katsir. Berdasarkan dalil di atas, terdapat 2 dua hak Allah Taala yang wajib ditunaikan oleh seorang hamba, yaitu 1 attauhid mengesakan Allah dalam peribadatan dan 2 menghindari kesyirikan. Baca Juga Hubungan antara Shalat dan Melihat Wajah Allah Taala Sering kita mendengar perjalanan hidup seorang manusia yang dihormati, dihargai, dipuja, dan dipuji baik karena ilmunya yang luas, jabatan yang tinggi, kekayaan yang melimpah maupun karisma dan popularitas yang membawanya pada sebuah titik puncak kesuksesan duniawi. Namun, tidak jarang dalam hitungan detik decak kagum terhadap manusia tersebut berubah menjadi kebencian, caci maki hingga sumpah serapah. Dalam waktu yang bersamaan pula dia kehilangan jabatan, kekayaan dan popularitasnya. Seorang pejabat yang menyelewengkan jabatan atau menjalin hubungan terlarang dengan lawan jenis dapat menghacurkan popularitasnya. Seorang pengusaha kaya raya yang merusak komitmen dengan melakukan penipuan dan kecurangan, maka dia akan kehilangan mitra kerja dan dapat menghancurkan bisnisnya. Allah Taala telah mengajarkan kita tentang bagaimana menghiasi diri dengan akhlak alkarimah agar menjadi amanah dalam kepemimpinannya sebagaimana firmanNya, Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil QS. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi QS. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Orang mukmin bukan orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, dan berkata kotor HR. Oleh karena itu, tidak ada yang dapat melanggengkan hubungan antar sesama manusia kecuali dengan adab dan akhlak yang baik. Baca Juga Penulis Fauzan Hidayat, S.STP.,
Ya Allah, Aku Tidak Kuasa Menjalani Ramadhan tanpa Pertolongan-Mu (Bag. 3)
https://muslim.or.id/74285-ya-allah-aku-tidak-kuasa-menjalani-ramadhan-tanpa-pertolongan-mu-bag-3.html
Daftar Isi Baca penjelasan sebelumnya pada artikel Ya Allah, Aku Tidak Kuasa Menjalani Ramadhan tanpa Pertolongan-Mu (Bag. 2). Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ala Rasulillah, amma badu. Allah Taala berfirman, Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan (QS. Al-Fatihah: 5). Dalam ayat tersebut terdapat dua hal penting, yakni: Pertama, tujuan yang paling mulia, yaitu ibadah kepada Allah semata. Allah Taala berfirman, Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (saja) (QS.Adz-Dzaariyaat: 56). Kedua, sarana yang paling mulia, yaitu istianah (memohon pertolongan) kepada Allah Taala semata. Hakikat hidup kita adalah beribadah kepada Allah Taala semata dan tidak bisa tercapai hal itu kecuali dengan memohon pertolongan kepada-Nya. Memohon pertolongan kepada Allah semata itu termasuk tanda bagusnya tawakal kepada Allah Taala semata. Allah Taala berfirman, Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya (QS. Ath-Thalaq: 3). Siapa saja yang bertawakal kepada Allah semata dalam urusan agama dan dunianya, maka akan mencukupi seluruh keperluan dan urusannya, baik agamanya maupun dunianya. Dengan demikian, dia tidak membutuhkan kepada selain-Nya. Dia bersandar kepada Allah dalam mendatangkan apa yang bermanfaat baginya dan menolak apa yang membahayakannya. Dia percaya kepada-Nya bahwa Allah Taala Maha Mampu memudahkan hal itu. Tawakal kepada Allah itu terbangun atas dua perkara, yakni: Pertama, seorang hamba meyakini bahwa pada hakekatnya, dia tidak memiliki apapun; dan Kedua, bahwa semua makhluk dan seluruh urusannya berada di tangan Allah semata. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Baik, dan Maha Sempurna seluruh sifat-sifat-Nya. Seorang hamba yang didalam hatinya terdapat dua keyakinan ini akan merasa tidak lepas dari membutuhkan kepada Allah Taala. Mereka memiliki harapan besar kepada-Nya dan husnuzan kepada Allah Taala dalam setiap aturan dan takdir dari-Nya. Sehingga dirinya merasa pasrah kepada aturan dan takdir-Nya dengan diiringi usaha yang bermanfaat secara sungguh-sungguh. Tidak ada iman, ibadah, dan Islam seorang hamba kecuali dengan hatinya tergantung dan bersandar kepada Allah semata. Pusat Agama Islam ini terbangun atas ketergantungan dan bersandarnya hati kepada Rabbul alamin, baik dari sisi tauhid rububiyyah maupun uluhiyyah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam Majmuul Fatawa (1: 39) [1] menyatakan bahwa setiap kali seorang hamba lebih merendahkan diri, lebih tunduk, dan lebih merasa butuh kepada Allah Taala, maka ia lebih dekat kepada-Nya, lebih mengagungkan-Nya, dan lebih bahagia. Manusia yang paling bahagia adalah orang yang paling besar penghambaannya kepada Allah Taala. Sebaliknya, orang yang paling mulia dan paling terhormat di sisi manusia adalah orang yang tidak membutuhkan kepada makhluk dan tidak merendahkan diri kepadanya diiringi dengan ia berbuat baik kepada mereka. Namun, tatkala seseorang butuh kepada manusia meski hanya seteguk air, maka akan berkurang kadarnya di mata manusia. Ini adalah kebijaksanaan Allah, agar seluruh ketaatan dan penghambaan itu hanya untuk Allah Allah Taala semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengatakan, Solusi akan datang saat terputusnya harapan kepada makhluk (Majmuul Fatawa, 10: 331). Alasannya, sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah [2], : Penyebabnya adalah karena merealisasikan tauhid, yaitu tauhid rububiyyah dan tauhid uluhiyyah. Baca Juga: Berpuasa Ramadhan Selama 28 Atau 31 Hari, Apa Yang Harus Dilakukan? Tarbiyah (pemeliharaan) Allah Taala kepada hamba-Nya itu ada dua, yaitu: Tarbiyah umum, yaitu pemeliharaan Allah terhadap seluruh makhluk dalam bentuk menciptakan, memberi rezeki, dan memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa hidup di dunia ini. Sehingga tarbiyyah Allah Taala jenis umum ini terkait dengan kenikmatan duniawi. Tarbiyah khusus, yaitu pendidikan dan pemeliharaan-Nya terhadap seorang mukmin [3], dalam bentuk memberi taufik kepada setiap kebaikan, dan menolak berbagai keburukan serta hal yang merusak keimanan mereka. Barangkali inilah rahasia mayoritas doa para Nabi Alaihis shalatu was salamu yang diungkapkan dengan lafaz Ar-Rabb karena semua permintaan mereka terkait rububiyyah dan tarbiyyah-Nya yang khusus. Inti tarbiyyah khusus ini adalah Allah Taala mendidik seorang mukmin agar terjaga dan sempurna imannya. Allah Taala berfirman, Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan Dia (QS. Asy-Syura: 11). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidaklah sama dengan makhluk-Nya. Allah itu tuhan yang Maha Sempurna. Sedangkan makhluk itu penuh kekurangan dan kelemahan. Pengaturan Allah Taala atas hamba-hamba-Nya jauh lebih bagus dari pengaturan hamba atas dirinya sendiri. Kasih sayang Allah Taala kepada hamba-Nya jauh lebih besar dari kasih sayang hamba-Nya kepada dirinya sendiri. Allah Taala paling tahu apa yang bermanfaat bagi hamba-Nya. Allah Taala paling mampu mewujudkan kemaslahatan untuk hamba-Nya. Allah Taala paling baik kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan paling bijak serta adil dalam memberikan takdir kepada hamba-Nya. Setiap takdir-Nya tidak keluar dari kasih sayang, kebaikan, karunia, hikmah, atau keadilan-Nya. Oleh karena itu, ketika Allah Allah Taala mentakdirkan seorang mukmin dan mengaturnya dengan berbagai kejadian yang tidak ia inginkannya saat melakukan berbagai macam amal ibadah, maka yakinilah bahwa Allah Taala tidak sama dengan makhluk-Nya. Dan hal itu bagian dari tarbiyyah Allah Taala atas keimanannya. Simak beberapa renungan tarbiyyah Allah yang khusus berikut ini. Baca Juga: Berlebihan dalam menyukai kuliner saat Ramadan, berburu baju baru sehingga lupa waktu ibadah, sibuk dengan bisnis sampai mengorbankan ibadah wajib, atau berlebihan sampai terluput berbagai pahala besar amalan-amalan bulan Ramadan, menyebabkan bukan mustahil Allah Taala akan menegur hamba-Nya yang terjatuh ke dalamnya dengan berbagai kejadian sebagai bentuk tarbiyyah-Nya kepadanya. Ibnul Qoyyim Rahimahullah menjelaskan bahwa di antara bentuk cemburu Allah adalah Dia cemburu kepada hamba-Nya yang dicintai-Nya, yaitu Adam Alaihis salam, saat kelezatan surga mengisi relung hatinya dengan kuat dan ia begitu semangatnya tinggal kekal di dalamnya, maka Allah-pun mengeluarkannya dari surga. Tarbiyyah Allah untuk Nabi Adam Alaihis salam dalam bentuk Allah biarkan Adam Alaihis salam berbuat dosa, sehingga Allah keluarkan beliau dari surga. Sehingga nantinya ibadah berupa cintanya kepada Allah tetap terjaga dan steril dari semua kotoran. Demikian pula, tatkala masuk ke dalam hati salah satu dari hamba yang paling dicintai-Nya, Khalilullah Ibrahim Alahis salam, kecintaan yang besar kepada Ismail, maka Allah-pun memerintahkan beliau untuk menyembelihnya sehingga keluar rasa cinta kepada selain Allah tersebut dari hatinya. Apabila tidak demikian, maka cinta tersebut berpotensi mendominasi dan mengotori kecintaannya kepada Allah Allah Taala. Semua itu karena Allah tidak ridho hati hamba yang dicintai-Nya berpaling kepada selain-Nya, karena Allah mencintai tauhid dan tidak ridho terhadap syirik. Serta agar ibadah cinta, takut, dan harap tetap dan terus untuk Allah semata, tidak mendua dalam hati hamba-Nya! Tarbiyyah Allah ini pun juga melahirkan sikap bersegera kepada keridhoan Allah dengan lebih baik sampai mencapai derajat tauhid dan iman yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sebagaimana hal ini terbukti pada diri Nabi Adam alaihis salam saat terjatuh dalam maksiat. Allah Taala berfirman dalam ayat ke-121 dari surah Tha-Ha: Kemudian keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. Dan Adam telah bermaksiat kepada Tuhannya, maka tersesatlah dia (dari jalan kebenaran). Namun, justru itu menjadi pelajaran besar bagi beliau untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah-pun dalam ayat setelahnya (ayat ke-122) berfirman: Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk. Jadilah Adam alaihis salam sebagai hamba yang Allah pilih sebagai nabi-Nya, Allah terima taubatnya dan Allah sempurnakan hidayah-Nya untuknya dan sempurnakan pula keimanannya, setelah sebelumnya disebut bermaksiat dan tersesat dari jalan kebenaran. [5] Di bulan Ramadan, banyak terdapat janji pahala Allah, seperti pahala puasa Ramadan, pahala salat lima wajib lima waktu, pahala salat tarawih, pahala melakukan ibadah pada malam lailatul qadr, pahala memberi ifthar orang yang berpuasa, pahala menjadi panitia Ramadan, dan lain-lain. Semua ini akan berpotensi terbukanya pintu ujub bahkan sombong, khususnya bagi orang yang tidak berhati-hati memonitor hatinya. Di antara bentuk tarbiyyah Allah untuk hamba-Nya yang beriman adalah Allah jadikan seseorang memandang remeh dan sedikit amal-amal yang telah diperbuatnya serta menghadirkan dalam hatinya bahwa amal saleh tersebut tidaklah bisa memenuhi hak Rabb-nya yang demikian agung atas dirinya. Demikian pula Allah terkadang jadikan hamba tersebut lupa akan amal-amal saleh yang telah ia lakukan dalam bentuk pikirannya sibuk dengan kebaikan-kebaikan yang sedang dilakukan maupun yang akan dilakukan serta memikirkan dosa-dosa dirinya. Sehingga tidak ada kesempatan baginya untuk memuji, mengagumi, dan membanggakan amal salehnya. Jadilah hamba itu suka bertaubat dan beristighfar serta terus semangat beramal saleh, karena ia lupa terhadap amal salehnya dan merasa amal salehnya masih sangat sedikit. Ibnul Qoyyim Rahimahullah menyebutkan, : Dan tanda diterimanya amal salehmu adalah Engkau memandang remeh, sedikit, dan kecil amalan saleh tersebut di dalam hatimu! (Madarijus Salikin, 2: 62) [6] Di zaman medsos ini, pintu-pintu kemaksiatan terbuka luas, Allahul Mustaaan. Dengan mudah kemaksiatan hati maupun zhahir bisa terjadi via medsos. Semoga Allah Taala senantiasa menjaga kita semua. Salah satu bentuk tarbiyah Rabbani yang sangat bermanfaat untuk membebaskan seorang hamba dari penyakit mengagumi diri sendiri dan membanggakannya adalah membiarkan hamba melakukan dosa, membiarkan ia bersama kelemahannya, dan menyerahkannya kepada nafsunya yang banyak menyuruh kepada keburukan, sehingga rasa percaya dirinya pun goyah, dan ketika itulah ia kembali menyadari hakekat dirinya. Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata, Sesungguhnya seorang hamba melakukan kebaikan, lalu ia mengungkit-ungkit amalan kebaikannya tersebut di hadapan Rabb-nya, ia menyombongkan diri, memandang dirinya besar, membangga-banggakannya, dan meninggikan dirinya serta berkata, Aku telah melakukan ini dan itu, sehingga melahirkan sikap ujub, sombong dan memuji diri, tinggi hati yang menghantarkan kepada kebinasaan. (Al-Wabilush Shoyyib, hal. 8) Beliau Rahimahullah juga menjelaskan, Apabila Allah Azza wa Jalla menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba, maka Ia akan mencampakkan hamba itu ke dalam dosa, yang meremukkan hati nuraninya, mengenalkan kadar dirinya pada dirinya, menjadikan hal itu pelajaran baginya untuk tidak berbuat kejahatan kepada sesamanya, dan memaksanya untuk menundukkan kepala serta menarik keluar dari dirinya penyakit ujub, sombong, dan menyebut-nyebut amal kebaikannya, baik di hadapan Allah maupun di hadapan sesamanya. Dengan demikian, dosa teresebut lebih ampuh untuk mengobati penyakit ini daripada berbagai ketaatan yang banyak. Jadi, dosa tersebut tidak ubahnya seperti obat pahit yang dapat mengeluarkan penyakit yang kronis. (Tahdzib Madarijus Salikin, hal. 170) Sebuah kemaksiatan yang melahirkan rasa rendah diri dan keluluhan hati lebih mending daripada ketaatan yang melahirkan ujub dan kesombongan. Said bin Jubair pernah ditanya, Siapakah hamba yang paling taat? Beliau pun menjawab Seorang yang hatinya terluka lantaran dosa-dosa yang diperbuatnya. Setiap kali ia mengingat dosanya, iapun akan memandang hina dirinya. Dari keterangan tersebut jelaslah bagi kita, salah satu bentuk tarbiyah Allah terhadap hamba-Nya yaitu dengan membiarkan dan tidak menjaganya dari terjatuh dalam dosa sehingga dengan demikian ia terpaksa menundukkan kepala dan goyahlah ke-aku-an dirinya. Dan ini lebih dicintai oleh Allah daripada berbuat banyak ketaatan tapi ujub. Sebab, senantiasa berada dalam ketaatan dan tidak pernah terjatuh ke dalam lumpur dosa, bisa jadi menimbulkan sikap ujub. Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata, Kalau seandainya manusia setiap kali bicara selalu benar, dan setiap kali beramal selalu bagus, maka dikhawatirkan ia akan gila karena ujub. (Lathaif Maarif, hal. 18) Hikmah kesalahan seorang mukmin adalah penyesalan. Hikmah dari dosanya adalah permohonan maafnya. Hikmah kebengkokannya adalah kelurusan setelahnya. Serta hikmah keterlambatan adalah kesegeraannya setelahnya. Tarbiyah Allah atas seorang mukmin yang terjatuh ke dalam dosa, bukan dimaksudkan agar seorang hamba menyengaja berbuat dosa, bahkan suka terjatuh ke dalam dosa. Hal ini karena setiap dosa itu wajib dihindari, dan jika dilakukan akan berdampak keburukan dan pelakunya terancam adzab. Obat pahit ini tidak patut sengaja dicari oleh seorang hamba, meski dengan alasan ingin mendapatkan khasiatnya. Hal ini karena Allah Maha Mengetahui siapa yang cocok mendapatkan obat pahit ini! Baca Juga: Tetap Melakukan Shalat Malam Setelah Bulan Ramadhan Mungkin gagal meraih target membaca Al-Quran, dzikrullah, birrul walidain, atau target salat di shaf pertama? Ketahuilah di antara bentuk tarbiyyah Rabbani yang sangat bermanfaat bagi seorang mukmin adalah menutup pintu ketaatan untuk melindungi dan memeliharanya dari sikap sombong, ujub, mengagumi dan menyanjung dirinya sendiri, atau silau terhadap prestasi ibadahnya kepada Allah Taala. Ini pada hakekatnya adalah bentuk rahmat dan penjagaan dari Allah Taala. Dan Allah Maha Tahu siapa di antara hamba-Nya yang jika dibukakan pintu ketaatan menjadi ujub dan sombong. Seorang pria bertanya kepada Sufyan Ats-Tsauri, Mengapa ketika aku meminta sesuatu kepada Allah Taala, Dia mencegahku dari memperolehnya? Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah menjawab, Allah mencegahmu untuk memperolehnya itu hakikatnya merupakan anugerah. Sebab, Allah bukan mencegahmu karena kikir atau tidak punya apa yang kamu minta, dan bukan pula karena Dia sendiri memerlukannya atau membutuhkannya, tapi Dia mencegahmu tidak lain karena kasih sayang-Nya kepadamu. Jika demikian halnya, maka pertanyaan yang muncul adalah mana yang lebih baik bagi seorang hamba, apakah lebih baik, misalnya, ia mendirikan salat malam lalu dipagi hari ia kagum dan membanggakan dirinya, ataukah lebih baik ia tidur dan di pagi hari menyesali kelalaiannya? Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, Anda tidur di malam hari (sehingga tidak salat malam) dan menyesal di pagi harinya adalah lebih baik daripada Anda salat malam dan di paginya Anda ujub. Sebab seorang yang ujub tidak naik amalnya. Anda tertawa tetapi Anda mengakui dosa itu lebih baik daripada Anda menangis untuk memamerkannya. Rintihan orang-orang yang berdosa sesungguhnya lebih dicintai Allah daripada lantunan dzikir dari orang-orang yang bertasbih namun memamerkannya. (Tahdzib Madarijus Salikin, hal. 120) Di sisi yang lain, Allah bisa jadi juga mentarbiyah seseorang dengan ditutupnya pintu ketaatan baginya, akibat dosa yang dia lakukan sehingga Allah beri kesempatan kepadanya untuk bertaubat darinya. Karena ketaatan kepada Allah Taala itu tidaklah terealisasi kecuali dengan taufik dari Allah Taala. Sedangkan kemaksiatan itu adalah sebab penghalang mendapatkan taufik dari Allah Taala. Oleh karena itu, sebagian penukilan dari salaf saleh mengaitkan dosa dengan ketidakberhasilan melakukan ketaatan. Di antara bentuk tarbiyah Allah atas seorang mukmin adalah Allah tidak segera menolongnya dan tidak segera mengangkat musibah yang menimpanya. Tarbiyyah Ilahi ini memiliki banyak faedah, di antaranya si hamba akan menemukan hakikat kelemahan dirinya dan ketergantungan yang amat sangat kepada Allah Subhanahu wa Taala dan akan menyadari sesungguhnya dia tidak mampu berbuat apa-apa untuk dirinya. Faedah lainnya, ia akan segera meruntuhkan arogansi dan rasa ke-aku-an dalam kepemilikan seolah-olah semua kemampuan, ilmu, harta, dan fisik yang dimilikinya itu selalu bisa dia kerahkan sekehendak hatinya. Hal ini mengakibatkan kadar merendahkan diri, merasa butuh, serta rasa harapnya kepada Allah Taala menjadi melemah, karena ke-aku-annya dan silau dengan kehebatannya selama ini serta arogansinya. Tarbiyah Allah ini menuntun diri hamba tersebut agar tetap selalu merasa tidak bisa terlepas dari membutuhkan pertolongan Allah, meski sekejap pandangan mata. Sehingga ibadah harapnya, takutnya, dan cintanya hanya untuk Allah Taala semata serta hatinya bergantung kepada Allah semata. Barangsiapa yang ada hal ini semua dalam dirinya, maka akan meyakini bahwa saat Allah tidak segera mengangkat musibah dari dirinya dan tidak segera menolongnya, pada hakekatnya Allah menyayangi dirinya! Di antara bentuk tarbiyah Allah jenis ini adalah Allah menunjukkan keberlangsungan dakwah sunah ini sama sekali tidaklah tergantung kepada orang atau person tertentu, termasuk kita. Apabila kita tidak berada dalam barisan pembela dan pemakmur dakwah sunah, maka Allah Maha Mampu memilih orang lain yang akan menunaikan dakwah sunah dalam bentuk yang lebih sempurna dan jauh lebih baik daripada apa yang telah kita lakukan. Bukan dakwah sunah yang membutuhkan kita, namun kitalah yang membutuhkan dakwah sunah! Itulah lima prinsip yang penting kita terapkan, dan semua prinsip tersebut adalah masalah keyakinan dan penghayatan hati. Mengapa? Karena memperhatikan hati adalah dasar kebaikan, obyek penilaian Allah, dan sebab terbesar untuk mendapatkan pertolongan Allah. Di sisi yang lain, target akhir seorang hamba di akherat adalah seorang hamba membawa hati yang salim (selamat) ketika menghadap Sang Penciptanya! Baca Juga: Hitungan Puasa Ramadhan dan Syawwal Seperti Puasa Setahun Penuh Allah Taala berfirman, Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik. QS. Al-Ankabut: 69) Maksudnya adalah orang-orang yang berjihad melawan hawa nafsu buruknya dalam bertaubat kepada Allah dan bersungguh-sungguh melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya, dengan mengharap pahala-Nya dan takut siksa-Nya, niscaya Allah akan memberikan taufik kepada mereka untuk melaksanakan agama Islam, diberi petunjuk perkara yang tidak mereka ketahuinya, serta Allah jadikan mereka ikhlas niatnya dalam sedekah, salat, puasa, dan ibadah-ibadah mereka serta sesuai sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kedua, di antara bentuk bersungguh-sungguh meraih ketakwaan kepada Allah di bulan Ramadan dan bulan selainnya adalah bertawakal kepada Allah Taala semata dengan banyak berdoa dan memohon pertolongan kepada-Nya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Orang yang paling lemah adalah orang yang lemah berdoa kepada Allah. (HR. Ath-Thabarani rahimahullah, dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullah) Ketiga, jika masih gagal setelah berusaha maksimal, maka jangan putus asa dari rahmat Allah, husnuzh zhonlah kepada Allah, karena pada hakekatnya itu adalah bentuk tarbiyah-Nya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Bersemangatlah untuk mendapatkan perkara yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah Engkau lemah! (HR. Muslim) . Dalam Shahih Bukhari, dalam sebuah hadits qudsi, Allah Taala berfirman, Aku sesuai dengan sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersama-Nya jika ia mengingat-Ku. Wallahu alam. [Selesai] Baca Juga: *** Penulis: Said Abu Ukkasyah Artikel: Muslim.or.id Catatan Kaki: [1] [2] [3] Mughnil Murid Al-Jamii lisyuruhi Kitabit Tauhid, hal. 2066 , [4] Dibahasakan secara bebas dari Madarijus Salikin (3: 44 dan 308) [5] Diringkas dari Adwaul Bayan, Asy-Syinqthi rahimahullah saat menafsirkan surah Tha Ha ayat 121 [6]
Daftar Isi Baca penjelasan sebelumnya pada artikel Ya Allah, Aku Tidak Kuasa Menjalani Ramadhan tanpa PertolonganMu Bag. Allah Taala berfirman, Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan QS. Kedua, sarana yang paling mulia, yaitu istianah memohon pertolongan kepada Allah Taala semata. Dia bersandar kepada Allah dalam mendatangkan apa yang bermanfaat baginya dan menolak apa yang membahayakannya. Seorang hamba yang didalam hatinya terdapat dua keyakinan ini akan merasa tidak lepas dari membutuhkan kepada Allah Taala. Mereka memiliki harapan besar kepadaNya dan husnuzan kepada Allah Taala dalam setiap aturan dan takdir dariNya. Manusia yang paling bahagia adalah orang yang paling besar penghambaannya kepada Allah Taala. Alasannya, sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah 2, Penyebabnya adalah karena merealisasikan tauhid, yaitu tauhid rububiyyah dan tauhid uluhiyyah. Sehingga tarbiyyah Allah Taala jenis umum ini terkait dengan kenikmatan duniawi. Sedangkan makhluk itu penuh kekurangan dan kelemahan. Kasih sayang Allah Taala kepada hambaNya jauh lebih besar dari kasih sayang hambaNya kepada dirinya sendiri. Oleh karena itu, ketika Allah Allah Taala mentakdirkan seorang mukmin dan mengaturnya dengan berbagai kejadian yang tidak ia inginkannya saat melakukan berbagai macam amal ibadah, maka yakinilah bahwa Allah Taala tidak sama dengan makhlukNya. Allah Taala berfirman dalam ayat ke121 dari surah ThaHa Kemudian keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daundaun yang ada di surga. Dan Adam telah bermaksiat kepada Tuhannya, maka tersesatlah dia dari jalan kebenaran. 5 Di bulan Ramadan, banyak terdapat janji pahala Allah, seperti pahala puasa Ramadan, pahala salat lima wajib lima waktu, pahala salat tarawih, pahala melakukan ibadah pada malam lailatul qadr, pahala memberi ifthar orang yang berpuasa, pahala menjadi panitia Ramadan, dan lainlain. Di antara bentuk tarbiyyah Allah untuk hambaNya yang beriman adalah Allah jadikan seseorang memandang remeh dan sedikit amalamal yang telah diperbuatnya serta menghadirkan dalam hatinya bahwa amal saleh tersebut tidaklah bisa memenuhi hak Rabbnya yang demikian agung atas dirinya. Demikian pula Allah terkadang jadikan hamba tersebut lupa akan amalamal saleh yang telah ia lakukan dalam bentuk pikirannya sibuk dengan kebaikankebaikan yang sedang dilakukan maupun yang akan dilakukan serta memikirkan dosadosa dirinya. Jadi, dosa tersebut tidak ubahnya seperti obat pahit yang dapat mengeluarkan penyakit yang kronis. Sebab, senantiasa berada dalam ketaatan dan tidak pernah terjatuh ke dalam lumpur dosa, bisa jadi menimbulkan sikap ujub. Hikmah dari dosanya adalah permohonan maafnya. Hikmah kebengkokannya adalah kelurusan setelahnya. Tarbiyah Allah atas seorang mukmin yang terjatuh ke dalam dosa, bukan dimaksudkan agar seorang hamba menyengaja berbuat dosa, bahkan suka terjatuh ke dalam dosa. Karena ketaatan kepada Allah Taala itu tidaklah terealisasi kecuali dengan taufik dari Allah Taala. Hal ini mengakibatkan kadar merendahkan diri, merasa butuh, serta rasa harapnya kepada Allah Taala menjadi melemah, karena keakuannya dan silau dengan kehebatannya selama ini serta arogansinya. Apabila kita tidak berada dalam barisan pembela dan pemakmur dakwah sunah, maka Allah Maha Mampu memilih orang lain yang akan menunaikan dakwah sunah dalam bentuk yang lebih sempurna dan jauh lebih baik daripada apa yang telah kita lakukan. Di sisi yang lain, target akhir seorang hamba di akherat adalah seorang hamba membawa hati yang salim selamat ketika menghadap Sang Penciptanya Baca Juga Hitungan Puasa Ramadhan dan Syawwal Seperti Puasa Setahun Penuh Allah Taala berfirman, Dan orangorang yang berjihad untuk mencari keridaan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalanjalan Kami.
Hukum Belanja Di Warung Yang Memelihara Anjing
https://bimbinganislam.com/hukum-belanja-di-warung-yang-memelihara-anjing/
Hukum Belanja Di Warung Yang Memelihara Anjing Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan hukum belanja di warung yang memelihara anjing. Selamat membaca. Pertanyaan: Assalamualaykum Ustadz. Bagaimana hukumnya belanja di warung non muslim yang memelihara anjing? Kebetulan ana baru pindah rumah, di depan tetangga ana ada warung yang memelihara anjing. Sementara ana lihat dia sering berinteraksi sama anjingnya dan langsung melayani orang yang membeli, banyak muslim yang belanja di warungnya. Syukron wa jazakumullaahu khoyron. (Ditanyakan oleh Sahabat BIAS melalui Grup WA) Jawaban: Wa alaikumussalaam warahmatullah wabarakatuhu. Untuk jawabannya kurang lebih tidak jauh beda seperti yang dibahas dalam tanya jawab berikut: Pertanyaan: bolehkah mengonsumsi makanan pemberian pemilik anjing? Jika Anda mengetahui secara pasti hal tersebut, bahwa yang bersangkutan sering berinteraksi, bersentuhan dengan anjing, maka untuk lebih amannya Anda tidak mengonsumsinya. Sejatinya hukumnya boleh saja dan halal makanan pemberian orang ahlul kitab (yahudi nasrani), perabot mereka pun suci, ini jika tidak diketahui bahwa mereka sering bersinggungan langsung dengan hewan yang najis seperti anjing, namun jika faktanya mereka sering berinteraksi dan Anda melihatnya sendiri, maka baiknya Anda tidak mengonsumsi pemberiannya. Dalam kitab Fiqih Muyassar disebutkan: : : ( ) Hukum asalnya perabot orang kafir itu halal/suci, kecuali jika benar-benar diketahui kenajisannya, maka tidak boleh untuk dipergunakan melainkan setelah dicuci, berdasarkan hadist dari Tsalabah al-Khusyani ia berkata: Wahai Rasulullah, kami sedang berada di daerah kaum ahli kitab, apakah kami boleh makan menggunakan perabot mereka? Rasul menjawab: Janganlah kalian makan di perabot mereka, kecuali kalian tidak mendapati lagi selainnya, cucilah dulu perabot tersebut, dan silakan makan dengannya. (HR. Bukhori). (al-Fiqhu al-Muyassar juz:1 hal:7). Jadi selagi kita tahu betul bahwa mereka bersinggungan langsung dengan anjing, baiknya kita meninggalkannya, kita terima untuk melembutkan hati si pemberi, barangkali dia bisa luluh dengan sifat kita karena mau menerima hadiahnya, kita berusaha tidak menyinggung perasaannya, namun nantinya kita tidak mengonsumsi pemberiannya, kita buang. Wallahu alam. Wallahu alam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Rabu, 26 Muharram 1443 H/ 24 Agustus 2022 M Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I klik disini
Hukum Belanja Di Warung Yang Memelihara Anjing Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan hukum belanja di warung yang memelihara anjing. Selamat membaca. Pertanyaan Assalamualaykum Ustadz. Bagaimana hukumnya belanja di warung non muslim yang memelihara anjing Kebetulan ana baru pindah rumah, di depan tetangga ana ada warung yang memelihara anjing. Sementara ana lihat dia sering berinteraksi sama anjingnya dan langsung melayani orang yang membeli, banyak muslim yang belanja di warungnya. Syukron wa jazakumullaahu khoyron. Ditanyakan oleh Sahabat BIAS melalui Grup WA Jawaban Wa alaikumussalaam warahmatullah wabarakatuhu. Untuk jawabannya kurang lebih tidak jauh beda seperti yang dibahas dalam tanya jawab berikut Pertanyaan bolehkah mengonsumsi makanan pemberian pemilik anjing Jika Anda mengetahui secara pasti hal tersebut, bahwa yang bersangkutan sering berinteraksi, bersentuhan dengan anjing, maka untuk lebih amannya Anda tidak mengonsumsinya. Sejatinya hukumnya boleh saja dan halal makanan pemberian orang ahlul kitab yahudi nasrani, perabot mereka pun suci, ini jika tidak diketahui bahwa mereka sering bersinggungan langsung dengan hewan yang najis seperti anjing, namun jika faktanya mereka sering berinteraksi dan Anda melihatnya sendiri, maka baiknya Anda tidak mengonsumsi pemberiannya. Dalam kitab Fiqih Muyassar disebutkan Hukum asalnya perabot orang kafir itu halalsuci, kecuali jika benarbenar diketahui kenajisannya, maka tidak boleh untuk dipergunakan melainkan setelah dicuci, berdasarkan hadist dari Tsalabah alKhusyani ia berkata Wahai Rasulullah, kami sedang berada di daerah kaum ahli kitab, apakah kami boleh makan menggunakan perabot mereka Rasul menjawab Janganlah kalian makan di perabot mereka, kecuali kalian tidak mendapati lagi selainnya, cucilah dulu perabot tersebut, dan silakan makan dengannya. HR. Bukhori. alFiqhu alMuyassar juz1 hal7. Jadi selagi kita tahu betul bahwa mereka bersinggungan langsung dengan anjing, baiknya kita meninggalkannya, kita terima untuk melembutkan hati si pemberi, barangkali dia bisa luluh dengan sifat kita karena mau menerima hadiahnya, kita berusaha tidak menyinggung perasaannya, namun nantinya kita tidak mengonsumsi pemberiannya, kita buang. Wallahu alam. Wallahu alam. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Rabu, 26 Muharram 1443 H 24 Agustus 2022 M Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab LIPIA Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I klik disini
Ini Bacaan Doa Buka Puasa Yang Sesuai Hadis Nabi
https://www.harakatuna.com/doa-buka-puasa-yang-sesuai-sunah-nabi.html
Ibadah yang diwajibkan ketika memasuki bulan Ramadhan adalah berpuasa. Berpuasa dalam bulan Ramadhan merupakan tanda ketakwaan kita kepada Allah SWT. Agar puasa Ramadhan yang dijalankan mendapatkan pahala dan keberkahan maka hendaknya mengetahui doa-doa di bulan Ramadhan. Salah satu doa yang wajib diketahui adalah doa buka puasa Ramadhan. Ada beberapa bacaan doa buka puasa yang telah dijalankan oleh masyarakat Islam Indonesia. Namun demikian, akhir-akhir ini doa tersebut diperdebatkan oleh berbagai pihak. Ada yang menyatakan doa ini yang tepat dan doa itu tidak sesuai hadis Nabi. Untuk menghindari perdebatan mengenai redaksi doa tersebut, penulis nukilkan beberapa bacaan doa buka puasa Ramadhan yang tertulis dalam kitab Al-Adzkar karangan Imam Nawawi. Berikut bacaan doanya. Satu. (Dzahabaz-zhamâ`u, wabtallatil-‘urûqu, wa tsabatal-ajru in syâ`a-Allahu ta’âla) Artinya: “Telah hilang rasa dahaga, juga urat-urat tubuh telah menjadi basah, serta imbalan pahala ditetapkan kalau Allah swt menghendaki”. Dua. (Allohumma laka shumtu, wa ‘ala rizqika afthartu) Artinya: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, dan atas rezeki dari-Mu aku berbuka”. Doa Buka Puasa Ramadhan Yang Ketiga (Al-hamdu lillâhi-lladzii a’ânanî fa shumtu, wa razaqanî fa afthartu) Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikanku inayat (pertolongan) sehingga aku dapat berpuasa, dan yang menganugerahiku rezeki untuk berbuka”. Empat. (Allahumma laka shumnâ, wa ‘ala rizqika aftarnâ, fa taqobbal minnâ, innaka antas-samî’ul-‘alîm) Artinya: “Ya Allah, kami berpuasa karena Engkau, kami pun berbuka dengan rezeki pemberian-Mu, maka terimalah puasa kami, sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Lima. (Allahumma innî as`aluka bi-rahmatika-llatî wasi’at kulla syai`in an taghfira lî) Artinya: “Ya Allah, aku benar-benar memohon kepada-Mu, dengan segenap rahmat-Mu yang memenuhi segala sesuatu, supaya Engkau berkenan mengampuni aku”. Demikianlah bacaan doa buka puasa Ramadhan yang sesuai hadis Nabi Muhammad SAW.
Ibadah yang diwajibkan ketika memasuki bulan Ramadhan adalah berpuasa. Berpuasa dalam bulan Ramadhan merupakan tanda ketakwaan kita kepada Allah SWT. Agar puasa Ramadhan yang dijalankan mendapatkan pahala dan keberkahan maka hendaknya mengetahui doadoa di bulan Ramadhan. Salah satu doa yang wajib diketahui adalah doa buka puasa Ramadhan. Ada beberapa bacaan doa buka puasa yang telah dijalankan oleh masyarakat Islam Indonesia. Namun demikian, akhirakhir ini doa tersebut diperdebatkan oleh berbagai pihak. Ada yang menyatakan doa ini yang tepat dan doa itu tidak sesuai hadis Nabi. Untuk menghindari perdebatan mengenai redaksi doa tersebut, penulis nukilkan beberapa bacaan doa buka puasa Ramadhan yang tertulis dalam kitab AlAdzkar karangan Imam Nawawi. Berikut bacaan doanya. Satu. Dzahabazzhamâu, wabtallatilurûqu, wa tsabatalajru in syâaAllahu taâla Artinya Telah hilang rasa dahaga, juga uraturat tubuh telah menjadi basah, serta imbalan pahala ditetapkan kalau Allah swt menghendaki. Dua. Allohumma laka shumtu, wa ala rizqika afthartu Artinya Ya Allah, karenaMu aku berpuasa, dan atas rezeki dariMu aku berbuka. Doa Buka Puasa Ramadhan Yang Ketiga Alhamdu lillâhilladzii aânanî fa shumtu, wa razaqanî fa afthartu Artinya Segala puji bagi Allah yang telah memberikanku inayat pertolongan sehingga aku dapat berpuasa, dan yang menganugerahiku rezeki untuk berbuka. Empat. Allahumma laka shumnâ, wa ala rizqika aftarnâ, fa taqobbal minnâ, innaka antassamîulalîm Artinya Ya Allah, kami berpuasa karena Engkau, kami pun berbuka dengan rezeki pemberianMu, maka terimalah puasa kami, sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Lima. Allahumma innî asaluka birahmatikallatî wasiat kulla syaiin an taghfira lî Artinya Ya Allah, aku benarbenar memohon kepadaMu, dengan segenap rahmatMu yang memenuhi segala sesuatu, supaya Engkau berkenan mengampuni aku. Demikianlah bacaan doa buka puasa Ramadhan yang sesuai hadis Nabi Muhammad SAW.
Tirakat dan Faidahnya bagi Kehidupan
https://www.laduni.id/post/read/72460/tirakat-dan-faidahnya-bagi-kehidupan.html
Laduni.ID, Jakarta – Dawuh Al-Maghfurlah KH. Arwan Cholil, "Jebule ngilmu kuwi nek gone wong sing gelem tirakat," (Ternyata Ilmu Itu Ada Pada Orang Yang Mau Tirakat). Wahai para santri, ketahuilah bahwa 'tirakat /riyadhoh' adalah suatu karunia dan anugerah yang sangat agung dari Allah Swt. yang akan diberikan kepada siapa saja yang mau berusaha. Maka berusahalah yang semaksimal mungkin mumpung anda masih dalam kesempatan yang sangat mudah untuk bertirakat. Tirakat itu meninggalkan apa? Meninggalkan sesuatu yang kurang menguntungkan menuju sesuatu yang lebih menguntungkan, apa saja, tidak terbatas pada meninggalkan makan dan minum atau berpuasa. Namun yang paling mudah dalam kefahaman kita adalah berpuasa atau mengurangi makan. Jadi tirakat itu pasti memerangi hawa nafsu, nafsu makan, nafsu enak-enakan dan lainnya. Di dunia pesantren sangat masyhur tirakat itu dengan 4 macam istilah yaitu puasa nahun, puasa mutih, ngrowot dan tarku dzir rūḥ (meninggalkan apa saja yang bernyawa). Baca juga: Tirakatnya Seorang Suami saat Istri Mengandung Dalam melaksanakan puasa tirakat niatnya ikhlas karena Allah Swt, mencari ridlo-Nya, menjalankan perintah-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya, tidak mencari yang lain apa pun. Puasa tirakat boleh pilih sebagai berikut: Puasa Nahun, ada 4 macam: a) Ndalail Solawat, puasa biasa 3 tahun sambil membaca solawat Dalailul khairat. Setelah selesai 3 tahun bisa diulangi dan diulangi lagi. b) Ndalail Qur'an, puasa biasa 1 tahun sambil membaca al-Qur'an setiap bulan khatam. Setelah selesai 1 tahun bisa diulangi dan diulangi lagi. c) Ndawud, sehari puasa sehari tidak, bebas sampai kapan pun. d) Puasa Nahun bebas, puasa terus sampai berapa tahun, terserah bebas lamanya. Puasa Mutih (yaitu yang dimakan hanya nasi putih). Puasa mutih ini menurut biasanya ijazah dari guruya. Ngrowot (makan selain nasi). Ngrowot ini dengan berpuasa atau tidak, boleh pilih. Waktunya juga bebas, sampai berapa tahun atau ngrowot terus. Tarku dzir rūḥ ak makan yang bernyawa). Ini biasanya dengan puasa dan menurut ijazah dari guruya. Baca juga: Kisah Tirakat dan Karomah Habib Muhammad bin Husein Alaydrus Apakah ah Tirakat? Di dunia, tirakat itu faedahnya banyak sekali. Yang terpenting ialah untuk mengejar lekas tercapainya cita-cita dan permohonan. Meninggalkan atau mengurangi dalam menggunakan perkara yang mubah dan halal dan untuk meninggikan derajat di sisi Allah Swt. Selain itu tirakat mengandung 10 faedah: 1. Jernih hatinya. 2. Lunak hatinya. 3. Patah hatinya, merasa hina dan hilang kesombongannya. 4. Tidak melupakan cobaan dan siksa Allah. 5. Menghilangkan syahwat bermaksiat. Baca juga: Tirakat KH. Hasyim Asy'ari saat Mentashih Rumusan Pancasila 6. Menolak tidur dan selalu berjaga. 7. Memudahkan tekun beribadah. 8. Menyehatkan badan dan menolak dari penyakit. 9. Meringankan biaya hidup. 10. Mementingkan orang lain dan untuk bersedekah dengan sisanya. Demikian dituturkan dalam kitab Ihya’-nya al-imam al-Ghazaliy juz 3, beserta keterangan uraiannya yang cukup luas dan panjang, bacalah di sana. Di dalam kitab al-Minahus Saniyyah diterangkan, “aka da yang tercepat untuk menundukkan nafsu daripada lapar.” Dikutip dari Ponpes Darul Hikmah Pati Editor: Daniel Simatupang
Arwan Cholil, Jebule ngilmu kuwi nek gone wong sing gelem tirakat, Ternyata Ilmu Itu Ada Pada Orang Yang Mau Tirakat. yang akan diberikan kepada siapa saja yang mau berusaha. Maka berusahalah yang semaksimal mungkin mumpung anda masih dalam kesempatan yang sangat mudah untuk bertirakat. Tirakat itu meninggalkan apa Meninggalkan sesuatu yang kurang menguntungkan menuju sesuatu yang lebih menguntungkan, apa saja, tidak terbatas pada meninggalkan makan dan minum atau berpuasa. Namun yang paling mudah dalam kefahaman kita adalah berpuasa atau mengurangi makan. Di dunia pesantren sangat masyhur tirakat itu dengan 4 macam istilah yaitu puasa nahun, puasa mutih, ngrowot dan tarku dzir rūḥ meninggalkan apa saja yang bernyawa. Baca juga Tirakatnya Seorang Suami saat Istri Mengandung Dalam melaksanakan puasa tirakat niatnya ikhlas karena Allah Swt, mencari ridloNya, menjalankan perintahNya dan mendekatkan diri kepadaNya, tidak mencari yang lain apa pun. Puasa tirakat boleh pilih sebagai berikut Puasa Nahun, ada 4 macam a Ndalail Solawat, puasa biasa 3 tahun sambil membaca solawat Dalailul khairat. b Ndalail Quran, puasa biasa 1 tahun sambil membaca alQuran setiap bulan khatam. Setelah selesai 1 tahun bisa diulangi dan diulangi lagi. c Ndawud, sehari puasa sehari tidak, bebas sampai kapan pun. d Puasa Nahun bebas, puasa terus sampai berapa tahun, terserah bebas lamanya. Puasa Mutih yaitu yang dimakan hanya nasi putih. Ngrowot ini dengan berpuasa atau tidak, boleh pilih. Ini biasanya dengan puasa dan menurut ijazah dari guruya. Baca juga Kisah Tirakat dan Karomah Habib Muhammad bin Husein Alaydrus Apakah ah Tirakat Di dunia, tirakat itu faedahnya banyak sekali. Yang terpenting ialah untuk mengejar lekas tercapainya citacita dan permohonan. Meninggalkan atau mengurangi dalam menggunakan perkara yang mubah dan halal dan untuk meninggikan derajat di sisi Allah Swt. Patah hatinya, merasa hina dan hilang kesombongannya. Hasyim Asyari saat Mentashih Rumusan Pancasila 6. Menyehatkan badan dan menolak dari penyakit. Mementingkan orang lain dan untuk bersedekah dengan sisanya. Demikian dituturkan dalam kitab Ihyanya alimam alGhazaliy juz 3, beserta keterangan uraiannya yang cukup luas dan panjang, bacalah di sana. Di dalam kitab alMinahus Saniyyah diterangkan, aka da yang tercepat untuk menundukkan nafsu daripada lapar. Dikutip dari Ponpes Darul Hikmah Pati Editor Daniel Simatupang
Kiamat tak dapat diminta maju/mundur oleh seseorang
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Kiamat-tak-dapat-diminta-majumundur-oleh-seseorang
QS.Surat Saba’[34]:30 ࣖ () 30. Katakanlah: Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur daripadanya barang sesaatpun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan .
QS.Surat Saba3430 30. Katakanlah Bagimu ada hari yang telah dijanjikan hari kiamat yang tiada dapat kamu minta mundur daripadanya barang sesaatpun dan tidak pula kamu dapat meminta supaya diajukan .
Awal Mula Al-Wala wal Bara dalam Aqidah Islam
https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/awal-mula-al-wala-wal-bara-dalam-aqidah-islam-bA4b6
Orang yang berkembang dalam tradisi Asy’ariyah (peletak dasar teorisasi teologi Ahlussunnah wal Jamaah, 873 M-935 M) sedikit kesulitan untuk mencari dari mana asal al-wala wal bara ini secara teoritis dalam kaitannya dengan keimanan. Pasalnya, para ulama Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) tidak memasukkan al-wala wal bara ke dalam aqidah Aswaja. Secara umum, aqidah yang harus diyakini oleh umat Islam menurut pandangan aqidah Aswaja hanya berkaitan dengan sifat Allah, sifat para rasul, takdir, malaikat, alam kubur, dunia ghaib, syafaat rasul, telaga Al-Kautsar, surga, neraka, dan alam akhirat, (Zaini Dahlan, tanpa tahun: 1-15) dan (Al-Baijuri, tanpa tahun: 1-77). Sayyid Sa‘id Abdul Ghani melalui karyanya, Haqiqatul Wala wal Bara fi Mu’taqadi Ahlissunnah wal Jamaah sedikit membantu untuk melacak awal mula kaitan al-wala wal bara dan keimanan. Ia mengutip penjelasan Syekh Ibnu Taimiyah (661 H/1263 M-728 H/1328 M) atas Surat Al-Mujadalah ayat 22 dalam kitab Al-Iman. “Allah mengabarkan bahwa kau (Muhammad) takkan menemukan seorang yang beriman mencintai mereka yang menentang Allah dan rasul-Nya karena keimanan menafikan cinta tersebut sebagaimana satu kutub menafikan kutub lain yang berseberangan dengannya. Jika terdapat keimanan, maka lawan dari keimanan menjadi tiada, yaitu menjadikan musuh Allah sebagai teman dekat. Jika seseorang mencintai musuh Allah dengan hatinya, maka itu menjadi tanda bahwa pada hatinya tidak terdapat keimanan yang pasti,” (Ghani, 1998 M: 649). Kami menemukan al-wala wal bara secara teoritis yang paling awal ‘diperkenalkan’ oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri 'Mazhab Wahabi,' (1115 H/1701 M-1206 H/1793 M). Pandangan al-wala wal bara dari Muhammad bin Abdul Wahhab ini diberi anotasi oleh pemuka Wahabi, Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (1925 M-2001 M) dalam Syarah Ushulut Tsalatsah. Muhammad bin Abdul Wahhab dalam buku tersebut menyampaikan doktrin berisi tiga hal penting yang wajib diperhatikan dan diamalkan oleh seorang Muslim dan Muslimah. Pertama, Allah pencipta sekaligus pemberi rezeki. Allah tidak membiarkan manusia begitu saja, tetapi mengutus para rasul-Nya. Siapa yang mematuhi mereka, maka ia akan masuk surga. Tetapi siapa yang mendurhakai mereka, ia masuk ke neraka (Al-Muzammil ayat 15-16). Kedua, Allah tidak rela disekutukan dalam penyembahan-Nya dengan apa dan siapa pun termasuk malaikat muqarrabun dan nabi utusan dalam sekutu (Al-Jin ayat 18). Ketiga, siapa yang menaati rasul dan mengesakan Allah, maka ia tidak boleh menjadikan mereka yang menentang Allah dan rasul-Nya sebagai teman dekat sekali pun ia kerabat dekat (Al-Mujadalah ayat 22) (Wahab, 2001: 29-35). Al-Muzammil ayat 15-16: Artinya, “Sungguh Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Makkah) seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang rasul kepada Fir'aun. Maka Fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” Al-Jin ayat 18: Artinya, “Sungguh masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” Al-Mujadalah ayat 22: Artinya, “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekali pun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Mereka kelak dimasukkan oleh-Nya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, sungguh hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” Baca Juga: Salah Kaprah Memaknai Al-Wala wal Bara Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (1925 M-2001 M) menambah deretan ayat al-wala wal bara di samping ayat yang disebutkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, yaitu Surat Ali Imran ayat 118, Al-Maidah ayat 51 dan 57, At-Taubah ayat 23-24, dan Al-Mumtahanah ayat 4. (Al-Utsaimin, 2001: 34-36). Ali Imran ayat 118: Artinya, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." Surat Al-Ma’idah ayat 51: Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sungguh orang itu termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” Surat Al-Ma’idah ayat 57: Artinya, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." At-Taubah ayat 23. Artinya, Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. At-Taubah ayat 24: Artinya, “Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Al-Mumtahanah ayat 4: Artinya, “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: ‘Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: ‘Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah’. (Ibrahim berkata): ‘Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali". Menurut Al-Utsaimin, tindakan al-wala (loyalitas terhadap orang-orang yang menentang Allah) menunjukkan kelemahan iman mereka kepada Allah dan rasul-Nya. Pasalnya, akal sehat sulit menerima loyalitas seseorang akan sesuatu yang menjadi musuh kekasihnya. Loyalitas terhadap orang-orang kafir dapat mengambil bentuk pertolongan dan pembelaan terhadap mereka atas kekufuran dan kesesatan. Cinta terhadap mereka juga dapat berbentuk tindakan yang menyebabkan mereka senang. Cinta terhadap mereka dapat berbentuk aneka jalan. Semua ini dapat menafikan keimanan seseorang sama sekali, atau menafikan kesempurnaan iman seseorang. Oleh karena itu, seorang Muslim harus memusuhi, membenci, dan menjauhi mereka yang menentang Allah dan rasul-Nya meski mereka adalah kerabat sendiri. Namun demikian, perintah ini tidak menghalanginya untuk menasihati dan mengajak mereka ke jalan yang benar, (Al-Utsaimin, 2001: 36). Aqidah al-wala wal bara dengan demikian lebih dekat pada konsep aqidah yang diperkenalkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan kalangan Wahabi sesudahnya. Al-wala wal bara ini yang dalam pandangan kalangan Wahabi untuk mengukur dan menilai keimanan orang lain, dan tidak jarang menghakimi orang lain, mengeksklusi bahkan mengeksekusi dan mempersekusi, hingga merundung (bully) orang lain, sekalipun kerabat dekat dan keluarga sendiri. Sesungguhnya tidak ada masalah dengan semua ayat di atas dan al-wala wal bara sebagai perintah agama. Hanya saja letak problematisnya adalah penempatan al-wala wal bara ke dalam aqidah Islam sebagai alat ukur keimanan orang lain dan legitimasi untuk praktik eksklusi terhadapnya. Dengan kata lain, masalahnya terletak pada pemahaman dan pelaksanaannya yang keliru karena melewati batas. Oleh karena itu, penempatan al-wala wal bara ke dalam aqidah Islam perlu diuji secara keilmuan dan secara sejarah. Wallahu a‘lam. Penulis: Alhafiz Kurniawan Editor: Muchlison
Orang yang berkembang dalam tradisi Asyariyah peletak dasar teorisasi teologi Ahlussunnah wal Jamaah, 873 M935 M sedikit kesulitan untuk mencari dari mana asal alwala wal bara ini secara teoritis dalam kaitannya dengan keimanan. Ia mengutip penjelasan Syekh Ibnu Taimiyah 661 H1263 M728 H1328 M atas Surat AlMujadalah ayat 22 dalam kitab AlIman. Jika seseorang mencintai musuh Allah dengan hatinya, maka itu menjadi tanda bahwa pada hatinya tidak terdapat keimanan yang pasti, Ghani, 1998 M 649. Kami menemukan alwala wal bara secara teoritis yang paling awal diperkenalkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri Mazhab Wahabi, 1115 H1701 M1206 H1793 M. Pandangan alwala wal bara dari Muhammad bin Abdul Wahhab ini diberi anotasi oleh pemuka Wahabi, Syekh Muhammad bin Shalih AlUtsaimin 1925 M2001 M dalam Syarah Ushulut Tsalatsah. Pertama, Allah pencipta sekaligus pemberi rezeki. Siapa yang mematuhi mereka, maka ia akan masuk surga. Kedua, Allah tidak rela disekutukan dalam penyembahanNya dengan apa dan siapa pun termasuk malaikat muqarrabun dan nabi utusan dalam sekutu AlJin ayat 18. Ketiga, siapa yang menaati rasul dan mengesakan Allah, maka ia tidak boleh menjadikan mereka yang menentang Allah dan rasulNya sebagai teman dekat sekali pun ia kerabat dekat AlMujadalah ayat 22 Wahab, 2001 2935. AlMuzammil ayat 1516 Artinya, Sungguh Kami telah mengutus kepada kamu hai orang kafir Makkah seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus dahulu seorang rasul kepada Firaun. AlJin ayat 18 Artinya, Sungguh masjidmasjid itu adalah kepunyaan Allah. Mereka itulah orangorang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dariNya. Ketahuilah, sungguh hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Surat AlMaidah ayat 51 Artinya, Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu mengambil orangorang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpinpemimpinmu sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betulbetul orangorang yang beriman. Artinya, Hai orangorang beriman, janganlah kamu jadikan bapakbapak dan saudarasaudaramu menjadi walimu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orangorang yang zalim. AtTaubah ayat 24 Artinya, Katakanlah Jika bapakbapak, anakanak, saudarasaudara, istriistri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang fasik. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu siksaan Allah. Pasalnya, akal sehat sulit menerima loyalitas seseorang akan sesuatu yang menjadi musuh kekasihnya. Cinta terhadap mereka juga dapat berbentuk tindakan yang menyebabkan mereka senang. Namun demikian, perintah ini tidak menghalanginya untuk menasihati dan mengajak mereka ke jalan yang benar, AlUtsaimin, 2001 36. Aqidah alwala wal bara dengan demikian lebih dekat pada konsep aqidah yang diperkenalkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan kalangan Wahabi sesudahnya. Hanya saja letak problematisnya adalah penempatan alwala wal bara ke dalam aqidah Islam sebagai alat ukur keimanan orang lain dan legitimasi untuk praktik eksklusi terhadapnya. Dengan kata lain, masalahnya terletak pada pemahaman dan pelaksanaannya yang keliru karena melewati batas. Penulis Alhafiz Kurniawan Editor Muchlison
Hukum Mencuci Pakaian Dalam Orang Lain
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hukum-mencuci-pakaian-dalam-orang-lain/
Ada kepercayaan di sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa seorang suami tidak boleh mencuci pakaian dalam istri. orang tua tidak boleh mencuci pakaian dalam anaknya yang sudah dewasa. Bahkan pakaian dalam juga tidak boleh dicuci oleh orang lain, melainkan harus dicuci sendiri. Dalam Islam, sebenarnya bagaimana hukum mencuci pakaian dalam orang lain? Dalam Islam, tidak ada larangan dan pantangan tertentu bagi seseorang untuk mencuci pakaian dalam orang lain. Ia boleh mencuci pakaian dalam orang lain, baik pakaian dalam suami atau istri, pakaian dalam orang tua dan pakaian dalam anak, bahkan boleh juga mencuci pakaian dalam orang lain. Bahkan khusus untuk suami, dalam Islam dianjurkan untuk membantu istrinya dalam pekerjaan rumah tangga. Ia dianjurkan untuk membantu istrinya masak, dan lainnya termasuk mencuci pakaian, bahkan jika pakaian yang hendak dicuci tersebut adalah pakaian dalam istrinya atau anak-anaknya. Mencuci pakaian istri, termasuk pakaian dalamnya, termasuk perbuatan makruf yang dianjurkan dalam Islam. Ini berdasarkan firman Allah dalam surah Al-Nisa [4]: 19 berikut, Dan bergaullah dengan para istri secara makruf. Dalam kitab Taisir Al-Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut; : . Dan gaulilah mereka (para istri) dengan baik; Ini mencakup pergaulan yang berupa perkataan atau perbuatan, maka seorang suami hendaklah ia menggauli istrinya dengan baik, berupa pertemanan yang baik, tidak menyakiti, berbuat kebaikan, pergaulan yang baik, termasuk dalam hal ini adalah pemberian nafkah, pakaian dan semisalnya, maka wajib bagi seorang suami kepada istri, untuk berbuat baik yang semisalnya terhadap (kebaikan yang diperbuat) misalnya dalam waktu atau tempat itu, dan hal ini berbeda-beda dalam beberapa keadaan. Selain itu, Nabi Saw senantiasa membantu istri-istri beliau dalam pekerjaan rumah tangga. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam At-Tirmidzi, dari Sayidah Aisyah, dia berkata; Rasulullah Saw biasa melakukan pekerjaan istrinya, yakni dalam rangka membantu istrinya. Apabila tiba waktu shalat, maka ia keluar untuk shalat.mwnc
Ada kepercayaan di sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa seorang suami tidak boleh mencuci pakaian dalam istri. orang tua tidak boleh mencuci pakaian dalam anaknya yang sudah dewasa. Bahkan pakaian dalam juga tidak boleh dicuci oleh orang lain, melainkan harus dicuci sendiri. Dalam Islam, sebenarnya bagaimana hukum mencuci pakaian dalam orang lain Dalam Islam, tidak ada larangan dan pantangan tertentu bagi seseorang untuk mencuci pakaian dalam orang lain. Ia boleh mencuci pakaian dalam orang lain, baik pakaian dalam suami atau istri, pakaian dalam orang tua dan pakaian dalam anak, bahkan boleh juga mencuci pakaian dalam orang lain. Bahkan khusus untuk suami, dalam Islam dianjurkan untuk membantu istrinya dalam pekerjaan rumah tangga. Ia dianjurkan untuk membantu istrinya masak, dan lainnya termasuk mencuci pakaian, bahkan jika pakaian yang hendak dicuci tersebut adalah pakaian dalam istrinya atau anakanaknya. Mencuci pakaian istri, termasuk pakaian dalamnya, termasuk perbuatan makruf yang dianjurkan dalam Islam. Ini berdasarkan firman Allah dalam surah AlNisa 4 19 berikut, Dan bergaullah dengan para istri secara makruf. Dalam kitab Taisir AlKarim ArRahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut . Dan gaulilah mereka para istri dengan baik Ini mencakup pergaulan yang berupa perkataan atau perbuatan, maka seorang suami hendaklah ia menggauli istrinya dengan baik, berupa pertemanan yang baik, tidak menyakiti, berbuat kebaikan, pergaulan yang baik, termasuk dalam hal ini adalah pemberian nafkah, pakaian dan semisalnya, maka wajib bagi seorang suami kepada istri, untuk berbuat baik yang semisalnya terhadap kebaikan yang diperbuat misalnya dalam waktu atau tempat itu, dan hal ini berbedabeda dalam beberapa keadaan. Selain itu, Nabi Saw senantiasa membantu istriistri beliau dalam pekerjaan rumah tangga. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam AtTirmidzi, dari Sayidah Aisyah, dia berkata Rasulullah Saw biasa melakukan pekerjaan istrinya, yakni dalam rangka membantu istrinya. Apabila tiba waktu shalat, maka ia keluar untuk shalat.mwnc
776. Pengertian MAJAZ
https://www.piss-ktb.com/2012/02/776-pengertian-majaz.html
PERTANYAAN : Afri Adi Ada berapakah macam macam majaz, ? Lafal anta syamsun anta badrun termasuk yg mana? JAWABAN : Ismael Kholilie : Majaz ada 2 : *mursal *isti'arah Masaji Antoro : MAJAZ ialah penggunaan suatu kata dengan makna yang lain daripada maknanya yang lazim. Kebalikan dari majaz adalah HAQIQAH. Majaz terbagi dua : 1) Majaz Mursal : majaz yang tidak dibangun diatas tasybih 2) Istiarah : majaz yang dibangun diatas tasybih, atau penggunaan kata tidak dalam makna haqiqinya karena adanya hubungan keserupaan (syibh) antara makna yang dipakai tersebut dan makna haqiqinya. Yupiter Jet : Lafal anta syamsun anta badrun termasuk yg mana? ================ tidak termasuk kedunya, karena contoh di atas masuk ke bahasan TASYBIH, dalam hal ini TASYBIH BALIGH...di bawah ini saya tuliskan sedikit penjelasannya... : - : : : : . . (1) : (2) : (3) : . (4) : : : Antara majaz (istiarah) dan tasybih letak persamaannya adalah keduanya sama-sama menunjukkan MUSYABAHAH. Bedanya, tasybih kedua thorofnya masih ada, sementara majaz hanya menyisakan salah satunya (umumnya hanya menyisakan musyabbah bih). Secara sederhana, majaz adalah kelanjutan dari tasybih, setelah musyabbahnya dibuang. Di atas tertulis rukun-rukun tasybih, yaitu musyabbah, musyabbah bih, adat syabah dan wajah syabah. Contoh tasybih: Anta kasy syamsi idloo-atan Kamu seperti matahari dalam hal (mampu) menyinari Anta = musyabbah Kaf = adat syabah Asysyamsu = musyabbah bih Isloo-ataun = wajah syabah Ke empat perangkat tasybih di atas bisa divariasikan, kadang wajah syabahnya dibuang, kadang adatnya dibuang, kadang wajah dan adatnya dibuang bersamaan. Sudah barang tentu dalam tasybih ini tidak mungkin membuang salah satu dari kedua thorofnya (musyabah dan musyabbah bih) Jadi, Anta kasy syamsi, atau anta syamsun idloo-atan, dan juga ANTA SYAMSUN. Bentuk yang terakhir inilah yang dinamakan TASYBIH BALIGH. - Contoh lain, ANTA BADRUN Dari bentuk tasybih ini, bisa dilanjutkan ke pembentukan majaz (istiarah). Dan dari contoh di atas -ANTA BADRUN- buang musyabbahnya (kalimat anta), dan menyisakan badrun. Kalimat badrun ini lantas diposisikan dalm suatu kalam menjadi THOLAA ALBADRU misalnya telah terbit bulan purnama- Sumber; kitab JAWAHIR ALBALAGHOH Wallohu alam wahuwa almuin wa bihi nastaiin
PERTANYAAN Afri Adi Ada berapakah macam macam majaz, Lafal anta syamsun anta badrun termasuk yg mana JAWABAN Ismael Kholilie Majaz ada 2 mursal istiarah Masaji Antoro MAJAZ ialah penggunaan suatu kata dengan makna yang lain daripada maknanya yang lazim. Kebalikan dari majaz adalah HAQIQAH. Majaz terbagi dua 1 Majaz Mursal majaz yang tidak dibangun diatas tasybih 2 Istiarah majaz yang dibangun diatas tasybih, atau penggunaan kata tidak dalam makna haqiqinya karena adanya hubungan keserupaan syibh antara makna yang dipakai tersebut dan makna haqiqinya. Yupiter Jet Lafal anta syamsun anta badrun termasuk yg mana tidak termasuk kedunya, karena contoh di atas masuk ke bahasan TASYBIH, dalam hal ini TASYBIH BALIGHdi bawah ini saya tuliskan sedikit penjelasannya . . 1 2 3 . 4 Antara majaz istiarah dan tasybih letak persamaannya adalah keduanya samasama menunjukkan MUSYABAHAH. Bedanya, tasybih kedua thorofnya masih ada, sementara majaz hanya menyisakan salah satunya umumnya hanya menyisakan musyabbah bih. Secara sederhana, majaz adalah kelanjutan dari tasybih, setelah musyabbahnya dibuang. Di atas tertulis rukunrukun tasybih, yaitu musyabbah, musyabbah bih, adat syabah dan wajah syabah. Contoh tasybih Anta kasy syamsi idlooatan Kamu seperti matahari dalam hal mampu menyinari Anta musyabbah Kaf adat syabah Asysyamsu musyabbah bih Islooataun wajah syabah Ke empat perangkat tasybih di atas bisa divariasikan, kadang wajah syabahnya dibuang, kadang adatnya dibuang, kadang wajah dan adatnya dibuang bersamaan. Sudah barang tentu dalam tasybih ini tidak mungkin membuang salah satu dari kedua thorofnya musyabah dan musyabbah bih Jadi, Anta kasy syamsi, atau anta syamsun idlooatan, dan juga ANTA SYAMSUN. Bentuk yang terakhir inilah yang dinamakan TASYBIH BALIGH. Contoh lain, ANTA BADRUN Dari bentuk tasybih ini, bisa dilanjutkan ke pembentukan majaz istiarah. Dan dari contoh di atas ANTA BADRUN buang musyabbahnya kalimat anta, dan menyisakan badrun. Kalimat badrun ini lantas diposisikan dalm suatu kalam menjadi THOLAA ALBADRU misalnya telah terbit bulan purnama Sumber kitab JAWAHIR ALBALAGHOH Wallohu alam wahuwa almuin wa bihi nastaiin
Hukum Memanfaatkan Barang Gadai untuk Utang
https://konsultasisyariah.com/30652-hukum-memanfaatkan-barang-gadai-untuk-utang.html
Tanya: Temen saya mau utang dengan gadai motornya, jika saya menerima motor gadai, bolehkah saya memanfaatkannya? Suwun Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Transaksi gadai, digolongkan para ulama sebagai akad tautsiqat, yaitu akad yang tujuannya memberikan jaminan kepercayaan bagi pelaku akad. Mengingat tujuannya untuk jaminan kepercayaan, akad ini sifatnya tambahan (‘aqd ziyadah). Bisa ditambahkan di akad apapun. Karena itu, akad ini tidak memberikan konsekuensi terhadap perpindahan kepemilikan barang gadai. Konsekuensi dari hal ini, [1] barang gadai statusnya amanah bagi murtahin (yang memberi utang). [2] barang gadai tetap menjadi milik rahin (yang berutang). [3] jika terjadi kegagalan, misalnya utang bermasalah atau transaksi yang dijamin bermasalah, barang gadai tidak otomatis pindah kepemilikan. [4] semua biaya perawatan barang gadai, ditanggung oleh rahin (yang berutang), karena ini memang miliknya. Kita menggaris bawahi, bahwa dalam transaksi gadai, tujuan utamanya hanya untuk jaminan kepercayaan dan keamanan, dan bukan untuk memberi keuntungan bagi pihak yang menerima gadai (yang memberi utang). Yang terjadi, ketika penerima gadai memanfaatkan barang gadai, berarti dia memanfaatkan barang milik orang yang utang, disebabkan transaksi utang antar mereka. Bisa kita pastikan, andaikan tidak ada transaksi utang piutang, orang yang menerima gadai tidak akan memanfaatkan barang milik yang berutang. Karena itu, pemanfaatan barang gadai oleh pemberi utang, berarti dia mendapatkan manfaat dari utang yang dia berikan. Sementara mengambil manfaat (keuntungan) dari utang yang diberikan, termasuk riba. Seperti yang dinyatakan dalam ah, “Setiap utang yang memberikan keuntungan, maka (keuntungan) itu adalah riba.” (HR. Baihaqi) Tak terkecuali, keuntungan dalam bentuk memanfaatkan barang gadai karena transaksi utang piutang. Kita simak keterangan Sabiq dalam Fiqh Sunah, Akad rahn adalah akad yang tujuannya untuk menjamin kepercayaan dan jaminan utang. dan bukan untuk dikembangkan atau diambil keuntungan. Jika seperti itu aturannya, maka tidak halal bagi murtahin untuk memanfaatkan barang yang digadaikan, meskipun diizinkan oleh rahin. Karena berarti utang yang memberikan adanya keuntungan. Dan semua utang yang memberikan keuntungan, statusnya riba. (Fiqh Sunah, 3/156). Mengingat akad gadai bisa ditambahkan dalam banyak transaksi, seperti utang, jual beli dan yang lainnya, tidak semua pemanfaatan gadai dilarang. Ibnu Qudamah memberikan rincian sebagai berikut, [1] Jika gadai ini diberikan untuk jaminan kepercayaan transaksi utang-piutang, pemberi utang sama sekali tidak boleh memanfaatkan barang gadai, meskipun telah diizinkan rahin. Karena ini termasuk riba, karena “setiap utang yang memberikan keuntungan, maka itu adalah riba.” bahkan kata Imam Ahmad, itu riba murni. Ibnu Qudamah mengatakan, : Imam Ahmad mengatakan, “Saya membenci menggadaikan rumah, dan itu riba murni.” Maksud beliau, jika rumah dijadikan barang gadai untuk utang, dan dimanfaatkan oleh murtahin (pemberi utang). [2] Jika gadai untuk selain utang, seperti jaminan untuk transaksi jual beli yang belum tuntas atau jaminan dalam akad sewa-menyewa, maka pemberi utang boleh memanfaatkan barang gadai jika pemilik barang mengizinkan. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Hasan al-Bashri dan Muhammad bin Sirin – keduanya ulama tabi’in –. (al-Mughni, 4/467). Jika Gadai Membutuhkan Perawatan Ulama sepakat bahwa biaya perawatan barang gadai menjadi tanggung jawab rahin (yang berutang). At-Thahawi mengatakan, “Ulama sepakat bahwa biaya perawatan barang gadai menjadi tanggung jawab rahin dan bukan murtahin.” (Syarh Ma’ani al-Atsar, 4/99) Selanjutnya, jika rahin tidak menanggung biaya perawatan, bolehkah murtahin memanfaatkan barang gadai sebagai ganti dari biaya perawatan? Menurut madzhab hambali, jika gadai yang ada di tangan murtahin membutuhkan biaya perawatan, seperti binatang, maka murtahin berhak untuk mengambil manfaat dari binatang itu, dengan diperah susunya atau dijadikan tunggangan, sebagai kompensasi atas biaya yang dia keluarkan. Dalam Fiqh Sunah dinyatakan, Jika barang gadai berupa hewan tunggangan atau binatang ternak, maka murtahin boleh memanfaatkannya sebagai ganti dari biaya yang dia keluarkan untuk itu. Orang yang menanggung biaya, dia berhak untuk memanfaatkan barang itu. Dia boleh menaikinya jika itu hewan tunggangan seperti kuda, onta, atau bighal. Dan boleh dipakai untuk ngangkut barang. Dia juga boleh mengambil susunya jika hewannya bisa diperah, seperti kambing atau sapi. (Fiqh Sunah, 3/157) Ini berbeda dengan pendapat mayoritas ulama yang melarang sama sekali pemanfaatan barang gadai oleh murtahin. Namun pendapat hambali dalam hal ini lebih kuat, mengingat hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Susu hewan perah bisa diperah sebagai ganti biaya perawatan ketika dia digadaikan. Punggung hewan tunggangan boleh dinaiki sebagai ganti biaya perawatan ketika dia digadaikan. Kewajiban bagi yang menunggangi dan yang memerah susunya untuk merawatnya.” (HR. Abu Daud 3528 dan dishahihkan al-Albani) Namun tentu saja ini tidak berlaku untuk motor. Karena motor tidak perlu biaya perawatan. Kalaupun harus dipanasi, itu hanya sebentar dan jika murtahin tidak rela, bisa diganti biaya perawatan itu dengan memakai motor tersebut untuk keperluan sebentar. Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Tanya Temen saya mau utang dengan gadai motornya, jika saya menerima motor gadai, bolehkah saya memanfaatkannya Suwun Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu, Transaksi gadai, digolongkan para ulama sebagai akad tautsiqat, yaitu akad yang tujuannya memberikan jaminan kepercayaan bagi pelaku akad. Karena itu, akad ini tidak memberikan konsekuensi terhadap perpindahan kepemilikan barang gadai. Konsekuensi dari hal ini, 1 barang gadai statusnya amanah bagi murtahin yang memberi utang. 4 semua biaya perawatan barang gadai, ditanggung oleh rahin yang berutang, karena ini memang miliknya. Yang terjadi, ketika penerima gadai memanfaatkan barang gadai, berarti dia memanfaatkan barang milik orang yang utang, disebabkan transaksi utang antar mereka. Kita simak keterangan Sabiq dalam Fiqh Sunah, Akad rahn adalah akad yang tujuannya untuk menjamin kepercayaan dan jaminan utang. dan bukan untuk dikembangkan atau diambil keuntungan. Karena berarti utang yang memberikan adanya keuntungan. Dan semua utang yang memberikan keuntungan, statusnya riba. Ibnu Qudamah mengatakan, Imam Ahmad mengatakan, Saya membenci menggadaikan rumah, dan itu riba murni. 2 Jika gadai untuk selain utang, seperti jaminan untuk transaksi jual beli yang belum tuntas atau jaminan dalam akad sewamenyewa, maka pemberi utang boleh memanfaatkan barang gadai jika pemilik barang mengizinkan. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Hasan alBashri dan Muhammad bin Sirin keduanya ulama tabiin . Dalam Fiqh Sunah dinyatakan, Jika barang gadai berupa hewan tunggangan atau binatang ternak, maka murtahin boleh memanfaatkannya sebagai ganti dari biaya yang dia keluarkan untuk itu. Orang yang menanggung biaya, dia berhak untuk memanfaatkan barang itu. Dia boleh menaikinya jika itu hewan tunggangan seperti kuda, onta, atau bighal. Dia juga boleh mengambil susunya jika hewannya bisa diperah, seperti kambing atau sapi. Namun pendapat hambali dalam hal ini lebih kuat, mengingat hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Susu hewan perah bisa diperah sebagai ganti biaya perawatan ketika dia digadaikan. Punggung hewan tunggangan boleh dinaiki sebagai ganti biaya perawatan ketika dia digadaikan. Kewajiban bagi yang menunggangi dan yang memerah susunya untuk merawatnya. Abu Daud 3528 dan dishahihkan alAlbani Namun tentu saja ini tidak berlaku untuk motor. Karena motor tidak perlu biaya perawatan. Kalaupun harus dipanasi, itu hanya sebentar dan jika murtahin tidak rela, bisa diganti biaya perawatan itu dengan memakai motor tersebut untuk keperluan sebentar. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n.
Tata Cara Memandikan Jenazah
https://www.laduni.id/post/read/54598/tata-cara-memandikan-jenazah.html
LADUNI.ID, Jakarta - Ada empat kewajiban yang mesti dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap orang yang meninggal atau mayit diantaranya memandikan, mengafani, menshalati, dan mengubur. Memandikan mayit adalah proses yang pertama kali dilakukan dalam memulasara jenazah sebagai tindakan memuliakan dan membersihkan tubuh si mayit. Tentunya ada aturan dan tata cara tertentu yang mesti dilakukan dalam memandikan mayit. Para ulama menyebutkan ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memandikan mayit, yakni cara minimal dan cara sempurna. Pertama, yakni cara minimal memandikan jenazah yang sudah memenuhi makna mandi dan cukup untuk memenuhi kewajiban terhadap jenazah. Secara singkat Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami menuturkan dalam kitabnya Safînatun Najâh (Beirut: Darul Minhaj, 2009): Artinya: “Paling sedikit memandikan mayit adalah dengan meratakan air ke seluruh anggota badan.” Sedikit lebih rinci secara teknis cara ini dijelaskan oleh Dr. Musthafa Al-Khin dalam kitab al-Fiqhul Manhaji (Damaskus: Darul Qalam, 2013) dengan menghilangkan najis yang ada di tubuh mayit kemudian menyiramkan air secara merata ke tubuhnya. Bila cara ini telah dilakukan dengan benar dan baik maka mayit bisa dikatakan telah dimandikan dan gugurlah kewajiban orang yang hidup terhadap si mayit. Kedua, yakni cara memandikan jenazah secara sempurna sesuai dengan sunnah. Syekh Salim menuturkan cara kedua ini dengan menjelaskan: Artinya: “Dan sempurnanya memandikan mayit adalah membasuh kedua pantatnya, menghilangkan kotoran dari hidungnya, mewudlukannya, menggosok badannya dengan daun bidara, dan mengguyunya dengan air sebanyak tiga kali.” Secara teknis Dr. Musthafa Al-Khin menjelaskan cara kedua ini sebagai berikut: 1. Mayit diletakkan di tempat yang sepi di atas tempat yang tinggi seperti papan kayu atau lainnya dan ditutup auratnya dengan kain. Pada masa sekarang ini di Indonesia sudah ada alat semacan keranda untuk memandikan jenazah yang terbuat dari bahan uluminium atau stenlis. 2. Orang yang memandikan memposisikan jenazah duduk sedikit miring ke belakang dengan ditopang tangan kanannya, sementara tangan kirinya mengurut bagian perut jenazah dengan penekanan agar apa yang ada di dalamnya keluar. Lalu yang memandikan membungkus tangan kirinya dengan kain atau sarung tangan dan membasuh lubang depan dan belakang si mayit. Kemudian membersihkan mulut dan hidungnya lalu mewudlukannya sebagaimana wudlunya orang hidup. 3. Membasuh kepala dan muka si mayit dengan menggunakan sabun atau lainnya dan menyisir rambutnya bila memiliki rambut. Bila ada rambut yang tercabut maka dikembalikan lagi ke asalnya untuk ikut dikuburkan. 4. Membasuh seluruh sisi kanan tubuh dari yang dekat dengan wajah, kemudian berpindah membasuh sisi kiri badan juga dari yang dekat dengan wajah. Kemudian membasuh bagian sisi kanan dari yang dekat dengan tengkuk, lalu berpindah membasuh bagian sisi kiri juga dari yang dekat dengan tengkuk. Dengan cara itu semua orang yang memandikan meratakan air ke seluruh tubuh si mayit. Ini baru dihitung satu kali basuhan. Disunahkan mengulangi dua kali lagi sebagaimana basuhan tersebut sehingga sempurna tiga kali basuhan. Disunahkan pula mencampur sedikit kapur barus di akhir basuhan bila si mayit bukan orang yang sedang ihram. Syekh Nawawi dalam kitabnya Kâsyifatus Sajâ menuturkan (Jakarta: Darul Kutub Islamiyah, 2008), disunahkan basuhan pertama dengan daun bidara, basuhan kedua menghilangkan daun bidara tersebut, dan basuhan ketiga dengan air bersih yang diberi sedikit kapur barus yang sekiranya tidak sampai merubah air. Ketiga basuhan ini dianggap sebagai satu kali basuhan dan disunahkan mengulanginya dua kali lagi seperti basuhan-basuhan tersebut. Berikutnya siapakah yang boleh memandikan mayit? Masih menurut Dr. Musthafa Al-Khin bahwa mayit laki-laki harus dimandikan oleh orang laki-laki dan sebaliknya mayit perempuan harus dimandikan oleh orang perempuan. Hanya saja seorang laki-laki boleh memandikan istrinya dan seorang perempuan boleh memandikan suaminya. Satu hal yang juga perlu diketahui, bahwa disyariatkannya memandikan mayit adalah dalam rangka memuliakan dan membersihkannya. Ini wajib dilakukan kepada setiap mayit Muslim kecuali orang yang mati di dalam peperangan. Wallahu a’lam. Muttaqin)
LADUNI.ID, Jakarta Ada empat kewajiban yang mesti dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap orang yang meninggal atau mayit diantaranya memandikan, mengafani, menshalati, dan mengubur. Tentunya ada aturan dan tata cara tertentu yang mesti dilakukan dalam memandikan mayit. Pertama, yakni cara minimal memandikan jenazah yang sudah memenuhi makna mandi dan cukup untuk memenuhi kewajiban terhadap jenazah. Bila cara ini telah dilakukan dengan benar dan baik maka mayit bisa dikatakan telah dimandikan dan gugurlah kewajiban orang yang hidup terhadap si mayit. Syekh Salim menuturkan cara kedua ini dengan menjelaskan Artinya Dan sempurnanya memandikan mayit adalah membasuh kedua pantatnya, menghilangkan kotoran dari hidungnya, mewudlukannya, menggosok badannya dengan daun bidara, dan mengguyunya dengan air sebanyak tiga kali. Secara teknis Dr. Musthafa AlKhin menjelaskan cara kedua ini sebagai berikut 1. Mayit diletakkan di tempat yang sepi di atas tempat yang tinggi seperti papan kayu atau lainnya dan ditutup auratnya dengan kain. Pada masa sekarang ini di Indonesia sudah ada alat semacan keranda untuk memandikan jenazah yang terbuat dari bahan uluminium atau stenlis. Orang yang memandikan memposisikan jenazah duduk sedikit miring ke belakang dengan ditopang tangan kanannya, sementara tangan kirinya mengurut bagian perut jenazah dengan penekanan agar apa yang ada di dalamnya keluar. Kemudian membersihkan mulut dan hidungnya lalu mewudlukannya sebagaimana wudlunya orang hidup. Membasuh kepala dan muka si mayit dengan menggunakan sabun atau lainnya dan menyisir rambutnya bila memiliki rambut. Bila ada rambut yang tercabut maka dikembalikan lagi ke asalnya untuk ikut dikuburkan. Membasuh seluruh sisi kanan tubuh dari yang dekat dengan wajah, kemudian berpindah membasuh sisi kiri badan juga dari yang dekat dengan wajah. Kemudian membasuh bagian sisi kanan dari yang dekat dengan tengkuk, lalu berpindah membasuh bagian sisi kiri juga dari yang dekat dengan tengkuk. Dengan cara itu semua orang yang memandikan meratakan air ke seluruh tubuh si mayit. Disunahkan mengulangi dua kali lagi sebagaimana basuhan tersebut sehingga sempurna tiga kali basuhan. Disunahkan pula mencampur sedikit kapur barus di akhir basuhan bila si mayit bukan orang yang sedang ihram. Syekh Nawawi dalam kitabnya Kâsyifatus Sajâ menuturkan Jakarta Darul Kutub Islamiyah, 2008, disunahkan basuhan pertama dengan daun bidara, basuhan kedua menghilangkan daun bidara tersebut, dan basuhan ketiga dengan air bersih yang diberi sedikit kapur barus yang sekiranya tidak sampai merubah air. Hanya saja seorang lakilaki boleh memandikan istrinya dan seorang perempuan boleh memandikan suaminya. Satu hal yang juga perlu diketahui, bahwa disyariatkannya memandikan mayit adalah dalam rangka memuliakan dan membersihkannya. Ini wajib dilakukan kepada setiap mayit Muslim kecuali orang yang mati di dalam peperangan.
Memberikan Sumbangan Untuk Keluarga Non Muslim (Kafir) yang Meninggal
https://bimbinganislam.com/memberikan-sumbangan-untuk-keluarga-non-muslim-kafir-yang-meninggal/
Memberikan Sumbangan Untuk Keluarga Non Muslim (Kafir) yang Meninggal Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki adab dan akhlak yang luhur berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang memberikan sumbangan untuk keluarga kafir (non muslim) yang meninggal. Silahkan membaca. Pertanyaan : Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz & keluarga. Maaf mau tanya, Bagaimana hukumnya memberikan sumbangan (uang/barang) kepada orang lain (non muslim) yang meninggal dunia? Jazakumullahu khairan katstiira. (Disampaikan oleh Fulanah, Member grup WA BiAS) Jawaban : Alhamdulillh Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu Keadaan anda tidak terlepas dari 2 keadaan; 1. Jika yang dimaksud adalah memberikan pengorbanan sumbangan (uang/barang) kepada mayit non muslim dengan dikuburkan bersamanya di dalam kubur maka hal ini terlarang dan berdosa, sama saja bagi mayit muslim maupun non muslim dengan kesepakatan orang yang berakal sehat, karena hal itu adalah perbuatan sia-sia dan tidak bermanfaat bagi mereka yang telah di kubur dalam tanah. 2. kalau yang dimaksud adalah sumbangan bantuan khusus bagi keluarga mayit non muslim yang ditinggalkan pada acara kematian, maka pada asalnya ini adalah terlarang. Jangankan bantuan materi, ucapan bela sungkawa kepada non muslim dengan memohonkan ampunan terhadap mereka kepada Allah Taala saja adalah tidak boleh dan dihukumi haram. Allah Subhanahu Wa Taala berfirman: Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) Jahim. (QS. at-Taubah: 113) Para ulama telah konsensus dan sepakat (Ijma) bahwa perbuatan ini diharamkan: : Imam Nawawi -rohimahulloh- mengatakan: Adapun menyolati orang kafir, dan mendoakan agar diampuni dosanya, maka ini merupakan perbuatan haram, berdasarkan nash Alquran dan Ijma. (lihat al-Majmu 5/120). Jika terpaksa di lingkungan mayoritas non muslim dan ada maslahat? Jika ada peraturan desa atau adat istiadat yang mengharuskan bantuan / sumbangan bagi setiap keluarga yang ada anggotanya meninggal dunia, tanpa memandang perbedaan agama, tapi melihat karena akibat keadaan sosial maka hal ini perlu dirinci, keadaan dan kondisi setiap masyarakat di negeri ini (Indonesia) berbeda-beda. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menganalisis tentang hukum taziyah kepada non muslim, beliau berkata : : : : . Taziyah pada orang kafir apabila ia mati dan sudah ada karib kerabatnya yang mengurusnya maka para ulama berbeda pendapat. Diantara mereka ada yang mengatakan haram hukumnya. Dan diantara mereka ada yang mengatakan boleh. Diantara mereka ada yang merinci dengan mengatakan : Jika taziyah itu menghasilkan kemanfaatan seperti diharapkan mereka bisa masuk Islam, dan juga mencegah keburukan mereka yang tidak mungkin dicegah melainkan dengan taziyah, maka taziyah boleh ketika itu. Jika tidak ada kemanfaatan yang dihasilkan maka haram. Yang benar jika dengan taziyah justru difahami bahwa itu sebagai bentuk pemuliaan kepada orang kafir maka haram, jika tidak maka dilihat kemaslahatannya. (lihat Fatawa Fi Ahkamil Janaaiz, Hal. 353). Pendapat terpilih, anda boleh membantu dengan memberikan sumbangan (uang/barang) kepada keluarga non muslim yang meninggal anggota keluarganya tidak pada hari upacara kematian, tapi di lain hari dengan niat untuk dakwah fi sabilillah, melembutkan hatinya agar tergerak untuk bersimpati atau memilih agama Islam yang penuh toleran dan empati. Wallahu Taala Alam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Rabu, 27 Muharram 1442 H / 16 September 2020 M Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember (ilmuhadits), Dewan konsultasi BimbinganIslam Untuk melihat artikel lengkapdariUstadz Fadly Gugul klik disini
Memberikan Sumbangan Untuk Keluarga Non Muslim Kafir yang Meninggal Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki adab dan akhlak yang luhur berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang memberikan sumbangan untuk keluarga kafir non muslim yang meninggal. Pertanyaan Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz keluarga. Maaf mau tanya, Bagaimana hukumnya memberikan sumbangan uangbarang kepada orang lain non muslim yang meninggal dunia Jazakumullahu khairan katstiira. Disampaikan oleh Fulanah, Member grup WA BiAS Jawaban Alhamdulillh Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu Keadaan anda tidak terlepas dari 2 keadaan 1. Jika yang dimaksud adalah memberikan pengorbanan sumbangan uangbarang kepada mayit non muslim dengan dikuburkan bersamanya di dalam kubur maka hal ini terlarang dan berdosa, sama saja bagi mayit muslim maupun non muslim dengan kesepakatan orang yang berakal sehat, karena hal itu adalah perbuatan siasia dan tidak bermanfaat bagi mereka yang telah di kubur dalam tanah. Jangankan bantuan materi, ucapan bela sungkawa kepada non muslim dengan memohonkan ampunan terhadap mereka kepada Allah Taala saja adalah tidak boleh dan dihukumi haram. Allah Subhanahu Wa Taala berfirman Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orangorang yang beriman, memintakan ampun kepada Allah untuk orangorang musyrik, walaupun orangorang musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orangorang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahim. atTaubah 113 Para ulama telah konsensus dan sepakat Ijma bahwa perbuatan ini diharamkan Imam Nawawi rohimahulloh mengatakan Adapun menyolati orang kafir, dan mendoakan agar diampuni dosanya, maka ini merupakan perbuatan haram, berdasarkan nash Alquran dan Ijma. Jika terpaksa di lingkungan mayoritas non muslim dan ada maslahat Jika ada peraturan desa atau adat istiadat yang mengharuskan bantuan sumbangan bagi setiap keluarga yang ada anggotanya meninggal dunia, tanpa memandang perbedaan agama, tapi melihat karena akibat keadaan sosial maka hal ini perlu dirinci, keadaan dan kondisi setiap masyarakat di negeri ini Indonesia berbedabeda. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menganalisis tentang hukum taziyah kepada non muslim, beliau berkata . Taziyah pada orang kafir apabila ia mati dan sudah ada karib kerabatnya yang mengurusnya maka para ulama berbeda pendapat. Diantara mereka ada yang mengatakan haram hukumnya. Diantara mereka ada yang merinci dengan mengatakan Jika taziyah itu menghasilkan kemanfaatan seperti diharapkan mereka bisa masuk Islam, dan juga mencegah keburukan mereka yang tidak mungkin dicegah melainkan dengan taziyah, maka taziyah boleh ketika itu. Jika tidak ada kemanfaatan yang dihasilkan maka haram. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Rabu, 27 Muharram 1442 H 16 September 2020 M Ustadz Fadly Gugul S.Ag.
Banyak Orang Gemuk dan Obesitas adalah Salah Satu Tanda Kiamat
https://www.eramuslim.com/hikmah/banyak-orang-gemuk-dan-obesitas-adalah-salah-satu-tanda-kiamat/
Eramuslim.com – Dalam 30 tahun terakhir, tingkat obesitas meningkat 2 – 3 kali. Saat ini, 1 dari 10 penduduk dunia mengalami obesitas. 2,3 miliar penduduk dunia memiliki berat berlebih. Fakta ini membuktikan kebenaran hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa di akhir zaman akan banyak orang gemuk. Dan banyaknya orang gemuk ini merupakan salah satu tanda kiamat. “Umatku yang terbaik adalah (umat) pada masaku, lalu pada masa berikutnya, lalu pada masa berikutnya. Kemudian setelah itu, akan muncul suatu kaum yang bersaksi namun tidak bisa dipercaya, berkhiatan dan tidak bisa memegang amanah, bernazar namun tidak melaksanakannya, serta terlihat gemuk.” (HR. Bukhari dan Muslim) Syaikh Dr Muhammad Al Areifi membahas “banyak orang gemuk” ini dalam tanda ke-79 dari tanda-tanda kiamat. Dalam bukunya Nihayatul A’lam yang telah diterjemahkan menjadi Kiamat Sudah Dekat?, ia menjelaskan: “Barangkali, banyaknya orang gemuk di akhir zaman disebabkan oleh kekayaan yang melimpah, kesejahteraan yang merata, berbagai macam makanan dan minuman tersedia, segala bentuk manisan dan kudapan dapat dinikmati, dan orang makin malas menggerakkan badan. Orang-orang mulai menggunakan berbagai macam peralatan penunjang sehingga mereka tak perlu lagi berjalan kaki dan bergerak. Akibatnya, berat badan manusia pun bertambah baik pada orangtua maupun anak-anak.” Menurut penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation dari University of Washington yang yang dilansir Kumparan pada 14 Juni 2017, terjadi dua kali kenaikan angka obesitas di 73 negara dalam kurun 1980-2015. Bahkan meningkat tiga kali lipat di China, Brazil dan Indonesia. Tingkat obesitas tertinggi terjadi di Amerika Serikat, untuk orang dewasa di Mesir dan untuk anak-anak di China. Sedangkan di Afganistan, Bulgaria dan Kongo relatif tidak terjadi peningkatan. Di Amerika Serikat, 17 persen anak dan 38 persen orang dewasa mengalami obesitas. Di China, yang mengalaminya mencapai 58 juta orang dewasa dan 15 juta anak-anak. Di Indonesia, 15,4 persen orang dewasa mengalami obesitas. Angka ini menempatkan Indonesia masuk peringkat 10 di tingkat tertinggi di dunia. Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih dan bisa mengganggu kesehatan. Ia lebih banyak diderita perempuan yakni dengan angka 32,9 persen dibandingkan laki-laki yang berada di angka 19,7 persen. Secara medis, penderita obesitas terancam resiko penyakit diabetes, jantung dan berbagai kanker. Sekitar 4 juta kasus kematian pada tahun 2014 berkaitan dengan obesitas. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
Eramuslim.com Dalam 30 tahun terakhir, tingkat obesitas meningkat 2 3 kali. Saat ini, 1 dari 10 penduduk dunia mengalami obesitas. 2,3 miliar penduduk dunia memiliki berat berlebih. Fakta ini membuktikan kebenaran hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa di akhir zaman akan banyak orang gemuk. Dan banyaknya orang gemuk ini merupakan salah satu tanda kiamat. Umatku yang terbaik adalah umat pada masaku, lalu pada masa berikutnya, lalu pada masa berikutnya. Kemudian setelah itu, akan muncul suatu kaum yang bersaksi namun tidak bisa dipercaya, berkhiatan dan tidak bisa memegang amanah, bernazar namun tidak melaksanakannya, serta terlihat gemuk. HR. Bukhari dan Muslim Syaikh Dr Muhammad Al Areifi membahas banyak orang gemuk ini dalam tanda ke79 dari tandatanda kiamat. Dalam bukunya Nihayatul Alam yang telah diterjemahkan menjadi Kiamat Sudah Dekat, ia menjelaskan Barangkali, banyaknya orang gemuk di akhir zaman disebabkan oleh kekayaan yang melimpah, kesejahteraan yang merata, berbagai macam makanan dan minuman tersedia, segala bentuk manisan dan kudapan dapat dinikmati, dan orang makin malas menggerakkan badan. Orangorang mulai menggunakan berbagai macam peralatan penunjang sehingga mereka tak perlu lagi berjalan kaki dan bergerak. Akibatnya, berat badan manusia pun bertambah baik pada orangtua maupun anakanak. Menurut penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation dari University of Washington yang yang dilansir Kumparan pada 14 Juni 2017, terjadi dua kali kenaikan angka obesitas di 73 negara dalam kurun 19802015. Bahkan meningkat tiga kali lipat di China, Brazil dan Indonesia. Tingkat obesitas tertinggi terjadi di Amerika Serikat, untuk orang dewasa di Mesir dan untuk anakanak di China. Sedangkan di Afganistan, Bulgaria dan Kongo relatif tidak terjadi peningkatan. Di Amerika Serikat, 17 persen anak dan 38 persen orang dewasa mengalami obesitas. Di China, yang mengalaminya mencapai 58 juta orang dewasa dan 15 juta anakanak. Di Indonesia, 15,4 persen orang dewasa mengalami obesitas. Angka ini menempatkan Indonesia masuk peringkat 10 di tingkat tertinggi di dunia. Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih dan bisa mengganggu kesehatan. Ia lebih banyak diderita perempuan yakni dengan angka 32,9 persen dibandingkan lakilaki yang berada di angka 19,7 persen. Secara medis, penderita obesitas terancam resiko penyakit diabetes, jantung dan berbagai kanker. Sekitar 4 juta kasus kematian pada tahun 2014 berkaitan dengan obesitas. Muchlisin BKBersamaDakwah
Apakah Membunuh Seorang Mukmin Kekal Di Neraka?
https://bimbinganislam.com/apakah-membunuh-seorang-mukmin-kekal-di-neraka/
Apakah Membunuh Seorang Mukmin Kekal Di Neraka? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan apakah membunuh seorang mukmin kekal di neraka? Selamat membaca. Pertanyaan: Assalmualaikum ustadz. Semoga Allh selalu merahmati dan melindungi ustadz dan seluruh umat muslim. Ustadz, dalam surat An-Nisa: 93 disebutkan bahwa orang yang membunuh mumin dengan sengaja, maka akan kekal di neraka. Yang manakah pendapat yang lebih kuat ustadz, apakah pembunuh tersebut mendapat ampunan jika bertaubat atau tidak? Jazkallhu khairan. (Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS) Jawaban: Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh Aamiin, juga semoga Allah mengumpulkan kita semua di dalam surgaNya. Sebagaimana firman Allah ta`ala: Dan barangsiapa yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam. Ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. An-Nis`/4:93) Sebagaimana yang dipahami bahwa kekal yang dimaksudkan menunjukkan beratnya siksa bukan kekal bermakna abadi di neraka, selama orang yang melakukan pembunuhan tersebut masih sebagai seorang muslim. Terkait dengan para pelaku dosa besar atau dalam hal ini dosa pembunuhan apakah akan diampuni oleh Allah ta`ala bila bertaubat atau tidak akan diampuni? Pendapat ahlussunnah wal jamaah, yang berbeda dengan pendapat madhab Khawarij atau Mu`tazilah, bahwa para pelaku dosa besar dan masuk di dalamnya pelaku pembunuhan, tidaklah dianggap telah keluar dari Islam, dan kekal di neraka. Kekekalan di neraka hanya akan dijatuhkan kepada orang yang kafir atau munafik. Sehingga pelaku dosa besar atas kehendak dan rahmat Allah akan diampuni oleh Allah bila bertaubat dari perbuatannya. Sebagaimana yang telah Allah nyatakan dari banyak ayatnya, semisal di dalam firman Allah ta`ala, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa di bawah (dosa syirik) tersebut, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (QS. An-Nisaa`: 48) { (68) (69) (70) (71)} Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (QS. Al-Furqon : 68 71) Dan ayat-ayat yang lainnya yang menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni seorang muslim yang berbuat kesalahan, selain dosa syirik, atas kehendak dan ketetapan Allah. Terkait dengan permasalahan kata kekal yang diancamkan pada ayat tersebut, atau bahkan pada sebagian ayat-ayat yang lain yang mengancam para pelaku dosa besar dengan menggunakan kata kekal di neraka atau dengan kata telah kafir atau kata yang serupa para ulama memberikan arahan bahwa yang dimaksudkan bahwa kata atau kalimat tersebut tidak sampai mengeluarkan seseorang dari keislaman dan mengekalkannya di neraka. Ia hanya sebagai celaan dan ancaman kuat dari Allah kepada para pelaku tersebut dengan maksud penekanan bahwa perbuatan itu adalah dosa besar pelakunya akan bisa mendapatkan siksa besar bila ia tidak mau bertaubat kepada Allah. Terkait dengan apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ad-Dhohak, dan ulama yang lain, yang berpendapat bahwa tidak ada taubat dari dosa pembunuhan yang disengaja, pendapat itu dijelaskan oleh para ulama bawa ia adalah bagian dari ancaman yang sangat tegas kepada para pelaku tersebut, namun tidak menunjukkan bahwa ia akan kekal abadi dan tidak akan keluar dari neraka selama lamanya, karena ayat dan hadist menunjukkan bahwa seorang muslim yang bertaubat secara benar Allah akan mengampuninya, atas kehendak dan ketetapannya. Sebagaimana ayat yang telah disebutkan sebelumnya. Juga sebagian ulama memahami bahwa maksud dari Ibnu Abbas dan Ad-Dhohak adalah ditujukan kepada mereka yang telah menghalalkan pembunuhan tersebut, sehingga ia telah menjadi kafir karena telah berani menghalalkan yang diharamkan oleh Allah. Sebagian yang lain menafsirkan, bahwa kekekalan yang dimaksudkan adalah lamanya tinggal di dalamnya, tidak menunjukkan abadinya ia di tempat tersebut. Sebagaimana orang Arab biasa menggunakan kata kekal kepada makna lama/panjangnya tinggal di tempat tertentu. Wallahu a`lam. Silahkan lihat link berikut untuk memperjelas dalam masalah ini: Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA. Rabu, 11 Safar 1444 H/ 7 September 2022 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik di sini
Apakah Membunuh Seorang Mukmin Kekal Di Neraka Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan apakah membunuh seorang mukmin kekal di neraka Selamat membaca. Semoga Allh selalu merahmati dan melindungi ustadz dan seluruh umat muslim. Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS Jawaban Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh Aamiin, juga semoga Allah mengumpulkan kita semua di dalam surgaNya. Sebagaimana firman Allah taala Dan barangsiapa yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam. Ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. AnNis493 Sebagaimana yang dipahami bahwa kekal yang dimaksudkan menunjukkan beratnya siksa bukan kekal bermakna abadi di neraka, selama orang yang melakukan pembunuhan tersebut masih sebagai seorang muslim. Kekekalan di neraka hanya akan dijatuhkan kepada orang yang kafir atau munafik. Sebagaimana yang telah Allah nyatakan dari banyak ayatnya, semisal di dalam firman Allah taala, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa di bawah dosa syirik tersebut, bagi siapa yang dikehendakiNya. AnNisaa 48 68 69 70 71 Dan orangorang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenarbenarnya. Ia hanya sebagai celaan dan ancaman kuat dari Allah kepada para pelaku tersebut dengan maksud penekanan bahwa perbuatan itu adalah dosa besar pelakunya akan bisa mendapatkan siksa besar bila ia tidak mau bertaubat kepada Allah. Terkait dengan apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, AdDhohak, dan ulama yang lain, yang berpendapat bahwa tidak ada taubat dari dosa pembunuhan yang disengaja, pendapat itu dijelaskan oleh para ulama bawa ia adalah bagian dari ancaman yang sangat tegas kepada para pelaku tersebut, namun tidak menunjukkan bahwa ia akan kekal abadi dan tidak akan keluar dari neraka selama lamanya, karena ayat dan hadist menunjukkan bahwa seorang muslim yang bertaubat secara benar Allah akan mengampuninya, atas kehendak dan ketetapannya. Sebagaimana ayat yang telah disebutkan sebelumnya. Juga sebagian ulama memahami bahwa maksud dari Ibnu Abbas dan AdDhohak adalah ditujukan kepada mereka yang telah menghalalkan pembunuhan tersebut, sehingga ia telah menjadi kafir karena telah berani menghalalkan yang diharamkan oleh Allah. Sebagian yang lain menafsirkan, bahwa kekekalan yang dimaksudkan adalah lamanya tinggal di dalamnya, tidak menunjukkan abadinya ia di tempat tersebut. Sebagaimana orang Arab biasa menggunakan kata kekal kepada makna lamapanjangnya tinggal di tempat tertentu. Silahkan lihat link berikut untuk memperjelas dalam masalah ini Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mutashim, Lc. Rabu, 11 Safar 1444 H 7 September 2022 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam BIAS, alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc.,
643. CARA MENCUKUR RAMBUT KETIAK DAN KEMALUAN
https://www.piss-ktb.com/2011/11/643-lain-lin-mencukur-rambut-ketiak-dan.html
PERTANYAAN : Assalamualaikum, mau nanya neh, tapi MAAF kalau kurang sopan, adab mencukur bulu ketiak dan bulu kemaluan tuh, ada aturannya tidak ya dalam islam,terus baiknya berapa hari, bulan skali ? Sekali lagi maaf jika pertanyaan aneh. [Zhuvryatna Mencoba Berubah]. JAWABAN : Wa'alaikumussalaam. Disunahkan setiap 40 hari dicukur, ada haditsnya di dalam kitab Riyadus sholihin, tetapi kalau belum 40 sudah terlalu banyak ya tidak harus tunggu 40 hari. [Kitab Bajuri bil ma'na]. Dalam Sunan Turmudzi disebutkan : : . Bercerita pada kami Qutaibah, Bercerita pada kami Jafar bin Sulaiman, Bercerita pada kami Abi Imram al-Juwainy, Bercerita pada kami Anas Bin Malik ra, ia berkata, berkata padaku Rasulullah SAW kami memberi batas waktu dalam mencukur kumis, memotong, membersihkan bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan agar tidak ditinggalkan lebih dari batas waktu 40 hari (HR. Muslim). - Mughnil Muhtaj : . : . Dan hendaknya dicukur bulu kemaluan, dipotong kuku, dicabuti bulu ketiak dan boleh bila bulu ketiak dicukur, bulu kemaluan dicabuti dan yang demikian justru lebih sesuai asal kesunahan.Pengarang berkata dalam kitab at-Tahdziib Yang disunahkan bagi pria mencukur bulu kemaluan, bagi wanita mencabutinya, bagi banci seperti wanita seperti yang telah dibahas oleh guru kami.Aanah adalah bulu yang tumbuh disekitar kemaluan dan dubur. - Fatawi Ibnu Hajar AlHaitami : : ( Karenanya para imam-imam (tokoh-tokoh ulama) berkata dalam hal mencukur bulu kemaluan, ketiak, memotong kuku dan kumis Yang demikian tidak dibatasi dengan masa namun akan berbeda masanya di masing-masing tubuh seseorang dan kondisinya, maka yang menjadi pertimbangan dalam kesunahannya adalah waktu yang sesuai saat dibutuhkan menghilangkannya pagi setiap personal individu seseorang. - Fathul Bari juz 11 hal 523 : Dan dibedakan hukum dalam mencabuti bulu ketiak dengan mencukur bulu kemaluan yakni bahwa mencabut dan mencukur bulu ketiak boleh dilakukan orang lain berbeda dengan mencukur bulu kemaluan maka haram dilakukan orang lain kecuali bagi orang yang punya hak diperbolehkan memegang serta melihatnya seperti sepasng suami istri. - Syarah Nawawi 'ala shahih muslim : . : : . Sedang dalam mencabuti bulu ketiak maka sunah hukumnya atas kesepakatan ulama, yang utama mencabutinya bagi orang yang kuat (menahan sakitnya) dan kesunahannya juga sudah diperoleh dengan dicukur dan (dihilangkan memakai) kapur.Dihikayahkan dari Yunus Bin Abd al-Alaa aku mendatangi as-Syafii dan didekatnya al-Muziin yang sedang mencukur bulu ketiaknya, as-Syafii berkata Aku tahu bahwa yang sunah mencabutinya namun aku tidak kuat sakit. Dan disunahkan memulai dengan bulu ketiak bagian kanan. [Arwandi Arwan, Teguh Satriyono, Alif Jum'an Azend].
PERTANYAAN Assalamualaikum, mau nanya neh, tapi MAAF kalau kurang sopan, adab mencukur bulu ketiak dan bulu kemaluan tuh, ada aturannya tidak ya dalam islam,terus baiknya berapa hari, bulan skali Sekali lagi maaf jika pertanyaan aneh. Zhuvryatna Mencoba Berubah. JAWABAN Waalaikumussalaam. Disunahkan setiap 40 hari dicukur, ada haditsnya di dalam kitab Riyadus sholihin, tetapi kalau belum 40 sudah terlalu banyak ya tidak harus tunggu 40 hari. Kitab Bajuri bil mana. Dalam Sunan Turmudzi disebutkan . Bercerita pada kami Qutaibah, Bercerita pada kami Jafar bin Sulaiman, Bercerita pada kami Abi Imram alJuwainy, Bercerita pada kami Anas Bin Malik ra, ia berkata, berkata padaku Rasulullah SAW kami memberi batas waktu dalam mencukur kumis, memotong, membersihkan bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan agar tidak ditinggalkan lebih dari batas waktu 40 hari HR. Muslim. Mughnil Muhtaj . . Dan hendaknya dicukur bulu kemaluan, dipotong kuku, dicabuti bulu ketiak dan boleh bila bulu ketiak dicukur, bulu kemaluan dicabuti dan yang demikian justru lebih sesuai asal kesunahan.Pengarang berkata dalam kitab atTahdziib Yang disunahkan bagi pria mencukur bulu kemaluan, bagi wanita mencabutinya, bagi banci seperti wanita seperti yang telah dibahas oleh guru kami.Aanah adalah bulu yang tumbuh disekitar kemaluan dan dubur. Fatawi Ibnu Hajar AlHaitami Karenanya para imamimam tokohtokoh ulama berkata dalam hal mencukur bulu kemaluan, ketiak, memotong kuku dan kumis Yang demikian tidak dibatasi dengan masa namun akan berbeda masanya di masingmasing tubuh seseorang dan kondisinya, maka yang menjadi pertimbangan dalam kesunahannya adalah waktu yang sesuai saat dibutuhkan menghilangkannya pagi setiap personal individu seseorang. Fathul Bari juz 11 hal 523 Dan dibedakan hukum dalam mencabuti bulu ketiak dengan mencukur bulu kemaluan yakni bahwa mencabut dan mencukur bulu ketiak boleh dilakukan orang lain berbeda dengan mencukur bulu kemaluan maka haram dilakukan orang lain kecuali bagi orang yang punya hak diperbolehkan memegang serta melihatnya seperti sepasng suami istri. Syarah Nawawi ala shahih muslim . . Sedang dalam mencabuti bulu ketiak maka sunah hukumnya atas kesepakatan ulama, yang utama mencabutinya bagi orang yang kuat menahan sakitnya dan kesunahannya juga sudah diperoleh dengan dicukur dan dihilangkan memakai kapur.Dihikayahkan dari Yunus Bin Abd alAlaa aku mendatangi asSyafii dan didekatnya alMuziin yang sedang mencukur bulu ketiaknya, asSyafii berkata Aku tahu bahwa yang sunah mencabutinya namun aku tidak kuat sakit. Dan disunahkan memulai dengan bulu ketiak bagian kanan. Arwandi Arwan, Teguh Satriyono, Alif Juman Azend.
Bolehkah Istri Meninggalkan Rumah Tanpa Izin Suami?
https://konsultasisyariah.com/6557-bolehkah-istri-meninggalkan-rumah-tanpa-izin-suami.html
Pertanyaan: Saya mau tanya. Jika dalam pernikahan, suami hanya memberikan nafkah batin sedangkan lahir tidak terpenuhi, apa hukumnya? Dan apabila sang istri tidak tahan dan prgi meninggalkan sang suami selama 2 tahun, istri tidak mendapat nafkah lahir maupun batin, apakah istri bisa minta cerai kepada suami? Karena tidak tahan dengan rumah tangga yang dalam keadaan pisah ranjang dan tidak bisa dipertahankan. Bagaimana solusinya menurut Ustadz? Makasih. Dari: Dewi Listyawati (dewi**@yahoo.***) Jawaban: Istri tidak boleh keluar rumah tanpa izin suami. Jika memang suami tidak memberi nafkah lahir, Anda boleh minta cerai. Konsultasikan lebih lanjut masalah ini di BP4 KUA setempat. Dijawab oleh Ustadz Aris Munandar, S.S., M.Pi. (Dewan Pembina Konsultasi Syariah). Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Pertanyaan Saya mau tanya. Jika dalam pernikahan, suami hanya memberikan nafkah batin sedangkan lahir tidak terpenuhi, apa hukumnya Dan apabila sang istri tidak tahan dan prgi meninggalkan sang suami selama 2 tahun, istri tidak mendapat nafkah lahir maupun batin, apakah istri bisa minta cerai kepada suami Karena tidak tahan dengan rumah tangga yang dalam keadaan pisah ranjang dan tidak bisa dipertahankan. Bagaimana solusinya menurut Ustadz Makasih. Dari Dewi Listyawati dewiyahoo. Jawaban Istri tidak boleh keluar rumah tanpa izin suami. Jika memang suami tidak memberi nafkah lahir, Anda boleh minta cerai. Konsultasikan lebih lanjut masalah ini di BP4 KUA setempat. Dijawab oleh Ustadz Aris Munandar, S.S., M.Pi. Dewan Pembina Konsultasi Syariah. Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Lupa Jumlah Puasa Nadzar, Apa Yang Harus Dilakukan?
https://bimbinganislam.com/lupa-jumlah-puasa-nadzar-apa-yang-harus-dilakukan/
Lupa Jumlah Puasa Nadzar, Apa Yang Harus Dilakukan? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan jika lupa jumlah puasa nadzar, apa yang harus dilakukan? Selamat membaca. Pertanyaan: Bismillah. Ustad izin bertanya, saya dulu sewaktu SMP bernazar akan berpuasa jika saya sudah pakai jilbab. Dahulu niatan saya agar Allah memudahkan saya memakai hijab. Namun saat itu saya belum tahu hukum rinci tentang nazar. Yang saya tahu saat itu nazar adalah hal yang bagus. Pertanyaannya, saya lupa dulu sudah saya kerjakan atau belum, dan saya terlupa juga berapa jumlah puasanya. Apa yang harus saya lakukan Ustad? Apakah boleh saya menggantinya dengan berpuasa 3 Hari? Dan apakah puasa tersebut harus berturut-turut 3 hari Ustad? (Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS) Jawaban: Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh Nadzar Sebagaimana yang kita tahu, bahwa nadzar terjadi ketika seorang muslim mewajibkan sesuatu pada dirinya karena ingin ketaatan kepada Allah Taala, di mana tanpa hal itu yaitu nadzar- dia tidak melakukan hal itu. Seperti perkataannya: Demi Allah Taala, wajib bagiku berpuasa dalam sehari, atau shalat dua rakaat.. Sehingga menjadi keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah dinadzarkannya. Perbedaan Nadzar dengan Janji Hendaknya dibedakan antara nadzar dengan janji, karena tidak semua janji/keinginan diri bagian dari nazar. Biasanya, nadzar adalah sesuatu yang terucap dengan lisannya, berbeda dengan janji, yang biasanya sebatas keinginan yang ada di dalam hati atau sebatas janji yang ingin ia lakukan tanpa ada penekanan yang kuat seperti halnya nadzar. Berkata Syekh bin Baaz dalam menjelaskan antara janji dan nadzar ketika beliau ditanya, Kadang-kadang saya berkata, misalnya: Jika saya berhasil, saya akan thawaf di sekitar Kabah atau akan melakukan ibadah lainnya, kemudian setelah saya menerima apa yang saya inginkan, saya tidak ingat apa yang saya katakan. Pertanyaannya: Apa nasihat Anda tentang hal seperti itu? Jika saya lupa apa yang harus saya lakukan? Apakah saya berusaha dan melakukan apa yang saya ingat? Kemudian Syekh Bin Baaz menjawab, : : . : : [:91] : . : . Ada rinciannya, jika itu nadzar maka harus dipenuhi, semisal Anda katakan, atasku nadzar untuk Allah bila aku berhasil atau mendapatkan ini aku akan shalat begini dan begini atau aku akan thawaf atau umrah atau haji. Maka wajib bagimu untuk memenuhinya sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasalamma, barang siapa yang bernadzar untuk menaati Allah maka hendaknya ia menaatiNya. Namun, bila sekadar omongan/keinginan bahwa kamu akan melakukan ini insyaallah, maka hal itu adalah janji. Memang, sebaiknya Anda penuhi janjimu, namun ia bukan nadzar. Bila kamu katakan, insyaallah bila saya berhasil aku akan puasa, atau akan shalat ini atau akan berhaji, maka sebaiknya dan disyariatkan Anda untuk memenuhinya. Sebagaimana firman Allah ta`ala, penuhilah janji Allah bila kalian berjanji. (QS. An-Nahl : 91). Ini bagian dari jenis janji, walau tidak begitu jelas dengan janji, namun itu adalah janji yang baik, yang seyogyanya Anda tunaikan. Apa yang Anda katakan, insyaallah aku akan puasa, atau akan shalat atau akan haji, maka yang lebih utama Anda berusaha untuk memenuhi janji tersebut. Namun tidak wajib, karena bukan termasuk janji ataupun nadzar. Perintah yang harus dilakukan pada sebuah nadzar ataupun janji, bedanya bila ia hanya sebuah keinginan kuat/janji maka tidak ada konsekuensi/sangsi bila tidak lakukan, dan bila ia termasuk nadzar maka akan ada sanksi/kaffaroh bila tidak dijalankan. Sehingga, bila memang benar itu nadzar, maka hukumnya tidak sampai kepada hukum haram, terlebih sebelumnya tidak ada ilmu terhadap masalah nadzar yang melarang untuk melakukan nadzar karena tidak lah muncul kecuali dari seorang yang pelit untuk melakukan kebaikan, seakan tidak mau melakukan kebaikan kecuali dengan dipaksa. Tetap hendaknya ia harus menunaikan nadzar taatnya tersebut, sebagaimana firman Allah Taala , Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka. (QS. Al Hajj: 29) Dari Aisyah radhiyallahu anha, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya. (HR. Bukhari no. 6696) Kaffarah Nadzar Bila memungkinkan untuk dilaksanakan nadzar tersebut maka kewajiban seseorang untuk menjalankan sesuai dengan apa yang telah diucapkannya. Bila ternyata dirinya lemah/tidak mungkin untuk melakukannya, maka di sana ada sanksi sebagai kaffarah/penghapus dari kelemahan/pelanggarannya. Di antaranya dengan menjalankan salah satu amalan berikut: 1. Memberi makan kepada sepuluh orang miskin, atau 2. Memberi pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau 3. Memerdekakan satu orang budak Jika tidak mampu ketiga hal di atas, barulah ia dapat menunaikan pilihan berpuasa selama tiga hari. Sebaiknya berturut turut bila memungkinkan. Sebagaimana firman Allah ta`ala, Maka kaffarah sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan pertengahan yang biasa kalian berikan kepada keluarga kalian, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa yang tidak sanggup melakukannya, maka hendaknya dia berpuasa selama tiga hari. Itulah kaffarat sumpah-sumpah kalian bila kalian bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpah-sumpah kalian. Demikianlah Allah menerangkan kepada kalian ayat-ayatNya agar kalian bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al-Maidah: 89) Apabila ragu, apakah saya dulu bernadzar? Bila ragu atau lupa, maka yakinkan apa yang telah dilakukan. Bila sama sekali lupa, maka sebaiknya TIDAK dianggap ada, karena pada dasarnya amalan tersebut tidak ada. Kesimpulan Sehingga (ababila yakin bernadzar, dan tidak mampu membayarnya, maka) harus dilakukan amalan kaffaroh tersebut. Namun sekali lagi harus diingat, bahwa kaffaroh /sangsi dilakukan bila seseorang memang benar benar tidak bisa melakukan apa yang menjadi nadzarnya. Bila bisa, maka yang terbaik adalah dengan menunaikan nadzarnya. Wallahu a`lam.. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA. 6 Safar 1444 H/ 2 September 2022 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik di sini
Lupa Jumlah Puasa Nadzar, Apa Yang Harus Dilakukan Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan jika lupa jumlah puasa nadzar, apa yang harus dilakukan Selamat membaca. Ustad izin bertanya, saya dulu sewaktu SMP bernazar akan berpuasa jika saya sudah pakai jilbab. Dahulu niatan saya agar Allah memudahkan saya memakai hijab. Yang saya tahu saat itu nazar adalah hal yang bagus. Pertanyaannya, saya lupa dulu sudah saya kerjakan atau belum, dan saya terlupa juga berapa jumlah puasanya. Seperti perkataannya Demi Allah Taala, wajib bagiku berpuasa dalam sehari, atau shalat dua rakaat Sehingga menjadi keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah dinadzarkannya. Pertanyaannya Apa nasihat Anda tentang hal seperti itu Jika saya lupa apa yang harus saya lakukan Apakah saya berusaha dan melakukan apa yang saya ingat Kemudian Syekh Bin Baaz menjawab, . Ada rinciannya, jika itu nadzar maka harus dipenuhi, semisal Anda katakan, atasku nadzar untuk Allah bila aku berhasil atau mendapatkan ini aku akan shalat begini dan begini atau aku akan thawaf atau umrah atau haji. Maka wajib bagimu untuk memenuhinya sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasalamma, barang siapa yang bernadzar untuk menaati Allah maka hendaknya ia menaatiNya. Namun, bila sekadar omongankeinginan bahwa kamu akan melakukan ini insyaallah, maka hal itu adalah janji. Perintah yang harus dilakukan pada sebuah nadzar ataupun janji, bedanya bila ia hanya sebuah keinginan kuatjanji maka tidak ada konsekuensisangsi bila tidak lakukan, dan bila ia termasuk nadzar maka akan ada sanksikaffaroh bila tidak dijalankan. Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiatiNya. Bila ternyata dirinya lemahtidak mungkin untuk melakukannya, maka di sana ada sanksi sebagai kaffarahpenghapus dari kelemahanpelanggarannya. Di antaranya dengan menjalankan salah satu amalan berikut 1. Memberi makan kepada sepuluh orang miskin, atau 2. Sebaiknya berturut turut bila memungkinkan. Sebagaimana firman Allah taala, Maka kaffarah sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan pertengahan yang biasa kalian berikan kepada keluarga kalian, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa yang tidak sanggup melakukannya, maka hendaknya dia berpuasa selama tiga hari. Itulah kaffarat sumpahsumpah kalian bila kalian bersumpah dan kamu langgar. Demikianlah Allah menerangkan kepada kalian ayatayatNya agar kalian bersyukur kepadaNya. AlMaidah 89 Apabila ragu, apakah saya dulu bernadzar Bila ragu atau lupa, maka yakinkan apa yang telah dilakukan. Bila sama sekali lupa, maka sebaiknya TIDAK dianggap ada, karena pada dasarnya amalan tersebut tidak ada. Kesimpulan Sehingga ababila yakin bernadzar, dan tidak mampu membayarnya, maka harus dilakukan amalan kaffaroh tersebut. Bila bisa, maka yang terbaik adalah dengan menunaikan nadzarnya. Wallahu alam Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mutashim, Lc. 6 Safar 1444 H 2 September 2022 M Ustadz Mutashim Lc.,
Malam Lailatul Qadar dan Perubahan Hidup
https://www.laduni.id/post/read/74884/malam-lailatul-qadar-dan-perubahan-hidup.html
Laduni.ID, Jakarta - Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satunya adalah Lailatul Qadar yang diturunkan pada sepuluh hari terakhir. Yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sehingga nilai ibadah bagi orang yang mendapatkannya lebih baik dari pada beribadah 83 tahun lamanya. Lailatul Qadar hanya diberikan kepada umat Muhammad Saw karena umur hidupnya rata-rata tidak sampai 100 bulan. Dalam suatu riwayat, bahwa ayat tentang Lailatul Qadar (surat Al-Qadar) diturunkan berkenaan dengan kekaguman sahabat Nabi Saw kepada seorang Bani Israil. Dikisahkan bahwa Rasulullah Saw menceritakan tentang seorang laki-laki dari Bani Israil yang hidup dalam kesempurnaan sebagai hamba. Hari-harinya, siang dan malam di isi dengan ibadah kepada Allah Swt. Pada malam hari ia berdoa, dan siang hari ia berjuang untuk berdakwah dijalan Allah Swt. Baca Juga: Catat, Inilah Tanda Malam Lailatul Qadar Kisah ini membuat kagum kaum Muslimin. Mereka tentu membayangkan betapa mulianya hidup laki-laki Bani Israil itu. Sanggupkah mereka melampaui perilaku seperti itu?. Jika di hitung-hitung, usia rata-rata umat Bani Israil 80 tahunan, sementara kaum muslimin di bawah itu. Tentu secara matematis, tak akan bisa mengejar “kesempurnaan ibadah” yang dilakukan laki-laki dari Bani Israil. Kemudian Malaikat Jibril membawa wahyu ayat Al-Qadar yang menceritakan bahwa umat muslim yang mendapatkan Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan pahalanya lebih baik dari pada ibadah 1000 bulan, sehingga nilainya lebih dari 80 tahun. Kata qadar sendiri paling tidak digunakan untuk tiga arti: Pertama, penetapan dan pengaturan sehingga Lailatul Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Kedua, kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur`sn, serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Ketiga, sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi. Ketiga arti tersebut dapat disatukan menjadi satu makna tentang Lailatul Qadar, yaitu malam yang mulia, yang bila diraih akan menetapkan masa depan manusia, dan bahwa pada malam itu malaikat-malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan sehingga bumi menjadi sempit. Lailatul Qadar ditegaskan oleh Nabi Saw akan turun pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan karena hanya orang yang suci, sadar dan taat yang akan mendapatkannya. Setelah muslim melalui tahapan rahmah (kasih sayang) di sepuluh hari pertama, lalu maghfirah (pengampunan) di sepuluh hari kedua maka diharapkan pada sepuluh terakhir, “final” di bulan Ramadhan telah mencapai kesucian sehingga ia terpilih menjadi hamba Allah Swt yang yang pantas mendapat Lailatul Qadar. Baca Juga: Mengapa Allah Merahasiakan Malam Lailatul Qadar? Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar akan merasakan hadirnya malaikat pada malam hari sehingga jiwanya selalu terdorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan, dan hatinya salaam (rasa aman dan damai) yang tak terbatas sampai fajar malam Lailatul Qadar, bahkan sampai akhir hayat menuju fajar upan baru di hari kemudian kelak. Lailatul Qadar yang turun kepada Rasulullah Saw terjadi pada bulan Ramadhan pada saat melakukan perenungan diri di Gua Hira‟ tentang dan upan manusia. Saat jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah Al-Ruh (Jibril) membawa ajaran dan bimbingan dari Allah Swt, sehingga terjadi perubahan total dalam perjalanan hidup Nabi Saw, bahkan perjalanan hidup umat manusia. Ajaran yang diturunkan oleh Allah Swt pada Lailatul Qadar adalah kitab Al-Qur‟ȃn sebagai pedoman umat manusia. Ayat Al-Qur‟ȃn al-Karîm yang diturunkan oleh Allah Swt pada tanggal 17 Ramadhan kepada Nabi Muhammad Saw adalah Iqra‟: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.123 Ayat ini menunjukkan bahwa kelebihan umat manusia adalah ilmu yang dapat diperoleh melalui membaca dan tulisan (qalam). Baca Juga: Perjuangan KH. Hasyim Asy’ari Melawan Belanda Dalam kontek membaca Al-Qur‟ȃn terdapat tiga tipe pembaca: Pertama, membaca Al-Qur‟ȃn sebagai ritual, penyejuk hati dan rutinis sebagai muslim. Bacaan ini hanya berpengaruah kepad aspek ibadah yang berhubungan dengan Allah semata. Kedua, membaca Al-Qur‟ȃn yang sekaligus memahami maknanya, sehingga pembaca memahami kandungan Al-Qur‟ȃn Al-Karîm dan mengagumi keagungannya. Namun belum tentu membacanya untuk dapat diterapkan dalam upannya. Tipe ini dapat dilakukan oleh orang yang beriman dan yang tidak beriman. Ketiga, membaca Al-Qur‟ȃn Al-Karîm selalin untuk ibadah dan pengetahuan juga untuk diterapkan dalam setiap langkah upannya. Pola baca yang ketiga inilah yang dianjurkan untuk setiap muslim yang membaca Al-Qur‟ȃn Al-Karîm. Sebab, ayat Iqra‟ yang diturunkan pertama kali dalam wahyu Allah Swt. bersambung dengan menyebut nama-Nya. Ini menunjukkan bahwa membaca Al-Qur‟ȃn dan membaca fenomena (ayat Al-Qur‟ȃn dan ayat kauniyah/fenomena alam) tidak boleh dilepaskan dengan teologi dan keimanan. Intelektualitas mestinya paralel dengan keimanan, demikian juga keimanan harus diringi dengan pengetahuan. Intelektualitas yang lepas dari keimanan maka akan melahirkan kezaliman dan malapetaka yang menjauhkan dari Allah Swt. Nabi Muhammad Saw bersabda: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya tetapi tidak mendapat petunjuk Allah maka ia akan tambah jauh dari Allah.”124 Demikian juga keimann tanpa pengetahuan akan melahirkan fanatisme dan buta, sehingga agama jauh dari misi sebenannya. Membaca harus menjadi pijakan dalam meraih ketenangan dalam beriman kepada Allah Swt. Kerangka berpikir harus berpijak kepada yang mengantarkan kepada kesalehan intelektualitas. Demikian juga keimanan harus berpijak kepada pengetahuan sehingga menjadi mukmin yang bertaqwa. Nah, Lailatul Qadar yang membawa Al-Qur‟ȃn semestinya membawa perubahan umat muslim kepada upan yang damai dengan pengetahuan dan keimanannya. Source: Buku menyingkap tabir puasa Ramadhan (penulis KH. Cholil Nafis, Lc, Ph.D diterbitkan oleh Mitra Abadi Press, Jagakarsa Jakarta Selatan)
ID, Jakarta Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satunya adalah Lailatul Qadar yang diturunkan pada sepuluh hari terakhir. Dikisahkan bahwa Rasulullah Saw menceritakan tentang seorang lakilaki dari Bani Israil yang hidup dalam kesempurnaan sebagai hamba. Hariharinya, siang dan malam di isi dengan ibadah kepada Allah Swt. Sanggupkah mereka melampaui perilaku seperti itu. Jika di hitunghitung, usia ratarata umat Bani Israil 80 tahunan, sementara kaum muslimin di bawah itu. Tentu secara matematis, tak akan bisa mengejar kesempurnaan ibadah yang dilakukan lakilaki dari Bani Israil. Kemudian Malaikat Jibril membawa wahyu ayat AlQadar yang menceritakan bahwa umat muslim yang mendapatkan Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan pahalanya lebih baik dari pada ibadah 1000 bulan, sehingga nilainya lebih dari 80 tahun. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi. Lailatul Qadar ditegaskan oleh Nabi Saw akan turun pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan karena hanya orang yang suci, sadar dan taat yang akan mendapatkannya. Saat jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah AlRuh Jibril membawa ajaran dan bimbingan dari Allah Swt, sehingga terjadi perubahan total dalam perjalanan hidup Nabi Saw, bahkan perjalanan hidup umat manusia. Ayat AlQurȃn alKarîm yang diturunkan oleh Allah Swt pada tanggal 17 Ramadhan kepada Nabi Muhammad Saw adalah Iqra Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.123 Ayat ini menunjukkan bahwa kelebihan umat manusia adalah ilmu yang dapat diperoleh melalui membaca dan tulisan qalam. Bacaan ini hanya berpengaruah kepad aspek ibadah yang berhubungan dengan Allah semata. Namun belum tentu membacanya untuk dapat diterapkan dalam upannya. Tipe ini dapat dilakukan oleh orang yang beriman dan yang tidak beriman. Pola baca yang ketiga inilah yang dianjurkan untuk setiap muslim yang membaca AlQurȃn AlKarîm. Intelektualitas mestinya paralel dengan keimanan, demikian juga keimanan harus diringi dengan pengetahuan. Intelektualitas yang lepas dari keimanan maka akan melahirkan kezaliman dan malapetaka yang menjauhkan dari Allah Swt. Nabi Muhammad Saw bersabda Barangsiapa yang bertambah ilmunya tetapi tidak mendapat petunjuk Allah maka ia akan tambah jauh dari Allah.124 Demikian juga keimann tanpa pengetahuan akan melahirkan fanatisme dan buta, sehingga agama jauh dari misi sebenannya. Membaca harus menjadi pijakan dalam meraih ketenangan dalam beriman kepada Allah Swt. Demikian juga keimanan harus berpijak kepada pengetahuan sehingga menjadi mukmin yang bertaqwa. Source Buku menyingkap tabir puasa Ramadhan penulis KH. D diterbitkan oleh Mitra Abadi Press, Jagakarsa Jakarta Selatan
Durhaka dan Maksiat karena Takdir dan Kehendak Allah
https://muslim.or.id/83472-maksiat-karena-takdir.html
Daftar Isi Di antara argumentasi seseorang ketika diajak kepada kebaikan dan amal saleh dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah Taala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasalam adalah hal tersebut telah Allah Taala takdirkan pada dirinya. Alasan di balik kemaksiatan yang mereka lakukan adalah kehendak Allah Taala. Mereka berkata, Seandainya mereka diberi hidayah, tentu mereka akan taat kepada Allah Taala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasalam. Tujuan dari argumentasi tersebut adalah tidak lain sebagai bentuk pembelaan diri atas apa yang telah mereka perbuat. Agar keburukan tersebut tidak disandarkan kepada mereka. Anggapan tersebut tidak sesuai dengan apa yang Allah Taala tetapkan. Dan Allah Taala membantahnya di dalam Al-Quran, di antaranya. Orang-orang yang mempersekutukan Allah Taala, akan mengatakan, Jika Allah Taala menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan sesuatu pun. Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami? Kamu tidak mengikuti, kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta. (QS. Al-Anam: 148) Ayat ini adalah peringatan yang Allah Taala sebutkan dan syubhat kaum musyrikin atas perbuatan syirik yang mereka kerjakan dan atas pengharamannya. Allah Taala mengetahui atas apa yang mereka kerjakan, dan mereka mampu untuk mengubah (takdir) tersebut agar berjalan di atas keimanan dan meninggalkan kekafiran, namun mereka tidak mengubahnya. (Tafsir Ibnu Katsir) Allah Taala membantah prasangka kaum kafir tersebut dengan Allah Taala berfirman, Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Hal tersebut adalah syubhat yang telah menyesatkan orang-orang terdahulu. Argumentasi tersebut adalah argumentasi yang keliru. Karena seandainya benar, maka mengapa Allah Taala turunkan hukuman dan menghancurkan mereka dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memeranginya. (Tafsir Ibnu Katsir) Baca Juga: Apakah Doa Bisa Mengubah Takdir? (Mereka diutus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah Taala sesudah diutusnya rasul-rasul itu. (QS. An-Nisaa: 165) Aku telah utus rasul-rasul-Ku kepada hamba-Ku sebagai berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada hujjah (alasan) orang yang kufur kepada-Ku dan orang yang beribadah kepada sesembahan selain-Ku, atau orang yang sesat dari jalan-Ku dengan perkataan, Seandainya demikian, maka Allah Taala akan menghukum kami. (Tafsir At-Thabari) Allah Taala utus para rasul agar mereka mendapat hujjah sebelum Allah Taala menghukum dan mengazab mereka, Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Quran itu (diturunkan), tentulah mereka berkata, Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah? (QS. Thaha: 134) Ketika petunjuk dan hidayah telah disampaikan, maka manusia mampu memilihnya, jalan mana yang akan ia ikuti dan jalan mana yang harus ia tinggalkan. Dan kehinaan dan hukuman akan diberikan bagi yang memilih jalan kesesatan. Tidak ada paksaan dari Allah Taala. Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Fusshilat: 17) Alasan kehendak Allah Taala atas kemaksiatan adalah tidak benar karena seandainya demikian, maka Allah Taala tidak akan mengazab para kaum nabi dan rasul terdahulu yang mendurhakai Allah Taala. Sebagaimana kaum Tsamud yang telah diberi petunjuk, namun mereka justru memilih kesesatan sehingga Allah Taala mengazab mereka. Baca Juga: Memahami Takdir Dengan Benar Ahli neraka ketika masuk ke dalam neraka tidak beralasan dengan takdir dan kehendak Allah Taala pada dirinya. Justru mereka menyesali atas apa yang telah mereka lakukan di dunia yang mereka sadari betul. Mereka yakin azab yang nyata atas orang yang tidak taat kepada Allah Taala. Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin. (QS. As-Sajadah: 12) Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal saleh yang tidak seperti yang telah kami kerjakan. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (QS. Fathir: 37) Demikian. Semoga bermanfaat. Baca Juga: Nama-Nama Neraka *** Ditulis: dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP Artikel: Muslim.or.id
Daftar Isi Di antara argumentasi seseorang ketika diajak kepada kebaikan dan amal saleh dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah Taala dan RasulNya shallallahu alaihi wasalam adalah hal tersebut telah Allah Taala takdirkan pada dirinya. Alasan di balik kemaksiatan yang mereka lakukan adalah kehendak Allah Taala. Mereka berkata, Seandainya mereka diberi hidayah, tentu mereka akan taat kepada Allah Taala dan RasulNya shallallahu alaihi wasalam. Tujuan dari argumentasi tersebut adalah tidak lain sebagai bentuk pembelaan diri atas apa yang telah mereka perbuat. Agar keburukan tersebut tidak disandarkan kepada mereka. Anggapan tersebut tidak sesuai dengan apa yang Allah Taala tetapkan. Dan Allah Taala membantahnya di dalam AlQuran, di antaranya. Orangorang yang mempersekutukan Allah Taala, akan mengatakan, Jika Allah Taala menghendaki, niscaya kami dan bapakbapak kami tidak mempersekutukanNya dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun. Demikian pulalah orangorang yang sebelum mereka telah mendustakan para rasul sampai mereka merasakan siksaan Kami. Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami Kamu tidak mengikuti, kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta. AlAnam 148 Ayat ini adalah peringatan yang Allah Taala sebutkan dan syubhat kaum musyrikin atas perbuatan syirik yang mereka kerjakan dan atas pengharamannya. Allah Taala mengetahui atas apa yang mereka kerjakan, dan mereka mampu untuk mengubah takdir tersebut agar berjalan di atas keimanan dan meninggalkan kekafiran, namun mereka tidak mengubahnya. Tafsir Ibnu Katsir Allah Taala membantah prasangka kaum kafir tersebut dengan Allah Taala berfirman, Demikian pulalah orangorang yang sebelum mereka telah mendustakan para rasul sampai mereka merasakan siksaan Kami. Hal tersebut adalah syubhat yang telah menyesatkan orangorang terdahulu. Karena seandainya benar, maka mengapa Allah Taala turunkan hukuman dan menghancurkan mereka dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memeranginya. Tafsir Ibnu Katsir Baca Juga Apakah Doa Bisa Mengubah Takdir Mereka diutus selaku rasulrasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah Taala sesudah diutusnya rasulrasul itu. AnNisaa 165 Aku telah utus rasulrasulKu kepada hambaKu sebagai berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada hujjah alasan orang yang kufur kepadaKu dan orang yang beribadah kepada sesembahan selainKu, atau orang yang sesat dari jalanKu dengan perkataan, Seandainya demikian, maka Allah Taala akan menghukum kami. Thaha 134 Ketika petunjuk dan hidayah telah disampaikan, maka manusia mampu memilihnya, jalan mana yang akan ia ikuti dan jalan mana yang harus ia tinggalkan. Dan kehinaan dan hukuman akan diberikan bagi yang memilih jalan kesesatan. Sebagaimana kaum Tsamud yang telah diberi petunjuk, namun mereka justru memilih kesesatan sehingga Allah Taala mengazab mereka. Baca Juga Memahami Takdir Dengan Benar Ahli neraka ketika masuk ke dalam neraka tidak beralasan dengan takdir dan kehendak Allah Taala pada dirinya. Justru mereka menyesali atas apa yang telah mereka lakukan di dunia yang mereka sadari betul. Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orangorang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, mereka berkata, Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia, kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orangorang yang yakin.
Merajut Ampunan Allah dengan Puasa Arafah
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/puasa-arafah/
Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijjah. Puasa ini disunahkan bagi tiap muslim yang tidak menunaikan ibadah haji di tanah Mekkah. Puasa Arafah ini ternilai sebagai ibadah yang utama di sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah. Dalam kitab Al-Furu, Ibnu Muflih memaparkan bahwa ulama sepakat perihal disunahkannya melaksanakan puasa pada sepuluh hari pertama Zulhijjah, lebih-lebih puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Adapun orang yang sedang menunaikan ibadah haji tidak disunahkan unutk berpuasa. Disebutkan dalam Al Majmu karya Imam Nawawi bahwa Imam Syafii dan ulama Syafiiyah sepakat jikalau puasa Arafah disunahkan bagi setiap muslim yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun orang-orang yang sedang berhaji dan saat itu sedang di Arafah tidak disunahkan. Keterangan tersebut bersumber dari hadis dari Ummul Fadhl: Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabishallallahu alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, Beliau berpuasa. Sebagian lainnya mengatakan, Beliau tidak berpuasa. Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya. (HR. Bukhari Muslim). Puasa Arafah ini merupakan ajang untuk berlomba meraih ampunan Allah. sebagaimana yang sering kita dengar, puasa Arafah bisa menghapus dosa kita selama dua tahun, yaitu dosa yang telah lalu dan yang akan datang. Dari Abu Qatadah, ia berkata bahwa Rasulullahshallallahu alaihi wa sallambersabda: Puasa Arafah (9 Zulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu. (HR. Muslim) Hadis tersebut memotivasi kita untuk tidak meninggalkan puasa sunah yang hanya ada setahun sekali. Fadhailul amal tersebut Allah berikan spesial untuk umat Nabi Muhammad. Bila dihitung dengan logika, mungkin deretan angka tak lagi cukup untuk menghitung dosa dan kesalahan kita dalam waktu dua tahun. Namun Allah dengan sifat rahim-Nya memberikan ampunan begitu dahsyat bagi hamba yang berpuasa di hari Arafah. Ulama berbeda pendapat mengenai ampunan dosa tersebut. Imam Nawawi mengatakan jika bukan dosa kecil yang diampuni, semoga dosa besar diperingankan. Jika tidak, semoga ditinggikan derajatnya. Sementara itu, Ibnu Taimiyah memaparkan dalam Majmu Al-Fatawa jika ampunan tersebut untuk dosa besar dan kecil. Karena hadisnya bersifat umum. Lanjut kata, adakah yang mau melewatkan ampunan Allah yang begitu istimewa? Belum lagi amal saleh pada sepuluh hari pertama Zulhijjah merupakan amalan yang sangat dicintai Allah, bahkan setara dengan jihad fisabilillah yang membuat seorang mati syahid dan hartanya habis di jalan Allah. Nabi bersabda: Tidak ada satu amal saleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Zulhijjah). Para sahabat bertanya: Tidak pula jihad di jalan Allah? Nabi shallallaahu alaihi wasallam menjawab: Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun. (HR. Abu Dawud ).
Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijjah. Puasa ini disunahkan bagi tiap muslim yang tidak menunaikan ibadah haji di tanah Mekkah. Dalam kitab AlFuru, Ibnu Muflih memaparkan bahwa ulama sepakat perihal disunahkannya melaksanakan puasa pada sepuluh hari pertama Zulhijjah, lebihlebih puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Adapun orangorang yang sedang berhaji dan saat itu sedang di Arafah tidak disunahkan. Sebagian mereka mengatakan, Beliau berpuasa. Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya. Puasa Arafah ini merupakan ajang untuk berlomba meraih ampunan Allah. Dari Abu Qatadah, ia berkata bahwa Rasulullahshallallahu alaihi wa sallambersabda Puasa Arafah 9 Zulhijjah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro 10 Muharram akan menghapuskan dosa setahun yang lalu. Muslim Hadis tersebut memotivasi kita untuk tidak meninggalkan puasa sunah yang hanya ada setahun sekali. Fadhailul amal tersebut Allah berikan spesial untuk umat Nabi Muhammad. Bila dihitung dengan logika, mungkin deretan angka tak lagi cukup untuk menghitung dosa dan kesalahan kita dalam waktu dua tahun. Namun Allah dengan sifat rahimNya memberikan ampunan begitu dahsyat bagi hamba yang berpuasa di hari Arafah. Ulama berbeda pendapat mengenai ampunan dosa tersebut. Imam Nawawi mengatakan jika bukan dosa kecil yang diampuni, semoga dosa besar diperingankan. Jika tidak, semoga ditinggikan derajatnya. Lanjut kata, adakah yang mau melewatkan ampunan Allah yang begitu istimewa Belum lagi amal saleh pada sepuluh hari pertama Zulhijjah merupakan amalan yang sangat dicintai Allah, bahkan setara dengan jihad fisabilillah yang membuat seorang mati syahid dan hartanya habis di jalan Allah. Nabi bersabda Tidak ada satu amal saleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal saleh yang dilakukan pada harihari ini yaitu 10 hari pertama bulan Zulhijjah. Para sahabat bertanya Tidak pula jihad di jalan Allah Nabi shallallaahu alaihi wasallam menjawab Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.
Kenapa Banyak Orang Bunuh Diri, Allah Zalim?
https://bimbinganislam.com/kenapa-banyak-orang-bunuh-diri-allah-zalim/
Kenapa Banyak Orang Bunuh Diri, Allah Zalim? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan mengenai mengapa banyak orang bunuh diri, Allah zalim? Selamat membaca. Pertanyaan: Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz dan keluarga. Izin bertanya Ustadz. Saya ada titipan pertanyaan dari teman saya. Di dalam surat Al-Baqarah: 286, Allah berfirman, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Lalu kenapa ada banyak orang yang bunuh diri karena masalah mereka? (Ditanyakan oleh Sahabat BIAS melalui Grup WA) Jawaban: Wa alaikumussalaam warahmatullah wabarakatuhu. Benar sekali, bahwa Allah tidaklah membebani hambanya melainkan sebatas kemampuan hamba tersebut. Beberapa ayat yang senada dengan makna tersebut di antaranya: Dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imron:182) Juga ayat: Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (QS. Al-Kahf: 49) Dan masih ada banyak ayat lain yang senada, yang menunjukkan bahwa Allah maha adil, tidaklah mendzolimi & menganiaya hambanya. Semua ujian yang dihadapi hamba itu sudah diukur sebatas kemampuan hamba tersebut. Lantas kenapa ada orang yang sampai bunuh diri karena menghadapi ujian hidup? Jawabannya adalah hilangnya ketakwaan dan adanya kejahilan dan ketidaktahuan akan hikmah dan pelajaran di balik ujian. Sejatinya selagi seorang hamba bertakwa pada Allah, maka niscaya ada jalan keluar dari setiap ujian, Allah sendiri sudah menjanjikan pada hambanya yang bertakwa: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS. Al-Talak: 2). Juga jika ia tahu adanya banyak hikmah di balik ujian hidup, maka niscaya ia akan tahu bahwa Allah itu justru menghendaki banyak kebaikan dalam ujian. Contohnya dalam hadist berikut, Allah menguji hamba tujuannya karena Allah cinta pada hamba tersebut, atau juga karena Allah menghendaki agar ia mendapatkan pahala yang banyak dari ujian, Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda: , ( ) Artinya: Anas radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan jika Allah mencintai suatu kaum Dia akan menguji mereka, siapa yang ridha maka baginya keridhaan (Allah) dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah).(Hadits riwayat Tirmidzi (no. 2576) dan dishahihkan oleh Al-Albani) Hikmah lainnya adalah dengan ujian Allah akan hapuskan dosa-dosa hamba yang telah lalu, Rasul sallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573) Jadi, kesukaran sekecil dan sedikit apa pun, sejatinya dengannya Allah menghendaki untuk menjadi sebab dihapuskan dan diampuninya dosa seorang hamba. Jika kita tahu betul hikmah dan pelajaran di balik ujian, maka kita tidak akan berprasangka buruk pada Allah, dan tidak akan putus asa apalagi sampai bunuh diri. Juga lihatlah pada orang yang ujiannya lebih berat, tidak usah jauh jauh, Nabi kita sallallahu alaihi wa sallam, semenjak sebelum lahir ayah beliau sudah wafat, ketika beliau umur 6 tahun ibu beliau wafat, ketika beliau umur 8 tahun kakek beliau Abdul Muttalib wafat. Ketika beliau dewasa dan berkeluarga, beliau ditinggal wafat dua istri beliau, yakni Khadijah dan Zainab bintul Khuzaimah. Beliau ditinggal wafat paman beliau yaitu Hamzah dan Abu Thalib. Seluruh putra putri beliau wafat tatkala beliau masih hidup, semua anaknya meninggal yang jumlahnya ada 7, kecuali Fatimah yang wafat tahun selepas Rasulullah wafat. Kalau kita bisa melihat realita ini, maka kita akan mengerti bahwa di sana ada orang yang ujian hidupnya lebih berat, maka janganlah putus asa dan berprasangka negatif pada sang pencipta, apalagi sampai bunuh diri. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Kamis, 12 Ramadan 1443 H/ 14 April 2022 M Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I klik di sini
Kenapa Banyak Orang Bunuh Diri, Allah Zalim Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan mengenai mengapa banyak orang bunuh diri, Allah zalim Selamat membaca. Pertanyaan Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz dan keluarga. Saya ada titipan pertanyaan dari teman saya. Di dalam surat AlBaqarah 286, Allah berfirman, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Lalu kenapa ada banyak orang yang bunuh diri karena masalah mereka Ditanyakan oleh Sahabat BIAS melalui Grup WA Jawaban Wa alaikumussalaam warahmatullah wabarakatuhu. Benar sekali, bahwa Allah tidaklah membebani hambanya melainkan sebatas kemampuan hamba tersebut. Beberapa ayat yang senada dengan makna tersebut di antaranya Dan bahwasanya Allah sekalikali tidak menganiaya hambahambaNya. Ali Imron182 Juga ayat Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. AlKahf 49 Dan masih ada banyak ayat lain yang senada, yang menunjukkan bahwa Allah maha adil, tidaklah mendzolimi menganiaya hambanya. Semua ujian yang dihadapi hamba itu sudah diukur sebatas kemampuan hamba tersebut. Juga jika ia tahu adanya banyak hikmah di balik ujian hidup, maka niscaya ia akan tahu bahwa Allah itu justru menghendaki banyak kebaikan dalam ujian. Contohnya dalam hadist berikut, Allah menguji hamba tujuannya karena Allah cinta pada hamba tersebut, atau juga karena Allah menghendaki agar ia mendapatkan pahala yang banyak dari ujian, Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda , Artinya Anas radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan jika Allah mencintai suatu kaum Dia akan menguji mereka, siapa yang ridha maka baginya keridhaan Allah dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah. 2573 Jadi, kesukaran sekecil dan sedikit apa pun, sejatinya dengannya Allah menghendaki untuk menjadi sebab dihapuskan dan diampuninya dosa seorang hamba. Juga lihatlah pada orang yang ujiannya lebih berat, tidak usah jauh jauh, Nabi kita sallallahu alaihi wa sallam, semenjak sebelum lahir ayah beliau sudah wafat, ketika beliau umur 6 tahun ibu beliau wafat, ketika beliau umur 8 tahun kakek beliau Abdul Muttalib wafat. Ketika beliau dewasa dan berkeluarga, beliau ditinggal wafat dua istri beliau, yakni Khadijah dan Zainab bintul Khuzaimah. Beliau ditinggal wafat paman beliau yaitu Hamzah dan Abu Thalib. Kalau kita bisa melihat realita ini, maka kita akan mengerti bahwa di sana ada orang yang ujian hidupnya lebih berat, maka janganlah putus asa dan berprasangka negatif pada sang pencipta, apalagi sampai bunuh diri. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Kamis, 12 Ramadan 1443 H 14 April 2022 M Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab LIPIA Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I klik di sini
Wanita Dunia adalah Ratu Bidadari Surga
https://konsultasisyariah.com/24803-wanita-dunia-adalah-ratu-bidadari-surga.html
Lebih indah mana, wanita dunia atakah bidadari surga? Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Di surga ada dua jenis bidadari. Pertama, wanita yang Allah ciptakan secara khusus, untuk menjadi bidadari di surga Mereka bukan penduduk dunia. Karena Allah menyatakan dalam al-Quran bahwa mereka tidak pernah disentuh lelaki dari kalangan jin dan manusia. Allah berfirman, Di dalam syurga itu ada adari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh sebelum suami mereka (penduduk surga), baik oleh manusia, maupun oleh jin. (QS. ar-Rahman: 56). Karena itu, di ayat lain Allah menyebutkan bahwa mereka diciptakan langsung besar menjadi penduduk surga. Allah berfirman, ( ) Sesungguhnya Kami menciptakan mereka adari) dengan langsung jadi gadis. ( ) dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (QS. al-Waqiah: 55 – 56). Kedua, wanita dunia yang masuk surga. Allah jadikan mereka bidadari mendampingi suaminya yang juga masuk surga. Keterangan selengkapnya bisa anda pelajari di: Bidadari Surga Selanjutnya, mana yang lebih indah antara bidadari asli surga dengan bidadari asli dari Dunia? Ulama berbeda pandapat dalam hal ini. Ada satu hadis dari Ummu Salamah, namun hadis ini diperselisihkan keabsahannya. Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, mana yang lebih afdhal, bidadari asli surga ataukah wanita dunia?” Beliau mengatakan, Wanita dunia lebih afdhal dari pada bidadari asli surga. Sebagaimana bagian luar baju lebih bagus dari pada bagian dalamnya. “Mengapa bisa demikian, ya Rasulullah?” tanya Ummu Salamah. Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Disebabkan karena mereka shalat, berpuasa, dan melakukan ibadah kepada Allah. Allah berikan dia hiasan cahaya di wajahnya, memakai sutra putih warnanya, dan baju berwarna hijau, serta perhiasan kuning mengkilap.” Status Hadis: Hadis ini diriwayatkan Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath (3141). Dan sebagian ulama menilainya sebagai hadis munkar. (Dhaif at-Targhib wa at-Tarhib, 2/253). Hanya saja, banyak ulama mengatakan bahwa bidadari asal dunia, para wanita mukminah bani adam, lebih indah dibandingkan bidadari asli surga. Ibnu Mubarok menyampaikan riwayat dari Hibban bin Abi Jabalah. Beliau mengatakan, Sesungguhnya wanita dunia yang masuk surga lebih unggul dibandingkan wanita surga, disebabkan amal yang mereka kerjakan sewaktu di dunia. (Tafsir al-Qurthubi, 16/154). Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan, - : - Wanita solihah di dunia – yaitu para istri – lebih baik dibandingkan bidadari di akhirat. Mereka lebih indah dan lebih dicintai suaminya. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa kelompok pertama yang masuk surga itu seperti cahaya bulan di malam purnama. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, 12/58) Demikian, Semoga bisa memotivasi para calon ratu bidadari… Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial
Lebih indah mana, wanita dunia atakah bidadari surga Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, amma badu, Di surga ada dua jenis bidadari. Pertama, wanita yang Allah ciptakan secara khusus, untuk menjadi bidadari di surga Mereka bukan penduduk dunia. Karena Allah menyatakan dalam alQuran bahwa mereka tidak pernah disentuh lelaki dari kalangan jin dan manusia. Karena itu, di ayat lain Allah menyebutkan bahwa mereka diciptakan langsung besar menjadi penduduk surga. Allah berfirman, Sesungguhnya Kami menciptakan mereka adari dengan langsung jadi gadis. dan Kami jadikan mereka gadisgadis perawan. Ada satu hadis dari Ummu Salamah, namun hadis ini diperselisihkan keabsahannya. Sebagaimana bagian luar baju lebih bagus dari pada bagian dalamnya. Jawab Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Disebabkan karena mereka shalat, berpuasa, dan melakukan ibadah kepada Allah. Allah berikan dia hiasan cahaya di wajahnya, memakai sutra putih warnanya, dan baju berwarna hijau, serta perhiasan kuning mengkilap. Status Hadis Hadis ini diriwayatkan Thabrani dalam alMujam alAusath 3141. Dan sebagian ulama menilainya sebagai hadis munkar. Hanya saja, banyak ulama mengatakan bahwa bidadari asal dunia, para wanita mukminah bani adam, lebih indah dibandingkan bidadari asli surga. Ibnu Mubarok menyampaikan riwayat dari Hibban bin Abi Jabalah. Beliau mengatakan, Sesungguhnya wanita dunia yang masuk surga lebih unggul dibandingkan wanita surga, disebabkan amal yang mereka kerjakan sewaktu di dunia. Mereka lebih indah dan lebih dicintai suaminya. Karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan bahwa kelompok pertama yang masuk surga itu seperti cahaya bulan di malam purnama. Fatawa Nur ala adDarb, 1258 Demikian, Semoga bisa memotivasi para calon ratu bidadari Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening 4564807232 BCA 7051601496 Syariah Mandiri 1370006372474 Mandiri.
Bagaimana Cara Meruqyah Diri Sendiri?
https://konsultasisyariah.com/26093-bagaimana-cara-meruqyah-diri-sendiri.html
Bagaimana cara meruqyah diri sendiri, mohon penjelasannya. Terima kasih ustaz… Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Ruqyah termasuk bagian dari doa. Hanya saja, umumnya dalam bentuk memohon perlindungan dari gangguan sesuatu yang tidak diinginkan. Baik penyakit batin atau fisik. Ibnul Atsir mengatakan, : Ruqyah adalah doa memohon perlindungan, yang dibacakan untuk orang yang sedang sakit, seperti demam, kerasukan, atau penyakit lainnya. (an-Nihayah fi Gharib al-Atsar, 2/254) Karena itu, kalimat yang dibaca dalam ruqyah sifatnya khusus. Sementara doa lebih umum, mencakup semua bentuk permohonan. al-Qarrafi mengatakan, Ruqyah adalah lafadz khusus yang diucapkan dengan niat mengucapkannya untuk kesembuhan dari penyakit, dan segala sebab yang merusak. (Aunul Ma’bud, 10/264) Karena itu, prinsip dari ruqyah adalah membaca ayat al-Quran atau doa-doa dari hadis, dengan niat untuk melindungi diri dari penyakit dalam diri kita, baik fisik maupun non fisik. Di sinilah kita bisa membedakan antara ruqyah dengan membaca al-Quran biasa. Bacaan al-Quran bisa menjadi ruqyah, jika diniatkan untuk ruyah. Dan kondisi hati sangat menentukan kekuatan ruqyah. Semakin tinggi tawakkal seseorang ketika meruyah, semakin besar peluang untuk dikabulkan oleh Allah. Karena itu, sebelum melakukan ruqyah, orang perlu menyiapkan suasana hati yang baik. Tanamkan tawakkal kepada Allah, dan perbesar husnudzan (berbaik sangka) bahwa Allah akan menyembuhkannya. Apa yang bisa dilakukan? Ada beberapa adab yang bisa anda lakukan ketika hendak meruqyah, [1] Berwudhu terlebih dahulu, karena ketika membaca kalimat thayibah, dianjurkan dalam keadaan suci. [2] Baca ayat al-Quran yang sering digunakan untuk ruqyah, dengan niat ruqyah. Seperti ayat kursi, dua ayat terakhir surat al-Baqarah, atau surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas, atau ayat lainnya. [3] Bisa juga dengan menggunakan doa yang pernah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. [4] Bisa juga dengan mengusapkan tangan ke anggota tubuh yang bisa dijangkau, atau ke anggota tubuh yang sakit. [5] Atau menggunakan media air. Caranya, kita membaca ayat-ayat ruqyah dengan mendekatkan segelas air bersih di mulut. Selesai baca, air diminum. [6] Selanjutnya, tawakkal kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita beberapa doa dan ruqyah yang bisa kita baca ketika sakit. Diantaranya, Pertama, doa ketika ada bagian anggota tubuh yang sakit. Caranya, [1] Letakkan tangan di bagian tubuh yang sakit [2] Baca “bismillah” 3 kali [3] Lanjutkan dengan membaca doa berikut 7 kali, (A’uudzu bi ‘izzatillahi wa qudratihi min syarri maa u wa uhaadziru ) “Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan.” Dalilnya: Dari Utsman bin Abil Ash radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau mengadukan rasa sakit di badannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya,  “Letakkanlah tanganmu di atas tempat yang sakit dari tubuhmu,”  lalu beliau ajarkan doa di atas. (HR. Muslim 5867 dan Ibnu Hibban 2964) Kedua, ruqyah sebelum tidur Gabungkan dua telapak tangan, lalu dibacakan surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas, lalu tiupkan ke kedua telapak tangan. Kemudian usapkan kedua telapak tangan itu ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Kemudian diulang sampai tiga kali. Ini berdasarkan hadis dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, yang menceritakan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelulm tidur. (HR. Bukhari 5017 dan Muslim 2192). Ketiga, ruqyah ketika terluka Ambil ludah di ujung jari, kemudian letakkan di tanah, selanjutnya letakkan campuran ludah dan tanah ini di bagian yang luka, sambil membaca, (Bismillah, turbatu ardhinaa bi riiqati ba’dhinaa, yusyfaa saqimuna zni rabbinaa..) “Dengan nama Allah, Debu tanah kami dengan ludah sebagian kami semoga sembuh orang yang sakit dari kami dengan izin Rabb kami.” (HR. Bukhari 5745 & Muslim 5848). Mencegah Lebih Baik dari Pada Mengobati Teori ini berlaku umum, baik dalam ilmu medis konvensional maupun ilmu medis nabawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak mengajarkan kepada umatnya untuk lebih banyak berdzikir, merutinkan dzikir dalam setiap keadaan, terutama setiap pagi dan sore. Banyak diantara doa dan dzikir pagi-sore yang dijadikan sebab untuk mendapat penjagaan dari Allah dari setiap gangguan makhluk yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Karena itulah, di dua waktu ini, Allah memotivasi kita untuk kita untuk memperbanyak berdzikir, Allah perintahkan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk selalu istighfar dan banyak berdzikir setiap pagi dan sore, “Mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (QS. Ghafir: 55). Allah perintahkan Nabi Zakariya untuk rutin berdzikir setiap pagi dan sore, “Perbanyaklah berdzikir menyebut nama Rabmu, dan sucikan Dia setiap sore dan pagi.” (QS. Ali Imran: 41). Allah juga memuji orang yang rajin dzikir dan berdoa setiap pagi dan petang, “Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya…” (QS. al-Kahfi: 28). Selengkapnya bisa anda pelajari di: Dzikir Penangkal Gangguan Jin dan Sihir (Bagian 1) dan Dzikir Penangkal Gangguan Jin dan Sihir (Bagian 2) Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Bagaimana cara meruqyah diri sendiri, mohon penjelasannya. Hanya saja, umumnya dalam bentuk memohon perlindungan dari gangguan sesuatu yang tidak diinginkan. Ibnul Atsir mengatakan, Ruqyah adalah doa memohon perlindungan, yang dibacakan untuk orang yang sedang sakit, seperti demam, kerasukan, atau penyakit lainnya. Sementara doa lebih umum, mencakup semua bentuk permohonan. Aunul Mabud, 10264 Karena itu, prinsip dari ruqyah adalah membaca ayat alQuran atau doadoa dari hadis, dengan niat untuk melindungi diri dari penyakit dalam diri kita, baik fisik maupun non fisik. Di sinilah kita bisa membedakan antara ruqyah dengan membaca alQuran biasa. Dan kondisi hati sangat menentukan kekuatan ruqyah. Semakin tinggi tawakkal seseorang ketika meruyah, semakin besar peluang untuk dikabulkan oleh Allah. Apa yang bisa dilakukan Ada beberapa adab yang bisa anda lakukan ketika hendak meruqyah, 1 Berwudhu terlebih dahulu, karena ketika membaca kalimat thayibah, dianjurkan dalam keadaan suci. Seperti ayat kursi, dua ayat terakhir surat alBaqarah, atau surat alIkhlas, alFalaq, dan anNas, atau ayat lainnya. 3 Bisa juga dengan menggunakan doa yang pernah diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 4 Bisa juga dengan mengusapkan tangan ke anggota tubuh yang bisa dijangkau, atau ke anggota tubuh yang sakit. Diantaranya, Pertama, doa ketika ada bagian anggota tubuh yang sakit. Caranya, 1 Letakkan tangan di bagian tubuh yang sakit 2 Baca bismillah 3 kali 3 Lanjutkan dengan membaca doa berikut 7 kali, Auudzu bi izzatillahi wa qudratihi min syarri maa u wa uhaadziru Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaanNya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan. Kemudian usapkan kedua telapak tangan itu ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Ini berdasarkan hadis dari Aisyah radhiyallahu anha, yang menceritakan kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebelulm tidur. Mencegah Lebih Baik dari Pada Mengobati Teori ini berlaku umum, baik dalam ilmu medis konvensional maupun ilmu medis nabawi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lebih banyak mengajarkan kepada umatnya untuk lebih banyak berdzikir, merutinkan dzikir dalam setiap keadaan, terutama setiap pagi dan sore. Banyak diantara doa dan dzikir pagisore yang dijadikan sebab untuk mendapat penjagaan dari Allah dari setiap gangguan makhluk yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Allah juga memuji orang yang rajin dzikir dan berdoa setiap pagi dan petang, Bersabarlah kamu bersamasama dengan orangorang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajahNya QS. Selengkapnya bisa anda pelajari di Dzikir Penangkal Gangguan Jin dan Sihir Bagian 1 dan Dzikir Penangkal Gangguan Jin dan Sihir Bagian 2 Allahu alam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n.
Hukum Memakai Jimat Berupa Ayat Al-Qur`an
https://bersamadakwah.net/hukum-memakai-jimat-berupa-ayat-al-quran/
Mushaf Al-Quran (4ever) Komite Tetap Untuk Riset Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi pernah ditanya tentang jimat dan pelindung yang padanya tertulis ayat-ayat Al-Qur`an. Apakah boleh bagi seorang muslim membawa pelindung yang bertuliskan ayat Al-Qur`an itu? Jawab: Menulis ayat Al-Qur`an dan menggantungnya di tangan dan sebagainya, yang mana bertujuan sebagai penolong dan pelindung dari marabahaya yang ditakuti atau untuk menghalau bahaya yang datang, masalah ini diperselisihan oleh para ulama salaf. Di antara mereka ada yang melarangnya dengan alasan bahwa itu adalah jimat yang tidak boleh digantung dan dipajang berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya jampi-jampi, jimat dan tiwalah (pellet) adalah perbuatan syirik.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Abu Dawud). Mereka mengatakan, tidak ada pengkhususan jimat yang bertulisan Al-Qur`an di dalam hadits ini. Para ulama tersebut juga beralasan, “Menggantungkan jimat yang bertuliskan ayat Al-Qur`an akan mengarah kepada sesuatu yang digantung selain dari Al-Qur`an. Maka dilarang menggantungnya merupakan sadd dzari’ah (penutup jalan) agar tidak menggantung selain ayat Al-Qur`an.” Mereka menambahkan, “Jimat yang digantung itu akan membuat seseorang menjadi hina, karena dia selalu membanya ketika buang hajat, masuk kamar kecil dan bergaul dengan istrinya, padahal jimat itu masih bersamanya.” Pendapat ini dikemukakan oleh Abdullah bin Mas’ud dan murid-muridnya, begitu juga yang disampaikan Ahmad bin Hambal dalam riwayatnya dan sebagian besar sahabatnya. Hal ini juga ditegaskan oleh ulama khalaf. Di antara ulama ada yang membolehkan menggantung jimat yang bertuliskan ayat Al-Qur`an dan nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya. Di antara mereka adalah Abdullah bin Amru bin Ash, Abu Ja`far Al-Baqir serta Ahmad dalam riwayat lain. Mereka memaknai hadits diatas sebagai larangan terhadap jimat yang padanya terdapat unsur-unsur kesyirikan. Pendapat pertama lebih kuat hujjahnya dan lebih aman dari sisi akidah, karena terlindungnya tauhid dari bahaya kesyirikan. Adapun riwayat yang berasal dari Amru bin Ash yang membolehkan perbuatan ini, tujuannya adalah agar anak-anak dapat menghafal Al-Qur`an. Di samping itu, menulis ayat-ayat di kertas serta memajangnya di leher anak-anak tanpa berniat untuk menjadikannya jimat yang berfungsi sebagai penolak bala atau mendatangkan manfaat, maka hukumnya boleh. Semoga Allah melimpahkan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya. Demikian dikutip dari tulisan Syaikh Dr. Abdul Malik Al-Qasim dalam kitab Durus Al-Am. [Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Mushaf AlQuran 4ever Komite Tetap Untuk Riset Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi pernah ditanya tentang jimat dan pelindung yang padanya tertulis ayatayat AlQuran. Apakah boleh bagi seorang muslim membawa pelindung yang bertuliskan ayat AlQuran itu Jawab Menulis ayat AlQuran dan menggantungnya di tangan dan sebagainya, yang mana bertujuan sebagai penolong dan pelindung dari marabahaya yang ditakuti atau untuk menghalau bahaya yang datang, masalah ini diperselisihan oleh para ulama salaf. Di antara mereka ada yang melarangnya dengan alasan bahwa itu adalah jimat yang tidak boleh digantung dan dipajang berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Sesungguhnya jampijampi, jimat dan tiwalah pellet adalah perbuatan syirik. HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Abu Dawud. Mereka mengatakan, tidak ada pengkhususan jimat yang bertulisan AlQuran di dalam hadits ini. Para ulama tersebut juga beralasan, Menggantungkan jimat yang bertuliskan ayat AlQuran akan mengarah kepada sesuatu yang digantung selain dari AlQuran. Maka dilarang menggantungnya merupakan sadd dzariah penutup jalan agar tidak menggantung selain ayat AlQuran. Mereka menambahkan, Jimat yang digantung itu akan membuat seseorang menjadi hina, karena dia selalu membanya ketika buang hajat, masuk kamar kecil dan bergaul dengan istrinya, padahal jimat itu masih bersamanya. Pendapat ini dikemukakan oleh Abdullah bin Masud dan muridmuridnya, begitu juga yang disampaikan Ahmad bin Hambal dalam riwayatnya dan sebagian besar sahabatnya. Hal ini juga ditegaskan oleh ulama khalaf. Di antara ulama ada yang membolehkan menggantung jimat yang bertuliskan ayat AlQuran dan namanama Allah serta sifatsifatNya. Di antara mereka adalah Abdullah bin Amru bin Ash, Abu Jafar AlBaqir serta Ahmad dalam riwayat lain. Mereka memaknai hadits diatas sebagai larangan terhadap jimat yang padanya terdapat unsurunsur kesyirikan. Pendapat pertama lebih kuat hujjahnya dan lebih aman dari sisi akidah, karena terlindungnya tauhid dari bahaya kesyirikan. Adapun riwayat yang berasal dari Amru bin Ash yang membolehkan perbuatan ini, tujuannya adalah agar anakanak dapat menghafal AlQuran. Di samping itu, menulis ayatayat di kertas serta memajangnya di leher anakanak tanpa berniat untuk menjadikannya jimat yang berfungsi sebagai penolak bala atau mendatangkan manfaat, maka hukumnya boleh. Semoga Allah melimpahkan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya. Demikian dikutip dari tulisan Syaikh Dr. Abdul Malik AlQasim dalam kitab Durus AlAm. Abu SyafiqBersamaDakwah
0357. HUBUNGAN ANTARA IBLIS, JIN DAN SYAITHON
https://www.piss-ktb.com/2012/02/357-iblis-jin-dan-syaithon.html
PERTANYAAN : Apa hubungan iblis sama setan ? [Irawan Khan]. JAWABAN : Intinya Jin ada dua : Jin syariirun (jelek) dan berkelompok menjadi SYAITHON, dan IBLIS adalah abu syaithon, sedangkan AL JAANNU adalah ABUL JINN (bapak moyang jin). Demikian adanya. Kalau jin makanannya tulang, seperti sabda Nabi. Lihat i'anah bagian istijmar bil hajar. Syaithonul ins wa syaithonul jin setan dari jenis manusia dan dari jenis jin. Jadi manusia yang berprilaku jelek (syarr) juga bisa disebut syetan. - Alfuruuqu allughowiyyah : : . . : ) ( : : : ) - Kitab Tuhfatul Muhtaj : (30/ 223) : Jin adalah jisim-jisim bangsa udara atau golongan api dalam arti cenderung pada itu, mereka tersusun dari 4 elemen sebagaimana malaikat menurut 1 pendapat. Dan dikatakan, jin adalah arwah-arwah yang menyendiri. Dan dikatakan lagi, jin adalah nyawa manusia yang pisah dari raganya dan di setiap satunya mempunyai beberapa akal dan mereka mampu berubah wujud jadi apapun dan perkasa/mampu/sanggup mengerjakan sesuatu yg berat dalam waktu sekejap - Kitab bada'i izzuhur hal 38 : ( ) Wahhab bin munabbih berkata : pertama kali yang mengumandangkan salam adalah nabi adam dan disebagian kabar ada keterangan, tidaklah suatu kaum yang mengumandangkan salam kecuali mereka selamat dari siksa setelah itu malaikat bertanya,,ya TUHAN kami apakah engkau menciptakan mahluk yang lebih mulia dari pada kami ? ALLOH menjawab, akulah yang menciptakannya lewat tanganku sendiri dan aku berucap, wujudlah, maka dia jadi wujud setelah itu ALLOH perintah pada para malaikat untuk sujud pada adam, dan yang pertama sujud adalah jibril, lalu mikail, lalu isrofil lalu izroil kemudian para malaikat muqorrobin sholawatulloh wasalamuhu ajma'in, kemudian ALLOH perintah pada iblis untuk sujud pada nabi adam tapi iblis membangkang dan enggan untuk bersujud. ALLOH bersabda apa yang membuatmu tidak mau bersujud pada mahluk yang aku ciptakan lewat tanganku sendiri ? iblis menjawab, aku lebih mulia dari padanya, engkau menciptakanku dari api sedangkan ia engkau ciptakan dari tanah, dan saya telah beribadah kepadamu dulu dari masa yang sangat lama sebelum ia engkau ciptakan. ALLOH menjawab : dari dahulu aku telah mengetahui bahwa kamu akan durhaka padaku maka semua ibadah yang kamu lakukan tidak akan bermanfaat, mulai sekarang keluarlah dari rahmatku, sungguh aku akan memenuhi isi neraka jahannam darimu dan semua pengikutmu setelah itu iblis berkata ya TUHAN tunggulah saya sampai hari kebangkitan, ALLOH berfirman sungguh kamu tergolong orang-orang yang menunggu. Setelah kejadian itu iblis wujudnya berubah menjadi syetan yang terkutuk, nama asli iblis adalah azazil yang jadi pembesar para malaikat, tiada suatu tempat dilangit maupun di bumi kecuali disitu ia melakukan sujud ibadah pada ALLOH, tapi karena durhaka maka semua ibadahnya menjadi sia-sia dinamakan iblis karena ia telah ablas / bablas / ambles / putus dari rahmat ALLOH. Wallohu a'lam. [Yupiter Jet, Hakam Ahmed ElChudrie, Mumu Bsa]. www.fb.com/notes/250842428271906/
PERTANYAAN Apa hubungan iblis sama setan Irawan Khan. JAWABAN Intinya Jin ada dua Jin syariirun jelek dan berkelompok menjadi SYAITHON, dan IBLIS adalah abu syaithon, sedangkan AL JAANNU adalah ABUL JINN bapak moyang jin. Kalau jin makanannya tulang, seperti sabda Nabi. Syaithonul ins wa syaithonul jin setan dari jenis manusia dan dari jenis jin. Jadi manusia yang berprilaku jelek syarr juga bisa disebut syetan. Dan dikatakan, jin adalah arwaharwah yang menyendiri. ALLOH bersabda apa yang membuatmu tidak mau bersujud pada mahluk yang aku ciptakan lewat tanganku sendiri iblis menjawab, aku lebih mulia dari padanya, engkau menciptakanku dari api sedangkan ia engkau ciptakan dari tanah, dan saya telah beribadah kepadamu dulu dari masa yang sangat lama sebelum ia engkau ciptakan. ALLOH menjawab dari dahulu aku telah mengetahui bahwa kamu akan durhaka padaku maka semua ibadah yang kamu lakukan tidak akan bermanfaat, mulai sekarang keluarlah dari rahmatku, sungguh aku akan memenuhi isi neraka jahannam darimu dan semua pengikutmu setelah itu iblis berkata ya TUHAN tunggulah saya sampai hari kebangkitan, ALLOH berfirman sungguh kamu tergolong orangorang yang menunggu. Setelah kejadian itu iblis wujudnya berubah menjadi syetan yang terkutuk, nama asli iblis adalah azazil yang jadi pembesar para malaikat, tiada suatu tempat dilangit maupun di bumi kecuali disitu ia melakukan sujud ibadah pada ALLOH, tapi karena durhaka maka semua ibadahnya menjadi siasia dinamakan iblis karena ia telah ablas bablas ambles putus dari rahmat ALLOH. Yupiter Jet, Hakam Ahmed ElChudrie, Mumu Bsa.
4405. AMALAN TOLAK TIDUR , MUDAH TIDUR & BANGUN DENGAN WAKTU YANG DI KEHENDAKI
https://www.piss-ktb.com/2015/06/4405-amalan-tolak-tidur-mudah-tidur.html
Oleh:Ust. Rizalullah 1. ==>AMALAN TOLAK TIDUR Khasiat Surat Al A'raf Ayat 54-56 Bagi Yang Sering Ngantuk Saat Ngaji , Muthola'ah Dan Lain-Lain (54) (55) (56) Dinukil dari Kitab Ad durrun Nazhim Imam Al Yafi'i rodiyallahu anhu Hal 54 "Barang siapa yang membaca ayat Inna robbakumullah ...sampai muhsinin dan memohon kepada Allah agar tidak tidur maka Allah akan menolaknya dari tidur " 2. ==>AMALAN JIKA SULIT TIDUR , . Ya Allah, bintang-bintang tenggelam dan semua mata tertidur lelap, sedangkan Engkau Maha hidup abadi lagi terus-menerus mengurus makhluk-Mu, Engkau tidak pernah terkena kantuk dan tidak pula tidur.Wahai Yang Maha hidup abadi lagi terus-menerus mengurus makhluk, tenangkanlah malamku dan pejamkanlah mataku.Aku berlindung padaMU dan dengan kalimah-kalimahMU yang sempurna dari godaan syetan dan aku berlindung padaMU dari kehadiran mereka.Ya Alah,Semoga Engkau curahkan rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepada kekasih kami dan pemimpin kami Nabi Muhammad SAW , dan keluarga serta sahabatnya sekalian. 3. ==>AGAR BISA BANGUN DI WAKTU YANG DI INGINKAN Khasiat Surat Al Kahfi Ayat 107 - 110 (107) (108) (109) (110) ( - - ) : Barangsiapa saja yang menghendaki bangun pada saat atau jam tertentu di malam hari ,maka bacalah Empat Ayat terakhir surat al kahfi ketika akan tidur.Kemudian berdo'a : Allohumma bihaqqi hadzihil ayatisy syarifati , Aiqizhni fi waqti ...(sebutkan jam yang dikehendaki), Fainna ruhi biyadika wa anta tatawafal anfusa hina mautiha wallati tumta fi manamiha.Allohummaj'alni mimman yudzkiruka fatudzkiruni, wa astaghfiruka fataghfiru li , innaka taf'alu ma takhtaru watahkumu ma turidu. Wallohu a'lam Semoga bermanfaat. === LINK ASAL:
OlehUst. Rizalullah 1. AMALAN TOLAK TIDUR Khasiat Surat Al Araf Ayat 5456 Bagi Yang Sering Ngantuk Saat Ngaji , Mutholaah Dan LainLain 54 55 56 Dinukil dari Kitab Ad durrun Nazhim Imam Al Yafii rodiyallahu anhu Hal 54 Barang siapa yang membaca ayat Inna robbakumullah sampai muhsinin dan memohon kepada Allah agar tidak tidur maka Allah akan menolaknya dari tidur 2. AMALAN JIKA SULIT TIDUR , . Ya Allah, bintangbintang tenggelam dan semua mata tertidur lelap, sedangkan Engkau Maha hidup abadi lagi terusmenerus mengurus makhlukMu, Engkau tidak pernah terkena kantuk dan tidak pula tidur.Wahai Yang Maha hidup abadi lagi terusmenerus mengurus makhluk, tenangkanlah malamku dan pejamkanlah mataku.Aku berlindung padaMU dan dengan kalimahkalimahMU yang sempurna dari godaan syetan dan aku berlindung padaMU dari kehadiran mereka.Ya Alah,Semoga Engkau curahkan rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepada kekasih kami dan pemimpin kami Nabi Muhammad SAW , dan keluarga serta sahabatnya sekalian. 3. AGAR BISA BANGUN DI WAKTU YANG DI INGINKAN Khasiat Surat Al Kahfi Ayat 107 110 107 108 109 110 Barangsiapa saja yang menghendaki bangun pada saat atau jam tertentu di malam hari ,maka bacalah Empat Ayat terakhir surat al kahfi ketika akan tidur.Kemudian berdoa Allohumma bihaqqi hadzihil ayatisy syarifati , Aiqizhni fi waqti sebutkan jam yang dikehendaki, Fainna ruhi biyadika wa anta tatawafal anfusa hina mautiha wallati tumta fi manamiha.Allohummajalni mimman yudzkiruka fatudzkiruni, wa astaghfiruka fataghfiru li , innaka tafalu ma takhtaru watahkumu ma turidu. Wallohu alam Semoga bermanfaat. LINK ASAL
15 Manfaat Nikah Muda Menurut Islam
https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/manfaat-nikah-muda-menurut-islam
Banyak orang yang enggan melakukan nikah muda sebab dianggap terlalu berisiko. Mulai dari alasan umur yang masih belia, belum punya pengalaman hidup hingga emosi yang masih labil. Semua itu ditakutkan menjadi faktor pemicu keretakan rumah tangga atau bahkan perceraian. Sebagai gantinya, mereka memilih jalan berpacaran untuk menyalurkan hasrat cintanya. Pacaran dianggap sebagai tindakan wajar, setidaknya lebih aman daripada terburu-buru menikah.Well, Kalian harus tahu bahwa presepsi tersebut salah besar. Islam menganjurkan , bukan mengajarkan pacaran. Jalan berduaan dengan seseorang yang bukan muhrim, bergandengan tangan hingga berpelukan, perbuatan itu termasuk mendekati zina dan jelas merupakan dosa. Justru menikahlah yang diridhoi Allah Ta’ala. Ketika seseorang merasa siap menikah, dalam artian sudah baligh dan mampu mandiri maka sebaiknya memilih jalan menikah. Tak perlu takut, karena menikah adalah sebagian dari ibadah. Selain itu, juga sah-sah saja asalkan kedua calon sama-sama siap membina rumah tangga.Dalil-Dalil Tentang Pernikahan Di dalam Al-Quran dan hadist terdapat banyak dalil yang menjelaskan tentang hakikat manusia yang memang diciptakan untuk berpasang-pasangan, serta anjuran untuk menikah. Diantaranya yakni:“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. an-Nur: 32) “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS.Adz Dzariyaat: 49). “Itulah (nikah) sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di selain Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka secara hina lagi dijauhkan dari rahmat Allah.” (QS.Al-Isra: 39)“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan.”(QS. ar-Ra’du: 38)“Wahai pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab ia dapat mengekangnya.” (HR. Bukhari)Dari Aisyah r.a, “Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu.¨ (HR. Hakim dan Abu Dawud).“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah, orang yang berjihad/berperang di jalan Allah, budak yang menebus dirinya dari tuannya, pemuda yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim).“Wahai generasi muda, bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya.” (HR. Baihaqi).Setelah membahas tentang dalil-dalil yang menunjukkan perintah untuk menikah, sekarang akan dijelaskan beberapa manfaat nikah muda menurut islam. Nah, tanpa berbelit-belit lagi, langsung simak yuk!Menghindari Dosa PacaranDi zaman sekarang ini, perbuatan pacaran nampaknya sudah dianggap sangat wajar. Stereotip masyarakat menjadikan pacaran sebagai ajang perkenalan sebelum melalui jenjang pernikahan, ini sebenarnya salah besar! Pacaran bisa menyesatkan manusia ke dalam zina. Kita bisa melihat sendiri di sosial media, anak-anak SD yang mengumbar foto pelukan mesrah, saling menyentuh di bagian tubuh yang tidak pantas, mencium dahi ataupun pipi. Bahkan yang lebih parah sampai berciuman hingga memadu kasih. Naudzubillah.Kita bisa menutup mata terhadap fenomena tersebut, sebab itulah faktanya yang terjadi saat ini. Dan itu semua bermula dari pacaran. So, Guys hindarilah pacaran sebab itu perbuatan dosa. juga telah dijelaskan dalam Al-Quran: “Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32).Mendatangkan Pahala Berlipat GandaBerbeda dari aksi pacaran yang mendatangkan banyak dosa. Menikah justru bisa melipatgandakan pahala. Saat kita bercanda dengan pasangan maka itu bernilai pahala. Menyentuh pasangan juga bernilai pahala. Yang jelas semakin romantis hubungan (selama masih dalam koridor islam) maka pahalanya juga akan semakin besar.Berkesempatan Memiliki Banyak KeturunanDalam dunia kedokteran dijelaskan bahwa kesuburan organ reproduksi wanita semakin menurun seiring bertambahnya usia. Maka itu, jika kita menikah di usia muda maka kesempatan hamil juga lebih besar. Kita bisa berpeluang memperoleh banyak keturunan untuk menciptakan generasi-generasi islam berakhlakul karimah. Meminimalisir Risiko Gangguan KehamilanSebagaimana yang dijelaskan di poin sebelumnya, ketika masih muda kondisi rahim masih terbilang kuat. Hormon-hormon yang diproduksi tubuh cukup optimal. Dan organ reproduksi juga cenderung subur. Dengan demikian, apabila kita menikah di usia muda, maka risiko gangguan kehamilan bisa terminimalisir. Meski demikian tetap harus diimbangi dengan doa, sebab segala sesuatu yang mengatur adalah Allah Ta’ala.Hidup Lebih BerwarnaNikah muda itu asyik loh! Kita bisa memiliki teman curhat, teman yang bisa diajak jalan-jalan bareng, dan pastinya teman untuk bersandar ketika sedih. Dengan adanya pendamping pastinya akan membuat hidup lebih berwarna. Kita hanya perlu menyiapkan bekal agama dan tanggung jawab untuk bisa membangun bahtera rumah tangga.Lebih Termotivasi dan SemangatBerdua itu lebih baik daripada sendirian. Jika kita memiliki pendamping biasanya hidup jadi makin semangat dan termovitasi. Ini juga bisa menghindari galau. Yang jelas segalanya akan terasa indah. Terlebih lagi jika kita menerapkan kaidah-kaidah silam dalam rumah tangga maka bisa tercipta Lebih Mudah Menghadapi MasalahDalam menjalani kehidupan tentunya kita gak bisa menghindari masalah. Adakalanya cobaan itu datang tanpa diduga. Dan kondisi tersebut seringkali membuat kita despresi dan sedih. Nah, apabila kita punya pendamping, maka kita bisa menceritakan masalah itu kepadanya. Bertukar pikiran dan berusaha mencari jalan keluarnya bersama. Tentunya jika masalah dihadapi berdua maka akan terasa lebih mudah.Terhindar Dari FitnahWanita itu fitnah terbesar bagi seorang pria. Biasanya pria-pria yang jomblo mudah banget dirayu wanita. Berbicara dengan wanita, saling chatting atau jalan berdua. Semua itu bisa mendatangkan fitnah. Sebaliknya, jika sudah menikah maka kita punya teman hidup. Kita bisa mengajak pasangan untuk mendampingi kemanapun kita pergi. Hati juga lebih tenang. Sehingga kita pun juga tidak akan melirik lainnya dan itu akan mencegah datangnya fitnah.Lebih BahagiaMenikah muda bisa membuat hidup lebih bahagia. Pernyataan tersebut didasarkan pada survey lapangan. Tak sedikit orang yang mengatakan hidupnya terasa lebih indah saat bersama pasangan. Selain itu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2013 juga menunjukkan mayoritas pasangan bahagia adalah mereka yang menikah di usia antara 20-28 tahun.Tapi demikian, kita juga tahu bahwa menikah adalah takdir Allah Ta’ala. Jadi jika seandainya bila menikah diatas rentang usia tersebut maka bukan berarti tidak bisa bahagia. Bisa kok! Yang penting menikalah dengan niat ibadah kepada Allah Ta’ala.Romantisme Masih KuatNikah muda juga memiliki romantisme yang lebih kuat daripada nikah di usia tua. Hormon-hormon reproduksi dalam tubuh masih diproduksi secara optimal. Sehingga hasrat cinta dan mencintai juga terbilang tinggi. Selain itu, jika nikah muda biasanya juga lebih banyak bercanda. Yang jelas kehidupan lebih asyik. Namun sekali lagi, nikah adalah takdir Allah Ta’ala. Jadi kita tidak bisa menentukan mau nikah kapan atau umur berapa. Cukup berikhtiar dan berdoa.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada romantisme yang lebih indah bagi dua orang yang saling mencintai selian menikah.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi)Melatih Mental AnakApaila kita menikah di usia muda, kemudian punya anak. Kondisi tersebut dapat melatih mental kita untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab dalam usia dini. Begitupun dengan si anak, dia juga akan menghadapi masa-masa yang mengharuskannya lebih mandiri. Sebab menikah di usia muda juga tidak menjamin ekonomi telah mapan. Jadi intinya ada perjuangan yang harus dihadapi bersama-sama, baik oleh orang tua ataupun buah hati.Menyiapkan Masa Depan Lebih MatangMeskipun pada awalnya kehidupan rumah tangga belum siap secara ekonomi. Namun dengan nikah muda, kita masih punya banyak waktu untuk bekerja lebih keras. Tubuh juga masih kuat, kesempatan pun lapang. Kondisi tersebut bisa jadi peluang untuk menyiapkan lebih matang. Sehingga nantinya kehidupan anak bisa lebih terjamin.Punya Kesempatan Melihat CucuDengan menikah muda, ketika bisa punya kesempatan melihat buah hati tumbuh dewasa. Bahkan tak menutup kemungkinan menyaksikan anak-anak menikah dan memiliki cucu. Bukankah itu menyenangkan?Melatih KedewasaanNikah muda juga bisa melatih kedewasaan diri. Dengan hidup bersama seseorang yang tentunya punya karakter berbeda dari kita, itu bukanlah hal yang mudah. Akan ada perpedaan pendapat, dan pertikaian yang harus dihadapi. Belum lagi urusan , , , dan juga . Semua hal itu dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih dewasa dan sabar.Hubungan Lebih EnergikKeuntungan lain yang didapat dari nikah muda adalah kita bisa membangun hubungan yang lebih energik. Ini termasuk dalam hal memadu kasih, berkerja, merajut mimpi, merencanakan masa depan, mengurus anak dan berbagai hal di rumah tangga dapat dihadapi secara prima.Jadi itulah beberapa manfaat nikah muda menurut islam. Semoga dengan adanya info ini bisa membuat kita tidak takut lagi menikah di usia muda. Jika memang sudah bisa hidup mandiri dan taat agama, lalu tunggu apa lagi?
Banyak orang yang enggan melakukan nikah muda sebab dianggap terlalu berisiko. Semua itu ditakutkan menjadi faktor pemicu keretakan rumah tangga atau bahkan perceraian. anNur 32 Dan diantara tandatanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Itulah nikah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab ia dapat mengekangnya. Bukhari dan Muslim dari Ibnu MasudSabda Rasulullah SAW Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Nah, tanpa berbelitbelit lagi, langsung simak yukMenghindari Dosa PacaranDi zaman sekarang ini, perbuatan pacaran nampaknya sudah dianggap sangat wajar. Bahkan yang lebih parah sampai berciuman hingga memadu kasih. Kita bisa menutup mata terhadap fenomena tersebut, sebab itulah faktanya yang terjadi saat ini. Dengan demikian, apabila kita menikah di usia muda, maka risiko gangguan kehamilan bisa terminimalisir. Meski demikian tetap harus diimbangi dengan doa, sebab segala sesuatu yang mengatur adalah Allah Taala. Jika kita memiliki pendamping biasanya hidup jadi makin semangat dan termovitasi. Dan kondisi tersebut seringkali membuat kita despresi dan sedih. Bertukar pikiran dan berusaha mencari jalan keluarnya bersama. Kita bisa mengajak pasangan untuk mendampingi kemanapun kita pergi. Pernyataan tersebut didasarkan pada survey lapangan. Tapi demikian, kita juga tahu bahwa menikah adalah takdir Allah Taala. Hormonhormon reproduksi dalam tubuh masih diproduksi secara optimal. Sehingga hasrat cinta dan mencintai juga terbilang tinggi. Begitupun dengan si anak, dia juga akan menghadapi masamasa yang mengharuskannya lebih mandiri. Jadi intinya ada perjuangan yang harus dihadapi bersamasama, baik oleh orang tua ataupun buah hati. Menyiapkan Masa Depan Lebih MatangMeskipun pada awalnya kehidupan rumah tangga belum siap secara ekonomi. Punya Kesempatan Melihat CucuDengan menikah muda, ketika bisa punya kesempatan melihat buah hati tumbuh dewasa. Bukankah itu menyenangkanMelatih KedewasaanNikah muda juga bisa melatih kedewasaan diri. Hubungan Lebih EnergikKeuntungan lain yang didapat dari nikah muda adalah kita bisa membangun hubungan yang lebih energik. Jadi itulah beberapa manfaat nikah muda menurut islam.
Bahaya Minuman Memabukkan (Khomr) (4)
https://muslim.or.id/598-bahaya-minuman-memabukkan-khomr-4.html
Hukum Meminum Obat yang Bahan Pencampurnya dari Alkohol Syaikh Utsaimin menukil perkataan Syaikh Muhammad Rasyid Ridho dari fatawa beliau hal 1631 di mana ia berkata, Kesimpulannya bahwasanya alkohol adalah zat yang suci dan mensucikan dan merupakan zat yang sangat urgen dalam farmasi dan pengobatan dalam kedokteran serta pabrik-pabrik, dan alkohol masuk dalam obat-obat yang sangat banyak sekali. Pengharaman penggunaan alkohol bagi kaum muslimin menghalangi mereka untuk bisa menjadi pakar dalam banyak bidang ilmu dan proyek, dan hal ini merupakan sebab terbesar keunggulan orang-orang kafir atas kaum muslimin dalam bidang kimia, farmasi, kedokteran pengobatan, dan industri. Pengharaman penggunaan alkohol bisa jadi merupakan sebab terbesar meninggalnya orang-orang yang sakit dan yang terluka atau menyebabkan lama sembuhnya penyakit mereka atau semakin parah sakit mereka. Syaikh Utsaimin mengomentari fatwa ini, Ini adalah perkataan yang sangat kokoh, semoga Allah merahmati beliau, adapun mencampurkan sebagian obat dengan sedikit alkohol maka hal ini tidaklah menjadikan haramnya obat-obat tersebut jika campurannya sedikit di mana tidak nampak bekasnya setelah tercampur yang hal ini merupakan pendapat para ulama. Ibnu Qudamah berkata di Al-Mugni, 8/306, Jika ia mencampur adonan tepung dengan khomr untuk dijadikan roti (dengan meletakkan adonan tersebut di atas pembakaran -pen) lalu ia memakannya, maka ia tidak diberi hukum had karena api telah membakar seluruh bagian khomr tersebut sehingga tidak tersisa bekasnya. (Ibnu Qudamah) juga berkata di Al-Iqna dan syarahnya (4/71 penerbit Muqbil), Jika ia mencampurkan khomr dengan air sehingga hilang bekas khomr tersebut dalam air kemudian ia meminumnya maka ia tidaklah diberi hukuman had karena dengan lebur dan hilangnya bekas khomr tersebut dalam air tidaklah merubah nama air tersebut (masih dinamakan air -pen), atau ia mengobati lukanya dengan khomr maka ia pun tidak diberi hukuman had karena ia tidak menggunakannya dengan meminumnya atau yang semisalnya. Dan ini adalah sesuai dengan dalil dan logika. Adapun dalil maka telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda: Air itu suci dan mensucikan dan tidak bisa dinajisi oleh sesuatu pun kecuali jika berubah baunya atau rasanya atau warnanya dengan najis yang mengenainya. Walaupun pengecualian dalam hadits ini (yaitu sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kecuali jika berubah baunya… -pen) lemah (sanadnya) hanya saja para ulama bersepakat untuk mengamalkannya. Sisi pendalilan dari hadits ini yaitu jika jatuh dalam air sesuatu yang najis yang tidak merubah kondisi air tersebut maka air tersebut tetap pada kesuciannya. Maka demikianlah pula dengan khomr jika dicampur dengan cairan yang lain yang halal kemudian tidak mempengaruhi kondisi cairan tersebut maka cairan tersebut tetap pada keadaan asalnya. Dalam shahih Al-Bukhari, Abu Darda berkata Al-Mury adalah penyembelihan ikan paus dengan khomr dan matahari. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam shahihnya secara taliqon, 5/2092) Al-Mury adalah makanan yang terbuat dari ikan yang diolesi dengan garam kemudian diberi khomr lalu dijemur di bawah terik matahari, maka berubahlah rasa khomrnya. Maksud dari atsar Abu Darda di atas adalah ikan paus yang ada garamnya dan di letakan di bawah terik matahari sehingga menghilangkan bekas khomr maka hukumnya adalah halal (untuk dimakan) (Lihat Umdatul Qori, 21/107). Adapun jika ditinjau dari logika, maka khomr itu hanyalah diharamkan karena sifat yang dikandungnya yaitu memabukkan, maka jika telah hilang sifat tersebut maka hilanglah pengharamannya karena hukum itu berputar bersama illahnya (sebabnya), jika sebabnya ada maka hukumnya ada dan jika hilang sebabnya maka hilanglah hukumnya jika illahnya (sebabnya) diketahui dengan pasti berdasarkan nash atau ijma sebagaimana dalam permasalahan kita ini (yaitu sebab pengharaman khomr diketahui dengan nash karena sifatnya yang memabukan -pen). Sebagian orang menyangka bahwa sesuatu yang tercampur dengan khomr hukumnya haram secara mutlak meskipun presentasi khomr tersebut kecil dan tidak nampak lagi bekas-bekasnya, dan mereka menyangka bahwa inilah makna dari sabda Nabi: Apa yang jika banyaknya memabukkan maka sedikitnya haram. Lalu mereka berkata, Dalam obat ini ada sedikit khomr yang jika banyak akan memabukkan maka hukumnya adalah haram. Maka dijawab bahwasanya khomr yang sedikit ini telah lebur dan hilang bekasnya dalam cairan lain, baik sifatnya maupun hukumnya, maka hukumnya dikembalikan kepada yang mendominasinya (yaitu cairan lain yang dicampuri khomr tersebut -pen). Adapun makna hadits tersebut adalah jika suatu minuman diminum banyak oleh seseorang mengakibatkan ia mabuk dan jika ia meminum sedikit saja tidak mabuk, maka walaupun meminum sedikit hukumnya adalah haram, karena meminum sedikit merupakan sarana untuk meminum yang banyak. Hal ini dijelaskan oleh hadits Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Seluruh yang memabukkan adalah haram, dan apa saja yang jika diminum seukuran farq memabukkan maka meminum seukuran telapak tangan juga haram. Dan farq adalah suatu volume yang cukup untuk 16 ritl, artinya jika ada sebuah minuman yang tidak bisa memabukkan kecuali jika diminum seukuran farq maka meminum seukuran telapak tangan juga haram dan inilah makna dari hadits: Apa yang jika banyak memabukkan maka sedikitnya haram… Aku ingin mengingatkan suatu permasalahan yang rancu pada sebagian para penuntut ilmu yaitu mereka menyangka bahwa makna hadits di atas adalah jika dicampurkan sesuatu yang sedikit dari khomr dengan sesuatu cairan lain yang banyak maka hukumnya otomatis adalah haram, hal ini bukanlah makna hadits ini. Namun makna dari hadits ini adalah jika suatu minuman hanya memabukkan jika diminum dalam jumlah yang banyak maka meminum sedikitpun dari minuman tersebut juga haram hukumnya (meskipun tidak memabukkan). Contohnya jika ada suatu minuman jika seseorang meminumnya sepuluh botol ia akan mabuk dan jika hanya meminum sebotol tidak mabuk, maka sebotol minuman ini meskipun tidak memabukkan namun hukumnya haram inilah makna hadits, Apa yang jika banyaknya memabukkan maka sedikitnya juga haram. (Fatawa Syaikh Utsaimin, pertanyaan no. 211) Hukum Menggunakan Parfum yang Mengandung Alkohol Syaikh Utsaimin ditanya tentang hukum penggunaan parfum yang mengandung kolonia (yang mengandung alkohol) dan bagaimana hukum shalat dengan menggunakan baju yang tersentuh parfum tersebut?? Beliau menjawab, Jika persentase alkoholnya besar maka yang lebih utama adalah meninggalkan pemakaian parfum tersebut, dan jika persentasenya kecil maka tidaklah mengapa. Adapun hukum shalat dengan pakaian yang tersentuh parfum tersebut maka adalah sah. Syaikh Albani berkata, ((Parfum-parfum yang mengandung alkohol yang bukan minyak tidaklah najis, namun bisa jadi hukumnya adalah haram. Hukumnya haram jika persentase alkohol pada parfum-parfum tersebut besar hingga menjadikan parfum-parfum tersebut suatu cairan yang memabukkan, maka jika demikian jadilah parfum tersebut memabukkan (khomr) dan masuklah ia dalam keumuman hadits-hadits yang melarang dari jual beli dan pembuatan khomr. Maka tidaklah boleh bagi kaum muslimin jika demikian untuk menggunakan parfum tersebut karena jenis penggunaan apapun terhadap parfum ini telah masuk dalam keumuman firman Allah Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. al-Maidah [5]: 2) Dan sabda Nabi: Allah melaknat khomr pada sepuluh perkara, peminumnya, penuangnya, yang meminta untuk dituangkan, yang membawanya, yang dibawakan untuknya, yang menjualnya, yang membelinya. Oleh karenanya, kami menasihati untuk menjauhi perdagangan parfum-parfum yang mengandung alkohol, terlebih lagi jika tertulis dalam labelnya bahwa kandungan alkoholnya 60 persen atau 70 persen, maknanya yaitu memungkinkan untuk mengubah parfum tersebut menjadi minuman yang memabukkan. Dan di antara kaidah-kaidah dalam syariat adalah bab saddud dzariah (menutup sarana-sarana yang mengantarkan kepada keharaman). Pengharaman syariat terhadap sesuatu yang sedikit dari minuman yang memabukkan termasuk dalam bab ini, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apa yang jika banyaknya memabukkan maka sedikitnya haram. Kesimpulannya adalah tidaklah boleh jual beli parfum beralkohol jika persentasenya tinggi. (Fatawa Al-Madinah Al-Munawwaraoh, hal 60, soal no. 23) Cara penyembuhan yang benar dengan taat kepada Allah… dan hal ini tertancap di hati para sahabat radhiyallahu anhu. Dalam riwayat yang lain dari hadits Abi Burdah, ia berkata: Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah diberikan (oleh Allah) Jawamiul kalim bi khowatimihi (Jawamiul kalim adalah perkataan yang ringkas namun luas maknanya) lalu ia bersabda, Aku melarang dari setiap yang memabukkan dari shalat. (HR Muslim, 3/1586 no. 1733) Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya Allah adalah Dzat yang maha mengetahui segala sesuatu, sesungguhnya Allah mengetahui akan ada hamba-hambaNya yang memiliki kecenderungan kepada hal-hal yang bersifat kesetanan, akan ada dari hamba-hambanya yang mempermainkan dalil-dalil yang berkaitan dengan pengharaman khomr. Akan ada hambanya yang mengikuti hawa nafsunya (bukan karena hasil ijtihad sebagaimana ijtihadnya para imam kaum muslimin) yang mengatakan bahwa khomr yang diharamkan hanyalah yang berasal dari anggur. Oleh karena itu Allah mewahyukan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan jawamiul kalim dengan sabdanya, Setiap yang memabukkan adalah khomr dan semua khomr haram. Allah mengetahui bahwasanya akan ada dari kaum muslimin yang mempermainkan dalil-dalil pengharaman khomr yang mereka berkata Khomr hanya diharamkan kalau diminum hingga mabuk, adapun jika diminum sedikit namun tidak sampai mabuk maka tidak diharamkan, maka Allah pun mewahyukan kepada Rasul-Nya untuk bersabda, Seluruh yang memabukkan adalah haram, dan apa saja yang jika diminum seukuran farq memabukkan maka meminum seukuran telapak tangan juga haram)) Allah juga mengetahui bahwasanya akan ada dari kaum muslimin yang mempermainkan dalil, mereka meminum khomr namun mereka menggantikan nama khomr dengan nama yang lain, kemudian mereka berkata, Yang diharamkan hanyalah khomr adapun yang saya minum ini namanya bukan khomr tapi minuman jiwa, atau jamu kesehatan, atau minuman kesehatan, maka Allah mewahyukan kepada Rasul-Nya untuk bersabda, Sungguh akan ada golongan dari umatku yang meminum khomr lalu mereka menamakan khomr dengan nama yang lain. (HR. Abu Dawud, 3/329 no. 3688, Ibnu Majah, 2/1123 no. 3384, Ibnu Hibban, Al-Ihsan, 15/160 no. 6758)) *** Penulis: Ust. Abu Abdil Muhsin Firanda, Lc. Artikel www.muslim.or.id
Hukum Meminum Obat yang Bahan Pencampurnya dari Alkohol Syaikh Utsaimin menukil perkataan Syaikh Muhammad Rasyid Ridho dari fatawa beliau hal 1631 di mana ia berkata, Kesimpulannya bahwasanya alkohol adalah zat yang suci dan mensucikan dan merupakan zat yang sangat urgen dalam farmasi dan pengobatan dalam kedokteran serta pabrikpabrik, dan alkohol masuk dalam obatobat yang sangat banyak sekali. Pengharaman penggunaan alkohol bagi kaum muslimin menghalangi mereka untuk bisa menjadi pakar dalam banyak bidang ilmu dan proyek, dan hal ini merupakan sebab terbesar keunggulan orangorang kafir atas kaum muslimin dalam bidang kimia, farmasi, kedokteran pengobatan, dan industri. Pengharaman penggunaan alkohol bisa jadi merupakan sebab terbesar meninggalnya orangorang yang sakit dan yang terluka atau menyebabkan lama sembuhnya penyakit mereka atau semakin parah sakit mereka. Syaikh Utsaimin mengomentari fatwa ini, Ini adalah perkataan yang sangat kokoh, semoga Allah merahmati beliau, adapun mencampurkan sebagian obat dengan sedikit alkohol maka hal ini tidaklah menjadikan haramnya obatobat tersebut jika campurannya sedikit di mana tidak nampak bekasnya setelah tercampur yang hal ini merupakan pendapat para ulama. Ibnu Qudamah berkata di AlMugni, 8306, Jika ia mencampur adonan tepung dengan khomr untuk dijadikan roti dengan meletakkan adonan tersebut di atas pembakaran pen lalu ia memakannya, maka ia tidak diberi hukum had karena api telah membakar seluruh bagian khomr tersebut sehingga tidak tersisa bekasnya. Ibnu Qudamah juga berkata di AlIqna dan syarahnya 471 penerbit Muqbil, Jika ia mencampurkan khomr dengan air sehingga hilang bekas khomr tersebut dalam air kemudian ia meminumnya maka ia tidaklah diberi hukuman had karena dengan lebur dan hilangnya bekas khomr tersebut dalam air tidaklah merubah nama air tersebut masih dinamakan air pen, atau ia mengobati lukanya dengan khomr maka ia pun tidak diberi hukuman had karena ia tidak menggunakannya dengan meminumnya atau yang semisalnya. Dan ini adalah sesuai dengan dalil dan logika. Adapun dalil maka telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda Air itu suci dan mensucikan dan tidak bisa dinajisi oleh sesuatu pun kecuali jika berubah baunya atau rasanya atau warnanya dengan najis yang mengenainya. Walaupun pengecualian dalam hadits ini yaitu sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kecuali jika berubah baunya pen lemah sanadnya hanya saja para ulama bersepakat untuk mengamalkannya. Sisi pendalilan dari hadits ini yaitu jika jatuh dalam air sesuatu yang najis yang tidak merubah kondisi air tersebut maka air tersebut tetap pada kesuciannya. Maka demikianlah pula dengan khomr jika dicampur dengan cairan yang lain yang halal kemudian tidak mempengaruhi kondisi cairan tersebut maka cairan tersebut tetap pada keadaan asalnya. Dalam shahih AlBukhari, Abu Darda berkata AlMury adalah penyembelihan ikan paus dengan khomr dan matahari. Diriwayatkan oleh AlBukhari dalam shahihnya secara taliqon, 52092 AlMury adalah makanan yang terbuat dari ikan yang diolesi dengan garam kemudian diberi khomr lalu dijemur di bawah terik matahari, maka berubahlah rasa khomrnya. Sebagian orang menyangka bahwa sesuatu yang tercampur dengan khomr hukumnya haram secara mutlak meskipun presentasi khomr tersebut kecil dan tidak nampak lagi bekasbekasnya, dan mereka menyangka bahwa inilah makna dari sabda Nabi Apa yang jika banyaknya memabukkan maka sedikitnya haram. Contohnya jika ada suatu minuman jika seseorang meminumnya sepuluh botol ia akan mabuk dan jika hanya meminum sebotol tidak mabuk, maka sebotol minuman ini meskipun tidak memabukkan namun hukumnya haram inilah makna hadits, Apa yang jika banyaknya memabukkan maka sedikitnya juga haram. 211 Hukum Menggunakan Parfum yang Mengandung Alkohol Syaikh Utsaimin ditanya tentang hukum penggunaan parfum yang mengandung kolonia yang mengandung alkohol dan bagaimana hukum shalat dengan menggunakan baju yang tersentuh parfum tersebut Beliau menjawab, Jika persentase alkoholnya besar maka yang lebih utama adalah meninggalkan pemakaian parfum tersebut, dan jika persentasenya kecil maka tidaklah mengapa. Adapun hukum shalat dengan pakaian yang tersentuh parfum tersebut maka adalah sah. Maka tidaklah boleh bagi kaum muslimin jika demikian untuk menggunakan parfum tersebut karena jenis penggunaan apapun terhadap parfum ini telah masuk dalam keumuman firman Allah Dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Oleh karenanya, kami menasihati untuk menjauhi perdagangan parfumparfum yang mengandung alkohol, terlebih lagi jika tertulis dalam labelnya bahwa kandungan alkoholnya 60 persen atau 70 persen, maknanya yaitu memungkinkan untuk mengubah parfum tersebut menjadi minuman yang memabukkan. Dan di antara kaidahkaidah dalam syariat adalah bab saddud dzariah menutup saranasarana yang mengantarkan kepada keharaman. Fatawa AlMadinah AlMunawwaraoh, hal 60, soal no. 23 Cara penyembuhan yang benar dengan taat kepada Allah dan hal ini tertancap di hati para sahabat radhiyallahu anhu. 1733 Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya Allah adalah Dzat yang maha mengetahui segala sesuatu, sesungguhnya Allah mengetahui akan ada hambahambaNya yang memiliki kecenderungan kepada halhal yang bersifat kesetanan, akan ada dari hambahambanya yang mempermainkan dalildalil yang berkaitan dengan pengharaman khomr. Akan ada hambanya yang mengikuti hawa nafsunya bukan karena hasil ijtihad sebagaimana ijtihadnya para imam kaum muslimin yang mengatakan bahwa khomr yang diharamkan hanyalah yang berasal dari anggur. Oleh karena itu Allah mewahyukan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan jawamiul kalim dengan sabdanya, Setiap yang memabukkan adalah khomr dan semua khomr haram.
Hukum Memakai Cincin Batu Akik (Giok)
https://bersamadakwah.net/hukum-memakai-cincin-batu-akik-giok/
cincin batu akik (Indopos.co.id) Fenomena cincin batu akik (giok) semakin marak. Makin banyak orang yang memakai cincin batu akik, harganya pun menjadi semakin mahal. Yang mengkhawatirkan, sebagian penjualan cincin batu akik diwarnai keyakinan bahwa cincin tersebut memiliki tuah gaib atau kekuatan supranatural. Misalnya sepert dilansir Indopos.co.id pada 28 Februari 2015. Disebutkan, batu akik Kecubung, Mata Kucing, Combong dan Batu Sulaiman laris karena diyakini memiliki kekuatan supranatural yang tinggi. “Sebagian lainnya, memburu batu bertuah lantaran digunakan sebagai sarana pengasihan (cinta), sarana penglarisan dagangan, sarana untuk jabatan, sarana kewibawaan, sarana untuk menjadi pribadi yang tangguh dan lain sebagainya,” tulis media tersebut. Bagaimana hukum memakai cincin batu akik? Pada awalnya, memakai cincin batu akik hukumnya mubah. Bagi laki-laki muslim, yang diharamkan adalah cincin emas. Sedangkan cincin batu akik, tidak ada dalil yang melarangnya. “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang cincin emas (bagi laki-laki)”. (HR. Al Bukhari dan Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan juga memakai cincin batu akik. Cincin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terbuat dari perak dan mata cincinnya adalah batu dari Etiopia. (HR. Muslim) Imam Nawawi menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim, sebagaimana dikutip Ustadz Farid Nu’man Hasan, bahwa yang dimaksud dengan batu dari Etiophia tersebut adalah batu ‘aqiq. Adapun meyakini batu akik memiliki kekuatan supranatural atau mampu mendatangkan manfaat gaib, maka keyakinan tersebut adalah keyakinan yang batil dan diharamkan. Bahkan, keyakinan seperti itu bisa menjerumuskan kepada syirik. - - . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seorang pria mengenakan gelang di lengannya. Pria itu mengatakan bahwa gelang tersebut terbuat dari kuningan. Lalu beliau berkata, “Untuk apa engkau memakainya?” Pria itu menjawab, “(Ini untuk mencegah) wahinah (penyakit yang ada di lengan atas).” Beliau lantas bersabda, “Gelang tadi malah membuatmu semakin lemah. Buanglah! Seandainya engkau mati dalam keadaan masih mengenakan gelang tersebut, engkau tidak akan beruntung selamanya.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad) Sama seperti gelang tersebut, cincin batu akik yang diyakini membawa manfaat gaib juga membuat seseorang tidak akan beruntung (celaka) sebab hal itu adalah salah satu bentuk kemusyrikan. Kesimpulannya, hukum asal memakai batu cincin akik adalah mubah (boleh). Namun, jika disertai keyakinan bahwa batu akik tersebut memiliki kekuatan supranatural atau membawa manfaat gaib, maka ia berubah menjadi haram. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/bersamadakwah]
cincin batu akik Indopos.co.id Fenomena cincin batu akik giok semakin marak. Makin banyak orang yang memakai cincin batu akik, harganya pun menjadi semakin mahal. Yang mengkhawatirkan, sebagian penjualan cincin batu akik diwarnai keyakinan bahwa cincin tersebut memiliki tuah gaib atau kekuatan supranatural. Misalnya sepert dilansir Indopos.co.id pada 28 Februari 2015. Disebutkan, batu akik Kecubung, Mata Kucing, Combong dan Batu Sulaiman laris karena diyakini memiliki kekuatan supranatural yang tinggi. Sebagian lainnya, memburu batu bertuah lantaran digunakan sebagai sarana pengasihan cinta, sarana penglarisan dagangan, sarana untuk jabatan, sarana kewibawaan, sarana untuk menjadi pribadi yang tangguh dan lain sebagainya, tulis media tersebut. Bagaimana hukum memakai cincin batu akik Pada awalnya, memakai cincin batu akik hukumnya mubah. Bagi lakilaki muslim, yang diharamkan adalah cincin emas. Sedangkan cincin batu akik, tidak ada dalil yang melarangnya. Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang cincin emas bagi lakilaki. HR. Al Bukhari dan Muslim Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan juga memakai cincin batu akik. Cincin Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terbuat dari perak dan mata cincinnya adalah batu dari Etiopia. HR. Muslim Imam Nawawi menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim, sebagaimana dikutip Ustadz Farid Numan Hasan, bahwa yang dimaksud dengan batu dari Etiophia tersebut adalah batu aqiq. Adapun meyakini batu akik memiliki kekuatan supranatural atau mampu mendatangkan manfaat gaib, maka keyakinan tersebut adalah keyakinan yang batil dan diharamkan. Bahkan, keyakinan seperti itu bisa menjerumuskan kepada syirik. . Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat seorang pria mengenakan gelang di lengannya. Pria itu mengatakan bahwa gelang tersebut terbuat dari kuningan. Lalu beliau berkata, Untuk apa engkau memakainya Pria itu menjawab, Ini untuk mencegah wahinah penyakit yang ada di lengan atas. Beliau lantas bersabda, Gelang tadi malah membuatmu semakin lemah. Buanglah Seandainya engkau mati dalam keadaan masih mengenakan gelang tersebut, engkau tidak akan beruntung selamanya. HR. Ibnu Majah dan Ahmad Sama seperti gelang tersebut, cincin batu akik yang diyakini membawa manfaat gaib juga membuat seseorang tidak akan beruntung celaka sebab hal itu adalah salah satu bentuk kemusyrikan. Kesimpulannya, hukum asal memakai batu cincin akik adalah mubah boleh. Namun, jika disertai keyakinan bahwa batu akik tersebut memiliki kekuatan supranatural atau membawa manfaat gaib, maka ia berubah menjadi haram. Wallahu alam bish shawab. Muchlisin BKbersamadakwah
4 Sunnah Saat Sahur
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/4-sunnah-saat-sahur/
- Berikut 4 sunnah saat sahur. Secara sederhana, pengertian sahur adalah makan atau minum di waktu sebelum waktu Subuh tiba. Rasulullah SAW menganjurkan orang yang ingin melaksanakan puasa Ramadhan agar makan sahur dahulu. Secara hukum fikih, melaksanakan makan sahur, hukumnya adalah sunnah. Lebih jauh lagi, makan sahur bernilai ibadah dan membawa keberkahan kepada orang yang hendak berpuasa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad; Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan para malaikatNya bershalawat atas orang-orang yang makan sahur. 4 Sunnah Saat Makan Sahur Nah di samping itu ada beberapa 4 Sunnah saat makan sahur. Pertama, menunda makan sahur sampai menjelang waktu imsak. Maksud dari menunda sahur adalah menunda waktu makan sahur hingga dekat dengan waktu imsak atau waktu subuh agar dapat memperpanjang waktu berpuasa di siang harinya. : . ( ) Artinya: Dari Anas bin Malik ra, Nabi bersabda: Makan sahur karena sesungguhnya pada sahur terdapat keberkahan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Kedua, memperbanyak minum air putih. Maksud dari memperbanyak minum air putih pada saat sahur adalah agar tubuh tetap terhidrasi dan mencegah dehidrasi pada siang harinya. Hal ini juga sesuai dengan ilmu kesehatan yang menganjurkan untuk minum air. : . ( ) Artinya: Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya pada sahur terdapat keberkahan dan Dan pada air terdapat keberkahan. (HR. At-Thabrani) Ketiga, membaca istighfar di waktu sahur. Di waktu ini juga disunnahkan untuk memperbanyak membaca istigfar dan doa. Pasalnya, waktu sahur adalah waktu yang terbaik dalam untuk bermunajat. Keterangan ini bersumber dari Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fath Al-Bari berikut; Artinya: Sesungguhnya akhir malam itu lebih utama untuk memanjatkan doa dan membaca beristigfar. Ini berdasarkan firman Allah; Dan orang-orang yang membaca istighfar di waktu sahur. Selain itu, doa pada waktu itu akan dikabulkan. Keempat, memakai wewangian mandi di waktu sahur. Ini sebagaimana ditegaskan oleh Habib Abdullah bin Husain bin Abdullah bin Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur dalam kitab Risalah fi Al-Shiyam berikut; Disunnahkan memakai wewangian di waktu sahur. Demikian 4 amalan sunnah yang paling utama menurut para ulama untuk kita kerjakan ketika kita makan sahur untuk berpuasa di bulan Ramadhan.
Berikut 4 sunnah saat sahur. Secara sederhana, pengertian sahur adalah makan atau minum di waktu sebelum waktu Subuh tiba. Rasulullah SAW menganjurkan orang yang ingin melaksanakan puasa Ramadhan agar makan sahur dahulu. Secara hukum fikih, melaksanakan makan sahur, hukumnya adalah sunnah. Lebih jauh lagi, makan sahur bernilai ibadah dan membawa keberkahan kepada orang yang hendak berpuasa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan para malaikatNya bershalawat atas orangorang yang makan sahur. 4 Sunnah Saat Makan Sahur Nah di samping itu ada beberapa 4 Sunnah saat makan sahur. Pertama, menunda makan sahur sampai menjelang waktu imsak. Maksud dari menunda sahur adalah menunda waktu makan sahur hingga dekat dengan waktu imsak atau waktu subuh agar dapat memperpanjang waktu berpuasa di siang harinya. . Artinya Dari Anas bin Malik ra, Nabi bersabda Makan sahur karena sesungguhnya pada sahur terdapat keberkahan. HR. AlBukhari dan Muslim. Kedua, memperbanyak minum air putih. Maksud dari memperbanyak minum air putih pada saat sahur adalah agar tubuh tetap terhidrasi dan mencegah dehidrasi pada siang harinya. Hal ini juga sesuai dengan ilmu kesehatan yang menganjurkan untuk minum air. . Artinya Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya pada sahur terdapat keberkahan dan Dan pada air terdapat keberkahan. HR. AtThabrani Ketiga, membaca istighfar di waktu sahur. Di waktu ini juga disunnahkan untuk memperbanyak membaca istigfar dan doa. Pasalnya, waktu sahur adalah waktu yang terbaik dalam untuk bermunajat. Keterangan ini bersumber dari Imam Ibnu Hajar AlAsqalani dalam kitab Fath AlBari berikut Artinya Sesungguhnya akhir malam itu lebih utama untuk memanjatkan doa dan membaca beristigfar. Ini berdasarkan firman Allah Dan orangorang yang membaca istighfar di waktu sahur. Selain itu, doa pada waktu itu akan dikabulkan. Keempat, memakai wewangian mandi di waktu sahur. Ini sebagaimana ditegaskan oleh Habib Abdullah bin Husain bin Abdullah bin Ali bin Abdurrahman AlMasyhur dalam kitab Risalah fi AlShiyam berikut Disunnahkan memakai wewangian di waktu sahur. Demikian 4 amalan sunnah yang paling utama menurut para ulama untuk kita kerjakan ketika kita makan sahur untuk berpuasa di bulan Ramadhan.
6 Amalan Pembuka Pintu Rezeki
https://rumaysho.com/13115-6-amalan-pembuka-pintu-rezeki.html
Coba amalkan 6 amalan berikut ini, moga Allah bukakan pintu rezeki yang banyak bagi kita. Allah Taala berfirman, (10) (11) (12)Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12)Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa. Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada Al-Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Al-Hasan menasehatkan, Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah.Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Lalu Al-Hasan menasehatkan, Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah.Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan (kebunnya). Lalu Al-Hasan menasehatkan, Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah.Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu itu belum memiliki anak. Lalu Al-Hasan menasehatkan, Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah.Kemudian setelah itu Al-Hasan Al-Bashri membacakan surat Nuh di atas. (Riwayat ini disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar di Fath Al-Bari, 11: 98) Silaturahim adalah menjalin hubungan dengan kerabat yang pernah putus atau terus menjalin yang telah selama ini ada.Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim. (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).Kata Imam Nawawi dilapangkan rezeki adalah diluaskan atau diperbanyak rezekinya. Juga bisa maksudnya adalah Allah berkahi rezekinya. (Syarh Shahih Muslim, 16: 104)Ibnu Hajar dalam Al-Fath menjelaskan, Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahrom ataukah tidak. Allah Taala berfirman, Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba: 39)Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sedekah tidaklah mengurangi harta. (HR. Muslim, no. 2588)Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran: Allah Taala berfirman, , Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita penjelasan menarik mengenai pengertian takwa. Beliau rahimahullah berkata,Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Taala berfirman, Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari. (Majmu Al-Fatawa, 10: 433) Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. (HR. An-Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1: 387. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan) Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dari hadits Ummu Salamah radhiyallahu anha, ia menyatakan:Setiap Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat Shubuh, setelah salam, beliau membaca doa berikut, Allahumma innii as-aluka ilman naafia, wa rizqon thoyyibaa, wa amalan mutaqobbalaa.Artinya:Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik). (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)Juga doa lainnya dari hadits Ali, Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan doa berikut, Allahumak-finii bi halaalika an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika amman siwaak.Artinya:Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu. (HR. Tirmidzi no. 3563. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan) Dari Ibnu Masud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya. (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mujam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).Dalam hadits disebutkan bahwa kita diperintah untuk mencari rezeki dengan cara yang baik atau diperintahkan untuk ajmilu fit tholab. Apa maksudnya?Intinya karena tidak sabar. Seandainya mau bersabar mencari rezeki, tetap Allah beri karena jatah rezeki yang halal sudah ada. Coba renungkan perkataan Ibnu Abbas berikut ini. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya. (Hilyah Al-Auliya, 1: 326)Semoga bermanfaat.—Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman Panggang, 9 Jumadats Tsaniyah 1437 HSelesai disusun @ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 9 Jumadats Tsaniyah 1437 HOleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam
Coba amalkan 6 amalan berikut ini, moga Allah bukakan pintu rezeki yang banyak bagi kita. Nuh 1012Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa. Lalu AlHasan menasehatkan, Beristigfarlah mohon ampunlah kepada Allah. Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan kebunnya. Kemudian setelah itu AlHasan AlBashri membacakan surat Nuh di atas. Riwayat ini disebutkan oleh AlHafidz Ibnu Hajar di Fath AlBari, 11 98 Silaturahim adalah menjalin hubungan dengan kerabat yang pernah putus atau terus menjalin yang telah selama ini ada. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim. 2557.Kata Imam Nawawi dilapangkan rezeki adalah diluaskan atau diperbanyak rezekinya. Allah Taala berfirman, Katakanlah Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendakiNya di antara hambahambaNya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendakiNya. Saba 39Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sedekah tidaklah mengurangi harta. AthThalaq 23Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita penjelasan menarik mengenai pengertian takwa. Beliau rahimahullah berkata,Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya petunjuk dari Allah karena mengharap rahmatNya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya petunjuk dari Allah karena takut akan siksaNya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan halhal yang sunnah. Dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri padaKu dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Majmu AlFatawa, 10 433 Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosadosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. AlHafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dari hadits Ummu Salamah radhiyallahu anha, ia menyatakanSetiap Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat Shubuh, setelah salam, beliau membaca doa berikut, Allahumma innii asaluka ilman naafia, wa rizqon thoyyibaa, wa amalan mutaqobbalaa. ArtinyaYa Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karuniaMu dari bergantung pada selainMu. AlHafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan Dari Ibnu Masud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya ruh qudus Jibril, telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Coba renungkan perkataan Ibnu Abbas berikut ini. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, Seorang mukmin dan seorang fajir yang gemar maksiat sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman Panggang, 9 Jumadats Tsaniyah 1437 HSelesai disusun Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 9 Jumadats Tsaniyah 1437 HOleh AlFaqir Ila Maghfirati Rabbihi Muhammad Abduh TuasikalRumaysho. Com, Channel Telegram RumayshoCom, DarushSholihin, UntaianNasihat, RemajaIslam
Ternyata Puasa di Bulan Syuro Adalah Puasa Paling Afdol Setelah Puasa Ramadhan
https://konsultasisyariah.com/36479-ternyata-puasa-di-bulan-syuro-adalah-puasa-paling-afdol-setelah-puasa-ramadhan.html
Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam ‘ala Rasulillah wa ba’du. Bulan Syuro atau dalam kalender Islam disebut bulan Muharram, yang dikenal mistis atau sial ini, ternyata menyimpan limpahan keberkahan. Menepis anggapan khurofat yang telah membudaya di masyarakat tanah air. Di antara lapis-lapis keberkahan di bulan Syuro adalah melakukan puasa di bulan ini, nilai pahalanya, puasa paling afdhol setelah puasa Ramadhan. Dalilnya hadis dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasa yang paling afdol setelah puasa Ramadhan adalah puasa yang dilakukan di bulannya Allah, yaitu Muharram.” (HR. Muslim) Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan hadis di atas dengan menukil pernyataan Abu . : - – “Abu menerangkan: “Bulan Muharram dinisbatkan oleh Nabi kepada Allah Yang Maha Mulia padahal seluruh bulan adalah milik Allah, untuk menunjukkan kemuliaan dan keagungan bulan ini. Segala yang mulia, selalu dinisbatkan kepada Allah.” (Kasyful Musykil 3, hal. 597, tahqiq: Dr. Ali Husain Al-Bawab) Bagaimana dengan puasa di bulan Sya’ban? Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak puasa di bulan tersebut sebagai indikasi afdolnya puasa di bulan Sya’ban? Demikian yang diceritakan Aisyah radhiyallahu’anha. – – “Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim) Namun, hadis di atas bukan berarti puasa di bulan Sya’ban adalah yang terafdol setelah puasa Ramadhan, melebihi puasa bulan Muharram. Alasannya dijelaskan Imam Nawawi rahimahullah berikut. ( ) : . : “Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Puasa yang paling afdol setelah puasa Ramadhan adalah puasa yang dilakukan di bulannya Allah, yaitu Muharram” adalah sebagai dalil tegas bahwa bulan Muharram adalah bulan paling afdol untuk melakukan puasa. Telah kami jelaskan jawaban pertanyaan tentang Nabi memperbanyak puasa di bulan Sya’ban bukan di bulan Muharram, kami paparkan dua poin jawaban: Pertama, bisa jadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui keutamaan Muharram di akhir hayat beliau. Kedua, atau saat bertemu dengan bulan Muharram, beliau sedang berada dalam kondisi uzur tidak puasa. Bisa karena safar, sakit, atau yang lainnya.” (Shahih Muslim Bi Syarhi An-Nawawi 8/55) Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menambahkan penjelasan, bahwa pembagian afdoliyah puasa setelah puasa Ramadhan ada dua macam. Puasa bulanan yang paling afdol adalah puasa di bulan Muharram. Puasa harian yang paling afdol adalah puasa di hari-hari khusus yang dianjurkan puasa, seperti puasa Arofah, puasa Syawal, dan lain-lain. Dalam kitab karyanya yang berjudul Lathoiful Ma’arif, beliau rahimahullah menjelaskan: : “Hadis tersebut (tentang keutamaan puasa di bulan Muharram) sebagai dalil tegas bahwa puasa tathowwu’/sunah yang paling afdol setelah puasa Ramadhan adalah puasa yang dilakukan di bulannya Allah yaitu Muharram. Dan mungkin saja maksudnya adalah puasa di bulan Muharram adalah puasa bulanan penuh yang paling afdol setelah puasa di bulan Ramadhan. Adapun puasa pada sebagian hari yang terdapat dalam bulan-bulan maka pahalanya lebih afdol daripada puasa di hari yang selainnya, seperti puasa Arofah, puasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah, puasa enam hari Syawal, dan yang lainnya.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 77, tahqiq: Yasin Muhammad Sawwas) Puasa apa yang bisa kita lakukan di bulan Syuro ini? Ya bisa puasa sunah yang populer seperti puasa Dawud, puasa Senin Kamis, puasa tiga hari setiap bulan, atau puasa Ayyamul Bidh. Atau bisa juga puasa tathowwu’, yaitu berniat puasa sunah yang tidak terikat oleh hari. Atau bisa diisi dengan puasa Qodo’ bagi yang memiliki hutang puasa Ramadhan. Wallahul muwaffiq. Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori (Alumnus Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam ala Rasulillah wa badu. Bulan Syuro atau dalam kalender Islam disebut bulan Muharram, yang dikenal mistis atau sial ini, ternyata menyimpan limpahan keberkahan. Menepis anggapan khurofat yang telah membudaya di masyarakat tanah air. Di antara lapislapis keberkahan di bulan Syuro adalah melakukan puasa di bulan ini, nilai pahalanya, puasa paling afdhol setelah puasa Ramadhan. Dalilnya hadis dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Puasa yang paling afdol setelah puasa Ramadhan adalah puasa yang dilakukan di bulannya Allah, yaitu Muharram. Muslim Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan hadis di atas dengan menukil pernyataan Abu . Segala yang mulia, selalu dinisbatkan kepada Allah. 597, tahqiq Dr. Ali Husain AlBawab Bagaimana dengan puasa di bulan Syaban Bukankah Nabi shallallahu alaihi wa sallam memperbanyak puasa di bulan tersebut sebagai indikasi afdolnya puasa di bulan Syaban Demikian yang diceritakan Aisyah radhiyallahuanha. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Syaban. Alasannya dijelaskan Imam Nawawi rahimahullah berikut. . Kedua, atau saat bertemu dengan bulan Muharram, beliau sedang berada dalam kondisi uzur tidak puasa. Bisa karena safar, sakit, atau yang lainnya. Shahih Muslim Bi Syarhi AnNawawi 855 Imam Ibnu Rajab AlHambali rahimahullah menambahkan penjelasan, bahwa pembagian afdoliyah puasa setelah puasa Ramadhan ada dua macam. Puasa bulanan yang paling afdol adalah puasa di bulan Muharram. Puasa harian yang paling afdol adalah puasa di harihari khusus yang dianjurkan puasa, seperti puasa Arofah, puasa Syawal, dan lainlain. Atau bisa juga puasa tathowwu, yaitu berniat puasa sunah yang tidak terikat oleh hari. Atau bisa diisi dengan puasa Qodo bagi yang memiliki hutang puasa Ramadhan. Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori Alumnus Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Quran Yogyakarta Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n.
Shalat Tahiyyatul Masjid
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/03/12/shalat-tahiyyatul-masjid/
Pertanyaan: Apabila kita sudah masuk masjid dan melakukan shalat tahiyyatul masjid kemudian batal setelahnya. Apakah kita diperintahkan untuk shalat tahiyyatul masjid lagi setelah selesai wudhu yang kedua? Awaluddin Azmi, Shalatiga [disidangkan pada Jum’at, 23 Muharram 1439 H / 13 Oktober 2017 M] Jawaban : Tentang ajaran atau anjuran shalat tahiyyatul masjid telah dijelaskan di buku Tanya Jawab Agama jilid 4 halaman 161. Shalat tahiyyatul masjid adalah salah satu shalat sunnat yang disyariatkan pada setiap waktu, yang pelaksanaannya adalah ketika masuk ke dalam masjid sebelum duduk. Sebagaimana hadis, [ ]. “Dari Abu Qatadah as–Salami (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw bersabda: Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum ia duduk” [HR. al-Jama’ah, Muslim No. 1166, al-Bukhari No. 425, an-Nasa’i 722]. Hukum asal shalat tahiyyatul masjid adalah dilakukan saat masuk kedalam masjid dan sebelum duduk. Logika hukumnya saat seseorang memasuki masjid maka disunnahkan untuk melakukan shalat tahiyyatul masjid baru kemudian duduk. Hadis ini bersifat mutlaq, tidak ada batasan mengenai masuk masjid yang keberapa kah orang tersebut, sehingga shalat tahiyyatul masjid dapat dilaksanakan setiap seseorang masuk masjid dan sebelum duduk. Hal ini berdasarkan kaidah: “Sesuatu yang mutlaq itu berlaku atas kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang membatasi nash atau petunjuknya.” Menjawab pertanyaan di atas, maka berdasarkan hadis dan kaidah tersebut, yang menjadi acuan shalat tahiyyatul masjid adalah saat masuknya seseorang ke dalam masjid dan sebelum duduk. Berdasarkan acuan tersebut, maka seseorang yang telah melakukan shalat tahiyyatul masjid lalu batal dan melakukan wudhu kedua, kemudian masuk masjid tetap dianjurkan melaksanakan shalat tahiyyatul masjid. Wallahu a’lam bish-shawab. Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 23 Tahun 2018
Pertanyaan Apabila kita sudah masuk masjid dan melakukan shalat tahiyyatul masjid kemudian batal setelahnya. Apakah kita diperintahkan untuk shalat tahiyyatul masjid lagi setelah selesai wudhu yang kedua Awaluddin Azmi, Shalatiga disidangkan pada Jumat, 23 Muharram 1439 H 13 Oktober 2017 M Jawaban Tentang ajaran atau anjuran shalat tahiyyatul masjid telah dijelaskan di buku Tanya Jawab Agama jilid 4 halaman 161. Shalat tahiyyatul masjid adalah salah satu shalat sunnat yang disyariatkan pada setiap waktu, yang pelaksanaannya adalah ketika masuk ke dalam masjid sebelum duduk. Sebagaimana hadis, . Dari Abu Qatadah asSalami diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum ia duduk HR. alJamaah, Muslim No. 1166, alBukhari No. 425, anNasai 722. Hukum asal shalat tahiyyatul masjid adalah dilakukan saat masuk kedalam masjid dan sebelum duduk. Logika hukumnya saat seseorang memasuki masjid maka disunnahkan untuk melakukan shalat tahiyyatul masjid baru kemudian duduk. Hadis ini bersifat mutlaq, tidak ada batasan mengenai masuk masjid yang keberapa kah orang tersebut, sehingga shalat tahiyyatul masjid dapat dilaksanakan setiap seseorang masuk masjid dan sebelum duduk. Hal ini berdasarkan kaidah Sesuatu yang mutlaq itu berlaku atas kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang membatasi nash atau petunjuknya. Menjawab pertanyaan di atas, maka berdasarkan hadis dan kaidah tersebut, yang menjadi acuan shalat tahiyyatul masjid adalah saat masuknya seseorang ke dalam masjid dan sebelum duduk. Berdasarkan acuan tersebut, maka seseorang yang telah melakukan shalat tahiyyatul masjid lalu batal dan melakukan wudhu kedua, kemudian masuk masjid tetap dianjurkan melaksanakan shalat tahiyyatul masjid. Wallahu alam bishshawab. Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 23 Tahun 2018
Benarkah Ada Arwah Gentayangan? Ini Penjelasannya dalam Hadis Nabi
https://islami.co/benarkah-ada-arwah-gentayangan-ini-penjelasannya-dalam-hadis-nabi/
Hari ini, bisa kita saksikan perbincangan masalah arwah gentayangan lebih asyik daripada membicarakan orang yang masih hidup, terbukti di channel manapun, konten yang berisikan hal yang berbau mistis lebih sering diminati, apalagi tentang masalah roh bergentayangan. Lalu, dalam Islam apakah benar ada roh atau arwah gentayangan? Untuk menjawab pertanyaan ini, simak hadis riwayat Abu Hurairah berikut ini: Artinya Tidak ada adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah (keyakinan jahiliah tentang reinkarnasi) dan tidak pula shafar (menganggap bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat). (HR: Al-Bukhari) Pada hadis di atas Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak ada hammah, apa itu hammah? Dalam kitab al-Minhaj Syarh Shahih Muslim dijelaskan hammah ialah kepercayaan orang terdahulu yang menganggap roh orang yang meninggal akan berubah menjadi binatang kecil, dan dia akan meminta minum, jika dia telah menunaikan balas dendamnya kepada si pembunuh maka dia akan terbang. Dikatakan juga, roh manusia akan berubah menjadi binatang kecil dan terbang. Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub juga mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Fatwa Imam Besar Mesjid Istiqlal, ketika seseorang meninggal (mati, berpisah dari rohnya), ia tidak akan kembali ke alam dunia. Jadi, arwah gentayangan itu adalah setan yang melakukan tipu daya dengan menyerupai orang yang sudah meninggal, orang yang sudah meninggal akan tetap di alam barzakh. Hal ini sesuai dengan surat al-Muminun ayat 100, Allah SWT berfirman, Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan. Jin adalah makhluk yang dapat menjelma atau mengubah fisiknya menyerupai bentuk manusia atau makhluk-makhluk yang lain. Setan yang berasal dari jin, ingin menyebarkan tipu daya juga keraguan pada keimanan manusia, salah satunya ialah menjelma menyerupai seseorang yang telah meninggal. [Artikel ini bagian dari program One Day One Hadis yang diinisiasi Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah. Pesantren ini didirikan Almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Pesantren Darus-Sunnah saat ini dalam tahap pengembangan dan pembangunan, bagi yang mau berdonasi silahkan klik link ini]
Hari ini, bisa kita saksikan perbincangan masalah arwah gentayangan lebih asyik daripada membicarakan orang yang masih hidup, terbukti di channel manapun, konten yang berisikan hal yang berbau mistis lebih sering diminati, apalagi tentang masalah roh bergentayangan. Lalu, dalam Islam apakah benar ada roh atau arwah gentayangan Untuk menjawab pertanyaan ini, simak hadis riwayat Abu Hurairah berikut ini Artinya Tidak ada adwa keyakinan adanya penularan penyakit, tidak ada thiyarah menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal, tidak ada hammah keyakinan jahiliah tentang reinkarnasi dan tidak pula shafar menganggap bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat. HR AlBukhari Pada hadis di atas Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak ada hammah, apa itu hammah Dalam kitab alMinhaj Syarh Shahih Muslim dijelaskan hammah ialah kepercayaan orang terdahulu yang menganggap roh orang yang meninggal akan berubah menjadi binatang kecil, dan dia akan meminta minum, jika dia telah menunaikan balas dendamnya kepada si pembunuh maka dia akan terbang. Dikatakan juga, roh manusia akan berubah menjadi binatang kecil dan terbang. Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub juga mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Fatwa Imam Besar Mesjid Istiqlal, ketika seseorang meninggal mati, berpisah dari rohnya, ia tidak akan kembali ke alam dunia. Jadi, arwah gentayangan itu adalah setan yang melakukan tipu daya dengan menyerupai orang yang sudah meninggal, orang yang sudah meninggal akan tetap di alam barzakh. Hal ini sesuai dengan surat alMuminun ayat 100, Allah SWT berfirman, Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan. Jin adalah makhluk yang dapat menjelma atau mengubah fisiknya menyerupai bentuk manusia atau makhlukmakhluk yang lain. Setan yang berasal dari jin, ingin menyebarkan tipu daya juga keraguan pada keimanan manusia, salah satunya ialah menjelma menyerupai seseorang yang telah meninggal. Artikel ini bagian dari program One Day One Hadis yang diinisiasi Pesantren Ilmu Hadis DarusSunnah. Pesantren ini didirikan Almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Pesantren DarusSunnah saat ini dalam tahap pengembangan dan pembangunan, bagi yang mau berdonasi silahkan klik link ini
Apakah Keputihan Bisa Membatalkan Puasa?
https://www.detik.com/hikmah/muslimah/d-7251135/apakah-keputihan-bisa-membatalkan-puasa
Umat Islam harus mewaspadai hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Salah satu hal yang menjadi pertanyaan kaum muslim utamanya muslimah yaitu apakah keputihan bisa membatalkan puasa? Berikut penjelasannya. Salah satu hal yang dapat membuat puasa seorang muslimah batal yaitu haid atau menstruasi. Ini karena menstruasi termasuk dalam hadas besar. Mengutip buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah karya Akhyar As-Shiddiq Muhsin dan Dahlan Harnawisastra, larangan puasa ketika haid ini berdasarkan ijma' para ulama mengenai batalnya puasa dalam keadaan haid dan nifas. Hal ini juga sesuai dengan salah satu hadits. Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang mengalami haid, bukankah ia tidak melaksanakan salat dan tidak pula shaum? itu adalah bagian dari kekurangannya dalam agama." (HR Bukhari) Keputihan memiliki pengertian yang berbeda dengan haid. Keputihan adalah kondisi keluarnya cairan atau lendir berwarna putih dari vagina. Dikutip dari buku La Tahzan untuk Wanita Haid karya Ummu Azzam, keputihan dapat dibagi menjadi dua yaitu keputihan normal dan keputihan abnormal. Keputihan normal umum terjadi pada setiap wanita. Menukil buku Fiqih Perempuan Kontemporer karya Farid Nu'man, para ulama membedakan antara keputihan yang keluar dari dalam kemaluan dan keputihan yang keluar dari permukaan bagian luar kemaluan. Disebutkan dalam al-Mausu'ah al-Fiqhiyah, "Mayoritas ahli fiqih keputihan yang keluar dari dalam kemaluan najis karena itu merupakan cairan yang keluar dari dalam. Adapun yang keluar dari bagian permukaan, yaitu yang wajib dibasuh ketika mandi, maka itu menjadi suci. Abu Hanifah dan Hanabilah mengatakan bahwa keputihan adalah suci secara mutlak. " Dikutip dari buku 125 Masalah Thaharah karya Muhammad Anis Sumaji, para ulama mengkategorikan keputihan dalam darah penyakit atau masuk dalam kategori istihadhah. Darah istihadhah adalah salah satu jenis darah dari tiga jenis darah wanita, selain haid dan nifas. Orang yang sedang mengalami istihadhah tidak diwajibkan untuk mandi junub atau mandi wajib, hanya diwajibkan untuk berwudhu. Selain berwudhu, keputihan yang dimaknai sebagai darah istihadhah juga wajib dibersihkan. Pendapat lain dijelaskan dalam Fikih Muslimah Praktis karya Hafidz Muftisany. Para ulama memperselisihkan sifat dari keputihan atau ifrazat, apakah disamakan dengan madzi dan irq (cairan kemaluan) atau dengan mani. Asy Syairazi bersikukuh menyebutnya najis karena lebih dekat jenisnya dengan madzi, sedangkan Baghawi dan ar-Rafii berpendapat ifrazat adalah suci. Imam Syafi'i juga berpendapat bahwa status ifrazat adalah suci. Dari pernyataan tersebut diketahui masih terdapat perbedaan pendapat mengenai najis tidaknya keputihan. Akan tetapi, pendapat yang menyebutkan bahwa keputihan termasuk najis juga memberi keterangan bahwa muslimah yang mengalami keputihan tidak diharuskan mandi wajib. Itu berarti, keputihan dapat dibedakan dengan haid dan nifas yang disyariatkan untuk mandi wajib. Dengan kata lain, keputihan tidak membatalkan puasa. Wallahu a'lam. Mengutip buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan karya Abu Maryam Kautsar Amru, 5 hal yang disepakati ulama sebagai pembatal puasa yaitu: Makan dan minum dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Adapun jika seseorang makan dan minum dengan tidak sengaja, maka hal itu tidak membatalkan puasanya. Muntah dengan sengaja juga termasuk perkara yang membatalkan puasa. Adapun, jika muntah tidak disengaja maka tidak membatalkan puasa. Misalnya muntahnya wanita hamil yang mengalami morning sickness. Orang yang muntah dengan sengaja wajib mengqadha puasa, sebagaimana dikatakan Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah-nya yang diterjemahkan Abu Syauqina yang bersandar pada sabda Rasulullah SAW, : - - - , - Artinya: "Barang siapa yang (terpaksa) muntah, maka ia tidak berkewajiban mengqadha (puasa). Tetapi barang siapa yang sengaja muntah, maka ia berkewajiban mengqadha (puasa)." (HR lima imam hadits, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasa'i) Wanita yang mengalami haid dan nifas ketika berpuasa maka puasanya batal dan wajib menggantinya di luar bulan Ramadan. Jimak atau hubungan suami istri baik hingga keluar air mani ataupun tidak keluar air mani dapat membatalkan puasa. Adapun jimak yang dilakukan pada waktu siang hari di bulan Ramadan hukumnya haram, sedangkan jimak pada malam hari di bulan Ramadan diperbolehkan. Orang yang keluar dari Islam maka puasanya batal, demikian juga kewajiban puasanya. Empat mazhab sepakat Islam menjadi syarat wajib puasa Ramadan.
Umat Islam harus mewaspadai halhal yang dapat membatalkan puasa. Salah satu hal yang menjadi pertanyaan kaum muslim utamanya muslimah yaitu apakah keputihan bisa membatalkan puasa Berikut penjelasannya. Ini karena menstruasi termasuk dalam hadas besar. Mengutip buku Dahsyatnya Puasa Wajib Sunah karya Akhyar AsShiddiq Muhsin dan Dahlan Harnawisastra, larangan puasa ketika haid ini berdasarkan ijma para ulama mengenai batalnya puasa dalam keadaan haid dan nifas. Hal ini juga sesuai dengan salah satu hadits. Rasulullah SAW bersabda, Jika seorang mengalami haid, bukankah ia tidak melaksanakan salat dan tidak pula shaum itu adalah bagian dari kekurangannya dalam agama. Dikutip dari buku La Tahzan untuk Wanita Haid karya Ummu Azzam, keputihan dapat dibagi menjadi dua yaitu keputihan normal dan keputihan abnormal. Disebutkan dalam alMausuah alFiqhiyah, Mayoritas ahli fiqih keputihan yang keluar dari dalam kemaluan najis karena itu merupakan cairan yang keluar dari dalam. Adapun yang keluar dari bagian permukaan, yaitu yang wajib dibasuh ketika mandi, maka itu menjadi suci. Abu Hanifah dan Hanabilah mengatakan bahwa keputihan adalah suci secara mutlak. Orang yang sedang mengalami istihadhah tidak diwajibkan untuk mandi junub atau mandi wajib, hanya diwajibkan untuk berwudhu. Selain berwudhu, keputihan yang dimaknai sebagai darah istihadhah juga wajib dibersihkan. Pendapat lain dijelaskan dalam Fikih Muslimah Praktis karya Hafidz Muftisany. Asy Syairazi bersikukuh menyebutnya najis karena lebih dekat jenisnya dengan madzi, sedangkan Baghawi dan arRafii berpendapat ifrazat adalah suci. Imam Syafii juga berpendapat bahwa status ifrazat adalah suci. Akan tetapi, pendapat yang menyebutkan bahwa keputihan termasuk najis juga memberi keterangan bahwa muslimah yang mengalami keputihan tidak diharuskan mandi wajib. Mengutip buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan karya Abu Maryam Kautsar Amru, 5 hal yang disepakati ulama sebagai pembatal puasa yaitu Makan dan minum dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Adapun jika seseorang makan dan minum dengan tidak sengaja, maka hal itu tidak membatalkan puasanya. Muntah dengan sengaja juga termasuk perkara yang membatalkan puasa. Misalnya muntahnya wanita hamil yang mengalami morning sickness. Orang yang muntah dengan sengaja wajib mengqadha puasa, sebagaimana dikatakan Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnahnya yang diterjemahkan Abu Syauqina yang bersandar pada sabda Rasulullah SAW, , Artinya Barang siapa yang terpaksa muntah, maka ia tidak berkewajiban mengqadha puasa. Jimak atau hubungan suami istri baik hingga keluar air mani ataupun tidak keluar air mani dapat membatalkan puasa. Orang yang keluar dari Islam maka puasanya batal, demikian juga kewajiban puasanya. Empat mazhab sepakat Islam menjadi syarat wajib puasa Ramadan.
Saya ingin mengetahui posisi towaf seputar Ka’bah yang mulia dan tujuannya. Kenapa Ka’bah dijadikan sebelah kiri orang towaf? Apakah towaf di Mekah saja atau disempurnakan setiap hari juga? Saya berterimakasih informasi yang anda berikan
https://islamqa.info/id/answers/481/sebab-menjadikan-kabah-sebelah-kiri-bagi-orang-yang-towaf
Alhamdulillah.Sebab utama dijadikan ka’bah sebelah kiri orang towaf serta mengitari seputarnya adalah mengikuti Nabi sallallahu alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah Ta’ala Azza Wajalla: “Dan taatlah kepada Rasul agar kamu semua mendapatkan kasih sayang.” “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." QS. Ali Imron: 31 Sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam terkait masalah haji dan umrah: /1297 “Hendakah kamu semua mengambil manasik (haji) dariku.” HR. Muslim, 1297. Sebab ini cukup bagi seorang muslim melakukan towaf dengan arah tertentu. Kita tidak membutuhkan sebab lainnya seperti terikat dengan peredaran falak atau bintang atau peredaran galaksi atau selain itu. Karena tabiat seorang muslim adalah beriman dan menyerahkan sepenuhnya serta merealisasikan setiap apa yang ada ketetapan dari Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. Ketika mengetahui sebab atau hikmah, maka segala puji hanya milik Allah. Kalau tidak mengetahui, maka dia serahkan sepenuhnya urusan kepada Allah dan Rasul-Nya. Diberi pahala atas mengikuti dan merealisasikannya. Putaran ini khusus untuk ka’bah tidak boleh dilakukan selainnya dalam rangka beribadah. Wallahu a’lam .
Alhamdulillah.Sebab utama dijadikan kabah sebelah kiri orang towaf serta mengitari seputarnya adalah mengikuti Nabi sallallahu alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah Taala Azza Wajalla Dan taatlah kepada Rasul agar kamu semua mendapatkan kasih sayang. Katakanlah Jika kamu benarbenar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu. QS. Ali Imron 31 Sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam terkait masalah haji dan umrah 1297 Hendakah kamu semua mengambil manasik haji dariku. HR. Muslim, 1297. Sebab ini cukup bagi seorang muslim melakukan towaf dengan arah tertentu. Kita tidak membutuhkan sebab lainnya seperti terikat dengan peredaran falak atau bintang atau peredaran galaksi atau selain itu. Karena tabiat seorang muslim adalah beriman dan menyerahkan sepenuhnya serta merealisasikan setiap apa yang ada ketetapan dari Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. Ketika mengetahui sebab atau hikmah, maka segala puji hanya milik Allah. Kalau tidak mengetahui, maka dia serahkan sepenuhnya urusan kepada Allah dan RasulNya. Diberi pahala atas mengikuti dan merealisasikannya. Putaran ini khusus untuk kabah tidak boleh dilakukan selainnya dalam rangka beribadah. Wallahu alam .
3883. JIKA JENAZAH / MAYAT BERGIGI EMAS
https://www.piss-ktb.com/2015/03/3883-hukum-mayat-yang-bergigi-emas.html
PERTANYAAN : Assalamualaikum wr wb. Orang meninggal dunia yang punya gigi pasangan apa harus dicabut sebelum dikubur/ tidak boleh dibawa ke dalam kubur? Gigi merupakan alat untuk mengunyah makanan. Sehingga bila gigi seseorang copot, maka sebagian orang menggantikannya dengan gigi palsu yang dibuat dari emas, karena kebiasaan emas tidak berkarat dan tidak menimbulkan infeksi pada gusi. Namun Bagaimana hukumnya mayat yang memakai gigi emas. Apakah wajib dicabut atau boleh dikubur bersama gigi emasnya? [Rop Porop]. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Ini berbeda dengan keputusan muktamar NU ke-6 di Pekalongan pada tanggal 27 Agustus 1931 M. Bila ahli waris mayat tersebut Ridha tidak dicopotnya gigi palsu yang dibuat dari emas tersebut, maka boleh dikuburkan mayat tersebut tanpa harus mencabutnya terlebih dahulu. Dan tidak dianggap menyia-nyiakan harta karena mempunyai tujuan yang dibolehkan oleh syar'i, yaitu memuliakan mayit. Bahkan menurut pendapat yang kuat tidak boleh mencabutnya, bila sudah bersedaging, yaitu bila dicabut maka akan sampai pada tataran mahzur tayamum. Dan gigi tersebut bukan lagi hak ahli waris dan ghuramak (creditor). Namun bila gigi palsu tersebut dicabut tidak sampai pada tataran penyebab yang membolehkan tayamum, maka gigi tersebut adalah hak ahli waris dan hak ghuramak. Oleh karena itu bila mereka menuntut untuk mencabutnya, maka wajib dicabut gigi tersebut walaupun menghilangkan kehormatan mayat, karena hak mereka lebih diutamakan dari pada kehormatan mayat, ini dapat dibuktikan dengan masalah mayat menelan harta orang lain, dimana dalam hal itu wajib dibelah perut mayat tersebut. - Abdul Hamid Syarwani, Hasyiah syarwani 'ala tuhfatul muhtaj, Dar Al-Fikr, 1997, jilid 3 hal.303 : ) . ) . - Ibnu Hajar, Tuhfatul Muhtaj, Dar Al-Fikr, 1997, jilid 2 hal.136 : ) ( ) ( ) - Sayid Bakri ibn Sayid Muhammad Syatha, Ianatuth Thalibin, Haramain, Jilid 2, hal.115 : . . . - Abdul Hamid Syarwani, Hasyiah syarwani 'ala tuhfatul muhtaj, Dar Al-Fikr, 1997, jilid 3 hal.224 : Pemahaman tentang tidak boleh mencabut gigi tersebut bila sudah bersedaging/bersatu adalah hasil dari conparison (perbandingan) dengan masalah budak yang melakukan penyambungan ujung jarinya dengan emas sehingga bersatu/bersedaging. Dimana bila seorang majikan ingin menjual budak tersebut, maka sah menjualnya dengan emas tanpa harus mencabut emas tersebut terlebih dahulu, karena ini tidak dikatagorikan dalam bab jual beli ribawy yang diharamkan oleh syar'i. Kalau gigi bukan emas gimana? kalau bukan gigi emas tidak usah dilepas. Wallaahu A'lam. [Ghufron B]. Sumber : Hukum mayat yang bergigi emas Link Diskusi : www.fb.com/groups/piss.ktb/885751401447669/ www.fb.com/notes/928991037123705
Orang meninggal dunia yang punya gigi pasangan apa harus dicabut sebelum dikubur tidak boleh dibawa ke dalam kubur Gigi merupakan alat untuk mengunyah makanan. Sehingga bila gigi seseorang copot, maka sebagian orang menggantikannya dengan gigi palsu yang dibuat dari emas, karena kebiasaan emas tidak berkarat dan tidak menimbulkan infeksi pada gusi. Namun Bagaimana hukumnya mayat yang memakai gigi emas. Apakah wajib dicabut atau boleh dikubur bersama gigi emasnya Rop Porop. Dan tidak dianggap menyianyiakan harta karena mempunyai tujuan yang dibolehkan oleh syari, yaitu memuliakan mayit. Bahkan menurut pendapat yang kuat tidak boleh mencabutnya, bila sudah bersedaging, yaitu bila dicabut maka akan sampai pada tataran mahzur tayamum. Dan gigi tersebut bukan lagi hak ahli waris dan ghuramak creditor. Namun bila gigi palsu tersebut dicabut tidak sampai pada tataran penyebab yang membolehkan tayamum, maka gigi tersebut adalah hak ahli waris dan hak ghuramak. Oleh karena itu bila mereka menuntut untuk mencabutnya, maka wajib dicabut gigi tersebut walaupun menghilangkan kehormatan mayat, karena hak mereka lebih diutamakan dari pada kehormatan mayat, ini dapat dibuktikan dengan masalah mayat menelan harta orang lain, dimana dalam hal itu wajib dibelah perut mayat tersebut. Abdul Hamid Syarwani, Hasyiah syarwani ala tuhfatul muhtaj, Dar AlFikr, 1997, jilid 3 hal.303 . . Abdul Hamid Syarwani, Hasyiah syarwani ala tuhfatul muhtaj, Dar AlFikr, 1997, jilid 3 hal.224 Pemahaman tentang tidak boleh mencabut gigi tersebut bila sudah bersedagingbersatu adalah hasil dari conparison perbandingan dengan masalah budak yang melakukan penyambungan ujung jarinya dengan emas sehingga bersatubersedaging. Dimana bila seorang majikan ingin menjual budak tersebut, maka sah menjualnya dengan emas tanpa harus mencabut emas tersebut terlebih dahulu, karena ini tidak dikatagorikan dalam bab jual beli ribawy yang diharamkan oleh syari. Ghufron B. Sumber Hukum mayat yang bergigi emas Link Diskusi www.fb.comgroupspiss.ktb885751401447669 www.fb.comnotes928991037123705
4 Syarat Disebut Ikhlas dalam Belajar
https://muslim.or.id/18857-4-syarat-disebut-ikhlas-dalam-belajar.html
Apa saja syarat disebut ikhlas dalam belajar? Karena banyak yang belajar namun jarang memperoleh hasil? Banyak yang duduk di majelis namun tidak membuahkan ilmu yang bermanfaat pada dirinya, akhlaknya masih buruk, juga interaksi dengan sesamanya jelek. Para ulama selalu mewanti-wanti agar kita selalu ikhlas dalam beramal termasuk dalam belajar. Ilmu semakin mudah diraih jika disertai dengan ikhlas. Ilmu semakin jauh dari kita jika yang diharapkan adalah pujian manusia dan ridho selain Allah. Sesungguhnya ikhlas dalam beramal adalah syarat diterimanya amal dan cara mudah mencapai tujuan. Allah Taala berfirman, Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al Bayyinah: 5). Dari Umar bin Al Khottob, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap amalan tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan. (HR. Bukhari no. 54 dan Muslim no. 1907). Abu Bakr Al Marudzi berkata, Aku pernah mendengar seseorang bertanya pada Abu Abdillah -yaitu Imam Ahmad bin Hambal- mengenai jujur dan ikhlas. Beliau pun menjawab, Dengan ikhlas semakin mulia (tinggi) suatu kaum). Guru kami, Syaikh Sholih bin Abdullah bin Hamd Al Ushoimi –semoga Allah senantiasa menjaga dan memberkahi umur beliau– berkata bahwa ikhlas dalam belajar agama (ilmu diin) jika diniatkan: 1- Untuk menghilangkan kebodohan dari diri sendiri. 2- Untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain. 3- Menghidupkan dan menjaga ilmu. 4- Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Contoh dari ulama masa silam (ulama salaf), mereka selalu khawatir luput dari sifat ikhlas ketika belajar. Mereka sudah berusaha mewujudkan ikhlas tersebut dalam hati mereka. Namun untuk mengklaim, telah ikhlas, itu amatlah sulit. Sehingga dalam rangka wara (kehati-hatian), mereka tidak menyebut diri mereka ikhlas. Hisyam Ad Dastawa-iy rahimahullah berkata, : Sungguh aku tidak mampu berkata: aku telah pergi mencari hadits pada satu hari untuk mencari wajah Allah. Imam Ahmad ditanya, Apakah engkau telah menuntut ilmu karena Allah? Jawab beliau, ! , Karena Allah! Itu perkara besar (agung), namun aku berkeinginan kuat untuk terus meraihnya. Oleh karenanya, siapa yang luput dari ikhlas, maka ia telah luput dari ilmu dan kebaikan yang banyak. Sehingga ikhlas inilah yang mesti diperhatikan dalam setiap perkara yang nampak ataupun yang samar, yang tersembunyi atau yang terlihat. Karena itu, kita harus terus berusaha memperbaiki niat. Sufyan Ats Tsauriy berkata, Aku tidaklah pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada memperbaiki niatku. Karena niatku dapat terus berbolak-balik. Sulaiman Al Hasyimiy berkata, Terkadang ketika aku mengucapkan satu hadits saja, aku membutuhkan niat. Setelah aku beralih pada hadits yang lain, berubah lagi niatku. Jadi, memang betul menyampaikan satu hadits saja butuh niat ikhlas karena Allah. Semoga Allah beri kita hidayah untuk terus ikhlas dalam belajar dan beramal. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. Referensi: Tazhimul Ilmi pada point kedua, karya -guru kami- Syaikh Sholih bin Abdullah bin Hamd Al Ushoimiy — @ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 2 Jumadal Ula 1434 H Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Majalah Muslim.Or.Id
Apa saja syarat disebut ikhlas dalam belajar Karena banyak yang belajar namun jarang memperoleh hasil Banyak yang duduk di majelis namun tidak membuahkan ilmu yang bermanfaat pada dirinya, akhlaknya masih buruk, juga interaksi dengan sesamanya jelek. Para ulama selalu mewantiwanti agar kita selalu ikhlas dalam beramal termasuk dalam belajar. Ilmu semakin jauh dari kita jika yang diharapkan adalah pujian manusia dan ridho selain Allah. Allah Taala berfirman, Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus. Dari Umar bin Al Khottob, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap amalan tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan. Abu Bakr Al Marudzi berkata, Aku pernah mendengar seseorang bertanya pada Abu Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hambal mengenai jujur dan ikhlas. Beliau pun menjawab, Dengan ikhlas semakin mulia tinggi suatu kaum. 2 Untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain. 4 Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Mereka sudah berusaha mewujudkan ikhlas tersebut dalam hati mereka. Namun untuk mengklaim, telah ikhlas, itu amatlah sulit. Sehingga dalam rangka wara kehatihatian, mereka tidak menyebut diri mereka ikhlas. Hisyam Ad Dastawaiy rahimahullah berkata, Sungguh aku tidak mampu berkata aku telah pergi mencari hadits pada satu hari untuk mencari wajah Allah. Imam Ahmad ditanya, Apakah engkau telah menuntut ilmu karena Allah Jawab beliau, , Karena Allah Itu perkara besar agung, namun aku berkeinginan kuat untuk terus meraihnya. Sehingga ikhlas inilah yang mesti diperhatikan dalam setiap perkara yang nampak ataupun yang samar, yang tersembunyi atau yang terlihat. Karena itu, kita harus terus berusaha memperbaiki niat. Sufyan Ats Tsauriy berkata, Aku tidaklah pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada memperbaiki niatku. Sulaiman Al Hasyimiy berkata, Terkadang ketika aku mengucapkan satu hadits saja, aku membutuhkan niat. Setelah aku beralih pada hadits yang lain, berubah lagi niatku. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. Referensi Tazhimul Ilmi pada point kedua, karya guru kami Syaikh Sholih bin Abdullah bin Hamd Al Ushoimiy Pesantren Darush Sholihin, PanggangGunungkidul, 2 Jumadal Ula 1434 H Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Majalah Muslim.
Bagaimana Hukum dan Keistimewaan Puasa di Awal Bulan Dzulhijjah?
https://pecihitam.org/bagaimana-hukum-dan-keistimewaan-puasa-di-awal-bulan-dzulhijjah/
Pecihitam.org – Tahukah Anda? Ada yang istimewa dari sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah. Keistimewaan tersebut adalah karena di hari-hari itu terkumpul berbagai macam ibadah- ibadah yang bisa bergabung dan dilaksanakan menjadi satu  rentetan waktu. Dan waktu tersebut tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah shalat , sedekah (kurban), haji, dan puasa di awal bulan Dzulhijjah. Sepuluh hari awal Dzulhijjah merupakan momen hari penting sehingga Allah bersumpah dalam Surat Al-Fajr (1) (2 Artinya, “Demi waktu subuh (1) Dan sepuluh malam (2).” Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan sejumlah ulama salaf dan ulama kontemporer lain menyampaikan bahwa sepuluh malam yang dimaksud pada ayat ini adalah sepuluh malam pertama pada bulan Dzulhijjah. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hadis yang dikutip Ibnu Katsir dari Shahih Bukhari sebagai berikut: : “ ” - -: : “ ” (2 Artinya, “Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu’. Tidak ada hari-hari di mana amal sholih lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini, maksudnya sepuluh hari Dzul Hijjah. Kemudian para sahabat bertanya, ‘Dan bukan pula jihad, ya Rasulallah?’ Rasul lalu menjawab, ‘Dan tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tak lagi membawa apa-apa,’” (HR Bukhari 969). Hadis ini cukup jelas menyatakan bahwa apa pun bentuk ibadah yang dilaksanakan dalam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah sangat dianjurkan. Sayangnya, puasa di awal bulan Dzulhijjah hanya terhitung sebanyak sembilan hari sebab ibadah puasa diharamkan pada saat Idul Adha. Rasulullah SAW menekankan ibadah 9 hari Dzulhijjah yaitu puasa pada tanggal 9 (puasa Arafah) untuk orang yang tidak sedang menjalankan ibadah haji. Orang yang sedang melaksanakan ibadah haji tidak disunahkan menjalankan puasa di hari Arafah sebab Rasulullah pun tidak menjalankan puasa Arafah saat melaksanakan ibadah haji. Pengarang kitab (Al-Muhadzab) berkata, “Dan disunahkan bagi selain orang yang berhaji untuk puasa pada hari Arafah, karena mengacu pada hadits yang diriwayatkan oleh Qatadah, dia berkata. Rasulullah SAW Berkata, ‘Puasa hari Asyura’ dapat menghapus dosa yang telah lalu selama setahun. Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun. Setahun dosa yang lalu  dan setahun dosa yang akan datang.” Hal ini diperkuat oleh hadis yang diriwayatkan oleh Umul Fadhl binti Haris: “Sesungguhnya para ulama berbeda pendapat mengenai hal tersebut pada hari Arafah tentang apa yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Ulama mengatakan dua hal berbeda tentang persoalan ini. Pertama, mereka berpendapat bahwa Rasulullah tetap berpuasa saat berhaji. Sebagian ulama lainnya mengatakan Rasulullah tidak berpuasa. Lalu, Umul Fadhl menghaturi Rasul segelas susu sedang beliau masih duduk di atas ontanya pada padang Arafah, lalu Rasul meminumnya. Sebab  berdoa di hari ini (Arafah memiliki pahal yang besar, sedangkan  berpuasa itu melemahkannya, maka dinajurkan tidak puasa itu lebih utama.” (Lihat di kitab Al-Majmu’, juz 6, halaman 379). Puasa di awal bulan Dzulhijjah adalah sunah. Selain itu juga ada Puasa Arafah yang memiliki  pahala setara dengan puasa dua tahun. Setahun di masa lampau dan setahun yang akan datang. Sebagai umat Islam, alangkah ruginya jika kita tak mendapatkan keutamaan hari-hari tersebut untuk menjalankan ibadah apa pun bentuknya.
Pecihitam.org Tahukah Anda Ada yang istimewa dari sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah. Dan waktu tersebut tidak dimiliki oleh bulanbulan lainnya. Sepuluh hari awal Dzulhijjah merupakan momen hari penting sehingga Allah bersumpah dalam Surat AlFajr 1 2 Artinya, Demi waktu subuh 1 Dan sepuluh malam 2. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hadis yang dikutip Ibnu Katsir dari Shahih Bukhari sebagai berikut 2 Artinya, Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu. Kemudian para sahabat bertanya, Dan bukan pula jihad, ya Rasulallah Rasul lalu menjawab, Dan tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tak lagi membawa apaapa, HR Bukhari 969. Hadis ini cukup jelas menyatakan bahwa apa pun bentuk ibadah yang dilaksanakan dalam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah sangat dianjurkan. Pengarang kitab AlMuhadzab berkata, Dan disunahkan bagi selain orang yang berhaji untuk puasa pada hari Arafah, karena mengacu pada hadits yang diriwayatkan oleh Qatadah, dia berkata. Rasulullah SAW Berkata, Puasa hari Asyura dapat menghapus dosa yang telah lalu selama setahun. Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun. Setahun dosa yang lalu dan setahun dosa yang akan datang. Ulama mengatakan dua hal berbeda tentang persoalan ini. Pertama, mereka berpendapat bahwa Rasulullah tetap berpuasa saat berhaji. Lalu, Umul Fadhl menghaturi Rasul segelas susu sedang beliau masih duduk di atas ontanya pada padang Arafah, lalu Rasul meminumnya. Sebab berdoa di hari ini Arafah memiliki pahal yang besar, sedangkan berpuasa itu melemahkannya, maka dinajurkan tidak puasa itu lebih utama. Lihat di kitab AlMajmu, juz 6, halaman 379. Sebagai umat Islam, alangkah ruginya jika kita tak mendapatkan keutamaan harihari tersebut untuk menjalankan ibadah apa pun bentuknya.
Dalam Situasi Ini Dianjurkan Berhenti Zikir Sejenak
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/dalam-situasi-ini-dianjurkan-berhenti-zikir-sejenak/
Zikirsebagai media komunikasi antara seorang hamba kepada Tuhannya, baik menggunakan nama-Nya atau sifatnya, ataupun ayat-ayat-Nya.ZikirSangat dianjurkan dalam agama, terbukti banyak ayat Alquran maupun hadis Nabi yang menjelaskan keutamaannya diantaranya adalah surat Al-Ahzab ayat 41 yang berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, zikirlah kamu kepada Allah, dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab:41) Juga hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Muslim: - - : . Diriwayatkan dari Abi Said al-Khudzri dan Abi Hurairah. Keduanya menyaksikan bahwa Nabi bersabda: Tidaklah sebuah kaum berdzikir kepada Allah kecuali para Malaikat selalu mengeliling mereka. Dan turunlah rahmat serta turunya ketenangan, dan juga Allah memberikan Rahmat kepada orang yang berada disekitarnya. (HR. Muslim). Namun ada waktu-waktu tertentu ketika seseorang dianjurkan untuk berhenti zikir sejenak. Hal ini sesuai penjelasan Imam Nawawi dalam KitabAl-Adzkar: ketika ada orang yang memberi salam kepadanya, maka dianjurkan untuk menjawabnya, kemudian melanjutkandzikirkembali. Ketika ada orang yang bersin disampingnya maka dianjurkan mendoakannya, lalu melanjutkan dzikir lagi. Begitu juga saat mendengar khutbah, atau di saat mendengar adzan atau Iqamat maka dianjurkan menjawabnyaterlebihdahulu, kemudian melanjutkan berdzikir kembali. Ketika melihat kemunkaran, maka dicegah terlebih dahulu, atau melihat kebaikan maka lakukanlah terlebih dahulu, juga disaat Ada orang yang meminta petunjuk maka diberitahukan terlebih dahulu. Begitu juga disaat mengantuk, maka berhenti sejenak, kemudian melanjutkan berdzikir kembali. Dari penjelasan d iatas dapat dipahami bila seseorang mempunyai kebiasaan berdzikir pada waktu-waktu tertentu maka dianjurkan berhenti sejenak karena ada hal yang penting didahulukan. Artikel ini pernah dimuat di islami.co
Zikirsebagai media komunikasi antara seorang hamba kepada Tuhannya, baik menggunakan namaNya atau sifatnya, ataupun ayatayatNya.ZikirSangat dianjurkan dalam agama, terbukti banyak ayat Alquran maupun hadis Nabi yang menjelaskan keutamaannya diantaranya adalah surat AlAhzab ayat 41 yang berbunyi Hai orangorang yang beriman, zikirlah kamu kepada Allah, dengan zikir yang sebanyakbanyaknya. QS. AlAhzab41 Juga hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Muslim . Diriwayatkan dari Abi Said alKhudzri dan Abi Hurairah. Keduanya menyaksikan bahwa Nabi bersabda Tidaklah sebuah kaum berdzikir kepada Allah kecuali para Malaikat selalu mengeliling mereka. Dan turunlah rahmat serta turunya ketenangan, dan juga Allah memberikan Rahmat kepada orang yang berada disekitarnya. HR. Muslim. Namun ada waktuwaktu tertentu ketika seseorang dianjurkan untuk berhenti zikir sejenak. Hal ini sesuai penjelasan Imam Nawawi dalam KitabAlAdzkar ketika ada orang yang memberi salam kepadanya, maka dianjurkan untuk menjawabnya, kemudian melanjutkandzikirkembali. Ketika ada orang yang bersin disampingnya maka dianjurkan mendoakannya, lalu melanjutkan dzikir lagi. Begitu juga saat mendengar khutbah, atau di saat mendengar adzan atau Iqamat maka dianjurkan menjawabnyaterlebihdahulu, kemudian melanjutkan berdzikir kembali. Ketika melihat kemunkaran, maka dicegah terlebih dahulu, atau melihat kebaikan maka lakukanlah terlebih dahulu, juga disaat Ada orang yang meminta petunjuk maka diberitahukan terlebih dahulu. Begitu juga disaat mengantuk, maka berhenti sejenak, kemudian melanjutkan berdzikir kembali. Dari penjelasan d iatas dapat dipahami bila seseorang mempunyai kebiasaan berdzikir pada waktuwaktu tertentu maka dianjurkan berhenti sejenak karena ada hal yang penting didahulukan. Artikel ini pernah dimuat di islami.co
Hukum Mencukur Jenggot Jenazah
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hukum-mencukur-jenggot-jenazah/
Syariat Islam mengajarkan bagaimana kita memperlakukan jenazah dengan baik dan santun mulai dari proses memandikan, mengkafani, mensalati sampai menguburkannya. Bahkan semua pekerjaan tadi wajib dilakukan hal ini sudah dijelaskan oleh para ulama dalam berbagai karya. Abu Bakar al-Hishni dalam kitab Kifayatu al-Akhyar (h. 159) misalnya mengatakan, Para ulama sepakat bahwa masyarakat wajib(fardu kifayah) melakukan 4 hal (memandikan, mengkafani, mensalatkan, dan menguburkan) untuk mayat muslim sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam ar-Rofii, Imam an-Nawawi, dan lainnya. Dan sudah lumrah dikenal masyarakat jika di saat salah satu diantara kita wafat tentu mereka akan melakukan cara-cara tadi sampai tuntas. Hal ini didasari pada ajaran agama bahwa manusia atau bani Adam harus dihormati baik dia masih hidup ataupun sudah meninggal. Sebagaimana ditegaskan oleh firman Allah surat al-Isra [17]: 70 berikut; Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan Namun dalam proses memandikan jenazah ternyata ada sebagian masyarakat yang bertanya tentang hukum mencukur jenggot jenazah. Apakah jenazah yang sudah dimandikan boleh dicukur jika memiliki janggut atau rambut yang lain? Berikut ini penjelasan tentang hukum mencukur jenggot jenazah, seperti dikutip dariMawsuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah(j. 35 h. 233-234) dan Muhammad bin Abd al-Hamid Hasunah dalam kitabal-Lihyah fi al-Kitab wa as-Sunnah wa Aqwaal Salaf al-Ummah (h. 91) (buku dapat diunduh secara legal dan gratis di ), Menurut Mazhab Hanafi; menyisir rambut jenazah, mencukur, dan mencabutnya hukumnya makruh karena semua itu tidak diperlukan. Sementara ulama mazhab Maliki masih dirinci; bila rambut itu tidak haram dicukur saat masa hidupnya seperti rambut kepala maka makruh mencukurnya saat wafat. Sedangkan bila saat hidup memang haram dicukur seperti bulu jengggot maka haram pula dicukur ketika meninggal dunia Sementara menurut mazhab Hanbali menyisir rambut mayat hukumnya makruh baik itu rambut kepala ataupun jenggot sebab itu akan berakibat tercabutnya beberapa rambut padahal menyisir rambut tidak dibutuhkan. Dan menurut mereka, mencukur jenggot jenazah serta rambut kepalanya hukumnya haram. Sedangkan mazhab Syafii; menyisir rambut mayat tidak haram dan merupakan tindakan yang baik sebab demi menghilangkan kotoran-kotoran, dan bekas-bekas daun bidara yang menempel di pangkal-pangkal rambut. Menyisir rambut bisa dilakukan dengan menggunakan sikat gigi yang disikatkan ke jenggot dengan cara yang lembut agar meniminalisir rotoknya rambut.
Syariat Islam mengajarkan bagaimana kita memperlakukan jenazah dengan baik dan santun mulai dari proses memandikan, mengkafani, mensalati sampai menguburkannya. Bahkan semua pekerjaan tadi wajib dilakukan hal ini sudah dijelaskan oleh para ulama dalam berbagai karya. Abu Bakar alHishni dalam kitab Kifayatu alAkhyar h. 159 misalnya mengatakan, Para ulama sepakat bahwa masyarakat wajibfardu kifayah melakukan 4 hal memandikan, mengkafani, mensalatkan, dan menguburkan untuk mayat muslim sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam arRofii, Imam anNawawi, dan lainnya. Dan sudah lumrah dikenal masyarakat jika di saat salah satu diantara kita wafat tentu mereka akan melakukan caracara tadi sampai tuntas. Hal ini didasari pada ajaran agama bahwa manusia atau bani Adam harus dihormati baik dia masih hidup ataupun sudah meninggal. Sebagaimana ditegaskan oleh firman Allah surat alIsra 17 70 berikut Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anakanak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baikbaik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan Namun dalam proses memandikan jenazah ternyata ada sebagian masyarakat yang bertanya tentang hukum mencukur jenggot jenazah. Apakah jenazah yang sudah dimandikan boleh dicukur jika memiliki janggut atau rambut yang lain Berikut ini penjelasan tentang hukum mencukur jenggot jenazah, seperti dikutip dariMawsuah alFiqhiyyah alKuwaitiyyahj. 35 h. 233234 dan Muhammad bin Abd alHamid Hasunah dalam kitabalLihyah fi alKitab wa asSunnah wa Aqwaal Salaf alUmmah h. 91 buku dapat diunduh secara legal dan gratis di , Menurut Mazhab Hanafi menyisir rambut jenazah, mencukur, dan mencabutnya hukumnya makruh karena semua itu tidak diperlukan. Sementara ulama mazhab Maliki masih dirinci bila rambut itu tidak haram dicukur saat masa hidupnya seperti rambut kepala maka makruh mencukurnya saat wafat. Sedangkan bila saat hidup memang haram dicukur seperti bulu jengggot maka haram pula dicukur ketika meninggal dunia Sementara menurut mazhab Hanbali menyisir rambut mayat hukumnya makruh baik itu rambut kepala ataupun jenggot sebab itu akan berakibat tercabutnya beberapa rambut padahal menyisir rambut tidak dibutuhkan. Dan menurut mereka, mencukur jenggot jenazah serta rambut kepalanya hukumnya haram. Sedangkan mazhab Syafii menyisir rambut mayat tidak haram dan merupakan tindakan yang baik sebab demi menghilangkan kotorankotoran, dan bekasbekas daun bidara yang menempel di pangkalpangkal rambut. Menyisir rambut bisa dilakukan dengan menggunakan sikat gigi yang disikatkan ke jenggot dengan cara yang lembut agar meniminalisir rotoknya rambut.
Doa Minta Cepat Mendapat Jodoh
https://konsultasisyariah.com/14851-doa-minta-cepat-mendapat-jodoh.html
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du Setiap manusia pasti merasa resah ketika dia belum mendapatkan jodohnya. Terlebih ketika dia sangat mendambakan keluarga yang bahagia. Apapun kondisi yang sedang kita alami, kita perlu memahami bahwa itu sejatinya bagian dari ujian hidup. Sebagai orang beriman, jadikan itu kesempatan untuk mendulang pahala. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari 5641). Anda yang saat ini sedang dirundung kecemasan dan resah, tidak lain itu ujian dari Allah. Jadikan keresahan Anda sebagai sebab untuk mengharap pahala dari Allah. Pertama, kami tidak menjumpai ada doa khusus untuk meminta jodoh. Sementara beberapa lafal doa minta jodoh yang tersebar di masyarakat, sama sekali tidak menyebutkan sumber dan dalilnya. Untuk itu, sikap yang tepat adalah tidak mempraktikkan doa tersebut karena keyakinan bahwa itu bagian dari ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau dianjurkan dalam Islam. Demikian pula, tidak ada amal tertentu untuk menyegerakan jodoh Anda. Beberapa keterangan tentang amalan untuk mempercepat jodoh, sama sekali tidak memiliki sumber dari syariat. Penjelasan selengkapnya bisa Anda dapatkan di: Kedua, sesungguhnya tidak ada satu pun manusia yang memahami nasib perjalanan hidupnya. Bahkan seorang nabi sekalipun. Karena hal itu bagian dari ilmu gaib (rahasia) yang hanya diketahui oleh Allah. Allah berfirman menceritakan tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Andaikan aku tahu hal yang gaib, tentu aku akan berusaha memperbanyak mendapatkan hal-hal yang baik, dan aku tidak akan tertimpa kemiskinan…” (QS. Al-A’raf: 188). Kaitanya dengan hal ini, tujuan sesungguhnya kita menikah adalah untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, bukan semata-mata menikah. Andapun tidak akan bersedia, ketika dipaksa menikah dengan pasangan yang bisa dipastikan akan menjadi masalah besar bagi upan Anda. Sehingga tidak selayaknya kita memaksakan diri harus mendapatkan jodoh saat ini, bahwa bila perlu menikah sekarang juga. Untuk itu, doa yang baik adalah doa yang diistilahkan dengan jawami’ ad–dua (doa yang kalimatnya padat namun luas maknanya). Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai jawami’ ad-dua (doa yang kalimatnya padat namun luas maknanya). Dan beliau tinggalkan yang lainnya. (HR. Ahmad, Abu Daud, dan dishahihkan al-Albani). Di antaranya adalah doa sapu jagad. Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan, : “Doa yang paling sering dipanjatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ALLAHUMMA RABBANAA AATINAA FID-DUNYAA HASANAH WA FIL AAKHIRATI HASANAH WA QINAA ADZAABAN NAAR” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan doa ini, menunjukkan kita pasrah kepada Allah, agar memberikan hal terbaik untuk upan kita di dunia dan akirat. Ketiga, keterangan di atas, bukan bertujuan untuk menurunkan semangat Anda untuk menikah. kami hanya mengingatkan agar Anda tidak terlalu menggebu-gebu untuk segera mendapatkan jodoh, sehingga bisa jadi tidak mendapatkan sesuai harapan. Kemudian jika Anda menaruh harapan kepada seseorang, berdoalah kepada Allah dengan kalimat yang menunjukkan kepasrahan, seperti menggantungkan kepada kehendak Allah. Sebagai contoh misalnya, Ya Allah, jika dia baik untukku di dunia dan akhirat, jadikanlah dia pasangan hidupku dunia akhirat. Atau yang semakna dengan itu. Permohonan semacam ini telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bentuk shalat istikharah. Keterangan lebih lengkap tentang tata cara shalat istikharah, bisa Anda dapatkan di: Keempat, Allah memberikan jaminan bahwa lelaki yang baik, yang menjaga kehormatannya akan dipasangkan dengan wanita yang baik, yang menjaga kehormatannya. Sebaliknya, wanita yang buruk, yang tidak menjaga kehormatannya, akan dipasangkan dengan lelaki yang sama karakternya. Allah berfirman: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” (QS. An-Nur: 26) Ketika Anda berharap untuk mendapatkan pasangan yang baik, istri yang sholihah atau suami yang sholih, jadilah manusia yang baik, yang sholih, menjaga kehormatan, menjaga aturan Allah Ta’ala. Diantara kita yang saat ini masih berada dalam kubangan maksiat, tidak bisa menutup aurat dengan sempurna, kurang bisa menjaga pergaulan, tidak hati-hati menjaga indra dan perasaan, sadarilah, bisa jadi Anda akan mendapatkan pasangan yang sama. Ingat, untuk menuju hidup bahagia, butuh pengorbanan. Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Tags: Doa jodoh, doa mendapat jodoh, doa cepat jodoh, jodohku, cari jodoh, dapat jodoh, doa minta jodoh.
Alhamdulillah was shalatu was salamu ala rasulillah, wa badu Setiap manusia pasti merasa resah ketika dia belum mendapatkan jodohnya. Terlebih ketika dia sangat mendambakan keluarga yang bahagia. Apapun kondisi yang sedang kita alami, kita perlu memahami bahwa itu sejatinya bagian dari ujian hidup. Sebagai orang beriman, jadikan itu kesempatan untuk mendulang pahala. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda ak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosadosanya. Sementara beberapa lafal doa minta jodoh yang tersebar di masyarakat, sama sekali tidak menyebutkan sumber dan dalilnya. Untuk itu, sikap yang tepat adalah tidak mempraktikkan doa tersebut karena keyakinan bahwa itu bagian dari ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam atau dianjurkan dalam Islam. Demikian pula, tidak ada amal tertentu untuk menyegerakan jodoh Anda. Penjelasan selengkapnya bisa Anda dapatkan di Kedua, sesungguhnya tidak ada satu pun manusia yang memahami nasib perjalanan hidupnya. Karena hal itu bagian dari ilmu gaib rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Allah berfirman menceritakan tentang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, Andaikan aku tahu hal yang gaib, tentu aku akan berusaha memperbanyak mendapatkan halhal yang baik, dan aku tidak akan tertimpa kemiskinan QS. Kaitanya dengan hal ini, tujuan sesungguhnya kita menikah adalah untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, bukan sematamata menikah. Sehingga tidak selayaknya kita memaksakan diri harus mendapatkan jodoh saat ini, bahwa bila perlu menikah sekarang juga. Untuk itu, doa yang baik adalah doa yang diistilahkan dengan jawami addua doa yang kalimatnya padat namun luas maknanya. Ahmad, Abu Daud, dan dishahihkan alAlbani. Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu mengatakan, Doa yang paling sering dipanjatkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ALLAHUMMA RABBANAA AATINAA FIDDUNYAA HASANAH WA FIL AAKHIRATI HASANAH WA QINAA ADZAABAN NAAR HR. Dengan doa ini, menunjukkan kita pasrah kepada Allah, agar memberikan hal terbaik untuk upan kita di dunia dan akirat. Permohonan semacam ini telah diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk shalat istikharah. Sebaliknya, wanita yang buruk, yang tidak menjaga kehormatannya, akan dipasangkan dengan lelaki yang sama karakternya. AnNur 26 Ketika Anda berharap untuk mendapatkan pasangan yang baik, istri yang sholihah atau suami yang sholih, jadilah manusia yang baik, yang sholih, menjaga kehormatan, menjaga aturan Allah Taala. Diantara kita yang saat ini masih berada dalam kubangan maksiat, tidak bisa menutup aurat dengan sempurna, kurang bisa menjaga pergaulan, tidak hatihati menjaga indra dan perasaan, sadarilah, bisa jadi Anda akan mendapatkan pasangan yang sama. Ingat, untuk menuju hidup bahagia, butuh pengorbanan.
Kamu Sudah Tahu Hukum Mengaminkan doa orang kafir, Apa Boleh?
https://bimbinganislam.com/kamu-sudah-tahu-hukum-mengaminkan-doa-orang-kafir-apa-boleh/
Kamu Sudah Tahu Hukum Mengaminkan Doa Orang Kafir, Apa Boleh? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang hukum mengaminkan doa orang kafir (mengucapkan amin saat mereka mendoakan kita), apakah boleh? selamat membaca. Pertanyaan : Semoga Allah senantiasa memberikan nikmat dan rahmat nya kepada ustadz dan keluarga. Aamiin. Bolehkah mengaminkan doa orang kafir ,yaitu yahudi atau nasrani, yang mendoakan semoga kamu bahagia, semoga dilancarkan rezekinya atau doa semisal. Apakah boleh mengamin kan? Apakah ada batasan dalam hal ini? Syukran (Disampaikan oleh Fulan, Admin BiAS BN08-05166) Jawaban : Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu. Semoga Alloh melapangkan rezeki kita dan memberkahkannya. Apakah Doa Orang Kafir Dikabulkan Oleh Allah? Ada silang pendapat dikalangan para Ulama tentang hal ini, sebagian membolehkan dan sebagian melarang. Bahkan para Ulama juga membahas hal yang mestinya lebih dahulu dibahas sebelum masalah Amin meng-Aamiin-kan, yakni apakah doa mereka akan dikabulkan Alloh padahal mereka dalam kekafiran? Jumhur Ulama berpendapat doa orang kafir bisa dikabulkan Alloh, bukan karena cinta-Nya tapi karena istidroj dari-Nya. Kita pun dapati bagaimana doa dari iblis dikabulkan oleh Alloh, tepatnya ketika iblis diusir dari Surga yang karena kesombongannya, lalu iblis pun mengatakan Iblis berkata; Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan Maka Alloh mengabulkan dengan menjawab, Alloh berkata; Sejatinya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh (QS Al-Arof 14-15) Bolehkah Meng-amin-kan Doa Orang Kafir? Dan hukum mengaminkan doa mereka (mengucapkan amin saat mereka mendoakan kita) menurut pendapat yang benar Insya Alloh boleh, hal ini sebagaimana dijelaskan Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Hamzah Ar-Romli dalam kitab Fiqh SyafiI karyanya, Nihayatul Muhtaj : . Pendapat yang membolehkan untuk mengaminkan doa orang kafir, bahkan dianjurkan, yakni jika doa yang ia panjatkan adalah permohonan hidayah untuk dirinya, atau doa pertolongan untuk kita (kaum mukminin). Dan yang dilarang apabila kita tidak mengetahui apa yang ia doakan, karena bisa jadi ia memanjatkan doa yang isinya dosa. Hal itu yang sangat mungkin terjadi karena keadaanya (kekafirannya) (Nihayatul Muhtaj ilaa Syarhil Minhaj, 7/473). Dari sini bisa diambil beberapa poin kesimpulan: 1. Boleh meng-Aamiin-kan doa orang kafir jika disebutkan permohonan hidayah untuknya. 2. Boleh meng-Aamiin-kan doa orang kafir jika disebutkan kebaikan umum untuk kita (Misalnya untuk Rezeki, sehat, dan semisalnya). 3. Tidak boleh meng-Aamin-kan doa orang kafir jika tidak diketahui lafalnya. 4. Tidak boleh meng-Aamin-kan doa orang kafir jika menimbulkan pengagungan kepada mereka (Salah Loyalitas). 5. Tidak boleh meng-Aamiin-kan doa orang kafir jika disebutkan atas nama Tuhan mereka (Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus). Wallahu Alam, Wabillahittaufiq. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Rosyid Abu Rosyidah Kamis, 21 Rabiul Awwal 1441 H/ 22 November 2019 M Ustadz Rosyid Abu Rosyidah Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFII KulliyyatulHadits, dan Dewan konsultasi BimbinganIslam, Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah klik disini
Kamu Sudah Tahu Hukum Mengaminkan Doa Orang Kafir, Apa Boleh Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang hukum mengaminkan doa orang kafir mengucapkan amin saat mereka mendoakan kita, apakah boleh selamat membaca. Pertanyaan Semoga Allah senantiasa memberikan nikmat dan rahmat nya kepada ustadz dan keluarga. Bolehkah mengaminkan doa orang kafir ,yaitu yahudi atau nasrani, yang mendoakan semoga kamu bahagia, semoga dilancarkan rezekinya atau doa semisal. Apakah boleh mengamin kan Apakah ada batasan dalam hal ini Syukran Disampaikan oleh Fulan, Admin BiAS BN0805166 Jawaban Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu. Semoga Alloh melapangkan rezeki kita dan memberkahkannya. Apakah Doa Orang Kafir Dikabulkan Oleh Allah Ada silang pendapat dikalangan para Ulama tentang hal ini, sebagian membolehkan dan sebagian melarang. Bahkan para Ulama juga membahas hal yang mestinya lebih dahulu dibahas sebelum masalah Amin mengAamiinkan, yakni apakah doa mereka akan dikabulkan Alloh padahal mereka dalam kekafiran Jumhur Ulama berpendapat doa orang kafir bisa dikabulkan Alloh, bukan karena cintaNya tapi karena istidroj dariNya. Dan yang dilarang apabila kita tidak mengetahui apa yang ia doakan, karena bisa jadi ia memanjatkan doa yang isinya dosa. Hal itu yang sangat mungkin terjadi karena keadaanya kekafirannya Nihayatul Muhtaj ilaa Syarhil Minhaj, 7473. Dari sini bisa diambil beberapa poin kesimpulan 1. Boleh mengAamiinkan doa orang kafir jika disebutkan permohonan hidayah untuknya. Tidak boleh mengAaminkan doa orang kafir jika tidak diketahui lafalnya. Tidak boleh mengAaminkan doa orang kafir jika menimbulkan pengagungan kepada mereka Salah Loyalitas. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Rosyid Abu Rosyidah Kamis, 21 Rabiul Awwal 1441 H 22 November 2019 M Ustadz Rosyid Abu Rosyidah Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFII KulliyyatulHadits, dan Dewan konsultasi BimbinganIslam, Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah klik disini
Zakat untuk Pembangunan Mesjid
https://www.laduni.id/post/read/27418/zakat-untuk-pembangunan-mesjid.html
Zakat untuk Pembangunan Pertanyaan : Bolehkah menggunakan hasil dari zakat untuk pendirian , madrasah-madrasah atau pondok-pondok (asrama-asrama), karena semua itu termasuk “sabilillah” sebagaimana kutipan Imam al-Qaffal? Jawaban : Tidak boleh, karena yang dimaksud dengan “sabilillah” ialah, mereka yang berperang di jalan Allah (sabilillah). Adapun kutipan Imam al-Qaffal itu adalah dha’if (lemah). Keterangan, dalam kitab: Rahmah al-Ummah[1] . Para ulama sepakat atas larangan menggunakan hasil zakat untuk membangun atau mengkafani mayit. Al-Tafsir al-Munir (Marah ) [2] Imam al-Qaffal mengutip dari sebagian ulama fiqh bahwasannya mereka memperbolehkan penggunaan hasil sedekah/zakat bagi semua jalur kebaikan, seperti pengkafanan mayit, pembangunan benteng dan pembangunan , karena firman Allah “fi sabilillahi” bersifat umum mencakup keseluruhan. [1] Muhammad al-Dimasyqi, Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-Aimmah, Tahqiq Muhammad din Abd , (Mesir: Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, t .th.), h. 92 [2] Muhammad Nawawi al-Jawi, al-Tafsir al-Munir (Marah ), (Mesir: Maktabah Isa al-Halabi, 1314 H), I, h. 344. Sumber: Ahkamul Fuqaha no. 5
Zakat untuk Pembangunan Pertanyaan Bolehkah menggunakan hasil dari zakat untuk pendirian , madrasahmadrasah atau pondokpondok asramaasrama, karena semua itu termasuk sabilillah sebagaimana kutipan Imam alQaffal Jawaban Tidak boleh, karena yang dimaksud dengan sabilillah ialah, mereka yang berperang di jalan Allah sabilillah. Adapun kutipan Imam alQaffal itu adalah dhaif lemah. Keterangan, dalam kitab Rahmah alUmmah1 . Para ulama sepakat atas larangan menggunakan hasil zakat untuk membangun atau mengkafani mayit. AlTafsir alMunir Marah 2 Imam alQaffal mengutip dari sebagian ulama fiqh bahwasannya mereka memperbolehkan penggunaan hasil sedekahzakat bagi semua jalur kebaikan, seperti pengkafanan mayit, pembangunan benteng dan pembangunan , karena firman Allah fi sabilillahi bersifat umum mencakup keseluruhan. 1 Muhammad alDimasyqi, Rahmah alUmmah fi Ikhtilaf alAimmah, Tahqiq Muhammad din Abd , Mesir Maktabah alTijariyah alKubra, t .th., h. 92 2 Muhammad Nawawi alJawi, alTafsir alMunir Marah , Mesir Maktabah Isa alHalabi, 1314 H, I, h. 344. Sumber Ahkamul Fuqaha no. 5
Doa Allahummaghfirlahu untuk Melayat dan Mendoakan Jenazah Latin dan Arab
https://islami.co/doa-allahummaghfirlahu-untuk-melayat-dan-mendoakan-jenazah-latin-dan-arab/
Semua makhluk yang hidup pasti akan mengalami kematian. Allah SWT telah menjelaskan dalam Q.S Ali Imran ayat 185, Kullu nafsin dzaiqatul maut. Maka, salah satu anjuran Rasulullah SAW ketika kita melihat atau melayat jenazah adalah dengan mendoakannya, biasanya dengan doa allahummaghfirlahu dan seterusnya. Secara singkat, doa melayat jenazah adalah sebagaimana berikut: Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wafu anhu Ya Allah! Ampunilah almarhum (jenazah),berilah dia rahmat-mu, kesejahteraan, serta maafkanlah kesalahannya. Adapun secara lengkap, doa allahummaghfirlahu untuk mendoakan jenazah adalah: ( ) Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wafu anhu wakrim nuzulahu, wa wassi madkhalahu, waghsilhu bilmai was salji, wal baradi, wa naqqihi minal khathaya, kama yunaqqas saubul abyadu minad danas. Wa abdilhu daran khairan min darihi wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa adkhilhul jannata wa aidzhu min adzabil qabri, wa adzabin nari. Ya Allah! Ampunilah almarhum (jenazah),berilah dia rahmat-mu, kesejahteraan, serta maafkanlah kesalahannya dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air, salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka. Untuk jenazah perempuan, zamir hu diganti dengan ha. Selain doa tersebut, ada juga doa yang lain untuk melayat dan mendoakan jenazah, yaitu: Adzamallahu ajraka wa ahsana azaaka wa ghafaraka li mayyitika. Semoga Allah memperbesar pahalamu, dan menjadikan baik musibahmu, dan mengampuni jenazahmu. (AN) Wallahu alam.
Semua makhluk yang hidup pasti akan mengalami kematian. Allah SWT telah menjelaskan dalam Q.S Ali Imran ayat 185, Kullu nafsin dzaiqatul maut. Maka, salah satu anjuran Rasulullah SAW ketika kita melihat atau melayat jenazah adalah dengan mendoakannya, biasanya dengan doa allahummaghfirlahu dan seterusnya. Secara singkat, doa melayat jenazah adalah sebagaimana berikut Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wafu anhu Ya Allah Ampunilah almarhum jenazah,berilah dia rahmatmu, kesejahteraan, serta maafkanlah kesalahannya. Adapun secara lengkap, doa allahummaghfirlahu untuk mendoakan jenazah adalah Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wafu anhu wakrim nuzulahu, wa wassi madkhalahu, waghsilhu bilmai was salji, wal baradi, wa naqqihi minal khathaya, kama yunaqqas saubul abyadu minad danas. Wa abdilhu daran khairan min darihi wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa adkhilhul jannata wa aidzhu min adzabil qabri, wa adzabin nari. Ya Allah Ampunilah almarhum jenazah,berilah dia rahmatmu, kesejahteraan, serta maafkanlah kesalahannya dan tempatkanlah di tempat yang mulia Surga, luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air, salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah rumah yang lebih baik dari rumahnya di dunia, keluarga atau istri di Surga yang lebih baik daripada keluarganya di dunia, istri atau suami yang lebih baik daripada istrinya atau suaminya, dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka. Untuk jenazah perempuan, zamir hu diganti dengan ha. Selain doa tersebut, ada juga doa yang lain untuk melayat dan mendoakan jenazah, yaitu Adzamallahu ajraka wa ahsana azaaka wa ghafaraka li mayyitika. Semoga Allah memperbesar pahalamu, dan menjadikan baik musibahmu, dan mengampuni jenazahmu. AN Wallahu alam.
Bagaimana cara Suami dalam Menyikapi Kesalahan Istri
https://www.laduni.id/post/read/29202/bagaimana-cara-suami-dalam-menyikapi-kesalahan-istri.html
LADUNI.ID, Jakarta – Hubungan suami istri dalam rumah tangga tidak selalu harmonis. Adakalanya salah seorang berbuat kesalahan yang menyebabkan adanya permasalahan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan yang bijaksana dari suami dalam menyikapi kesalahan istri. Sebagai pemimpin keluarga seorang suami harus paham bagaimana menyikapi kesalahan istrinya. Di antara sebab awetnya sebuah rumah tangga adalah sikap suami yang pemaaf dan memahami kekurangan istrinya sebagaimana umumnya wanita yang lain. Ketika seorang istri berbuat kesalahan, maka tidak perlu setiap kesalahan istri itu harus ditegur, apalagi dijadikan sebagai sebuah masalah yang besar dan serius. Apalagi kemudian ditegur dengan kasar. Akan tetapi, hendaklah suami memilah dan memilih, manakah di antara kesalahan tersebut yang perlu ditegur, dan manakah kesalahan yang tidak perlu ditegur, alias dibiarkan saja. Nabi SAW ketika menegur istri beliau, sebagaimana yang diceritakan dalam firman Allah SWT : Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu? Nabi menjawab: Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. At-Tahrim 66: 3) Kita mengetahui bahwa istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah wanita-wanita utama dan pilihan. Suatu ketika, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan beberapa perkara kepada istrinya, yaitu ibunda Hafshah Radhiyallahu ‘Anha, dan berpesan kepada Hafshah agar tidak menceritakannya kepada siapa pun. Akan tetapi, Hafshah Radhiyallahu ‘Anha tidak menunaikan wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hafshah justru menceritakan perkara tersebut kepada ibunda ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Lalu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala  pun memberi tahu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam perihal kejadian tersebut. Sehingga akhirnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menegur Hafshah atas sebagian kesalahannya saja, dan membiarkan (memaklumi) kesalahan yang lain. “ … lalu Muhammad memberitahukan sebagian (kesalahan yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan (membiarkan) sebagian (kesalahan) yang lain (kepada Hafsah) … “ Demikianlah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika menegur istrinya. Yaitu, beliau menegur sebagian kesalahan saja, dan memberikan toleransi atas sebagian kesalahan yang lain. Kurang lebihnya, jika seorang istri memiliki sepuluh kesalahan misalnya, tegurlah tiga, empat, atau lima kesalahan saja (yang memang betul-betul perlu ditegur). Dan biarkan ak menegur) sisa kesalahan yang lainnya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala  juga memotivasi kita untuk mudah memafkan kesalahan dan keteledoran orang-orang yang berada di bawah kita. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka ak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin, dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah. Dan hendaklah mereka memaafkan (secara lahiriyah) dan berlapang dada (yaitu, memaafkan secara batin). Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur 24:22) Semoga uraian singkat ini dapat menjadi masukan dan bahan renungan untuk para suami. Saling memaafkan merupakan sebuah hal yang sangat diwajibkan oleh Agama Islam. Begitu juga dalam konteks upan berumah tangga. Dimana suami seharusnya memaafkan segala kesalahan istri dengan lapang dada dan begitupun sebaliknya, istri juga harus selalu memaafkan kesalahan suami. Memaafkan akan menjauhkan hubungan suami istri dari perasaan dendam yang dapat mengakibatkan keretakan dalam rumah tangga. Selain itu, baik suami ataupun istri harus mengimbanginya dengan komunikasi yang baik. Supaya masing-masing pihak tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari. Sumber : Dari Berbagai Sumber Islam ___________ Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Sabtu, 25 Agustus 2018 . Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan. Editor : Sandipo
LADUNI.ID, Jakarta Hubungan suami istri dalam rumah tangga tidak selalu harmonis. Adakalanya salah seorang berbuat kesalahan yang menyebabkan adanya permasalahan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan yang bijaksana dari suami dalam menyikapi kesalahan istri. Ketika seorang istri berbuat kesalahan, maka tidak perlu setiap kesalahan istri itu harus ditegur, apalagi dijadikan sebagai sebuah masalah yang besar dan serius. Nabi SAW ketika menegur istri beliau, sebagaimana yang diceritakan dalam firman Allah SWT Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya Hafsah suatu peristiwa. Maka tatkala Hafsah menceritakan peristiwa itu kepada Aisyah dan Allah memberitahukan hal itu pembicaraan Hafsah dan Aisyah kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian yang diberitakan Allah kepadanya dan menyembunyikan sebagian yang lain kepada Hafsah. AtTahrim 66 3 Kita mengetahui bahwa istri Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah wanitawanita utama dan pilihan. Sehingga akhirnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pun menegur Hafshah atas sebagian kesalahannya saja, dan membiarkan memaklumi kesalahan yang lain. Yaitu, beliau menegur sebagian kesalahan saja, dan memberikan toleransi atas sebagian kesalahan yang lain. Dan biarkan ak menegur sisa kesalahan yang lainnya. Allah Subhanahu Wa Taala juga memotivasi kita untuk mudah memafkan kesalahan dan keteledoran orangorang yang berada di bawah kita. Allah Subhanahu Wa Taala berfirman Dan janganlah orangorang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka ak akan memberi bantuan kepada kaum kerabatnya, orangorang yang miskin, dan orangorang yang berhijrah pada jalan Allah. Dan hendaklah mereka memaafkan secara lahiriyah dan berlapang dada yaitu, memaafkan secara batin. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. AnNur 2422 Semoga uraian singkat ini dapat menjadi masukan dan bahan renungan untuk para suami. Saling memaafkan merupakan sebuah hal yang sangat diwajibkan oleh Agama Islam. Begitu juga dalam konteks upan berumah tangga. Dimana suami seharusnya memaafkan segala kesalahan istri dengan lapang dada dan begitupun sebaliknya, istri juga harus selalu memaafkan kesalahan suami. Selain itu, baik suami ataupun istri harus mengimbanginya dengan komunikasi yang baik. Supaya masingmasing pihak tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari. Sumber Dari Berbagai Sumber Islam ___________ Catatan Tulisan ini terbit pertama kali pada Sabtu, 25 Agustus 2018 . Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.
Manusia mendapatkan siksa karena perbuatannya
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Manusia-mendapatkan-siksa-karena-perbuatannya
QS.Surat Al-Baqarah[2]:286 ࣖ () 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. QS.Surat Al-`Ankabut[29]:40 () 40. Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
QS.Surat AlBaqarah2286 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orangorang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. QS.Surat AlAnkabut2940 40. Maka masingmasing mereka itu Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekalikali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Hukum Takbir Setelah Salam dalam Shalat
https://muslim.or.id/61691-hukum-takbir-setelah-salam-dalam-shalat.html
Daftar Isi Apa hukumnya takbir setelah salam pada salat fardhu? Alhamdulillah wash shalatu was salamu ala rasulillah wa ala aalihi wa shohbihi amma badu Terdapat riwayat dalam Shahih Muslim, dan selainnya dari Tsauban Radhiyallahuanhu, ia berkata, : . : : : : Biasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam jika selesai dari salat, beliau Shallallahu alaihi wa sallam beristighfar tiga kali, dan beliau Shallallahu alihi wa sallam membaca: /Allaahumma antassalaam wa minkas salaam tabaarakta dzal jalaali wal ikraam/ (Artinya: Ya Allah Engkau-lah As-Salam, dan keselamatan hanya dari-Mu, Maha Suci Engkau wahai Dzat yang memiliki semua keagungan dan kemulian). Al-Walid berkata, Aku berkata kepada Al-Auzai, Bagaimana cara beristighfar? Ia berkata, Ucapkan: Astaghfirullah, astaghfirullah (HR. Muslim no. 591). Dalam Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, mereka ditanya, Apakah disyariatkan bagi orang yang salat setelah salam membaca, Allahu akbar sebelum beristighfar tiga kali, berdasarkan pada lafaz (takbir) pada hadis ibnu abbas Radhiyallahu anhuma, Aku mengetahui salat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah berakhir dengan mendengar takbir (Muttafaq alaih). Jika tidak boleh demikian, maka apa yang dimaksud dengan takbir pada hadis tersebut? Al Lajnah Ad Daimah menjawab, Biasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam jika selesai dari salat, beliau Shallallahu alaihi wa sallam memulai dengan beristighfar tiga kali, kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam membaca: /Allaahumma antassalaam wa minkas salaam tabaarakta dzal jalaali wal ikraam/ (Artinya: Ya Allah Engkau-lah As-Salam, dan keselamatan hanya dari-Mu, Maha Suci Engkau wahai Dzat yang memiliki semua keagungan dan kemulian). Kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan dengan zikir-zikir yang lain. Adapun takbir yang disebutkan dalam hadis tersebut, yang dimaksud adalah bacaan, Subhanallah, walhamdulillah, wallahuakbar, yang dibaca setelah shalat sebanyak 33 kali. Dan demikianlah cara mengkompromikan hadis-hadis yang membahas hal tersebut. Di dalam syarah Sunan Abu Dawud karya Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, disebutkan, Abu Dawud membawakan lafaz hadis ini – yaitu hadis takbir setelah salat – maksudnya adalah bertakbir dan berzikir dengan mengeraskan suara. Karena dalam satu riwayat disebutkan takbir dalam lafaz hadisnya, dan disebutkan zikir di riwayat yang kedua. Dan zikir itu lebih umum daripada takbir. Karena zikir itu mencakup takbir dan juga yang selain takbir. Dan Abu Dawud setelah membawakan riwayat pertama, beliau juga membawakan riwayat dari Ibnu Abbas, Dia mengetahui salat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah berakhir dengan mendengar takbir. Maksudnya adalah orang yang terlambat mendatangi shalat jamaah, dia akan mendengar takbir yang diucapkan imam. Dan penyebutan takbir tidak disebutkan bahwasanya itu diucapkan setelah salam. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam setelah salam membaca, Astaghfirullah, astaghfirullah, kemudian dilanjutkan, Subhanallah, walhamdulillah, wallahuakbar. Inilah yang valid dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu takbir diucapkan bersamaan dengan tasbih dan tahmid. Maka yang terdapat pada riwayat adalah, : Biasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam jika selesai dari salat, beliau Shallallahu alaihi wa sallam memulai dengan beristighfar tiga kali, kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam membaca: /Allaahumma antassalaam wa minkas salaam tabaarakta dzal jalaali wal ikraam/ (Ya Allah Engkau-lah As-Salam, dan keselamatan hanya dari-Mu, Maha Suci Engkau wahai Dzat yang memiliki semua keagungan dan kemulian). Kemudian riwayat kedua menyebutkan lafadz zikir yang mencakup takbir dan selain takbir. Makna lafaz zikir tersebut sesuai dengan yang terdapat pada riwayat-riwayat lainnya. Ini semua menunjukkan bahwa setelah salat, hendaknya berzikir. Yang diawali istighfar, kemudian Allahumma antassalam wa minkas salam …. Dan pada riwayat ini terdapat penyebutan takbir yang takbir ini dimaknai sebagai takbir yang ucapkan bersama dengan tasbih dan tahmid setelah salat (selesai nukilan dari Syarah Sunan Abu Daud). Kesimpulannya, amalan yang dibaca langsung setelah salat fardhu adalah membaca istighfra 3 kali, sebagaimana yang telah kita ketahui. Sedangkan takbir yang dibaca langsung setelah salam pada salat fardhu merupakan amalan yang tidak ditemukan petunjuknya dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Baca Juga: Wallahualam *** Penerjamah: Rafif Zufarihsan Artikel: Muslim.or.id Referensi: Disarikan dari Fatwa Dewan Fatwa Islamweb, (
Daftar Isi Apa hukumnya takbir setelah salam pada salat fardhu Alhamdulillah wash shalatu was salamu ala rasulillah wa ala aalihi wa shohbihi amma badu Terdapat riwayat dalam Shahih Muslim, dan selainnya dari Tsauban Radhiyallahuanhu, ia berkata, . Biasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam jika selesai dari salat, beliau Shallallahu alaihi wa sallam beristighfar tiga kali, dan beliau Shallallahu alihi wa sallam membaca Allaahumma antassalaam wa minkas salaam tabaarakta dzal jalaali wal ikraam Artinya Ya Allah Engkaulah AsSalam, dan keselamatan hanya dariMu, Maha Suci Engkau wahai Dzat yang memiliki semua keagungan dan kemulian. AlWalid berkata, Aku berkata kepada AlAuzai, Bagaimana cara beristighfar Ia berkata, Ucapkan Astaghfirullah, astaghfirullah HR. Kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan dengan zikirzikir yang lain. Dan demikianlah cara mengkompromikan hadishadis yang membahas hal tersebut. Di dalam syarah Sunan Abu Dawud karya Syaikh Abdul Muhsin AlAbbad, disebutkan, Abu Dawud membawakan lafaz hadis ini yaitu hadis takbir setelah salat maksudnya adalah bertakbir dan berzikir dengan mengeraskan suara. Dan Abu Dawud setelah membawakan riwayat pertama, beliau juga membawakan riwayat dari Ibnu Abbas, Dia mengetahui salat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah berakhir dengan mendengar takbir. Maksudnya adalah orang yang terlambat mendatangi shalat jamaah, dia akan mendengar takbir yang diucapkan imam. Dan penyebutan takbir tidak disebutkan bahwasanya itu diucapkan setelah salam. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam setelah salam membaca, Astaghfirullah, astaghfirullah, kemudian dilanjutkan, Subhanallah, walhamdulillah, wallahuakbar. Inilah yang valid dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu takbir diucapkan bersamaan dengan tasbih dan tahmid. Kemudian riwayat kedua menyebutkan lafadz zikir yang mencakup takbir dan selain takbir. Ini semua menunjukkan bahwa setelah salat, hendaknya berzikir. Yang diawali istighfar, kemudian Allahumma antassalam wa minkas salam . Kesimpulannya, amalan yang dibaca langsung setelah salat fardhu adalah membaca istighfra 3 kali, sebagaimana yang telah kita ketahui. Baca Juga Wallahualam Penerjamah Rafif Zufarihsan Artikel Muslim.or.id Referensi Disarikan dari Fatwa Dewan Fatwa Islamweb,
Pada hari itu saya pernah berpuasa qadha Ramadhan, saya telah diundang oleh imam yang jujur, dan saya telah membatalkan puasa tersebut, apakah saya akan mendapatkan pahala puasa pada hari tersebut ?
https://islamqa.info/id/answers/290821/seorang-wanita-sedang-berpuasa-qadha-ramadhan-saudarinya-mengajaknya-makan-maka-ia-pun-membatalkannya
Alhamdulillah.Pertama: Barang siapa yang berpuasa qadha’ Ramadhan ia tidak boleh membatalkan puasa tersebut sesuai dengan kesepakatan para ulama, kecuali karena ada udzur yang membolehkan untuk membatalkan puasa Ramadhan, seperti sakit. Ibnu Qudamah –rahimahullah- berkata di dalam Al Mughni (3/160): “Barang siapa yang memasuki (ibadah) wajib, seperti qadha’ puasa Ramadhan, nadzar tertentu atau umum, atau puasa kaffarat (denda), maka ia tidak boleh keluar darinya, dalam masalah ini Alhamdulillah tidak ada perbedaan pendapat”. Bukan termasuk udzur jika saudaranya mengundangnya untuk makan, dalam kondisi seperti itu ia boleh membatalkan puasanya jika sedang puasa sunnah –sebagaimana yang nanti akan dibahas-, tidak berlaku untuk puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha’, atau puasa nadzar. Atas dasar itulah maka wajib bagi anda untuk bertaubat kepada Allah karena telah membatalkan puasa tersebut, tidak perlu menunggu pahala dari membatalkan puasa yang wajib, akan tetapi tujuan dari semua itu adalah dia akan dimaafkan karena ketidaktahuannya. Kedua: Barang siapa yang berpuasa sunnah, lalu dia diundang untuk makan, maka ia berada dalam pilihan antara membatalkan puasanya atau tetap menahan dengan mendoakan pihak yang mengundang; karena orang yang sedang berpuasa sunnah menjadi penentu dirinya sendiri, berdasarkan riwayat Ahmad: 26353 dari Ummi Hani’: : . : " " (3854( “Bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah menemuinya, dan meminta minuman lalu beliau meminumnya, kemudian diberikan kepadanya dan ia pun meminumnya, lalu ia berkata: “Wahai Rasulullah, ternyata saya sedang berpuasa”. Lalu Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Pelaku puasa sunnah menjadi penentu dirinya sendiri, jika dia mau tetap berpuasa dan jika mau membatalkan puasanya”. (Dishahihkan oleh Albani di dalam Shahih Al Jami’: 3854) Imam Muslim: 1154 telah meriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin berkata: : : . : : : " “Suatu hari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- masuk rumah dan bersabda: “Apakah ada makanan ?”. Kami menjawab: “Tidak”, lalu beliau bersabda: “Kalau begitu saya berpuasa”. Lalu beliau datang lagi pada hari lain, lalu kami berkata: “Wahai Rasulullah, kita diberi hadiah kurma”, lalu beliau bersabda: “Tolong bawa kesini, saya pagi hari tadi berpuasa, lalu beliau memakannya”. Imam Muslim: 1431 telah meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Jika salah seorang dari kalian diundang, maka datangilah, dan jika dalam kondisi bepuasa maka doakanlah, dan jika tidak sedang berpuasa, maka makanlah”. Al Maziri –rahimahullah- berkata: “Jika dalam kondisi berpuasa maka doakanlah”, maksudnya adalah dengan mendoakan tuan rumah yang mengundang agar diampuni dan diberi limpahan keberkahan”. (Syarah Muslim: 2/154) Baca juga tentang berteman dengan ahli bid’ah dan memenuhi undangan mereka pada jawaban soal nomor: 102885 Ketiga: Adapun apa yang anda sebutkan tentang Ja’far As Shadiq, maka tidak ketahui kebenaran tentangnya, tidak bisa juga dikira-kira bahwa dia berniat untuk puasa wajib, buku-buku Rafidhah tidak perlu dianggap tidak juga tentang kisah ahli bait; karena Rafidhah mereka ini adalah orang yang paling bodoh dengan sunnah dan atsar, dan kebanyakan apa yang dikisahkan mereka tentang Ja’far As Shadiq adalah dusta. Perbedaan mereka dengan Ahlus sunnah adalah perbedaan yang berat dalam masalah ushuluddin, baca juga jawaban soal nomor: 113676, 21500 . Wallahu A’lam
Pertama Barang siapa yang berpuasa qadha Ramadhan ia tidak boleh membatalkan puasa tersebut sesuai dengan kesepakatan para ulama, kecuali karena ada udzur yang membolehkan untuk membatalkan puasa Ramadhan, seperti sakit. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata di dalam Al Mughni 3160 Barang siapa yang memasuki ibadah wajib, seperti qadha puasa Ramadhan, nadzar tertentu atau umum, atau puasa kaffarat denda, maka ia tidak boleh keluar darinya, dalam masalah ini Alhamdulillah tidak ada perbedaan pendapat. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Pelaku puasa sunnah menjadi penentu dirinya sendiri, jika dia mau tetap berpuasa dan jika mau membatalkan puasanya. Dishahihkan oleh Albani di dalam Shahih Al Jami 3854 Imam Muslim 1154 telah meriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin berkata . Kami menjawab Tidak, lalu beliau bersabda Kalau begitu saya berpuasa. Lalu beliau datang lagi pada hari lain, lalu kami berkata Wahai Rasulullah, kita diberi hadiah kurma, lalu beliau bersabda Tolong bawa kesini, saya pagi hari tadi berpuasa, lalu beliau memakannya. Imam Muslim 1431 telah meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Jika salah seorang dari kalian diundang, maka datangilah, dan jika dalam kondisi bepuasa maka doakanlah, dan jika tidak sedang berpuasa, maka makanlah. Syarah Muslim 2154 Baca juga tentang berteman dengan ahli bidah dan memenuhi undangan mereka pada jawaban soal nomor 102885 Ketiga Adapun apa yang anda sebutkan tentang Jafar As Shadiq, maka tidak ketahui kebenaran tentangnya, tidak bisa juga dikirakira bahwa dia berniat untuk puasa wajib, bukubuku Rafidhah tidak perlu dianggap tidak juga tentang kisah ahli bait karena Rafidhah mereka ini adalah orang yang paling bodoh dengan sunnah dan atsar, dan kebanyakan apa yang dikisahkan mereka tentang Jafar As Shadiq adalah dusta. Perbedaan mereka dengan Ahlus sunnah adalah perbedaan yang berat dalam masalah ushuluddin, baca juga jawaban soal nomor 113676, 21500 .
Orang yg bertakwa kepada Allah dibakas dengan martabat yang tinggi
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Orang-yg-bertakwa-kepada-Allah-dibakas-dengan-martabat-yang-tinggi
QS.Surat Al-Furqan[25]:75 () 75. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,
QS.Surat AlFurqan2575 75. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi dalam syurga karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,
Batas Minimal Suami Memberi Nafkah Biologis pada Istri
https://bersamadakwah.net/batas-minimal-suami-memberi-nafkah-biologis-pada-istrinya/
ilustrasi (phys.org) Suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya. Bukan hanya nafkah materi, tetapi juga nafkah biologis. Lalu, berapa lama batas minimal suami memberi nafkah biologis pada istrinya? Ibnu Hazm berkata: “Suami wajib menjimak istrinya sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan jika ia mampu, kalau tidak, berarti ia durhaka terhadap Allah.” Pendapat Ibnu Hazm ini berdasarkan firman Allah “..apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu…” (QS. Al Baqarah: 222) Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, mayoritas ulama sependapat dengan Ibnu Hazm tentang kewajiban suami menjima’ istrinya jika ia tidak memiliki halangan apa-apa. Sedangkan Imam Ahmad berpendapat batas minimal suami memberikan hak biologis adalah sekali dalam empat bulan. Hal ini berdasarkan ketetapan Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu atas pasukan mujahidin. Mereka ditugaskan dalam rentang masa maksimal empat bulan agar bisa kembali kepada istrinya. Keputusan itu diambil Umar setelah ia mendengar syair seorang wanita muslimah yang mengeluhkan lamanya sang suami bertugas. Lalu Umar bertanya kepada anaknya, Hafshah, berapa lama seorang wanita kuat menahan gejolak hasratnya untuk berhubungan dengan suami. Pendapat sangat bijak dikeluarkan oleh Imam Al Ghazali. Pengarang Ihya’ Ulumiddin itu menjelaskan, “Sepatutnya suami menjimak istrinya pada setiap empat malam satu kali. Ini lebih baik karena batas poligami itu empat orang. Akan tetapi, boleh diundurkan dari waktu tersebut bahkan sangat bijaksana kalau lebih dari sekali dalam empat malam atau kurang dari itu, sesuai kebutuhan istri dalam memenuhi kebutuhan seksualnya. Hal itu karena menjaga kebutuhan seks istri merupakan kewajiban suami, sekalipun tidak berarti harus minta jima’ sebab memang sulit meminta demikian dan memenuhinya.” Sungguh Islam merupakan agama yang sangat indah. Ia mengatur segala bidang kehidupan termasuk hubungan suami istri. Kalaupun para ulama berbeda pendapat mengenai batas minimalnya, sesungguhnya dalam perbedaan pendapat para ulama’ itu ada faedah bagi umat. Intinya dalam hal ini, suami istri perlu saling memenuhi kewajibannya dan memberikan hak pasangan hidupnya. Berlandaskan sikap saling ridha dan saling cinta, insya Allah keluarga sakinah mawaddah wa rahmah akan tercipta. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]
ilustrasi phys.org Suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya. Bukan hanya nafkah materi, tetapi juga nafkah biologis. Lalu, berapa lama batas minimal suami memberi nafkah biologis pada istrinya Ibnu Hazm berkata Suami wajib menjimak istrinya sekurangkurangnya satu kali dalam sebulan jika ia mampu, kalau tidak, berarti ia durhaka terhadap Allah. Pendapat Ibnu Hazm ini berdasarkan firman Allah apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu QS. Al Baqarah 222 Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, mayoritas ulama sependapat dengan Ibnu Hazm tentang kewajiban suami menjima istrinya jika ia tidak memiliki halangan apaapa. Sedangkan Imam Ahmad berpendapat batas minimal suami memberikan hak biologis adalah sekali dalam empat bulan. Hal ini berdasarkan ketetapan Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu anhu atas pasukan mujahidin. Mereka ditugaskan dalam rentang masa maksimal empat bulan agar bisa kembali kepada istrinya. Keputusan itu diambil Umar setelah ia mendengar syair seorang wanita muslimah yang mengeluhkan lamanya sang suami bertugas. Lalu Umar bertanya kepada anaknya, Hafshah, berapa lama seorang wanita kuat menahan gejolak hasratnya untuk berhubungan dengan suami. Pendapat sangat bijak dikeluarkan oleh Imam Al Ghazali. Pengarang Ihya Ulumiddin itu menjelaskan, Sepatutnya suami menjimak istrinya pada setiap empat malam satu kali. Ini lebih baik karena batas poligami itu empat orang. Akan tetapi, boleh diundurkan dari waktu tersebut bahkan sangat bijaksana kalau lebih dari sekali dalam empat malam atau kurang dari itu, sesuai kebutuhan istri dalam memenuhi kebutuhan seksualnya. Hal itu karena menjaga kebutuhan seks istri merupakan kewajiban suami, sekalipun tidak berarti harus minta jima sebab memang sulit meminta demikian dan memenuhinya. Sungguh Islam merupakan agama yang sangat indah. Ia mengatur segala bidang kehidupan termasuk hubungan suami istri. Kalaupun para ulama berbeda pendapat mengenai batas minimalnya, sesungguhnya dalam perbedaan pendapat para ulama itu ada faedah bagi umat. Intinya dalam hal ini, suami istri perlu saling memenuhi kewajibannya dan memberikan hak pasangan hidupnya. Berlandaskan sikap saling ridha dan saling cinta, insya Allah keluarga sakinah mawaddah wa rahmah akan tercipta. Muchlisin BKBersamadakwah
Saya apoteker sekarang tinggal di Jerman. Sekarang dalam proses menyamakan ijazah kuliahku untuk bekerja dan melanjutkan studi di Jerman. Saya bertanya tentang hukum kerjaku di apotek di negara ini. Dimana saya bekerja untuk membuat atau menjual obat-obatan yang mengandung Jelatin diambil dari babi. Atau mengandung alkohol. Perlu diketahui, saya akan berusaha tidak menjual obat-obatan ini kepada umat Islam ketika ada obat penggantinya.
https://islamqa.info/id/answers/271192/hukum-bekerja-di-apotik-dan-memproduksi-atau-menjual-obat-obatan-yang-di-dalamnya-ada-alkohol-atau-jelatin-yang-diharamkan
Alhamdulillah.Pertama: Tidak diperbolehkan berkerja pembuatan obat-obatan yang mengandung alkohol atau jelatin yang diambil dari babi. Karena alkohol itu khomr, tidak diperbolehkan mengkonsumsinya, berobat dengannya juga tidak boleh dicampurkan di makanan dan minuman. Seharusnya dihilangkan. Apa yang dikeluarkan dari babi itu najis, harus dijauhi dan dibersihkan darinya. Tidak diperbolehkan menambahkan sedikitpun dalam obat, makanan atau minuman. Ibnu Qoyim rahimahullah mengatakan, “Berobat dengan sesuatu yang haram itu jelek baik menurut akal (logika) maupun agama. Kalau agama, apa yang telah kami sebutkan dari hadits-hadits ini dan lainnya. Kalau logika, bahwa Allah mengharamkannya karena jeleknya. Karena Dia tidak mengharamkan untuk umat ini yang baik sebagai ganjarannya. Sebagaimana yang diharamkan kepada Bani Isroil. Dengan Friman-Nya [ : 160 ] “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka.” QS. An-Nisa’: 160 Sesungguhnya apa yang diharamkan pada umat ini karena kejelekannya. Pengharaman baginya adalah untuk menjaga mereka, menjaga dari mengkonsumsinya. Tidak tepat meminta kesembuhan dengan kegundahan dan penyakit. Karena kalau ia dapat menghilangkan, akan tetapi berdampak kegundahan lebih besar dalam hati. Sesuai kadar kejelekan yang ada di dalamnya. Sehingga orang yang berobat dengannya, berusaha menghilangkan penyakit badan dengan penyakit hati. Begitu juga, pengharamnnya berarti menjauhinya. Dan menghindarinya dengan berbagai jalan yang ada. Ketika menjadikannya sebagai obat berarti menganjurkan dan mempergunakannya. Hal ini bertolak belakang dengan maksud agama. Begitu juga, ia adalah penyakit, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam agama. Sehingga tidak diperbolehkan untuk dijadikan obat. Ia Juga menjadikan tabiat (manusia) dan nuraninya menjadi jelek. Bagaimana kalau barangnya itu sendiri jelek? Oleh karena itu Allah mengharamkan kepada para hamba-Nya makanan, minuman, memakai yang jelek. Karena menjadikan jiwa menjadikan kondisi dan sifatnya menjadi jelek.” Selesai dari ‘Zadul Ma’ad, (4/141). Telah ada dalam ‘Fatawa Lajnah Daimah, (22/106), “Apa hukum menikmati alkohol atau khomr secara umum maksudnya mempergunakannya untuk membersihkan peralatan dan digunakan dalam pengobatan, bahan bakar, membersihkan, minyak wangi, pembersih dan dijadikan sebagai cuka. Jawaban: Apa yang memabukkan kalau diminum banyak itu termasuk khomr (minuman keras). Maka sedikit ataupun banyak sama (hukumnya). Baik itu dinamakan alkohol, atau dengan nama lainnya. Seharusnya ditumpahkan, dan haram tetap dibiarkan, baik untuk dipergunakannya atau mengambil manfaat darinya untuk membersihkan, bersuci, bahan bakar, minyak wangi atau dirubah menjadi cuka. Atau manfaat-manfaat lainnya. Sementara kalau diminum banyak tidak memabukkan, maka ia bukan khomr. Diperbolehkan untuk dipergunakan dalam membuat minyak wangi, pengobatan, pembersih luka dan semisal itu. Abdullah Qa’ud, Abdullah bin Godyan Abdurrozak Afifi. Abdul Aziz bin Baz. Selesai Kedua: Kalau ada instansi tertentu yang mencampurkan obat dengan alkohol atau jelatin yang diharamkan. maka ia berdosa seperti yang telah kami ketengahkan. Kemudian dilihat obatnya. Kalau prosentasi campurannya sedikit, dimana tidak sampai memabukkan kalau minum banyak atau telah larut. Tidak ada bekas dalam rasa, warna atau bau, maka diperbolehkan mengkonsumsi dan berobat dengannya. Telah ada dalam Fatawa Lajnah Daimah, (22/297), “Dipasaran dijual sebagian obat-obatan atau manisan yang mengandung prosentasi sedikit sekali dari alkohol, apakah diperbolehkan memakannya? Perlu diketahui bahwa seseorang kalau memakan manisan ini sampai kenyang tidak sampai mabuk selamanya. Jawaban: Kalau keberadaan alkohol di manisan atau obat-obatan prosentasinya sedikit sekali, dimana tidak akan mabuk orang yang makan dan minum meskipun banyak darinya. Maka diperbolehkan mengkonsumsi dan menjualnya. Karena ia tidak berpengaruh sama sekali terhadap rasa, warna atau bau. Karena telah larut menjadi bersih dan mubah. Akan tetapi seorang muslim tidak diperbolehkan membuat sedikitpun dari itu. Dan tidak boleh menaruh di makanan orang Islam. Juga tidak boleh membantunya.” Selesai Ketiga: Diperbolehkan menjual obat yang mengandung alkohol atau jelatin yang diharamkan. Kalau prosentasinya sangat sedikit sekali atau telah larut. Telah ada keputusan diperbolehkan mempergunakan obat-obatan yang mengandung alkohol yang memabukkan dengan prosentasi sedikit sekali. keputusan dari Majami’ Fikih Islami dan Fatawa Lujan dan Haiat Ifta’ Alam Islami. Disertai anjuran dan lebih bagus menjauhi dari memasukkan alkohol ke obat-obatan menjaga untuk menjauhi yang syubhat. Telah ada ketetapan di Majma Fikih Islami yang menginduk ke Munadhom Mu’tamar Islam no. (3/11) 23: terkait meminta penjelasan Ma’had Alami Lil Fikri Islami di Wasington berikut ini: Pertanyaan kedua belas: Disana banyak obat yang mengandung isi berbeda dari kandungan alkohol antara 0.01% dan 25%. Kebanyakan obat ini untuk obat flu, radang tenggorokan, batuk dan penyakit lain yang tersebar luas (di masyarakat). Obat-obat ini mengandung alkohol. Dan sekitar 95% dari jenis obat-obatan ini. Dimana untuk mencari obat jenis ini sangat sulit sekali atau hampir tidak didapatkan. Apa hukum mengkonsumsi obat-obatan ini? Jawab: Bagi orang Islam yang sakit, diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung kadar alkohol tertentu kalau tidak mudah mendapatkan obat yang bebas dari alkohol. Hal itu sesuai dengan resep dokter terpercaya di pekerjaannya.” Selesai dari ‘Majalah Mujamma’, edisi 3, vol. 3 hal. 1087. Telah ada keputusan dari Majma Fikih berinduk ke Robitoh Alam Islam, “Diperbolehkan mengkonsumi obat yang mengandung alkohol kadar tertentu yang larut dalam pembuatan obat dimana tidak ada penggantinya. Dengan syarat sesuai dengan resep dokter yang adil. Sebagaimana diperbolehkan mempergunakan alkohol untuk membersihkan luka luar, membunuh bakteri dan untuk krem dan minyak luar.” Selesai dari ‘Qorar Majma’ Fiqhi Islami di Mekkah Mukarromah, hal. 341. Silahkan melihat terkait obat-obat dan kosmetik yang mengandung jelatin atau jelasrin yang diharamkan dalam jawaban soal no. 97541. Keempat: Kalau dijumpai obat-obatan atau kosmetik kalau diminum banyak memabukkan atau mengandung minyak babi contohnya tidak larut, maka tidak diperbolehkan mengkonsumsinya juga tidak boleh menjualnya. Bagi orang yang bekerja di apotek agar menjauhi hal itu. Kesimpulannya: Asalnya diperbolehkan bekerja di apotek-apotek. Mayoritas berbagai macam obat itu mubah. Kalau jelas ada obat yang diharamkan mengkonsumsinya, maka tidak boleh menjualnya. Tidak mengapa melanjutkan kerja disertai menjauhi menjual yang diharamkan. Wallahu a’lam .
Pertama Tidak diperbolehkan berkerja pembuatan obatobatan yang mengandung alkohol atau jelatin yang diambil dari babi. Kalau logika, bahwa Allah mengharamkannya karena jeleknya. Sebagaimana yang diharamkan kepada Bani Isroil. Dengan FrimanNya 160 Maka disebabkan kezaliman orangorang Yahudi, kami haramkan atas memakan makanan yang baikbaik yang dahulunya dihalalkan bagi mereka. Karena kalau ia dapat menghilangkan, akan tetapi berdampak kegundahan lebih besar dalam hati. Sehingga orang yang berobat dengannya, berusaha menghilangkan penyakit badan dengan penyakit hati. Dan menghindarinya dengan berbagai jalan yang ada. Ketika menjadikannya sebagai obat berarti menganjurkan dan mempergunakannya. Hal ini bertolak belakang dengan maksud agama. Ia Juga menjadikan tabiat manusia dan nuraninya menjadi jelek. Jawaban Apa yang memabukkan kalau diminum banyak itu termasuk khomr minuman keras. Maka sedikit ataupun banyak sama hukumnya. Seharusnya ditumpahkan, dan haram tetap dibiarkan, baik untuk dipergunakannya atau mengambil manfaat darinya untuk membersihkan, bersuci, bahan bakar, minyak wangi atau dirubah menjadi cuka. Abdullah Qaud, Abdullah bin Godyan Abdurrozak Afifi. maka ia berdosa seperti yang telah kami ketengahkan. Tidak ada bekas dalam rasa, warna atau bau, maka diperbolehkan mengkonsumsi dan berobat dengannya. Akan tetapi seorang muslim tidak diperbolehkan membuat sedikitpun dari itu. Telah ada keputusan diperbolehkan mempergunakan obatobatan yang mengandung alkohol yang memabukkan dengan prosentasi sedikit sekali. keputusan dari Majami Fikih Islami dan Fatawa Lujan dan Haiat Ifta Alam Islami. Telah ada ketetapan di Majma Fikih Islami yang menginduk ke Munadhom Mutamar Islam no. Selesai dari Majalah Mujamma, edisi 3, vol. Telah ada keputusan dari Majma Fikih berinduk ke Robitoh Alam Islam, Diperbolehkan mengkonsumi obat yang mengandung alkohol kadar tertentu yang larut dalam pembuatan obat dimana tidak ada penggantinya. Dengan syarat sesuai dengan resep dokter yang adil. Keempat Kalau dijumpai obatobatan atau kosmetik kalau diminum banyak memabukkan atau mengandung minyak babi contohnya tidak larut, maka tidak diperbolehkan mengkonsumsinya juga tidak boleh menjualnya. Bagi orang yang bekerja di apotek agar menjauhi hal itu. Kalau jelas ada obat yang diharamkan mengkonsumsinya, maka tidak boleh menjualnya.
Ayo Menikah…!
https://konsultasisyariah.com/20756-ayo-menikah.html
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du, Allah yang telah menciptakan manusia, sangat paham betul dengan karakter dan sifat hamba-Nya ini. Di antara karakter yang Allah sebutkan dalam Alquran: “Allah hendak memberikan keringanan bagi kalian, dan manusia itu diciptakan dalam kondisi lemah.” (QS. An-Nisa: 28). Ayat ini Allah letakkan sebagai pesan pungkasan setelah Allah menjelaskan tentang beberapa aturan nikah dari ayat 19 – 28 di surat An-Nisa. Oleh karena itu, para ahli tafsir menegaskan, yang dimaksud lemah dalam ayat tersebut adalah lemah dalam urusan syahwat, lemah dalam urusan wanita. Laki-laki begitu mudah hilang akal dan sangat mudah tergoda dengan wanita. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 2:267) Menyadari kondisi manusia yang demikian, Islam memberikan aturan agar manusia tidak serampangan dalam menyalurkan syahwatnya. Islam mengizinkan manusia untuk melakukan yang halal melalui nikah, dan menutup rapat segala celah yang bisa mengantarkan kepada yang haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Saya belum pernah melihat solusi untuk dua orang yang saling jatuh cinta, selain nikah (HR. Ibnu Majah 1847, Mushannaf Ibn Abi Syaibah 15915 dan dishahihkan Al-Albani). Terdapat banyak perintah yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadis, agar manusia menjaga kehormatannya dengan menikah. Diantaranya, allah berfirman, Nikahkahlah orang yang bujangan diantara kalian serta orang baik dari budak kalian yang laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui. (QS. An-Nur: 32). Pada ayat di atas, Allah perintahkah kepada kaum muslimin untuk bersama-sama mendukung terwujudnya pernikahan. Sehingga upaya mewujudkan pernikahan tidak hanya menjadi tanggung jawab orang yang hendak mencari jodoh, namun Allah semangati semua pihak yang berada di sekitarnya untuk mendukung terwujudnya pernikahan itu. Dalam hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, , “Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa yang tidak mampu, hendaknya dia berpuasa. Karena itu bisa menjadi tameng syahwat baginya.” (HR. Bukhari 5065 dan Muslim 1400). Mengingat pemuda merupakan kunci utama terwujudnya pernikahan, karena itu merekalah yang dituntut untuk pro-aktif dalam mewujudkan ikatan ini. Para rasul, sekalipun mereka sangat sibuk dengan berbagai urusan dakwah dan ibadah, mereka tidak menganggap hal itu sebagai alasan untuk meninggalkan nikah. Karena, sekali lagi, mereka adalah manusia sempurna. Memiliki banyak kelebihan secara fisik dan mental. Bahkan ada diantara mereka ada yang memiliki 99 istri yang sanggup beliau gilir dalam semalam. Itulah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari. Realita ini memberikan konsekuensi sebaliknya, tidak menikah sejatinya merupakan sifat orang lemah. Baik lemah mentalnya atau lemah fisiknya, sehingga orang lain tidak bersedia menjadi pasangannya. Diceritakan oleh Thawus – salah seorang tabiin – bahwa Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, pernah bertanya kepada seorang lelaki yang layak menikah: “Kamu ingin menikah?” Dia menjawab: ak.” Spontan Umar menimpali, , “Berarti kamu, kalo bukan orang dungu atau orang fajir (lebih menyukai zina dari pada nikah).” (HR. Abdur Razaq dalam Al-Mushannaf, no. 10383). Hal yang sama, juga pernah disampaikan oleh Thawus kepada salah satu sahabatnya, ak ada yang menghalangimu untuk menikah, selain karena kamu lemah atau sifat fujur (lebih memilih kejelekan).” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushanaf, no. 15910). Semangat ini bukan karena dorongan nafsu, namun dalam rangka mewujudkan sunah. Ada sejuta bahkan lebih, manfaat seseorang menikah. Mereka berharap, dengan menempuh jalan yang halal ini bisa mendulang manfaat dunia dan akhirat. Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Siapa yang tidak kenal Ibnu Mas’ud. Sahabat yang dikenal turjumanul qur’an (ahli tafsir al-Quran). Karena kehebatan beliau dalam menggali makna dan kandungan firman Allah. Bacaannya dipuji oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menunjukkan betapa dekatnya beliau dengan kitab Allah. Dalam sebuah riwayat, beliau pernah mengatakan, “Andaikan dunia ini hanya tersisa satu hari, saya ingin di hari itu memiliki seorang istri.” (HR. Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf, no. 10382 dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushanaf, 15916). Sampaipun para sahabat sudah berada di kondisi yang lemah, mereka tetap semangat untuk menikah. Az-Zuhri menceritakan, bahwa sahabat Syaddad bin Aus, ketika sudah tua dan matanya mulai membuta pernah berpesan, Nikahkanlah aku, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan agar aku tidak bertemu Allah dalam kondisi membujang.. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushanaf, no. 15908). Sekali lagi, sejuta manfaat menunggu ketika seseorang menikah. Allahu a’lam. Oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Artikel ini didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening: BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK (Kode BSI: 451) Keterangan lebih lengkap: Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur
Alhamdulillah was shalatu was salamu ala rasulillah, amma badu, Allah yang telah menciptakan manusia, sangat paham betul dengan karakter dan sifat hambaNya ini. Di antara karakter yang Allah sebutkan dalam Alquran Allah hendak memberikan keringanan bagi kalian, dan manusia itu diciptakan dalam kondisi lemah. Ayat ini Allah letakkan sebagai pesan pungkasan setelah Allah menjelaskan tentang beberapa aturan nikah dari ayat 19 28 di surat AnNisa. Oleh karena itu, para ahli tafsir menegaskan, yang dimaksud lemah dalam ayat tersebut adalah lemah dalam urusan syahwat, lemah dalam urusan wanita. Lakilaki begitu mudah hilang akal dan sangat mudah tergoda dengan wanita. Ibnu Majah 1847, Mushannaf Ibn Abi Syaibah 15915 dan dishahihkan AlAlbani. Diantaranya, allah berfirman, Nikahkahlah orang yang bujangan diantara kalian serta orang baik dari budak kalian yang lakilaki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan karuniaNya. Sehingga upaya mewujudkan pernikahan tidak hanya menjadi tanggung jawab orang yang hendak mencari jodoh, namun Allah semangati semua pihak yang berada di sekitarnya untuk mendukung terwujudnya pernikahan itu. Sementara siapa yang tidak mampu, hendaknya dia berpuasa. Karena itu bisa menjadi tameng syahwat baginya. Para rasul, sekalipun mereka sangat sibuk dengan berbagai urusan dakwah dan ibadah, mereka tidak menganggap hal itu sebagai alasan untuk meninggalkan nikah. Karena, sekali lagi, mereka adalah manusia sempurna. Memiliki banyak kelebihan secara fisik dan mental. Bahkan ada diantara mereka ada yang memiliki 99 istri yang sanggup beliau gilir dalam semalam. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari. Realita ini memberikan konsekuensi sebaliknya, tidak menikah sejatinya merupakan sifat orang lemah. Semangat ini bukan karena dorongan nafsu, namun dalam rangka mewujudkan sunah. Ada sejuta bahkan lebih, manfaat seseorang menikah. Mereka berharap, dengan menempuh jalan yang halal ini bisa mendulang manfaat dunia dan akhirat. Sahabat Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu. Karena kehebatan beliau dalam menggali makna dan kandungan firman Allah. Bacaannya dipuji oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. AzZuhri menceritakan, bahwa sahabat Syaddad bin Aus, ketika sudah tua dan matanya mulai membuta pernah berpesan, Nikahkanlah aku, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpesan agar aku tidak bertemu Allah dalam kondisi membujang HR. Oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Artikel ini didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. YAYASAN YUFID NETWORK Kode BSI 451 Keterangan lebih lengkap Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur
Mudik Lebaran Penuh Berkah
https://radiomutiaraquran.com/2022/04/29/mudik-lebaran-penuh-berkah/
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, sebentar lagi bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan ini akan segera berakhir, dan akan segera datang hari raya yang dinanti-nanti kaum muslimin yaitu ‘Idul Fithri. Banyak di antara kaum muslimin yang hidup di perantauan kembali ke kampungnya untuk merayakan lebaran bersama sanak keluarganya. Lantas hal-hal apa sajakah yang harus kita siapkan agar mudik kita berbarokah? Simaklah tips-tips ketika melakukan perjalanan jauh berikut ini dan semoga bermanfaat. Persiapan Sebelum Mudik Seseorang yang hendak mudik atau melakukan perjalanan jauh bukan hanya mempersiapkan barang-barang dan bekal untuk perjalanan. Persiapan lain yang hendaknya dilakukan di antaranya: Melakukan shalat istikharah untuk memohon petunjuk kepada Allah mengenai waktu safar, kendaraan yang digunakan, teman perjalanan dan arah jalan. Bertaubat kepada Allah dari berbagai kemaksiatan karena kita tidak mengetahui apa yang terjadi ketika di perjalanan nanti. Menyelesaikan berbagai persengketaan seperti utang-piutang, nafkah yag wajib, dan wasiat kepada ahli waris. Mencari teman perjalanan karena dapat menimbulkan bahaya jika berjalan sendiri (HR. Bukhari) Mencari teman perjalanan yang sholeh yang dapat menjaga agama dan menegurnya jika berbuat salah. Dianjurkan untuk melakukan perjalanan jauh pada hari kamis sebagaimana kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari & Abu Daud), juga pada pagi hari karena Allah memberkahi umat ini di waktu paginya (HR. Abu Daud & Tirmidzi, Hasan), dan boleh juga pada awal malam karena pada waktu itu bumi dilipat artinya didekatkan jaraknya (HR. Abu Daud & Hakim, shohih). Berpamitan dengan orang yang ditinggalkan sambil berdo’a kepada mereka: “Astawdi’ullaha diinaka, wa amanataka, wa khowatiima ‘amalika (Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan perbuatan terakhirmu kepada Allah)” (HR. Ahmad & Tirmidzi, shohih) (Lihat Adab Harian Muslim Teladan, 61-69) Ketika Dalam Perjalanan Hendaknya ketika dalam perjalanan membaca do’a sebagaiman do’a yang diajarkan oleh suri tauladan kita sebagai berikut: “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Subhanalladzi sakhkhoro lana hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamunqolibuun. Allahumma inni nas’aluka fi safarina hadzal birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alaina safarona hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shohibu fis safar, wal kholifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsa’is safar wa kaabatil manzhori wa su’il munqolabi fil maali wal ahli.” (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Mahasuci Allah yang menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada keluarga dan harta). Dan ketika kembali dari perjalanan jauh ucapkanlah do’a: Ayibuna taa’ibuna ‘abiduna lirobbina hamidun (Kami kembali, kami selamat, bertaubat, tetap beribadah dan tetap memuji Rabb kami) (HR. Muslim). (Lihat Hisnul Muslim) Jangan lupa dalam perjalanan ketika melewati jalan mendaki untuk membaca ‘Allahu Akbar’ dan ketika ketika melewati jalan menurun membaca ‘Subhanallah’. Juga jangan lupa untuk banyak berdo’a ketika safar karena di antara tiga do’a yang pasti dikabulkan adalah do’a seorang musafir. Maka perbanyaklah do’a ketika itu karena sesungguhnya Allah selalu mendengar do’a seorang hamba dan Allah Maha Mengabulkan do’a. (Lihat Adab Harian Muslim Teladan, 69-72) Beberapa Keringanan Ketika Safar Ada beberapa keringanan yang boleh dilakukan musafir ketika bepergian jauh yang dianggap oleh masyarakat (secara ‘urf) sebagai perjalanan jauh tanpa melihat jarak yang ditempuh. Di antaranya: Apabila seorang musafir tidak mengalami kesulitan ketika melakukan perjalanan jauh maka lebih baik baginya untuk berpuasa. Namun jika mendapatkan kesulitan, maka lebih baik tidak berpuasa. (Lihat Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah, 198) Mengqoshor shalat yaitu meringkas shalat yang berjumlah empat raka’at (Dzuhur, Ashar dan Isya) menjadi dua raka’at dan ini hukumnya wajib karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, Umar, dan Utsman selalu mengqoshor shalat ketika safar hingga mereka wafat. (Lihat Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah, 143-144) Mengerjakan shalat sunnah di atas kendaraan dengan menghadap ke arah yang dituju oleh kendaraan (HR. Abu Daud & Ibnu Hibban, hasan). Sedangkan shalat fardhu hendaknya dikerjakan dengan turun dari kendaraan (HR. Bukhari & Ahmad) dan jika tidak mampu untuk turun, “Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian.” (QS. At Taghabun [64] : 16) Menjama’ shalat jika tidak mampu mengerjakan shalat di setiap waktunya. Jadi, menjama’ shalat bukanlah keharusan ketika safar. Ketika seseorang itu mampu mengerjakan shalat di tiap waktunya maka tidak perlu ada jama’ ketika safar. (Lihat Minhajul Muslim, 190) Semoga Allah Ta’ala senantiasa meneguhkan kita dalam keimanan dan memberkahi serta memudahkan safar kita. Amin Ya Mujiibas Saa’iliin. *** Penyusun: Bagus P. Setiawan & Muhammad Abduh Tuasikal Sumber
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, sebentar lagi bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan ini akan segera berakhir, dan akan segera datang hari raya yang dinantinanti kaum muslimin yaitu Idul Fithri. Banyak di antara kaum muslimin yang hidup di perantauan kembali ke kampungnya untuk merayakan lebaran bersama sanak keluarganya. Lantas halhal apa sajakah yang harus kita siapkan agar mudik kita berbarokah Simaklah tipstips ketika melakukan perjalanan jauh berikut ini dan semoga bermanfaat. Bertaubat kepada Allah dari berbagai kemaksiatan karena kita tidak mengetahui apa yang terjadi ketika di perjalanan nanti. Menyelesaikan berbagai persengketaan seperti utangpiutang, nafkah yag wajib, dan wasiat kepada ahli waris. Mencari teman perjalanan karena dapat menimbulkan bahaya jika berjalan sendiri HR. Dianjurkan untuk melakukan perjalanan jauh pada hari kamis sebagaimana kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam HR. Bukhari Abu Daud, juga pada pagi hari karena Allah memberkahi umat ini di waktu paginya HR. Berpamitan dengan orang yang ditinggalkan sambil berdoa kepada mereka Astawdiullaha diinaka, wa amanataka, wa khowatiima amalika Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan perbuatan terakhirmu kepada Allah HR. Ahmad Tirmidzi, shohih Lihat Adab Harian Muslim Teladan, 6169 Ketika Dalam Perjalanan Hendaknya ketika dalam perjalanan membaca doa sebagaiman doa yang diajarkan oleh suri tauladan kita sebagai berikut Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Subhanalladzi sakhkhoro lana hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Allahumma inni audzubika min watsais safar wa kaabatil manzhori wa suil munqolabi fil maali wal ahli. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadaMu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Maka perbanyaklah doa ketika itu karena sesungguhnya Allah selalu mendengar doa seorang hamba dan Allah Maha Mengabulkan doa. Lihat Adab Harian Muslim Teladan, 6972 Beberapa Keringanan Ketika Safar Ada beberapa keringanan yang boleh dilakukan musafir ketika bepergian jauh yang dianggap oleh masyarakat secara urf sebagai perjalanan jauh tanpa melihat jarak yang ditempuh. Namun jika mendapatkan kesulitan, maka lebih baik tidak berpuasa. Lihat Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah, 198 Mengqoshor shalat yaitu meringkas shalat yang berjumlah empat rakaat Dzuhur, Ashar dan Isya menjadi dua rakaat dan ini hukumnya wajib karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Abu Bakr, Umar, dan Utsman selalu mengqoshor shalat ketika safar hingga mereka wafat. Lihat Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah, 143144 Mengerjakan shalat sunnah di atas kendaraan dengan menghadap ke arah yang dituju oleh kendaraan HR. Ketika seseorang itu mampu mengerjakan shalat di tiap waktunya maka tidak perlu ada jama ketika safar. Lihat Minhajul Muslim, 190 Semoga Allah Taala senantiasa meneguhkan kita dalam keimanan dan memberkahi serta memudahkan safar kita. Penyusun Bagus P. Setiawan Muhammad Abduh Tuasikal Sumber
Hukum Mengucapkan Selamat Natal Bagi Muslim
https://fatwatarjih.or.id/hukum-mengucapkan-selamat-natal/
Pertanyaan: Saya pernah mendapat keterangan seorang muballigh, bahwa mengucap SELAMAT HARI NATAL itu haram hukumnya. Tetapi salah satu dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah pernah mengucapkan seperti itu. Saya menjadi bingung. Bagaimana sebenarnya? (Akhmad Thaharuddin, Malang). Jawaban: Untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan Anda, baiklah di bawah ini disampaikan Fatwa Majlis Ulama Indonesia tentang perayaan Natal bersama, dengan beberapa pertimbangan. 1. Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk kerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain, dan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan. Hal ini didasarkan pada surat Al Hujurat ayat 13, surat Lukman ayat 15, surat Al Mumtahanah ayat 8. 2. Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampuradukkan agama dengan aqidah dan peribadatan agama lain. Hal ini didasarkan pada surat Al Kafirun ayat 1-6, surat Al Baqarah ayat 42. 3. Bahwa ummat Islam harus mengakui ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada Nabi dan Rasul yang lain. Hal ini didasarkan pada surat Maryam ayat 30-32, surat Al Maidah 75 dan surat Al Baqarah ayat 285. 4. Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Al Masih itu anaknya, maka orang itu (menurut Al Quran) kafir dan musyrik. Hal ini didasarkan pada surat Al Maidah ayat 72 dan 73, senta surat At Taubah ayat 30. 5. Islam mengajarkan bahwa Allah SWT. itu hanya SATU, berdasarkan surat Al Ikhlash ayat 1-4. 6. Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan. Hal ini didasarkan ada Hadis riwayat Muslim tentang yang halal itu jelas dan yang haram pun jelas, dan di antara keduanya adalah masalah yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Dasar lain ialah qaidah fiqhiyyah: “Menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan”. Atas dasar pertimbangan di atas, maka Majelis Ulama Indonesia menfatwakan: a. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan mengormati Nabi Isa as., akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas. b. Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram. c. Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT, dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal. Dari fatwa itu khususnya point “b”, mengikuti perayaan Natal haram hukumnya. Sedang mengucapkan “Selamat Hari Natal”, dapat digolongkan pada fatwa point “c”, sesuatu yang dianjurkan untuk tidak dilakukan. (Fatwa Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, dalam Tim PP Muhammadiyah Majelis Tarjih, Tanya Jawab Agama Jilid 2, Suara Muhammadiyah, Cet. VI 2003, halaman 209-210)
Pertanyaan Saya pernah mendapat keterangan seorang muballigh, bahwa mengucap SELAMAT HARI NATAL itu haram hukumnya. Tetapi salah satu dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah pernah mengucapkan seperti itu. Bagaimana sebenarnya Akhmad Thaharuddin, Malang. Jawaban Untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan Anda, baiklah di bawah ini disampaikan Fatwa Majlis Ulama Indonesia tentang perayaan Natal bersama, dengan beberapa pertimbangan. Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk kerja sama dan bergaul dengan ummat agamaagama lain, dan masalahmasalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan. Hal ini didasarkan pada surat Al Hujurat ayat 13, surat Lukman ayat 15, surat Al Mumtahanah ayat 8. Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampuradukkan agama dengan aqidah dan peribadatan agama lain. Bahwa ummat Islam harus mengakui keNabian dan keRasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada Nabi dan Rasul yang lain. Hal ini didasarkan pada surat Maryam ayat 3032, surat Al Maidah 75 dan surat Al Baqarah ayat 285. Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Al Masih itu anaknya, maka orang itu menurut Al Quran kafir dan musyrik. itu hanya SATU, berdasarkan surat Al Ikhlash ayat 14. Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari halhal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan. Hal ini didasarkan ada Hadis riwayat Muslim tentang yang halal itu jelas dan yang haram pun jelas, dan di antara keduanya adalah masalah yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Dasar lain ialah qaidah fiqhiyyah Menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan. akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soalsoal yang diterangkan di atas. b. Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram. Sedang mengucapkan Selamat Hari Natal, dapat digolongkan pada fatwa point c, sesuatu yang dianjurkan untuk tidak dilakukan. Fatwa Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, dalam Tim PP Muhammadiyah Majelis Tarjih, Tanya Jawab Agama Jilid 2, Suara Muhammadiyah, Cet.
Apa hukum tidak membaca basmalah pada waktu menyembelih hewan kurban ?, terlebih lagi jika yang menyembelih tidak melaksanakan shalat ?
https://islamqa.info/id/answers/85669/disyaratkan-membaca-basmalah-agar-sembelihan-hewan-kurban-menjadi-halal
Alhamdulillah.Orang yang meninggalkan shalat tidak halal sembelihannya, baik membaca basmalah atau tidak, silahkan anda melihat jawaban soal nomor: 70278. Sedangkan membaca basmalah pada waktu menyembelih, para ulama fikih berbeda pendapat menjadi tiga pendapat: Pertama: Bahwa membaca basmalah adalah mustahabbah (sunnah), ini adalah pendapat madzhab Syafi’i Kedua: Bahwa basmalah adalah syarat halalnya hewan sembeihan, namun jika ia tidak membaca basmalah karena lupa, maka tetap halal. Ini adalah pendapat madzhab Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah. Ketiga: basmalah adalah syarat utama, tidak boleh ditinggalkan, baik karena lupa, sengaja atau karena tidak tau. Ini adalah pendapat madzhab Dhahiriyah, dan riwayat yang lain dari Malik dan Ahmad, dan pendapat beberapa ulama salaf, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Syeikh Islam Ibnu Taimiyah. Syeikh ibnu Utsaimin –rahimahullah- berkata: “Pendapat inilah yang benar”. Beliau juga berkata: “Mereka beralasan dengan keumuman firman Allah –Ta’ala-, ( ) / 121 “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya”. (QS. Al An’am: 121) Dan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: ( ) “Hewan yang mengalirkan darah (karena disembelih) dan disebutkan nama Allah, maka makanlah”. Maka syarat agar halal dimakan adalah membaca basmalah (ketika menyembelih), sebagaimana diketahui, jika sebuah syarat tidak terpenuhi maka hasilnya tidak sah, jadi jika tidak ada basmalah, maka sembelihan menjadi tidak halal, sama dengan syarat-syarat yang lain dalam masalah lain, seperti halnya jika seseorang mendirikan shalat sedangkan ia lupa tidak berwudhu’, maka ia wajib mengulangi shalatnya. Demikian juga ketika seseorang sedang shalat dan buang angin, atau sebelumnya memakan daging unta, sedang ia tidak mengetahui kalau keduanya membatalkan shalat, maka ia juga wajib mengulangi shalatnya; karena syarat tidak bisa ditinggalkan dan hasilnya pun menjadi tidak sah. Contoh lain, jika seseorang menyembeih (hewan kurban) namun darah tidak mengalir, karena lupa atau karena tidak faham, maka sembelihannya tidak halal. Demikian juga ketika ia tidak membaca basmalah; karena keduanya dalam satu hadits”. (Asy Syarhul Mumti’: 6/358) Lihat juga: (“al ‘Inayah Syarhul Hidayah” 9/489, “al Fawakih ad Dawani” 1/382, “al Majmu’ 8/387). Jadi kesimpulannya, hewan kurban atau yang lainnya tidak boleh disembelih kecuali oleh orang yang tidak meninggalkan shalat, dan disyaratkan untuk membaca basmalah dengan mengatakan : , disunnahkan juga untuk bertakbir : Imam Bukhori (5558) dan Muslim (1966) telah meriwayatkan, dari Anas –radhiyallahu ‘anhu- berkata: ( ) . “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menyembelih dua kambing kurban, yang gemuk, dan saya melihat beliau meletakkan kakinya di atas sisi tubuh kedua kambing tersebut, membaca basmalah dan bertakbir, seraya menyembelih keduanya dengan tangan beliau”. Wallahu a’lam.
Alhamdulillah.Orang yang meninggalkan shalat tidak halal sembelihannya, baik membaca basmalah atau tidak, silahkan anda melihat jawaban soal nomor 70278. Sedangkan membaca basmalah pada waktu menyembelih, para ulama fikih berbeda pendapat menjadi tiga pendapat Pertama Bahwa membaca basmalah adalah mustahabbah sunnah, ini adalah pendapat madzhab Syafii Kedua Bahwa basmalah adalah syarat halalnya hewan sembeihan, namun jika ia tidak membaca basmalah karena lupa, maka tetap halal. Ini adalah pendapat madzhab Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah. Ketiga basmalah adalah syarat utama, tidak boleh ditinggalkan, baik karena lupa, sengaja atau karena tidak tau. Ini adalah pendapat madzhab Dhahiriyah, dan riwayat yang lain dari Malik dan Ahmad, dan pendapat beberapa ulama salaf, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Syeikh Islam Ibnu Taimiyah. Syeikh ibnu Utsaimin rahimahullah berkata Pendapat inilah yang benar. Beliau juga berkata Mereka beralasan dengan keumuman firman Allah Taala, 121 Dan janganlah kamu memakan binatangbinatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. QS. Al Anam 121 Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Hewan yang mengalirkan darah karena disembelih dan disebutkan nama Allah, maka makanlah. Maka syarat agar halal dimakan adalah membaca basmalah ketika menyembelih, sebagaimana diketahui, jika sebuah syarat tidak terpenuhi maka hasilnya tidak sah, jadi jika tidak ada basmalah, maka sembelihan menjadi tidak halal, sama dengan syaratsyarat yang lain dalam masalah lain, seperti halnya jika seseorang mendirikan shalat sedangkan ia lupa tidak berwudhu, maka ia wajib mengulangi shalatnya. Demikian juga ketika seseorang sedang shalat dan buang angin, atau sebelumnya memakan daging unta, sedang ia tidak mengetahui kalau keduanya membatalkan shalat, maka ia juga wajib mengulangi shalatnya karena syarat tidak bisa ditinggalkan dan hasilnya pun menjadi tidak sah. Contoh lain, jika seseorang menyembeih hewan kurban namun darah tidak mengalir, karena lupa atau karena tidak faham, maka sembelihannya tidak halal. Demikian juga ketika ia tidak membaca basmalah karena keduanya dalam satu hadits. Asy Syarhul Mumti 6358 Lihat juga al Inayah Syarhul Hidayah 9489, al Fawakih ad Dawani 1382, al Majmu 8387. Jadi kesimpulannya, hewan kurban atau yang lainnya tidak boleh disembelih kecuali oleh orang yang tidak meninggalkan shalat, dan disyaratkan untuk membaca basmalah dengan mengatakan , disunnahkan juga untuk bertakbir Imam Bukhori 5558 dan Muslim 1966 telah meriwayatkan, dari Anas radhiyallahu anhu berkata . Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyembelih dua kambing kurban, yang gemuk, dan saya melihat beliau meletakkan kakinya di atas sisi tubuh kedua kambing tersebut, membaca basmalah dan bertakbir, seraya menyembelih keduanya dengan tangan beliau. Wallahu alam.
Cara Mengenal Allah Sehingga Hati Menjadi Tenang
https://bimbinganislam.com/cara-mengenal-allah-sehingga-hati-menjadi-tenang/
Cara Mengenal Allah Sehingga Hati Menjadi Tenang Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang cara mengenal Allah sehingga hati menjadi tenang. selamat membaca. Pertanyaan : Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga ustadz dan keluarga. Saya mau bertanya ustadz. Saya mau tanya. Bagaimana cara mengenal Allah, mengetahui siapa Allah itu? kemudian meyakini Allah sampai akhirnya mencintai Allah? Sebab perkara ini membuat saya selalu bertanya-tanya dan hidup dengan hati ragu. (Disampaikan oleh Fulan, Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS) Jawaban : Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu. Mengenal Allah harus dengan cara Allah, karena Allah belum pernah ada yang berjumpa langsung dengan-Nya di dunia ini, maka tiada cara untuk mengenalnya kecuali melalui apa yang Allah beritahukan sendiri tentang dirinya kepada para hamba-Nya. Semua melalui lisan para nabi dan para Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah taala: Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al Maidah:67) Allah juga berfirman : (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS An Nisaa:165) Dari para Nabi dan Rasul kita mengenal Allah dan mengenal kewajiban kita sebagai seorang hamba. Untuk menunjukkan bahwa memang benar seorang hamba mengenal RabbNya. Sebagaimana firman Allah taala, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. [Adz Dzaariyaat:56]. Juga firmanNya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS Al Anbiyaa:25). Dari sini maka kita tidak akan mungkin bisa mengenal Allah kecuali dengan mempelajari segala sesuatu yang telah diterangkan oleh Rasul-Nya tentang Dzat-NYa, apa hak-hak-Nya yang harus dijaga dan kewajiban apa yang semestinya para hamba jalankan untuk mengabdi kepada-Nya. Hanya dengan cara itu seorang hamba mengenal Allah, dengan ilmu bukan dengan mimpi dan bualan dusta yang banyak disebarkan. Belajar dari sumbernya, dari alquran dan as-sunnah (hadits) dengan pemahaman yang dijelaskan oleh para sahabat Rasulullah. Kita tidak butuh khayalan dan kedustaan, yang kita butuhkan adalah penjelasan valid dari pihak dan sumber yang benar. tanpa penambahan dan pengurangan. Dari bukti kenabian berupa al-quran dan al-hadist yang sahih kita bisa mengenal Allah, yang kemudian di dukung dengan bukti nyata dari alam semesta dan makhluk di sekitar untuk meyakinkan bahwa kita tidak mungkin tercipta tanpa adanya Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Hebat dari seluruh makhluk-Nya. Utamanya bila seseorang belajar tentang ilmu tauhid, ilmu tentang Allah dan kewajiban mengesakan Allah. Ilmu yang sangat di tekankan oleh Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam ketika mendakwahkan ajaran islam. Tidak tanggung tangung, selama tiga belas tahun lamanya Rasulullah berjuang mengenalkan hakikat Allah taala kepada kaumnya di Mekkah, walau banyak rintangan sampai akhirnya terusir dari tempat kelahirannya. : : . Berkata Ibnu Rajab, Paling mulianya ilmu adalah ilmu tentang Allah yaitu ilmu terhadap nama, sifat dan kehendak-Nya, yang menuntut kepada para hamba untuk mengetahui Allah, takut, cinta, tunduk, mengagungkan, memuliakan dan beribadah kepada-Nya, serta bertawakal kepada-Nya, bersabar atas kuasanya dan menyibukkan diri hanya kepada-Nya, bukan kepada makhluk-Nya. Bisa di ikhtisarkan, bahwa cara mengenal Allah adalah dengan cara belajar ilmu syari, atau dengan membaca ayat ayatnya yang syariyyah (dari dalil al-quran dan as-sunnah), dengan penuh tadabbur (penghayatan) . Atau juga dengan cara memperhatikan dengan segala makluk-Nya yang bisa di rasakan dengan panca indera kita, untuk meyakinkan bahwa Allah dzat yang Maha Besar. Itulah sekilas, usaha untuk lebih mengenal Allah, sampai akhirnya kita benar benar Mencintai Allah dan Allahpun cinta kepada hamba karena pengabdianNya. Semoga dengan usaha kita mengenal Allah, Allah akan memberikan kebahagian kepada kita semua. Wallahu taala alam. Dijawab dengan ringkas oleh : Ustadz Ustadz Mutashim Lc., M.A. Selasa, 30 Rabiul Akhir 1442 H/ 15 Desember 2020 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik disini
Cara Mengenal Allah Sehingga Hati Menjadi Tenang Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang cara mengenal Allah sehingga hati menjadi tenang. Pertanyaan Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga ustadz dan keluarga. Disampaikan oleh Fulan, Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS Jawaban Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu. Mengenal Allah harus dengan cara Allah, karena Allah belum pernah ada yang berjumpa langsung denganNya di dunia ini, maka tiada cara untuk mengenalnya kecuali melalui apa yang Allah beritahukan sendiri tentang dirinya kepada para hambaNya. Semua melalui lisan para nabi dan para RasulNya. Sebagaimana firman Allah taala Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang kafir. Al Maidah67 Allah juga berfirman Mereka Kami utus selaku rasulrasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasulrasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS An Nisaa165 Dari para Nabi dan Rasul kita mengenal Allah dan mengenal kewajiban kita sebagai seorang hamba. Sebagaimana firman Allah taala, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Juga firmanNya Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya Bahwasanya tidak ada Ilahyang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. Hanya dengan cara itu seorang hamba mengenal Allah, dengan ilmu bukan dengan mimpi dan bualan dusta yang banyak disebarkan. Belajar dari sumbernya, dari alquran dan assunnah hadits dengan pemahaman yang dijelaskan oleh para sahabat Rasulullah. Kita tidak butuh khayalan dan kedustaan, yang kita butuhkan adalah penjelasan valid dari pihak dan sumber yang benar. Utamanya bila seseorang belajar tentang ilmu tauhid, ilmu tentang Allah dan kewajiban mengesakan Allah. Ilmu yang sangat di tekankan oleh Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam ketika mendakwahkan ajaran islam. Tidak tanggung tangung, selama tiga belas tahun lamanya Rasulullah berjuang mengenalkan hakikat Allah taala kepada kaumnya di Mekkah, walau banyak rintangan sampai akhirnya terusir dari tempat kelahirannya. . Berkata Ibnu Rajab, Paling mulianya ilmu adalah ilmu tentang Allah yaitu ilmu terhadap nama, sifat dan kehendakNya, yang menuntut kepada para hamba untuk mengetahui Allah, takut, cinta, tunduk, mengagungkan, memuliakan dan beribadah kepadaNya, serta bertawakal kepadaNya, bersabar atas kuasanya dan menyibukkan diri hanya kepadaNya, bukan kepada makhlukNya. Itulah sekilas, usaha untuk lebih mengenal Allah, sampai akhirnya kita benar benar Mencintai Allah dan Allahpun cinta kepada hamba karena pengabdianNya. Semoga dengan usaha kita mengenal Allah, Allah akan memberikan kebahagian kepada kita semua. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Ustadz Mutashim Lc., M.A. Selasa, 30 Rabiul Akhir 1442 H 15 Desember 2020 M Ustadz Mutashim Lc.,
ONH Dengan Cara Hutang Bank, Bagaimana Hukumnya?
https://fatwatarjih.or.id/onh-dengan-cara-hutang-bank-bagaimana-hukumnya/
Pertanyaan: Bagaimana hukumnya ONH dengan cara hutang bank?Siksa apa yang kami alami di tanah suci nanti?Apakah lebih baik kami pergi haji menunggu warisan peninggalan orang tua laku dijual, karena kapan lakuknya kami belum tahu mengingat bentuknya tanah, sawah dan rumah?Kalau menurut bapak/ibu cara ini (hutang bank) tidak baik, kami siap mengundurkan diri secepatnya mencabut ONH itu. Demikian pertanyaan-pertanyaan kami, semoga bapak/ibu berkenan menjawab secepatnya. Semoga jawaban bapak/ibu dicatat Allah sebagai amal ibadah. Amin. Terima kasih. Penanya:Ny. Raning M, Suruh, Salatiga, Jawa Tengah(disidangkan pada hari Jum’at, 10 Rajab 1427 H / 4 Agustus 2006 M) Jawaban: Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih atas pertanyaan yang ibu sampaikan kepada kami. Untuk menjawab beberapa pertanyaan dari ibu kami berusaha menjawabnya dengan menyatukannya dalam satu jawaban. Pada dasarnya, naik haji itu tidak wajib hukumnya atas orang yang belum mempunyai isthitha’ah (kemampuan), sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala: Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [QS. Ali Imran, 3: 97]. Salah satu arti isthita’ah di sini adalah kemampuan dari aspek keuangan atau biaya menjalankan ibadah haji, yang lebih populer dengan istilah Ongkos Naik Haji (ONH). Jadi jika seseorang, -termasuk ibu dan suami,- belum mempunyai biaya untuk ONH, maka tidak wajib hukumnya menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu kami menganjurkan supaya tidak perlu berhutang hanya karena untuk mengerjakan sesuatu yang belum menjadi kewajiban ibu. Apalagi jika hutang tersebut kepada bank atau siapa saja yang ada syarat harus membayar bunga, karena bunga oleh banyak ulama disamakan dengan riba yang justru dapat memberatkan pembayarannya di kemudian hari. Dengan demikian, menurut pendapat kami sebaiknya ibu membatalkan pinjaman bank untuk ONH tersebut dan menunggu harta warisan orang tua terjual atau mengusahakan cara-cara yang yang jelas-jelas halal untuk menunaikan ibadah haji. Semoga niat suci ibu dan suami untuk naik haji diterima, dimudahkan jalannya dan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Amin. Wallahu a’lam bish-shawab. Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah No.24, 2006.
Pertanyaan Bagaimana hukumnya ONH dengan cara hutang bankSiksa apa yang kami alami di tanah suci nantiApakah lebih baik kami pergi haji menunggu warisan peninggalan orang tua laku dijual, karena kapan lakuknya kami belum tahu mengingat bentuknya tanah, sawah dan rumahKalau menurut bapakibu cara ini hutang bank tidak baik, kami siap mengundurkan diri secepatnya mencabut ONH itu. Demikian pertanyaanpertanyaan kami, semoga bapakibu berkenan menjawab secepatnya. Semoga jawaban bapakibu dicatat Allah sebagai amal ibadah. Amin. Terima kasih. PenanyaNy. Raning M, Suruh, Salatiga, Jawa Tengahdisidangkan pada hari Jumat, 10 Rajab 1427 H 4 Agustus 2006 M Jawaban Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih atas pertanyaan yang ibu sampaikan kepada kami. Untuk menjawab beberapa pertanyaan dari ibu kami berusaha menjawabnya dengan menyatukannya dalam satu jawaban. Pada dasarnya, naik haji itu tidak wajib hukumnya atas orang yang belum mempunyai isthithaah kemampuan, sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala Artinya Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari kewajiban haji, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya Tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam. QS. Ali Imran, 3 97. Salah satu arti isthitaah di sini adalah kemampuan dari aspek keuangan atau biaya menjalankan ibadah haji, yang lebih populer dengan istilah Ongkos Naik Haji ONH. Jadi jika seseorang, termasuk ibu dan suami, belum mempunyai biaya untuk ONH, maka tidak wajib hukumnya menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu kami menganjurkan supaya tidak perlu berhutang hanya karena untuk mengerjakan sesuatu yang belum menjadi kewajiban ibu. Apalagi jika hutang tersebut kepada bank atau siapa saja yang ada syarat harus membayar bunga, karena bunga oleh banyak ulama disamakan dengan riba yang justru dapat memberatkan pembayarannya di kemudian hari. Dengan demikian, menurut pendapat kami sebaiknya ibu membatalkan pinjaman bank untuk ONH tersebut dan menunggu harta warisan orang tua terjual atau mengusahakan caracara yang yang jelasjelas halal untuk menunaikan ibadah haji. Semoga niat suci ibu dan suami untuk naik haji diterima, dimudahkan jalannya dan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa taala. Amin. Wallahu alam bishshawab. Sumber Majalah Suara Muhammadiyah No.24, 2006.
Shalatnya Orang Munafik
https://www.eramuslim.com/hikmah/shalatnya-orang-munafik/
Eramuslim.com – Jika saat ini shalat yang kita dirikan sudah rutin; lima waktu, berjamaah awal waktu di masjid, lengkap dengan rawatib, dan keutamaan-keutamaan lainnya, baiknya kita tidak terlalu bangga dan senantiasa memperbaiki kualitas shalat yang telah kita dirikan itu. Sebab, ada shalat yang disebut oleh Nabi sebagai shalatnya orang Munafik. Dan, tidak diketahui oleh orang lain, selain pelakunya dan Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui. Shalatnya orang munafik tidaklah khusyuk. Demikian itulah yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya. Kemudian, “Mereka tidak mengerti apa yang mereka ucapkan.” Bahkan, lanjut beliau menjelaskan, “Mereka lalai dalam shalat, bermain-main, dan berpaling dari kebaikan yang dituju.” Alhasil, shalat yang didirikan tidak bisa menjadi pencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Bahkan, bisa jadi, mereka menjadi bagian atau penyeru kemungkaran tersebut. Na’udzubillah. “Itu adalah shalatnya orang munafik. Itu adalah shalatnya orang munafik. Itu adalah shalatnya orang munafik.” Kalimat itu disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik. Dijelaskan dalam kalimat berikutnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Malik bin Anas, “Ia duduk menunggu matahari. Ketika matahari berada di antara dua tanduk setan, kemudian ia shalat (bagaikan burung) mematuk empat kali (shalatnya cepat-cepat).” Mereka menunda pelaksanaan waktu shalat hingga mendekati akhir waktu. Dhuhur dikerjakan menjelang Ashar; Ashar dilakukan ketika Maghrib di ambang pintu; Maghrib dikerjakan hampir bersamaan dengan waktu ‘Isya’; dan ‘Isya’ baru dilakukan di ambang fajar ketika Shubuh akan menyapa dalam jenak. Kemudian Shubuh dilakukan dengan cepat dan terburu-buru ketika matahari mulai menampakkan sinarnya. Selain menunda, lanjut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i dengan derajat hasan shahih ini, “Mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala di dalamnya (shalat), kecuali sedikit saja.” Padahal, di antara tujuan disyariatkannya shalat sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an adalah agar para pelaku shalat senantiasa mengingat-Nya di dalam dan di luar shalat; dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari shalatnya orang munafik; yang melakukan shalat untuk menipu Allah Ta’ala, dan mengelabui orang-orang beriman. [Pirman/kisahikmah]
Eramuslim.com Jika saat ini shalat yang kita dirikan sudah rutin lima waktu, berjamaah awal waktu di masjid, lengkap dengan rawatib, dan keutamaankeutamaan lainnya, baiknya kita tidak terlalu bangga dan senantiasa memperbaiki kualitas shalat yang telah kita dirikan itu. Sebab, ada shalat yang disebut oleh Nabi sebagai shalatnya orang Munafik. Dan, tidak diketahui oleh orang lain, selain pelakunya dan Allah Taala yang Maha Mengetahui. Shalatnya orang munafik tidaklah khusyuk. Demikian itulah yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya. Kemudian, Mereka tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Bahkan, lanjut beliau menjelaskan, Mereka lalai dalam shalat, bermainmain, dan berpaling dari kebaikan yang dituju. Alhasil, shalat yang didirikan tidak bisa menjadi pencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Bahkan, bisa jadi, mereka menjadi bagian atau penyeru kemungkaran tersebut. Naudzubillah. Itu adalah shalatnya orang munafik. Itu adalah shalatnya orang munafik. Itu adalah shalatnya orang munafik. Kalimat itu disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik. Dijelaskan dalam kalimat berikutnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Malik bin Anas, Ia duduk menunggu matahari. Ketika matahari berada di antara dua tanduk setan, kemudian ia shalat bagaikan burung mematuk empat kali shalatnya cepatcepat. Mereka menunda pelaksanaan waktu shalat hingga mendekati akhir waktu. Dhuhur dikerjakan menjelang Ashar Ashar dilakukan ketika Maghrib di ambang pintu Maghrib dikerjakan hampir bersamaan dengan waktu Isya dan Isya baru dilakukan di ambang fajar ketika Shubuh akan menyapa dalam jenak. Kemudian Shubuh dilakukan dengan cepat dan terburuburu ketika matahari mulai menampakkan sinarnya. Selain menunda, lanjut Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, Tirmidzi, dan Nasai dengan derajat hasan shahih ini, Mereka tidak berdzikir kepada Allah Taala di dalamnya shalat, kecuali sedikit saja. Padahal, di antara tujuan disyariatkannya shalat sebagaimana disebutkan oleh Allah Taala dalam alQuran adalah agar para pelaku shalat senantiasa mengingatNya di dalam dan di luar shalat dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Semoga Allah Taala melindungi kita dari shalatnya orang munafik yang melakukan shalat untuk menipu Allah Taala, dan mengelabui orangorang beriman. Pirmankisahikmah
3936. AIR MANI HEWAN SUCIKAH ?
https://www.piss-ktb.com/2015/03/3936-hewan-air-mani-hewan-sucikah.html
PERTANYAAN : Salam. Para ustadz tolong dijawab ya, apakah mani hewan itu najis ? [Khusnan Assani]. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Hukum mani selain manusia ada 3 pendapat : 1.semuanya suci kecuali maninya anjing dan babi, karena mani tersebut keluar dari hewan yang suci dan diciptakan darinya yang serupa dengan asalnya maka dia menjadi suci sebagaimana telur dan maninya manusia. 2.semuanya najis karena mani tersebut adalah sisa makanan yang telah berubah, dihukumi suci dari maninya manusia karena kehormatan dan kemuliaan manusia, dan ini tidak ditemukan pada selain manusia. 3.hewan yang halal dimakan dagingnya maka maninya suci sebagaimana susunya, sedangkan hewan yang tidak halal dimakan dagingnya dihukumi najis sebagaimana susunya. Pendapat yang ashoh adalah sucinya mani semua hewan kecuali anjing dan babi serta keturunan dari keduanya, termasuk ulama' yang menshohihkannya adalah syeh abu hamid al bandiniji, ibnu shobag, asy syasyi dan selain mereka. Sedangkan menurut pentashihah imam rofi'i hukumnya mani hewan najis semuanya secara mutlak. Sedangkan pendapat madzhab adalah yang pertama. Wallahu a'lam. (Mas Hamzah). - kitab majmu' (2/574) : : ( ( ) : ; ( ) : ; ( ) : ) . ( ) : . . www.fb.com/groups/piss.ktb/929031287119680/ www.fb.com/notes/932413183448157
PERTANYAAN Salam. Para ustadz tolong dijawab ya, apakah mani hewan itu najis Khusnan Assani. JAWABAN Waalaikumussalam. Hukum mani selain manusia ada 3 pendapat 1.semuanya suci kecuali maninya anjing dan babi, karena mani tersebut keluar dari hewan yang suci dan diciptakan darinya yang serupa dengan asalnya maka dia menjadi suci sebagaimana telur dan maninya manusia. 2.semuanya najis karena mani tersebut adalah sisa makanan yang telah berubah, dihukumi suci dari maninya manusia karena kehormatan dan kemuliaan manusia, dan ini tidak ditemukan pada selain manusia. 3.hewan yang halal dimakan dagingnya maka maninya suci sebagaimana susunya, sedangkan hewan yang tidak halal dimakan dagingnya dihukumi najis sebagaimana susunya. Pendapat yang ashoh adalah sucinya mani semua hewan kecuali anjing dan babi serta keturunan dari keduanya, termasuk ulama yang menshohihkannya adalah syeh abu hamid al bandiniji, ibnu shobag, asy syasyi dan selain mereka. Sedangkan menurut pentashihah imam rofii hukumnya mani hewan najis semuanya secara mutlak. Sedangkan pendapat madzhab adalah yang pertama. Wallahu alam. Mas Hamzah. kitab majmu 2574 . . . www.fb.comgroupspiss.ktb929031287119680 www.fb.comnotes932413183448157
Syarat Syarat Dan Kiat Kiat Dalam Bertaubat
https://bimbinganislam.com/syarat-syarat-dan-kiat-kiat-dalam-bertaubat/
Syarat Syarat Dan Kiat Kiat Dalam Bertaubat Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Syarat Syarat Dan Kiat Kiat Dalam Bertaubat, selamat membaca. Pertanyaan: Ustadz, saya dulu pernah mendapat rasa tidak enak di hati untuk ikut takbiran keliling karena merasa itu termasuk mengolok-olok atau merendahkan asma Allah karena di dalamnya ada semacam hokya-hokya seperti dangdutan. Tetapi dzolimnya saya malah tetap mengikuti acara tersebut. Sekarang saya ingin bertaubat tapi rasanya belum ada rasa menyesal di hati saya. Bagaimana agar Allah memberikan kita anugrah taubat (menyesal) dari dosa tersebut? Jawaban: Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Termasuk ciri hamba yang beriman adalah selalu kembali dan bertaubat kepada Allah dari segala dosa walaupun kesalahan tersebut terulang. { } Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung [Surat An-Nur: 31] Dan Allah adalah Rabb yang Maha Pengampun lagi maha penuh kasih, Allah akan senang dan cinta jika hamba-Nya selalu kembali dan bertaubat. : : ( )). ( ) Dari Abu Hamzah Anas bin Malik al-Anshari radhiyallahu anhu, pembantu/pelayan Rasulullah ia berkata; Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah lebih senang menerima taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang hilang di tengah-tengah padang pasir. (Muttafaq alaih) Dan barangsiapa yang bertaubat Allah akan menerimanya. { } Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan [Surat Asy-Syura: 25] Akan tetapi untuk diterimanya taubat ada ketentuan dan syarat yang harus dipenuhi, para ahli ilmu mengatakan bahwa syarat diterima taubat adalah; 1.Ikhlas, tujuannya adalah mengharap ridha Allah, bukan kepada selain Nya atau untuk mendapatkan sesuatu dari dunia. 2.Meninggalkan dosa. 3.Ada rasa menyesal atas perlakuan dosa yang berlalu, karena ini bentuk rasa bersalah dan benci terhadap dosa tersebut. 4.Ada tekad dan keyakinan kuat agar tidak kembali melakukan dosa tersebut. 5.Hendaknya taubat sebelum nyawa dicabut, sebelum ruh dicabut dari jiwa.. Barangsiapa yang menyempurnakan 5 syarat ini Allah akan menerima taubatnya, dan jika dosa terulang lagi maka terus bertaubat sampai seorang hamba tersebut menang melawan tipudaya syaithan. Dan agar mudah bertaubat ada beberapa kiat yang harus diusahakan. 1.Hendaknya mendawamkan istighfar sebagaimana Rasulullah istigfar 100 kali dalam sehari. 2.Membaca dan merenungi pahala yang besar orang yang bertaubat. 3.Membaca dan merenungi azab serta ancaman bagi yang enggan bertaubat. 4.Melakukan amalan yang melembutkan hati seperti baca quran, dzikir, mengingat kematian. 5.Makan makanan yang halal karena ini akan melembutkan hati. 6.Banyak menangis karena Allah. 7.Berdoa minta kelembutan hati dan dijauhkan dari maksiat baik dengan doa yang warid dari Rasulullah seperti : Ya Allah, berilah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah jiwaku. Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat menyucikannya. Engkaulah yang menguasai dan yang menjaganya. (HR. Muslim) Ya Allah, jadikanlah aku termasuk hamba-hamba-Mu yang rajin bertobat dan menyucikan diri. (HR. Tirmidzi) Atau dengan doa umum memakai bahasa indonesia meminta agar dimudahkan bertaubat. Semoga kita menjadi hamba hamba yang selalu kembali dan bertaubat kepada Allah. Wallahu alam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Fauzan Azhiimaa, Lc.
Syarat Syarat Dan Kiat Kiat Dalam Bertaubat Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Syarat Syarat Dan Kiat Kiat Dalam Bertaubat, selamat membaca. Pertanyaan Ustadz, saya dulu pernah mendapat rasa tidak enak di hati untuk ikut takbiran keliling karena merasa itu termasuk mengolokolok atau merendahkan asma Allah karena di dalamnya ada semacam hokyahokya seperti dangdutan. Tetapi dzolimnya saya malah tetap mengikuti acara tersebut. Sekarang saya ingin bertaubat tapi rasanya belum ada rasa menyesal di hati saya. Bagaimana agar Allah memberikan kita anugrah taubat menyesal dari dosa tersebut Jawaban Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Termasuk ciri hamba yang beriman adalah selalu kembali dan bertaubat kepada Allah dari segala dosa walaupun kesalahan tersebut terulang. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orangorang yang beriman, agar kamu beruntung Surat AnNur 31 Dan Allah adalah Rabb yang Maha Pengampun lagi maha penuh kasih, Allah akan senang dan cinta jika hambaNya selalu kembali dan bertaubat. . Muttafaq alaih Dan barangsiapa yang bertaubat Allah akan menerimanya. 3.Ada rasa menyesal atas perlakuan dosa yang berlalu, karena ini bentuk rasa bersalah dan benci terhadap dosa tersebut. Dan agar mudah bertaubat ada beberapa kiat yang harus diusahakan. 1.Hendaknya mendawamkan istighfar sebagaimana Rasulullah istigfar 100 kali dalam sehari. 2.Membaca dan merenungi pahala yang besar orang yang bertaubat. 4.Melakukan amalan yang melembutkan hati seperti baca quran, dzikir, mengingat kematian. 5.Makan makanan yang halal karena ini akan melembutkan hati. 7.Berdoa minta kelembutan hati dan dijauhkan dari maksiat baik dengan doa yang warid dari Rasulullah seperti Ya Allah, berilah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah jiwaku. Engkaulah sebaikbaik Dzat yang dapat menyucikannya. Muslim Ya Allah, jadikanlah aku termasuk hambahambaMu yang rajin bertobat dan menyucikan diri. Semoga kita menjadi hamba hamba yang selalu kembali dan bertaubat kepada Allah. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Fauzan Azhiimaa, Lc.
Khutbah Jumat Singkat: 3 Sifat Negatif yang Membinasakan
https://www.dakwah.id/khutbah-jumat-singkat-sifat-negatif-yang-membinasakan/
Khutbah Jumat Singkat 3 Sifat Negatif yang MembinasakanPemateri: Sodiq Fajar*) Link download file PDF untuk print ada di akhir tulisan . . : Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Dalam penyampaian materi khutbah Jumat kali ini, kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas takwa. Dengan cara melaksanakan segala perintah Allah subhanahu wataala dan rasul-Nya serta menjauhi segala larangan Allah subhanahu wataala dan rasul-Nya.Mari kita tekuni ibadah shalat wajib lima waktu dengan berjamaah di masjid. Sebab, shalat merupakan ibadah yang sangat penting. Satu amalan yang menjadi ciri utama perbedaan antara muslim dan kafir.Mari kita hiasi diri dengan akhlaqul karimah. Mari jauhi seluruh bentuk akhlak sayyi-ah.Dalam hal sifat dan akhlak, ada dua jenis sifat yang biasa melekat pada diri seseorang, yaitu sifat positif dan negatif.Sifat positif kita kenal dengan istilah akhlaqul karimah, atau akhlaq mahmudah. Sedangkan sifat negatif kita kenal dengan istilah akhlak sayyi-ah, atau akhlak madzmumah.Sifat positif akan mengantarkan kita pada kebaikan dan keselamatan di dunia dan di akhirat, sedangkan sifat negatif akan mengantarkan kita pada kehancuran dan kebinasaan di dunia dan di akhirat.Rasulullah sangat menjaga umatnya melalui nasehat dan peringatan supaya berhias diri dengan sifat positif dan menjauhi setiap bentuk sifat negatif.Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam kitab Kasyfu al-Astar karyaAl-Haitsami, jilid 1 halaman 60, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, : Ada tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan; sifat kikir yang dituruti, hawa nafsu yang dituruti, takjub terhadap diri sendiri (ujub).Melalui hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan bahwa ada tiga sifat negatif yang menggiring manusia pada jurang kebinasaan.Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Kikir adalah sifat negatif. Kikir adalah sifat tercela. Kikir, bakhil, pelit artinya semua sama, yaitu tidak mau memberikan sebagian hartanya kepada orang lain di saat orang lain membutuhkan.Dalam syariat Islam, seorang muslim tidak boleh memiliki sifat kikir. Larangan bersifat kikir lebih ditegaskan kembali bagi para pemimpin dan penguasa.Kikir adalah akhlak madzmumah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengategorikan ini dalam sifat yang dapat membinasakan pelakunya.Sifat kikir dapat merusak keharmonisan hubungan sosial masyarakat, wabil khusus, merusak hubungan ukhwah islamiyah.Allah subhanahu wataala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 180, Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka.Islam mengajarkan untuk saling mencintai sesama muslim. Salah satu wujud rasa cinta kita kepada sesama muslim adalah saling membantu dan meringankan beban kehidupan saudara seiman.Harta yang ada pada diri kita saat ini sejatinya adalah titipan Allah subhanahu wataala. Semestinya kita menunaikan hak-hak harta yang Allah subhanahu wataala titipkan ini sebaik mungkin. Selain sebagai nafkah bagi keluarga, hak harta ini adalah dizakati dan disedekahkan untuk meringankan beban saudara kita yang sedang membutuhkan.Apa akibat orang yang bersifat kikir terhadap hartanya di akhirat kelak? Allah subhanahu wataala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 180, lanjutan ayat di atas, Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat.Sifat negatif kedua yang membawa pada kehancuran adalah menuruti hawa nafsu.Dalam kitab al-Kulliyat halaman 962, imam al-Kafawi menjelaskan pengertian hawa nafsu adalah, Kecenderungan diri kepada kenikmatan syahwat yang tidak dilegalkan oleh syariat Islam.Menuruti hawa nafsu artinya lebih menuruti kecenderungan diri dan tunduk kepada syahwat yang mengantarkan pada kemaksiatan.Menuruti hawa nafsu termasuk sifat negatif yang membinasakan karena sifat ini akan merusak kebaikan diri dan masyarakat sekitar.Timbulnya kerusakan, permusuhan, pembunuhan, dan berbagai macam kriminalitas faktor pemicu yang paling dominan adalah jiwa yang menuruti hawa nafsu.Sifat menuruti hawa nafsu inilah yang menggiring manusia pada sifat rakus terhadap harta, sifat bejat terhadap wanita, dan sifat ambisius dan angkuh terhadap tahta kekuasaan.Fitnah harta tahta wanita adalah ujian berat di dunia bagi orang yang beriman dalam hal mengendalikan hawa nafsu.Apa akibat buruk dari sifat menuruti hawa nafsu ini?Allah subhanahu wataala berfirman dalam surat al-Jatsiyah ayat 23, Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya.Sifat negatif yang ketiga adalah ujub atau angkuh. Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya imam al-Ghazali dijelaskan bahwa ujub artinya Merasa hebat dengan anugerah yang ada pada dirinya dan selalu cenderung kepadanya sementara ia lupa untuk menyandarkan nikmat tersebut kepada Allah subhanahu wataala sebagai Dzat yang menganugerahkan nikmat kepadanya.Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa faktor penyebab sifat ujub adalah kebodohan.Seseorang yang ujub, angkuh, membanggakan amalan ketaatannya, pada saat yang sama sejatinya dia sedang dalam kondisi jahil, bodoh, tidak sadar jika amalan ketaatannya adalah taufiq dari Allah subhanahu wataala, bukan semata hasil usahanya.Seseorang yang ujub membanggakan diri dengan hasil pikirannya, pendapat yang dia pilih, ide dan gagasannya, argumentasi-argumentasinya, pada saat yang sama sejatinya ia sedang dalam kondisi bodoh dan tidak sadar jika hasil pikir, ide, gagasan, argumentasi, atau pendapat yang ia pilih adalah anugerah dari Allah subhanahu wataala.Jika seseorang menyadari bahwa apa yang ada pada dirinya adalah anugerah dari Allah subhanahu wataala, tentu ia akan rendah hati, menaruh rasa hormat, tidak akan bersifat ujub, berbangga diri, dan tidak merendahkan martabat pihak lain yang sedang berurusan dengannya.Apa akibat buruk yang didapat oleh orang yang sombong dan ujub membanggakan diri?Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda sebagaimana dalam hadits berderajat hasan yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi, hadits nomor 2492, Orang-orang yang sombong pada Hari Kiamat akan digiring seperti semut kecil dalam bentuk seorang laki-laki yang diliputi kehinaan dari segala penjuru, digiring memasuki penjara di dalam Neraka Jahanam yang disebut Bulas (tahanan Jahanam) yang diliputi api yang sangat panas, diberi minum saripati kotoran penghuni neraka yang membusuk.Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Kita berada di akhir zaman yang banyak sekali diliputi oleh fitnah. Bagaimana kita bersikap di zaman ini?Allah subhanahu wataala berfirman dalam surat al-Maidah ayat 105, Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu! (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk.Salah seorang sahabat bernama Abu Umayyah asy-Syabani pernah merasa kebingungan dalam memahami ayat di atas. Lalu ia bertanya kepada sahabat Abu Tsalabah al-Khusyanni tentang maksud ayat tersebut.Kronologi ini termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, hadits nomor 3058, dengan kualitas derajat hadits hasan gharib.Abu Tsalabah menjelaskan kepadanya dengan penjelasan yang ia dapatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Hendaknya kalian melaksanakan amar makruf nahi munkar. Sampai suatu waktu kalian akan melihat banyak orang yang menuruti sifat pelitnya, mengikuti hawa nafsunya, terperdaya oleh dunia dan setiap orang yang punya pendapat kagum dengan pendapatnya. Ketika itu jagalah diri kalian masing-masing. Dan tinggalkanlah kebanyakan manusia. Sungguh di masa setelah masa kalian akan datang masa-masa (yang sangat dituntut) bersabar.Karena begitu dahsyatnya fitnah yang terjadi saat itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menggambarkan orang beriman yang bersabar dalam menghadapi fitnahnya seperti sedang menggenggam bara api.Dengan kesabarannya tersebut, Allah subhanahu wataala menjanjikan pahala yang sangat besar, sebagaimana sabda beliau, Orang yang mengamalkan ajaran agama ketika itu pahalanya seperti pahala 50 orang.Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Demikian materi khutbah Jumat tentang contoh sifat negatif yang membinasakan yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini.Semoga Allah subhanahu wataala senantiasa menjaga kita dari sifat-sifat madzmumah tersebut. Semoga Allah subhanahu wataala memberi kita kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai fitnah yang terjadi di zaman kita ini. Amin. .KHUTBAH KEDUA . Download PDF Materi Khutbah Jumat 3 Sifat negatif yang Membinasakan di sini:Semoga bermanfaat!
Khutbah Jumat Singkat 3 Sifat Negatif yang MembinasakanPemateri Sodiq Fajar Link download file PDF untuk print ada di akhir tulisan . . Mari kita tekuni ibadah shalat wajib lima waktu dengan berjamaah di masjid. Mari jauhi seluruh bentuk akhlak sayyiah. Sifat positif kita kenal dengan istilah akhlaqul karimah, atau akhlaq mahmudah. Sifat positif akan mengantarkan kita pada kebaikan dan keselamatan di dunia dan di akhirat, sedangkan sifat negatif akan mengantarkan kita pada kehancuran dan kebinasaan di dunia dan di akhirat. Dalam syariat Islam, seorang muslim tidak boleh memiliki sifat kikir. Harta yang ada pada diri kita saat ini sejatinya adalah titipan Allah subhanahu wataala. Selain sebagai nafkah bagi keluarga, hak harta ini adalah dizakati dan disedekahkan untuk meringankan beban saudara kita yang sedang membutuhkan. Menuruti hawa nafsu termasuk sifat negatif yang membinasakan karena sifat ini akan merusak kebaikan diri dan masyarakat sekitar. Sifat negatif yang ketiga adalah ujub atau angkuh. Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya imam alGhazali dijelaskan bahwa ujub artinya Merasa hebat dengan anugerah yang ada pada dirinya dan selalu cenderung kepadanya sementara ia lupa untuk menyandarkan nikmat tersebut kepada Allah subhanahu wataala sebagai Dzat yang menganugerahkan nikmat kepadanya. Salah seorang sahabat bernama Abu Umayyah asySyabani pernah merasa kebingungan dalam memahami ayat di atas. Ketika itu jagalah diri kalian masingmasing. Dengan kesabarannya tersebut, Allah subhanahu wataala menjanjikan pahala yang sangat besar, sebagaimana sabda beliau, Orang yang mengamalkan ajaran agama ketika itu pahalanya seperti pahala 50 orang. Semoga Allah subhanahu wataala memberi kita kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai fitnah yang terjadi di zaman kita ini.
Ambisi Besar Saat Ini Telah Mati
https://rumaysho.com/2498-ambisi-besar-saat-ini-telah-mati.html
Ibnu Jarir Ath Thobari (Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kholid Ath Thobari) adalah ulama besar yang bisa jadi teladan dalam semangat untuk kita. Beliau adalah pemilik kitab tafsir yang berjilid-jilid. Sampai disebutkan totalnya berjumlah 3000 lembaran ketika beliau menulisnya, itu pun dikatakan sebagai ringkasan. Beliau juga memiliki kitab tarikh (sejarah) yang begitu masyhur. Beliau adalah imam dalam berbagai bidang ilmu seperti tafsir, hadits, fikih, dan tarikh. Kisah beliau berikut menunjukkan bagaimana beliau memiliki ambisi besar, semangat yang tinggi dalam menulis, mengkaji Islam dan membuat karya besar. Semangat beliau ini sulit kita temukan pada zaman-zaman kita ini.Al Khotib Al Baghdadi dalam kitab tarikhnya berkata, Aku pernah mendengar Ali bin Ubaidillah bin Abdul Ghoffar Al Lughowi (lebih terkenal dengan sebutan As Samsamani), ia menceritakan bahwa Muhammad bin Jarir Ath Thobari pernah menetap selama 40 tahun dan menulis setiap harinya 40 halaman.Dan telah sampai kisah kepadaku dari Abu Hamid Ahmad bin Abi Thohir Al Faqih Al Isfaroini, ia bekata, Seandainya seseorang bersafar ke China lantas ia menemukan kitab tafsir karya Ibnu Jarir, maka ia akan temukan tidak begitu banyak (dari kenyataan, pen). Atau beliau mengucapkan perkataan semakna dengan itu.Al Qodhi Abu Abdillah Muhammad, ia berkata bahwa Ali bin Ahmad Ash Shona Ubaidullah bin Ahmad As Samsar dan ayahku berkata bahwa Abu Jafar Ath Thobari pernah berkata pada murid-muridnya, Apakah kalian punya semangat untuk menulis tafsir Al Quran? Berapa lembar yang mau ditulis?, tanya murid-muridnya. Jawab Ath Thobari, Tiga puluh ribu (30.000) lembar. Mereka malah menjawab, Menulis seperti itu malah menghabiskan umur kami. Akhirnya kitab tersebut selesai dan lebih diringkas yang akhirnya menjadi sekitar 3000 lembaran.Ath Thobari berkata lagi pada murid-muridnya, Apakah kalian punya semangat untuk menulis kitab tarikh (sejarah) alam semesta mulai dari Adam hinggga saat ini? Berapa lembar yang mau ditulis?, tanya murid-muridnya. Ath Thobari menyebut sebagaimana kitab tafsir tadi, lalu mereka pun menjawab semisal itu. Lantas Ibnu Jarir Ath Thobari berkata, Inna lillah … Semangat (ambisi) manusia saat ini telah mati. (Tarikh Baghdad karya Al Khottib Al Baghdadi, 2: 163)Memang benar kata beliau, ambisi besar untuk menghasilkan karya spektakuler yang bermanfaat bagi Islam untuk saat ini telah tiada. Hanya segelintir saja yang barangkali punya ambisi atau himmah besar dalam menuntut ilmu, amalan dan dakwah. Uswah atau teladan dari ulama terdahulu seperti ini yang patut kita ikuti.Ya Allah, karuniakanlah pada kami himmah (ambisi) yang besar dalam ilmu, amal, dan dakwah serta dalam karya besar yang bisa bermanfaat untuk umat Islam.Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Ibnu Jarir Ath Thobari Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kholid Ath Thobari adalah ulama besar yang bisa jadi teladan dalam semangat untuk kita. Sampai disebutkan totalnya berjumlah 3000 lembaran ketika beliau menulisnya, itu pun dikatakan sebagai ringkasan. Beliau adalah imam dalam berbagai bidang ilmu seperti tafsir, hadits, fikih, dan tarikh. Kisah beliau berikut menunjukkan bagaimana beliau memiliki ambisi besar, semangat yang tinggi dalam menulis, mengkaji Islam dan membuat karya besar. Al Qodhi Abu Abdillah Muhammad, ia berkata bahwa Ali bin Ahmad Ash Shona Ubaidullah bin Ahmad As Samsar dan ayahku berkata bahwa Abu Jafar Ath Thobari pernah berkata pada muridmuridnya, Apakah kalian punya semangat untuk menulis tafsir Al Quran Berapa lembar yang mau ditulis, tanya muridmuridnya. Mereka malah menjawab, Menulis seperti itu malah menghabiskan umur kami. Ath Thobari menyebut sebagaimana kitab tafsir tadi, lalu mereka pun menjawab semisal itu. Hanya segelintir saja yang barangkali punya ambisi atau himmah besar dalam menuntut ilmu, amalan dan dakwah. Uswah atau teladan dari ulama terdahulu seperti ini yang patut kita ikuti.
3726. AL-QUR'AN : FADILAH AYAT ﻟﻘﺪ ﺟﺎﺀﻛﻢ ﺭﺳﻮﻝ ﻣﻦ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ .... الخ
https://www.piss-ktb.com/2015/01/3726-al-quran-fadilah-ayat.html
PERTANYAAN > Ibu Af-idah Assalamu'alaykum... 'Afwan, adakah fadhilah khusus dari Surat At-taubah ayat 128-129 ? Karena saya mimpi disuruh membaca ini, sebelumnya terima kasih... JAWABAN > Abdullah Afif Wa'alaikumussalaam warahmatullaah. Dalam Kitab Mujarrabat Ad-Dairabi Al-Kabir, karya Syeikh Ahmad Dairabi, halaman 42, cetakan Mathbaah Musthafa Muhammad, Mesir, diterangkan: ) Diantara khasiat dua ayat ini maksudnya LAQAD JAA`AKUM s/d akhir surat, bahwasanya barang siapa membacanya pada satu hari maka dia tidak akan mati pada hari tsb, sebagaimana diriwayatkan dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam Dalam satu riwaayat, dia tidak akan dibunuh, dan tidak akan dibukul dengan besi. Jika dia membacanya di malam hari maka sebagaimana yang disebutkan diatas (maksudnya dia tidak akan mati di malam hari tsb). Hadits inidituturkan oleh ba'dhushshalihin.Wallaahu alam >> Ghufron Bkl ( ..) () () () () () () ( ) ( ) ( ) () () ( ) ( ) ( ) () () () () () () () () () ( ) ( ) ( ) ()( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Dinuqil dari kitab : Fadilah membaca ayat Al-Hirsh (QS: At-Taubah : 128 - 129) (*) Dari Asy-Syaikh At-Tijani Radliallahu 'Anhu : - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Subuh maka Allah akan menjaga hatinya - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Dhuhur maka Allah akan menghidupkan dan menetapkan hatinya (dalam keimanan) di dunia maupun di akhirat - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat 'Ashar maka dia tidak akan mati seperti matinya orang kaget - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Maghrib maka dia akan diberi istiqomah (dalam beribadah) oleh Allah SWT - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat 'Isya maka Allah akan menjaga dirinya dari penguasa lalim - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Witir maka Allah akan mencukupi perkara rizqinya dan ketakutannya terhadap makhluq - Barang siapa membaca ayat ini tujuh kali setelah sholat 'Iedul Fitri maka Allah akan menjaganya / menjauhkannya dari bencana sepanjang tahun - Barang siapa membaca ayat ini dua puluh satu kali setelah sholat 'Iedul Adha maka Allah akan menjauhkannya dari kebutaan sepanjang tahun bagi yang membacanya - Barang siapa membaca ayat ini enam puluh enam kali setelah sholat gerhana matahari maka Allah akan menyembuhkannya dari segala penyakit yang ada di tubuh - Barang siapa membaca ayat ini dua puluh delapan kali setelah sholat Istisqo maka Allah akan mengabulkan doa doanya - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat fajar maka dia tidak akan mati kecuali sehingga melihat tempatnya di surga atau dia melihat surga - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Istikhoroh maka akan senantiasa dibantu oleh Malaikat - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat sunah maka Allah akan emberina rizqi kepadanya bisa merasakan manisnya iman - Barang siapa membaca ayat ini tujuh puluh tujuh kali setelah sholat Jum'ah maka Allah akan menjaganya dari makan makanan haram - Barang siapa membaca ayat ini tiga ratus enam puluh kali pada hari 'Arafah maka Allah akan menuntunnya dan mencukupinya dari kesusahan dunia akhirat - Barang siapa membaca ayat ini seribu kali pada hari 'Asyura maka akan dilayani oleh para Malaikat dan Allah akan memberi rizqi bqginya dari segala arah - Barang siapa membaca ayat ini lima ratus kali pada malam Nishfu Sya'ban maka dia tidak akan ditanya oleh Malaikat Munkar Nakir - Barang siapa membaca ayat ini satu kali pada pagi dan sore hari maka Allah akan menjaganya dari segala mara bahayadan tidak akan ada yang dapat mencelakainya selamanya - Barang siapa membaca ayat ini satu kali setiap akan tidur maka Allah akan menjaganya sampai pagi dan tidak akan ada yang dapat mencelakainya selamanya - Barang siapa membaca ayat ini untuk seseorang maka Allah akan menaga orang itu dari segala keburukan - Barang siapa membaca ayat ini dengan meletakkan tangannya di kepala maka Allah akan menaga orang itu dari Pencuri dan orang dholim - Barang siapa membaca ayat ini tiga kali ketika matahari terbit dan ketika terbenam maka Allah akan menjauhkannya dari buruknya ilmu - Barang siapa membaca ayat ini tiga kali pada sore hari ketika hari jum'ah maka Allah akan menjaganya dari sihir dan binatang berbisa - Barang siapa membaca ayat ini tujuh kali ditulis untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan cara meminum air rendamannya - Barang siapa membaca ayat ini seratus kali untuk orang sakit dengan niat yang sungguh sungguh dan benar maka akan sembuh seketika - Barang siapa berkholwat dan membaca ayat ini tiga puluh ribu kali dengan meletakkan tangannya di dada maka dia tidak akan sakit selamanya, tidak akan kelihatan penglihatannya, tidak akan ada yang bisa mengganggunya baik itu ahli dhohir maupun ahli batin - Barang siapa membaca ayat ini enam puluh enam kali kepada orang yang terkena bisa binatang maka akan sembuh seketika - Barang siapa membaca ayat ini seratus sebelas kali kepada orang yang menangis / meratap maka tidak akan kembali tangisannya / ratapannya selama dia membacanya - Barang siapa membaca ayat ini ketika makan maka tidak akan hilang nikmatnya walaupun tengah berada di padang pasir - Barang siapa membaca ayat ini sekali selama empat puluh hari kepada orang hamil maka akan dijaga ibu dan kandungannya, dan setelah lahir akan menjadi anak yang sholih - Barang siapa membaca ayat ini sebelas kali ketika mimpi buruk maka Allah akan menjaganya - Apabila seorang musafir meletakkan tangannya di kepala lalu membaca ayat ini maka Allah akan menjaganya datri segala macam keburukan sampai dia pulang dan dijauhkan dari segala macam penyakit - Barang siapa membaca ayat ini siang dan malam walaupun hanya sekali maka dia tidak akan mati selgi dia tetap membacanya - Barang siapa setelah membaca ayat ini mengantar musafir maka musafir tersebut akan dijaga dari segala macam bahaya dan dia tidak akan mati sehingga pulang - Barang siapa membaca ayat ini untuk harta benda maka Allah akan menjaga harta tersebut - Barang siapa membaca ayat ini untuk rumah, atau kebun, atau desa, atau kota, atau benteng maka Allah akan menjaga semuanya - Barang siapa membacanya untuk kafilah atau perahu / kapal laut maka Allah akan menjaganya - Barang siapa membaca ayat ini di tengah peperangan maka musuh akan lari dan diberi kemenangan dan keselamatan - Barang siapa membaca ayat ini enam puluh enam kali kepada api yang berkobar maka api tersebut akan padam dengan idzin Allah SWT - Barang siapa membaca ayat ini tujuh puluh ribu kali ketika kholwat maka akan mendapat khodam malaikat dan jin mukmin selama hidupnya, diterima dihati semua makhluk, semua akan tunduk kepadanya, disembuhkan segala penyakitnya, dan diberi kemudahan segala urusannya - Barang siapa memperbanyak membaca ayat ini tanpa dihitung, baik ketika berjalan maupun duduk makan bertambah tambah kebaikannya, dicintai baginda Nabi SAW, dapat melihat baginda Nabi SAW setiap saat - Barang siapa selalu membaca ayat ini selama empat puluh tahun maka hilanglah hijab antara dia dan baginda Nabi SAW, dan memperoleh derajat sebagaimana yang diperoleh para shiddiiqiin Versi Online : Wallahu A'lam Link Diskusi :
PERTANYAAN Ibu Afidah Assalamualaykum Afwan, adakah fadhilah khusus dari Surat Attaubah ayat 128129 Karena saya mimpi disuruh membaca ini, sebelumnya terima kasih JAWABAN Abdullah Afif Waalaikumussalaam warahmatullaah. Dalam Kitab Mujarrabat AdDairabi AlKabir, karya Syeikh Ahmad Dairabi, halaman 42, cetakan Mathbaah Musthafa Muhammad, Mesir, diterangkan Diantara khasiat dua ayat ini maksudnya LAQAD JAAAKUM sd akhir surat, bahwasanya barang siapa membacanya pada satu hari maka dia tidak akan mati pada hari tsb, sebagaimana diriwayatkan dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam Dalam satu riwaayat, dia tidak akan dibunuh, dan tidak akan dibukul dengan besi. Hadits inidituturkan oleh badhushshalihin.
Hukum Memegang Qur’an Tanpa Wudhu
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-memegang-quran-tanpa-wudhu
Sebagai umat muslim, siapa yang tidak mengenal Al Qur’an sobat? dimana Al Qur’an banyak mendatangkan pahala seperti , tentu semua mengenalnya ya sobat, dimana Al Qur’an adalah panduan utama bagi seluruh umat muslim dimana di alamnya juga terdapat segala aturan dalam kehidupan mulai dari segala sesuatu yang sepele hingga segalanya yang berhubungan dengan hukum dan akherat.Nah sobat, sebagai umat muslim, tentu kita wajib memuliakan Al Qur’an yang merupakan kitab suci yang langsung diturunkan oleh Allah SWT dan menjadi benda yang suci yang tidak ada yang bisa menyaingi isinya di dunia ini atau sebagai , segala dalam Al Qur’an sudah terbukti kebenarannya dan tak perlu diragukan lagi kelengkapannya.Selama ini tentu untuk memuliakan Al Qur’an diantaranya ialah membaca dan mengejar pahala dalam membaca Al Qur’an dengan memhaami , diamalkan, dan dipelajari ya sobat, dalam kehidupan sehari hari baik untuk membacanya setiap saat sehingga menjadi orang yang selalu ingat akan Allah. nah, tentu dalam membacanya juga tidak hanya membaca saja ya sobat, namun juga sikap dan adabnya. Diantara yang kita tahu tentu begini adab dalam menjaga dan memuliakan Al Qur’an agar mendapat :Meletakkan di tempat yang baik dan bersih, di atas, dan tidak sembarangan atau tidak asal asalan.Menjaga dan rutin membacanya.Bersuci sebelum memegang atau membacanya bahkan wanita yang haid dipercaya untuk tidak memegangnya karena berada dalam keadaan tidak suci.Menutup aurat ketika membacanya untuk lebih memuliakan dan mendapat pahala.Tentu dalam keseharian hal itu yang biasa dilakukan ya sobat, misalnya susah seperti sedang terluka pun bisa dilakukan cara wudhu ketika sedang terluka seperti dimana Al Qur’an memang begitu indah dan pantas untuk dimuliakan, namun sobat, ada juga yang ppercaya bahwa memegang Al Qur’an itu tidak harus dalam keadaan suci atau boleh dalam keadaan apa saja, bagaimana menurut sobat? apakah pantas Al Qur’an dipegang dalam keadaan tidak suci?Lepas dari pendapat pribadi tentu yang paling benar adalah pendapat yang sesuai dasar agama islam dalil ya sobat yakni firman Allah dan hadist, sehingga benar benar terbukti kebenarannya karena berasal dari panduan yang jelas dan tentunya benar, oke sobat, yuk simak pembahasan lengkapnya berikut, Hukum Memegang Qur’an Tanpa Wudhu.“Sesungguhnya Al Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). tidak memegangnya kecuali orang orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil ‘alamiin.” (QS. Al Waqi’ah : 77 – 80). Jelas dari firman Allah tersebut bahwa Al Qur’an adalah kitab atau bacaan yang sangat mulia yang juga harus disentuh dan dipegang oleh orang orang yang suci ya sobat? Nah sobat, berikut pendapat ulama mengenai hal tersebut. 1. Pendapat Ulama : Harus Suci Dari Hadats KecilKalau sobat buka literatur fiqih klasik, memang sobat akan dapati bahwa ternyata jumhur (mayoritas) ulama umumnya menyatakan bahwa diharamkan memegang mushaf Al Quran bila seseorang dalam keadaan hadats kecil. Dalam kata lain, haram memegang mushaf bila tidak melakukan wudhu terlebih dahulu.Di kalangan para sahabat Nabi SAW ada begitu banyak ulama yang mengharamkan sobat memegang mushaf kecuali bila sobat suci dari hadats. Di antara mereka yang mengharamkan adalah Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Sa’ad bin Abi Waqqash ridhwanullahi ‘alaihim ajmain. Sedangkan di kalangan tabi’in dan generasi berikutnya adalah Said bin Zaid, Atha’, Az Zuhri, Ibrahim An Nakha’i, Hammad, dan yang lainnya. Mazhab Al Malikiyah dan Asy Syafi’iyah mengatakan bahwa haram hukumnya bagi orang yang dalam keadaan hadats kecil, untuk memegang mushaf meski pun dengan alas atau batang lidi.  Sedangkan Al Hanafiyah meski mengharamkan sentuhan langsung, namun bila dengan menggunakan alas atau batang lidi hukumnya boleh. Syaratnya alas atau batang lidi itu suci tidak mengandung najis.Dasar yang umumnya digunakan adalah ayat berikut ini :Tidak ada yang memegangnya kecuali orang orang yang suci. (QS. Al Waqi’ah : 79)Selain itu juga ada dalil keharammnya dari hadits Rasulullah SAW berikut ini : Dari Abdullah bin Abi Bakar bahwa dalam surat yang ditulis oleh Rasulullah SAW kepada ‘Amr bin Hazm tertulis : Janganlah seseorang memegang Al Quran kecuali orang yang suci”.( Malik).Ibnu Qudamah menyebutkan bahwa keharaman memegang mushaf bagi orang yang berhadats kecil ini sudah menjadi pendapat jumhur ulama yang didukung 4 mazhab utama. Artinya, tidak ada khilafiyah di antara keempat mazhab itu tentang haramnya seorang yang berhadats kecil untuk memegang mushaf. 2. Pendapat Ad Dhzahiri : MembolehkanIbnu Qudamah menegaskan bahwa satu satunya mazhab yang membolehkan orang yang berhadats memegang dasar hukum islam mushaf Al Quran adalah mahzah Adz Dhzahiri.  Dalam pandangan mazhab ini yang diharamkan memegang mushaf hanyalah orang yang berhadats besar sedangkan yang berhadats kecil tidak diharamkan. Sedangkan di kalangan shahabat, di antara mereka yang membolehkan memegang mushaf tanpa wudhu adalah pendapat Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahuanhu. 3. Kesimpulan Berdasarkan Ayat Al QuranSalah satu titik krusial perbedaan pendapat ini adalah masalah ayat Al Quran yang dijadikan dalil, yaitu ayat ke 79 dari surat Al Waqi’ah di atas :Tidak ada yang memegangnya kecuali orang orang yang suci. (QS. Al Waqi’ah : 79)Kalau sobat buka kitab tasifr klasik, memang kita menemukan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dibicarakan dalam ayat ini. Dalam kitab Al Jami’ li Ahkamil Quran karya Al Imam Al Qurthubi disebutkan bahwa para ulama berbeda pendapat pada dua hal. Pertama, apakah kata ‘memegang’ disini maksudnya memegang secara fisik atau secara kiasan. Kedua, siapa yang dimaksud dengan ‘al muthahhrun’ dalam ayat ini, orang yang tidak berhadats kah atau para malaikat?Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘al muthahhrun’ disini bukan orang yang suci dari hadats, tetapi para malaikat. Dan objek yang tidak disentuh itu bukan mushaf Al Quran yang kita kenal, melainkan Al Quran yang ada di Lauhil Mahfudz di atas langit sana. Di antara mereka yang berpendapat seperti ini adalah Anas, Said bin Jubair, Qatadah, Abu Al ‘Aliyah dan Ibnu Zaid.Dari beragam dalil tersebut berikut kesimpulan Hukum memegang Qur’an tanpa Wudhu.Memegang Al Qur’an tanpa wudhu boleh dilakukan anak kecil yang belum baligh sebab akan sulit jika membiasakan anak belajar namun terus disuruh wudhu, hal itu bisa dibiasakan dengan perlahan.Dibolehkan bagi wanita haidh yang ingin mempelajari atau mengajarkan Al Qur’an di saat jam mengajar untuk memegang mushaf baik memegang seluruh mushaf atau sebagiannya atau cuma satu lembaran yang tertulis Al Qur’an. Namun hal ini tidak dibolehkan pada orang yang junub. Karena orang yang junub ia mudah untuk menghilangkan hadatsnya dengan mandi sebagaimana ia mudah untukk berwudhu. Beda halnya dengan wanita haidh, ia tidak bisa menghilangkan hadatsnya begitu saja karena yang ia alami adalah ketetapan Allah.Boleh bagi orang yang junub (laki laki atau perempuan, kecil atau dewasa) untuk membawa Al Qur’an ketika mereka hendak belajar karena keadaan yang sulit untuk bersuci ketika itu. Ia dibolehkan untuk menelaah atau menghafal Al Qur’an ketika itu.Jika yang disentuh adalah terjemahan Al Qur’an dalam bahasa non Arab, maka itu tidak disebut Al Qur’an. Namun kitab atau buku seperti ini disebut tafsir sebagaimana ditegaskan oleh ulama Malikiyah. Oleh karena itu tidak mengapa memegang Al Qur’an terjemahan seperti ini karena hukumnya sama dengan memegang kitab tafsir.Dibolehkan bagi yang berhadats (seperti orang yang junub) untuk membawa mushaf tanpa memegangnya secara langsung, dengan menggunakan pembatas yang bukan bagian dari Al Qur’an. Karena seperti ini bukanlah disebut memegang. Sedangkan larangan yang disebutkan dalam hadits adalah memegang mushaf dalam keadaan tidak suci. Sedangkan di sini sama sekali tidak memegang.Jauh lebih baik untuk berwudhu sebelum memegang Al Qur’an sebab menunjukkan wujud menghargai dan memuliakan dimana wudhu tentunya bukan hal yang sulit dan jika sedang sulit pun bisa dilakukan dalam keadaan terdesak, intinya usahakan untuk berada dalam keadaan suci sebab Al Qur’an adalah kitab yang suci.Jika dengan sengaja memegang Al Qur’an tanpa wudhu padahal wudhu mudah baginya dan ia berniat menyepelekan maka baginya dosa sebab ia tidak memuliakan Al Qur’an.Untuk wanita haid atau lelaki dan wanita yang junub memang sebaiknya menghindari sebab dalam keadaan yang tidak suci, jauh lebih baik untuk menunggu hingga mereka suci.Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan berkualitas untuk sobat ya, jangan lupa menyucikan diri terlebih dahulu sebelum memegang dan membaca Al Qur’an ya sobat, oke sobat, sampai jumpa di artikel berikutnya. Terima kasih. Semoga bahagia selalu di dunia dan akherat.
Sebagai umat muslim, siapa yang tidak mengenal Al Quran sobat dimana Al Quran banyak mendatangkan pahala seperti , tentu semua mengenalnya ya sobat, dimana Al Quran adalah panduan utama bagi seluruh umat muslim dimana di alamnya juga terdapat segala aturan dalam kehidupan mulai dari segala sesuatu yang sepele hingga segalanya yang berhubungan dengan hukum dan akherat. nah, tentu dalam membacanya juga tidak hanya membaca saja ya sobat, namun juga sikap dan adabnya. Pada Kitab yang terpelihara Lauhul Mahfuzh. tidak memegangnya kecuali orang orang yang disucikan. Jelas dari firman Allah tersebut bahwa Al Quran adalah kitab atau bacaan yang sangat mulia yang juga harus disentuh dan dipegang oleh orang orang yang suci ya sobat Nah sobat, berikut pendapat ulama mengenai hal tersebut. Dalam kata lain, haram memegang mushaf bila tidak melakukan wudhu terlebih dahulu. Mazhab Al Malikiyah dan Asy Syafiiyah mengatakan bahwa haram hukumnya bagi orang yang dalam keadaan hadats kecil, untuk memegang mushaf meski pun dengan alas atau batang lidi. Sedangkan Al Hanafiyah meski mengharamkan sentuhan langsung, namun bila dengan menggunakan alas atau batang lidi hukumnya boleh. Syaratnya alas atau batang lidi itu suci tidak mengandung najis. Ibnu Qudamah menyebutkan bahwa keharaman memegang mushaf bagi orang yang berhadats kecil ini sudah menjadi pendapat jumhur ulama yang didukung 4 mazhab utama. Al Waqiah 79Kalau sobat buka kitab tasifr klasik, memang kita menemukan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dibicarakan dalam ayat ini. Pertama, apakah kata memegang disini maksudnya memegang secara fisik atau secara kiasan. Di antara mereka yang berpendapat seperti ini adalah Anas, Said bin Jubair, Qatadah, Abu Al Aliyah dan Ibnu Zaid. Memegang Al Quran tanpa wudhu boleh dilakukan anak kecil yang belum baligh sebab akan sulit jika membiasakan anak belajar namun terus disuruh wudhu, hal itu bisa dibiasakan dengan perlahan. Dibolehkan bagi wanita haidh yang ingin mempelajari atau mengajarkan Al Quran di saat jam mengajar untuk memegang mushaf baik memegang seluruh mushaf atau sebagiannya atau cuma satu lembaran yang tertulis Al Quran. Namun hal ini tidak dibolehkan pada orang yang junub. Beda halnya dengan wanita haidh, ia tidak bisa menghilangkan hadatsnya begitu saja karena yang ia alami adalah ketetapan Allah. Ia dibolehkan untuk menelaah atau menghafal Al Quran ketika itu. Jika yang disentuh adalah terjemahan Al Quran dalam bahasa non Arab, maka itu tidak disebut Al Quran. Sedangkan larangan yang disebutkan dalam hadits adalah memegang mushaf dalam keadaan tidak suci. Untuk wanita haid atau lelaki dan wanita yang junub memang sebaiknya menghindari sebab dalam keadaan yang tidak suci, jauh lebih baik untuk menunggu hingga mereka suci. Semoga bahagia selalu di dunia dan akherat.
15 Cara Membersihkan Harta Haram
https://dalamislam.com/info-islami/cara-membersihkan-harta-haram
Tiap orang selalu punya masa lalu, baik atau buruk, tiap orang dinilai dari akhirnya yakni akhir baik akan membawa ke surga dan akhir buruk akan membawa ke neraka, sebab itu jika ada orang yang bertaubat atas dosa yang dilakukan adalah orang yang mulia ya sobat, dimana ia mendapat hidayah dari Allah untuk memperbaiki diri. Nah sobat, hal tersebut berkaitan dengan pembahasan kali ini, yakni 15 Cara Membersihkan Harta Haram. Barangkali ada yang dulunya seorang pencuri dsb dan ingin melepaskan dari jeratan harta haram tersebut, ada beragam cara berikut yang bisa dilakukan, yuk simak selengkapnya. 1. Menghancurkan Harta HaramSahabat Anas ibn Malik Radhiyallahu anhu mengisahkan bahwa sahabat Abu Talhah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal beberapa yang menerima warisan berupa khamar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi pertanyaan Abu Talhah ini dengan bersabda: “Tumpahkanlah.” Mendengar jawaban itu, sahabat Abu Talhah berkata, “Tidaklah lebih baik bila khamar itu aku proses agar menjadi cuka?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak.” Karena keharaman harta ini bersifat permanen dan berlaku atas semua orang maka haram untuk diperjualbelikan. Nah sobat, contoh pertama adalah alkohol, jika ada yang berbuat dosa misalnya membuat atau menjual alkohol yang haram dan ingin dibersihkan, cara satu satunya ialah dihancurkan, tidak diberikan atau diamalkan ke orang lain sebab jutru dapat merusak dan menimbulkan bahaya. 2. Membuang Harta Haram“Suatu hari datang seorang lelaki membawa hadiah berupa sekantong minuman untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka menanggapi hadiah ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah engkau bahwa Allah telah mengharamkan minuman khamar?’ Lelaki itu menjawab, ‘Tidak’,dan selanjutnya ia berbisik kepada seseorang. Melihat tamunya berbisik-bisik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya: ‘Apa yang engkau bisikan kepadanya?’ Lelaki itu menjawab, ‘Saya memintanya untuk menjualkan khamar tersebut.’ Menanggapi pengakuan tamunya ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sejatinya Allah yang mengaharamkan minum khamar juga mengharamkan penjualannya.’” 3. Harta Haram Dilarang untuk Dijual“Semoga Allah membinasakan kaum Yahudi, sejatinya tatkala Allah Azza wa Jalla mengharamkan lemak hewan ternak atas mereka, maka mereka melelehkannya hingga menjadi minyak, lalu mereka menjualnya dan menikmati hasil penjualannya.”. Contoh kali ini misalnya lemak babi padahal ada ya sobat, lemak babi ialah haram, tidak boleh dijual dan hasil penjualannya diamalkan untuk membersihkan harta haram, benda yag haram harus dibuang dan dihancurkan. 4. Bertaubat dengan Kesungguhan Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa ( yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu: kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. [al-Baqarah /2: 278-279]. 5. Meminta Maaf pada yang Telah Dizalimi atau Diambil HartanyaDikisahkan bahwa suatu hari Sahabat Safwan ibn Umayyah Radhiyallahu anhu tidur di masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbantalkan bajunya. Di saat terlelap dalam tidurnya, bajunya dicuri oleh seseorang. Namun, pencuri bajunya itu berhasil ditangkap dan segera dihadapkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka segera Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar sesuai pencuri itu dipotong tangannya. Mengetahui pencuri bajunya akan segera dipotong tangannya, Sahabat Safwan Radhiyallahu anhu merasa iba, sehingga ia berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah tangannya akan engkau potong karena ia mencuri bajuku? Ketahuilah bahwa aku telah menghalalkan bajuku untuknya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi ucapan Sahabat Safwan Radhiyallahu anhu dengan bersabda: “Mengapa tidak engkau maafkan sebelum engkau melaporkannya kepadaku? 6. Memahami Perbuatan Buruk dan MenyesalinyaMenyesal, karena telah memakan atau menggunakan barang yang haram untuk dimakan atau digunakan serta bertekad untuk tidak mengulanginya. Jangan lupa memanjatkan kepada Allah atas dosa memakan atau menggunakan harta yang haram untuk digunakan. 7. Mengembalikan pada yang BerhakBila harta haram tersebut diharamkan karena alasan cara mendapatkannya yang terlarang, maka wajib untuk mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya atau meminta untuk dimaafkan. Baik pemiliknya adalah perorangan atau instansi pemerintah atau perusahaan atau lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah engkau mengambil barang milik temanmu, baik hanya sekedar bermain-main atau sungguh-sungguh. Dan bila engkau mengambil barang milik saudaramu, maka segera kembalikanlah kepadanya.” 8. Mengakui Perbuatan pada yang DizalimiPada hadits lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa pernah melakukan tindak kezaliman kepada seseorang, baik dalam urusan harga dirinya, atau hal lainnya, maka segeralah ia meminta untuk dimaafkan, sebelum tiba hari yang tiada lagi dinar atau dirham.Bila hari itu telah tiba maka akan diambilkan dari pahala amal salehnya dan diberikan kepada orang yang ia zalimi sebesar tindak kezalimannya. Dan bila ia tidak memiliki pahala kebaikan, maka akan diambilkan dari dosa-dosa orang yang ia zalimi dan akan dipikulkan kepadanya. 9. Disalurkan untuk Kepentingan Umat BanyakDisalurkan untuk kepentingan kaum muslimin secara umum, tidak khusus pada orang dan tempat tertentu. Demikian pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Misalnya adalah untuk membantu kegiatan umat muslim ya sobat, misalnya ada yang membutuhkan dana untuk program belajar, kesehatan, dsb yang bermanfaat untuk orang banyak, tentunya harta tersebut akan sangat bermnafaat, niatkan untuk orang yang dizalimi tersebut serta niatkan untuk menyucikan diri dari dosa harta haram. 10. Diberikan untuk Kepentingan Umat, misalnya MasjidDisalurkan sebagai sedekah sunnah secara umum, mencakup hal yang terdapat maslahat, pemberian pada fakir miskin atau untuk pembangunan masjid. Ini adalah pendapat Hanafiyah, Malikiyah, pendapat Imam Ahmad, Hambali, dan pendapat Imam Ghozali dari ulama Syafi’iyah.Nah sobat, untuk pendapat ulama pertama boleh diberikan untuk membantu pembangunan masjid dimana masjid tentunya dibutuhkan umat muslim untuk beribadah, misalnya ialah masjid di suatu daerah yang sudah rusak dan kurang layak, sobat dapat memberikan harta tersebut. Tentunya tidak dihitung sedekah ya sobat, hanya dihitung sebagai cara penyuci harta haram tersebut. 11. Diberikan Kepada Fakir MiskinDisalurkan pada maslahat kaum muslimin dan fakir miskin selain untuk masjid. Demikian pendapat ulama Lajnah Ad Daimah Kerajaan Saudi Arabia. Tidak boleh harta tersebut disalurkan untuk pembangunan masjid karena haruslah harta tersebut berasal dari harta yang thohir (suci). Nah sobat, memang pendapat ada banyak ya, yang penting adalah niatnya untuk mensucikan harta tersebut. Harta jelas tidak boleh seterusnya dinikmati dimana harta berasal dari sesuatu yang haram. 12. Digunakan untuk JihadDisalurkan untuk tujuan fii sabilillah, yaitu untuk jihad di jalan Allah. Demikian pendapat terakhir dari Ibnu Taimiyah. Jihad ada beragam cara ya sobat, misalnya untuk membantu keperluan berperang umat muslim yang melawan kafir dsb. 13. Disumbangkan pada Korban Peperangan atau Bencana AlamNah sobat, jika harta haram yang dicuri tidak mampu dikembalikan karena suatu hal, misalnya karena tidak tahu dimana orang itu tinggal atau alasan lain, uang atau benda yang haram tersebut dapat diberikan kepada yang membutuhkan mislanya korban peperangan atau bencana alam yang jelas amat membutuhkan ya sobat. Namun harta tersebut tidak dihitung sebagai sedekah atau beramal, hanya untuk membersihkan dan dalam rangka menyucikan diri saja. 14. Disumbangkan pada Ahli WarisJika harta didapat dari sesuatu yang tidak baik itu telah meninggal dunia orang yang bersangkutan, maka dapat diberikan kepada ahli warisnya dan dengan taubat serta permintaan maaf terlebih dahulu, tentunya memang harus diperlukan keberanian untuk mengakuinya ya sobat, namun tentu hal itu jauh lebih baik daripada nantinya mendapat balasan yang berat di akherat. 15. Disumbangkan dengan Niat yang DizalimiJika harta didapat dari mezalimi orang lain seperti mencuri dan tidak bisa mengembalikan karena beragam alasan, harta juga dpaat disumbangkan kepada yang membutuhkan dengan cara meniatkan untuk orang yang dizalimi tersebut ya sobat, tentunya sambil bertaubat tidak mengulangi perbuatan lagi dan bekerja keras dengan berusaha mencari harta lain dengan jalan yang halal.Demikian yang dapat disampaikan penulis, seoga kita semua selalu mendapat kesempatan untuk bertaubat sebelum terlambat ya sobat. Sampai jumpa di artikel berikutnya, Terima kasih.
Tiap orang selalu punya masa lalu, baik atau buruk, tiap orang dinilai dari akhirnya yakni akhir baik akan membawa ke surga dan akhir buruk akan membawa ke neraka, sebab itu jika ada orang yang bertaubat atas dosa yang dilakukan adalah orang yang mulia ya sobat, dimana ia mendapat hidayah dari Allah untuk memperbaiki diri. Nah sobat, hal tersebut berkaitan dengan pembahasan kali ini, yakni 15 Cara Membersihkan Harta Haram. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menanggapi pertanyaan Abu Talhah ini dengan bersabda Tumpahkanlah. Karena keharaman harta ini bersifat permanen dan berlaku atas semua orang maka haram untuk diperjualbelikan. Nah sobat, contoh pertama adalah alkohol, jika ada yang berbuat dosa misalnya membuat atau menjual alkohol yang haram dan ingin dibersihkan, cara satu satunya ialah dihancurkan, tidak diberikan atau diamalkan ke orang lain sebab jutru dapat merusak dan menimbulkan bahaya. Membuang Harta HaramSuatu hari datang seorang lelaki membawa hadiah berupa sekantong minuman untuk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Melihat tamunya berbisikbisik, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepadanya Apa yang engkau bisikan kepadanya Lelaki itu menjawab, Saya memintanya untuk menjualkan khamar tersebut. Bertaubat dengan Kesungguhan Hai orangorang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa yang belum dipungut jika kamu orangorang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu. Di saat terlelap dalam tidurnya, bajunya dicuri oleh seseorang. Mengetahui pencuri bajunya akan segera dipotong tangannya, Sahabat Safwan Radhiyallahu anhu merasa iba, sehingga ia berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, apakah tangannya akan engkau potong karena ia mencuri bajuku Ketahuilah bahwa aku telah menghalalkan bajuku untuknya. Jangan lupa memanjatkan kepada Allah atas dosa memakan atau menggunakan harta yang haram untuk digunakan. Baik pemiliknya adalah perorangan atau instansi pemerintah atau perusahaan atau lainnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Janganlah engkau mengambil barang milik temanmu, baik hanya sekedar bermainmain atau sungguhsungguh. Mengakui Perbuatan pada yang DizalimiPada hadits lain beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Barangsiapa pernah melakukan tindak kezaliman kepada seseorang, baik dalam urusan harga dirinya, atau hal lainnya, maka segeralah ia meminta untuk dimaafkan, sebelum tiba hari yang tiada lagi dinar atau dirham. Bila hari itu telah tiba maka akan diambilkan dari pahala amal salehnya dan diberikan kepada orang yang ia zalimi sebesar tindak kezalimannya. Demikian pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Diberikan untuk Kepentingan Umat, misalnya MasjidDisalurkan sebagai sedekah sunnah secara umum, mencakup hal yang terdapat maslahat, pemberian pada fakir miskin atau untuk pembangunan masjid. Ini adalah pendapat Hanafiyah, Malikiyah, pendapat Imam Ahmad, Hambali, dan pendapat Imam Ghozali dari ulama Syafiiyah. Nah sobat, untuk pendapat ulama pertama boleh diberikan untuk membantu pembangunan masjid dimana masjid tentunya dibutuhkan umat muslim untuk beribadah, misalnya ialah masjid di suatu daerah yang sudah rusak dan kurang layak, sobat dapat memberikan harta tersebut. Digunakan untuk JihadDisalurkan untuk tujuan fii sabilillah, yaitu untuk jihad di jalan Allah. Disumbangkan pada Korban Peperangan atau Bencana AlamNah sobat, jika harta haram yang dicuri tidak mampu dikembalikan karena suatu hal, misalnya karena tidak tahu dimana orang itu tinggal atau alasan lain, uang atau benda yang haram tersebut dapat diberikan kepada yang membutuhkan mislanya korban peperangan atau bencana alam yang jelas amat membutuhkan ya sobat. Namun harta tersebut tidak dihitung sebagai sedekah atau beramal, hanya untuk membersihkan dan dalam rangka menyucikan diri saja. Disumbangkan pada Ahli WarisJika harta didapat dari sesuatu yang tidak baik itu telah meninggal dunia orang yang bersangkutan, maka dapat diberikan kepada ahli warisnya dan dengan taubat serta permintaan maaf terlebih dahulu, tentunya memang harus diperlukan keberanian untuk mengakuinya ya sobat, namun tentu hal itu jauh lebih baik daripada nantinya mendapat balasan yang berat di akherat. Demikian yang dapat disampaikan penulis, seoga kita semua selalu mendapat kesempatan untuk bertaubat sebelum terlambat ya sobat. Sampai jumpa di artikel berikutnya, Terima kasih.